8
Digitaria adscendens Henr.
Digitaria adscendens Henr. memiliki nama lain yaitu D. ciliaris Retz. Koel, D. sanguinalis Scop. var. ciliaris Parl. Soerjani et al., 1987.
D. adscendens Henr. termasuk ke dalam famili Poaceae Gramineae.
Gambar 3. Gulma D. adscendens Henr. JIRCAS, 2009 Menurut Rice dan Parenti dalam Qasem dan Foy 2001 senyawa alelopati
yang terkandung pada D. adscendens diantaranya chlorogenic, dan
isochlorogenic. Organ-organ penting pada D. adscendens Henr antara lain : 1 akar, D. adscendens Henr memiliki perakaran serabut Halvorson dan Guertin,
2003. 2 batang, gulma semusim ini memiliki tinggi 10-60 cm, bergerombol,
tidak berbuluh, bercabang, berlekuk-lekuk seperti lutut. 3 daun, helaian daun lembut, berbulu jarang, berbentuk garis-garis, menyempit ke bagian dasarnya,
pinggiran dan tulang daun kasar Pancho et al., 1977. 4 bunga, bunga majemuk terdiri dari 2-11 cabang, menjari ke atas dengan panjang 5-15 cm Halvorson dan
Guertin, 2003. Bunga berbentuk bulir, bercabang-cabang di dasarnya. Berkembang biak dengan biji dan anakan Pancho et al., 1977. 5 biji, biji
berbentuk oval cariopsis dengan panjang 2-3 mm dan memiliki warna kuning kecoklatan.
9
Alelopati
Tumbuh-tumbuhan menghasilkan berbagai jenis metabolit yang tidak diketahui kegunaannya dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Diduga
bahwa tumbuh-tumbuhan dapat menghasilkan senyawa kimia yang beracun baik untuk dirinya sendiri maupun jenis-jenis tumbuhan yang lainnya Sastroutomo,
1990. Istilah alelopati pertama digunakan oleh Molisch pada tahun 1937 yang
diartikan sebagai interaksi biokimiawi secara timbal balik yang bersifat penghambatan maupun perangsangan antara semua jenis tumbuhan termasuk
mikroorganisme Rice, 1984. Rice 1984 mendefinisikan alelopati sebagai pengaruh yang merugikan dari suatu tanaman termasuk mikroorganisme
terhadap tanaman lain baik langsung maupun tidak langsung melalui senyawa kimia racun yang dikeluarkan ke lingkungan tumbuhnya. Singh et al. 2001
menambahkan bahwa alelopati menunjukkan efek langsung atau tidak langsung tanaman ke tanaman lain melalui pelepasan zat kimia ke lingkungannya dan
memegang peran penting dalam agroekosistem. Senyawa alelopati merupakan metabolit sekunder pada tumbuh-tumbuhan.
Senyawa tersebut dapat ditemukan di semua jaringan tumbuhan, antara lain pada daun, batang, akar, rizome, bunga, buah dan biji serta dapat dihasilkan oleh
tumbuh-tumbuhan yang masih hidup atau telah mati Sastroutomo, 1990. Senyawa tersebut diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori menurut struktur
dan sifat yang berbeda dari senyawa tersebut diantaranya: 1 asam organik yang larut dalam air, alkohol rantai lurus, aldehid alifatik, dan keton, 2 lakton
sederhana yang tak jenuh, 3 rantai panjang asam lemak fatty acid dan polyacetylenes, 4 Naphthouinones, anthroquinones dan quinines kompleks,
5 fenol sederhana, asam benzoat dan turunannya, 6 asam sinamat dan turunannya, 7 kumarin, 8 flavonoid, 9 tanin, 10 steroid dan terpenoid
lakton sesquiterpene, diterpenes, dan triterpenoid, 11 asam amino dan polipetida, alkaloid dan dyanohydrins, 12 sulfida dan glukosida, 15 purin dan
nukleotida Rice, 1984; Wang et al., 2006. Senyawa alelopati dapat mempengaruhi penyerapan hara, pembelahan sel, penghambat pertumbuhan,
10 fotosintesis, respirasi, sintesis protein dan aktivitas enzim Sastroutomo, 1990;
Ferguson dan Rathinasabapathi, 2009. Senyawa alelopati pada tumbuhan dapat dilepaskan dalam berbagai cara,
antara lain melalui penguapan, eksudat akar, pencucian dan dekomposisi residu dan proses lainnya baik di alam maupun sistem pertanian Ferguson dan
Rathinasabapathi, 2009. Putnam 1984 melaporkan mengenai adanya senyawa alelopati yang dilepaskan melalui penguapan dan diindentifikasi sebagai senyawa
yang termasuk ke dalam golongan terpenoid. yaitu Artemisia, Eucalyptus dan Salvia. Pada percobaan penampungan eksudat akar tanaman Hemarthia altissima
diperoleh senyawa berasal dari asam-asam benzoat, sinamat dan fenolat. Hasil pencucian daun alang-alang dapat mempengaruhi pertumbuhan jagung dan
mentimun, pembusukan sisa tumbuhan menghasilkan senyawa beracun, asam sianida HCN dan benzaldehida.
Beberapa jenis gulma telah banyak diteliti dan diketahui memiliki pengaruh alelopati diantaranya, A. conyzoides L., Imperata cylindrica dan
C. rotundus L. memiliki pengaruh alelopati dan dapat menurunkan hasil padi gogo Pane et al., 1988. Penelitian oleh Nugroho et al. 1988 menunjukkan
bahwa alelopati yang dihasilkan oleh C. rotundus dapat mereduksi berat kering bagian atas dan bagian bawah tanaman, panjang tanaman, dan jumlah daun
tanaman pada kacang tanah. Menurut Lasmini 1997 D. adscendens dan C. kyllingia terbukti memiliki potensi alelopati yang dapat menurunkan hasil pada
tanaman bawang merah. Hasil penelitian Marisa et al. 2004 menunjukkan bahwa Porphyllum ruderale mengandung zat alelopati dan dapat menghambat
perkecambahan benih jagung. Menurut Batish et al. 2009 A. conyzoides dapat mempengaruhi pertumbuhan awal tanaman padi dengan melepaskan senyawa
kimia berupa asam penolik ke lingkungan tanah. Tumbuh-tumbuhan bervariasi dalam menghasilkan senyawa alelopati
alelokimia bergantung pada keadaan lingkungan tempat tumbuhan tersebut tumbuh dan gangguan serta tekanan lingkungan yang dialami. Beberapa faktor
yang mempengaruhi pembentukan senyawa alelopati, antara lain kualitas, kuantitas cahaya, lamanya penyinaran, kekurangan unsur hara dan gangguan
ketersediaan air. Jenis dan umur jaringan tumbuhan juga mempunyai pengaruh
11 yang sangat penting karena alelokimia yang tersebar tidak merata dalam tumbuh-
tumbuhan. Diantara jenis tumbuhan yang satu dengan yang lainnya juga terdapat perbedaan kemampuan dalam menghasilkan alelokimia diantara sesama jenis,
perbedaan dapat terjadi dalam konsentrasi alelokimia yang dihasilkan sebagai akibat adanya perbedaan genotipe. Sebagai contoh, beberapa varietas gandum liar
dapat menghasilkan skopoletin dan turunannya dalam konsentrasi yang berbeda- beda. Beberapa jenis mentimun dapat menghambat perkecambahan biji-biji gulma
tetapi tidak dengan jenis yang lain bahkan ada yang memberikan stimulasi Putnam, 1984.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan pada bulan April 2011 hingga Agustus 2011 di rumah kaca Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Darmaga, Bogor. Proses pembuatan
ekstrak gulma dilakukan di Laboratorium Ekotoksikologi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB. Analisis kandungan senyawa kimia
gulma dilakukan Laboratorium Kesehatan Masyarakat, Laboratorium Kesehatan LABKESDA Provinsi DKI Jakarta.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain benih tomat varietas Ratna, media tanam berupa tanah latosol, gulma C. rotundus,
A. conyzoides, dan D. adscendens, fumigan bahan aktif Dezomet 98, pupuk kandang ayam, aquadest, insektisida, NPK 15-15-15, NPK Mutiara 16-16-16 dan
Growmore 10-55-10. Alat yang digunakan antara lain polybag ukuran 35 cm x 35 cm, tray,
timbangan analitik, gelas ukur, meteran, digital thermo-hygrometer, LI-COR Li-6400XT, ajir, oven, kertas oven, kertas saring, blender, gunting, ember dan alat
pertanian.
