Tinjauan Hukum Penerapan Manajemen Risiko Pada Bank Syariah Dalam Kaitannya Dengan Bancassurance (Riset : Pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Iskandar Muda)

(1)

TINJAUAN HUKUM PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK SYARIAH DALAM KAITANNYA DENGAN BANCASSURANCE (RISET : PADA BANK

SYARIAH MANDIRI KANTOR CABANG ISKANDAR MUDA KOTA MEDAN)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarajan Hukum

DISUSUN OLEH :

NAMA : RENDI KURNIAWAN

NIM : 080200386

DEPARTEMEN : HUKUM KEPERDATAAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

TINJAUAN HUKUM PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK SYARIAH DALAM KAITANNYA DENGAN BANCASSURANCE (RISET : PADA BANK

SYARIAH MANDIRI KANTOR CABANG ISKANDAR MUDA KOTA MEDAN) SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarajan Hukum

DISUSUN OLEH : RENDI KURNIAWAN NIM : 080200386

DEPARTEMEN : HUKUM KEPERDATAAN

DISETUJUI OLEH :

KETUA DEPARTEMEN HUKUM PERDATA

DR.Hasim purba, SH, M.Hum NIP. 196603031985081001

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Muhammad Husni, SH, M.Hum Zulfi Chairi, SH, M.Hum NIP.196403301993031002 NIP. 197108012001121004

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Syukur alhamdulillah Penulis ucapkan tidak henti-hentinya kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunianya yang tidak terhingga karena telah memberikan kekuatan dan inspirasi yang terus berdatangan sehingga Penulis mampu untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini, yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumetera Utara.

Shalawat beriring salam juga tidak lupa Penulis ucapkan keharibaan junjungan alam Rasulullah Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan jalan dan

menuntun umat manusia dari alam yang gelap dan jahiliyah hingga menuju jalan yang terang benderang dengan kebenaran, dan ilmu pengetahuan yang selalu di sinari dengan iman dan islam. Adapun skripsi ini berjudul:

“ TINJAUAN HUKUM PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA

BANK SYARIAH DALAM KAITANNYA DENGAN BANCASSURANCE

(RISET : PADA BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR CABANG ISKANDAR MUDA)”

Penulis menyadari banyaknya kekurangan dan keterbatasan dalam pengerjaan skripsi ini. Selama penyusunan skripsi ini, Penulis selain mendapat beberapa kendala, Penulis juga mendapatkan banyak dukungan, semangat, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada :


(4)

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafruddin Hasibuan, S.H., M.H., DFM., selaku Pembantu Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr.Saidin S.H., M.Hum., selaku Pembantu Dekan Hukum Univesitas Sumatera Utara.

5. Bapak Dr. Hasim Purba, S.H., M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Muhammad Husni, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I penulis, terima kasih banyak atas segala bimbingan dan dukungan Bapak kepada penulis selama penulisan skripsi.

7. Ibu Zulfi Chairi, S.H., M.Hum selaku Dosen Pembimbing II penulis, terima kasih banyak atas segala bimbingan dan dukungan Ibu kepada penulis selama penulisan skripsi.

8. Ayahanda Drs. Bambang Setiawan dan ibunda Meutia, selaku orang tua penulis yang terus mendoakan dan memberi semangat bagi Penulis, terima kasih kepada ayah dan ibu yang selalu memberikan jalan kepada Penulis untuk terus berjalan di jalan yang baik dan benar, tanpa kalian berdua Penulis bukan lah siapa-siapa, Penulis juga meminta maaf kepada ayah dan ibu karena selalu berselisih paham walau pun pada akhirnya penulis tahu bahwa maksud ayah dan ibu adalah baik, doa ku selalu ada nama kalian berdua ayah ibu walau sebesar apapun yang penulis berikan tidak akan bisa menggantikan apa yang


(5)

ayah dan ibu berikan terima kasih. Abangda Fachru Riza dan adinda Dannish Darmawan terima kasih untuk selalu mengerti dan mendukung penulis dalam keadaan apapun.

9. Bapak / Ibu dosen dan seluruh staf Administrasi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

10. Seluruh staf Departemen Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

11. Bapak Ir. Elfian Djailani selaku Kepala Bagian Bisnis Kanwil I Medan Bank Syariah Mandiri dan Bapak Bambang Hadi Putra selaku Operation Officer Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Iskandar Medan

12. Untuk teman-teman sepermainan dan seperjuangan Chairul Adilla Ardhy, Aubrey Kandelila Fanani, Ferdiansah Nasution, Hagai Kardoba S.M, Harris Aditya, Boby Arianto, M.Fahrulrozi, Ryan Rinaldi, Riffa Siregar dan Rahmad Firdaus tanpa dukungan, motivasi dan semangat yang sangat begitu besar dari kalian semua, penulis mungkin tidak dapat menyelesaikan tugas akhir ini, maka dari itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, sangat beruntung bisa mengenal kalian semua.

13. Untuk bude Sriyani Ibunda aan terima kasih banyak kepada bude atas semua motivasi yang bude berikan dan mau menerima saya di saat masalah datang bertubi-tubi, dari bude saya belajar banyak dan satu hal paling berharga yang bude berikan kepada saya, kita mungkin punya 1001 alasan untuk saling berselisih, mendendam dan bertengkar namun kita tidak perlu alasan apapun untuk mengasihi, memberi, mengerti dan mencintai karena kita dilahirkan untuk itu, untuk menjadi manusia dan lebih manusiawi.


(6)

14. Untuk saudara dan saudari ku Ivan Mirza, Hafiz Assa’ad, Shahnaz Ashrafia, Rachma, Silvani Nasution, Cinthya Nasution, Chadiya Nafeesa, Rani Aqella 15. Untuk satu angkatan 2008 Rahmadsyahputra, Rama Dipta, Fahmi Anggia

Lubis, Zaky Siraj Hasibuan, Viza Fadillah, Fiki Muttaqin, Redha Amantha, Fauzie Syahreza, Fatiya Rochima, Anggina Rizki Harahap, Memey, Nana, Wirda, Erny, Ricky Andre Putra, Zola Sondra Siregar, Wulans, Riri Sofira Lubis, Yessy Kurnia Manik, Annisa Yulindri, Diah Ayu Oktriningsih, Devy Iryanthy Hasibuan, Febri Ervina, Devi Olisa Butar-Butar, Ariesa amalia, ridha, Tofri Sitorus, Melky Sidhek, Stebert Wu, Ery, Fikri Hamdani, Teuku Rizky Radhian dan semuanya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

16. Untuk adik-adik junior Hadi Putra Harun, Dandi, Benny, Ihsan, Priawan, Wilda, Ariza, Mutia, Pani, Indri, Hani, Dara terima kasih atas semua masukannya

Akhir kata demikianlah yang dapat penulis sampaikan atas segala kesalahan dan kekurangannya penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kiranya tulisan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak yang membaca skripsi ini dan juga dapat berguna dalam penerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan terutama ilmu hukum. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

Penulis


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

ABSTRAK ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalah ... 6

C. Tujuan Penulisan ... 6

D. Manfaat Penulisan ... 7

E. Metode Penulisan ... 7

F. keaslian Penulisan ... 10

G. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II BANCASSURANCE ... 13

A. Latar Belakang Timbul Nya Bancassurance ... 13

B. Pengertian Bancassurance ... 14

C. Bentuk-Bentuk Bancassurance ... 18

BAB III KONSEP PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO ... 20

A. Penerapan Manajemen Risiko Pada Bank ... 20

B. Sistem Manajemen Risiko Menurut PBI No.11/25/2009 Dan SEBI 12/25/DPNP2010 ... 27

C. Penerapan Manajemen Risiko terhadap Bancassurance di Dalam Perbankan Syariah ... 43

BAB IV TINJAUAN HUKUM PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK SYARIAH DALAM KAITANNYA DENGAN BANCASSURANCE (RISET BANK SYARIAH MANDIRI ) ... 48

A. Penerapan Manajemen Risiko Didalam Produk Bancassurance Di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Iskandar Muda ... 48

B. Pelaksanaan Bancassurance Dalam Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Iskandar Muda ... 52

C. Penyelesaian Dengan Manajemen Risiko Jika Terjadi Risiko. ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 60


(8)

ABSTRAK

TINJAUAN HUKUM PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK SYARIAH DALAM KAITANNYA DENGAN BANCASSURANCE

RISET PADA BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR CABANG ISKANDAR MUDA

*) Rendi Kurniawan **) M. Husni

***) Zulfi Chairi

Bancassurance adalah salah satu produk hasil kerjasama antara bank dan

perusahaan asuransi untuk memberikan alternatif produk yang akan ditawarkan kepada nasabah dan manajemen risiko adalah suatu sistem manajemen untuk meminimalisir atau menghilangkan risiko kerugian yang mungkin terjadi, di dalam perbankan syariah penerapan manajemen risiko khususnya mengenai bancassurance

dalam perbankan syariah di terapkan sesuai dengan hukum syariah .

Metode penulisan untuk penyusunan skripsi ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif dan field research. Dimana pengumpulan dilakukan berdasarkan pada bahan hukum primer dan sekunder alat pengumpulan data yaitu buku-buku, undang-undang dan website yang berkaitan dengan maksud dan tujuan untuk penulisan skripsi ini. Field research dilakukan dengan meneliti permasalahan berkaitan dengan pelaksanaan bancassurance yang berada pada Bank Syariah Mandiri kantor cabang Iskandar Muda.

Secara garis besar, penulisan ini memaparkan pengamatan hukum dalam penerapan manajemen risiko pada produk bancassurance yang difasilitasi oleh Bank Syariah Mandiri. Tinjauan hukum ini beracuan kepada Peraturan Bank Indonesia, Surat Edaran Bank Indonesia dan prosedur bancassurance dalam perbankan syariah di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Iskandar Muda dengan permasalahan yang diangkat adalah bagaimana penerapan manajemen risiko pada bank syariah dalam kaitanya dengan bancassurance, guna manajemen risiko dalam suatu usaha perbankan itu sendiri adalah untuk memastikan setiap usaha perbankan yang di laksanakan, sebisa mungkin untuk tidak mengalami risiko dan kerugian yang cukup berarti.

Kata kunci: Bancassurance, Manajemen risiko, Perbankan Syariah

*) Mahasiswa fakultas Hukum **) Dosen Pembimbing I ***)Dosen Pembimbing II


(9)

ABSTRAK

TINJAUAN HUKUM PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK SYARIAH DALAM KAITANNYA DENGAN BANCASSURANCE

RISET PADA BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR CABANG ISKANDAR MUDA

*) Rendi Kurniawan **) M. Husni

***) Zulfi Chairi

Bancassurance adalah salah satu produk hasil kerjasama antara bank dan

perusahaan asuransi untuk memberikan alternatif produk yang akan ditawarkan kepada nasabah dan manajemen risiko adalah suatu sistem manajemen untuk meminimalisir atau menghilangkan risiko kerugian yang mungkin terjadi, di dalam perbankan syariah penerapan manajemen risiko khususnya mengenai bancassurance

dalam perbankan syariah di terapkan sesuai dengan hukum syariah .

Metode penulisan untuk penyusunan skripsi ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif dan field research. Dimana pengumpulan dilakukan berdasarkan pada bahan hukum primer dan sekunder alat pengumpulan data yaitu buku-buku, undang-undang dan website yang berkaitan dengan maksud dan tujuan untuk penulisan skripsi ini. Field research dilakukan dengan meneliti permasalahan berkaitan dengan pelaksanaan bancassurance yang berada pada Bank Syariah Mandiri kantor cabang Iskandar Muda.

Secara garis besar, penulisan ini memaparkan pengamatan hukum dalam penerapan manajemen risiko pada produk bancassurance yang difasilitasi oleh Bank Syariah Mandiri. Tinjauan hukum ini beracuan kepada Peraturan Bank Indonesia, Surat Edaran Bank Indonesia dan prosedur bancassurance dalam perbankan syariah di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Iskandar Muda dengan permasalahan yang diangkat adalah bagaimana penerapan manajemen risiko pada bank syariah dalam kaitanya dengan bancassurance, guna manajemen risiko dalam suatu usaha perbankan itu sendiri adalah untuk memastikan setiap usaha perbankan yang di laksanakan, sebisa mungkin untuk tidak mengalami risiko dan kerugian yang cukup berarti.

Kata kunci: Bancassurance, Manajemen risiko, Perbankan Syariah

*) Mahasiswa fakultas Hukum **) Dosen Pembimbing I ***)Dosen Pembimbing II


(10)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asuransi ialah suatu perjanjian yang dibuat oleh kedua belah pihak, dimana penanggung yaitu perusahaan asuransi yang mengikatkan diri kepada tertanggung yaitu konsumen, dengan memberikan premi untuk memberikan suatu penggantian karena suatu kerusakan, kehilangan, atau kerugian. Seperti yang dijelaskan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Pasal 246 :

Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu1

Asuransi adalah perjanjian dengan mana penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan meneriman premi asuransi untuk memberikan penggantian kepadanya karena kemudian kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung dari suatu peristiwa tidak pasti atau memberikan suatu pembayaran atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

.

Dalam Undang-undang No 2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian menyatakan bahwa :

2

Asuransi juga disebut sebagai perjanjian untung-untungan, hanya saja pengaturan yang memasukkan asuransi ke dalam perjanjian untung-untungan rasanya kurang tepat, sebab dalam perjanjian untung-untungan pihak-pihak secara sadar dan sengaja menjalani suatu kesempatan untung-untungan secara tidak seimbang.3

Hanya saja dengan perkembangan asuransi sekarang ini, walaupun tidak terjadi ketidak pastian pihak penanggung tetap membayar uang asuransi sesuai Sedangkan dalam asuransi hal itu tidak ada.

1 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Pasal 246. 2 UU No 2 Tahun 1992 tentang Usaha perasuransian.


(11)

dengan kesepakatan mereka yang sudah dituangkan dalam perjanjian (polis asuransi). Hal ini dimungkinkan dengan adanya kebebasan berkontrak para pihak yang dianut dalam hukum perdata. Jadi asuransi tersebut sudah mengandung unsur menabung

(saving)4

Hal ini membuat perusahaan asuransi semakin berkembang pesat. Untuk terus memberikan rasa kepercayaan kepada para konsumen, perusahaan asuransi terus meningkatkan produk mereka dengan memberikan pilihan-pilihan asuransi yang semakin beragam dan dibutuhkan bagi para konsumen. Untuk memasarkan produk-produk asuransi yang semakin beragam ini, perusahaan asuransi mulai menggunakan teknik pemasaran yang lebih efisien dan efektif, yaitu dimana perusahaan asuransi melakukan kerjasama dengan pihak bank, hal inilah yang dinamakan dengan

bancassurance.

Sedangkan bank menurut Undang-Undang Perbankan NO 10 tahun 1998 tentang Perbankan dalam Pasal 1 (2) menyatakan bahwa :

, zaman sekarang ini dimana semua berjalan dengan sangat cepat karena adanya perkembangan teknologi yang ikut menunjang perkembangan perekonomian, menyebabkan kebutuhan masyarakat akan asuransi menjadi sangat tinggi dikarenakan masyarakat sekarang sudah sadar akan pentingnya asuransi dalam kehidupan mereka. Selain untuk mengalihkan resiko pada dirinya jika terjadi suatu

evenement, asuransi juga menimbulkan rasa aman kepada si tertanggung.

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.5

4 Abdul Muis, Hukum Asuransi dan Bentuk-Bentuk Perasuransian, Fakultas Hukum USU, 2005 Medan, hlm. 4.


(12)

Menurut Prof G.M. Verrijn Stuart bancasurrance adalah layanan bank dalam menyediakan produk asuransi yang memberi perlindungan dan produk investasi untuk memenuhi kebutuhan finansial jangka panjang. Bank merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit, baik dengan alat pembayaran sendiri, dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, dengan jalan mengedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral.6

Sejarah bancassurance bermula di Prancis pada awal 1990an. Secara sederhana, bancassurance adalah suatu bentuk kerjasama ( aliansi pemasaran ) antara bank dengan asuransi. Karena bancassurance tergolong “barang” baru, banyak orang salah mengartikannya, secara umum orang beranggapan bahwa bancassurance adalah praktek menjual produk asuransi lewat bank padahal hal sebaliknya juga dapat terjadi. Artinya bisa terjadi pertukaran silang antara kedua lembaga bank dan asuransi ini dimana bank dapat menjual produk asuransi dan sebaliknya asuransi dapat menjual produk bank.

Begitu pula dengan pihak bank ketika melihat bahwa produk-produk perbankan konvensional, seperti tabungan dan deposito dianggap tidak menarik lagi, pihak bank merasa perlu melakukan suatu terobosan baru untuk memberi kepuasaan kepada konsumen, pihak bank merasa perlu juga untuk melakukan kerjasama dengan perusahaan asuransi untuk memasarkan produk-produk mereka, hal ini merupakan tujuan dari bancassurance itu sendiri.

7

Bagi bank maupun asuransi, kerjasama dalam pemasaran ini tentu diharapkan dapat meningkatkan kinerja mereka sekaligus dapat memberikan nilai tambah bagi nasabahnya. Bank dapat memanfaatkan yang selama ini dimiliki asuransi baik berupa produk yang terbukti mamiliki pasar luas maupun berupa jaringan personil berupa


(13)

agen penjualan asuransi, sementara asuransi juga dapat memanfaatkan kelebihan yang dimiliki bank berupa jaringan kantor maupun teknologi yang memungkinkan asuransi dapat mempergunakannya dalam kegiatan pemasaran produk mereka, keberhasilan dalam menjual produk bancassurance akan dinikmati baik oleh bank maupun asuransi yang menjalin kerjasama tersebut maupun nasabahnya.

Bancassurance adalah untuk melayani kebutuhan nasabah dan memberikan

solusi yang menyeluruh kepada nasabah bank, serta melakukan proteksi terhadap risiko bank. Dan tujuan bancassurance bagi bank itu sendiri ialah untuk meningkatkan fee based income, loyalitas nasabah dan efektifitas penjualan dalam bank serta melakukan proteksi terhadap risiko bank.8

Bancassurance ini pun meliputi kerjasama produk-produk bank dan asuransi

yang lebih condong dalam bidang perkreditan dan investasi dimana pihak bank memberi penawaran kredit dan usaha investasi kepada nasabah lalu pihak asuransi

Produk bancassurance yang paling banyak dipraktekkan selama ini berupa penggabungan produk tabungan dari bank dengan produk asuransi jiwa dari asuransi. Alasan pengembangan produk bancassurance yang menggabungkan kedua jenis produk tersebut didasari semata-mata oleh kepraktisan dan fleksibilitas kedua produk tersebut yang tidak sulit untuk digabungkan, produk bancassurance dapat berupa produk tabungan dari bank dengan memberikan tambahan asuransi jiwa dari asuransi atau juga dapat terjadi sebaliknya produk asuransi jiwa dari asuransi yang mengkaitkan dengan tabungan dari bank yang berfungsi sebagai sarana pembayaran preminya jadi dalam bancassurance bank dengan asuransi saling dapat bertindak sebagai produsen maupun sebagai agen penjualannya.


(14)

yang memberikan perlindungan kredit ataupun investasi terhadap produk bank tersebut agar nasabah merasa aman dan tidak merasa terbebani jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam berlangsungnya usaha kredit ataupun investasi tersebut karena akan ditanggulangi oleh pihak asuransi.

Bersamaan dengan hal ini pula Perbankan Syariah juga berkembang dengan pesat di Indonesia karena mayoritas dari penduduk Indonesia yang beragama Islam yang menginginkan adanya sebuah bank yang berbasis hukum Islam atau Syariah di Indonesia. Permintaan dan tuntutan inilah yang melahirkan Perbankan Syariah di Indonesia. Dan bank-bank Syariah yang sekarang ini ada lebih banyak berasal dari bank-bank konvensional yang telah lama berdiri lalu membuka cabang baru dengan basis Syariah, hal ini juga yang dilihat oleh perusahaan asuransi bahwa Perbankan Syariah atau bank-bank yang berbasis Syariah ini mempunyai potensi pasar yang cukup besar maka tidak bisa dipungkiri bahwa perusahaan asuransi juga melirik kerjasama bancassurance di dalam perbankan syariah.

Potensi pasar inilah yang menjadi alasan mengapa perusahaan asuransi ingin melakukan kerjasama dengan pihak bank, melalui kerjasama yang lebih dikenal dengan bancassurance ini pihak bank dan pihak asuransi membuat kerjasama yang sama-sama menguntungkan, namun kerjasama ini belum banyak diketahui oleh masyarakat terutama para calon nasabah di Perbankan Syariah apalagi dengan belum adanya kepastian hukum mengenai bancassurance dalam bank syariah sehingga membuat para calon nasabah ragu untuk menggunakan produk bancassurance untuk itu penulis memilih judul “Tinjauan Hukum Penerapan Manajemen Risiko Pada Bank Syariah Dalam Kaitanya Dengan Bancassurance (Riset Pada Bank Syariah Mandiri)”. B. Pemasalahan


(15)

Mengingat luas nya pembahasan tentang penerapan manajemen risiko dan

bancassurance maka saya akan membatasi hal-hal yang di bahas di dalam skripsi saya

ini menjadi beberapa pokok pembahasan yaitu :

1. Bagaimana penerapan manajemen risiko pada bank dalam kaitannya dengan

bancassurance

2. Bagaimana sistem manajemen resiko untuk bancassurance dilihat dari PBI NO 11/25/2009 dan SEBI NO 12/35/DPNP/2010

3. Bagaimana pelaksanaan dan prosedur Bancassurance dalam perbankan syariah

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan tentang tinjauan hukum penerapan manajemen resiko dalam bank dalam hal bancassurance ini sendiri ialah untuk :

1. Mengetahui bagaimana penerapan manajemen risiko pada bank dalam kaitannya dengan bancassurance

2. Mengetahui bagaimana sistem manajemen resiko untuk bancassurance dilihat dari PBI NO 11/25/2009 dan SEBI NO 12/35/DPNP/2010

3. Mengetahui bagaimana pelaksanaan dan prosedur bancassurance dalam perbankan syariah

D. Manfaat Penulisan

Ada pun penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat, baik manfaat teoritis, maupun praktis. Kedua manfaat tersebut adalah sebagai berikut:


(16)

1. Secara Teoritis

Penulisan skripsi ini merupakan sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan hukum perdata khususnya bidang perbankan dan asuransi mengenai manajemen risiko bagi kedua belah pihak perusahaan tersebut yang melakukan kerjasama bancassurance.

