PENDAHULUAN UMUM Diversity and Identification Key of Whiteflies (Hemiptera: Aleyrodidae) Species on Agricultural Crops in West Java

BAB I PENDAHULUAN UMUM

Latar Belakang Kutukebul Hemiptera: Aleyrodidae merupakan salah satu serangga kelompok kutu tanaman yang menjadi hama penting pada beberapa jenis tanaman, seperti famili Solanaceae cabai, tomat, terung, dan sebagainya. Serangga dewasa bersayap dan aktif berpindah tempat dengan cara terbang antar tanaman maupun antar pertanaman, sedangkan pradewasa melekat pada permukaan bawah daun. Kutukebul memiliki alat mulut bertipe menusuk-mengisap haustelata yang umumnya menimbulkan kerusakan pada tingkat sel atau jaringan tanaman sehingga dapat menyebabkan nekrosis jaringan. Pada saat aktifitas makan berlangsung, kutukebul akan mengeluarkan cairan ludah yang mengandung enzim yang dapat membantu menguraikan dinding sel tanaman, sehingga memudahkan serangga untuk mengisap cairan dari sel-sel tanaman. Kehilangan cairan tanaman secara terus menerus dapat menyebabkan tanaman menjadi layu, terjadinya pertumbuhan yang abnormal, sampai dengan kekerdilan tanaman. Cairan ludah ini juga dapat menjadi media bagi penyebaran virus penyebab penyakit tanaman. Perpindahan kutukebul yang bersifat viruliferous mengandung virus, baik antar tanaman maupun antar pertanaman dapat mempengaruhi penyebaran penyakit tanaman Gullan dan Cranston 2000. Di Indonesia, kutukebul telah dikenal sejak tahun 1900-an terkait peranannya sebagai hama pada tanaman, di antaranya tebu, kelapa, dan tembakau. Pada tahun 1915 dilaporkan terjadi peledakan populasi kutukebul Aleuroctarthrus = Aleurodicus destructor pada perkebunan kelapa di Pulau Selayar dan Sulawesi. Pada tahun 1930-an, didatangkan parasitoid dari Jawa dalam jumlah besar untuk mengendalikan populasi A. destructor. Sejak tahun 1940-an, tidak ada lagi laporan mengenai kerusakan yang disebabkan oleh kutukebul tersebut. Spesies kutukebul lainnya yaitu Bemisia tabaci dilaporkan pada tahun 1938 terkait dengan penyebaran penyakit pseudomosaik dan krupuk pada pertanaman tembakau di Deli. Pada tahun 1940, van der Laan membuktikan bahwa kejadian penyakit 2 pseudomosaik berhubungan erat dengan adanya inang alternatif dari B. tabaci, yaitu gulma Eupatorium odoratum yang mulai menyebar luas di Asia Tenggara sejak tahun 1931. Di Jawa, kutukebul B. tabaci dapat menularkan penyakit krupuk dari beberapa jenis gulma ke tanaman tembakau. Penularan terutama terjadi di tempat pembibitan Kalshoven dan Vecht 1950. Pada kisaran tahun 1994-1999, terjadi invasi spesies B. tabaci yang menjadi vektor penyakit pepper yellow leaf curl dari Thailand ke Indonesia Sumatera, Jawa, dan Bali. Saat ini penyakit tersebut lebih dikenal sebagai penyakit kuning pada tanaman cabai De Barro et al. 2008. Penelitian mengenai kutukebul di Indonesia masih terbatas pada spesies- spesies tertentu, seperti B. tabaci dan Trialeurodes vaporariorum West terkait peranannya sebagai vektor virus penyebab penyakit tanaman pada berbagai komoditas sayuran. Oleh karena itu, istilah kutukebul lebih sering mengacu pada kedua spesies tersebut. Pada kenyataannya, jumlah spesies kutukebul sangat banyak. Watson 2007 menyatakan bahwa terdapat sekitar 1200 spesies kutukebul yang telah diketahui berdasarkan laporan dari berbagai negara dan baru 35 di antaranya yang telah dideskripsikan. Sebagian besar dari keanekaragaman hayati di dunia berada di daerah tropik, sehingga Indonesia sebagai salah satu wilayah yang terletak di daerah tropik berpotensi menjadi salah satu sumber keanekaragaman spesies di dunia Ubaidillah dan Sutrisno 2009. Oleh karena itu, kemungkinan masih banyak spesies kutukebul yang dapat ditemukan, khususnya pada tanaman pertanian. Pendekatan taksonomi merupakan salah satu aspek yang penting dalam memahami keanekaragaman hayati. Pengetahuan mengenai karakter morfologi yang unik pada setiap spesies penting dipahami agar karakter antar spesies kutukebul yang ditemukan dapat dengan jelas dibedakan. Salah satu aspek dari taksonomi adalah identifikasi dan bagi para pelaku taksonomi, aspek ini merupakan hal yang paling penting. Salah satu alat yang sering digunakan dalam proses identifikasi adalah kunci identifikasi, khususnya berupa kunci dikotom. Adanya kunci identifikasi tersebut diharapkan dapat memudahkan proses identifikasi agar lebih cepat dan akurat Quicke 1993. 3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengindentifikasi berbagai spesies kutukebul yang ditemukan pada tanaman pertanian, mempelajari keanekaragaman spesies kutukebul, serta membuat kunci identifikasi spesies kutukebul yang ditemukan di wilayah Jawa Barat. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai spesies kutukebul yang dapat ditemukan pada tanaman pertanian, tanaman inang, penyebaran, serta kunci identifikasi kutukebul, sehingga dapat menunjang upaya pengendalian kutukebul pada tanaman pertanian. 4 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA