PENGARUH INFLASI,SUKU BUNGA, DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG)DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH INFLASI,SUKU BUNGA, DAN NILAI TUKAR
RUPIAH TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN
(IHSG)DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai
Derajad Sarjana Ekonomi

Oleh:

Siska Wahyuni Sukamto
201110160311080

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015

PENGARUH INFLASI,SUKU BUNGA, DAN NILAI TUKAR
RUPIAH TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN
(IHSG)DI BURSA EFEK INDONESIA


SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai
Derajad Sarjana Ekonomi

Oleh:

Siska Wahyuni Sukamto
201110160311080

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq
serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi tentang
”PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA, DAN NILAI TUKAR RUPIAH

TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA
EFEK INDONESIA”.
Di dalam tulisan ini disajikan pokok-pokok bahasan yang meliputi saham
gabungan dengan tiga variabel (Inflasi, Suku Bunga, dan Nilai Tukar Rupiah)
sebagai variabel yang mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan.
Adapun tujuan penyusunan laporan penelitian skripsi ini adalah sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Strata 1 (S1) pada Program
Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang. Atas
berkat bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan untuk memberikan segala
yang dibutuhkan

dalam

penulisan

skripsi

ini,

perkenankanlah


penulis

mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dr. Muhajir Effendy, MAP, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Malang.
2. Dr. Nazaruddin Malik, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan kesempatan bagi
penulis untuk mengikuti kegiatan perkuliahan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Drs. Marsudi, M.Si, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang atas kebijakan dalam penyusunan
mata kuliah sesuai konsentrasi penjurusan.
4. Prof. Dr. Bambang Widagdo, MM dan Dra. Dewi Nurjannah, M.M, selaku
dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan penuh kesabaran
memberikan pengarahan, saran serta dukungan hingga skripsi ini bisa
terselesaikan dengan baik.

5. Drs. Mursidi, MM, selaku dosen wali yang telah membimbing dan
memberikan banyak masukan kepada penulis selama menempuh studi di

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang.
6. Ibu, Ayah serta Adik saya yang selalu memberikan doa, dukungan, fasilitas,
serta kasih sayang yang luar biasa hingga terselesaikan skripsi ini.
7. Ardiansyah Aries Pratama, S.pd yang telah menjadi semangat dan motivasi
saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-teman di tempat part time aida, rona, selvi, wella dan M. Fahri yang
telah memberikan masukan untuk menyelesaikan skripsi ini dan Teman-teman
Program Studi Manajemen B angkatan 2011.
9. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu dalam
membantu hingga terselesaikannya penulisan tugas akhir ini.
Semoga amal dari bapak, ibu, saudara-saudara dan teman-teman
mendapatkan pahala yang setimpal kepada Allah SWT.
Penulis menyadari akan kekurangan kesempurnaan penulisan skripsi ini,
maka segala kritik maupun saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan agar kelak dikemudian hari dapat menghasilkan karya yang lebih baik.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membacanya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Malang, 03 Februari 2015

Penulis,

Siska Wahyuni Sukamto

DAFTAR ISI

ABSTRAK ....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 5
C. Batasan Masalah .............................................................................. 5
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu......................................................... 8
B. Landasan Teori ................................................................................ 10
C. Kerangka Pemikiran Penelitian ....................................................... 31
D. Hipotesis .......................................................................................... 32

BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................................ 33
B. Definisi Operasioanal Variabel ....................................................... 33
C. Data dan Sumber Data ..................................................................... 34
D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 35
E. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ................................................... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................ 44
B. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...................................................................................... 60
B. Keterbatasan Penelitian ................................................................... 61
C. Saran ................................................................................................ 62

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Judul

Halaman

2.1

Kerangka Pemikiran Penelitian

31

3.1

Uji F


41

3.2

Uji t

42

4.1

Hasil Uji Normalitas

45

4.2

Hasil Uji Heteroskedastisitas

47


4.3

Hasil Uji F

51

4.4

Hasil Uji t

53

DAFTAR TABEL

Nomor

Judul

1.


Tabel 1 Perkembangan Tingkat Inflasi,Suku Bunga, Nilai
Tukar Rupiah

Halaman
2

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Judul

1

Pulling Data

2

Hasil Uji Normalitas


3

Hasil Uji Autokorelasi

4

Hasil Uji Multikolinieritas

5

Hasil Uji Heteroskedastisitas

6

Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

7

Hasil Uji Koefisisen Determinasi

8

Hasil Uji F

9

Hasil Uji t

Persembahanku
Yang Utama Dari Segalanya…sembah sujud serta syukur
kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih saying-Mu telah
memberukanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta
memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan
yang Engkau berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat
terselesaikan. Sholawat serta salam selalu terlimpahkan
keharibaan Rosulullah Muhammad SAW

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat
kukasihi dan kusayangi
Ibunda, Ayahanda, Adekku dan Kekasihku tercinta

Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada
terhingga kupersembahkan karya kecil ini kepada Ibuda,
Ayahanda, Adekku dan Kekasihku yang telah memberikan kasih
saying, segala dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang
tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang
bertuliskan kata cinta dan persembahan. Terimakasih untuk
kekasihku yang selalu memberikan motivasi dan dukunganya dari
awal sampai terselesaikannya karyaku ini……..

DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Pandji dan Piji, Pakarti. 2001. Pengantar Pasar Modal. Jakarta: Rineka.
Darmadji, Tjiptono dan Fakhrudin, H,M. 2001. Pasar Modal di Indonesia
Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat.
Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Semarang: BP- UNDIP.
Hasan, Iqbal. 2001. Pokok-pokok Materi Statistik 2. Edisi Kedua. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Herianto, Farid dan Siswanto Sudomo. 2000. Perangkat dan Teknik Analisis
Investasi di Pasar Modal Indonesia. Jakarta
Kuncoro, Mudrajad. 2001. Manajemen Keuangan Internasional. Yogyakarta:
BPFE.
Murni, Asfia. 2006. Ekonomi Makro. Jakarta: PT Refika Aditama.
Pohan, Aulia. 2008. Potret Kebijakan Moneter Indonesia. Edisi 1. Jakarta: PT
Raja Grafin Pustaka.
Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta:
Erlangga.
Samuelson dan Nordhaus. 2004. Ilmu Makroekonomi. Edisi 17. Jakarta: PT
Media Global Edukasi.
Sanusi, Anwar. 2011. Metodelogi Penelitian Bisnis. Jilid 1. Jakarta: Salemba
Empat.
Santoso, Singgih. 2002. Riset Pemasaran Konsep dan Aplikasi dengan SPSS.
Jakarta: PT Gramedia.
Sukirno, Sadono. 2006. Teori Pengantar Ekonomi Makro. Edisi 2. Jakarta:
Rajawali Pers.
Sukirno, Sadono. 2008. Teori Pengantar Ekonomi Makro. Edisi 3. Jakarta:
Rajawali Pers.
Sunariyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Jilid 2, Edisi ke 6. Jakarta:
Erlangga.