Metode Penelitian
Penelitian menggunakan Rancangan Petak Terbagi Split Plot Design dengan dua faktor dan 3 ulangan. Jenis gulma sebagai petak utama terdiri atas
3 jenis gulma yaitu C. rotundus, A. conyzoides dan D. adscendens. Konsentrasi ekstrak gulma sebagai anak petak yang terdiri atas 4 taraf, yaitu 0 gl kontrol,
40 gl, 80 gl dan 120 gl, sehingga terdapat total satuan percobaan sebanyak 36 satuan. Satu satuan percobaan terdiri atas 4 polybag yang masing-masing
terdapat 1 tanaman tomat sehingga terdapat 144 tanaman tomat.
13 Model matematika percobaan ini mengikuti model Gomez dan Gomez
1995 sebagai berikut: Y
ijk
= µ + α
i
+β
j
+
ij
+ τ
k
+ ατ
ik
+
ijk
Y
ijk
= Nilai pengamatan dari jenis gulma ke-i, kelompok ke-j pada konsentrasi ekstrak ke-k,
μ = Nilai tengah umum,
α
i
= Pengaruh dari jenis gulma ke-i, β
j
= Pengaruh dari kelompok ke-j,
ij
= Pengaruh galat percobaan jenis gulma ke-i pada kelompok ke-j, τ
k
= Pengaruh dari konsentrasi ekstrak ke-k; ατ
ik
= Interaksi antara jenis gulma ke-i dengan konsentrasi ekstrak ke-k.
ijk
= Pengaruh galat percobaan jenis gulma ke-i, kelompok ke-j pada konsentrasi ekstrak ke-k.
Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam uji F pada taraf 5. Apabila hasilnya berbeda nyata, maka dilakukan uji lanjut
Duncan’s Multiple Range Test DMRT pada taraf 5.
Pelaksanaan Penelitian Persiapan Media Tanam
Media tanam untuk polybag berupa campuran tanah latosol dan pupuk kandang ayam dengan perbandingan 2:1. Media tanam yang digunakan disterilkan
dengan menggunakan fumigan yang berbahan aktif Dezomet 98 dengan dosis 40 gm
2
selama 3 minggu. Tanah yang digunakan sebanyak 576 kg dan pupuk kandang ayam sebanyak 288 kg. Sebelum disterilisasi, tanah dikeringkan terlebih
dahulu selama 1 minggu. Tanah dihaluskan secara manual, kemudian disaring. Tanah dan pupuk kandang ayam dicampur sesuai dengan perbandingan, kemudian
dihamparkan di lantai jemur setinggi 40 cm. Fumigan ditaburkan di atas media tanam secara rata dan ditutup rapat. Setelah satu minggu, media tanam diaduk
dengan cangkul agar gas-gas fumigan dapat menguap dan ditutup rapat kembali selama 2 minggu. Media tanam dimasukkan sebanyak 6 kg per polybag.
14
Persemaian
Benih tomat varietas Ratna disemai dalam tray semai ukuran 72 lubang. Media persemaian yang digunakan berupa tanah latosol. Benih ditanam dengan
kedalaman + 0.5 cm dengan isi 1 benih per lubang. Penyiraman dilakukan sehari dua kali, yaitu pagi dan sore hari. Pemberian pupuk daun Gandasil D dilakukan
setiap minggu dengan konsentrasi 2 gl.
Pindah Tanam
Bibit tomat berumur 4 minggu setelah semai dipindah tanam ke dalam polybag berukuran 35 cm x 35 cm yang telah berisi media tanam. Satu polybag
ditanam 1 bibit tanaman tomat.
Pengajiran
Pengajiran dilakukan agar tanaman tomat tidak rebah. Pengajiran dengan menggunakan bambu berukuran 1 meter yang dipasang pada saat tanaman
berumur 2 MST. Ajir dipasang dengan jarak 5 cm dari tanaman tomat dengan kedalaman + 15 cm.
Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan terdiri atas penyulaman, pemupukan, penyiraman, dan pengendalian OPT. Penyulaman tanaman dilakukan pada 1 MST. Pupuk dasar
yang digunakan yaitu pupuk majemuk NPK 15-15-15 dengan dosis 600 kgha Nurtika, 2007, sehingga kebutuhan pupuk sebanyak 18 gpolybag. Aplikasi
pupuk dasar diberikan pada saat pindah tanam dengan cara ditugal dengan jarak 10 cm dari tanaman tomat. Pupuk lanjutan berupa NPK Mutiara 16-16-16
diberikan setiap minggu pada saat fase vegetatif dengan konsentrasi 4 gl dan Growmore 10-55-10 pada fase generatif dengan konsentrasi 2 gl. Setiap pupuk
lanjutan dilarutkan dengan air kemudian disiramkan ke polybag. Pupuk lanjutan diaplikasikan sebanyak 200 ml polybag. Penyiraman dilakukan sehari dua kali,
yaitu pagi dan sore hari sebanyak 250 mlpolybag setiap kali penyiraman. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara manual dan kimiawi.
Pengendalian pengorok daun dilakukan secara manual dengan memotong bagian
15 daun yang terserang. Pengendalian kutu putih dilakukan dengan penyemprotan
insektisida berbahan aktif Deltamethrin 25 gl dengan konsentrasi 1 mll ke bagian tanaman yang terserang kutu putih kemudian diusap dengan busa.
Pembuatan Larutan Ekstrak Gulma
Pembuatan larutan ekstrak gulma dilakukan dengan cara mengeringkan seluruh bagian gulma dengan oven pada suhu 80
C selama dua hari. Setelah kering kemudian gulma dihaluskan. Gulma yang sudah halus ditimbang sesuai
dengan perlakuan konsentrasi. Gulma tersebut direndam dengan aquadest selama 24 jam. Kemudian dilakukan penyaringan dan air hasil saringan tersebut
digunakan sebagai larutan ekstrak dalam perlakuan Guntoro, 2003. Pemberian ekstrak gulma dilakukan dengan cara menyiramkan larutan tersebut sebanyak 150
mlpolybag ke media tanam pada saat tomat berumur 2 MST Minggu Setelah Tanam, 4 MST dan 6 MST.
Pemanenan Pemanenan buah dilakukan mulai 8 MST hingga 12 MST. Buah dipanen
jika warna kulit buah sudah berwarna merah lebih dari 60 light red. Pengamatan
Peubah yang diamati antara lain: 1.
Tinggi tanaman cm, diukur dari permukaan tanah sampai titik tumbuh tertinggi dari cabang utama. Pengamatan dilakukan setiap minggu mulai dari
3 sampai dengan 6 MST.
2. Jumlah daun helai, dihitung dari daun yang telah membuka sempurna.
Pengamatan dilakukan setiap minggu mulai dari 3 sampai dengan 6 MST.
3. Jumlah cabang, dihitung jumlah total cabang yang telah terbentuk dari setiap
tanaman. Pengamatan dilakukan setiap minggu mulai dari 3 sampai dengan 6 MST.
4. Umur berbunga. Waktu berbunga diamati setelah 75 dari populasi tanaman
yang telah berbunga.
16 5.
Jumlah tandan buah per tanaman. Pengamatan dilakukan setiap minggu mulai
dari 4 sampai dengan 10 MST.
6. Jumlah bunga per tanaman, dihitung dari jumlah bunga yang muncul per
tanaman. Pengamatan dilakukan setiap minggu mulai dari 4 sampai dengan 10 MST.
7. Jumlah buah, dihitung dari jumlah keseluruhan total buah yang dipanen tiap
tanaman mulai dari 8 sampai dengan 12 MST.
8. Bobot panen total g, dihitung dari bobot keseluruhan total buah yang
dipanen tiap tanaman mulai dari 8 sampai dengan 12 MST.
9.
Persentase bunga yang menjadi buah fruitset .
10. Bobot kering tanaman g, dilakukan dengan cara menimbang seluruh bagian
tanaman yang dioven pada suhu 80 C selama 48 jam. Pengamatan dilakukan
setiap dua minggu dan dilakukan destruksi pada satu tanaman setiap
perlakuan.
11. Panjang akar cm, diamati dengan cara mengukur panjang akar yang paling
panjang. Pengamatan dilakukan pada saat panen.
12. Analisis klorofil daun, pengamatan dilakukan pada 8 MST dengan
menggunakan LI-COR Li-6400XT Gambar 12.
13.
