Tinjauan Yuridis Manajemen Risiko Pada Bank Dalam Kaitannya Dengan Bancassurance

(1)

TINJAUAN YURIDIS MANAJEMEN RISIKO PADA BANK DALAM

KAITANNYA DENGAN BANCASSURANCE

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana

OLEH

SATRA LUMBAN TORUAN 070200205

DEPARTEMEN HUKUM PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

TINJAUAN YURIDIS MANAJEMEN RISIKO PADA BANK DALAM

KAITANNYA DENGAN BANCASSURANCE

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana

OLEH

SATRA LUMBAN TORUAN 070200205

DEPARTEMEN HUKUM PERDATA

Disetujui Oleh:

Ketua Departemen Hukum Perdata

Dr. Hasim Purba, S.H., H.Hum. NIP. 196603031985081001

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Ramli Siregar, S.H., M.Hum. Mulhadi, S.H., M.Hum.

NIP. 195303121983031002 NIP. 197308042002121001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat, rahmat dan anugerah-Nya Penulis mampu untuk menjalani perkuliahan sampai pada tahap penyelesaian skripsi pada jurusan Hukum Perdata BW di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ini.

Penulisan skripsi yang diberi judul ” TINJAUAN YURIDIS MANAJEMEN RISIKO PADA BANK DALAM KAITANNYA DENGAN BANCASSURANCE” ini diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa hasil yang diperoleh masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis akan sangat berterima kasih jika ada kritik dan saran membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari pihak-pihak yang telah membantu sebelum, selama, dan setelah penulis mengerjakan skripsi. Melalui kesempatan ini, penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

3. Bapak Dr. Syafruddin S. Hasibuan, S.H., M.H., DFM., selaku Pembantu Dosen II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;


(4)

4. Bapak M. Husni, SH., MHum., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

5. Bapak Dr. Hasim Purba, S.H., M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

6. Bapak Ramli Siregar, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini; 7. Bapak Mulhadi, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini. 8. Bapak Drs. Nazaruddin, S.H., M.A., selaku Dosen Wali penulis dari

semester I sampai terakhir.

9. Bapak dan ibu dosen serta pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang turut mendukung segala urusan perkuliahan dan administrasi penulis selama menjalani perkulihan.

10.Seluruh Keluarga B. Lumban Toruan (keluarga penulis) yang selalu memberikan doa, dukungan dan semangat untuk mengerjakan skripsi ini. 11.Seluruh teman-teman yang juga telah memberikan doa, dukungan dan

semangat bagi penulis untuk mengerjakan skripsi ini.

Medan, Maret 2011 Penulis,


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………....i

DAFTAR ISI ………iii

ABSTRAKSI ………..v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………....1

B. Rumusan Permasalahan ………..8

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ………...9

D. Keaslian Penulisan ………10

E. Tinjauan Kepustakaan ………..11

F. Metode Penulisan ………...22

G. Sistematika Penulisan ………...25

BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. Bank dan Perbankan 1. Pengertian Bank ………..28

2. Pengertian Perbankan ……….30

3. Asas, Fungsi dan Tujuan Perbankan ………..31

4. Jenis-Jenis dan Usaha Bank ………36

5. Pengaturan tentang Bank ………55

B. Manajemen Risiko pada Bank 1. Pengertian Manajemen Risiko ………...65

2. Fungsi dan Tujuan Manajemen Risiko ………..70

3. Jenis-Jenis Risiko yang Dihadapi Bank ……….74

BAB III BANCASSURANCE A. Pengertian Bancassurance ………80


(6)

B. Latar Belakang Timbulnya Bancassurance ………84 C. Manfaat Bancassurance ………88 D. Bentuk-Bentuk Bancassurance ………93

BAB IV TINJAUAN YURIDIS MANAJEMEN RISIKO PADA BANK

DALAM KAITANNYA TERHADAP BANCASSURANCE

A. Manfaat Ekonomis dan Non Ekonomis yang Ditimbulkan bagi Bank Berkaitan dengan Bancassurance ………...101 B. Risiko yang Kemungkinan Bisa Terjadi pada Bank Bila

Mengabaikan Manajemen Risiko yang Sudah Diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.12/35/DPNP/2010 Perihal Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan Aktivitas Kerjasama Pemasaran dengan Perusahaan Asuransi (Bancassurance)………...107 C. Pengaturan Manajemen Risiko Pada Bank dalam Kaitannya

Terhadap Bancassurance

a. Penerapan Manajemen Risiko dalam Rangka Bancassurance ...130 b. Pelaporan ………...143

c. Tata Cara Pengenaan Sanksi …...147

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ………...149

B. Saran

……….150


(7)

ABSTRAKSI

Satra Lumban Toruan∗ Ramli Siregar, S.H., M.Hum.1

Mulhadi, S.H., M.Hum.***

Bancassurance adalah aktivitas pihak bank dan perusahaan asuransi dalam rangka memasarkan produk asuransi melalui bank. Praktek bancassurance yang dilakukan pihak bank dapat menimbulkan berbagai risiko terutama risiko hukum dan risiko reputasi bagi bank. Oleh karena itu, dibutuhkan manajemen risiko untuk mengelola risiko sehingga bank terhindar dari risiko yang dapat menyebabkan kerugian pada bank.

Skripsi ini membahas beberapa permasalahan yaitu apa saja manfaat ekonomis dan non ekonomis yang ditimbulkan bagi bank berkaitan dengan bancassurance dan apa saja risiko yang kemungkinan bisa terjadi pada bank bila mengabaikan manajemen risiko yang diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.12/35/DPNP tanggal 23 Desember 2010Perihal Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan Aktivitas Kerjasama Pemasaran dengan Perusahaan Asuransi (Bancassurance) serta bagaimana pengaturan manajemen risiko pada bank dalam kaitannya dengan bancassurance. Metode penulisan yang digunakan untuk menjawab permasalahan-permasalahan tersebut adalah metode penelitian hukum normatif yakni metode penelitian yang mengandalkan data dan informasi tentang hukum, baik bahan hukum primer, bahan hukum sekunder maupun bahan hukum tersier.

Bancassurance sangat bermanfaat bagi bank baik memberikan manfaat ekonomis maupun non ekonomis namun bancassurance juga berpotensi menimbulkan berbagai risiko perbankan terutama risiko hukum dan risiko reputasi. Oleh karena itu, bank harus melakukan penerapan manajemen risiko terkait dengan aktivitas kerjasama pemasaran dengan perusahaan asuransi (bancassurance) sebagaimana yang dimaksud dalam surat edaran tersebut yang meliputi konsep penerapan manajemen risiko dalam rangka bancassurance, pelaporan dan tata cara pengenaan sanksi. Di samping itu, untuk memaksimalkan penerapan manajemen risiko pada bank dalam kaitannya dengan bancassurance, diperlukan sinergitas dan adanya pandangan yang sama dari seluruh stakeholders bank untuk memaksimalkan penerapan manajemen risiko, pengaturan yang mewajibkan bank memperkerjakan manajer risiko yang memiliki keahlian/ ketrampilan khusus dan profesionalisme dalam mengelola risiko yang ditimbulkan praktek bancassurance serta menerapkan budaya sadar risiko bagi komponen perbankan.

* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

** Dosen Pembimbing I, Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara *** Dosen Pembimbing II, Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara


(8)

ABSTRAKSI

Satra Lumban Toruan∗ Ramli Siregar, S.H., M.Hum.1

Mulhadi, S.H., M.Hum.***

Bancassurance adalah aktivitas pihak bank dan perusahaan asuransi dalam rangka memasarkan produk asuransi melalui bank. Praktek bancassurance yang dilakukan pihak bank dapat menimbulkan berbagai risiko terutama risiko hukum dan risiko reputasi bagi bank. Oleh karena itu, dibutuhkan manajemen risiko untuk mengelola risiko sehingga bank terhindar dari risiko yang dapat menyebabkan kerugian pada bank.

Skripsi ini membahas beberapa permasalahan yaitu apa saja manfaat ekonomis dan non ekonomis yang ditimbulkan bagi bank berkaitan dengan bancassurance dan apa saja risiko yang kemungkinan bisa terjadi pada bank bila mengabaikan manajemen risiko yang diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.12/35/DPNP tanggal 23 Desember 2010Perihal Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan Aktivitas Kerjasama Pemasaran dengan Perusahaan Asuransi (Bancassurance) serta bagaimana pengaturan manajemen risiko pada bank dalam kaitannya dengan bancassurance. Metode penulisan yang digunakan untuk menjawab permasalahan-permasalahan tersebut adalah metode penelitian hukum normatif yakni metode penelitian yang mengandalkan data dan informasi tentang hukum, baik bahan hukum primer, bahan hukum sekunder maupun bahan hukum tersier.

Bancassurance sangat bermanfaat bagi bank baik memberikan manfaat ekonomis maupun non ekonomis namun bancassurance juga berpotensi menimbulkan berbagai risiko perbankan terutama risiko hukum dan risiko reputasi. Oleh karena itu, bank harus melakukan penerapan manajemen risiko terkait dengan aktivitas kerjasama pemasaran dengan perusahaan asuransi (bancassurance) sebagaimana yang dimaksud dalam surat edaran tersebut yang meliputi konsep penerapan manajemen risiko dalam rangka bancassurance, pelaporan dan tata cara pengenaan sanksi. Di samping itu, untuk memaksimalkan penerapan manajemen risiko pada bank dalam kaitannya dengan bancassurance, diperlukan sinergitas dan adanya pandangan yang sama dari seluruh stakeholders bank untuk memaksimalkan penerapan manajemen risiko, pengaturan yang mewajibkan bank memperkerjakan manajer risiko yang memiliki keahlian/ ketrampilan khusus dan profesionalisme dalam mengelola risiko yang ditimbulkan praktek bancassurance serta menerapkan budaya sadar risiko bagi komponen perbankan.

* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

** Dosen Pembimbing I, Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara *** Dosen Pembimbing II, Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara


(9)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sistem keuangan memegang peranan yang sangat penting dalam perekonomian seiring dengan fungsinya untuk menyalurkan dana dari pihak yang mempunyai dana (surplus of funds) kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana (lack of funds).2 Apabila sistem keuangan tidak bekerja dengan baik maka perekonomian menjadi tidak efisien dan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan tidak akan tercapai.3

Dalam sistem keuangan tersebut, keberadaan lembaga perbankan khususnya bank umum menjadi sangat penting bahkan merupakan inti dari sistem keuangan setiap negara.

Oleh karena itu kesinambungan pelaksanaan pembangunan nasional sangat dipengaruhi oleh kestabilan dan kekuatan sistem keuangan.

4

Hal ini dikarenakan fungsi yang dimiliki bank sebagai lembaga keuangan. Fungsi bank dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:5

1. Bank sebagai lembaga yang menghimpun dana-dana masyarakat atau penerima kredit. Dalam pengertian ini bank menerima dana-dana yang berupa simpanan dalam bentuk tabungan, deposito berjangka dan rekening giro. Dengan ini dapat dikatakan bahwa bank melaksanakan operasi perkreditan secara pasif dengan menghimpun dana dari pihak ketiga.

2. Bank sebagai lembaga yang menyalurkan dana dari masyarakat dalam bentuk kredit atau sebagai lembaga pemberi kredit. Dengan ini dapat dikatakan bahwa bank melaksanakan operasi perkreditan secara aktif. 3. Bank sebagai lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan dan

pembayaran uang.

2

Hermansyah, 2008, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Prenada Media Group, Jakarta, 2008, hal. 3.

3Ibid. 4Ibid., hal. 7.

5 Sinungan M. dalam Johannes Ibrahim, 2003, Bank Sebagai Lembaga Intermediasi


(10)

Peranan perbankan dalam pembangunan ekonomi suatu bangsa adalah sangat vital layaknya sebuah jantung dalam tubuh manusia. Keduanya saling mempengaruhi dalam arti perbankan dapat mengalirkan dana bagi kegiatan ekonomi sehingga bank yang sehat akan memperkuat kegiatan ekonomi suatu bangsa. Sebaliknya, kegiatan ekonomi yang tidak sehat, lesu atau rapuh juga akan sangat mempengaruhi kesehatan dunia perbankan.6

Lembaga perbankan mempunyai peranan dan strategis tidak hanya dalam menggerakkan roda perekonomian nasional, tetapi juga diarahkan agar mampu menunjang pelaksanaan pembangunan nasional. Ini berarti bahwa lembaga perbankan haruslah mampu berperan sebagai agen of development dalam upaya mencapai tujuan nasional itu, dan tidak menjadi beban dan hambatan dalam pelaksanaan pembangunan nasional tadi.7

Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai tempat bagi orang perorangan, badan-badan usaha swasta, badan-badan usaha milik negara, bahkan lembaga-lembaga pemerintahan, untuk menyimpan dananya melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan. Bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian.8

Perkembangan dewasa ini, istilah bank dimaksudkan sebagai suatu jenis pranata finansial yang melaksanakan jasa-jasa keuangan yang cukup beraneka

6

Gunarto Suhardi, 2003, Usaha Perbankan dalam Perspektif Hukum, Kanisius, Yogyakarta, hal. 5.

7 Hermansyah, Op. Cit., hal. 41.

8 Thomas Suyatno dkk., 1988, hal. xi dalam Sentosa Sembiring, 2000, Hukum Perbankan, CV Mandar Maju, Bandung, hal. 7.


(11)

ragam, seperti pinjaman, memberi pinjaman, mengedarkan mata uang, mengadakan pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan untuk benda-benda berharga, dan membiayai usaha-usaha perusahaan.9

Pengaturan yang berkaitan dengan masalah bank di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998. Berdasarkan Pasal 1 angka (2) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Bank sebagai institusi yang memiliki izin untuk melakukan banyak aktivitas, memiliki peluang yang sangat luas dalam memperoleh pendapatan (income/return).10 Bank dalam menjalankan kegiatan usahanya tentu mempunyai risiko.11 Risiko yang mungkin terjadi dapat menimbulkan kerugian bagi bank jika tidak dideteksi serta tidak dikelola semestinya. Untuk itu, bank harus mengerti dan mengenal risiko-risiko yang mungkin timbul dalam melaksanakan kegiatan usahanya12

9 A. Abdurrachman, 1991, hal. 80 dalam Munir Fuady, 2003, Hukum Perbankan Modern, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 13.

.

10

Ferry N. Idroes, 2008, Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendekatan 3 Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia, PT RajaGrafindo Persada, hal. 21.

11 Hermansyah, Op. Cit., hal. 9. 12 Ferry N. Idroes, Op. Cit., hal. 21.


(12)

Risiko yang dialami bank dapat bermacam-macam, misal credit risk, yakni risiko yang terjadi akibat dari tidak dilunasinya pokok dan bunga piutang bank secara penuh yang bersumber pada cash flows pinjaman maupun berbagai bentuk sekuritas lainnya yang menjadi tagihan bank, operational risk yakni risiko yang diakibatkan ketidakefektifan fungsi kegiatan operasional bank atau bahkan kerusakan pada kegiatan operasional bank. Risiko yang dapat menimbulkan kerugian bagi kegiatan operasional bank pun dapat terjadi akibat dari banyak peristiwa. Hal itu dapat terjadi kapan saja, menimpa bank mana saja, dan dimana saja. Peristiwa itu dapat pula berawal dari dalam diri bank sendiri atau dari luar bank.13

Berbagai risiko yang melekat pada aktivitas bank tersebut harus segera dikelola secara tepat sebab kegagalan bank dalam mengendalikan risiko tersebut akan menimbulkan kerugian dan pengaruh yang luas. Hal ini mengingat bahwa peranan bank sebagai lembaga intermediasi keuangan (financial intermediary) telah menempatkannya pada posisi yang sentral.14 Secara internal, bank ditunjang oleh permodalan dari pemegang saham dan dikelola oleh sumber daya manusia yang menguasai bisnis perbankan dan lika-liku dunia usaha. Secara eksternal, bank ditunjang oleh para nasabah (baik nasabah penyandang dana maupun nasabah kredit) serta unsur pemerintah yang mengendalikan perekonomian.15

13 Masyhud Ali, 2006, Manajemen Risiko, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, hal. 5. Oleh karena itu, terhadap risiko-risiko tersebut harus diterapkan manajemen

14Ibid., hal. 40. 15Ibid.


(13)

risiko. Manajemen risiko merupakan desain prosedur serta implementasi prosedur untuk mengelola suatu risiko usaha.16

Pada satu dekade terakhir ini, kebutuhan masyarakat atas produk asuransi semakin meningkat yang diikuti dengan peningkatan pemasaran produk asuransi. Berkembangnya usaha perasuransian sebagai lembaga keuangan bukan bank, seiring dengan adanya kesadaran dari masyarakat, terutama masyarakat perkotaan akan pentingnya hakikat dari asuransi tersebut dalam mengantisipasi timbulnya kerugian, kerusakan barang yang dimilikinya, atau kehilangan keuntungan dari suatu kegiatan usaha yang dijalankannya.

17

Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima uang premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

Berdasarkan Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, yang dimaksud dengan,

Peningkatan pemasaran produk asuransi yang dilakukan oleh perusahaan asuransi tidak terlepas dengan strategi pemasaran produk asuransi. Para pelaku usaha telah melakukan suatu langkah secara efektif dan inovatif untuk menyiasati perkembangan potensi pasar asuransi dan juga telah berkembang untuk mengawinkan kelebihan yang dimiliki perusahaan asuransi dengan bank melalui aktivitas pemasaran antara perusahaan asuransi dengan bank yakni bancassurance.

16 Kasidi, 2010, Manajemen Risiko, Ghalia Indonesia, Bogor, hal. 4. 17 Hermansyah, Op. Cit., hal. 7.


(14)

Bancassurance secara sederhana dapat diartikan sebagai asuransi yang dikembangkan dan dipertanggungjawabkan oleh perusahaan asuransi dan didistribusikan melalui jaringan bank.18 Perusahaan asuransi dan bank bekerjasama dalam mendistribusikan produk-produk perusahaan asuransi. Dengan adanya bancassurance ini, perusahaan asuransi dapat memanfaatkan berbagai kelebihan yang dimiliki oleh bank, misalnya besarnya jumlah nasabah (customer based) yang berpotensi sebagai pengguna jasa asuransi, sistem pemasaran yang kuat dan luas sehingga perusahaan asuransi dapat memperkecil biaya distribusi karena proses penjualannya dibantu oleh pihak bank. Sedangkan di sisi lain pihak bank memiliki keuntungan seperti memperoleh fee based income dari perusahan asuransi. Bancassurance sebagai salah satu metode pemasaran juga akan memberikan keuntungan bagi nasabah dalam memperoleh layanan produk, baik produk asuransi maupun bank. Selain itu, nasabah memperoleh kenyamanan dan kemudahan dalam memilih asuransi karena umumnya bank bekerjasama dengan perusahaan asuransi terpilih dibandingkan dengan jika nasabah harus memilih sendiri asuransinya. Nasabah juga mendapatkan standar layanan yang sama dari bank.19

Praktek bancassurance memang bermanfaat bagi perekonomian namun di sisi lain bancassurance juga berpotensi menimbulkan berbagai risiko bagi bank

18

GembongPrakoso,http://bancassuranceindonesia.com/bas/phocadownload/userupload/p ustaka/Kajian/29042010/Bancassurance%20-\Konsep%20Implementasi.pdf diakses tanggal 17 Januari 2011. Bandingkan denga diakses tanggal 18 Januari 2011.

