Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, dan Suku Bunga SBI Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2014

(1)

TERHADAP PERGERAKAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA

PERIODE 2009 - 2014

OLEH

NOVA CRISTINA PANGGABEAN 130521046

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, dan Suku Bunga

SBI Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2014”. Tujuan penulisan ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Selama studi dan pengerjaan penelitian ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan berupa masukan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak khususnya pihak keluarga. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda L. Panggabean dan Ibunda R. Silaban atas dukungan, kasih sayang, pengorbanan serta doa yang tulus dan tidak pernah putus untuk penulis.

Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara materil maupun moril, yaitu:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, S.E, M.Ec., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenty Sadalia, SE, ME selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(3)

Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas dan Bisnis Sumatera Utara . 5. Ibu Dra. Friska Sipayung, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Dra. Lisa Marlina, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membimbing, mengarahkan, dan memberikan saran kepada penulis.

7. Ibu Dr. Khaira Amalia Fahruddin, SE, MBA selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah banyak memberikan saran dalam penulisan dan perbaikan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen dan Civitas Akademik di Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU yang telah memberikan bekal pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dan penulisan skripsi ini dengan baik, dan juga kepada pegawai FE USU.

9. Kakak - kakak dan adik - adik ku tersayang (Retta, Yanti, Bella, Aron, Uli), serta keponakan ku Jamiel Asyer, yang selalu menjadi motivasi dan memberi dukungan serta doa yang tulus

10. Seluruh rekan – rekan seperjuangan Manajemen Ekstensi 2013 terimakasih atas persahabatan yang luar biasa.

Medan, Juli 2015 Nova Cristina Panggabean


(4)

yang dalam perkembangannya sangat rentan terhadap kondisi ekonomi makro secara umum. Untuk melihat perkembangan pasar modal, indikator yang digunakan adalah IHSG, yang merupakan salah satu indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh dari Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi dan Suku Bunga SBI terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2014.

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari data bulanan yang dipublikasikan oleh OPEC (Organization of Petroleum Exporting Countries), Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia dan diolah menggunakan Analisis Regresi Linier Berganda.

Uji asumsi klasik menunjukkan data terdistribusi normal dan tidak diperoleh suatu penyimpangan. Berdasarkan hasil perhitungan Uji Anova diperoleh nilai Fhitung = 3,232 dengan signifikansi F sebesar 0.017. Dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05 diperoleh nilai F tabel sebesar 2,58. Maka Fhitung (3,232) > Ftabel (2,58), atau signifikansi F sebesar 0,017 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa keempat variabel independen yaitu harga minyak dunia, nilai tukar rupiah, inflasi dan suku bunga SBI secara bersama-sama berpengaruh terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia diterima. Secara parsial variabel nilai tukar rupiah berpengaruh negatif signifikan. Sedangkan variabel harga minyak dunia, inflasi dan suku bunga SBI tidak signifikan terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009 – 2014.

Kata Kunci : IHSG, Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, Suku Bunga SBI.


(5)

development of stock market is very susceptible to macroeconomic conditions. To see the progress of stock market, the indicators used is IHSG, which is one of the stock market index used by the Indonesia Stock Exchange. The purpose of this study is to analyze the influence of World Oil Prices, Exchange Rate, Inflation and Interest Rates on movement Composite Stock Price Index in Indonesia Stock Exchange during the period 2009-2014.

The sample used in this study is a secondary data, obtained from the monthly data published by OPEC (Organization of Petroleum Exporting Countries), Bank Indonesia and Indonesia Stock Exchange and processed using Multiple Linear Regression Analysis.

Classic assumption test showed normal distribution of data and no irregularities data. Based on calculations of Anova Test, obtained Farithmetic=

3.232 with a significance F = 0.017. By using a significance level are 0.05 was obtained value of Ftable = 2.58. Until, Farithmetic (3,232) > F table (2.58), and the

significance of F 0,017 < 0,05 so that it can be concluded that the four independent variables (oil prices, exchange rate, inflation and SBI interest rates) effect on the movement of Composite Stock Price Index in Indonesia Stock Exchange accepted. In partial exchange rate is significant negative effect. While variable oil prices, inflation and SBI interest rates is not significant to the movement of Composite Stock Price Index in Indonesia Stock Exchange during the period from 2009 to 2014.

Keywords: IHSG, World Oil Prices, Exchange Rate, Inflation, SBI Interest Rates


(6)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ……….… 1

1.2 Perumusan Masalah………..…...6

1.3 Tujuan Penelitian………...6

1.4 Manfaat Penelitian ………..………7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori……….8

2.1.1 Investasi……… 8

2.1.2 Saham……….. 10

2.1.3 Risiko Investasi……… 11

2.1.4 Return Investasi………... 14

2.1.5 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ………..15

2.1.6 Harga Minyak Dunia……….……18

2.1.7 Nilai Tukar Rupiah………... 20

2.1.8 Inflasi……… 24

2.1.9 Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)……….. 27

2.2 Hubungan Antar Variabel………. 28

2.2.1 Hubungan Harga Minyak Dunia dengan IHSG…….. 28

2.2.2 Hubungan Nilai Tukar dengan IHSG……….. 29

2.2.3 Hubungan Inflasi dengan IHSG……….. 30

2.2.4 Hubungan Suku Bunga SBI dengan IHSG………... 30

2.3 Penelitian Terdahulu………... 31

2.4 Kerangka Konseptual……….. 35

2.5 Hipotesis………. 37

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian……….…38

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian……….… 38

3.3 Batasan Operasional……… 38

3.4 Definisi Operasional……… 39

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian……….. 43

3.6 Jenis Data……… 43

3.7 Metode Pengumpulan Data………..44

3.8 Teknik Analisis Data………....44

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan……….49

4.2. Hasil Penelitian………...…………....51


(7)

4. 3 Pembahasan……….………80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………..85

5.2 Saran……… 86

DAFTAR PUSTAKA………...88


(8)

1.1 Pergerakan Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, Suku Bunga SBI, dan IHSG

(Oktober 2013- Desember 2014)……….. 2

2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu... 33

3.1 Operasionalisasi Variabel……….. 42

3.2 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi……….. 47

4.1 Perubahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)………..49

4.2 Perubahan Harga Minyak Dunia………51

4.3 Perubahan Nilai Tukar Rupiah……….. 53

4.4 Perubahan Tingkat Inflasi………..56

4.5 Perubahan Suku Bunga SBI……….. 58

4.6 Hasil Estimasi Regresi……….. 60

4.7 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov……… 62

4.8 Hasil Uji Park……… 65

4.9 Hasil Uji Runs………..66

4.10 Hasil uji Durbin-Watson (DW)………. 66

4.11 Hasil Uji Multikolonieritas………67

4.12 Hasil Uji F……… 68


(9)

2.1 Kerangka Pemikiran………. 37 4.1 Hasil Uji Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual…..63 4.2 Hasil Scatterplot……….... 64


(10)

yang dalam perkembangannya sangat rentan terhadap kondisi ekonomi makro secara umum. Untuk melihat perkembangan pasar modal, indikator yang digunakan adalah IHSG, yang merupakan salah satu indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh dari Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi dan Suku Bunga SBI terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2014.

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari data bulanan yang dipublikasikan oleh OPEC (Organization of Petroleum Exporting Countries), Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia dan diolah menggunakan Analisis Regresi Linier Berganda.

Uji asumsi klasik menunjukkan data terdistribusi normal dan tidak diperoleh suatu penyimpangan. Berdasarkan hasil perhitungan Uji Anova diperoleh nilai Fhitung = 3,232 dengan signifikansi F sebesar 0.017. Dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05 diperoleh nilai F tabel sebesar 2,58. Maka Fhitung (3,232) > Ftabel (2,58), atau signifikansi F sebesar 0,017 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa keempat variabel independen yaitu harga minyak dunia, nilai tukar rupiah, inflasi dan suku bunga SBI secara bersama-sama berpengaruh terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia diterima. Secara parsial variabel nilai tukar rupiah berpengaruh negatif signifikan. Sedangkan variabel harga minyak dunia, inflasi dan suku bunga SBI tidak signifikan terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009 – 2014.

Kata Kunci : IHSG, Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, Suku Bunga SBI.


(11)

development of stock market is very susceptible to macroeconomic conditions. To see the progress of stock market, the indicators used is IHSG, which is one of the stock market index used by the Indonesia Stock Exchange. The purpose of this study is to analyze the influence of World Oil Prices, Exchange Rate, Inflation and Interest Rates on movement Composite Stock Price Index in Indonesia Stock Exchange during the period 2009-2014.

The sample used in this study is a secondary data, obtained from the monthly data published by OPEC (Organization of Petroleum Exporting Countries), Bank Indonesia and Indonesia Stock Exchange and processed using Multiple Linear Regression Analysis.

Classic assumption test showed normal distribution of data and no irregularities data. Based on calculations of Anova Test, obtained Farithmetic=

3.232 with a significance F = 0.017. By using a significance level are 0.05 was obtained value of Ftable = 2.58. Until, Farithmetic (3,232) > F table (2.58), and the

significance of F 0,017 < 0,05 so that it can be concluded that the four independent variables (oil prices, exchange rate, inflation and SBI interest rates) effect on the movement of Composite Stock Price Index in Indonesia Stock Exchange accepted. In partial exchange rate is significant negative effect. While variable oil prices, inflation and SBI interest rates is not significant to the movement of Composite Stock Price Index in Indonesia Stock Exchange during the period from 2009 to 2014.