Analisis kandungan senyawa kimia pada gulma C. rotundus, A. conyzoides dan D. adscendens dengan menggunakan uji GC-MS Gas Chromatography-
Mass Spectrometry.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Tanaman tomat secara umum tumbuh dengan baik, walaupun terdapat beberapa tanaman yang terserang hama dan penyakit, tanaman tidak sampai
mengalami kematian selama penelitian. Suhu harian di rumah kaca selama penelitian berlangsung berkisar antara 22.48
- 48.34 C, dengan kelembaban
berkisar antara 21.88 – 96.22 Gambar 8 dan 9. Suhu yang relatif tinggi pada
siang hari menjadi penyebab daun tanaman mengalami kelayuan, akan tetapi kelayuan yang terjadi tidak bersifat permanen. Menurut Hidayat 1997 tanaman
tomat dapat tumbuh optimal pada suhu antara 20 – 30
C, suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan banyak bunga yang rontok. Cahyono 2008 menambahkan
bahwa kelembaban yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan tanaman dan memicu serangan hama serta penyakit. Selain itu, kelembaban yang tinggi juga
dapat menghambat proses pembuahan dan buah yang dihasilkan menjadi peka terhadap penyakit busuk ujung buah pada tanaman tomat.
Persentase daya tumbuh tanaman tomat pada minggu pertama sebesar 98.61. Pembungaan 75 pada tanaman tomat berlangsung pada 24 HST Hari
Setelah Tanam. Tanaman tomat mulai berbuah umur 4 MST dan panen pertama dilakukan pada umur 8 MST.
Selama proses pertumbuhan, beberapa tanaman terserang hama dan penyakit. Hama yang menyerang yaitu pengorok daun Liriomyza sp. yang
menyerang pada awal tanam Gambar 4a. Hama pengorok daun tidak menyebabkan banyak kerusakan sebab pengendalian hama dilakukan secara rutin.
Selain itu, serangan kutu putih Paracoccus marginatus terjadi pada 8 MST Gambar 4b. Serangan kutu putih tidak merusak tanaman karena segera
dilakukan pengendalian secara kimiawi untuk mencegah kutu putih menyebar ke tanaman lainnya.
Penyakit yang menyerang yaitu busuk ujung buah Gambar 4c. Gejala yang terlihat dari penyakit ini yaitu terdapat bercak berwarna hijau gelap,
kemudian menjadi coklat kehitaman dan basah. Menurut Trisnawati et al. 2002 penyakit busuk ujung buah merupakan penyakit fisiologi yang disebabkan oleh
18 kelembaban tanah yang berfluktuasi tinggi, perubahan kelembaban udara yang
mendadak, kelebihan unsur nitrogen dan kekurangan unsur hara kalsium. Selain itu, penyakit Tomato Mozaic Virus TMV Gambar 4d. Tanaman tomat yang
diserang penyakit ini yaitu salah satu tanaman perlakuan Cyperus rotundus tanpa perlakuan ekstrak gulma kontrol dan pertumbuhannya terhambat akibat serangan
penyakit ini. Gejala yang terlihat yaitu terdapat bercak berwarna kuning pada daun dan daun-daun di bagian ujung tanaman mengerut. Menurut Trisnawati et al.
2002 virus TMV menyerang daun tanaman tomat dan serangan akan tinggi jika temperatur tinggi yang mengakibatkan pertumbuhan buah menjadi terhambat,
jumlahnya sedikit, ukurannya kecil, dan bentuknya tidak normal. Cahyono 2008 menambahkan bahwa penyakit TMV biasanya disebarkan oleh serangga vektor,
seperti thrips.
Gambar 4. Hama dan Penyakit pada Tanaman Tomat: a Hama Penggorok Daun, b Kutu Putih, c Penyakit Busuk Ujung Buah dan
d Tomato Mozaic Virus TMV
a b
c d
d
19
Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Tomat Tinggi Tanaman
Pemberian ekstrak gulma dengan jenis gulma dan tingkat konsentrasi berbeda tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman tomat pada umur 3 MST
hingga 6 MST Lampiran 1. Secara rinci pengaruh jenis gulma dan konsentrasi ekstrak gulma terhadap tinggi tanaman tomat disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Pengaruh Jenis Gulma dan Konsentrasi Ekstrak Gulma terhadap Tinggi Tanaman Tomat
Perlakuan Tinggi Tanaman
3 MST 4 MST
5 MST 6 MST
Jenis Gulma ……………….. cm ………………..