19 Hendry Risjawan,


(15)

terutama risiko hukum dan risiko reputasi.20 Hal ini sangat beralasan karena apabila bank melakukan kerjasama pemasaran dengan perusahaan asuransi yang ternyata memiliki reputasi dan tingkat solvabilitas21 yang rendah sehingga tidak dapat menjalankan peranan sebagaimana mestinya maka akan menimbulkan risiko baik risiko hukum maupun risiko reputasi pada bank tersebut. Risiko yang berimbas pada jatuhnya reputasi bank akan mendorong terjadinya berbagai jenis risiko lainnya pula.22

Berdasarkan uraian di atas terdapat beberapa masalah yang sangat penting untuk dikaji yakni apa manfaat ekonomis dan non ekonomis yang ditimbulkan bagi bank berkaitan dengan bancassurance dan apa saja risiko yang kemungkinan bisa terjadi pada bank bila mengabaikan manajemen risiko yang sudah diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.12/35/DPNP tanggal 23 Desember 2010 Perihal Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan Aktivitas Kerjasama Pemasaran dengan Perusahaan Asuransi (Bancassurance) serta Di samping itu, praktek bancassurance yang diadakan oleh perusahaan asuransi dan bank yang demikian tentu akan membawa kerugian bagi nasabah. Oleh karena itu, untuk melindungi kepentingan nasabah, kepentingan lembaga keuangan bank, terlebih lagi melindungi perekonomian negara, maka diperlukan manajemen risiko pada bank yang melakukan aktivitas kerjasama pemasaran dengan perusahaan asuransi (bancassurance).

20

Dasar pertimbangan dikeluarkannya Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/35/DPNP Tentang Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan Aktivitas Kerjasama Pemasaran dengan Perusahaan Asuransi (Bancassurance).

21

Batas tingkat solvabilitas (solvency margin) merupakan tolok ukur kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi. Batas tingkat solvabilitas ini merupakan selisih antara kekayaan terhadap kewajiban, yang perhitungannya didasarkan pada cara perhitungan tertentu sesuai dengan sifat usaha asuransi. Abdulkadir Muhammad, Op. Cit., hal. 39.


(16)

bagaimana pengaturan manajemen risiko pada bank dalam kaitannya dengan bancassurance.

Hal-hal di atas kiranya menjadi stimulus dalam menulis skripsi ini sekaligus mengetengahkan permasalahan sebelum diuraikan lebih lanjut lagi dalam bab-bab berikutnya. Oleh karena hal-hal di atas maka penulis mengambil judul ”Tinjauan Yuridis Manajemen Risiko pada Bank dalam Kaitannya dengan Bancassurance”.

B. Rumusan Permasalahan

Ada beberapa masalah pokok yang menjadi fokus penelitian dalam skripsi ini, yaitu:

b. Apa saja manfaat ekonomis dan non ekonomis yang ditimbulkan bagi bank berkaitan dengan bancassurance?

c. Apa saja risiko yang kemungkinan bisa terjadi pada bank bila mengabaikan manajemen risiko yang diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.12/35/DPNP tanggal 23 Desember 2010 Perihal Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan Aktivitas Kerjasama Pemasaran dengan Perusahaan Asuransi (Bancassurance)?

d. Bagaimana pengaturan manajemen risiko pada bank dalam kaitannya dengan bancassurance?


(17)

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan

Penulisan skripsi ini berusaha memaparkan permasalahan berkaitan dengan manajemen risiko pada bank dalam kaitannya dengan bancassurance. Maka berdasarkan uraian latar belakang di atas secara rinci tujuan pokok dari pembahasan skripsi ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui apa saja manfaat ekonomis dan non ekonomis yang ditimbulkan bagi bank berkaitan dengan bancassurance.

b. Untuk mengetahui apa saja risiko yang kemungkinan bisa terjadi pada bank bila mengabaikan manajemen risiko yang diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.12/35/DPNP tanggal 23 Desember 2010 Perihal Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan Aktivitas Kerjasama Pemasaran dengan Perusahaan Asuransi (Bancassurance). c. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan manajemen risiko pada bank

dalam kaitannya dengan bancassurance.

Tentu saja salah satu tujuan dari pembuatan dan pembahasan materi dalam skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Manfaat Penulisan

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, adapun beberapa manfaat dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :


(18)

a. Manfaat Teoritis

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu hukum serta dapat memberikan sumbangan pemikiran guna membangun argumentasi ilmiah terhadap penerapan manajemen risiko pada bank dalam kaitannya dengan bancassurance.

b. Manfaat Praktis

Penulisan skripsi ini juga diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan, sumbangan pemikiran bagi masyarakat luas, pelaku usaha yang bergerak di bidang perbankan dan perusahaan asuransi di Indonesia dalam memanajemen risiko pada bank dalam kaitannya dengan bancassurance.

D. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi dengan judul ”Tinjauan Yuridis Manajemen Risiko pada Bank dalam Kaitannya dengan Bancassurance” berdasarkan pemeriksaan arsip hasil-hasil penulisan skripsi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara belum pernah dilakukan, sedangkan penulisan yang berkaitan dengan bancassurance sudah pernah ditulis oleh penulis sebelumnya namun membahas tinjauan hukum terhadap praktek bancassurance melalui perbankan dikaitkan dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan dengan mengadakan studi kasus pada PT Bank Negara yang dilakukan oleh Saudari Miranda Munthe. Penulisan tersebut mempunyai pokok permasalahan yang berbeda dengan penulisan skripsi yang dilakukan penulis saat ini. Dengan demikian penulisan skripsi ini merupakan penulisan yang pertama dan asli adanya. Penulisan skripsi ini dibuat berdasarkan hasil pemikiran dan juga referensi dari buku-buku, peraturan perundang-undangan


(19)

yang berkaitan dengan perbankan, usaha perasuransian, manajemen risiko terhadap bancassurance, serta informasi yang diperoleh dari media cetak dan elektronik.

E. Tinjauan Kepustakaan

Penulisan skripsi dengan judul ”Tinjauan Yuridis Manajemen Risiko pada Bank dalam Kaitannya dengan Bancassurance” ini mengetengahkan beberapa istilah yang selanjutnya akan sering dipergunakan. Oleh karena itu, agar memperoleh kesatuan pemahaman terhadap apa yang dimaksudkan dalam penulisan skripsi ini maka istilah tersebut akan ditinjau terlebih dahulu.

1. Sistem Keuangan

Sistem keuangan terdiri dari dua kata, yaitu “sistem” dan “keuangan”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sistem adalah perangkat unsur yang secara terstruktur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas, sedangkan keuangan diartikan sebagai seluk beluk uang atau urusan uang. Dalam pengertian yang lain, keuangan diartikan sebagai pengetahuan teori dan praktik mengenai keuangan yang mencakup uang, kredit, perbankan, sekuritas, investasi, valuta asing, penjaminan emisi, kepialangan, trust, dan sebagainya. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dirumuskan bahwa pada dasarnya sistem keuangan adalah suatu sistem yang dibentuk oleh lembaga-lembaga yang mempunyai kompetensi yang berkaitan dengan seluk-beluk di bidang keuangan.23

23 Hermansyah, Op. Cit., hal. 1.


(20)

Definisi sistem keuangan berbeda-beda tergantung pada apa yang hendak ditekankan. Dari sudut moneter, sistem keuangan didefinisikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari otoritas moneter dan di luar otoritas moneter. Sistem moneter terdiri dari otoritas moneter, dan bank-bank pencipta uang giral, sedangkan lembaga keuangan lainnya termasuk dalam kelompok di luar sistem moneter.24

Definisi lainnya memberikan penekanan pada pembedaan lembaga keuangan menjadi dua, yaitu: lembaga keuangan bank (bank financial intermediary) dan lemmbaga keuangan bukan bank (non bank financial intermediary).25

Sedangkan Menurut Dr. Insukindro, M.A., dalam bukunya Ekonomi Uang dan Bank, sistem keuangan (financial system) pada umumnya merupakan suatu kesatuan sistem yang dibentuk dari semua lembaga keuangan yang ada dan yang kegiatan utamanya di bidang keuangan adalah menarik dana dari dan menyalurkannya kepada masyarakat.

Lembaga-lembaga keuangan bank merupakan bagian dari sistem moneter, sedangkan lembaga-lembaga keuangan bukan bank berada di luar sistem moneter.

26

24 Achwan, Harry Tjahjono dan Totok Subjakto, 1993 hal. 1-2 dalam Rachmadi Usman, 2001, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal. 22.

Keberadaan sistem keuangan ini diharapkan dapat melaksanakan fungsinya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediation) dan lembaga transmisi yang mampu menjembatani mereka yang kelebihan dana dan kekurangan dana serta memperlancar transaksi ekonomi.

25Ibid. 26Ibid.


(21)

Selanjutnya Dr. Insukindro mengemukakan bahwa di Indonesia, sistem keuangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu sistem moneter dan lembaga keuangan lainnya. Sistem moneter terdiri atas otoritas moneter dan sistem Bank Umum (commercial bank).27

Selain sistem moneter sebagaimana telah diuraikan di atas, lembaga keuangan bukan bank juga merupakan bagian dari sistem keuangan. Pada prinsipnya lembaga keuangan bukan bank tidak dapat digolongkan ke dalam sistem moneter dan perbankan. Oleh karena itu, lembaga keuangan bukan bank ini

Dengan demikian, berdasarkan pengelompokkan sistem keuangan di atas, dapat dinyatakan bahwa otoritas moneter dan sistem perbankan adalah bagian dari sistem moneter di Indonesia. Otoritas moneter tersebut adalah otoritas moneter sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia jo. Undang Undang No. 2 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, yang secara tegas menyatakan bahwa Bank Indonesia adalah penanggung jawab otoritas kebijakan moneter yang lazim disebut otoritas moneter. Di samping otoritas moneter, Bank Umum yang merupakan bagian dari sistem perbankan Indonesia adalah sistem perbankan sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan jo. Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Ini berarti bahwa sistem moneter berhubungan erat dengan Bank Sentral dan lembaga keuangan bank.

27Ibid., hal. 2.


(22)

sering pula disebut sebagai lembaga keuangan sektor non moneter (non monetary sector).28

Lembaga keuangan bukan bank adalah suatu badan yang melakukan kegiatan di bidang keuangan berupa usaha menghimpun dana, memberikan kredit, sebagai perantara dalam usaha mendapatkan sumber pembiayaan, dan usaha penyertaan modal, semuanya itu dilakukan secara langsung atau tidak langsung melalui penghimpunan dana terutama dengan jalan mengeluarkan kertas berharga, dengan demikian lembaga keuangan bukan bank beroperasi lebih banyak di pasar uang dan modal.