Keywords: IHSG, World Oil Prices, Exchange Rate, Inflation, SBI Interest Rates


(12)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pasar modal merupakan indikator kemajuan perekonomian (leading

indicator economic) suatu negara, dimana pertumbuhan ekonomi suatu negara

dipengaruhi pertumbuhan investasi di negara tersebut. Pasar modal memiliki fungsi sebagai tempat (media) yang memberikan kesempatan berinvestasi bagi investor perorangan maupun institusional, serta sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat (investor).

Perkembangan yang terjadi di dalam pasar modal dapat ditunjukkan oleh perubahan harga saham yang diperdagangkan. Para investor harus memantau pergerakan harga saham dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, karena harga saham adalah informasi yang dapat digunakan untuk melihat seberapa besar

return yang akan didapat oleh investor. Kenaikan dan penurunan harga saham akan mencerminkan seberapa besar return yang akan diperoleh investor. Hal ini dikarenakan investor membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham di masa yang akan datang (Tandelilin, 2001:3).

Indeks Harga Saham Gabungan menjadi salah satu indikator yang sering diperhatikan investor ketika berinvestasi di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal ini disebabkan karena indeks harga saham merupakan ringkasan dari dampak simultan dan kompleks atas berbagai macam faktor yang berpengaruh, terutama fenomena-fenomena ekonomi (Widoatmodjo,2009:84).


(13)

Perkembangan yang terjadi dalam indeks saham dapat ditunjukkan oleh perubahan harga saham yang diperdagangkan di bursa efek. Pergerakan harga saham dapat memberikan petunjuk tentang peningkatan dan penurunan aktivitas pasar modal bagi investor dalam melakukan transaksi jual beli saham. Pembentukan harga saham dipengaruhi permintaan dan penawaran para investor atas saham tersebut. Naik turunya supply dan demand tersebut terjadi karena banyaknya faktor, baik yang bersifat internal (kinerja perusahaan) maupun eksternal (kurs, suku bunga, inflasi, harga minyak dunia) (Alwi, 2003: 87).

Tabel 1.1

Pergerakan Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, Suku Bunga SBI, dan IHSG

(Oktober 2013- Desember 2014)

Bulan/Tahun Harga Minyak Kurs Inflasi Suku Bunga IHSG (US$/barel) (Rp/US$) (%) SBI (%)

Oktober 2013 106,69 11.424 8,32 6,97 4510,63 November 2013 105,00 11.671 8,37 7,24 4256,44 Desember 2013 107,67 12.148 8,38 7,24 4288,76 Januari 2014 104,71 12.241 8,22 7,21 4418,76 Februari 2014 105,00 11.995 7,75 7,21 4620,22 Maret 2014 104,15 11.484 7,32 7,18 4768,28 April 2014 104,27 11.493 7,25 7,18 4840,15 Mei 2014 105,44 11.584 7,32 7,18 4893,91 Juni 2014 107,89 11.833 6,70 7,15 4878,58 Juli 2014 105,61 11.748 4,53 7,15 5088,80 Agustus 2014 100,75 11.765 3,99 7,04 5136,86 September 2014 95,98 11.950 4,53 7,04 5137,58 Oktober 2014 85,06 12.206 4,83 6,93 5089,55 November 2014 75,57 12.220 6,23 6,93 5149,89 Desember 2014 59,46 12.500 8,36 6,97 5226,95 Sumber: www.opec.org www.bi.go.id dan www.idx.co.id (4/03/2015, diolah)


(14)

Minyak mentah merupakan komoditas yang memegang peran sangat vital dalam semua aktifitas perekonomian. Kenaikan harga minyak dunia cenderung memberikan dampak yang negatif terhadap kinerja perusahaan, dimana dengan meningkatnya harga minyak dunia akan membuat naiknya biaya produksi suatu perusahaan dan berdampak pada naiknya harga jual produk. Naiknya biaya produksi dan harga jual produk tentu akan berdampak pada kemampuan perusahaan melakukan produksi karena hal tersebut akan membuat kinerja dan

profit perusahaan menurun (Blanchard, 2011:153). Turunnya kinerja dan profit

perusahaan akan berdampak pada turunnya harga saham perusahaan tersebut. Dari Tabel 1.1 terlihat pada periode Mei 2014 dan Juni 2014 ketika harga minyak dunia mengalami kenaikan dari US$ 105.44 per barel menjadi US$ 107.89 per barel, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada periode yang sama mengalami penurunan dari 4893.91 menjadi 4878.58. Peristiwa sebaliknya terjadi ketika harga minyak dunia pada periode November 2014 dan Desember 2014 mengalami penurunan dari US$ 75.57 per barel menjadi US$ 59.46 per barel, pada periode yang sama, IHSG mengalami peningkatan dari 5149,89 menjadi 5226.95.

Pergerakan IHSG tidak hanya dipengaruhi oleh fluktuasi harga minyak dunia. Perusahaan yang bergantung pada teknologi, modal asing, dan bahan – bahan import, serta perusahaan yang melakukan aktivitas perdagangan internasional, sangat sensitif terhadap perubahan kurs. Fluktuasi kurs berpotensi mempengaruhi kondisi internal pada perusahaan yang akhirnya dapat menimbulkan resiko.


(15)

Nilai tukar (kurs) adalah nilai yang menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam nilai mata uang asing. Nilai tukar (kurs) dapat juga didefenisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing (Sukirno, 2006:21). Jika kurs mengalami depresiasi berarti, permintaan terhadap mata uang dalam negeri menurun atau dengan kata lain terjadi peningkatan permintaan terhadap mata uang luar negeri (dollar). Ketika nilai tukar rupiah mengalami depresiasi, investor cenderung memilih untuk menginvestasikan dananya dalam bentuk valuta asing, dengan membeli dollar sebanyak mungkin untuk tujuan spekulatif. Hal ini menyebabkan permintaan akan saham mengalami penurunan (Tandelilin, 2010:344).

Kondisi ini terlihat pada Tabel 1.1, dimana pada periode Januari 2014 ketika kurs rupiah Rp 12.241/US$ menurun di bulan Februari 2014 menjadi Rp 11.995 (rupiah terapresiasi terhadap dollar), IHSG pada periode yang sama mengalami peningkatan dari 4418,76 menjadi 4620,22, peristiwa sebaliknya terjadi pada bulan September 2014 dan Oktober 2014, ketika nilai tukar rupiah terhadap dollar mengalami peningkatan (rupiah terdepresiasi terhadap dollar) dari Rp 11.950/US$ menjadi Rp 12.206/US$,, maka IHSG mengalami penurunan dari 5137,58 menjadi 5089,55.

Indikator ketiga yang paling fluktuatif pada Tabel 1.1 adalah tingkat inflasi. Pada umumnya tekanan inflasi di Indonesia akan meningkat pada pertengahan tahun yaitu menjelang tahun ajaran baru, saat bulan Ramadhan, menjelang hari raya keagamaan, Idul Fitri, Natal serta menjelang Tahun Baru.


(16)

Menurut Sunariyah (2006:20), inflasi merupakan kenaikan harga-harga barang dan jasa secara terus-menerus. Dilihat dari segi konsumen, inflasi yang tinggi mengakibatkan daya beli konsumen (masyarakat) menurun. Jika dilihat dari segi perusahaan, inflasi dapat meningkatkan biaya faktor produksi dan menurunkan profitabilitas perusahaan, sehingga inflasi yang tinggi mempunyai hubungan negatif terhadap ekonomi pasar modal.

Peningkatan inflasi yang terjadi pada November 2013 dari 8,32% menjadi 8,37%, mengakibatkan IHSG mengalami pelemahan dari 4510,63 menjadi 4256,44. Peristiwa ini merupakan dampak dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, sehingga mengakibatkan naiknya sejumlah harga komoditas pangan, dan tingginya permintaan selama bulan Ramadhan, Natal dan Tahun Baru. Inflasi terus merangkak naik hingga akhir tahun 2013 inflasi mencapai 8,38%, angka ini merupakan catatan inflasi tertinggi sejak tahun 2010 sampai 2014. Laju inflasi mulai mereda pada bulan Februari 2014 namun kembali naik pada bulan Desember 2014, hal ini disebabkan Pemerintah kembali menaikkan harga BBM per tanggal 18 November 2014, dan adanya kenaikan tarif dasar listrik dan gas, sehingga inflasi kembali mencapai angka 8,36%, sedikit lebih rendah dari inflasi yang terjadi pada tahun 2013.

Tandelilin (2001:213) menyatakan bahwa tingkat bunga yang tinggi merupakan sinyal negatif terhadap harga saham. Hal ini dikarenakan tingkat suku bunga yang meningkat akan menyebabkan peningkatan suku bunga yang diisyaratkan atas investasi pada suatu saham. Di samping itu, tingkat suku bunga yang meningkat dapat menyebabkan investor memilih untuk menjual sahamnya


(17)

dan memindahkannya pada investasi berupa tabungan atau deposito. Penjualan saham yang serentak akan berdampak pada penurunan harga saham secara signifikan (Arifin, 2007:119). Hal itu terbukti, pada bulan Oktober 2013 sampai November 2013, ketika tingkat suku bunga SBI sebesar 6,97% naik menjadi 7,24%, IHSG pada periode yang sama justru mengalami penurunan dari 4510,63 menjadi 4256,44.