C. rotundus 40.60
47.57 49.07
50.75 D. adscendens
39.71 47.83
50.51 53.35
A. conyzoides 39.04
45.39 50.50
50.07 Konsentrasi Ekstrak Gulma
0 gl 41.92
47.30 48.89
50.67 40 gl
38.19 45.17
50.56 51.65
80 gl 39.81
48.67 52.01
52.11 120 gl
39.22 46.59
48.65 49.81
Tinggi tanaman tomat umur 3 MST tidak dipengaruhi oleh perlakuan ekstrak gulma Gambar 5. Tinggi tanaman tomat pada 3 MST berkisar antara
38.19 - 41.92 cm.
20
. Gambar 5. Tinggi Tanaman Tomat pada 3 MST dengan perlakuan ekstrak
gulma: A C. rotundus, B D. adscendens C A. conyzoides
21
Jumlah Daun
Pemberian ekstrak gulma dengan jenis gulma tidak berpengaruh terhadap jumlah daun tanaman tomat pada umur 3 MST hingga 6 MST, sedangkan
pemberian ekstrak gulma dengan tingkat konsentrasi yang berbeda berpengaruh terhadap jumlah daun tanaman tomat pada umur 5 MST dan 6 MST Lampiran 1.
Pemberian ekstrak gulma dengan tingkat konsentrasi yang berbeda menekan jumlah daun tanaman tomat pada umur 6 MST. Konsentrasi ekstrak
gulma 40 gl mampu menekan jumlah daun tanaman tomat dibandingkan dengan kontrol. Pemberian ekstrak gulma dengan konsentrasi 120 gl juga mampu
menekan jumlah daun tanaman tomat dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan konsentrasi ekstrak gulma 40 gl dan 120 gl mampu menekan jumlah daun
tanaman tomat masing-masing sebesar 7.34 dan 7.68 terhadap kontrol Tabel 2.
Tabel 2. Pengaruh Jenis Gulma dan Konsentrasi Ekstrak Gulma terhadap Jumlah Daun Tanaman Tomat
Perlakuan Jumlah Daun helai
3 MST 4 MST
5 MST 6 MST
Jenis Gulma C. rotundus
13.94 18.11
24.92 31.64
D. adscendens 13.58
17.89 24.44
31.25 A. conyzoides
13.44 17.47
24.64 31.36
Konsentrasi Ekstrak Gulma 0 gl
13.97 18.00
25.41ab 32.70a
40 gl 13.22
17.59 23.67b
30.30b 80 gl
13.89 18.04
26.22a 32.48a
120 gl 13.53
17.67 23.37b
30.19b
Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5
Jumlah Cabang
Pemberian ekstrak gulma dengan jenis gulma yang berbeda berpengaruh terhadap jumlah cabang tanaman tomat pada umur 3 MST, namun pada umur
4 MST hingga 6 MST tidak menunjukkan adanya pengaruh. Pemberian ekstrak gulma dengan tingkat konsentrasi berbeda berpengaruh terhadap jumlah cabang
pada umur 3 MST dan 6 MST Lampiran 1.
22 Pemberian ekstrak gulma dengan jenis gulma A. conyzoides dan
D. adscendens dapat menekan jumlah cabang lebih rendah dibandingkan dengan jenis gulma C. rotundus pada saat tanaman berumur 3 MST. Pemberian ekstrak
gulma dengan konsentrasi 40 gl mampu menekan jumlah cabang tanaman tomat dibandingkan dengan kontrol pada saat tanaman berumur 3 MST. Perlakuan
konsentrasi 40 gl dan 120 gl mampu menekan jumlah cabang sebesar 26.42. Pada 6 MST, pemberian ekstrak gulma dengan konsentrasi 40 gl cenderung
menekan jumlah cabang tanaman tomat sebesar 6.46 dibandingkan dengan kontrol Tabel 3.