29

Adapun dana yang diperolehnya bersifat jangka panjang dan disalurkannya kepada masyarakat terutama guna pembiayaan pembangunan industri dan prasarananya serta pembangunan ekonomi lainnya.30

Sebagai lembaga keuangan bukan bank, lembaga tersebut tidak diperkenankan untuk menerima simpanan baik dalam bentuk giro, deposito maupun tabungan.31

Melihat dari segi usaha pokoknya yang dilakukan oleh lembaga keuangan bukan bank, maka terdapat dua sektor yang digelutinya, yaitu:

Penghimpunan dana hanya dapat dilakukan dengan pengeluaran kertas-kertas berharga. Di Indonesia dana yang terhimpun dari dalam negeri tersebut tidak diperkenankan diinvestasikan di luar negeri.

32

a. Sektor pembiayaan pembangunan berupa pemberian kredit jangka panjang/menengah serta melakukan penyertaan modal.

28 Dahlan Siamat, 1995, hal. 60 dalam Rachmadi Usman, Op. Cit., hal. 43. 29

Muhammad Djumhana, 1996, Hukum Perbankan di Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 63.

30Ibid., hal. 64.

31 Rachmadi Usman, Op. Cit., hal. 43. Bandingkan dengan Muhammad Djumhana, Op.

Cit., 64.


(23)

b. Sektor usaha yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang-bidang tertentu seperti memberikan pinjaman kepada masyarakat berupa pegadaian.

Secara garis besar lembaga keuangan bukan bank terdiri dari beberapa jenis yaitu:33

a. Perusahan Pembiayaan

Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha di luar bank dan merupakan lembaga keuangan bukan bank yang khusus melakukan kegiatan-kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat. Dari pengertian ini, terlihat kegiatan usaha perusahaan pembiayaan berbeda dengan kegiatan usaha bank, sehingga pilihan sumber dana pembiayaan pembangunan tidak hanya mengandalkan perbankan. Otoritas pemberi izin usaha pembiayaan adalah Departemen Keuangan, sedangkan pembinaan dan pengawasannya dilakukan oleh Bank Indonesia.

b. Perusahaan Perasuransian

Usaha asuransi adalah usaha jasa keuangan yang dengan menghimpun dana masyarakat melalui penghimpunan premi asuransi memberikan perlindungan kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuaransi terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti terhadap hidup atau meninggalnya seseorang.34

33 Rachmadi Usman, Op. Cit., hal. 45.

Adapun dana yang terkumpul kemudian disalurkan bagi tujuan investasi. Investasi perusahaan asuransi dapat dilakukan dalam bentuk,


(24)

deposito berjangka dan sertifikat deposito, pembelian surat-surat berharga, penyertaan langsung, bangunan dan tanah, pinjaman hipotok dan pinjaman polis. c. Dana Pensiun

Penyelenggaran dana pensiun diatur dengan Undang-Undang No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun. Dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun, berupa pembayaran berkala yang dibayarkan kepada peserta.

Adapun jenis penyelenggara dana pensiun, yaitu:35

1. Dana pensiun pemberi kerja, yaitu dana pensiun yang dibentuk oleh orang atau badan yang mempekerjakan karyawan.

2. Dana pensiun lembaga keuangan, yaitu dana pensiun yang dibentuk oleh bank, atau perusahaan asuransi jiwa.

d. Pasar Modal

Setelah ditetapkannya Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka telah tersedia perangkat hukum bagi kegiatan pasar modal yang merupakan salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha, termasuk usaha menengah dan kecil untuk pembangunan usahanya dan juga merupakan wahana investasi bagi masyarakat, termasuk pemodal kecil dan menengah.

Pasar modal diartikan sebagai suatu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.36


(25)

e. Pegadaian

Menurut ketentuan Pasal 1150 KUH Perdata,

Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seseorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang yang berutang atau oleh seorang lain yang atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan atas barang tersebut secara didahulukan daripada orang-orang berpiutang lainnya, dengan kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkannya untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana yang harus didahulukan.

Berdasarkan ketentuan tersebut, jelaslah bahwa dalam gadai ada kewajiban dari seorang calon nasabah atau calon debitor untuk menyerahkan barang bergerak yang dimilikinya sebagai jaminan pelunasan utang, serta memberikan hak kepada si berpiutang (kantor pegadaian) untuk melakukan penjualan atau pelelangan atas barang tersebut apabila si debitor tidak mampu menebus kembali barang yang dimaksud dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

Keberadaan lembaga pegadaian telah semakin penting dan strategis dalam menunjang pembangunan ekonomi nasional khususnya bagi masyarakat golongan menengah ke bawah. Sifat dari lembaga pegadaian ini adalah menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasar atas prinsip pengelolaan perusahaan.37

Lembaga pegadaian adalah suatu lembaga penyalur kredit. Dalam menjalankan kegiatan usahanya, lembaga pegadaian akan memberikan pinjaman

36 Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.


(26)

tunai dalam jangka pendek kepada setiap orang dengan persyaratan dan prosedur yang mudah dan sederhana.38

2. Manajemen Risiko

Manajemen risiko merupakan istilah yang terdiri dari kata “manajemen” dan “risiko”. Kata manajemen berasal dari bahasa inggris “management” yang berasal dari kata dasar “manage”.

Definisi manage menurut kamus Oxford adalah “to be in charge or make decisions in a business or an organization” (memimpin atau membuat keputusan di perusahaan atau organisasi). Dan definisi management menurut kamus Oxford adalah “the control and making of decisions in a business or similar organization” (pengendalian dan pembuatan keputusan di perusahaan atau organisasi sejenis). Pengertian managemen yang kedua (masih menurut oxford) adalah “the process of dealing with or controlling people or things” (proses berurusan dengan atau mengendalikan orang atau benda).39

Rumusan mengenai pengertian manajemen yang lain dapat ditemui di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pengertian manajemen menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran atau pimpinan yang bertanggung jawab atas jalannya perusahaan dan organisasi.40

38

Ibid., hal. 15.

39

html, diakses pada 22 Januari 2011.

40 Departemen Pendidikan Nasional, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi


(27)

Sedangkan pengertian risiko menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah akibat yang kurang menyenangkan (merugikan atau membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan atau kemungkinan terjadinya peristiwa yang dapat merugikan perusahaan.41 Di samping itu, risiko juga dapat diartikan sebagai potensi kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa (events) tertentu. Hubungan antara risiko dan hasil secara alami berkorelasi secara linier negatif. Semakin tinggi hasil yang diharapkan, semakin besar untuk dihadapi.42

Berdasarkan uraian tersebut dapat dinyatakan bahwa manajemen risiko adalah suatu usaha secara rasional untuk menghindari atau mengurangi kerugian atau cidera.43

Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas moneter yang salah satu tugasnya mengatur dan mengawasi bank, telah mewajibkan Bank Umum untuk menerapkan manajemen risiko. Berdasarkan Pasal 1 ayat (5) Peraturan Bank Indonesia No.11/25/PBI/2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, Manajemen Risiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh usaha Bank.

41

Ibid., hal. 1177.

42 Pasal 1 ayat (4) Peraturan Bank Indonesia No. 11/25/PBI/2009 Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum.


(28)

3. Bancassurance

Judul skripsi ini pada prinsipnya akan membahas tentang bancassurance. Bancassurance berasal dari bahasa Inggris yaitu berasal dari kata bank dan insurance.

Menurut Undang-Undang Perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.44 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bank adalah badan usaha di bidang keuangan yang menarik dan mengeluarkan uang dalam masyarakat terutama memberikan kredit dan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.45 Menurut Sudarsono, bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya dengan cara memberikan kredit dan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.46 Sedangkan menurut A. Abdurrachman, bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, membiayai usaha perusahaan dan lain-lain.47

Sedangkan pengertian “insurance”, atau asuransi atau sering disebut pertanggungan dalah suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung dengan menerima uang premi,

44

Pasal 1 angka (2) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 Tentang Perbankan.

45 Departemen Pendidikan Nasional, Op. Cit., hal. 135.

46 Sudarsono, 1992, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, hal. 46.

47 A. Abdurrachman, 1980, Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan Perbankan, Pradyna Paramitha, Jakarta, hal. 79.


(29)

untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tentu.48 Berdasarkan Undang-Undang Usaha Perasuransian, asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima uang premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.49 Sedangkan menurut W.J.S. Poerwadarminta, asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak, pihak yang satu akan membayar uang kepada pihak yang lain, bila terjadi kecelakaan dan sebagainya, sedang pihak yang lain akan membayar iuran.50

Berdasarkan beberapa pengertian bank dan asuransi di atas dapat disimpulkan bahwa bancassurance adalah merupakan aktivitas hukum yang timbul dari perjanjian antara perusahaan asuransi dengan pihak bank dimana bank sepakat bertindak sebagai agen penjualan produk-produk asuransi di dalam wilayah jangkauan pasar yang dimiliki oleh bank tersebut.51

48

Pasal 246 KUHD. 49

Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian. 50 W.J.S. Poerwadarminta, 1991, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Penerbit Balai Pustaka, Jakarta, hal. 753.

51 Ricardo Simanjuntak, Tinjauan Hukum Bancassurance di Indonesia, Wartawan Ekonomi, No. 2 Januari 2006, hal. 23.


(30)

Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/35/DPNP tanggal 23 Desember 2010 Perihal Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan Aktivitas Kerjasama Permasaran dengan Perusahaan Asuransi (Bancassurance) memberikan definisi bancassurance adalah aktivitas kerjasama antara bank dengan perusahaan asuransi dalam rangka memasarkan produk asuransi melalui bank.