Supranto J. 2009. Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga.
Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi Manajemen Portofolio. Cetakan
Pertama. Yogyakarta: BPFE.
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi. Edisi 1.
Yogyakarta: Kanisius
Anggoro, Susilo Tri. 2011. Pengaruh Inflasi, Kurs dan Suku Bunga SBI terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan pada Bursa Efek Indonesia periode
2005-2009. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Waluyo, Eko Dwi. 2006. Ekonomika Makro. Malang: UMM Press.
Wijaya, Trisnadi. 2012. Analisis Pengaruh tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga,
dan Nilai Tukar Rupiah terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia periode
2007-2011. Jurnal.
Yuliana, Indah. 2010. Investasi Produk Keuangan Syariah. Malang: UIN-MALIKI
PRESS (Anggota IKAPI).
www.bi.go.id. BI rate. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2014.
www.bi.go.id. Inflasi. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2014.
www.bi.go.id. Kurs. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2014.
www.idx.co.id. Saham. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2014.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan perekonomian setiap negara tidak selalu stabil, tetapi berubahubah akibat berbagai masalah ekonomi yang timbul. Salah satu aspek penting
dari kegiatan perekonomian yang menjadi dasar analisis dalam teori ekonomi
makro adalah pandangan bahwa sistem pasar bebas tidak dapat mewujudkan
kestabilan harga dan pertumbuhan ekonomi yang teguh. Setiap perekonomian
tidak terlepas dari berbagai masalah, seperti pengangguran, kenaikan harga
dan pertumbuhan ekonomi yang tidak stabil, untuk mengatasi berbagai
masalah ekonomi makro di suatu negara tersebut, maka pemerintah perlu
membuat kebijakan. Salah satunya adalah membuat kebijakan moneter.
Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang dilakukan bank sentral
dalam mengatur dan mengendalikan jumlah uang yang beredar (Asfia Murni,
2006), dapat disimpulkan bahwa kebijakan moneter mempengaruhi
perekonomian. Kestabilan ekonomi tercermin terutama melalui terkendalinya
laju inflasi atau terkendalinya laju perubahan tingkat harga barang dan jasa.
Inflasi menunjukan kenaikan harga umum atau suatu fenomena ekonomi yang
berkaitan dengan terjadinya penurunan nilai uang yang ditandai dengan
kenaikan

harga

hampir

semua

barang

dalam

waktu

yang

Perkembangan laju tingkat inflasi dapat dilihat pada tabel berikut:

1

lama.

2

Tabel 1: Perkembangan tingkat inflasi, suku bunga, dan nilai tukar
rupiah periode 2008 - 2014
Periode

Inflasi
(%)

2008
10,27
2009
572,
2012
5,20
2010
5,34
2012
4,25
2013
6,96
2014
6,39
(Januari – September)
Sumber: Bank Indonesia periode 2008 – 2014

Suku
Bunga
(%)
8,62
7,14
6,50
6,58
5,77
6,54
7,50

Kurs Tukar
Rp/US$
9.725
10.302
9.303
8. 968
9.372
10.512
11.705

Berdasarkan data tabel 1 di atas menunjukan bahwa pada tahun
2014 tingkat inflasi di tutup sebesar 6,39% dengan suku bunga yang tinggi
mencapai 7,50% dan kurs tukar sebesar Rp.11.705 dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya. Inflasi yang sangat tinggi terjadi di tahun 2008, dimana tingkat
inflasi mencapai 10,27% dan merupakan inflasi tertinggi selama kurun waktu
7 tahun. Suku bunga tertinggi juga terjadi pada tahun 2008 yang mencapai
8,62%, serta di tahun 2014 kurs tukar merupakan yang tertinngii sebesar Rp.
11.705 naik Rp.1.193 dari tahun 2013 yaitu 10.512.
Penurunan inflasi sejak tahun 2008 terus terjadi sampai pada tahun
2012 yang kemudian terjadi kenaikan sebesar 2,71% di tahun 2013 yaitu
mencapai 6,96% di bandingkan tahun sebelumnya, dan kemudian penurunan
terjadi di tahun 2014 sebesar 2,43% menjadi 6,39%. Suku bunga mengalami
kenaikan dan penurunan yang fluktuasi dan suku bunga terendah selama
kurun waktu 7 tahun terjadi di tahun 2012 yaitu sebesar 5,77% dibandingkan

3

tahun-tahun sebelumnya dan tahun berikutnya, sementara kurs tukar paling
rendah terjadi di tahun 2010 yaitu sebesar Rp. 8.968.
Besar kecilnya tingkat inflasi tergantung dari besar kecilnya permintaan
dan penawaran uang. Teori permintaan uang berkaitan dengan faktor-faktor
yang menyebabkan timbulnya permintaan uang, sedangkan teori penawaran
uang berkaitan dengan jumlah uang yang tersedia, dan upaya dalam
mengendalikannya agar tidak menimbulkan inflasi atau deflasi. Kekuatan
permintaan dan penawaran uang di pasar finansial akan membentuk suku
bunga.
Suku bunga adalah harga uang, yang nilainya ditentukan oleh kurva
permintaan uang dan penawaran uang. Perubahan kenaikan suku bunga dan
inflasi serta melemahnya nilai tukar rupiah memerlukan waktu untuk dapat
mengubah biaya produksi, keuntungan perusahaan, dan lebih lanjut harga
saham perusahaan di bursa efek.
Setiap negara selalu menjaga agar nilai tukar mata uang domestik
negaranya dalam keadaan yang stabil terhadap nilai tukar mata uang asing.
Nilai tukar dapat diartikan sebagai harga dari suatu mata uang domestik
terhadap mata uang negara lain. Nilai tukar sebuah mata uang terhadap mata
uang negara lain bergantung pada daya tarik mata uang tesebut di pasar. Nilai
tukar yang stabil mempunyai peran penting dalam rangka tercapainya
stabilitas moneter serta mendukung kegiatan ekonomi. Nilai tukar yang stabil
diperlukan untuk terciptanya iklim yang kondusif bagi seluruh kegiatan
ekonomi. Kestabilan nilai tukar cenderung akan menguatkan harga saham.