2. Secara Praktis

Dengan semakin banyaknya permasalahan yang timbul dalam dunia perbankan dewasa ini terutama yang berkaitan dengan manajemen risiko terhadap kerjasama bancassurance, pembahasan terhadap permasalahan diharapkan dapat menjadi masukan bagi masyarakat dan para calon nasabah nyang ingin memakai jasa bancassurance sehingga masyarakat dan para calon nasabah bisa memilah produk perbankan mana yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

E. Metode Penulisan 1. Jenis Penelitian

untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar dapat mencapai tujuan dan dapat lebih terarah serta dapat dipertanggung jawabkan, maka penulisan menggunakan jenis penelitian hukum normatif dan field research, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti dan melakukan penelitian lapangan pada Bank Syariah Mandiri kantor cabang Iskandar Muda Kota Medan.

2. Bahan Hukum

Materi dalam skripsi ini diambil dari data sekunder, adapun data sekunder yang dimaksud adalah:


(17)

a. Dokumen-dokumen hukum yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang seperti peraturan dasar perundang-undangan. Dalam tulisan ini antara lain adalah Kitab undang-undang Hukum Perdata dan Undang-Undang No 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Undang-Undang No 2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian, Peraturaan Bank Indonesia No 11/25/2009 tentang Sistim Manajemen Risiko, Surat Edaran Bank Indonesia No 12/25/DPNP tahun 2010 tentang

Bancassurance, serta peraturan-peraturan lainnya.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu:

Semua dokumen yang merupakan informasi atau hasil kajian penerapan manajemen risiko dalam bank maupun penerapan manajemen risiko dalam perusahaan asuransi serta kerjasama anatara keduanya melalui

bancassurance,seperti seminar-seminar, makalah-makalah, koran-koran,

karya ilmiah dan dari sumber-sumber internet yang berkaitan dengan soal di atas.

c. Bahan hukum tersier, yaitu:

Bahan-bahan hukum yang memberikan petunjuk dan penjelasan serta penunjang dari bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus bahasa umum dan kamus hukum, serta bahan-bahan hukum diluar bidang hukum yang relevan dan dapat dipergunakan untuk melengkapi data penulisan skripsi ini. Selanjutnya situs website yang juga menjadi bahan dalam penulisan skripsi ini.


(18)

Adapun teknik pengumpulan data dari penulisan skripsi ini, penulis menggunakan wawancara serta metode studi pustaka (library research) dan juga melalui bantuan media elektronik yaitu layanan internet (internet services) dan mengumpulkan data langsung ke pihak Bank Syariah Mandiri kantor cabang Iskandar Muda. Dengan metode menganalisis data menggunakan analisis kualitatif, yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan selanjutya dianalisis secara kualitatif untuk mendapatkan kejelasan maslah yang akan dibahas. Untuk memperoleh data dari sumber ini penulis menafsirkan, membandingkan serta menterjemahkan berbagai buku dan artikel yang berhubungan dengan tinjauan hukum penerapan manajemen risiko pada bank syariah dalam kaitanya dengan bancassurance.

4. Analisis data

Metode analisi data yang dilakukan penulis adalah dengan menggunakan metode pendekatan kualitatif. Pendekatan ini akan mengolah dan menyajikan data tentang tinjauan hukum penerapan manajemen risiko terhadap bancassurance

dalam bank syariah. Pendekatan ini juga akan dipakai dalam konstuksi analisa data yang telah diolah sehingga akan memperoleh kesimpulan dengan permasalahan yang telah dirumuskan.

Dalam penelitian ini metode pendekatan yang digunakan yaitu secara deskriptif dimulai dengan analisis terhadap prinsip-prinsip pengaturan sesuai dengan masalah yang diteliti. Metode ini digunakan mengingat permasalahan yang diteliti berkisar pada peraturan-peraturan. Spesifikasi suatu penelitian bisa dicapa sampai tahap deskriptif atau inferensial, penelitian deskriptif apabila hanya menggambarkan keadaan objek, sebaliknya penelitian inferensial tidak hanya melukiskan tetapi dengan keyakinan tertentu mengambil kesimpulan–kesimpulan. Berdasarkan


(19)

kesimpulan itulah nantinya dijadikan dasar deduksi untuk menghadapi persoalan khusus atau tindakan praktis dengan kejadian tertentu.9

F. Keaslian Penulisan

Dengan spesifikasi demikian maka diharapkan penelitian ini dapat mendeskripsikan aspek pemanfaatan upaya perdamaian dan menggambarkan kondisi yuridis dari pokok permasalahan yang di teliti.

Perolehan dan guna penelitian ini terutama akan ditempuh melalui studi kepustakaan baik itu melalui internet, buku-buku ilmiah, koran, serta peraturan-peraturan yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini. Sedangkan teknik analisis dilakukan secara kualitatif karena bertitik tolak dari data yang bersifat non-statistik.

Penulisan ini dibuat oleh penulis sendiri atas ide penulis, karena adanya ketertarikan penulis di dalam bidang hukum perbankan dan juga hukum asuransi.

Hal ini juga karena penulis melihat adanya fenomena yang terjadi di dalam kedua lembaga keuangan tersebut yang mana telah terjadi kerjasama antara lembaga ini yang disebut dengan bancassurance.

Judul skripsi ini belum pernah dibuat oleh mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sebelumnya. Seumpama ada kesamaan yang terjadi di antara skripsi penulis dengan skripsi yang lain maka hal tersebut pasti terjadi karena tidak sengaja dan tentunya pembahasan serta cara pendekatan yang berbeda. Penulisan ini juga dilengkapi dengan adanya kutipan-kutipan dari beberapa sumber dengan tidak bermaksud untuk mengurangi manfaat, tujuan dan keaslian dari penulisan ini.

9 Sutisno Hadi, Metodologi Research, Penerbit Fak. Psikologi Universitas Gajah Mada, jilid 1, yogyakarta, 1982, hlm. 3.


(20)

G. Sistematikan Penulisan

Suatu penulisan ilmiah perlu dibatasi ruang lingkupnya agar hasil yang akan diuraikan terarah dan data yang diperoleh relevan untuk menggambarkan keadan yang sebenar nya dan menghindari data yang membias.

Untuk mendapati maksud seperti yang telah diuraikan sebelumnya maka pembahasan dalam penulisan ini mencakup 5 bab yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN

Merupakan pendahuluan yang menguraikan apa yang menjadi latar belakang permasalahan dari skripsi ini, merumuskan masalah yang akan menjadi pokok pembahasan dalam skripsi ini, memaparkan tujuan dan manfaat dari penulisan skripsi ini.

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG BANCASSURANCE

dalam bab ini menjelaskan secara khusus tentang bancassurance yang di lakukan dengan melihat teori dan sejarah danlatar belakang bancassurance

serta melihat bentuk-bentuk bancassurance dan kaitannya di dalam hubungan bank dan asuransi

BAB III : KONSEP PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO

Berisikan tiga permasalahan yaitu yang pertama mengenai uraian teoritis penerapana manjemen risiko di dalam bank dilihat dari Peraturan Bank Indonesia No 5 Tahun 2003 kedua mengenai penerapan manajemen risiko di dalam bancassurance dilihat dari Surat Edaran Bank Indonesia No 12 Tahun 2010 dan ketiga membahas tentang asuransi di dalam perbankan syariah dan penerapan manajemen risiko secara syariah


(21)

BAB IV : TINJAUAN HUKUM DALAM PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM HAL BANCASSURANCE DI BANK SYARIAH (RISET PADA BANK SYARIAH MANDIRI CABANG ISKANDAR MUDA KOTA MEDAN)

Dalam bab ini akan menjawab tentang semua permasalahan yang terjadi di dalam praktek penerapan manajemen risiko bancassurance serta pelaksanaan dan penyelesaian nya bila terjadi risiko dan menjawab pertanyaan mengapa bancassurance tetap sebagai suatu produk kerjasama antara bank dan asuransi sehingga harus di terapkan manajemen resiko dan bukanlah bagian dari sistem manajemen resiko itu sendiri.

BAB V : PENUTUP

Berisi kesimpulan dan saran-saran yang ditarik berdasarkan hasil analisis data, dimana berdasarkan kesimpulan ini kemudian diberikan saran-saran yang dianggap dapat memberikan masukan-masukan untuk semua pihak, minimal dapat memperluas wacan pemikiran

BAB II


(22)

BAB IV : TINJAUAN HUKUM DALAM PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM HAL BANCASSURANCE DI BANK SYARIAH (RISET PADA BANK SYARIAH MANDIRI CABANG ISKANDAR MUDA KOTA MEDAN)

Dalam bab ini akan menjawab tentang semua permasalahan yang terjadi di dalam praktek penerapan manajemen risiko bancassurance serta pelaksanaan dan penyelesaian nya bila terjadi risiko dan menjawab pertanyaan mengapa bancassurance tetap sebagai suatu produk kerjasama antara bank dan asuransi sehingga harus di terapkan manajemen resiko dan bukanlah bagian dari sistem manajemen resiko itu sendiri.

BAB V : PENUTUP

Berisi kesimpulan dan saran-saran yang ditarik berdasarkan hasil analisis data, dimana berdasarkan kesimpulan ini kemudian diberikan saran-saran yang dianggap dapat memberikan masukan-masukan untuk semua pihak, minimal dapat memperluas wacan pemikiran

BAB II


(23)

A. Latar Belakang Timbulnya Bancassurance

Sebelum tahun 1970-an asuransi didistribusikan oleh agen asuransi dan broker secara tradisional. Metode distribusi tradisional ini yang bertahan lama di Inggris, Jerman

dan Swiss. Lambat laun perusahaan asuransi membentuk kemitraan dengan bank

sehingga perusahaan asuransi dapat menjual produknya bagi nasabah bank.10

Pada awal 1970 bancassurance bermula di Prancis secara sederhana, yang dilakukan oleh sebuah perusahaan asuransi jiwa dan kerugian yang bernama

Assurances du Credit Mutuel, bancassurance adalah suatu bentuk kejasama aliansi

pemasaran antara bank dengan asuransi.

Pengaturan kemitraan ini dapat menguntungkan bagi kedua perusahaan. Bank dapat memperoleh penghasilan tambahan dengan menjual produk asuransi, sedangkan perusahaan asuransi mampu memperluas basis pelanggan mereka tanpa harus memperluas kekuatan penjualan mereka atau membayar komisi kepada agen asuransi atau broker, hal ini lah yang melahirkan bancassurance.

11

Bancassurance mulai diperkenalkan di Indonesia pada pertengahan tahun

1990 oleh bank-bank besar di indonesia seperti diperkenalkan oleh Bank Lippo dengan produk nya Lippo Life yang juga dikenal dengan produk warisan.

Karena bancassurance tergolong barang baru, banyak orang salah mengartikannya. Secara umum orang beranggapan bahwa

bancassurance adalah praktek menjual produk asuransi lewat bank. Padahal, hal

sebaliknya juga dapat terjadi. Artinya bisa terjadi pertukaran silang antara kedua lembaga bank dan asuransi ini, dimana bank dapat menjual produk asuransi dan sebaliknya asuransi dapat menjual produk bank.

12

10

Produk

selayang pandang bancassurancediakses pada

tanggal 21 desember 2013.

11 Ibid. 12Ibid.


(24)

warisan dinilai sukses, kemudian diikuti dengan Bank Niaga dengan tabungan pendidikannya, dan Bank Danamon dengan asuransi kesehatannya dan lain-lain.

Dalam Peraturan Bank Indonesia No.11/25/PBI/2009 Tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia No.5/8/PBI/2003 Tentang Penerapan Manajemen Resiko Bagi Bank Umum istilah bancassurance telah disebutkan dalam Pasal 11 ayat 2 yang mengatakan “Laporan terkait aktivitas tertentu meliputi antara lain laporan pelaksanaan keagenan dan/atau laporan pelaksanaan kegiatan

bancassurance”. Dengan demikan maka perlu di ketahui pengertian dari

bancassurance itu sendiri.