Pergerakan IHSG yang cenderung mengikuti pergerakan harga minyak dunia, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, tingkat inflasi, dan suku bunga SBI, menjadi ketertarikan bagi peneliti untuk meneliti apakah terdapat hubungan antara IHSG dan variabel-variabel tersebut.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, dan Suku Bunga SBI terhadap Pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia (Periode 2009-2014)”

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah, apakah harga minyak dunia, nilai tukar, inflasi dan suku bunga SBI berpengaruh signifikan secara simultan dan parsial terhadap pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia ?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah, untuk menganalisis pengaruh harga minyak dunia, nilai tukar, inflasi dan suku bunga SBI secara simultan dan parsial terhadap pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia.


(18)

1.4 Manfaat Penelitian a. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan dan pola pikir tentang pengaruh perubahan harga minyak dunia, nilai tukar rupiah, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia.

b. Bagi Investor

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan kontribusi kebijakan bagi pengambilan keputusan investasi investor asing maupun domestik demi peningkatan IHSG di BEI secara berkesinambungan.

c. Bagi Pihak Lain

Penelitian ini bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran dan informasi bagi berbagai pihak yang ingin melakukan pengembangan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh harga minyak dunia, nilai tukar rupiah, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap pergerakan IHSG.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Investasi

Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber dana yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang (Tandelilin, 200:3). Harapan keuntungan di masa yang akan datang merupakan kompensasi atas waktu dan resiko yang terkait dengan keuntungan yang diharapkan. Dalam konteks investasi harapan keuntungan ini sering disebut

return atau imbal hasil (Tandelilin, 2001:3). Menurut Sunariyah (2003:4)

Investasi adalah suatu penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang.

Di samping untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang, ada beberapa tujuan lain dari sebuah investasi (Tandelilin, 2001:5), yaitu:

1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang 2. Mengurangi tekanan inflasi

Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.

3. Dorongan untuk menghemat pajak

Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi masyarakat melalui pemberian fasilitas


(20)

perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang usaha tertentu.

Menurut Sunariyah (2004:4) investasi dalam arti luas terdiri dari dua bagian utama yaitu:

1. Investasi dalam bentuk aktiva rill (real asset), berupa aktiva berwujud seperti emas, perak, intan, barang-barang seni dan real estate.

2. Investasi dalam bentuk surat-surat berharga (financial asset) berupa surat-surat berharga yang pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva rill yang di kuasai oleh entitas.

Pemilihan aktiva financial dalam rangka investasi pada sebuah entitas dapat dilakukan dengan dua cara:

a. Investasi langsung (direct investment)

Investasi langsung dapat diartikan sebagai suatu pemilikan surat-surat berharga secara langsung dalam suatu entitas yang secara resmi telah go public dengan harapan akan mendapatkan keuntungan berupa penghasilan dividen dan

capital gains.

b. Investasi tidak langsung (indirect investment)

Investasi tidak langsung terjadi bilamana surat-surat berharga yang dimiliki diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi (investment company) yang berfungsi sebagai perantara.

Proses investasi merupakan proses keputusan yang berkesinambungan. Proses keputusan investasi terdiri dari 5 tahap keputusan yang berjalan


(21)

terus-menerus sampai tercapai keputusan yang terbaik. Tahap-tahap keputusan investasi tersebut (Tandelilin, 2001:8) adalah sebagai berikut:

1. Penentuan tujuan investasi 2. Penentuan kebijakan investasi 3. Pemilihan strategi portofolio 4. Pemilihan aset

5. Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio 2.1.2 Saham

Ada banyak bentuk investasi yang dapat dilakukan oleh investor, salah satu diantaranya adalah saham. Saham adalah surat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan (emiten) yang menyatakan bahwa investor yang memiliki surat berharga tersebut mempunyai hak kepemilikan atas asset-aset perusahaan (Tandelilin, 2001:18). Menurut Samsul (2006:45), saham adalah tanda bukti memiliki perusahaan di mana pemiliknya disebut juga sebagai pemegang saham (shareholder atau stockholder). Bukti bahwa seseorang atau suatu pihak dapat dianggap sebagai pemegang saham adalah apabila mereka sudah tercatat sebagai pemegang saham dalam buku yang disebut Daftar Pemegang Saham (DPS).

Secara umum ada beberapa jenis saham yang diperdagangkan di pasar modal, antara lain:

1. Saham Atas Tunjuk (Bearer Stock)

Setiap pemegang saham atas tunjuk dianggap sebagai pemilik dan memiliki hak untuk menjual saham tersebut, memperoleh bayaran atas deviden dan menghadiri Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).


(22)

2. Saham Atas Nama (Registered Stock)

Jenis saham ini nama dari pemilik saham terdapat di sertifikat saham dan tercatat dalam daftar pemegang saham (DPS) perusahaan. Pemegang saham jenis ini memperoleh hak untuk menjual saham, memperoleh deviden, dan mengakhiri Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

3. Saham Biasa (Common Stock)

Saham biasa adalah saham yang tidak memiliki saham istimewa, pemegang saham ini memiliki hak prioritas yang lebih rendah dibandingkan pemegang saham preferen terutama pada saat pembagian deviden dan liquidasi perusahaan.

4. Saham Preferen (Preferren Stock)

Pemegang saham preferen memiliki hak prioritas dalam pembagian deviden dan pembagian kekayaan pada saat perusahaan dilikuidasi dibandingkan dengan pemegang saham biasa. Selain itu pemegang saham preferen berhak mengajukan usul pengajuan calon anggota dewan komisaris dan direksi.

2.1.3 Risiko Investasi

Dalam berinvestasi seseorang dihadapkan pada suatu risiko yang dinamakan risiko investasi, sehingga dalam melakukan investasi seseorang harus selalu mempertimbangkan tingkat risiko. Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual dengan return yang diharapkan. Semakin besar perbedaannya, berarti semakin besar risiko investasi tersebut (Tandelilin,2001:46). Pengertian lain dari Risiko yang dikemukakan oleh Gitman


(23)

(2003:214), sebagai berikut: “Risk is the change of financial loss or more

formally, the variability of return associated with a given asset”. Artinya bahwa

risiko pada dasarnya adalah perubahan dari kerugian financial atau bisa di definisikan sebagai variasi dari pengembalian asset.

Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulakan bahwa risiko adalah kemungkinan dari investasi yang di lakukan oleh investor mengalami kegagalan dalam memenuhi tingkat pengembalian yang diharapkan investor.

Adapun jenis-jenis risiko yang mungkin dihadapi oleh para investor dalam melakukan kegiatan investasi dikemukakan oleh Reilly (2003:15), diantaranya:

1. Bussiness Risk

Kemungkinan kerugian yang di derita perusahaan karena keuntungan yang diperoleh lebih kecil dari keuntungan yang diharapkan. Business Risk ini berkaitan dengan cakupan usaha perusahaan.

2. Financial Risk

Risiko yang ditimbulkan dari cara perusahaan membiayai kegiatannya misalnya: penggunaan utang dalam membiayai asset perusahaan.

3. Liquidity Risk

Adanya ketidakpastian yang timbul pada saat sekuritas berada di pasar sekunder.

4. Exchange Risk

Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestic dengan nilai mata uang negaranya.


(24)

5. Country Risk

Risiko ini berkaitan dengan kestabilan politik serta kondisi lingkungan perekonomian di suatu Negara.

Tandelilin (2001:50), menyebutkan beberapa sumber risiko yang dapat mempengaruhi besarnya risiko atas surat investasi, antara lain adalah:

1. Risiko Suku Bunga 2. Risiko Pasar 3. Risiko Inflasi 4. Risiko Bisnis 5. Risiko Financial 6. Risiko Likuiditas

7. Risiko Nilai Tukar Mata Uang 8. Risiko Negara

Adapun risiko yang harus dihadapi dalam setiap keputusan investasi mengharuskan investor untuk berhati-hati dan melakukan analisa serta pertimbangan yang matang. Pengetahuan dan pemahaman yang cukup akan membantu investor dalam mempertimbangkan suatu alternatif investasi. Karena itu seorang investor atau pelaku investasi yang akan berinvestasi dalam sekuritas saham sebaiknya memiliki pemahaman mengenai pasar modal, bagaimana proses berinvestasi pada sekuritas serta karakteristik saham itu sendiri.

Menurut Tandelilin (2001:50), ada beberapa sumber risiko yang bisa mempengaruhi besarnya risiko suatu investasi. Sumber – sumber tersebut antara lain :


(25)

1. Risiko sistematis

Risiko sistematis merupakan risiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan. Perubahan pasar tersebut akan mempengaruhi variabilitas return suatu investasi.

2. Risiko tidak sistematis

Risiko tidak sistematis adalah risiko yang tidak terkait dengan perubahan pasar secara keseluruhan.

2.1.4 Return Investasi

Konsep risiko tidak terlepas kaitannya dengan return, karena investor selalu mengharapkan tingkat return yang sesuai atas setiap risiko investasi yang dihadapinya. Return adalah harapan keuntungan di masa datang atas investasi yang dilakukan oleh investor. Tujuan investor dalam berinvestasi adalah memaksimalkan return. Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya (Tandelilin, 2001:47).