4

Nilai tukar menjadi salah satu indikator yang mempengaruhi
perdagangan di pasar uang dan saham, karena melemahnya nilai tukar rupiah
terhadap mata uang asing akan memiliki pengaruh negatif terhadap
perekonomian dan pasar modal.
Pasar modal merupakan pasar dimana diperjualbelikan instrumen
keuangan jangka panjang yang memegang peranan sangat penting dalam
perekonomian Indonesia (Tjiptono, 2001), dimana nilai Indeks Harga Saham
Gabungan dapat menjadi leading indikator bagi ekonomi suatu negara.
Pergerakan indeks sangat dipengaruhi oleh ekspektasi investor atas kondisi
fundamental negara maupun global. Indeks harga saham yang mengalami
peningkatan dapat mengindikasikan adanya perbaikan kinerja perekonomian,
sedangkan indeks harga saham yang mengalami penurunan dapat disebabkan
oleh kondisi perekonomian di negara tersebut yang sedang mengalami
permasalahan. Indeks harga adalah rata-rata tertimbang dari harga-harga
produk berdasarkan uang yang berlaku di pasar.
Secara garis besar, ada tiga faktor utama yang berpengaruh terhadap
pergerakan IHSG yaitu: faktor domestik, faktor asing, dan faktor aliran modal
ke Indonesia. Faktor domestik berupa faktor-faktor fundamental suatu negara
seperti inflasi, pendapatan nasional, jumlah uang yang beredar, suku bunga,
maupun nilai tukar rupiah. Faktor asing merupakan salah satu implikasi dari
bentuk globalisasi dan semakin terintegrasinya pasar modal de seluruh dunia.
Bedasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, dan Nilai Tukar

5

Rupiah terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek
Indonesia”.

B. Rumusan Penelitian
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang memberikan landasan
dan faktor pendorong diadakannya penelitian ini, maka permasalahan yang
dapat

dikemukakan

guna

dibahas

lebih

lanjut

untuk

mengetahui

pemecahannya, yaitu:
1. Apakah inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)?
2. Dari variabel inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah, mana yang paling
berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)?

C. Batasan Penelitian
Guna mempermudah proses pembahasan dan pemecahan permasalahan
yang diangkat dengan cara seefektif mungkin untuk menghindari pembiasan
dan pembaruan, maka perlu adanya batasan dan ruang lingkup yang relevan,
meliputi:
1. Inflasi bulanan berdasarkan indeks harga konsumen selama periode
Januari 2008 – September 2014.
2. Suku bunga BI bulanan periode Januari 2008 – September 2014.
3. Perkembangan nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika bulanan periode
Januari 2008 – September 2014.

6

4. Indeks Harga Saham Gabungan penutupan akhir bulannya selama periode
Januari 2008 – September 2014.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan penelitian yang diangkat, maka penelitian ini
mempunyai tujuan untuk:
a. Untuk menguji apakah inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah
berpengaruh secara signifikan terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG).
b. Untuk mengetahui variabel yang paling dominan mempengaruhi
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
2. Manfaat Penelitian
1. Bagi investor
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi menganai faktor
yang mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan sehingga
diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan untuk investasi di pasar modal.
2. Bagi pemerintah
Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk membuat
kebijakan-kebijakan yang berkenaan dengan inflasi, suku bunga, dan
nilai tukar rupiah seiring diketahuinya pengaruh dari inflasi, suku
bunga, dan nilai tukar rupiah terhadap IHSG sehingga pengaruh yang

7

telah atau akan terjadi dapat diantisipasi dan ditangani dengan sebaikbaiknya.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan kajian lebih
dalam mengenai pengaruh inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah
terhadap indeks harga saham gabungan, diharapkan penelitian ini dapat
menjadi referensi dan landasan bagi peneliti selanjutnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu
Tri Susilo Anggoro (2011) melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Inflasi,Kurs dan Suku Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009” dengan
menggunakan metode regresi berganda. Jenis penelitian merupakan jenis
penelitian deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang menggunakan analisis
teoritis dan dibuktikan secara empiris dengan angka-angka. Definisi
operasional variabelnya adalah inflasi, kurs, suku bunga SBI, dan IHSG.
Berdasarkan hasil perhitungan memperoleh hasil bahwa variabel inflasi,
kurs, dan suku bunga SBI secara simultan berpengaruh positif signifikan
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia,
secara parsial variabel inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG,
variabel kurs berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG, dan variabel
suku bunga SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG.
Trisnadi Wijaya (2012) melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI dan Nilai Tukar Rupiah
Terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011” dengan
menggunakan metode regresi linier berganda. Jenis penelitian merupakan
jenis penelitian korelasional, yaitu penelitian yang bertujuan untuk
menganalisis pengaruh dari suatu variabel atau lebih terhadap variabel
8

9

lainnya. Definisi operasional variabelnya adalah tingkat inflasi, tingkat suku
bunga SBI, nilai tukar rupiah, dan IHSG.
Berdasarkan hasil perhitungan memperoleh hasil bahwa variabel inflasi,
suku bunga, dan kurs secara simultan mempengaruhi pergerakan Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia. Secara parsial
tingkat inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pergerakan IHSG,
dimana semakin tinggi tingkat inflasi, maka IHSG akan naik, tingkat suku
bunga SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pergerakan IHSG,
dimana semakin besar tingkat suku bunga SBI maka IHSG akan turun dan
nilai tukar rupiah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG, dimana
semakin tinggi nilai tukar rupiah, maka IHSG akan turun. Perbedaan
penelitian ini dan penelitian terdahulu yaitu:
1. Pada penelitian ini selain meneliti pengaruh parsial dan simultan antar
variabel bebas juga ingin mengetahui variabel bebas mana yang paling
berpengaruh terhadap variabel terikat.
2. Perbedaan periode waktu yang digunakan dalam penelitian. Periode
penelitian yang dilakukan Tri Susilo Anggoro (2011) yaitu tahun 20052009 dan oleh Trisnadi Wijaya (2012) periode 2007- 2011, sedangkan
penelitian ini mengambil data bulanan periode Januari 2008 - September
2014.
3. Suku bunga yang digunakan pada penelitian sebelumnya menggunakan
suku bunga SBI sedangkan suku bunga pada penelitian ini menggunakan

10

suku bunga Bank Indonesia (BI rate). Dipilihnya BI rate karena suku
bunga inilah yang dijadikan acuan dalam penentuan suku bunga lainnya.

B. Tinjauan Teori
1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukan
pergerakan saham. Indeks berfungsi sebagai indikator tren pasar, artinya
pergerakan indeks akan menggambarkan kondisi pasar pada saat pasar
sedang aktif atau tidak. Menurut Djiptono (2001) di pasar modal, sebuah
indeks diharapkan memiliki lima fungsi yaitu:
1. Sebagai indikator tren pasar.
2. Sebagai indikator tingkat keuntungan.
3. Sebagai tolak ukur kinerja portofolio.
4. Memfasilitasi pembentukan portofolio secara strategi pasif.
5. Memfasilitasi berkembangnya produk derivative.
IHSG pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai
indikator pergerakan harga saham yang tercatat di BEI baik saham biasa
maupun preferen. Indeks harga adalah suatu angka yang digunakan untuk
melihat perubahan mengenai harga dalam waktu dan tempat yang sama
ataupun berlainan. Indeks adalah ukuran statistik yang biasanya digunakan
dalam menyatakan perubahan perbandingan nilai suatu variabel tunggal
atau nilai sekelompok variabel, umumnya mengetahui besarnya Indeks

11

Harga Saham Gabungan, digunakan formulasi sebagai berikut (Anoraga
dan Pakarti, 2001):

Dimana:

= Total harga semua saham pada waktu yang berlaku

= Total harga saham pada waktu dasar
Ada beberapa macam pendekatan atau metode perhitungan yang
digunakan untuk menghitung indeks, yaitu:
1. Menghitung rata-rata (aritmatic mean) harga saham yang masuk dalam
anggota indeks.
2. Menghitung (geometric mean) dari indeks individual saham yang
termasuk anggota indeks.
3. Menghitung rata-rata tertimbang nilai pasar
Seperti halnya indeks bursa lainnya, perhitungan indeks di BEI
menggunakan rata-rata tertimbang dari nilai pasar. Rumus dasar
perhitungan indeks adalah:

Nilai pasar adalah komulatif jumlah saham dari ini dikali harga
pasar hari ini atau disebut kapitalisasi pasar. Nilai dasar adalah nilai
yang dihitung berdasarkan harga perdana dari masing-masing saham
atau berdasarkan harga yang telah dikoreksi jika perusahaan telah
melakukan kegiatan yang menyebabkan jumlah saham yang tercatat di

12

bursa berubah. Penyesuaian dilakukan agar indeks benar-benar
mencerminkan pergerakan harga saham. Harga-harga saham bergerak
dalam hitungan detik dan menit sehingga nilai indeks pun bergerak naik
turun dalam hitungan waktu yang cepat pula.
Indeks memiliki kegunaan atau manfaat spesifik, anatara lain:
1. Indeks dapat digunakan untuk menghitung total imbal hasil dari pasar
secara agregat atau beberapa komponen pasar pada periode waktu
tertentu dan menggunakan tingkat pengembalian tersebut sebagai tolak
ukur untuk menilai kinerja dari portofolio individu.
2. Untuk mengembangkan portofolio indeks.
3. Indeks

dapat

digunakan

untuk

menguji

faktor-faktor

yang

mempengaruhi pergerakan harga saham secara agregat.
4. Perubahan harga historis dapat digunakan untuk memprediksi
pergerakan di masa depan.
5. Risiko yang relevan dengan risiko aset individual (saham) adalah risiko
sistematik, yang merupakan hubungan antara tingkat imbal hasil untuk
portofolio pasar dari risiko asset, dengan demikian, pada saat
menghitung risiko sistematik untuk risiko aset individual perlu untuk
mengaitkan tingkat pengembaliannya dengan imbal hasil dari indeks
pasar agregat.
Harga saham yang mengalami perubahan setiap harinya membuat
investor harus mampu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
harga saham. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham

13

dapat berasal dari internal maupun eksternal (Indah Yuliana, 2010),
adapun faktor internalnya antara lain adalah laba perusahaan, pertumbuhan
aktiva tahunan, likuiditas, nilai kekayaan total, dan penjualan. faktor
eksternalnya adalah kebijakan pemerintah dan dampaknya, pergerakan
suku bunga, inflasi, fluktuasi nilai tukar mata uang, rumor dan sentimen
pasar.
Fokus dari penelitian ini adalah pengaruh inflasi, suku bunga, dan
nilai tukar rupiah terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di indonesia.
Pengambilan ketiga faktor tersebut bukan disebabkan oleh ketiga faktor itu
saja yang dicurigai memiliki pengaruh terhadap perubahan harga saham di
Indonesia, akan tetapi lebih pada kecurigaan bahwa ketiga faktor tersebut
sangat dominan pengaruhnya terhadap perubahan harga saham.
2. Inflasi
Inflasi merupakan salah satu bentuk penyakit ekonomi yang sering
muncul dan dialami oleh hampir semua negara. Tidak dapat dipungkiri
bahwa memerangi laju inflasi merupakan salah satu bentuk kebijakan
ekonomi yang sering dikenal dengan stabilitas harga.
Dwi

Eko

Waluyo

(2006)

mendefinisikan

inflasi

sebagai

kecenderungan kenaikan harga-harga umum secara terus menerus.
Pengertian kenaikan harga satu atau beberapa macam barang pada suatu
saat tertentu dan hanya “sementara” belum tentu menimbulkan inflasi.
Inflasi yang semakin meningkat menjadi sinyal negatif bagi para
investor di pasar saham. Investor akan cenderung melepas sahamnya bila