B. Pengertian Bancassurance

Kata bancassurance sendiri berasal dari bahasa Inggris yaitu bank dan

insurance atau asuransi, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bancassurance

adalah aktivitas kerjasama pemasaran antara perusahaan asuransi dengan pihak bank dimana bank berindak sebagai agen penjualan produk-produk asuransi di dalam jangkauan wilayah pemasaran bank.

Pengertian bancassurance di dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/35/DPNP adalah :

Aktivitas kerjasama pemasaran antara Bank dengan perusahaan asuransi dalam rangka memasarkan produk asuransi melalui bank.13

1. Referensi

Aktivitas kerjasama ini diklasifikasikan dalam 3 (tiga) model bisnis yaitu :

Referensi merupakan suatu aktivitas kerjasama pemasaran produk asuransi, dengan Bank hanya mereferensikan atau merekomendasikan suatu produk


(25)

asuransi kepada nasabah. Peran Bank dalam melakukan pemasaran terbatas sebagai perantara dalam meneruskan informasi produk asuransi dari perusahaan asuransi mitra bank kepada nasabah atau menyediakan akses kepada perusahaan asuransi untuk menawarkan produk asuransi kepada nasabah. Aktivitas ini dibedakan sebagai berikut:

a) Referensi dalam rangka produk bank

Bank mereferensikan atau merekomendasikan produk asuransi yang menjadi persyaratan untuk memperoleh suatu produk perbankan kepada nasabah. Persyaratan keberadaan produk asuransi tersebut dimaksudkan untuk kepentingan dan perlindungan kepada bank atas resiko terkait dengan produk yang diterbitkan atau jasa yang dilaksanakan oleh bank kepada nasabah. Dalam hal ini, pada hakikatnya produk asuransi juga untuk melindungi debitur sebagai pihak tertanggung meskipun dalam polis dicantumkan banker’s clause karena bank sebagai penerima manfaat. Tujuan aktivitas bancassurance ini sama halnya dengan alasan yang melatarbelakangi timbulnya bancassurance pertama kalinya.

Contoh produk bank yang mempersyaratkan keberadaan asuransi adalah:

1) Kredit kepemilikan rumah yang disertai kewajiban asuransi kebakaran terhadap rumah atau bangunan yang dibiayai oleh bank serta asuransi jiwa terhadap nasabah peminjam (debitur).

2) Kredit kendaraan bermotor yang disertai kewajiban asuransi kerugian terhadap kendaraan bermotor yang dibiayai oleh bank.

3) Kredit kepada pegawai/pensiunan yang disertaikewajiban asuransi jiwa terhadap nasabah peminjam (debitur).


(26)

b) Referensi tidak dalam rangka produk bank

Jika dalam referensi dalam rangka produk bank, produk asuransi melekat pada produk perbankan dan menjadi persyaratan untuk mendapatkan produk perbankan maka referensi tidak dalam rangka produk bank, bank mereferensikan produk asuransi secara terpisah dengan produk bank. Aktivitas kerjasama pemasaran ini dapat dilakukan melalui:

1) Bank meneruskan brosur, leaflet, dan/atau hal-hal sejenis yang memuat penawaran, informasi, dan/atau penjelasan dari perusahaan asuransi mitra bank atas suatu produk asuransi kepada nasabah bank, baik secara tatap muka maupun melalui surat dan media elektronik, termasuk menggunakan website bank. Dalam hal nasabah memerlukan informasi lebih lanjut atau bermaksud membeli produk asuransi yang direferensikan melalui pemasaran tersebut, maka bank harus mengarahkan nasabah ke perusahaan asuransi mitra bank yang bersangkutan.

2) Bank menyediakan ruangan di dalam lingkungan kantor bank yang dapat digunakan oleh perusahaan asuransi mitra bank dalam rangka pemasaran produk asuransi (in-branch sales) kepada nasabah.

3) Bank menyediakan data nasabah yang dapat digunakan oleh perusahaan asuransi mitra bank dalam rangka pemasaran produk asuransi. Namun dalam hal ini demi perlindungan data nasabah dan sebagaimana diatur dalam peraturan Bank Indonesia No. 7/6/PBI/2005 tentang Transparansi informasi Produk Bank dan Penggunaan Data


(27)

Pribadi Nasabah, bank harus meminta persetujuan para nasabah bank tersebut secara tertulis.

2. Kerjasama Distribusi

Kerjasama distribusi merupakan suatu aktivitas kerjasama pemasaran produk asuransi, dengan Bank berperan memasarkan produk asuransi dengan cara memberikan informasi mengenai produk asuransi tersebut secara langsung kepada nasabah. Penjelasan dari Bank dapat dilakukan dengan tatap muka langsung dengan nasabah dan/atau dengan menggunakan sarana komunikasi

(telemarketing), termasuk melalui surat, media surat, dan website bank.

Peran bank tidak hanya sebagai perantara dalam meneruskan informasi produk asuransi dari perusahaan asuransi mitra bank kepada nasabah, tetapi Bank juga memberikan penjelasan secara langsung yang terkait dengan produk asuransi seperti karakteristik, manfaat, dan resiko dari produk yang dipasarkan dan meneruskan minat dan permintaan pembelian produk asuransi dari nasabah kepada perusahaan asuransi mitra Bank.

3. Integrasi Produk

Integrasi produk merupakan suatu aktivitas kerjasama pemasaran produk asuransi, dengan Bank berperan memasarkan produk asuransi kepada nasabah dengan cara melakukan modifikasi dan/atau menggabungkan produk asuransi dengan produk Bank.

Aktivitas kerjasama pemasaran produk ini dilakukan oleh bank dengan cara menawarkan atau mmenjual bundled product kepada nasabah melalui tatap muka dan/atau dengan menggunakan sarana telekomunikasi (telemarketing), termasuk melalui surat, media elektronik, dan website Bank.


(28)

Dengan demikian peran Bank tidak hanya meneruskan dan memberikan meneruskan dan memberikan penjelasan yang terkait dengan produk asuransi kepada nasabah, tetapi juga tetapi juga menindaklanjuti aplikasi nasabah atau

bundled product, termasuk yang terkait dengan produk asuransi kepada

perusahaan asuransi mitra Bank. C. Bentuk-Bentuk Bancassurance

Pada umunya bentuk kemitraan atau kerjasama antara bank dan perusahaan asuransi dalam praktek ada beberapa bentuk yaitu:

a. Penggabungan pemasaran

Penggabungan pemasaran ini dapat berbentuk exclusive atau non

exclusive.

Exclusive berarti kedua belah pihak tidak dapat memasuki penggabungan

pemasaran yang serupa dengan pihak lain, sedangkan non exclusive berarti sebaliknya. Kelebihan dari bentuk kemitraan ini ialah tidak memerlukan modal yang sangat besar, karena merupakan penggabungan dari produk dan layanan dari bank dan perusahaan asuransi dengan dukungan jaringan distribusi yang luas dan lebih dekat dengan konsumen.

Sistem bancassurance seperti ini harus diperkuat dengan suatu sistem perjanjian keagenan antara bank dan asuransi yang disebut dengan kontrak agensi.

Kontrak agensi ini ialah perjanjian antara bank dan perusahaan asuransi yang isi nya merupakan kesepakatan antara kedua belah pihak mengenai saluran distribusi produk asuransi melalui bank yang di dalamnya tercantum mengenai hak dan kewajiban bank maupun pihak perusahaan asuransi.


(29)

b. Membentuk perusahaan distribusi joint venture

Dalam bentuk ini perusahaan asuransi dan bank sepakat untuk membentuk suatu perusahaan baru. Karyawan perusahaan ini merupakan gabungan antara karyawan dari bank dan asuransi serta mempunyai direksi yang terpisah dari direksi bank dan direksi perusahaan asuransi. Produk dan layanan dapat diciptakan bersama oleh bank dan asuransi di luar manajemen perusahaan ini.

Pada perusahaan distribusi joint venture ini ada kewajiban dari masing-masing pihak untuk menyetor sejumlah modal tertentu. Hal ini akan menimbulkan komitmen jangka panjang dari masing-masing pihak.

c. Akuisisi

Pada bentuk bentuk ini satu pihak mengakuisisi seratus persen saham pihak lain yaitu bank atau perusahaan asuransi. Keuntungan dari akuisisi adalah pengaturan dari satu pihak saja yang berkepentingan di perusahaan ini.

Kelemahan dari bentuk ini ialah membutuhkan modal yang sangat besar dan kemungkinan dari adanya perbedaan tujuan dari pemegang perusahaan yang lama dengan yang baru membuat adanya ketidakharmonisan yang membuat pelaksanaan operasional menjadi tidak semestinya.

Di dalam bentuk apapun kerjasama antara perusahaan asuransi dan bank akan menjadi selaras dan serasi apabila bank dan perusahaan asuransi menjadi mitra yang sejajar yang saling mengisi satu sama lainya.


(30)

BAB III

KONSEP PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO

A. Penerapan Manajemen Risiko Pada Bank

Risiko dapat dikatakan adalah suatu akibat yang mungkin terjadi secara tak diduga ataupun sudah diketahui, meskipun suatu aktivitas usaha telah direncanakan dengan sedemikian rupa namun tetap saja mengandung ketidakpastian pada saat berjalan nya kegiatan usaha tersebut meski sesuai dengan yang telah direncanakan.

Bank Syariah merupakan lembaga keuangan yang dikelola dengan dasar-dasar syariah, baik itu berupa nilai prinsip dan konsep. Sebagai sebuah entitas bisnis, dalam kegiatan usahanya bank khususnya bank syariah menghadapi risiko-risiko yang memiliki potensi mendatangkan kerugian. Risiko ini tidaklah bisa selalu dihindari tetapi harus dikelola dengan baik tanpa harus mengurangi hasil yang harus dicapai. Risiko yang dikelola dengan tepat dapt memberikan manfaat kepada bank dalam menghasilkan laba.14

Risiko akan selalu ada dalam setiap usaha yang dilakukan mau itu dalam usaha bisnis atau pun usaha perbankan dan hal ini akan mempengaruhi secara langsung atau pun tidak langsung dengan reputasi, kerugian dan keuntungan dari suatu perusahaan

Oleh karena itu setiap perusahaan akan selalu berusaha melindungi, mengantispasi atau meminimalisir risiko tersebut dengan membuat tindakan alternatif untuk menghadapi ketidakpastian yang bisa terjadi kapan saja. Agar risiko tidak memberikan dampak kerugian dalam berlangsungnya kegiatan perusahaan, maka haruslah risiko tersebut dapat dimanajemen dengan sebaik mungkin termasuk dalam usaha perbankan.

14


(31)

dan juga kelangsungan dari suatu perusahaan. karena risiko adalah suatu akibat yang nyata dari setiap usaha maka sangat lah penting menggunakan manajemen risiko dengan tepat agar kemungkinan keberhasilan dan kegagalan suatu usaha sudah dapat terlihat dari awal dimulainya usaha tersebut.

risiko dapat dibedakan atas dua kelompok besar yaitu risiko yang sistematis

(systematic risko), yaitu risiko yang diakibatkan oleh adanya kondisi atau situasi

tertentu yang bersifat makro, seperti perubahan situasi politik, perubahan kebijakan ekonomi pemerintah, perubahan situasi pasar, situasi krisis atau resesi dan sebagainya yang berdampak pada kondisi secara umum; dan risik yang tidak sistematis

(unsystematic risk) yaitu risiko yang unik, yang melekat pada suatu perusahaan

tertentu saja.15

Karena terdapat berbagai pengertian tentang risiko dan berbagai sudut pandang yang dapat digunakan untuk memahami risiko maka terdapat berbagai jenis kategori risiko dan berikut ini adalah beberapa pengklasifikasian risiko.16

1. Risiko Finansial

Klasifikasi risiko menurut Total Corporate Risk Management

Klasifikasi risiko menurut korporasi yaitu :

a) Risiko pasar b) Risiko likuiditas c) Risiko kredit d) Risiko modal 2. Risiko Operasional

a) Risiko SDM

15 Tariqullah khan dan Habib Ahmed, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syari’ah, Bumi Aksara, Jakarta, 2008, hlm. 46.