F. Metode Penulisan 1. Jenis Penelitian

Menurut Soerjono Soekanto, penelitian hukum dapat dibagi dalam dua kelompok52

Studi kepustakaan merupakan metode tunggal yang digunakan dalam penelitian normatif. Sedang bagi penelitian empiris (sosiologis), studi kepustakaan merupakan metode pengumpulan data yang dipergunakan bersama-sama metode lain seperti wawancara, pengamatan (observasi) dan kusioner.

yaitu penelitian hukum normatif yang terdiri dari penelitian terhadap asas-asas hukum, penelitian hukum terhadap sistematika hukum, penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum., penelitian sejarah hukum, penelitian perbandingan hukum. Sedangkan jenis penelitian hukum kedua adalah penelitian hukum sosiologis (empiris) yang terdiri dari penelitian terhadap identifikasi hukum dan penelitian terhadap efektivitas hukum.

53

52 Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, 2007, Penelitian Hukum Normatif; Suatu Tinjauan

Singkat, PT RadjaGrafindo Persada, Jakarta, hal. 42.

Pada penulisan skripsi ini penulis menggunakan jenis penelitian hukum normatif yaitu sebuah

53 Bambang Waluyo, 1996, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Cetakan Kedua, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 50.


(31)

bentuk/jenis penelitian yang mengandalkan data dan informasi tentang hukum, baik bahan hukum primer, bahan hukum sekunder maupun bahan hukum tersier.

2. Data dan Sumber Data

Dalam menyusun skripsi ini, data dan sumber data yang digunakan adalah bahan hukum primer, sekunder, dan juga tersier.

Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang sifatnya mengikat dan berkaitan erat dengan masalah-masalah yang akan diteliti, berupa peraturan perundang-undangan di bidang hukum yang mengikat, antara lain Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang-Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Peraturan Bank Indonesia No.5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko pada Bank Umum sebagaimana telah diubah dengan Peratuan Bank Indonesia No. 11/25/PBI/2009, Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/35/DPNP tanggal 23 Desember 2010 Perihal Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan Aktivitas Kerjasama Pemasaran dengan Perusahaan Asuransi (Bancassurance), Undang-Undang No. 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian dan peraturan-peraturan lain mengenai manajemen risiko pada bank berkaitan dengan bancassurance.

Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, yaitu hasil karya di kalangan hukum yang ada relevansinya dengan masalah-masalah yang akan diteliti, berupa buku-buku, pendapat-pendapat para sarjana yang berhubungan dengan skripsi ini.


(32)

Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan/atau bahan hukum sekunder, yaitu kamus hukum, ensiklopedi, majalah, media massa, internet dan sebagainya.

3. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan suatu penelitian kepustakaan (Library Research). Dalam hal ini penelitian hukum dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan atau disebut dengan penelitian normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan penelitian terhadap berbagai sumber bacaan, buku-buku, berbagai literatur, dan juga peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan manajemen risiko pada bank dalam kaitannya dengan bancassurance. Metode Library Research adalah mempelajari sumber-sumber atau bahan-bahan tertulis yang dijadikan bahan dalam penulisan skripsi ini.

4. Analisis Data

Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini termasuk ke dalam tipe penelitian hukum normatif. Pengolahan data pada hakekatnya merupakan kegiatan untuk melakukan analisis terhadap permasalahan yang akan dibahas. Analisis data dilakukan dengan:54

a. Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan yang diteliti.

54 Amiruddin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Peneltian Hukum, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, hal. 45.


(33)

b. Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai dengan penelitian. c. Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum, asas atau doktrin.

d. Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep, pasal atau doktrin yang ada.

e. Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan ini dibuat secara terperinci dan sistematis agar memberikan kemudahan dalam membaca, memahami makna dan dapat pula memperoleh manfaatnya. Keseluruhan sistematika ini merupakan satu kesatuan yang sangat berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Adapun sistematika dari penelitian ini terdiri dari:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab I ini akan membahas mengenai latar belakang penulisan skripsi, perumusan masalah, yang dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan dan diakhiri dengan sistematika penulisan skripsi.

BAB II : BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK

Bab ini merupakan bab yang memberikan penjelasan tentang Bank dan Manajemen Risiko. Pada bab ini penulis menjelaskan hal-hal berkaitan dengan pengertian bank, asas, fungsi dan tujuan perbankan, jenis dan usaha bank, dan pengaturan tentang bank. Di


(34)

samping itu, penulis menjelaskan pengertian manajemen risiko, fungsi dan tujuan manajemen risiko serta jenis-jenis risiko yang dihadapi bank.

BAB III : BANCASSURANCE

Bab ini menguraikan tentang pengertian bancassurance, latar belakang timbulnya bancassurance, manfaat bancassurance serta bentuk-bentuk bancassurance.

BAB IV : TINJAUAN YURIDIS MANAJEMEN RISIKO PADA BANK DALAM KAITANNYA DENGAN BANCASSURANCE

Bab ini menguraikan tentang apa saja manfaat ekonomis dan non ekonomis yang ditimbulkan bagi bank berkaitan dengan bancassurance, apa saja risiko yang kemungkinan bisa terjadi pada bank bila mengabaikan manajemen risiko yang diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.12/35/DPNP tanggal 23 Desember 2010 Perihal Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan Aktivitas Kerjasama Pemasaran dengan Perusahaan Asuransi (Bancassurance) dan bagaimana pengaturan manajemen risiko pada bank dalam kaitannya terhadap bancassurance yang meliputi pembahasan tentang bagaimana konsep penerapan manajemen risiko dalam rangka bancassurance, pelaporan dan tata cara pengenaan sanksi dihubungkan dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.12/35/DPNP tanggal 23 Desember 2010 Perihal Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan


(35)

Aktivitas Kerjasama Pemasaran dengan Perusahaan Asuransi (Bancassurance).

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi ini dimana Penulis akan membuat kesimpulan dari keseluruhan uraian skripsi sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan dalam skripsi ini dan memberikan beberapa saran yang diajukan penulis sehubungan dengan manajemen risiko pada bank dalam kaitannya dengan bancassurance.


(36)

BAB II

BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK

A. Bank dan Perbankan 1. Pengertian Bank

Apabila menelusuri sejarah dan terminologi “bank” maka ditemukan bahwa bank berasal dari bahasa Italia, “banca” yang berarti bence yaitu suatu susunan bangku tempat duduk. Sebab, pada zaman pertengahan, pihak bankir Italia yang memberikan pinjaman-pinjaman melakukan usahanya tersebut dengan duduk di bangku-bangku halaman pasar. 55

Pengertian bank secara otentik telah dirumuskan di dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Pasal 1 angka (2) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Bangku inilah yang dipergunakan oleh bankir untuk melayani kegiatan operasionalnya kepada para nasabah. Istilah bangku secara resmi dan popular menjadi bank.

Istilah ini sangat berbeda dengan pengertian bank yang dinyatakan dalam Undang-Undang No. 14 tahun 1967 tentang Perbankan yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya


(37)

adalah memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Perbedaan tersebut terletak pada kedudukan bank sebagai lembaga keuangan diganti dengan badan usaha. Perubahan istilah lembaga keuangan menjadi badan usaha, dimaksudkan agar badan usaha lebih professional dalam mengelola usaha perputaran uang dari dan ke masyarakat.56

Dari pengertian yang dimaksud Pada Pasal 1 angka (2) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan jelaslah bahwa bank berfungsi sebagai financial intermediary dengan usaha utama menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran. Dua fungsi tersebut tidak dapat dipisahkan, sebagai badan usaha bank akan selalu berusaha mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari usaha yang dijalankannya. Sebaliknya sebagai lembaga keuangan, bank mempunyai kewajiban pokok untuk menjaga kestabilan nilai uang, mendorong kegiatan ekonomi, dan perluasan kesempatan kerja.

57

Dari pengertian di atas terlihat usaha bank lebih terarah tidak semata-mata memutar uang untuk mencari keuntungan perusahaan, tetapi undang-undang mengehendaki agar taraf hidup rakyat banyak ditingkatkan. Hal ini merupakan salah satu tanggung jawab bank dalam rangka mewujudkan cita-cita negara untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.58

56 Gatot Supramono, 1995, Perbankan dan Masalah Kredit, Djambatan, Jakarta, hal. 2.

57 Rachmadi Usman, Op. Cit., hal. 59. 58 Gatot Supramono, Loc. Cit.


(38)

Selain pengertian otentik yang telah dirumuskan di dalam Undang-Undang Perbankan, terdapat pengertian bank yang dikemukakan oleh para sarjana, antara lain:

1. Bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, membiayai usaha perusahaan dan lain-lain.59

2. Bank merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit dan jasa-jasa. Adapun pemberian kredit itu dilakukan baik dengan modal sendiri atau dengan dana-dana yang dipercayakan oleh pihak ketiga maupun dengan jalan memperedarkan oleh pihak ketiga maupun dengan memperedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral.

60

3. Prof. G. M. Verryn Stuart, dalam bukunya Bank Politik berpendapat bahwa bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan mengedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral.61

4. Bank sebagai suatu institusi yang mempunyai peran yang besar dalam dunia komersil yang mempunyai wewenang untuk menerima deposito, memberikan pinjaman dan menerbitkan promissory notes yang sering disebut dengan bank bills atau bank notes. Namun demikian, fungsi bank yang orisinil adalah hanya menerima deposito berupa uang logam, plate, emas dan lain-lain.62

2. Pengertian Perbankan

Sejarah mencatat asal mula dikenalnya kegiatan perbankan adalah pada zaman kerajaan tempo dulu di daratan Eropa. Kemudian usaha perbankan ini berkembang ke Asia Barat oleh para pedagang. Perkembangan perbankan di Asia, Afrika, dan Amerika dibawa oleh Bangsa Eropa pada saat melakukan penjajahan ke negara jajahannya baik di Asia Afrika maupun benua Amerika.63

Jika ditelusuri sejarahnya, kegiatan perbankan dimulai dari jasa penukaran uang. Namun jasa-jasa bank lainnya menyusul sesuai dengan perkembangan

59

A. Abdurrachman, Loc. Cit.

60

O. P. Simorangkir, 1979, hal. 18 dalam Sentosa Sembiring, Op. Cit., hal. 1. 61 Hermansyah, Op. Cit., hal. 8.

62 Black, Henry Campbell, 1968, hal. 184 dalam Munir Fuady, Op. Cit., hal. 14.

63 Kasmir, 1998, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, hal. 29.


(39)

zaman dan kebutuhan masyarakat yang semakin beragam. Akibat dari kebutuhan masyarakat akan jasa keuangan semakin meningkat dan beragam, maka peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat baik yang berada di negara maju maupun negara berkembang.