14

terjadi peningkatan inflasi, terlebih pada saat terjadi inflasi menyebabkan
kenaikan resiko investasi pada saham. Kecenderungan para investor untuk
melepas sahamnya akan menyebabkan harga saham tersebut turun.
Kondisi penurunan saham akan tercermin pada indeks harga saham.
Penggolongan berdasarkan asal dari inflasi dapat dibedakan menjadi:
1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation).
Inflasi terjadi karena kenaikan harga akibat adanya kondisi shock
(kejutan) dari dalam negeri baik karena perilaku masyarakat maupun
pemerintah yang mengakibatkan kenaikan harga.
2. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation).
Menaikan harga-harga umum saja tidak dipengaruhi oleh harga
dalam negeri, tetapi juga oleh harga-harga luar negeri yang tercermin
pada harga barang-barang import, dengan demikian kenaikan indeks
harga luar negeri akan mengakibatkan kenaikan indeks harga umum
dan dengan sendirinya akan mempengaruhi laju inflasi.
Secara garis besar ada 3 kelompok teori mengenai inflasi yaitu:
1. Teori kuantitas
Menurut teori ini, bahwa terjadinya inflasi pada dasarnya
disebabkan oleh jumlah uang yang beredar dan harapan masyarakat
tentang harga dimasa mendatang. Laju inflasi ditentukan oleh laju
pertambahan jumlah uang yang beredar dan oleh masyarakat mengenai
kenaikan harga dimasa mendatang.

15

2. Teori keynes
Menurut teori ini, inflasi timbul karena masyarakat ingin
mengkonsumsi lebih besar dari kemampuan ekonominya. Proses inflasi
menurut pandangan ini, tidak lain adalah proses perebutan bagian rezeki
diantara kelompok-kelompok sosial yang menginginkan bagian yang
lebih besar dari pada yang bisa disediakan oleh masyarakat tersebut.
3. Teori strukturalis
Teori strukturalis adalah teori mengenai inflasi yang didasarkan
atas pengalaman di negara-negara latin. Teori ini memberi tekanan pada
ketegaran (inflexibilities) dari struktur perekonomian negara-negara
sedang berkembang, karena inflasi dikaitkan dengan faktor-faktor
struktural dari perekonomian, maka teori ini disebut teori inflasi jangka
panjang.
Penggolongan atas dasar penyebab awal dari inflasi, dibedakan
menjadi:
1. Demand Pull Inflation
Inflasi ini timbul karena permintaan dalam negeri (baik
masyarakat maupun pemerintah) akan berbagai barang sangat kuat dan
besar serta melebihi keluaran (output) yang ada dalam perekonomian
tersebut.
2. Cosh Push Inflation
Inflasi ini timbul karena adanya kenaikan biaya produksi atau
dapat pula terjadi karena buruh menuntut kenaikan upah. Naiknya biaya

16

dalam penggunaan input produksi, menyebabkan naiknya harga jual
produksi.
3. Combined Inflation
Inflasi ini timbul karena pengaruh pergeseran permintaan dan
penawaran masyarakat dengan demikian harga yang timbul disebabkan
oleh permintaan masyarakat yang kuat dan juga adanya tuntutan dari
buruh atau pengusaha yang menyebabkan kenaikan ongkos.
Tingkat inflasi ditentukan dengan berbagai cara, antara lain:
1. Angka harga umum (general price)
Angka indeks adalah suatu angka untuk mengukur perubahan
persentase yang terjadi di dalam angka rata-rata selama jangka waktu
tertentu. Indeks harga merupakan suatu indikator yang menunjukan
tingkat harga pada waktu tertentu secara relatif dibanding dengan suatu
tingkat harga barang tersebut pada tahun dasar yang dipilih berdasarkan
keadaan ekonomi yang normal, dengan demikian laju inflasi dapat
diketahui berdasarkan perubahan tingkat harga barang pada indeks
harga. Formulasi yang umum dipakai adalah sebagai berikut:

Dimana:
= Laju Inflasi pada periode t
= Harga Umum pada periode t
= Harga Umum pada periode t-1

17

2. GNP Deflator
Gross Natioanal Product adalah jumlah barang dan jasa yang
dihasilkan oleh suatu negara dalam satu tahun, yang dinilai dalam unit
moneter sebelum dikurangi dengan jumlah penyusutan. Perhitungan
GNP adalah dengan cara menghitung semua barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh suatu negara disemua sektor produksi (termasuk
pemerintah dan perbankan) selama satu tahun. Volume produksi
dihitung menurut lapangan usaha dan dinilai dalam unit moneter
menurut harga pasar yang berlaku, yang mana hasil totalnya merupakan
Produk Domestik Bruto (PDB).
Dengan GNP Deflator, tingkat inflasi ditentukan menurut tingkat
kenaikan harga semua barang dan jasa yang dihitung dalam penentuan
GNP. Formulasi yang digunakan adalah:

Dimana:
GNP Nominal

= berdasar harga yang berlaku

GNP Rill

= berdasar harga konstan

3. Indeks Harga Konsumen
Indeks harga konsumen adalah nomor indeks yang mengukur
rata-rata dari barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga. IHK
merupakan presentase yang digunakan untuk menganalisis laju inflasi.
IHK juga merupakan indikator yang digunakan pemerintah untuk

18

mengukur inflasi di Indonesia. IHK dapat diperoleh dalam bentuk
bulanan, triwulan ataupun tahunan. Formulasi yang digunakan adalah:

Dimana:
= Laju Inflasi pada periode t.
= Indeks Harga Konsumen periode t.
= Indeks Harga Konsumen periode t-1.
4. Atas harga yang diharapkan
Cara ini sering ditunjukan dengan menitik beratkan pada
perhitungan harga dan laju inflasi pada periode yang berlaku, dan yang
ditonjolkan adalah peranan harga yang diharapkan pada periode yang
akan datang untuk menghitung laju inflasi. Formulasi yang digunakan
adalah:

Dimana:
= Laju Inflasi yang diharapkan pada tahun t.
= Atas Harga pengharapan pada tahun t+1.
= Atas Harga yang berlaku pada tahun t.
5. Indeks harga dalam negeri dan luar negeri
Untuk negara-negara dengan sistem perekonomian terbuka,
pengaruh harga luar negeri (sebagai cerminan dari inflasi luar negeri)

19

akan nampak pula pada angka indeks harga umum. Formulasi yang
digunakan adalah:
IHU = a IHDN + (1-a) IHLN
Dimana:
IHU

= Indeks Harga Umum.

IHDN

= Indeks harga dalam negeri.

IHLN

= Indeks harga luar negeri.

A

= Besarnya sumbangan pengaruh indeks harga dalam negeri
terhadap indeks harga umum.
Asfia Murni (2006) di tinjau dari parah tidaknya inflasi yang terjadi,

inflasi yang terjadi dapat digolongkan menjadi:
1. Moderat Inflation (laju inflasinya 7-10%) adalah inflasi yang ditandai
dengan harga-harga yang meningkat secara lambat.
2. Galloping Inflastion (laju inflasinya antara 20-100%) adalah inflasi
ganas yang dapat menimbulkan gangguan-gangguan serius terhadap
perekonomian

dan

timbulnya

distorsi-distorsi

besar

dalam

perekonomian. Hal ini ditandai dengan uang kehilangan nilainya
dengan cepat, sehingga orang tidak suka memegang uang atau lebih
baik memegang barang. Kredit jangka panjang yang didasarkan pada
indeks harga atau menggunakan mata uang asing. Kegiatan investasi
masyarakat lebih banyak di luar negeri.

20

3. Hyperinflation (laju inflasinya di atas 100%) adalah inflasi yang tingkat
inflasinya sangat tinggi. Inflasi ini sangat mematikan kegiatan
perekonomian masyarakat.
Dampak inflasi dapat memepengaruhi distribusi pendapatan, alokaso
faktor produksi serta produk nasional. Efek terhadap distribusi pendapatan
disebut dengan equity effect, sedang efek terhadap alokasi faktor produksi
dan produk nasional masing-masing disebut efficiency effect dan output
effect.
1. Efek terhadap pendapatan
Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang
dirugikan tetapi ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi.
Pihak-pihak yang dirugikan adalah masyarakat yang mendapatkan
pendapatan tetap, orang yang menumpuk kekayaan dalam bentuk uang
kas, demikian juga dengan pihak yang memberikan pinjaman dengan
bunga yang lebih rendah dari laju inflasi. Pihak yang mendapat
keuntungan dengan adanya inflasi adalah mereka yang memperoleh
kenaikan pendapatan dengan presentase yang lebih besar dari laju
inflasi atau mereka yang mempunyai kekayaan bukan uang dimana
nilainya naik dengan presentase lebih besar dari laju inflasi
2. Efek terhadap efisiensi
Inflasi dapat mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi.
Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai
macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan

21

dalam produksi beberapa barang tertentu, dengan adanya inflasi,
permintaan akan barang tertentu mengalami kenaikan yang lebih besar
dari barang lain, yang kemudian mendorong kenaikan produksi barang
tersebut. Kenaikan produksi barang ini pada gilirannya akan mengubah
pola alokasi faktor produksi yang sudah ada.
3. Efek terhadap output
Inflasi dapat mengakibatkan terjadinya kenaikan produksi, karena
dalam keadaan inflasi biasanya kenaikan harga barang mendahului
kenaikan upah sehingga keuntungan pengusaha naik. Kenaikan
keuntungan ini akan mendorong kenaikan produksi, karena apabila laju
inflasi cukup tinggi dapat mengakibatkan sebaliknya, yakni penurunan
output. Keadaan inflasi yang tinggi akan mengakibatkan nilai uang riil
turun secara derastis, masyarakat cenderung tidak menyukai uang kas,
yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi barang.
Upaya-upaya untuk mengendalikan inflasi dapat berupa penerapan
kebijakan fiskan dan kebijakan moneter:
1. Kebijakan fiskal
Kebijakan

fiskal

merupakan

kebijakan

pemerintah

untuk

mengubah dan mengendalikan penerimaan dan pengeluaran pemerintah
melalui APBN (Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara) dengan
maksud untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Kebijakan
fiskal bertujuan untuk mengurangi jumlah uang yang beredar dengan
memperkecil pengeluaran dan menaikan pajak. Kebijakan ini akan

22

menurunkan daya beli masyarakat, sehingga pembelian terhadap barang
konsumsi dan investasi turun. Bentuk kebijakan fiskal untuk jangka
pendek berupa:
a. Membuat perubahan yang berkaitan dengan pembelanjaan atau
pengeluaran pemerintah.
b. Membuat perubahan yang berkaitan dengan sistem pajak dan jumlah
pajak yang ditetapkan.
Untuk jangka panjang kebijakan fiskal dapat berupa:
a) Kebijakan penstabilan otomatik artinya menjalankan sistem pajak
yang telah ada.
b) Kebijakan fiskal diskresional artinya kebijakan yang secara khusus
membuat perubahan terhadap sistem yang ada.
2. Kebijakan moneter
Kebijakan moneter merupakan upaya untuk mencapai tingkat
pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap
mempertahankan kestabilan harga. Tujuan utama dengan adanya
kebijakan moneter adalah untuk mencapai suatu keseimbangan internal
seperti pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, dan
pemerataan pembangunan, serta tercapainya tujuan ekonomi makro,
yakni menjaga stabilitas ekonomi yang dapat diukur dengan
kesempatan

kerja,

kestabilan

harga

serta

neraca

pembayaran

internasional yang seimbang. Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat
tercermin salah satunya dengan adanya stabilitas harga, apabila

23

kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu maka kebijakan
moneter dapat dipakai untuk tindakan stabilisasi.
3. Suku Bunga (BI rate)
Sejak awal juli 2005, Bank Indonesia menggunakan mekanisme BI
rate (suku bunga BI), yaitu BI mengumumkan target suku bunga SBI yang
diinginkan oleh Bank Indonesia untuk pelelangan pada masa periode
tertentu. BI rate adalah suku bunga instrumen sinyaling Bank Indonesia
yang ditetapkan pada rapat Dewan Gubernur (www.bi.go.Id).
Suku bunga adalah jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu
yang disebut sebagai presentase dari jumlah yang dipinjamkan (Samuelson
dan Nordhaus, 2004). Tingkat bunga dalam pengertian dasar adalah harga
dari pengunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Tingkat bunga sebagai
harga adalah harga yang harus dibayar apabila terjadi pertukaran antara
satu rupiah sekarang dan satu rupiah yang akan datang.
Menurut Aulia Pohan (2008) perkembangan tingkat bunga yang
tidak wajar secara langsung dapat mengganggu perkembangan perbankan.
Suku bunga yang tinggi, disatu sisi akan meningkatkan hasrat masyarakat
untuk menabung sehingga jumlah dana perbankan akan meningkat.
Sementara itu, disisi lain suku bunga yang tinggi akan meningkatannya
biaya yang dikeluarkan oleh dunia usaha sehingga mengakibatkan
penurunan kegiatan produksi dalam negeri.