16 Prof. Dr. Vethzal Rivai, S.E., M.M.,M.B.A dan Rifki Ismail, S.E., M.Ec., Ph.D, Islamic Risk Management For Islamic Bank, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2013 hlm. 110.


(32)

b) Risiko teknologi c) Risiko inovasi d) Risiko sistem e) Risiko proses 3. Risiko Strategis

a) Risiko bisnis

b) Risiko leverage operasi c) Risiko transaksi strategis 4. Risiko Eksternal

a) Risiko lingkungan b) Risiko reputasi c) Risiko hukum17

Klasifikasi risiko di dalam Peraturan Bank Indonesia No 5/8/PBI/2003 mencakup:

a. Risiko Kredit b. Risiko Pasar c. Risiko Likuiditas d. Risiko Operasional e. Risiko Hukum f. Risiko Reputasi g. Risiko Strategik

.

h. Risiko Kepatuhan18

17Ibid.

18Peaturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 Pasal 4.


(33)

Setelah kita tahu secara umum dampak yang akan terjadi dari risiko dan klasifikasi dari risiko maka berikut ini adalah konsep manajemen risiko secara umum yang harus diketahui.

1. Risk and uncertainty (risiko dan ketidakpastian)

Meskipun risiko memiliki kaitan yang erat dengan ketidakpastian/uncertainty

namun keduanya memiliki perbedaan. Ketidakpastian adalah kondisi dimana terjadi kekurangan pengetahuan, informasi atau pemahaman tentang suatu keputusan dan konsekuensinya. Risiko timbul karen adanya ketidakpastian, karena ketidakpastian mengakibatkan keragu-raguan dakam meramalkankemungkinanterhadap hasil-hasil yang akanterjadi di masa mendatang. Semakin tinggi tingkat ketidakpastian maka semakin tinggi pula risikonya.

2. Risk and Opportunity (risiko dan kesempatan)

Kejadian di masa yang akan datang tidak dapat diketahui secara pasti. Kejadian ini atau suatu keluaran/output dari suatu kegiatan/peristiwa dapat berupa kondisi yangbaik atau kondisi yang buruk. Jika kondisi yang terjadi adalah kondisi yang baik maka hal teersebut merupakan kesempatan baik (opportunity), namun jika kondisi yang terjadi adalah kondisi yang buruk maka hal tersebutmerupakan risiko.

3. Exposure (eksposur)

Eksposur adalah tingkat kemungkinan terburuk atau tingkat maksimum dari kerugian yang akan dialami jika suatu peristiwa atau transaksi terjadi. Contohnya pemberian kredit yang terkonsentrasi pada usaha kecil dan menengah oleh bank ‘A’ akan meningkatkan jenis risiko tertentu, misalnya risiko gagal bayar. Hal ini dapat dikatakan bahwa bank ’A’ memiliki ’eksposur’ risiko gagal bayar yang lebih tinggi dengan naik nya pemberian kredit usaha kecil dan menengah. Eksposur dikaitkan dengan objek tertentu dan dapat diukur.

4. Volatility (volatilitas)

Volatilitas adalah tingkat variabilitas hasil potensial. Volatilitas merupakan standar deviasi dari outcome. Semakin tinggi volatilitas, maka semakin besar tingkat risiko. Volatilitas dikaitkan juga dengan objek tertentu dan dapat diukur. Misalnya volatilitas harga minyak, volatilitas saham atau volatilitas tenaga ahli komputer di perusahaan tertentu.


(34)

Probabiltas adalah ukuran mengenanai seberapa besar kemungkinan terjadinya

risk event (peristiwa risiko) tertentu. Semakin tinggi kemungkinan terjadinya event,

maka semaki tinggi probabilitasnya.

6. Severity (severitas)

Severitas adalah besarnya tingkat kerugian yang benar-benar atau riil yang dialami. Severitas adalah pasangan dari probabilitas. Severitas merupakan ukuran dari dampak atau outcome dari sebuah risk event.

7. Peril

Peril is the cause of the loss atau sesuatu yang menyebabkan timbulnya

kerugian atau dapat dikatakan suatu bencana atau peristiwa/kejadian yang dapat menimbulkan kerugian (losses) atau bermacam kerugian.

8. Hazard

Hazard adalah suatu kondisi-kondisi yang bersumber dari karakter suatu objek

yang dapat meningkatkan frekuensi dan atau magnitudo dari kerugian (bad outcome). Contohnya menyimpan drum bensin di dalam rumah merupakan hazard atau dapat dikatakan bahwa hazard adalah suatu keadaan bahaya yang dapat menyebabkan terjadinya peril (bencana).

9. Moral hazard

Moral hazard adalah kondisi yang bersumber dari sikap mental seseorang

yang sifatnya negatif dan disengaja untuk menimbulkan potensi kerugian bagi pihak lain, namun menguntungkan dirinya. Contohnya seseorang yang mengasuransikan pabriknya dan merancang agar pabriknya terbakar untuk mendapatkan ganti rugi dari asuransi.

10.Losses

Losses (kerugian) adalah kondisi negatif yang diderita akibat dari suatu

peristiwa yang tidak diharapkan tetapi pada kenyataan terjadi.

11.Expected risk

Expected risk adalah ketidakpastian yang bisa diperkirakan. Risiko inilah yang

menjadi wilayah kajian manajemen risiko.

12.Unexpected risk

Unexpected risk adalah ketidakpastian yang belum bisa diperkirakan.


(35)

13.Risk event

Risk event (kejadian risiko) adalah terjadinya sebuah peristiwa yang

mengakibatkan timbulnya potensi kerugian (terjadinya bad outcome).

14.Risk loss

Risk loss (risiko kerugian) adalah kerugian yang timbul sebagai konsekuensi

terjadinya risk event. Kerugian tersebut bisa finansial dan bisa juga non-finansial.

15.Upside risk

Upside risk adalah jenis risko yang menguntungkan atau jenis risiko yang di mana

terjadinya risk event akan menghasilkan outcome yang sifatnya menguntungkan.

16.Downside risk

Down risk adalah jenis risiko yang merugikan.

17. pure risk

Pure risk adalah kategori risiko yang menghasilkan outcome yang merugikan. Pure

risk adalah risiko downside risk. Dimana pure risk ialah expected risk yang risk event

nya akan menghasilkan risk loss. Contohnya gempa bumi.

18.Speculative risk

Speculative risk adalah kategori reisko yang menghasilkan outcome yang bisa

merugikan atau menguntungkan. Contohnya risiko jual-beli saham.

19.Systemic risk

Systemic risk adalahrisiko dalam konteks perbankan, dimana kegagalan sebuah bank

akan menghasilkan kerugian atau kehancuran yang besar di dalam perekonomian nasional.

20.Stand-alone risk

Stand-alone risk adalah risiko total dari sekumpulan aset atau investment assets yang

terdiri dari undiversifiable risk dan diversifiable risk.

21.Systematic risk

Systematic risk disebut juga dengan risk market/risiko pasar yang disebabkan oleh

variabel-variabel di luar perusahaan (exogenous) sehingga tidak dapat dikendalikan perusahaan dan tidak dapat didiversifikasi (undiversifiable).

22.Specific risk

Specific risk adalah risiko yang melekat internal pada sebuah perusahaan tertentu.

Sifatnya dapat didiversifakasi (divesifiable risk) melalui strategi portofolio19

19 Dr. Vethzal Rivai, S.E., M.M.,M.B.A dan Rifki Ismail, S.E., M.Ec., Ph.D, Op cit, hlm. 118.


(36)

Pemahaman akan manajemen risiko membuat berjalannya manajemen menjadi lebih efektif dalam menghadapi ketidakpastian yang diakibatkan risiko dan meningkatkan kemampuan suatu usaha dan hal ini memberikan nilai tambah pada perusahaan.

Maka dari itu harus dipahami dengan pasti bahwa manajemen risiko mempunyai prosedur dan proses dari memperkirakan risiko sampai penyelesaian risiko dan hal ini lah yang kita kenal dengan proses manajemen, proses manajemen pada dasar nya meliputi identifikasi risiko, pengukuran risiko dan pengelolaan risiko. Hal-hal ini lah yang risiko dapat terminimalisir dan dapat meningkatkan nilai usaha terutama usaha perusahaan dan perbankan.

dan seperti yang sudah kita bahas sebelum nya tentang klasifikasi-klasifikasi risiko dan risiko apa saja yang mungkin bisa terjadi, manajemen risiko memanfaatkan informasi-informasi tersebut agar dapat mengembangkan rencana yang sesuai dengan risiko yang akan dihadapi dan dapat mengatasinya sehingga terhindar dari dampak-dampak yang merugikan bagi perusahaan.

Dan berikut adalah tahapan/proses dari dalam manajemen risiko secara jelas. 1. Perencanaan

Proses pengembangan dan dokumentasi strategi dan metode yang terorganisasi, komprehensif dan interaktif untukkeperluan identifikasi dan penelusuran isu-isu risiko, pengembangan rencana penanganan risiko, penanganan risiko yang kontinu untuk menentukan perubahan risiko, serta mengalokasikan sumber daya yang memenuhi.

2. Pengorganisasian (organization)

Meyakinkan bahwa semua unit/pihak dalam perusahaan/bank terlibat secar aktif sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing sehingga dapat menjamin bahwa semua pihak akan berkontribusi dengan optimal.


(37)

Terdiri dari proses identifikasi dan analisis area-area dan proses-proses teknis yang memiliki risiko untuk meningkatkan kemungkinan dalam mencapai biaya, kinerja dan waktu penyelesaian kegiatan.

a. Identifikasi (identfying)

Merupakan proses peninjauan area-area dan proses-proses teknis yang memiliki risiko potensial, untuk selanjutnya diidentifikasi dan didokumentasi sehingga jika kita ingin mengelola risiko dengan baik maka risiko harus bisa diidentifikasi,dipelajari karakteristiknya dan kemudian diukur. Jika kita bisa melakukan langkah-langkah tersebut maka pengelolaan risiko bisa dilakukan dengan lebih baik. Identifikasi risiko bisa dilakukan denganberbagai teknik, seperti meneliti sekuen sumber risiko, mengidentifikasi sumber-sumber risiko dari lingkungan dan meneliti risiko yang mungkin bisa muncul dari sumber-sumber tersebut

b. Analisis (analyzing)

Merupakan proses menggali informasi lebih dalam terhadap risiko yang diidentifikasi yang dilanjutkan dengan mengukuru risiko, yang terdiri atas : 1. Kuantifikasi risiko dalam probabilitas dan konsekuensinya terhadap

aspek biaya, waktu dan teknis proyek 2. Penyebab risiko

3. Keterkaitan antar risiko 4. Saat terjadinya risiko 5. Sensivitas terhadap risiko 6. Mengukur risiko.

Setiap risiko mempunyai karakteristik yang berbeda-beda sehingga pengukuran risikonya juga berbeda. Sebagai contoh, risiko pasar banyak menggunakan teknik value at risk untuk pengukurannya.

c. Penanganan (handling)

Merupakan suatu proses identifikasi, evaluasi, seleksi dan implementasi penanganan terhadap risiko dengan sasaran dan kendala masing-masing program, yang terdiri atas menahan risiko, menghindari risiko, mencegah risiko, mengontrol risiko dan mengalihkan risiko.

d. Pemantauan (monitoring)

Merupakan proses penelusuran dan evaluasi yang sistematis dari hasil kerja proses penanganan risiko yang telah dilakukan dan digunakan sebagai dasar


(38)

dalam penyusunan strategi untuk menangani risiko yang lebih baik kedepannya20

B. Sistem Manajemen Risiko Menurut PBI NO 11/25/2009 dan SEBI 12/25/DPNP/2010

.