Tabel 3. Pengaruh Jenis Gulma dan Konsentrasi Ekstrak Gulma terhadap Jumlah Cabang Tanaman Tomat
Perlakuan Jumlah Cabang
3 MST 4 MST
5 MST 6 MST
Jenis Gulma C. rotundus
1.15a 3.47 1.83
7.53 9.04
D. adscendens 0.85b
2.94 1.69 7.69
9.58 A. conyzoides
0.75b 2.64 1.52
7.47 9.50
Konsentrasi Ekstrak Gulma 0 gl
1.06a 3.41 1.82
7.81 9.44ab
40 gl 0.78b
2.56 1.47 7.07
8.83b 80 gl
1.06a 3.41 1.81
8.07 10.06a
120 gl 0.78b
2.70 1.62 7.30
9.17b
Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata menurut uji DMRT pada taraf 5. angka dalam kurung … : data ditransformasi dengan menggunakan
Bobot Kering Tanaman
Pemberian ekstrak gulma dengan jenis gulma dan tingkat konsentrasi yang berbeda tidak berpengaruh terhadap bobot kering tanaman tomat yang
didesktruksi pada umur 4 MST, 6 MST, 8 MST, dan 12 MST. Namun, interaksi antara jenis gulma dan konsentrasi gulma memberikan pengaruh terhadap bobot
kering tanaman tomat pada umur 8 MST Lampiran 1. Pemberian ekstrak gulma dengan tingkat konsentrasi berbeda cenderung
menekan bobot kering tanaman tomat pada umur 4 MST dan 6 MST. Pemberian
23 ekstrak gulma dengan konsentrasi 40 gl cenderung menekan bobot kering
tanaman tomat dibandingkan dengan kontrol Tabel 4. Tabel 4. Pengaruh Jenis Gulma dan Konsentrasi Ekstrak Gulma terhadap
Bobot Kering Tanaman Tomat Perlakuan
Bobot Kering Tanaman g 4 MST
6 MST 8 MST
12 MST Jenis Gulma
C. rotundus 9.60
15.38 27.39
54.92 D. adscendens
9.05 15.23
26.08 50.61
A. conyzoides 9.52
16.41 23.57
49.13 Konsentrasi Ekstrak Gulma
0 gl 10.10
17.10 25.48
53.39 40 gl
8.70 15.69
26.49 45.76
80 gl 9.46
15.01 25.76
55.40 120 gl
9.30 14.89
24.98 51.66
Terdapat interaksi jenis gulma dengan konsentrasi ekstrak terhadap bobot kering tanaman tomat Pemberian ekstrak gulma D. adscendens dengan
konsentrasi 80 gl cenderung menekan bobot kering tanaman tomat sebesar 33.10 dibandingkan dengan kontrol Gambar 6.
Gambar 6. Grafik Interaksi Jenis Gulma dan Konsentrasi Ekstrak Gulma terhadap Bobot Kering Tanaman Tomat pada 8 MST
24
Panjang Akar
Pemberian ekstrak gulma dengan jenis gulma dan tingkat konsentrasi berbeda tidak berpengaruh terhadap panjang akar tanaman tomat pada 12 MST.
Namun, interaksi antara jenis gulma dan konsentrasi ekstrak gulma memberikan pengaruh terhadap panjang akar tanaman tomat Lampiran 1. Panjang akar
tanaman tomat pada 12 MST berkisar antara 45.97 – 50.55 cm Tabel 5.
Tabel 5. Pengaruh Jenis Gulma dan Konsentrasi Ekstrak Gulma terhadap Panjang Akar Tanaman Tomat pada 12 MST
Perlakuan Panjang cm
Jenis Gulma C. rotundus
45.97 D. adscendens
46.57 A. conyzoides
50.55 Konsentrasi Ekstrak Gulma
0 gl 48.39
40 gl 48.23
80 gl 47.66
120 gl 46.50
Terdapat interaksi antara jenis gulma dengan konsentrasi ekstrak terhadap panjang akar tanaman tomat. Pemberian ekstrak gulma C. rotundus dengan
konsentrasi 40 gl cenderung menekan panjang akar tanaman tomat sebesar 39.56 dibandingkan dengan kontrol Gambar 7.
Gambar 7. Grafik Interaksi Jenis Gulma dan Konsentrasi Ekstrak Gulma terhadap Panjang Akar Tanaman Tomat pada 12 MST
25
Kandungan Klorofil
Pemberian ekstrak gulma dengan jenis gulma dan tingkat konsentrasi berbeda tidak berpengaruh terhadap kandungan klorofil daun tanaman tomat
Lampiran 1. Kandungan klorofil daun tanaman tomat berkisar antara 22.33 –
24.87 Tabel 6. Tabel 6. Pengaruh Jenis Gulma dan Konsentrasi Ekstrak Gulma terhadap
Kandungan Klorofil Daun Tanaman Tomat pada 8 MST
Komponen Hasil dan Hasil Tanaman Tomat
Pemberian ekstrak gulma dengan jenis gulma dan tingkat konsentrasi berbeda tidak berpengaruh terhadap umur berbunga, jumlah tandan buah per
tanaman, jumlah bunga per tanaman, jumlah buah per tanaman, dan fruitset, namun berpengaruh terhadap bobot buah total per tanaman Lampiran 1.