24

Suku bunga dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Suku bunga nominal, merupakan suku bunga dalam nilai uang. Suku
bunga ini merupakan nilai yang dapat dibaca secara umum. Suku bunga
ini menunjukan sejumlah rupiah untuk setiap satu rupiah yang
diinvestasikan.
2. Suku bunga riil, merupakan suku bunga yang telah mengalami koreksi,
dimana suku bunga rill lebih menekankan pada rasio daya beli uang
yang dibayarkan kembali terhadap daya beli uang yang dipinjam.
Ada dua mashab yang menyatakan alasan yang mengharuskan
timbulnya bunga, yaitu:
1. Mashab klasik (loanable funds)
Bunga adalah harga dari penggunaan dana yang tersedia untuk
dipinjamkan. Dana ini juga disebut dengan dana investasi. Menurut
teori klasik, bunga adalah harga yang terjadi di pasar dana investasi.
Pasar dana investasi merupakan tempat bertemunya penabung dan
investor dimana terjadi proses tawar menawar antara keduanya yang
akhirnya akan menghasilkan tingkat bunga kesepakatan. Mashab klasik
menekankan bahwa bunga timbul karena uang adalah produktif, dalan
arti bahwa dengan dana ditangan seorang pengusaha bisa menambah
alat produksinya (modal) yang bisa menghasilkan keuntungan yang
lebih tinggi.

25

2. Mashab Keynesian (liquidity preference)
Liquidity preference merupakan sumber timbulnya permintaan
akan uang. Memegang uang berarti menjamin kelancaran (liquidity)
pada orang tersebut. Preferensi atau keinginan untuk tetap likuid inilah
yang membuat orang bersedia membayar harga tertentu untuk
penggunaan uang.
Suku bunga merupakan tolak ukur dari kegiatan perekonomian dari
suatu negara yang akan berdampak pada kegiatan perputaran arus
keuangan perbankan. Tingkat suku bunga tinggi timbul oleh beberapa hal,
diantaranya:
1. Makin tinggi tingkat suku bunga makin tinggi pula keinginan
masyarakat untuk menabung. Artinya pada tingkat buga yang tinggi
masyarakat akan terdorong untuk mengorbankan atau mengurangi
pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungan.
2. Tingginya biaya modal perusahaan akan mempunyai posisi yang lemah
dalam persaingan berinvestasi.
Rendahnya tingkat suku bunga baik suku bunga pinjaman maupun
suku bunga simpanan menimbulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Banyaknya perusahaan yang mengambil kredit untuk investasi sehingga
bagi dunia perbankan tersebut akan meningkatkan pendapatan bunga.
2. Kecenderungan masyarakat untuk menabung semakin kecil.

26

4. Nilai Tukar
Nilai tukar atau yang sering disebut dengan kurs merupakan salah
satu harga yang terpenting dalam perekonomian terbuka mengingat
pengaruhnya yang demikian besar bagi neraca transaksi berjalan.
Pertukaran antara dua mata uang yang berbeda akan terdapat perbandingan
nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut.
Nilai tukar yang melonjak-lonjak secara derastis tak terkendali akan
menyebabkan kesulitan pada dunia usaha dalam merencanakan usahanya,
oleh karena itu pengelolaan nilai mata uang yang cukup stabil menjadi
salah satu faktor moneter yang mendukung perekonomian secara makro.
Penentuan nilai tukar dapat dilakukan antara lain melalui pendekatan
Purchasing Power Parity (PPP) dan melalui pendekatan moneter yang
dikemukakan oleh cassel bahwa PPP permintaan valas ditentukan oleh
jumlah valas yang digunakan penduduk dalam negeri untuk membiayai
impor, sedangkan penawaran valas yang digunakan oleh penduduk luar
negeri untuk membeli barang ekspor yang dihasilkan oleh penduduk dalam
negeri. Keseimbangan ditentukan oleh aliran permintaan dan penawaran
valas tersebut.
Menurut Kuncoro (2001), ada beberapa sistem kurs mata uang yang
berlaku di perekonomian internasional, yaitu:
1. Floating exchange rate atau sistem kurs mengambang. Sistem kurs ini
ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya stabilitas

27

oleh otoritas moneter, dalam sistem kurs mengambang dikenal dua
macam kurs mengambang, yaitu:
a. Mengambang bebas (murni), dimana kurs mata uang ditentukan
sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan bank
sentral atau otoritas moneter.
b. Mengambang terkendali (managed or dirty floating exchange rate),
dimana otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan kurs
pada tingkat tertentu.
2. Pagged exchange rate atau sistem kurs terhambat, dalam sistem ini
suatu negara mengaitkan nilai tukar mata uangnya dengan suatu mata
uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang biasanya merupakan
mata uang negara partner dagang yang utama “menambatkan” ke suatu
mata uang berarti nilai tukar mata uang tersebut bergerak mengkuti
mata uang yang menjadi tambatannya.
3. Crawling exchange rate atau sistem kurs terlambat merangkak, dalam
sistem ini suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai tukar
mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak menuju
nilai tertentu pada rentang waktu tertentu.
4. Fixed exchange rate atau sistem tukar tetap, dalam sistem ini suatu
negara mengumumkan suatu kurs tertentu atas nama uangnya dan
menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk menjual atau membeli valas
dalam jumlah tidak terbatas pada kurs tersebut.

28

5. Hubungan Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara
umum dan terus menerus. Kenaikan harga satu barang belum dapat disebut
inflasi, inflasi terjadi apabila terdapat kenaikan barang-barang secara
serentak dan menyeluruh di berbagai tempat (Sukirno, 2008). Tingkat
inflasi berbeda dari suatu periode ke periode lainnya, dan berbeda pula
dari satu negara ke negara lainnya. Kenaikan barang ini dapat diukur
dengan menggunakan indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering
digunakan untuk mengukur inflasi antara lain, indeks biaya hidup, Indeks
Harga Konsumen, Indeks Harga Perdagangan Besar.
Inflasi memiliki dampak positif dan negatif tergantung parah atau
tidaknya inflasi, apabila inflasi ringan akan mempunyai pengaruh yang
positif karena dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu
meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk
bekerja, menabung dan mengadakan investasi serta keadaan fundamental
ekonomi dalam negeri yang stabil seperti kebijakan moneter, kebijakan
politik. Secara teoritis, investasi pada saham dapat memberikan
perlindungan nilai (hedge) yang baik dari pengaruh inflasi karena saham
merupakan klaim terhadap aset-aset rill sehingga tingkat pengembalian rill
dari saham tidak terpengaruh oleh perubahan harga-harga barang dan jasa.
Eduardus Tandelilin (2001) melihat bahwa peningkatan inflasi
secara relatif merupakan signal negatif bagi pemodal di pasar modal. Hal
ini dikarenakan peningkatan inflasi akan meningkatkan biaya perusahaan,