Menurut Jogiyanto (2010:205) return dibedakan menjadi 2 yaitu : a. Return Realisasi (realized return)

Return realisasi merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan.


(26)

b. Return ekspektasi (expected return)

Merupakan return saham perusahaan yang diharapkanakan diperoleh oleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, sedangkan return ekspektasi sifatnya belum terjadi.Return realisasi dibutuhkan dalam menilai Return ekspektasi.

Return saham dalam konteks manajemen investasi merupakan imbalan yang

diperoleh dari investasi yang merupakan imbalan atas keberanian Investor menanggung resiko atas investasi yang dilakukan. Menurut Tandelilin (2001:48)

return saham terdiri dari :

1. Yield, yaitu cash flow yang dibayarkan secara periodik kepada pemegang saham (dalam bentuk deviden),

2. Capital gain (loss), yaitu selisih antara harga saham pada saat pembelian dengan harga saham pada saat penjualan.

2.1.5 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Menurut Jogiyanto (2000 : 147), Indeks Harga Saham Gabungan merupakan angka indeks harga saham yang sudah disusun dan dihitung sehingga menghasilkan trend, dan dapat digunakan untuk membandingkan kejadian yang berupa perubahan harga saham dari waktu ke waktu. Indeks harga saham individual sering sekali dipakai sebagai ukuran investor untuk menentukan perkembangan suatu perusahaan yang terrefleksi dari indeks harga sahamnya. Sedangkan indeks harga saham gabungan sering sekali dipakai sebagai indikator untuk mengukur situasi umum perdagangan efek (Lubis, 2006 : 157)


(27)

Sebuah indeks diharapkan memiliki 5 fungsi yaitu: 1. Sebagai indikator trend pasar

2. Sebagai indikator tingkat keuntungan 3. Sebagai tolak ukur kinerja suatu portofolio

4. Menfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif 5. Menfasilitasi berkembangnya produk derivatif.

Sunariyah (2003:127) mengemukakan bahwa ada dua metode perhitungan Indeks Harga Saham Gabungan yaitu :

1. Metode rata-rata (Average Method)

Merupakan metode dimana harga pasar saham-saham yang masuk dalam indeks tersebut dijumlah kemudian dibagi dengan suatu faktor pembagi.

IHSG =

∑P

∑P e

Dimana :

IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan P = Harga pasar saham

P = Harga dasar saham

2. Metode rata-rata tertimbang (Weighted Average Method)

Merupakan suatu metode yang menambahkan bobot dalam perhitungan indeks disamping harga pasar saham-saham yang tercatat dan harga dasar saham. Pembobotan yang dilakukan dalam perhitungan indeks pada umumnya adalah jumlah saham yang dikeluarkan.


(28)

1)Paasche

Metode ini memperbandingkan kapitalisasi pasar seluruh saham dengan nilai dasar seluruh saham yang tergantung dalam sebuah indeks. Dalam hal ini makin besar kapitalisasi suatu saham, maka akan menimbulkan pengaruh yang sangat besar jika terjadi perubahan harga pada saham yang bersangkutan.

IHSG =

∑ P X

∑ P e x

Dimana :

Ps = Harga saham sekarang Ss = Jumlah saham yang beredar Pbase= Harga dasar saham

2)Laspreyes

Rumus ini menggunakan jumlah saham yang dikeluarkan pada hari dasar dan tidak berubah selamanya walaupun ada pengeluaran saham baru.

Indeks = ∑ P X o

∑ P e x o

Dimana :

Ps = Harga saham sekarang So = Jumlah saham awal Pbase= Harga dasar saham

Adapun jenis indeks dapat dikelompokkan menjadi 5 (Lubis, 2006 : 158), yaitu :

1. Indeks Individual (Individual Index)


(29)

3. Indeks LQ 45 (LQ45 Index)

4. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau (composite share price index) 5. Indeks Syariah atau JII (Jakarta Islamic Index)

Indeks harga saham gabungan dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :

IHSG =

Keterangan :

IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan Ht = Harga pada waktu yang berlaku H0 = Harga pada waktu dasar

2.1.6 Harga Minyak Dunia

Minyak mentah atau crude oil merupakan salah satu energi utama yang sangat dibutuhkan. Hasil dari pengolahan minyak mentah dapat menjadi energi untuk melakukan kegiatan produksi. Sebagian besar industri menggunakan minyak dalam mejalankan kegiatannya, Bahkan, dalam kehidupan sehari-hari minyak mentah tidak lepas dari kegiatan kita, seperti bensin yang digunakan untuk kebutuhan transportasi.

Harga minyak dunia ditentukan dari permintaan dan penawaran dari negara-negara eksportir (produsen) dan negara-negara-negara-negara importir (konsumen). Besarnya kebutuhan terhadap minyak tentunya akan mempengaruhi harga minyak yang berlaku. Dalam skala besar permintaan dari banyak negara untuk memenuhi kebutuhan minyak domestiknya akan menciptakan agregat permintaan yang akan mempengaruhi harga minyak dunia.


(30)

Selain pengaruh dari permintaan negara-negara pengonsumsi minyak, harga minyak juga dipengaruhi oleh ketersediaan pasokan yang ditawarkan oleh negara-negara penghasil minyak. Cadangan minyak dunia hanya dimiliki oleh beberapa negara seperti Saudi Arabia, Irak, Iran dan beberapa negara lain. Diantara persediaan tersebut lebih dari 25% dimiliki oleh Saudi Arabia. Banyak negara yang masih bergantung pada negara lain dalam pemenuhan suplai minyak tersebut. Oleh karena itu, sangat mungkin bagi negara penghasil minyak dunia untuk mendominasi harga minyak di pasar. Sehingga dibutuhkan suatu mekanisme untuk menentukan harga minyak di pasar dunia agar kebijakan yang diambil menguntungkan semua pihak. Selain permintaan dan penawaran, harga minyak juga dipengaruhi oleh keadaan geopolitik negara-negara yang menjadi pemasok utama minyak dunia.

Jenis minyak mentah yang di perdagangkan di dunia seperti, West Texas

Intermediate (WTI), Brent Bland, OPEC Basket price dan Russian Export Blend.

Harga minyak mentah dunia diukur dengan harga spot pasar minyak dunia, umumnya harga minyak yang digunakan menjadi harga standar dunia adalah West

Texas Intermediate (WTI). West Texas Intermediate (WTI) merupakan minyak

mentah yang memiliki kualitas tinggi. Minyak mentah tersebut berjenis light-sweet dan memiliki kadar belerang yang rendah. Minyak jenis ini sangat cocok untuk dijadikan bahan bakar energi, karena tingginya kualitas minyak mentah

West Texas Intermediate dijadikan harga standar minyak dunia. Harga minyak

West Texas Intermediate pada umumnya lebih tinggi lima sampai enam dollar per


(31)

dollar per barel dibanding harga minyak Brent Bland (useconomy.about.com). Hal inilah yang menjadi alasan harga minyak WTI menjadi ukuran standar bagi perdagangan minyak.

Dalam penelitian ini satuan ukuran minyak mentah yang digunakan adalah barrel. Sedangkan mata uang yang digunakan sebagai alat tukar adalah dollar Amerika Serikat. Salah satu pemilihan dollar AS sebagai alat tukar minyak adalah karena mata uang dollar AS dikenal hampir diseluruh dunia.

2.1.7 Nilai Tukar Rupiah

Nilai tukar (kurs) adalah nilai yang menunjukkan jumlah nilai mata uang dalam negeri yang diperlukan untuk mendapatkan satu unit mata uang asing (Sukirno, 2010:397). Nilai Tukar rupiah atau disebut juga kurs rupiah adalah perbandingan nilai atau harga mata uang rupiah dengan mata uang lain. Perdagangan antar negara dimana masing-masing negara mempunyai alat tukarnya sendiri mengharuskan adanya angka perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata uang lainnya, yang disebut kurs valuta asing (Salvatore, 2008 : 67).

Menurut Mankiw (2000 : 115) kurs dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Kurs nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dan negara. Sebagai contoh, jika kurs antara dollar AS dan yen Jepang adalah ¥120/US$. Maka anda bisa menukar 1 dollar untuk 120 yen di pasar uang. Orang Jepang yang ingin memiliki dollar akan membayar 120 yen untuk setiap dollar yang dibelinya. Orang Amerika yang ingin memiliki yen akan mendapatkan 120 yen untuk setiap dollar yang ia bayar. Ketika orang-orang


(32)

mengacu pada “kurs” di antara kedua negara, mereka biasanya mengartikan sebagai kurs nominal.

2. Kurs Rill (real exchange rate) adalah harga relatif dari barang-barang di antara dua negara. Kurs riil menyatakan tingkat dimana kita bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain. Kurs riil sering disebut term of trade.

Menurut Kuncoro (2001: 26-31), ada beberapa sistem nilai tukar mata uang yang berlaku di perekonomian internasional, yaitu:

1. Sistem nilai tukar mengambang (floating exchange rate)

Kurs ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Di dalam sistem nilai tukar mengambang dikenal dua macam kurs mengambang, yaitu :

a. Mengambang bebas (murni)

Dimana nilai tukar mata uang ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan pemerintah. Sistem ini sering disebut clean floating exchange rate, di dalam sistem ini cadangan devisa tidak diperlukan karena otoritas moneter tidak berupaya untuk menetapkan atau memanipulasi kurs. b. Mengambang terkendali (managed or dirty floatingexchange rate)

Dimana otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan nilai tukar pada tingkat tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya dibutuhkan karena otoritas moneter perlu membeli atau menjual valas untuk mempengaruhi pergerakan kurs.