Umur berbunga tanaman tomat berkisar antara 24.00 - 24.89 HST, jumlah tandan buah berkisar antara 14.36 - 17.63 tandan dan jumlah bunga berkisar
antara 32.70 – 38.04 bunga Tabel 7.
Perlakuan Klorofil Daun
Jenis Gulma C. rotundus
24.71 D. adscendens
25.06 A. conyzoides
25.25 Konsentrasi Ekstrak Gulma
0 gl 24.78
40 gl 26.04
80 gl 24.33
120 gl 24.87
26 Tabel 7. Pengaruh Jenis Gulma dan Konsentrasi Ekstrak Gulma terhadap
Umur Berbunga, Jumlah Tandan, Jumlah Bunga, Jumlah Buah per Tanaman dan Fruitset
Perlakuan Umur
Berbunga HST
Jumlah Tandan
Buah Jumlah
Bunga Jumlah
Buah Fruitset
per Tanaman Jenis Gulma
C. rotundus 24.33
15.36 34.36
15.00 45.36
D. adscendens 24.33
16.08 36.70
15.14 43.10
A. conyzoides 24.33
15.61 33.83
15.11 44.90
Konsentrasi Ekstrak Gulma 0 gl
24.00 15.04
32.70 14.55
46.03 40 gl
24.89 14.36
33.30 14.19
43.94 80 gl
24.00 17.63
38.04 16.96
45.75 120 gl
24.44 15.81
35.81 14.63
42.09 Pemberian ekstrak gulma dengan konsentrasi 40 gl hingga 120 gl mampu
menurunkan bobot buah total per tanaman dibandingkan kontrol masing-masing sebesar 21.63, 25.86 dan 24.21. Pemberian ekstrak gulma dengan
konsentrasi 40 gl hingga 120 gl juga mampu menurunkan produktivitas tanaman tomat dibandingkan kontrol masing-masing sebesar 21.64, 25.62 dan 24.38
Tabel 8. Tabel 8. Bobot Buah Total per Tanaman dan Produktivitas Tanaman Tomat
Perlakuan Bobot Buah Total per
Tanaman g Produktivitas
tonha Jenis Gulma
C. rotundus 122.39
3.06 D. adscendens
132.79 3.32
A. conyzoides 140.94
3.52 Konsentrasi Ekstrak Gulma
0 gl 160.60a
4.02a 40 gl
125.86b 3.15b
80 gl 119.99b
2.99b 120 gl
121.72b 3.04b
Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5
27
Pembahasan Senyawa Alelopati
Senyawa kimia yang dilepaskan berupa senyawa alelopati yang merupakan
metabolit sekunder
pada tumbuh-tumbuhan.
Rice 1984
mendefinisikan alelopati sebagai pengaruh merugikan dari suatu tanaman termasuk mikroorganisme atas tanaman lain baik langsung maupun tidak
langsung melalui senyawa kimia racun yang dikeluarkan ke lingkungan tumbuhnya. Rice 1984 dan Wang et al. 2006 mengklasifikasikan senyawa
alelopati ke dalam beberapa kategori menurut struktur dan sifat yang berbeda dari senyawa tersebut diantaranya: 1 asam organik yang larut dalam air, alkohol
rantai lurus, aldehid alifatik, dan keton, 2 lakton sederhana yang tak jenuh, 3
rantai panjang
asam lemak
fatty acid
dan polyacetylenes,
4 Naphthouinones, anthroquinones dan quinines kompleks, 5 fenol sederhana, asam benzoat dan turunannya, 6 asam sinamat dan turunannya, 7 kumarin,
8 flavonoid, 9 tanin, 10 steroid dan terpenoid lakton sesquiterpene, diterpenes, dan triterpenoid, 11 asam amino dan polipetida, alkaloid dan
dyanohydrins, 12 sulfida dan glukosida, 15 purin dan nukleotida.
Hasil uji
GC-MS Gas
Chromatography-Mass Spectrometry
mengidentifikasi beberapa senyawa yang terkandung dalam gulma C. rotundus,
A. conyzoides, dan D. adscendens. Senyawa-senyawa yang tergolong ke dalam