Kata perbankan dalam bahasa Inggris disebut banking. Dalam Black’s Law Dictionary dirumuskan bahwa banking adalah

the business of banking, as defined by law and customs, consist in the issue of notes payable on demand intended to circulate as money, when the banks are banks issue, in receiving deposits payable on demamnd, in discounting commercial paper, selling bills of exchange, negotiating, loans, and dealing in negotiable securities issued by the government, state and national, and municipal and other corporation.64

Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.65 Berdasarkan pengertian tersebut bahwa sistem perbankan adalah suatu sistem yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara, dan proses melaksanakan kegiatan usahanya secara keseluruhan.66

3. Asas, Fungsi dan Tujuan Perbankan

Asas, fungsi dan tujuan Perbankan Indonesia sesungguhnya telah dimuat di dalam Pasal 2, 3, dan 4 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan namun untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:

a. Asas Perbankan

64 Hermansyah, Op. Cit., hal.18.

65 Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.


(40)

Satjipto Rahardjo menyatakan, bahwa barangkali tidak berlebihan apabila dikatakan asas hukum merupakan “jantungnya” peraturan hukum.67 Karena asas hukum merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya suatu peraturan hukum. Hal ini berarti, bahwa peraturan hukum pada akhirnya bisa dikembalikan kepada asas-asas hukum tersebut. Asas hukum merupakan suatu sarana yang membuat hukum itu hidup, tumbuh, dan berkembang dan menunjukkan bahwa hukum itu bukan sekedar kumpulan peraturan belaka. Hal ini disebabkan asas hukum itu mengandung nilai-nilai dan tuntutan-tuntutan etis, yang merupakan jembatan antara peraturan-peraturan hukum dan cita-cita sosial dan pandangan etis masyarakatnya. Dengan demikian, asas hukum merupakan dasar atau ratio legis bagi dibentuknya suatu norma hukum, demikian pula sebaliknya.68

Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.69 Ini berarti, fungsi dan usaha perbankan diarahkan untuk melaksanakan prinsip-prinsip yang terkandung dalam demokrasi ekonomi yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945.70 Dalam demokrasi ekonomi yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 tersebut harus dihindarkan hal-hal sebagai berikut:71

1. Sistem free fight liberalism yang menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia dan bangsa lain yang dalam sejarahnya di Indonesia telah

67 Rachmadi Usman, Op. Cit., hal. 13. 68

Ibid. 69

Pasal 2 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

70 Rachmadi Usman, Op. Cit., hal. 14. Bandingkan dengan Zainal Asikin, 2000, Pokok

Hukum Perbankan di Indonesia, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, hal. 5-7. Bandingkan dengan Hermansyah, Op. Cit., hal. 18-19. Bandingkan dengan Gatot Supramono, Op. Cit., hal. 2-3.


(41)

menimbulkan dan mempertahankan kelemahan struktur ekonomi nasional dan posisi Indonesia dalam perekonomian dunia.

2. Sistem etatisme, dalam arti bahwa bahwa negara beserta aparatur negara bersifat dominan, mendesak, dan mematikan potensi serta daya kreasi unit-unit ekonomi di luar sektor negara.

3. Persaingan tidak sehat serta pemusatan kekuatan ekonomi pada suatu kelompok dalam berbagai bentuk monopoli dan bertentangan dengan cita-cita keadilan sosial.

Pada Penjelasan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan tidak dijelaskan apa yang dimaksud dengan prinsip kehati-hatian padahal kejelasan mengenai prinsip kehati-hatian sangat penting untuk mengetahui sejauhmana batas kehati-hatian perbankan yang tegas. Namun dalam bukunya yang berjudul, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Rachmadi Usman menjelaskan prinsip kehati-hatian ini bertujuan agar bank menjalankan usahanya dengan benar dengan mematuhi ketentuan-ketentuan dan norma-norma hukum yang berlaku dalam dunia perbankan, agar bank yang bersangkutan selalu dalam keadaan sehat sehingga masyarakat semakin mempercayainya, yang pada gilirannya akan mewujudkan sistem perbankan yang sehat dan efisien, dalam arti sempit dapat memelihara kepentingan masyarakat dengan baik, berkembang secara wajar dan bermanfaat bagi perkembangan ekonomi nasional.72

b. Fungsi dan Tujuan Perbankan

Pada Pasal 3 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, dinyatakan bahwa fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Sedangkan mengenai tujuan perbankan Indonesia tercantum dalam Pasal 4 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,


(42)

yang menyatakan bahwa perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat.

Dari kedua Pasal tersebut dapat dijabarkan lebih luas mengenai fungsi dan tujuan perbankan nasional dalam kehidupan ekonomi nasional Bangsa Indonesia yaitu:73

1. Bank berfungsi sebagai financial intermediary dengan kegiatan usaha pokok menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat atau pemindahan dana masyarakat dari unit surplus kepada unit defisit atau pemindahan uang dari penabung kepada peminjam. Hal ini berarti kehadiran bank sebagai badan usaha tidak semata-mata bertujuan bisnis, namun ada misi lain yakni peningkatan kesejahteraan masyarakat pada umumnya.74

2. Penghimpun dan penyaluran dana masyarakat tersebut bertujuan menunjang sebagian tugas penyelenggara negara yaitu:

a. Menunjang pembangunan nasional, termasuk pembangunan daerah; bukan melaksanakan misi pembangunan suatu golongan apalagi perseorangan, jadi pembangunan di Indonesia diarahkan menjadi agen pembangunan (agent of development).

b. Dalam rangka mewujudkan trilogi pembangunan nasional.

c. Dalam menjalankan fungsi tersebut, perbankan Indonesia harus mampu melindungi secara baik apa yang dititipkan masyarakat

73 Rachmadi Usman, Op. Cit., hal. 61. 74 Sentosa Sembiring, Op. Cit., hal. 8.


(43)

kepadanya (Penjelasan umum angka (3)) dengan menerapkan prinsip kehati-hatian, dengan cara:

1) Efisien, sehat, wajar dalam persaingan yang sehat yang semakin mengglobal atau mendunia.

2) Menyalurkan dana masyarakat tersebut ke bidang-bidang yang produktif, bukan konsumtif;

d. Peningkatan perlindungan dana masyarakat yang dipercayakan pada bank selain melalui penerapan prinsip kehati-hatian, juga pemenuhan ketentuan persyaratan kesehatan bank, serta sekaligus berfungsi untuk mencegah terjadinya praktek-praktek yang merugikan kepentingan masyarakat luas.

Dengan demikian, fungsi perbankan tidak hanya sekedar sebagai wadah penghimpun dan penyalur dana masyarakat atau perantara penabung dari investor, tetapi fungsinya akan diarahkan kepada peningkatan taraf hidup rakyat banyak, agar masyarakat menjadi lebih baik dan sejahtera daripada sebelumnya. Oleh karena itu, dalam menjalankan fungsinya, Perbankan Indonesia seyogianya selalu mengacu pada tujuan Perbankan Indonesia tersebut.75

Perbankan di Indonesia mempunyai tujuan yang strategis dan tidak semata-mata berorientasi ekonomis, tetapi juga berorientasi kepada hal-hal yang non ekonmis seperti masalah yangmenyangkut stabilitas nasional yang menakup antara lain stabilitas politik dan stabilitas nasional.76

Dalam perkembangan selanjutnya bahwa fungsi bank telah berkembang menjadi empat yaitu:77

1. Penghimpun dana dan penyalur dana

75Ibid., hal. 62.

76 Hermansyah, Op. Cit., hal. 20.


(44)

2. Memberi informasi dan pengetahuan 3. Pemberi jaminan

4. Pencipta dan pemberi likuiditas

Fungsi bank dalam hal memberi informasi dan penyalur dana maksudnya adalah kemampuan bank untuk melaksanakan tugas sebagai ahli analisis kredit dan ekonomi untuk kepentingan nasabah. Hal ini sangat diperlukan untuk kepentingan nasabah tatkala saat nasabah ingin memperluas usaha yang memerlukan kredit dari bank. Sedangkan fungsi pemberi jaminan mensyaratkan agar bank secara moral dan yuridis dapat menjamin keamanan dana yang dipercayakan kepada bank. Adapun fungsi likuiditas mengandung arti bahwa bank mengembalikan dana nasabahnya pada saat diperlukan atau tatkala jatuh tempo. Dengan demikian nasabah tidak ragu-ragu menyimpan dananya di bank yang bersangkutan. 78

4. Jenis-Jenis dan Usaha Bank a. Jenis Bank

Melihat praktek operasional perbankan yang ada, dapat dibedakan jenis-jenis bank. Jenis bank secara teoritis ditentukan dari:79

1) Segi fungsinya 2) Segi kepemilikannya 3) Segi penciptaan uang giral

78Ibid.

79 Muhammad DJumhana, 2000, Hukum Perbankan di Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 83.


(45)

Dari segi fungsinya serta tujuan usahanya, dikenal ada empat jenis bentuk bank, yaitu:80

a. Bank sentral (Central Bank), adalah bank yang dapat bertindak sebagai bankers, bank pimpinan, pengusaha moneter, mendorong dan mengarahkan semua jenis bank yang ada.

b. Bank umum (Commercial Bank) yaitu bank baik milik negara, swasta, maupun koperasi, yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk giro, deposito, serta tabungan dan dalam usahanya terutama dalam memberikan kredit jangka pendek. Dikatakan sebagai bank umum karena bank tersebut mendapatkan keuntungannya dari selisih bunga yang diterima dari peminjam dengan yang dibayarkan oleh bank kepada depositor (disebut spread).

c. Bank tabungan (Saving Bank) yaitu bank milik negara, swasta maupun koperasi,, yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk tabungan sedangkan usahanya terutama membungakan dananya dalam kertas berharga.

d. Bank Pembangunan (Development Bank), yaitu bank baik milik negara, swasta, maupun koperasi, baik pusat ataupun daerah, yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam deposito, dan atau mengeluarkan kertas berharga jangka menengah, dan panjang, sedangkan usahanya terutama memberikan kredit jangka panjang dan menengah di bidang pembangunan.