(33)

2. Sistem nilai tukar tertambat (peged exchange rate)

Dalam sistem ini, suatu negara mengkaitkan nilai mata uangnya dengan suatu mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang biasanya merupakan mata uang negarapartner dagang yang utama“menambatkan“ ke suatu mata uang berarti nilai mata uang tersebut bergerak mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. Jadi sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi tetapi hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya.

3. Sistem nilai tukar tertambat merangkak (crawling pegs)

Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak menuju nilai tertentu pada rentang waktu tertentu. Keuntungan utama sistem ini adalah suatu negara dapat mengatur penyesuaian kursnya dalam periode yang lebih lama dibanding sistem nilai tukar tertambat. Oleh karena itu, sistem ini dapat menghindari kejutan-kejutan terhadap perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang tiba-tiba dan tajam.

4. Sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies)

Banyak negara terutama negara sedang berkembang menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang. Keuntungan dari sistem ini adalah menawarkan stabilitas mata uang suatu negara karena pergerakan mata uang disebar dalam sekeranjang mata uang. Seleksi mata uang yang dimasukkan dalam

“keranjang“ umumnya ditentukan oleh peranannya dalam membiayai


(34)

tergantung peran relatifnya terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang mata uang bagi suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang yang berbeda dengan bobot yang berbeda.

5. Sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate)

Dalam sistem ini, suatu negara mengumumkan suatu kurs tertentu atas nama uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk menjual atau membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada nilai tersebut. Nilai tukar biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalambatas yang sangat sempit.

Naik turunnya nilai tukar mata uang atau kurs valuta asing bisa terjadi dengan berbagai cara, yakni bisa dengan cara dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu negara yang menganut sistem managed floating exchange rate

atau bisa juga karena tarik menariknya kekuatan-kekuatan permintaan dan penawaran di dalam pasar (market mechanism) dan lazimnya perubahan nilai tukar mata uang tersebut bisa terjadi karena empat hal, yaitu:

1. Depresiasi (depreciation), yaitu penurunan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata uang asing lainnya, yang terjadi karena tarik menariknya kekuatan-kekuatan supply dan demand di dalam pasar (market mechanism)

2. Apresiasi (appreciation), yaitu peningkatan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata uang asing lainnya, yang terjadi karena tarik menariknya kekuatan-kekuatan supply dan demand di dalam pasar (market mechanism)

3. Devaluasi (devaluation), yaitu penurunan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata uang asing lainnya yang dilakukan secara resmi oleh


(35)

pemerintah suatu negara.

4. Revaluasi (revaluation), yaitu peningkatan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata uang asing lainnya yang dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu negara.

2.1.8 Inflasi

Inflasi adalah kenaikan harga – harga umum yang berlaku dalam suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya. Sedangkan tingkat inflasi adalah persentasi kenaikan harga-harga pada suatu tahun tertentu berbanding dengan tahun sebelumnya (Sukirno,2004:27)

Tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (overheated). Artinya, kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harga-harga cenderung mengalami kenaikan. Inflasi yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan penurunan daya beli uang (purchasing power of money) (Tandelilin, 2001:212).

Teori Kuantitas menjelaskan bahwa sumber utama terjadinya inflasi adalah karena adanya kelebihan permintaan sehingga uang yang beredar di masyarakat bertambah banyak (Khalwaty, 2000:15-31). Teori kuantitas membedakan sumber inflasi menjadi:

a) Demand full inflation

Terjadi karena adanya permintaan agregatif di mana kondisi produksi telah berada pada kesempatan kerja penuh (full employment) sehingga kenaikan


(36)

permintaan tidak lagi mendorong kenaikan output (produksi) tetapi hanya mendorong kenaikan harga-harga.

b) Cost push inflation

Pada kondisi ini tingkat penawaran lebih rendah jika dibandingkan dengan tingkat permintaan. Ini karena adanya kenaikan harga faktor produksi sehingga produsen terpaksa mengurangi produksinya sampai jumlah tertentu. Penawaran total (aggregate supply) yang terus menurun karena semakin mahalnya biaya produksi akan meyebabkan kenaikan harga-harga. Kenaikan biaya produksi yang menimbulkan cost push inflation didorong oleh beberapa faktor, yakni adanya tuntutan kenaikan upah tenaga kerja, industri yang monopolis, kenaikan bahan baku industri, kebijakanpemerintah.

c) Structural approach

Dengan pendekatan struktur ekonomi, terjadinya inflasi dipandang karena tidak seimbangnya struktur ekonomi. Untuk itu, inflasi akan dapat ditanggulangi dengan melakukan pembenahan pada semua struktur ekonomi.

d) Monetary approach

Dengan pendekatan moneter, inflasi dinilai sebagai suatu fenomena moneter, yaitu keadaan yang disebabkan terlalu banyaknya uang yang beredar dibandingkan dengan kesediaan masyarakat untuk memiliki atau menyimpan uang tersebut yang akhirnya akan menaikkan permintaan (excess demand for goods).

e) Accounting approach to inflation


(37)

harga-harga pada kelompok barang dan jasa yang digunakan untuk menyusun Indeks Harga Konsumen (IHK).

Sehubungan dengan kompleksnya faktor yang menjadi sumber terjadinya inflasi atau banyaknya variabel yang berpengaruh terhadap inflasi, maka dapat pula dilakukan pengelompokan terhadap jenis-jenis inflasi berdasarkan sudut pandang (Khalwaty, 2000:31-35), sebagai berikut:

a. Ditinjau dari asal terjadinya, inflasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Domestic inflation adalah inflasi yang berasal dari dalam negeri.

2) Imported inflation adalah inflasi yang terjadi di dalam negeri karena adanya pengaruh kenaikan harga dari luar negeri.

b. Ditinjau dari intensitasnya, inflasi dapat dibedakan menjadi:

1) Creeping inflation adalah inflasi yang terjadi dengan laju pertumbuhan berlangsung lambat, karena kenaikan harga-harga berlangsung secara perlahan-lahan.

2) Hyper inflation atau galloping inflation adalah inflasi yang sangat berat yang timbul akibat adanya kenaikan harga-harga yang umum yang berlangsung sangat cepat.

c. Ditinjau dari sudut bobotnya, dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:

1) Inflasi ringan adalah inflasi dengan laju pertumbuhan yang berlangsung perlahan dan berada pada posisi satu digit atau di bawah 10% per tahun. 2) Inflasi sedang adalah inflasi dengan tingkat laju pertumbuhan berada di

antara 10-30% per tahun atau melebihi dua digit.


(38)

30-100% per tahun.

4) Inflasi sangat berat adalah inflasi dengan laju pertumbuhan melampaui 100% per tahun.

Untuk mengukur laju pertumbuhan tingkat inflasi, ada beberapa cara yang dapat digunakan (Khalwaty, 2000:35-47), yaitu dengan menggunakan angka harga umum, angka deflator PNB, indeks harga konsumen atas harga harapan, indeks harga dalam dan luar negeri, angka deflator GNP dan indeks harga.

2.1.9 Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.8/13/DPM tentang Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia melalui lelang adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indoenesia (BI) sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. Tujuan dari penerbitan SBI adalah untuk menjaga stabilitas moneter, yaitu BI berkewajiban memelihara kestabilan nilai rupiah. Dengan suatu paradigma yang dianut yaitu, jumlah uang primer (uang kartal + uang giral di BI) yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan nilai rupiah. SBI diterbitkan dan dijual oleh BI untuk mengelola kelebihan uang primer tersebut.

Menurut Siamat (2005:455), Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbikan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang jangka pendek dan diperjualbelikan dengan cara diskonto.

Besarnya tingkat suku bunga SBI dijadikan tolak ukur oleh bank-bank pemerintah, swasta nasional, dan swasta asing dalam menentukan tingkat suku bunga tabungan, deposito dan pinjaman kepada nasabah-nasabahnya. Tingkat


(39)

suku bunga tersebut dapat menjadi salah satu pedoman investor dalam pengambilan keputusan investasi pada pasar modal. Sebagai wahana alternatif investasi, pasar modal menawarkan suatu tingkat pengembalian (return) pada tingkat resiko tertentu. Dengan membandingkan tingkat keuntungan dan resiko pada pasar modal dengan tingkat suku bunga yang ditawarkan sektor keuangan, investor dapat memutuskan bentuk investasi yang mampu menghasilkan keuntungan yang optimal. Tingkat suku bunga sektor keuangan yang lazim digunakan sebagai panduan investor disebut juga tingkat suku bunga bebas resiko (risk free), yaitu meliputi tingkat suku bunga bank sentral dan tingkat suku bunga deposito. Di Indonesia tingkat suku bunga Bank sentral di proxykan pada tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia atau SBI (Husnan, 2000:127).