29

jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang
dapat dinikmati oleh perusahaan, maka profitabilitas perusahaan akan
turun. Secara langsung, inflasi mengakibatkan turunnya profitabilitas
perusahaan.
6. Hubungan Suku Bunga terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG)
Kenaikan tingkat suku bunga dapat meningkatkan beban perusahaan
(emiten) yang lebih lanjut dapat menurunkan harga saham. Perubahan
tingkat suku bunga akan mempengaruhi keinginan untuk mengadakan
investasi (Sadono Sukirno, 2006). Investor dapat menggunakan tingkat
bunga sebagai patokan untuk perbandingan bila ingin berinvestasi.
Umumnya secara teori, tingkat bunga dan harga saham memiliki hubungan
yang negatif (Tandelilin, 2010). Hal ini dikarenakan tingkat bunga yang
terlalu tinggi akan mempengaruhi nilai sekarang (present value) aliran kas
perusahaan, sehingga kesempatan-kesempatan investasi yang ada tidak
akan menarik lagi. Tingkat bunga yang tinggi juga akan meningkatkan
biaya modal yang akan ditanggung perusahaan dan juga akan
menyebabkan return yang diisyaratkan investor dari suatu investasi akan
meningkat.
Meningkatnya suku bunga mengakibatkan para pemilik modal lebih
memilih menyimpan uangnya di bank daripada memilih berinvestasi di
pasar saham, sehingga menyebabkan harga saham menurun (Tri Susilo
Anggoro, 2011).

30

Menurunnya harga-harga saham suatu perusahaan secara langsung
akan mempengaruhi IHSG dimana IHSG juga akan menurun, sebaliknya
juga dengan menurunnya tingkat suku bunga akan berdampak positif
terhadap harga-harga saham. Penurunan tingkat suku bunga membuat
investor lebih menanamkan dananya di pasar modal dari pada di pasar
uang, akibatnya harga-harga saham akan naik. Naiknya harga-harga saham
otomatis akan meningkatkan IHSG.
7. Hubungan Nilai Tukar terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG)
Menurut Mohamad Samsul (2006), perubahan satu variabel makro
ekonomi memiliki dampak yang berbeda terhadap harga saham, yaitu
suatu saham dapat terkena dampak positif sedangkan saham lainnya
terkena dampak negatif. Nilai tukar merupakan salah satu indikator yang
mempengaruhi perdagangan di pasar uang dan saham, karena melemahnya
kurs rupiah terhadap mata uang asing akan memiliki pengaruh negatif
terhadap perekonomian dan pasar modal. Melemahnya rupiah akan
menyebabkan pasar modal dalam negeri kurang menarik karena adanya
resiko nilai tukar yang menyebabkan penurunan nilai investasi.
Bagi investor, depresiasi rupiah menandakan bahwa prospek
perekonomian Indonesia suram, sebab depresiasi rupiah dapat terjadi
apabila faktor fundamental perekonomian Indonesia tidaklah kuat,
sehingga akan menurunkan Indeks Harga Saham Gabungan di BEI
(Sunariyah, 2006). Hal ini tentunya menambah resiko bagi investor apabila

31

hendak berinvestasi di bursa saham Indonesia. Investor tentunya akan
menghindari resiko, sehingga investor akan cenderung melakukan aksi jual
dan menunggu hingga situasi perekonomian dirasakan membaik.
Menurut Farid Harianto (2000) Hubungan antara nilai tukar dollar
terhadap rupiah bisa saja berpengaruh positif bila investor berasal dari luar
negeri

dan

menggunakan

mata

uang

asing

sehingga

semakin

terdepresiasinya mata uang rupiah akan menyebabkan investor luar
cenderung melepas mata uang asingnya untuk membeli saham yang
harganya turun karena pengaruh kurs mata uang.

C. Kerangka Pemikiran
Dalam

penelitian

ini,

dilakukan

terhadap

3

(tiga)

variabel

makroekonomi yang diduga berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia. Variabel makro ekonomi yang
diprediksikan berpengaruh terhadap IHSG adalah inflasi, suku bunga, dan
nilai tukar rupiah.
Gambar 2: Kerangka Pikir Penelitian
Inflasi

Suku Bunga

Nilai Tukar Rupiah

IHSG

32

Berdasarkan kerangka pikir di atas, menunjukan bahwa variabel
independen terdiri dari Inflasi (X1), Suku Bunga (X2), Nilai Tukar Rupiah
(X3), dan variabel dependennya IHSG (Y).

D. Hipotesis
Berdasarkan pemaparan pada pokok masalah dan kerangka pikir
penelitian di atas, dapat ditarik jawaban sementara (hipotesis) yang akan diuji
kebenarannya. Rumusan hipotesis dalam penelitian ini dinyatakan sebagai
berikut:
1. Inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan terhadap
IHSG di Bursa efek Indonesia (BEI).
2. Variabel niai tukar rupiah yang paling berpengaruh terhadap IHSG di
Bursa Efek Indonesia (BEI).

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, dan Suku Bunga SBI Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2014

3 67 113

Pengaruh Tingkat Bunga Sertifikat Bank Indonesia, Nilai Tukar Rupiah, Dan Tingkat Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia

1 37 92

Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah Dan Indeks Dow Jones Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

2 18 83

Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah /Us$ Dan Tingkat Suku Bunga Sbi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Jakarta Tahun 2007 – 2009

1 35 78

Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, SBI, Dan Indeks Dow Jones Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

2 33 99

PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH, SUKU BUNGA, INFLASI, JUMLAH UANG BEREDAR (M1) TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

4 27 32

Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, dan Suku Bunga terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008 - 2012.

0 0 24

Analisis pengaruh inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (periode 1992-2011).

0 1 149

PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA, DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (Studi pada Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017)

0 0 9

ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI , TINGKAT SUKU BUNGA SBI DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 8