Dari segi kepemilikannya dikenal ada empat jenis bank, yaitu:81 a. Bank milik negara

b. Bank milik pemerintah daerah

c. Bank milik swasta baik dalam negeri maupun asing d. Bank koperasi

Sedangkan dari segi penciptaan uang giral ada dua jenis bank, yaitu:82 a. Bank primer, yaitu bank yang dapat menciptakan uang melalui simpanan

masyarakat yang ada padanya yaitu simpanan likuid dalam bentuk giro. Yang dapat bertindak sebagai bank primer ini adalah bank umum.

80Ibid., hal. 84.

81Ibid.


(46)

b. Bank sekunder, yaitu bank-bank yang tidak menciptakan uang melalui simpanan masyarakat yang ada padanya, bank ini hanya bertugas sebagai perantara dalam menyalurkan kredit. Umumnya bank yang bergerak pada bank sekunder, adalah bank tabungan, bank pembangunan, bank hipotik, yang sekarang ada di Indonesia adalah berupa Bank Perkreditan Rakyat, yang kesemua bank tersebut tidak menciptakan uang giral.

Sedangkan, Johannes Ibrahim dalam bukunya, Bank Sebagai Lembaga Intermediasi dalam Hukum Positif, menyatakan bahwa jenis-jenis bank dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang, antara lain:83

1) Jenis bank menurut bentuk badan usaha 2) Jenis bank menurut kepemilikan

3) Jenis bank menurut status

4) Jenis bank menurut cara menentukan harga 5) Jenis bank menurut target pasar

Ad.1 Jenis Bank Menurut Bentuk Badan Usaha84

Setiap pihak yang melakukan kegiatan menghimpun dana dan/atau menyalurkan dana dari masyarakat harus memperoleh izin usaha terlebih dahulu sebagai Bank Umum atau Bank Perkreditan rakyat dari Bank Indonesia.

Untuk memperoleh izin usaha sebagai Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat, suatu lembaga keuangan wajib memenuhi persyaratan mengenai:

a. Susunan organisasi dan permodalan b. Permodalan

c. Kepemilikan

d. Keahlian di bidang perbankan

83 Johannes Ibrahim, 2004, Bank Sebagai Lembaga Intermediasi Dalam Hukum Positif, CV Utomo, Bandung, hal. 38.


(47)

e. Kelayakan rencana kerja

Ad.2 Jenis Bank Menurut Kepemilikan85

Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah personil atau lembaga yang memiliki bank. Kepemilikan ini dapat dilihat dari akta pendirian dan penguasaan yang dimiliki bank yang bersangkutan.

a. Bank Milik Pemerintah

Dalam akta pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank dimiliki pula oleh pemerintah. Contoh bank milik pemerintah, antara lain: Bank Negara Indonesia 46, Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia. Sedangkan bank milik pemerintah daerah (pemda) terdapat di daerah tingkat I dan tingkat II masing-masing provinsi, contoh: BPD DKI Jakarta, BPD Jawa Barat, BPD Jawa Tengah, BPD Jawa Timur dan sebagainya.

b. Bank Milik Swasta Nasional

Kategori bank jenis ini, seluruh atau sebagian sahamnya dimiliki oleh swasta nasional serta akta pendiriannya didirikan oleh swasta pula. Contoh bank milik swasta nasional, antara lain: Bank Central Asia, Bank Danamon, Bank Lippo, Bank Niaga, bank Bali dan sebagainya.

c. Bank Milik Koperasi

Kepemilikan saham-saham bank untuk kategori ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi. Sebagai contoh: Bank Umum Koperasi Indonesia.

85Ibid., hal. 39.


(48)

d. Bank Milik Asing

Kategori bank jenis ini, merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, bank milik swasta asing atau pemerintah asing. Dengan demikian, jelas bahwa kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing. Contoh bank asing, antara lain: ABN AMRO bank, Deutsche Bank, American Express Bank, Bank of America, dan sebagainya.

e. Bank Milik Campuran

Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya tergantung dari posisi tawar dari para pihak yang mendirikan bank tersebut, bisa pihak asing atau swasta nasional. Contoh bank milik campuran, antara lain: Sumitomo Niaga Bank, Bank Merincorp., Sanwa Indonesia Bank, Mistsubishi Buana Bank.

Ad.3 Jenis Bank menurut Status 86

Kedudukan atau status menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas pelayanannya. Oleh karena itu untuk memperoleh status tersebut diperlukan penilaian-penilaian dengan kriteria tertentu. Status bank yang dimaksud adalah:

a. Bank Devisa

Bank devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan.


(49)

Misalnya, transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, pembukaan dan pembayaran letter of credit atau L/C dan transaksi lainnya. Persyaratan untuk menjadi bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia.

b. Bank Non Devisa

Bank non devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. Jadi bank non devisa merupakan kebalikan daripada bank devisa, dimana transaksi yang dilakukan masih dalam batas-batas negara.

Ad.4 Jenis Bank Menurut Cara Menentukan Harga 87

Kategori jenis bank ini dilihat dari segi atau caranya menentukan harga, terbagi atas dua kelompok, yaitu:

a. Bank berdasarkan prinsip konvensional

Sebagian besar bank di Indonesia merupakan jenis bank yang konvensional. Metode yang digunakan adalah menetapkan bunga tertentu untuk simpanan maupun kredit. Penentuan ini dikenal dengan spread based. Apabila suku bunga simpanan lebih tinggi dari pinjaman, dikenal dengan istilah negative spread. Selain itu untuk jasa-jasa tertentu, menetapkan biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu. Sistem biaya ini dikenal dengan istilah fee based.

b. Bank berdasarkan prinsip syariah

Bank sejenis ini belum lama beroperasi di Indonesia sedangkan untuk negara-negara di Timur Tengah telah dikenal secara lama. Bank dengan prinsip syariah ini aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. Dalam penentuan harga bagi bank dengan prinsip syariah dikenal dengan pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil, prinsip penyertaan modal, jual beli barang dengan memperoleh keuntungan, pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan dan pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain.

Ad.5 Jenis Bank Menurut Target Pasar 88


(50)

Sebagian bank memfokuskan pelayanan dan transaksinya pada jenis-jenis nasabah tertentu. Dengan spesialisasi ini diharapkan bank dapat lebih menguasai karakteristik dari nasabahnya sehingga kegiatan usahanya dapat dilaksanakan dengan lebih efisien dan menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi.

Bank berdasarkan target pasar dapat digolongkan menjadi: a. Retail bank

Bank yang menfokuskan pelayanan dan transaksi kepada nasabah-nasabah retail. Yang dimaksud dengan retail adalah nasabah-nasabah individual, perusahaan dan lembaga lain yang berskala kecil.

b. Corporate bank

Bank yang menfokuskan pelayanan dan transaksi kepada nasabah-nasabah yang berskala besar. Umumnya nasabah besar berbentuk korporasi, maka disebut corporate bank. Walaupun namanya corporate bukan berarti hanya perusahaan tetapi juga perorangan. Pelayanan dan jasa-jasa juga diberikan secara terkait dengan direksi, karyawan secara individual.

c. Retail-corporate bank

Selain yang disebutkan di atas, terdapat pula bank yang tidak menfokuskan pada skala tertentu saja, tetapi memberikan pelayanan baik kepada nasabah retail dan juga corporate. Bank jenis ini tidak menspesifikasikan pada skala tertentu

88Ibid., hal. 42.


(51)

tetapi melihat peluang bank diantara kedua skala tersebut dapat dimasuki oleh bank jenis ini.

Sedangkan Sentosa Sembiring dalam bukunya, Hukum Perbankan menyatakan bahwa jenis-jenis bank dapat dilihat:89

1. Dilihat dari bidang usahanya 2. Dilihat dari kepemilikannya 3. Dilihat dari segi operasionalnya Ad.1 Dilihat dari Bidang Usahanya

Dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bank menurut jenisnya dibagi dua yakni:90

a. Bank Umum

Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegitan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran.

b. Bank Perkreditan Rakyat

Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prnisip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Jadi letak perbedaan Bank Perkreditan Rakyat dengan Bank Umum bahwa Bank Perkreditan Rakyat tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Ad.2 Dilihat dari Kepemilikannya

89 Sentosa Sembiring, Op. Cit., hal. 3. 90Ibid.


(52)

Dilihat dari kepemilikannya bank dapat dibagi dalam dua golongan yakni:91

a. Bank Milik Pemerintah (Negara) artinya modal bank yang bersangkutan berasal dari pemerintah.

b. Bank Milik Swasta:

1) Swasta Nasional, artinya modal bank ini dimiliki oleh orang atau pun badan hukum Indonesia.

2) Swasta Asing, artinya modal bank tersebut dimiliki oleh Warga Negara Asing dan Badan hukum Asing. Dalam hal ini ada kemungkinan bank ini merupakan kantor cabang dari negara asal bank yang bersangkutan.

3) Di samping kedua jenis bank ini, dalam dunia perbankan pun dikenal pula apa yang disebut dengan Bank Campuran. Bank Campuran adalah bank umum yang didirikan bersama oleh satu atau lebih bank umum yang berkedudukan di Indonesia dan didirikan oleh Warga Negara Indonesia dan/atau Badan Hukum Indonesia yang dimiliki sepenuhnya oleh Warga Negara Indonesia, dengan satu atau lebih bank berkedudukan di luar negeri.

Ad.3 Dilihat dari Segi Operasionalnya

Dilihat dari ruang lingkup operasional bidang usahanya, maka bank dapat dibagi dalam dua golongan, yakni:92

a. Bank Devisa

91Ibid., hal. 6.


(53)

Bank Devisa adalah bank yang memperoleh surat penunjukkan dari Bank Indonesia untuk melakukan usaha perbankan dalam valuta asing.

b. Bank Non Devisa

Bank non devisa artinya bank yang tidak dapat melakukan usaha di bidang transaksi valuta asing.