2.2 Hubungan Antar Variabel

Konsep hubungan antar variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 2.2.1 Hubungan Harga Minyak Dunia dengan IHSG

Menurut Blanchard (2011:153), naiknya harga minyak berpengaruh terhadap perusahaan baik dalam jangka pendek dan jangka menengah. Dalam jangka pendek, kenaikan harga minyak mengakibatkan naiknya biaya produksi suatu perusahaan dan berdampak pada naiknya harga jual produk. Naiknya biaya produksi dan harga jual produk tentu akan berdampak pada kemampuan perusahaan melakukan produksi sehingga kinerja dan profit perusahaan akan menurun. Dalam jangka menengah kenaikan harga minyak menyebabkan perusahaan harus menurunkan upah karyawan, bahkan mengurangi jumlah


(40)

karyawan yang berakibat pada meningkatnya angka pengangguran, hal ini dilakukan guna menutupi besarnya biaya yang harus ditanggung perusahaan akibat kenaikan harga minyak tersebut. Peristiwa ini tentu akan mengakibatkan terjadinya penurunan harga saham perusahaan tersebut, dan berpengaruh terhadap pergerakan IHSG.

2.2.2 Hubungan Nilai Tukar dengan IHSG

Menurut Samsul (2006:202) depresiasi rupiah akan berpengaruh terhadap perusahaan go public yang faktor produksinya dari bahan impor karena akan menurunkan laba dan harga saham. Bagi investor depresiasi rupiah terhadap dollar menandakan bahwa prospek perekonomian Indonesia menurun. Negara dengan stabilitas perekonomian yang bagus biasanya memiliki mata uang yang stabil pula pergerakannya. Negara dengan stabilitas perekonomian yang buruk, mata uangnya cenderung bergerak tidak menentu dan cenderung melemah (bappebti.go.id). Kurs inilah yang dianggap sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun pasar uang sehingga investor cenderung akan berhati-hati untuk melakukan investasi. Melemahnya rupiah memberikan pengaruh yang negatif terhadap pasar ekuitas karena menyebabkan pasar ekuitas menjadi tidak memiliki daya tarik. Investor tentunya akan menghindari risiko, sehingga investor akan cenderung memilih untuk menginvestasikan dananya dalam bentuk valuta asing, dengan membeli dollar sebanyak mungkin untuk tujuan spekulatif. Hal ini menyebabkan permintaan akan saham mengalami penurunan (Tandelilin, 2010:344).


(41)

2.2.3 Hubungan Inflasi dengan IHSG

Kenaikan inflasi memberikan pengaruh negatif bagi investor (Tandelilin,2001:214), Inflasi akan meningkatkan pendapatan dan biaya perusahaan, namun jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan pendapatan maka profitabilitas perusahaan akan menurun, yang itu artinya dividen yang diterima oleh investor juga akan menurun. Apabila banyak investor menjual sahamnya karena penurunan dividen maka akan berakibat pada turunnya harga saham, yang selanjutnya akan berdampak pada penurunan kinerja IHSG. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Samsul (2006:201) yang mengatakan bahwa inflasi yang tinggi akan menjatuhkan harga saham di pasar, sementara inflasi yang sangat rendah akan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi menjadi sangat lamban, dan pada akhirnya harga saham juga bergerak dengan lamban.

2.2.4 Hubungan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia dengan IHSG

Menurut Tandelilin (2001:213) tingkat suku bunga yang meningkat akan menyebabkan peningkatan suku bunga yang diisyaratkan atas investasi pada suatu saham. Kenaikan tingkat suku bunga memiliki dampak negatif terhadap setiap emiten, karena akan meningkatkan beban bunga kredit dan menurunkan laba bersih. Penurunan laba bersih akan mengakibatkan laba perusahaan juga menurun dan akhirnya berakibat turunya harga saham di pasar. Suku bunga yang tinggi tentunya akan berdampak pada alokasi dana investasi para investor. Investasi produk bank seperti deposito atau tabungan jelas lebih kecil resikonya dibandingkan investasi dalam bentuk saham. Sehingga investor akan menjual sahamnya dan kemudian akan menyimpan dananya di bank. Penjualan saham


(42)

yang serentak akan berdampak pada penurunan harga saham secara signifikan (Arifin, 2007:119).

2.3 Penelitian Terdahulu

Hasil dari beberapa penelitian sebelumnya akan digunakan sebagai bahan referensi dan perbandingan dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut : 1. Appa (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Inflasi dan Kurs

Rupiah/ Dollar Amerika Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di

Bursa Efek Indonesa (BEI)” Hasil penelitiannya menyatakan bahwa Inflasi IHK dan kurs rupiah/dollar Amerika secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia. Secara parsial, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di lantai bursa efek Indonesia. Sedangkan kurs rupiah/dollar Amerika berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

2. Novitasari (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Inflasi, Harga Minyak Mentah, dan Suku Bunga (BI Rate) Terhadap Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG)” menyatakan bahwa tingkat inflasi berpengaruh secara

negatif terhadap IHSG dan harga minyak mentah berpengaruh positif terhadap IHSG.

3. Hasan dan Mahbobi (2013) dalam penelitian yang berjudul “The Increasing

Influence of Oil Prices On The Canadian Stock Market” menyatakan bahwa

harga minyak memiliki dampak yang signifikan terhadap harga saham di Kanada.


(43)

4. Astuti et al(2012) dalam penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Tingkat

Suku Bunga (SBI), Nilai Tukar Rupiah, Inflasi dan Indeks Bursa Internasional

Terhadap IHSG” menyatakan bahwa secara simultan terdapat pengaruh yang

signifikan antara tingkat suku bunga SBI, nilai tukar rupiah, inflasi dan indeks bursa internasional terhadap IHSG.

5. Setiawan (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga, dan Nilai Tukar Terhadap Indeks Harga Saham

Gabungan di Bursa Efek Indonesia”, menyatakan bahwa inflasi, tingkat suku

bunga, dan nilai tukar bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap IHSG. 6. Triono (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Nilai Tingkat

Suku Bunga SBI, Nilai Kurs dollar US, Tingkat Inflasi, Harga Minyak Dunia dan Harga Emas Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di BEI Periode 2005-2010”, menyatakan bahwa Tingkat inflasi, nilai tingkat bunga SBI, Harga minyak dunia dan nilai kurs dollar AS berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

7. Narayan dan Narayan (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Modelling

the impact of oil prices on Vietnam’s stock prices” menyatakan bahwa harga

saham, harga minyak dan nilai tukar nominal saling mempengaruhi dalam hubungan jangka panjang. Mereka memperkirakan elastisitas jangka panjang dan menemukan bahwa harga minyak dan nilai tukar mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap harga saham di Vietnam, dan untuk jangka pendek harga minyak dan nilai tukar tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.


(44)

8. Rahman dan Mustafa (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Influencesof

Money Supplay and Oil Price on U.S. Stock Market” menunjukkan bahwa

money supplay, harga minyak dan harga saham menunjukkan hubungan yang

saling mempengaruhi. Dengan menggunakan model vektor error-correction

mereka tidak menemukan beberapa titik temu akibat dari arus jangka panjang

money supplay dan harga minyak terhadap harga saham di Amerika,

melainkan supplay money dan harga minyak mempengaruhi harga saham dalam jangkapendek.

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu No Peneliti Judul Variabel

Dependen

Variabel

Independen Hasil/Temuan 1 Appa

(2014) Pengaruh Inflasi dan Kurs rupiah/dollar Amerika Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesa (BEI) Inflasi Kurs rupiah

IHSG Inflasi dan kurs rupiah/dollar Amerika secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG

2 Novitasari (2013) Pengaruh Inflasi, Harga Minyak Mentah, dan Suku Bunga (BI Rate) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Inflasi Harga minyak Mentah Suku bunga (BI Rate)

IHSG Inflasi berpengaruh secara negatif terhadap IHSG, Harga minyak berpengaruh positif terhadap IHSG


(45)

3 Hasan dan Mahbobi (2013) The Increasing Influence of Oil Prices On The Canadian Stock Market Harga Minyak Harga Saham Harga minyak memiliki dampak yang signifikan terhadap harga saham di Kanada 4 Astuti et

al (2012)

Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga (SBI), Nilai Tukar rupiah, Inflasi dan Indeks Bursa Internasional Terhadap IHSG

Tingkat suku bunga SBI Nilai tukar rupiah

Indeks bursa internasional

IHSG Secara simultan terdapat

pengaruh yang signifikan antara tingkat suku bunga SBI, nilai tukar rupiah, inflasi dan indeks bursa

internasional terhadap IHSG 5 Setiawan

(2010) Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga, dan Nilai Tukar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar

IHSG Inflasi, tingkat suku bunga, dan nilai tukar bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap IHSG

6 Triono (2010) Pengaruh Nilai Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai Kurs dollar US, Tingkat Inflasi, Harga Minyak Dunia dan Harga Emas Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di BEI Periode 2005-2010

Suku bunga SBI Nilai Kurs Inflasi Harga minyak dunia Harga Emas

IHSG Tingkat inflasi, nilai tingkat bunga SBI, Harga minyak dunia dan nilai kurs dollar AS berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).


(46)

7 Narayan dan Narayan (2009)

Modellingthe

Impact of Oil Prices on Vietnam’s Stock Prices Harga minyak Harga saham Harga minyak mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap harga saham di Vietnam 8 Rahman

dan Mustafa (2008)

Influencesof Money Supplay and Oil Price on U.S. Stock Market Nilai tukar Harga minyak Harga Saham

Nilai tukar, dan harga minyak mempengaruhi harga saham jangka pendek

2.4 Kerangka Konseptual

Brealey (2006:324) menyatakan bahwa perubahan dalam tingkat bunga, inflasi, harga minyak, kurs valuta asing, dan kejadian ekonomi makro lain mempengaruhi hampir semua perusahaan dan tingkat pengembalian saham. Hal ini juga sesuai dengan teori Tandelilin (2001 : 211) yang mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara harga saham dengan kinerja ekonomi makro. Karena itu Investor tentu harus memperhatikan faktor-faktor tersebut agar investasi yang dilakukannya dapat memberikan hasil yang diharapkan.