Seperti yang telah dijelaskan dalam Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum dan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No. 11/25/PBI/2009, bank wajib untuk menerapkan manajemen risiko yang efektif ke dalam seluruh usaha bank. Dan ditambah lagi dalam Surat Edaran No 12/35/DPNP/2010 mengenai Penerapan Manajemen Resiko pada Bank yang Melakukan Aktivitas Kerjasama Pemasaran dengan Perusahaan Asuransi atau di sebut dengan bancassurance maka bank dinilai harus menerapkan manajemen resiko ke dalam bancassurance karena Bank Indonesia beranggapan bahwa bancassurance selain mempunyai beberapa manfaat namun

bancassurance juga mempunyai potensi untuk menimbulkan berbagai risiko terhadap

bank, terutama risiko hukum dan risiko reputasi.

Namun dalam Surat Edaran No 12/35/DPNP/2010 secara tersirat bancassurance

sudah menjadi bagian dalam sistem manajemen risiko itu sendiri dimana dalam praktek nya asuransi di dalam bank di lakukan bukan hanya sebagai suatu produk kerjasama antara bank dan perusahaan asuransi namun juga sudah menjadi suatu keharusan di dalam beberapa produk bank maka dengan kata lain aktivitas kerja sama antara bank dan perusahaan asuransi sudah bukan lagi kerjasama biasa melainkan

back up atau pendukung yang harus dibuat bank di dalam produk bank itu sendiri.


(39)

Hal ini lah yang menjadi kejanggalan di mana di dalam Surat Edaran No 12/35/DPNP asuransi memang menjadi produk kerjasama antara bank dan perusahaan asuransi di mana bank hanya menawarkan kepada nasabah 3(tiga) model bisnis kerjasama yaitu: referensi, distribusi dan integrasi produk yang hanya merekomendasikan produk asuransi serta memberikan informasi tentang produk asuransi kepada setiap nasabah.

Namun hal ini tanpa disadari sudah menjadi keharusan bagi bank untuk tetap dan harus memakai produk asuransi dalam beberapa produk bank karena jika pihak bank tidak memakai produk asuransi di dalam beberapa produk bank tersebut maka hal ini malah menjadi resiko bagi bank itu sendiri contohnya saja seperti yang ada di dalam ketentuan umum Surat Edaran No12/35/DPNP/2010 bagian (a) tentang referensi yang isinya ialah :

I. Referensi

Referensi merupakan suatu aktivitas kerjasama pemasaran produk asuransi, dengan Bank berperan hanya mereferensikan atau merekomendasikan suatu produk asuransi kepada nasabah. Peran Bank dalam melakukan pemasaran terbatas sebagai perantara dalam meneruskan informasi produk asuransi dari perusahaan asuransi mitra Bank kepada nasabah atau menyediakan akses kepada perusahaan asuransi untuk

menawarkan produk asuransi kepada nasabah. Aktivitas ini dapat dibedakan sebagai berikut:

a) Referensi dalam Rangka Produk Bank

Bank mereferensikan atau merekomendasikan produk asuransi yang menjadi persyaratan untuk memperoleh suatu produk perbankan kepada nasabah. Persyaratan keberadaan produk asuransi tersebut dimaksudkan untuk kepentingan dan perlindungan kepada Bank atas Risiko terkait dengan produk yang diterbitkan atau


(40)

jasa yang dilaksanakan oleh Bank kepada nasabah. Dalam hal ini, pada hakikatnya produk asuransi juga untuk melindungi debitur sebagai

pihak tertanggung meskipun dalam polis dicantumkan banker’s clause karena Bank sebagai penerima manfaat.

Contoh produk Bank yang mempersyaratkan keberadaan asuransi adalah:

a) Kredit pemilikan rumah yang disertai kewajiban asuransi kebakaran terhadap rumah atau bangunan yang dibiayai oleh Bank serta asuransi jiwa terhadap nasabah peminjam (debitur).

b) Kredit kendaraan bermotor yang disertai kewajiban asuransi kerugian terhadap kendaraan bermotor yang dibiayai oleh Bank.

c) Kredit kepada pegawai/pensiunan yang disertai kewajiban asuransi jiwa terhadap nasabah peminjam (debitur).

Dalam isi dari ketentuan umum Surat Edaran No 12/35/DPNP bagian referensi dijelaskan dengan contoh bahwa produk bank yaitu kredit kepemilikan rumah kredit kendaraan bermotor dan kredit kepada pegawai/pensiunan akan diwajibkan untuk memasukkan produk asuransi dimana kredit kepemilikan rumah wajib disertai dengan asuransi kebakaran, kredit kendaraan bermotor wajib disertai dengan asuransi kerugian dan kredit kepada pegawai/pensiunan akan disertai atau diwajibkan untuk memakai asuransi jiwa.

Jadi bagaimana jika pihak bank tidak menyertai produk asuransi di dalam produk bank tersebut, hal ini malah menambah risiko baru kepada bank itu sendiri antara lain bisa jadi nasabah menjadi enggan untuk melakukan kegiatan usaha yang dibuat oleh bank karena dinilai tidak aman bagi nasabah dan bagaimana jika pihak bank hanya berperan merekomendasikan produk asuransi dari perusahaan asuransi


(41)

yang melakukan kerjasama dengan bank, maka bisa jadi nasabah tidak ingin memakai asuransi yang direkomendasikan oleh bank dan memilih untuk memakai perusahaan asuransi lain yang di inginkan oleh nasabah dan jika pihak bank hanya berperan untuk merekomendasikan saja, bisa jadi nasabah tidak ingin memakai sama sekali produk asuransi tersebut hal ini bisa menjadi risiko reputasi bagi bank itu sendiri.

Dengan kata lain pihak bank tidak saja merekomendasikan produk asuransi kepada nasabah dan hanya bertindak untuk meneruskan informasi saja seperti yang ada di dalam paragraf pertama Surat Edaran No 12/3/DPNP di bagian referensi namun mewajibkan nasabah yang menggunakan atau memakai produk bank tertentu untuk mengikatkan diri dengan produk asuransi dari perusahaan asuransi yang melakukan kerja sama dengan pihak bank sehingga beberapa produk bank tidak bisa tidak memakai produk asuransi tersebut hal ini sama saja bank memakai produk asuransi sebagai manajemen risiko untuk beberapa produk bank.

Seperti yang kita ketahui definisi dari manajemen risiko adalah serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank dan produk dari asuransi sudah menjadi bagian dari prosedur dan metode agar risiko beberapa kegiatan usaha bank atau produk bank bisa teridentifikasi, terukur, terpantau, dan terkendali maka pantas jika kerjasama antara bank dengan perusahaan asuransi atau sering disebut dengan bancassurance sudah menjadi suatu sistem manajemen resiko di dalam bank, hal ini sebenarnya sah-sah saja dilakukan oleh pihak bank dalam upaya meminimalisir kemungkinan risiko yang mungkin terjadi di dalam kegiatan usaha bank tersebut namun alangkah kurang bijak jika bank yang berfungsi sebagai salah satu penggerak roda perekonomian masyarakat yang dituntut


(42)

untuk tetap stabil menggantungkan beberapa produknya kepada perusahaan asuransi yang tingkat solvabilitas serta reputasinya bisa saja naik turun setiap saat.

jika bancassurance itu sendiri sudah menjadi bagian dari metode manajemen risiko mengapa Bank Indonesia harus menerapkan lagi manajemen risiko di dalam

bancassurance, hal ini sama saja dengan menerapkan metode manajemen risiko di

dalam metode manajemen risiko.

Berikut ini adalah peraturan mengenai kewajiban bank untuk menggunakan manajemen risiko dan hal yang mencakup dalam manajemen risiko menurut PBI NO 5/8/2003 dan telah diubah kedalam PBI NO 11/25/2009 yaitu :

1. Pengawasan aktif dewan komisaris dan direksi 2. Kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit

3. Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian resiko serta sistem informasi manajemen risiko dan

4. Sistem pengendalian intern yang menyeluruh 1. Pengawasan aktif dewan komisaris dan direksi

Dalam hal ini ada beberapa kewenangan dan tanggung jawab dari komisaris dan direksi dalam pelaksanaan manajemen risiko

Kewenangan dan tanggung jawab dari komisaris ialah:

a) Mengevaluasi dan menyetujui kebijakan manajemen risiko

b) Mengevaluasi pertanggungjawaban direksi atas pelaksanaan kebijakan manajemen risiko

c) Mengevaluasi dan memutuskan permohonan direksi yang berkaitan dengan transaksi yang memerlukan persetujuan dewan komisaris


(43)

a) Menyusun kebijakan dan strategi manajemen risiko secara tertulis dan komprehensif

b) Bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan manajemen risiko dan eksposur risiko yang diambil oleh bank secara keseluruhan

c) Mengevaluasi dan memutuskan transaksi yang memerlukan persetujuan direksi

d) Mengembangkan budaya manajemen risiko pada seluruh jenjang organisasi

e) Memastikan peningkatan kompetensi sumberdaya manusia yang terkait dengan manajemen risiko

f) Memastikan bahwa fungsi manajemen risiko telah beroperasi secara independen

g) Melaksanakan kaji ulang secara berkala untuk memastikan: 1) Keakuratan metodologi penilaian risiko

2) Kecukupan implementasi sistem informasi

3) Ketepatan kebijakan, prosedur dan penetapan limit risiko. 2. Kebijakan, Prosedur, dan Penetapan Limit

Yang di maksud dengan kebijakan manajemen risiko memuat dari:

a) Penetapan risiko yang terkait dengan produk dan transaksi perbankan

b) Penetapan penggunaan metode pengukuran dan sistem informasi manajemen risiko

c) Penentuan limit dan penetapan toleransi risiko d) Penetapan penilaian peringkat risiko

e) Penyusunan rencana darurat (contingency plan) dalam kondisi yang terburuk


(44)

f) Penetapan sistem pengendalian intern dalam penerapan manajemen risiko. Sedangkan dengan prosedur dan penetapan limit akan disesuaikan dengan tingkat risiko yang diambil dan hal-hal yang di sesuaikan menyangkut prosedur dan penetapan limit itu terdiri dari:

1) Akuntabilitas dan jenjang delegasi wewenang yang jelas

2) Pelaksanaan kaji ulang terhadap prosedur dan penetapan limit secara berkala 3) Dokumentasi prosedur dan penetapan limit secara memadai

Dan mengenai penetapan limit yang dimaksud ialah: 1) Limit secara keseluruhan

2) Limit per jenis risiko

3) Limit per aktivitas fungsional tertentu yang memiliki eksposur risiko

3. Proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko serta sistem informasi manajemen risiko

a. Pelaksanaan dari proses ini wajib didukung dengan : 1) Sistem manajemen yang tepat waktu

2) Laporan yang akurat dan informatif mengenai kondisi keuangan bank, kinerja aktivitas yang fungsional dan eksposur risiko bank.

b. Pelaksanaan proses identifikasi risiko dilakukan dengan melakukan analisis terhadap:

1) Karakteristik risiko yang melekat pada bank 2) Risiko produk dan kegiatan usaha bank.

c. Dalam melaksanakan pengukuran resiko bank wajib melakukan:

1) Evaluasi secara berkala terhedap kesesuaian asumsi, sumber data dan prosedur yang digunakan untuk mengukur risiko


(45)

2) Penyempurnaan terhadap sistem pengukuran risiko apabila terdapat perubahan kegiatan usaha bank, produk, transaksi dan faktor risiko yang bersifat material.

d. Dalam pemantauan resiko bank wajib melakukan: 1) Evaluasi terhadap Eksposur resiko

2) Penyempurnaan proses pelaporan apabila terdapat perubahan kegiatan usaha bank, produk, transaksi, faktor resiko, teknologi informasi dan sistem informasi manajemen resiko yang bersifat material.

e. Pelaksanaan pengendalian resiko digunakan bank untuk mengelola resiko tertentu yang dapat membahayakn usaha bank, dalam melaksanakan fungsi pengendalian resiko ini seperti hal nya resiko suku bunga, resiko nilai tukar, resiko likuiditas bank harus menerapkan assets and liabilities management

atau disingkat ALMA.

f. Sistem manajemen resiko mencakup mengenai laporan dan atau informasi mengenai:

1) Eksposur resiko

2) Kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur serta penetapan limit 3) Realisasi pelaksanaan manajemen resiko dibandingkan dengan target

yang ditetapkan. 4. Sistem pengendalian yang intern

Sistem pengendalian intern dilakukan terhadap pelaksanaan kegiatan usahan dan operasional pada seluruh jenjang organisasi bank.

Sistem pengendalian intern mencakup:

a. kepatuhan terhahadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta kebijakan atau ketentuan intern bank


(46)

b. Tersedianya informasi keuangan dan manajemen yang lengkap, akurat, tepat guna, dan tepat waktu

c. Efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan operasional

d. Efektivitas budaya risiko (risk culture) pada organisasi bank secara menyeluruh. Dalam Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 tentang penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum dan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No. 11/25/PBI/2009 pengertian dari manajemen risiko adalah serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan resiko yang timbul dari kegiatan usaha bank. Dan seperti yang telah dijelaskan diatas mengenai hal yang mencakup manajemen risiko dalam bank, maka bancassurance bukanlah kategori dari manajemen risiko karena walaupun bancassurance hampir memiliki karakteristik yang sama dengan manajemen risiko namun produk ini tetaplah sebuah kerjasama yang bisa mengakibatkan kerugian atau risiko tersendiri.

Dalam Surat Edaran No 12/35/DPNP mengenai Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan Aktivitas Kerjasama Pemasaran dengan Perusahaan Asuransi, Bank Indonesia beranggapan bahwa bancassurance mempunyai potensi untuk menimbulkan berbagai risiko terhadap bank, terutama risiko hukum dan terlebih lagi risiko reputasi. Oleh karena itu pada prinsipnya pengaturan yang terdapat dalam Surat Edaran ini bertujuan untuk menghindari bank dari berbagai risiko dalam melakukan aktivitas pemasaran dengan perusahaan asuransi, dengan Surat Edaran ini maka Bank Indonesia mewajibkan kepada bank-bank yang melakukan aktivitas kerjasama bancassurance untuk menerapkan manajemen risiko sesuai dengan Surat Edaran No 12/35/DPNP yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia mengenai Penerapan


(47)

Manajemen Resiko pada Bank yang Melakukan Aktivitas Kerjasama Pemasaran dengan Perusahaan Asuransi. Dan berikut ini penerapan manajemen risiko mengenai bancassurance menurut SEBI No 12/35/DPNP yaitu :

1. Penerapan Manajemen Risiko Dalam Rangka Bancassurance

a. Umum

1). Bank yang melakukan bancassurance wajib menerapkan Manajemen Risiko sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penerapan manajemen risiko bagi bank umum dan Surat Edaran Bank Indonesia ini, mengingat Bank menghadapi berbagai Risiko yang melekat pada aktivitas tersebut, terutama Risiko Hukum dan Risiko Reputasi.

2). Bank wajib menyusun kebijakan dan prosedur secara tertulis mengenai

bancassurance dengan berpedoman pada Peraturan Bank Indonesia Nomor

5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 dan Surat Edaran Bank Indonesia ini.

b. Penerapan Manajemen Risiko dalam Beberapa Aspek Utama pada Bancassurance

1). Penetapan Perusahaan Asuransi yang Menjadi Mitra Bank, Bank wajib melakukan penilaian terhadap perusahaan asuransi yang menjadi mitra Bank dalam

bancassurance dengan memenuhi paling kurang hal-hal sebagai berikut:

a) Perusahaan asuransi yang dapat dijadikan mitra Bank adalah perusahaan asuransi yang memiliki tingkat solvabilitas paling kurang sesuai dengan ketentuan yang berlaku berdasarkan data terkini dari Bapepam dan LK.


(48)

b) Bank wajib memastikan bahwa perusahaan asuransi mitra Bank telah memperoleh surat persetujuan dari Menteri Keuangan untuk melakukan

bancassurance.

c) Bank wajib memantau, menganalisa, dan mengevaluasi kinerja dan/atau reputasi perusahaan asuransi mitra Bank secara berkala paling kurang sekali dalam 1 (satu) tahun atau sewaktu-waktu apabila terjadi perubahan kondisi kinerja dan/atau reputasi perusahaan asuransi mitra Bank yang diketahui melalui berbagai sumber informasi.

d) Bank wajib mengakhiri kerjasama sebelum berakhirnya perjanjian atau tidak memperpanjang kerjasama apabila:

1) perusahaan asuransi mitra Bank tidak lagi memenuhi persyaratan. 2) menurunnya reputasi perusahaan asuransi mitra Bank yang secara

signifikan akan mempengaruhi profil Risiko Bank. e) Dalam hal Bank mengakhiri kerjasama sebagaiman Bank wajib:

1) menghentikan pemasaran produk asuransi yang dimuat dalam perjanjian kerjasama dimaksud dan

2) menginformasikan kelanjutan penyelesaian hak dan kewajiban nasabah sehubungan dengan produk asuransi yang telah dipasarkan.

f) Dalam hal produk asuransi yang dipasarkan terkait dengan unit link, Bank wajib memastikan bahwa perusahaan asuransi mitra Bank memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) telah memenuhi persyaratan terkait unit link sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai penyelenggaraan usaha perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi;


(49)

2) mencatat dan mengelola secara khusus kekayaan dan kewajiban perusahaan asuransi mitra Bank yang bersumber dari investasi produk

unit link dan

3) melaksanakan hal-hal lain yang diperlukan agar dana investasi yang dipercayakan oleh nasabah dikelola secara optimal, profesional dan independen.

2. Penyusunan Perjanjian Kerjasama

Perjanjian kerjasama dalam rangka bancassurance antara Bank dengan perusahaan asuransi mitra Bank, wajib disusun dengan menggunakan Bahasa Indonesia dan paling kurang memuat hal-hal sebagai berikut :

a). Kejelasan hak dan kewajiban masing-masing pihak (Bank dan perusahaan asuransi mitra Bank), terutama adanya klausula yang menyatakan tanggung jawab masing-masing pihak dalam melakukan bancassurance, antara lain sebagai berikut:

1) Untuk model bisnis Referensi dan/atau Kerjasama Distribusi, Bank tidak menanggung Risiko atas produk asuransi yang dijual.

2) Untuk model bisnis Integrasi Produk, Bank hanya bertanggung jawab sebatas Risiko dari produk Bank.

b). Klausula khusus terkait dengan model bisnis dan/atau fitur khusus produk asuransi untuk model bisnis Kerjasama Distribusi terkait produk unit link, yaitu antara lain perusahaan asuransi mitra Bank harus mencatat dan mengelola secara khusus kekayaan dan kewajiban perusahaan asuransi yang bersumber dari investasi produk unit link.


(50)

c). Setiap perjanjian bancassurance hanya dapat memuat secara spesifik 1 (satu) model bisnis untuk 1 (satu) produk asuransi atau 1 (satu) bundled product yang dipasarkan.

d). Jangka waktu perjanjian.

e). Kejelasan tanggung jawab masing-masing pihak yaitu Bank atau perusahaan asuransi mitra Bank dalam melaksanakan kewajiban customer due diligence

(CDD) atau know your customer (KYC).

f). Penetapan klausula yang memuat kondisi yang menyebabkan berakhirnya perjanjian kerjasama, termasuk klausula yang memungkinkan Bank menghentikan kerjasama sebelum berakhirnya jangka waktu perjanjian

g). Kejelasan penyelesaian hak dan kewajiban masing-masing pihak (Bank atau perusahaan asuransi mitra Bank), termasuk kewajiban kepada pihak tertanggung dan/atau pihak penerima manfaat, apabila perjanjian kerjasama berakhir, baik karena berakhirnya jangka waktu perjanjian kerjasama maupun karena dihentikan.

h). Kejelasan batas tanggung jawab Bank dan perusahaan asuransi mitra Bank pada setiap produk yang dipasarkan apabila terjadi perselisihan dengan nasabah.

i). Kewajiban para pihak untuk menjaga kerahasiaan data nasabah. 3. Penggunaan Data Nasabah

a). Dalam menggunakan data nasabah, Bank harus memenuhi ketentuan:

1) Pasal 40 dan Pasal 44A Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 juncto Peraturan Bank Indonesia yang mengatur mengenai


(51)

persyaratan dan tata cara pemberian perintah atau izin tertulis membuka rahasia bank.

2) Peraturan Bank Indonesia yang mengatur mengenai transparansi produk bank dan penggunaan data pribadi nasabah. Berdasarkan ketentuan di atas, dalam

bancassurance, Bank hanya dapat memberikan data pribadi nasabah kepada

perusahaan asuransi mitra Bank sepanjang telah terdapat persetujuan tertulis dari nasabah.

b). Dalam melakukan bancasssurance, Bank dan perusahaan asuransi mitra Bank wajib menerapkan customer due dilligence atau know your customer principle

sesuai ketentuan yang berlaku.

4. Penerapan Prinsip Perlindungan Nasabah.

a. Dalam melakukan bancassurance, Bank wajib menerapkan prinsip-prinsip transparansi dengan menjelaskan secara lisan dan tertulis kepada nasabah antara lain sebagai berikut:

1) Asuransi yang dipasarkan bukan merupakan produk dan tanggung jawab Bank serta tidak termasuk dalam cakupan program penjaminan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan perundang-undangan mengenai lembaga penjamin simpanan, meskipun terdapat logo dan/atau atribut Bank dalam brosur atau dokumen pemasaran (marketing) lainnya yang digunakan dalam model bisnis Kerjasama Distribusi dan Integrasi Produk.

2) Penggunaan logo dan/atau atribut Bank lainnya dalam brosur atau dokumen pemasaran (marketing) lainnya yang digunakan dalam model bisnis Kerjasama Distribusi dan Integrasi Produk sebagaimana dimaksud pada angka 1) hanya bertujuan untuk menunjukkan adanya kerjasama antara Bank dengan perusahaan asuransi mitra Bank.