Jenis-jenis bank ditetapkan dengan maksud agar bank-bank tersebut dapat melaksanakan fungsinya secara spesifik dan terkonsentrasi pada bidang-bidang tertentu.93

Maka dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 jenis bank dibagi menjadi dua jenis yaitu:

Akan tetapi dalam pelaksanaanya prinsip itu tidak terlaksana, artinya masing-masing melaksanakan secara umum (terkesan serabutan) sehingga pembagian jenis bank sesuai dengan aktivitas kegiatannya tersebut dipandang tidak relevan dengan aktivitas kegiatannya yang akan datang.

94

1. Bank Umum yaitu bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran;

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Pembagian ini hanya mendasarkan pada segi fungsi bank, juga untuk memperjelas ruang lingkup, dan batas kegiatan yang dapat diselenggarakannya.95

93 Zainal Asikin, Op. Cit., 10. 94Ibid., hal. 11.


(54)

Dari pembagian di atas jelas bahwa Bank Sentral tidak termasuk ke dalam jenis bank karena fungsi, tugas dan peranan bank sentral adalah sebagai otoritas moneter yang bertugas menjaga kestabilan moneter, serta melakukan pengawasan dan pembinaan bank. Oleh sebab itu bank sentral bukan merupakan jenis bank yang diatur dalam undang-undang perbankan ini. Tetapi justru merupakan lembaga negara yang ikut bertanggung jawab atas dilaksanakannya undang-undang ini.96

b. Usaha Bank

Ketentuan perbankan Indonesia menentukan usaha bank, harus sesuai dengan jenis banknya, yaitu bahwa jenis bank menentukan kegiatan usaha yang dapat dilakukannya maka kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh Bank Umum akan banyak berbeda dengan usaha yang dapat dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat.97

1. Penghimpunan dana dari masyarakat

Jasa perbankan yang dapat dilakukan oleh Bank Umum seperti yang diatur dalam Uundang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dalam Pasal 6 dan 7 adalah sebagai berikut:

Penghimpunan dana dari masyarakat merupakan pelayanan jasa perbankan yang utama dari semua kegiatan lembaga keuangan bank, baik Bank Umum manupun Bank Perkreditan Rakyat. Jasa berupa penghimpunan dana dari masyarakat dapat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya. Idealnya, dana dari

96 Zainal Asikin, Op. Cit., hal. 11. 97Ibid.


(1)

mengajukan beberapa saran dalam rangka penerapan manajemen risiko pada bank dalam kaitannya dengan bancassurance, antara lain:

1. Perlunya sinergitas dan adanya suatu pandangan yang sama dari seluruh stakeholders bank untuk dapat memaksimalkan pelaksanaan manajemen risiko

dalam rangka menghindari ataupun mengatasi risiko yang ditimbulkan aktivitas kerjasama antara bank dengan perusahaan asuransi dalam memasarkan produk asuransi melalui bank (bancassurance), karena kerugian yang dialami bank akibat risiko tersebut akan berpengaruh langsung terhadap seluruh stakeholders.

2. Perlunya pengaturan yang mewajibkan bank untuk mempekerjakan manajer risiko yang memiliki sertifikasi mengingat bahwa penerapan manajemen risiko pada bank terutama yang melakukan aktivitas kerjasama pemasaran dengan perusahaan asuransi (bancassurance) dapat menimbulkan berbagai risiko perbankan terutama risiko hukum dan risiko reputasi yang memiliki sifat yang kompleks, sehingga sangat dibutuhkan keahlian/ketrampilan khusus dan profesionalisme dalam mengelola risiko yang ditimbulkan praktek bancassurance.

3. Selain mematuhi ketentuan-ketentuan mengenai manajemen risiko bagi bank umum terutama penerapan manajemen risiko terhadap aktivitas kerjasama pemasaran antara bank dengan perusahaan asuransi dalam rangka memasarkan produk asuransi melalui bank (bancassurance), serta menerapkan pengawasan pada bank, stakeholders juga perlu menerapkan budaya sadar risiko bagi setiap komponen perbankan.


(2)

DAFTAR PUSTAKA Buku :

Abdurrahman, A., 1980, Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan Perbankan, Jakarta: Pradyna Paramitha.

Ali, Masyhud, 2006, Manajemen Risiko, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Amiruddin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Peneltian Hukum, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Asikin, Zainal, 2000, Pokok Hukum Perbankan di Indoensia, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Darmawi, Herman, 2000, Manajemen Asuransi, Jakarta: Bumi Aksara. ---, 2004, Manajemen Risiko, Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Pendidikan Nasional, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Djumhana, Muhammad, 1996, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

---, 2000, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Fuady, Munir, 2003, Hukum Perbankan Modern, Bandung: PT. Citra Adtya Bakti.

H.S., Salim, 2004, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia Buku Kesatu, Jakarta: Sinar Grafika.

Hermansyah, 2008, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Jakarta: Prenada Media Group.


(3)

Ibrahim, Johannes, 2004, Bank Sebagai Lembaga Intermediasi dalam Hukum Positif, Bandung: CV Utomo.

Idroes, Ferry N., 2008, Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendekatan 3 Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Insukindro, 1995, Ekonomi, Uang & Bank, Yogyakarta, BPFE. Kasidi, 2010, Manajemen Risiko, Bogor: Ghalia Indonesia.

Kasmir, 1998, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Khan, Tariqullah dan Habib Ahmed, 2008, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: PT Bumi Aksara.

Muhammad, Abdulkadir, 2002, Hukum Asuransi Indonesia, Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

---, dan Rilda Muniarti, 2000 Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Poerwadarminta, W.J.S., 1991, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Penerbit Balai Pustaka.

Salim, Abbas, 1998, Manajemen Risiko, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Sembiring, Sentosa, 2000, Hukum Perbankan, Bandung: CV Mandar Maju.

Soekanto, Soerjono & Sri Mamudji, 2007, Penelitian Hukum Normatif; Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.


(4)

Suhardi, Gunarto, 2003, Usaha Perbankan Dalam Perspektif Hukum, Yogyakarta: Kanisius.

Supramono, Gatot, 1995 Perbankan dan Masalah Kredit, Jakarta: Djambatan. Usman, Rachmadi, 2001, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta:

PT Gramedia Pustaka Utama.

Waluyo, Bambang, 1996, Penelitian Hukum dalam Praktek, Cetakan Kedua, Jakarta: Sinar Grafika.

Majalah

Handajanto, Oemin dalam Investor Edisi Khusus, XI/193, Juli 2009. M. Irsyad, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, September 2001.

Trisnawati, Taswin, ”Bancassurance Menjadi Mitra atau Pemasok”, Infobank No. 285, Februari 2003.

Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal

Undang-Undang Nomor 10 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan

Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 Tentang Manajemen Risiko bagi Bank Umum


(5)

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/21/DPNP tanggal 29 September 2003 Perihal Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum

Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/6/PBI/2005 Tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 Tentang Manajemen Risiko bagi Bank Umum

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/35/DPNP tanggal 23 Desember 2010 Perihal Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan Aktivitas Kerjasama Pemasaran dengan Perusahaan Asuransi (Bancassurance)

Internet

Emy Trimahanani, /02/ Februari 2011.

GembongPrakoso,http://bancassuranceindonesia.com/bas/phocadownload/userupl oad/pustaka/Kajian/29042010/Bancassurance%20- \Konsep%20 Imple- mentasi.pdf diakses tanggal 17 Januari 2011.

Hargo Utomo, Membangun Kesadaran Berasuransi, http://www.mmugm. ac.id/index. php/indexmanagementthough/505-membangun-kesadaran-berasuransi?format=pdf, diakses tang- gal 13 Februari 2011.


(6)

Bancassurance, Layanan Satu Atap yang Menggiurkan,

http://www. diakses

tanggal 7 Februari 2011.

---, Hati-Hati Memilih Produk Bancassurance, diakses tanggal 12 Februari 2011.

---,

diakses tanggal 17 Januari 2011.

18 Januari 2011.

Februari 2011.

ses tanggal 12 Februari 2011.

tang- gal 07 Februari 2011.

Stephen B Juwono, Pengembangan Bancassurance,

Yenny Sigalingging, Sejarah Bancassurance, http://www.sejarah-banca- ssurance.html, diakses tanggal 12 Februari 2011.


Dokumen yang terkait

Tinjauan Hukum Penerapan Manajemen Risiko Pada Bank Syariah Dalam Kaitannya Dengan Bancassurance (Riset : Pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Iskandar Muda)

5 108 86

Tinjauan Yuridis Penerapan Manajemen Risiko Pada Bank Sumut Yang Melakukan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (Studi Pada Bank Sumut)

8 110 89

Tinjauan Yuridis Penerapan Manajemen Risiko Pada Bank Sumut Yang Melakukan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (Studi Pada Bank Sumut)

0 0 8

Tinjauan Yuridis Penerapan Manajemen Risiko Pada Bank Sumut Yang Melakukan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (Studi Pada Bank Sumut)

0 0 1

Tinjauan Yuridis Penerapan Manajemen Risiko Pada Bank Sumut Yang Melakukan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (Studi Pada Bank Sumut)

0 0 14

Tinjauan Yuridis Penerapan Manajemen Risiko Pada Bank Sumut Yang Melakukan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (Studi Pada Bank Sumut)

0 0 18

Tinjauan Yuridis Penerapan Manajemen Risiko Pada Bank Sumut Yang Melakukan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (Studi Pada Bank Sumut)

0 0 1

BAB II - Tinjauan Hukum Penerapan Manajemen Risiko Pada Bank Syariah Dalam Kaitannya Dengan Bancassurance (Riset : Pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Iskandar Muda)

0 0 8

Tinjauan Hukum Penerapan Manajemen Risiko Pada Bank Syariah Dalam Kaitannya Dengan Bancassurance (Riset : Pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Iskandar Muda)

0 0 12

Tinjauan Hukum Penerapan Manajemen Risiko Pada Bank Syariah Dalam Kaitannya Dengan Bancassurance (Riset : Pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Iskandar Muda)

0 0 8