Kenaikan harga minyak dunia cenderung memberikan dampak yang negatif terhadap kinerja perusahaan, dimana dengan meningkatnya harga minyak dunia akan membuat naiknya biaya produksi suatu perusahaan dan berdampak pada naiknya harga jual produk. Naiknya biaya produksi dan harga jual produk tentu akan berdampak pada kemampuan perusahaan melakukan produksi karena hal tersebut akan membuat kinerja dan profit perusahaan menurun (Blanchard, 2011:153)


(47)

Fluktuasi kurs rupiah juga akan berdampak pada nilai dan harga saham perusahaan. Ketika kurs mengalami depresiasi hal ini menunjukkan turunnya permintaan terhadap mata uang dalam negeri (rupiah) dan naiknya permintaan terhadap mata uang asing (dollar). Ketika nilai tukar rupiah mengalami depresiasi, investor cenderung memilih untuk menginvestasikan dananya dalam bentuk valuta asing, dengan membeli dollar sebanyak mungkin untuk tujuan spekulatif. Hal ini menyebabkan permintaan akan saham mengalami penurunan (Tandelilin, 2010:344).

Selanjutnya, Inflasi ditandai dengan adanya kecenderungan kenaikan tingkat harga umum dan berlangsung terus menerus (Sunariyah,2006:20). Meningkatnya harga – harga barang akan menyebabkan perusahaan mengalami peningkatan biaya modal, biaya bahan baku, maupun biaya tenaga kerja. Inflasi yang tinggi akan menjatuhkan harga saham dipasar, sementara inflasi yang sangat rendah akan berakibat pertumbuhan ekonomi sangat lamban, yang pada akhirnya harga saham juga bergerak dengan lamban (Samsul, 2006:201).

Tingkat suku bunga diukur dengan menggunakan suku bunga yang ditentukan oleh Bank Indonesia melalui Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Besar kecilnya suku bunga sangat tergantung dari kondisi makro yang berkembang di Indonesia. Tingkat suku bunga yang tinggi dapat menyebabkan investor memilih untuk menjual sahamnya dan memindahkannya pada investasi berupa tabungan atau deposito. Penjualan saham yang serentak akan berdampak pada penurunan harga saham secara signifikan (Arifin, 2007:119).


(48)

Dengan adanya perubahan yang terjadi pada harga saham yang diakibatkan oleh adanya pengaruh dari harga minyak, nilai tukar rupiah, inflasi maupun suku bunga SBI, tentu akan berdampak pada pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia.

Berdasarkan landasan teori, hubungan antar variabel dan hasil penelitian terdahulu, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1

Sumber : Blanchard (2011), Samsul (2006), Tandelilin (2001).

2.5 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah, landasan teori, hasil penelitian terdahulu dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis dari

penelitian ini adalah, “Harga minyak dunia, nilai tukar, inflasi dan suku bunga SBI mempunyai pengaruh yang signifikan secara simultan dan parsial terhadap pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2014”.

Harga minyak dunia (X1) Nilai Tukar (X2)

Inflasi (X3)

Suku Bunga SBI (X4)

Pergerakan IHSG (Y)


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian asosiatif, yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau menjelaskan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

3.2Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui situs www.idx.co.id. 2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian yaitu dimulai dari bulan Maret 2015 sampai bulan Juli 2015

3.3Batasan Operasional

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagi berikut :

1. Variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari dua bagian, yaitu : a. Variabel bebas (independent variabel),

terdiri dari : Harga minyak dunia, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, tingkat inflasi dan tingkat suku bunga SBI.

b. Variabel terikat (dependent variabel) adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

2. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang terdapat di IDX


(50)

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel bebas (X), adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan pada

variabel terikat.

Adapun yang menjadi variabel bebas dari penelitian ini adalah : a. Harga minyak dunia (X1)

Merupakan harga minyak mentah dunia yang ditentukan oleh pasar dunia dimana minyak dunia diperdagangkan. Harga minyak dunia biasanya dihitung dalam US$ per barel. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data bulanan periode Januari 2009 sampai Desember 2014, yang diambil dari data yang dipublikasikan OPEC melalui website www.opec.org .

Data pergerakan harga minyak dunia diukur dari perubahan harga minyak dunia yang dihitung dengan menggunakan rumus:

Perubahan Harga Minyak Dunia = − −

Dimana :

HM = Harga Minyak pada bulan t HM− = Harga minyak pada bulan t-1

b. Nilai Tukar (X2)

Nilai tukar diukur dari perubahan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data bulanan periode Januari 2009 sampai Desember 2010, yang diambil dari data publikasi Bank Indonesia melalui website www.bi.go.id, satuannya adalah Rp/US$.


(51)

Data perubahan nilai mata uang rupiah terhadap US$ dapat dihitung dengan rumus (Madura,2006 : 123) :

Perubahan Nilai Tukar

=

− −

Dimana :

NTt = Nilai Tukar pada bulan t

NTt-1 = Nilai Tukar pada bulan t-1

Apresiasi nilai tukar akan membuat pergerakan IHSG menguat, demikian sebaliknya, depresiasi nilai tukar akan membuat pergerakan IHSG melemah. c. Inflasi (X3)

Yaitu kecenderungan terjadinya peningkatan harga produk secara keseluruhan (Tandelilin, 2001:212). Inflasi diukur dari perubahan laju inflasi. Data inflasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data inflasi bulanan periode Januari 2009 sampai Desember 2014, yang diambil dari data yang dipublikasikan Bank Indonesia melalui website www.bi.go.id, satuannya adalah persentase.

Data perubahan tingkat inflasi/ laju inflasi dapat dihitung dengan rumus :

Laju Inflasi = n l i − n l i−

n l i−

d. Suku Bunga SBI (X4)

Tingkat suku bunga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sesuai rapat Dewan Gubernur, dengan return bulanan pada periode Januari 2009 sampai Desember 2014, yang diambil dari data yang dipublikasikan Bank Indonesia melalui website www.bi.go.id, satuannya adalah persentase.


(52)

Perubahan Suku Bunga SBI = B − B −

B −

Dimana :

SBIt = Sertifikat Bank Indonesia pada bulan t SBIt-1 = Sertifikat Bank Indonesia pada bulan t-1

2. Variabel terikat (Y), adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitan ini adalah IHSG, yaitu nilai indeks gabungan seluruh saham yang tercatat di Bursa efek Indonesia, pada periode Januari 2009 sampai Desember 2014, yang diambil dari data yang dipublikasikan Bursa Efek Indonesia, melalui website www.idx.co.id, satuannya adalah basis point.

Data pergerakan IHSG diukur dari perubahan IHSG yang dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

Pergerakan IHSG = − −

Dimana :

IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan pada bulan t IHSGt-1 = Indeks Harga Saham Gabungan pada bulan t-1

Apabila nilai selisih IHSG positif, pergerakan IHSG disebut menguat dan jika negatif, maka pergerakan IHSG disebut melemah.


(53)

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

No Variabel Konsep Simbol Satuan Pengkuran

IHSG Perubahan nilai indeks gabungan seluruh saham yang tercatat di Bursa efek Indonesia, pada periode Januari 2009 sampai

Desember 2014

Y Basis Point IHSG − IHSG IHSG−

Harga minyak dunia

Perubahan harga minyak mentah dunia yang ditentukan oleh pasar dunia dimana minyak dunia diperdagangkan periode Januari 2009 sampai Desember 2014

X1 US$/Barel HM − HM − HM−

Nilai tukar rupiah

Perubahan nilai tukar mata uang rupiah Indonesia terhadap dollar Amerika Serikat (US$) pada periode Januari 2009 sampai Desember 2010

X2 Rp/US$ NT − NT− NT−

Inflasi Perubahan laju inflasi. Data inflasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data inflasi bulanan periode januari 2009 sampai Desember 2014

X3 Persentase Inflasi − Inflasi− Inflasi−

Suku bunga SBI

Perubahan tingkat suku bunga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sesuai rapat Dewan Gubernur, dengan return bulanan pada periode Januari 2009 sampai

Desember 2014

X4 Persentase SBI − SBI− SBI−


(54)

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005: 72). Penelitian ini dilakukan untuk meneliti apakah harga minyak dunia, nilai tukar rupiah/US$, inflasi dan tingkat suku bunga SBI berpengaruh secara signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Karena yang menjadi obyek penelitian adalah IHSG, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah periode indeks harga saham gabungan dari bulan Januari 2009 sampai Desember 2014.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2005: 73). Penentuan sampel dalam penelitian ini yaitu menggunakan sampling jenuh atau sampel sensus, yaitu teknik penentuan sampel dimana semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh jumlah sampel (n) selama periode penelitian sebanyak 72 sampel. Peneliti menetapkan pengambilan data secara bulanan mulai Januari 2009 – Desember 2014.