(52)

3) Karakteristik asuransi mencakup antara lain fitur, Risiko, manfaat, biaya-biaya asuransi, persyaratan kepesertaan, dan prosedur klaim oleh nasabah. b. bank harus memastikan bahwa logo dan atribut Bank tidak dicantumkan dalam

polis asuransi.

c. Untuk asuransi yang bersifat kolektif, setiap nasabah harus memperoleh tanda kepesertaan. Dalam hal Bank yang menerbitkan tanda kepesertaan, maka tanda kepesertaan tersebut harus menyatakan secara jelas bahwa Risiko asuransi menjadi tanggung jawab perusahaan asuransi.

d. Bank harus transparan kepada nasabah mengenai biaya-biaya yang harus dibayar, termasuk apabila dalam premi asuransi yang harus dibayar terdapat perhitungan komponen biaya lain seperti biaya provisi, biaya administrasi, dan/atau komisi yang diberikan perusahaan asuransi mitra Bank kepada Bank dalam rangka bancassurance.

e. Khusus untuk bancassurance melalui model bisnis Kerjasama Distribusi dan Integrasi Produk:

1) Bank harus memastikan bahwa nasabah telah memahami penjelasan mengenai manfaat dan Risiko produk baik yang dilakukan secara lisan maupun tertulis sebagaimana tercantum dalam dokumen pemasaran/ penawaran.

2) Pernyataan nasabah bahwa nasabah telah memahami manfaat dan Risiko produk sebagaimana dimaksud pada angka 1) harus dituangkan dalam dokumen tertulis yang terpisah, dibuat dalam bahasa Indonesia, dan ditandatangani oleh nasabah dengan menggunakan tanda tangan basah.


(53)

3) Bank harus memastikan bahwa pihak nasabah yang menandatangani dokumen tertulis merupakan pihak yang berwenang menandatangani.

f. Bank harus memastikan bahwa produk asuransi yang dipasarkan telah memenuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang perasuransian antara lain:

1) kriteria produk dan/atau persyaratan produk; dan 2) kewajiban pelaporan produk.

g. Bank Indonesia dapat memerintahkan Bank untuk menghentikan bancassurance

dalam hal berdasarkan evaluasi Bank Indonesia, bancassurance yang dilaksanakan:

1) tidak sesuai dengan rencana pelaksanaan aktivitas baru berupa

bancassurance yang dilaporkan kepada Bank Indonesia dan/atau

persetujuan bancassurance dari Menteri Keuangan dan/atau pencatatan produk asuransi dari Bapepam dan LK;

2) berpotensi berdampak negatif terhadap kinerja Bank; dan/atau 3) tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

h. Sejak Bank diperintahkan menghentikan bancassurance maka Bank:

1) dilarang melanjutkan pemasaran atas produk bancassurance dimaksud; dan 2) bertanggung jawab kepada nasabah sebatas kewajiban Bank sesuai perjanjian

antara Bank dengan perusahaan asuransi mitra Bank.

C. Penerapan Manajemen Risiko Terhadap Bancassurance Dalam Perbankan Syariah Bank syariah terdiri dari 2 kata yaitu bank dan syariah. Kata bank bermakna suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara keuangan dari dua pihak, yaitu pihak yang berkelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. Kata syariah dalam versi bank syariah di Indonesia adalah aturan perjanjian berdasarkan yang


(54)

dilakukan oleh pihak bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha dan kegiaatan lainnya sesuai dengan hukum islam.21

Kegiatan di dalam usaha Perbankan Syariah yang berbeda dari perbankan konvensional hanyalah tata cara yang mengikuti hukum Islam namun secara mendasar kegunaannya dengan bank konvensional sama, yaitu bank sebagai perantara keuangan

(financial intermediary institution) tidak hanya mempunya tugas menghimpun dana

(funding) dari masyarakat, akan tetapi bank harus juga menyalurkan dana (landing)

yang diwujudkan dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan pembiayaan (financing)

sebagai tugas pokoknya, pelaksanaan tugas pokok ini diwujudkan dalam penyediaan dana bagi pihak-pihak yang deficit unit (membutuhkan dana).22

Berdasarkan PBI No. 11/25/PBI/2009, maka pengaturan mengenai manajemen risiko untuk bank umum diatur berdasarkan pertimbangan sebagai berikut :

Dengan demikian perbankan syariah dalam menjalankan usahanya perlu melakukan proses manajemen risiko sama dengan bank konvensional yang lain agar terhindar dari risiko-risiko yang kemungkinan terjadi di dalam perbankan syariah dan bisa diminimalisir serta dihindari, tentu saja manajemen risiko tersebut harus sesuai dengan hukum Islam itu sendiri.

Dalam pengaturan tentang manajemen risiko bagi bank syariah tidak mempunyai perbedaan dengan bank konvensional dan pengaturan penerapan manajemen risiko bagi bank umum merupakan salah satu ketentuan yang diwajibkan oleh Bank Indonesia yaitu mengenai ketentuan Self Regulatory Bank (SRB) diatur di dalam PBI No 5/8/PBI/2003 tertanggal 19 mei 2003 tentang penerapan manajemen risiko untuk bank umum juncto PBI No 11/25/PBI/2009.

21 Prof. Dr. H. Zainuddin Ali, M.A., Hukum Perbankan Syariah, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm. 1. 22 Yohannes Ibrahim, mengupas Tuntas Kredit Komersil dan Komsumtif dalam perjanjian Kredit Bank Perspektif Hukum dan Ekonomi, Mandar Maju, Bandung, 2004, hlm. 49.


(55)

a) Dengan semakin kompleksnya produk dan aktivitas bank maka risiko yang dihadapi bank akan semakin meningkat;

b) Peningkatan risiko yang dihadapi bank perlu diimbangi dengan kualitas penerapan manajemen risiko yang memadai;

c) Transparansi merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam pengendalian risiko yang dihadapi bank;

d) Peningkatan kualitas penerapan manajemen risiko akan mendukung efektivitas kerangka pengawasan bank berbasi risiko.

Selain itu bank juga harus menyadari bahwa risiko itu ada bermacam-macam dan mempunyai cara penyelesaian yang berbeda-beda pula, maka penerapan manejemen risiko wajib disesuaikan dengan tujuan, kebijakan usaha, ukuran dan kompleksitas usaha serta kemampuan bank.23

Sesuai dengan ketentuan bank Indonesia tersebut, semua bank harus menerapkan manajemen risiko sesuai dengan pedoman yang telah dikeluarkan oleh bank Indonesia. Banyak pihak yang menilai manajemen risiko adalah sebuah beban untuk bank dan nasabah. dimana untuk bank, beranggapan bahwa banyak pekerjaan dan biaya untuk memenuhi kebijakan bank Indonesia. Dan untuk nasabah, mereka

Lalu bagaimana dengan penerapan manajemen risiko untuk produk

bancassurance, seperti yang dijelaskan bahwa bank wajib menerapkan manajemen

risiko sesuai dengan tujuan, kebijakan usaha serta yang lainnya, maka setiap dari manajemen risiko untuk semua produk bank mempunyai proses manajemennya termasuk bancassurance yang sudah dijelaskan di atas sesua dengan PBI No 5/8/PBI/2003 tentang penerapan manajemen risiko bagi bank umum.

23 Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, Pasal 3.


(1)

(2)

(3)

79

Hasil wawancara

1. Dalam hal bancassurance pihak bank syariah mandiri hanya menawarkan produk unit link yaitu asuransi rencana sejahtera syariah, asuransi rencana sejahtera syariah plus, asuransi mandiri investasi sejahtera syariah dan asuransi proteksi kesehatan syariah. 2. Selain dari produk diatas seperti asuransi untuk kredit kendaraan bermotor dan

pinjaman kredit rumah serta adalah suatu kewajiban karena salah satu prosedur dari manajemen risiko dalam bank.

3. Mengenai prosedur dalam pembuatan produk bancassurance untuk nasabah, nasabah hanya perlu membuat rekening baru di bank syariah mandiri. Gunanya untuk

pembayaran premi dan prosedur selebihnya akan diurus oleh pihak bank syariah mandiri seperti pengisian formulir, penetapan premi, survei dan juga claim 4. Mengenai claim nasabah harus melaporkan dahulu ke pihak bank baru bank yang

akan mengklaim kepihak asuransi.

5. Pembagian keuntungan antara bank dan perusahaan asuransi menggunakan sistem profit sharing

6. Untuk hal kerjasama antara bank dan perusahaan asuransi saja berdasarkan konsorsium dalam hal gedung atau bangunan

7. Mengenai perbedaan antara bancassurance di bank konvensional dan bank syariah mandiri tidak begitu ada perbedaan, selama tidak bertentangan dengan hukum syariah islam


(4)

9. Untuk mengetahui citra atau reputasi suatu perusahaan asuransi biasanya pihak bank diberitahukan dari pusat atau bisa dilihat di internet ataupun di media cetak seperti koran antara atau andalas.

Sumber

Bambang Hadi Putra

Operation officer Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Iskandar Muda


(5)

81

DAFTAR PUSTAKA

Buku Bacaan

Adman, Akhyar, Muhammad, 1996, an Investigation of Accounting Concepts and Practices in Islamic Banks The Case of Bank Islam Malaysia Berhard and Bank Muamalat Indonesia, disertasi doctor, Wollongong University of Wollongong

Ahmed, Habib, Khan,Tariqullah, 2008, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syari’ah, Jakarta, Bumi Aksara

Ali, Zainuddin, 2008, Hukum Perbankan Syariah, Jakarta, Sinar Grafika

Jaziri Ar-Rahman Abd, Fiqh Ala Mazhahib Arba’ah, Mesir, AT-Tijarah Al-Kubra, tt

Antonio, Syafi’i, Muhammad, 1999, Bank Syariah Wacan Ulama Dan cendikiawan, Cet1, jakarta, Tazkia Institute

Hadi, Sutisno, 1982, Metodologi Research, yogyakarta, Penerbit Fak. Psikologi Universitas Gajah Mada, jilid 1

Hanafi, Mamduh, 2006, Manajemen Risiko, Yogyakarta YKPN

Ibrahim, Yohannes, 2004, Mengupas Tuntas Kredit Komersil dan Komsumtif dalam Perjanjian Kredit Bank Perspektif Hukum dan Ekonomi, Bandung , Mandar Maju

Ikatan Bankir Indonesia, 2013, Memahami Bisnis Bank, Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama Muhammad, 2005, Manajemen Bank Syari’ah, Yogyakarta Edisi Revisi, UMP AMP

YKPN.

Muis, Abdul, 2005, Hukum Asuransi dan Bentuk-Bentuk Perasuransian, Medan, Fakultas Hukum USU

Nitisusastro, Mulyadi, 2011, Asuransi dan Perusahaan Asuransi di Indonesia, Bandung, CV ALFABETA

Rivai, Vethzal, Ismail, Rifki, 2013, Islamic Risk Management For Islamic Bank, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama


(6)

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 SEBI No 12/3/DPNP Tahun 2010

UU No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan UU No 2 Tahun 1992 tentang Usaha perasuransian

WEBSITE

bancassurance, diakses pada tanggal 21 desember 2013

unit link, diakses pada tanggal 24 April 2014 http:// deoue.wordpress.com/ Manajemen Resiko Pada Bank Syariahdiakses pada tanggal 4 February 2014

Penerapan Manajemen Risiko Penyaluran Dana Pada

Perbankan Syariah, diakses pada tanggal 4 February 2014

bancassurance, diakses pada tanggal 21 desember 2013

http:// underground-paper.blogspot.com sejarah Bancassurance, , diakses pada tanggal 21 desember 2013