Tabel 33. Analisis Sensitivitas Pengaruh Perubahan Luas Lahan terhadap BCR
No. Pola Tanam
BCR 1000 ha
45 319 ha Tanpa CER
Dengan CER Tanpa CER
Dengan CER A.
KL I 1
1.52 1.52
0.00 1.52
1.56 2.83
2 1.67
1.66 -0.74
1.67 1.71
2.47
3 1.83
1.82 -0.55
1.83 1.88
2.58
4 0.98
1.09 9.47
0.98 1.12
12.29 B. KL
II 1
1.92 1.93
0.13 1.92
1.97 2.54
2 1.94
1.94 0.00
1.94 1.98
2.25
3 2.19
2.19 0.00
2.19 2.24
2.25
4 1.58
1.72 8.19
1.58 1.72
8.42 C. KL
III 1
2.20 2.22
0.97 2.20
2.25 2.30
2 2.62
2.64 0.74
2.62 2.68
2.01
3 2.77
2.79 0.66
2.77 2.83
2.01
4 2.08
2.18 4.88
2.08 2.22
6.21 D. KL
IV 1
2.29 2.31
1.01 2.29
2.34 2.04
2 2.84
2.86 0.80
2.84 2.89
1.85
3 2.90
2.92 0.75
2.90 2.96
1.77
4 2.41
2.49 3.45
2.41 2.52
4.49
Analisis sensitivitas akibat pengaruh perubahan luas lahan menunjukkan bahwa pada luasan 1000 ha berdasarkan nilai BCR yang diperoleh lebih baik tidak
mengikuti proyek dengan skema CDM karena akan mengurangi keuntungan karena pengaruh biaya transaksi yang besar pada beberapa pola tanam di kelas
lereng I Tabel 33. Hal ini terlihat dari persentase perubahan BCR tanpa CER dan dengan CER yang menunjukkan hasil negatif. Hal ini berarti berdasarkan BCR
proyek CDM tidak layak dilakukan pada luas lahan 1000 ha dengan alternatif pola tanam yang ada pada kelas lereng I untuk pola tanam 2 dan 3 karena lebih dari
80 lahan Kyoto yang tersedia ada pada kelas lereng I dan pola tanam 3 adalah yang terbaik dari segi finansial untuk dilaksanakan.
5.4. Kendala-Kendala Implementasi Alternatif Sistem Agroforestri Potensial
Dalam upaya meningkatkan peluang keberhasilan pelaksanaan kegiatan CDM, identifikasi terhadap resiko dan kendala yang mungkin terjadi saat
pelaksanaan proyek perlu dilakukan. Hasil identifikasi di lapangan menunjukkan secara umum ada tiga permasalahan penting yang dapat meningkatkan resiko
implementasi kegiatan CDM di kedua lokasi taman nasional.
Gambar 10. Persentase Permasalahan Berdasarkan Informasi Responden Permasalahan tersebut adalah kekeringan, kebakaran hutan dan
penebangan ilegal Gambar 10. Resiko yang paling potensial terjadi adalah adanya aktivitas penebangan liar. Tingginya ancaman penebangan liar pada kedua
tempat lokasi survei dikarenakan dekatnya kehidupan masyarakat dengan hutan interaksi hutan-masyarakat yang telah terjadi sejak dulu. Masyarakat cenderung
bergantung pada hutan untuk dimanfaatkan dalam kehidupannya sehari-hari yang pada umumnya masih konvensional. Selain resiko penebangan liar yang sangat
tinggi, resiko kekeringan di kedua lokasi juga perlu mendapat perhatian serius dalam implementasi proyek CDM.
2 0 4 0
6 0 8 0
1 0 0
Per cent
R e
sp on
dent
Ladum p
i
W um
bubangk a
L u
m bakas
ih R
au- R
au Lal
onggas u
Lanow ul
u
Drought F ores t F ire
Illegal Logging
Gambar 11. Persentase Kendala Implementasi Proyek CDM di Sekitar TNRAW
Selanjutnya hasil wawancara dengan masyarakat di kedua daerah studi menunjukkan kendala yang dapat terjadi antara lain : keuangan, ketesediaan
tenaga kerja dan kemudahan akses Gambar 11. Masalah kekurangan tenaga kerja ini dikarenakan luas lahan yang relatif lebih luas dibandingkan dengan
jumlah angkatan kerja yang berminat mengolah tanahnya, dan lokasi lahan yang relatif cukup jauh dari tempat tinggal juga menjadi faktor yang mengurangi
perhatian mereka untuk mengolah lahan miliknya.
5.5. Alokasi Optimal Penggunaan Sumberdaya Lahan Kritis dengan Sistem