3.6 Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi data pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan yang didapat dari publikasi Bursa Efek Indonesia melalui situs www.idx.co.id, data harga minyak dunia yang


(55)

dipulikasikan oleh OPEC melalui situs www.opec.org, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, data tingkat inflasi dan suku bunga SBI yang didapat dari publikasi Bank Indonesia melalui website www.bi.go.id.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka berupa literatur, jurnal, penelitian terdahulu, dan laporan-laporan yang dipublikasikan untuk medapat gambaran masalah yang akan diteliti serta melalui data sekunder berupa laporan-laporan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia, Bursa Efek Indonesia, dan OPEC (Organization of Petroleum Exporting Countries).

3.8 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis statistik.

3.8.1 Analisis deskriptif

Analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data-data yang dikumpulkan, diklasifikasikan, dianalisis, dan diinterpretasikan secara objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang dibahas. 3.8.2 Analisis statistik

Untuk menguji hipotesis tentang kekuatan variabel independen (Harga Minyak Dunia (US$), Nilai Tukar Rupiah/US$, Inflasi dan Tingkat Suku Bunga SBI) terhadap IHSG, penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linear berganda (multiple regression analysis model) dengan persamaan kuadrat terkecil


(56)

(Ordinary Least Square)dengan model dasar sebagai berikut: Y = a + b X + b X + b X + b X + e

Dimana:

Y = IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) a = konstanta

X1 = Harga Minyak Dunia X2 = Nilai Tukar Rupiah/US$ X3 = Inflasi

X4 = Tingkat Suku Bunga SBI

b1, b2, b3, b4 = koefisien regresi parsial untuk X1, X2, X3, X4 e = disturbance error (faktor pengganggu/residual)

3.8.3 Pengujian Asumsi Klasik

Adapun syarat asumsi klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda sebelum data tersebut dianalisis adalah sebagai berikut :

1. Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak (Umar, 2008:181). Model regresi yang baik hendaknya berdistribusi normal atau mendekati normal. Untuk mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak, dapat diketahui dengan menggambarkan penyebaran data melalui sebuah grafik. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonalnya, maka model regresi tersebut memenuhi asumsi normalitas. Uji kenormalan data juga dapat dilakukan beberapa pendekatan, antara lain :


(57)

a. Pendekatan Kolmogorv-Smirnov

Alat uji ini digunakan untuk memastikan apakah data di sepanjang garis diagonal berdistribusi normal. Hipotesisnya sebagai berikut:

H0 = data residual berdistribusi normal H1 = data rasidual tidak berdistribusi normal

Dengan menggunakan tingkat signifikan (��) 5%. Jika nilai Asymp.Sig (2

tailed) > taraf nyata (α), maka H0 diterima artinya data residual berdistribusi normal. Sebaliknya jika nilai Asymp.Sig (2 tailed)< taraf nyata (α), maka Ha

diterima artinya data residual tidak berdistribusi normal. b. Pendekatan Histogram

Untuk menguji normalitas data dapat dilihat dengan kurva normal. Kurva normal yaitu kurva yang memiliki ciri-ciri khusus, salah satu diantaranya adalah mean, modus, dan median pada tempat yang sama. Ukuran kemiringan puncak kurva ke kiri atau ke kanan dikenal dengan nama “kemiringan kurva” atau

“kemencengan kurva” (skewness). Kemencengan suatu kurva distribusi data dapat bertanda positif (arah kanan) dan bertanda negatif (arah kiri).

c. Pendekatan Grafik

Membentuk plot antara nilai-nilai teoritis (sumbu x) melawan nilai-nilai yang didapat dari sampel (sumbu y). Apabila plot dari keduanya berbentuk linier (didekati garis lurus), maka hal ini merupakan indikasi bahwa residual menyebar normal. Bila pola-pola titik yang terletak selain di ujung-ujung plot masih berbentuk linier, meskipun ujung-ujung plot agak menyimpang dari garis lurus, dapat dikatakan bahwa sebaran data adalah menyebar normal.


(58)

2. Uji Heteroskedastisitas

Asumsi heteroskedastisitas adalah asumsi dalam regresi dimana varians dari residual tidak sama untuk satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Salah satu uji untuk mengetahui heteroskedastisitas ini adalah dengan melihat penyebaran dari varians residual pada diagram pencar (scatter plot). Analisis pada gambar scatter plot yang menyatakan model regresi linear berganda tidak terdapat heteroskedastisitas (Nugroho, 2005:63) jika:

a. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0 b. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja

c. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk bola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.

d. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.

3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linier terdapat hubungan yang yang kuat baik positif maupun negatif antar data yang ada pada variabel-variabel penelitian (Umar, 2008:182). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa autokorelasi antara satu dengan yang lainnya. Untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi dalam suatu model regresi, maka dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW) yang diberi simbol d.


(1)

-0.0158

0.0216

0.006

0.0357

-0.0564

0.0254

0.0409

0.0012

0.0002

0.0076

-0.0275

0.0077

-0.0191

0.0021

0.0303

0.0028

-0.0201

-0.0572

-0.008

0.0456

-0.0081

-0.0426

-0.0555

-0.0068

0.032

0.0012

0.0008

-0.0096

0.0013

0.0151

0.0112

0.0079

0.0097

0.0019

0.0111

0.0232

0.0215

-0.0847

-0.0017

-0.0031

-0.0211

-0.0072

-0.3239

-0.006

0.0431

-0.046

0.0014

-0.1192

-0.0171

0.0094

-0.0473

0.0157

0.1353

-0.0129

0.0001

-0.1138

0.0214

0.0662

-0.005

-0.0093

-0.1116

0.0011

0.2899

0.0027

0.0119

-0.2132

0.0229

0.3419

0.0051

0.015

LAMPIRAN 11

HASIL PENGUJIAN SPSS

1. Uji Asumsi Klasik

1.1

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Predicted Value

N 72

Normal Parametersa,b Mean .0202569

Std. Deviation .02127248 Most Extreme Differences Absolute .096

Positive .082

Negative -.096

Kolmogorov-Smirnov Z .818

Asymp. Sig. (2-tailed) .515

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(2)

(3)

(4)

Uji Park

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -7.747 .295 -26.221 .000

HargaMinyak 3.792 4.764 .102 .796 .429

NilaiTukar 3.779 4.875 .093 .775 .441

Inflasi 3.094 2.291 .175 1.350 .181

SBI -5.981 5.947 -.123 -1.006 .318

a. Dependent Variable: LnU2i

1.3 Uji Autokorelasi

Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea .00069

Cases < Test Value 36 Cases >= Test Value 36

Total Cases 72

Number of Runs 41

Z .950

Asymp. Sig. (2-tailed) .342

a. Median

Uji Durbin-Watson (DW)

Model Summaryb Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

dimension0 1 .402

a

.162 .112 .0498533 2.091

a. Predictors: (Constant), SBI, NilaiTukar, HargaMinyak, Inflasi b. Dependent Variable: IHSG


(5)

1.4 Uji Multikolinieritas

Coefficientsa Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .021 .006 3.517 .001

HargaMinyak .146 .097 .180 1.500 .138 .872 1.147

NilaiTukar -.244 .100 -.276 -2.455 .017 .989 1.011

Inflasi -.068 .047 -.178 -1.463 .148 .845 1.183

SBI -.047 .121 -.044 -.384 .702 .951 1.052

a. Dependent Variable: IHSG

2. Pengujian Hipotesis

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered Variables Removed Method

dimension0 1 SBI, NilaiTukar, HargaMinyak, Inflasi

a . Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: IHSG

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

dimension0 1 .402

a .162 .112 .0498533

a. Predictors: (Constant), SBI, NilaiTukar, HargaMinyak, Inflasi b. Dependent Variable: IHSG

a. Uji F Simultan

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .032 4 .008 3.232 .017a

Residual .167 67 .002

Total .199 71

a. Predictors: (Constant), SBI, NilaiTukar, HargaMinyak, Inflasi b. Dependent Variable: IHSG


(6)

b. Uji t Parsial

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .021 .006 3.517 .001

HargaMinyak .146 .097 .180 1.500 .138

NilaiTukar -.244 .100 -.276 -2.455 .017

Inflasi -.068 .047 -.178 -1.463 .148

SBI -.047 .121 -.044 -.384 .702

a. Dependent Variable: IHSG

c. Koefisien Determinasi (Uji

Goodeness of Fit)

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered Variables Removed Method

1

1 SBI, NilaiTukar, HargaMinyak, Inflasia

. Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: IHSG

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

dimension0 1 .402

a

.162 .112 .0498533

a. Predictors: (Constant), SBI, NilaiTukar, HargaMinyak, Inflasi b. Dependent Variable: IHSG


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi dan Suku Bunga SBI terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2006-2009

2 39 90

Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Inflasi Dan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia Periode 2004 – 2008

2 70 81

ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DAN SUKU BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2007 – 2015

1 11 128

Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Nilai Tukar Rupiah, dan Harga Minyak Dunia terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2013.

1 3 18

Analisis Pengaruh Perubahan Harga Minyak Dunia Dan Nilai Tukar Rupiah Us Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2012

0 0 13

Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, dan Suku Bunga SBI Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2014

0 1 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Investasi - Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, dan Suku Bunga SBI Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2014

0 0 30

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, dan Suku Bunga SBI Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2014

0 1 7

Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, dan Suku Bunga SBI Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2014

0 0 9

ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI , TINGKAT SUKU BUNGA SBI DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 8