Pengaruh Naungan terhadap Produksi dan Kualitas Buah Enam Varietas Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.)

PENGARUH NAUNGAN TERHADAP PRODUKSI DAN
KUALITAS BUAH ENAM VARIETAS TOMAT
(Lycopersicon esculentum Mill.)

CITRA PRELITA EL SANURA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Naungan
terhadap Produksi dan Kualitas Buah Enam Varietas Tomat (Lycopersicon esculentum
Mill.) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, November 2013
Citra Prelita El Sanura
NIM A24090101

ABSTRAK
CITRA PRELITA EL SANURA. Pengaruh Naungan terhadap Produksi dan Kualitas
Buah Enam Varietas Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.). Dibimbing oleh MA
CHOZIN.
Penurunan produksi tanaman tomat karena berkurangnya luas lahan dapat
teratasi dengan penanaman tanaman tomat di bawah naungan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh naungan terhadap produksi dan
kualitas buah tomat, serta mengidentifikasi varietas yang toleran terhadap
intensitas cahaya rendah. Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari hingga Juni
2013 di Kebun Percobaan Cikabayan, Darmaga, Bogor. Penelitian ini
menggunakan rancangan petak tersarang dengan tiga ulangan. Petak utama adalah
tingkat naungan (0%, 25%, 50%, 75%) dan anak petak adalah enam varietas tomat
(Intan, Rempai, Montero, Fatma, Ratna, dan Palupi). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa naungan secara nyata mempengaruhi pertumbuhan dan

produksi tanaman. Tingkat naungan 25% dapat memberikan produksi buah tomat
tertinggi. Intensitas cahaya berpengaruh nyata terhadap kualitas buah tomat.
Intensitas cahaya rendah dapat menurunkan kekerasan buah, padatan terlarut total
dan total asam titrasi.
Kata kunci: kualitas buah, naungan, produksi, tomat, varietas

ABSTRACT
CITRA PRELITA EL SANURA. Effect of Shading on Production and Fruit Quality
Six Varieties of Tomatoes (Lycopersicon esculentum Mill.). Supervised by MA
CHOZIN.
Decreased production of tomato plants due to reduced land area can be
solved by planting tomato plants in the shade. The purpose of this research was to
study the effect of shade on production and quality of tomato fruits, and to
identify varieties tolerant to low light intensity. Research was conducted from
February until June 2013 at the Cikabayan Experimental Farm, Darmaga, Bogor.
This research used a nested design with three replications. The main plot was
shading level (0%, 25%, 50%, 75%) and subplot was six varieties of tomatoes
(Intan, Rempai, Montero, Fatma, Ratna, and Palupi). The results showed that
shade significantly affect the growth and production of plants. Shade rate 25% to
give the highest production of tomatoes. Light intensity significantly affected the

quality of tomato fruits. Low light intensity can reduce fruit hardness, total soluble
solids and total acid titration.
Key words: fruit quality, production, shading, tomato, varieties

PENGARUH NAUNGAN TERHADAP PRODUKSI DAN
KUALITAS BUAH ENAM VARIETAS TOMAT
(Lycopersicon esculentum Mill.)

CITRA PRELITA EL SANURA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2013

Judul Skripsi : Pengaruh Naungan terhadap Produksi dan Kualitas Buah Enam Varietas
Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.)
: Citra Prelita El Sanura
Nama
: A24090101
NIM

Disetujui oleh

Prof Dr Ir MA
Pembi

Tanggal Lulus:

r- ('

",


3

Judul Skripsi : Pengaruh Naungan terhadap Produksi dan Kualitas Buah Enam Varietas
Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.)

Nama
NIM

: Citra Prelita El Sanura
: A24090101

Disetujui oleh

Prof Dr Ir MA Chozin, MAgr
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini
berjudul Pengaruh Naungan terhadap Produksi dan Kualitas Buah Enam Varietas
Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) yang penulis susun berdasarkan
Penelitian yang dilakukan selama lima bulan di kebun percobaan Cikabayan dan
Laboratorium Pasca Panen, IPB.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof Dr Ir MA Chozin,
MAgr selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan,
pengarahan, dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis
sampaikan terima kasih kepada Bapak Prof Dr Muhamad Syukur, SP, MSi dan
Dr. Ir. Ni Made Armini Wiendi, MSc sebagai dosen penguji skripsi yang telah
memberi saran dan masukan pada skripsi ini. Disamping itu, penulis
menyampaikan terima kasih kepada Ibu Dr Ir Heni Purnamawati, MScAgr selaku
dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan saran selama
penulis belajar di Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa

dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, November 2013
Citra Prelita El Sanura

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

METODE

2

Waktu dan Tempat

2

Bahan dan Alat


2

Metode Penelitian

3

Metode Pelaksanaan

3

Pengamatan

4

Analisis Data

5

HASIL DAN PEMBAHASAN


6

Kondisi Umum

6

Pertumbuhan Tanaman

7

Komponen Produksi dan Produksi

9

Kualitas Buah

11

SIMPULAN


13

Simpulan

13

DAFTAR PUSTAKA

14

LAMPIRAN

16

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Indeks skala warna buah tomat
Rata-rata suhu dan curah hujan selama penelitian
Rata-rata intensitas cahaya (lux) berbagai tingkat naungan
Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh naungan, varietas, dan
interaksi terhadap seluruh peubah
Pengaruh interaksi varietas dan tingkat naungan terhadap tinggi dan
jumlah daun tanaman tomat
Pengaruh interaksi varietas dan tingkat naungan terhadap umur berbunga
tanaman tomat
Pengaruh varietas dan naungan terhadap jumlah buah, jumlah buah,
bobot per buah, produksi dan produksi relatif tanaman tomat
Pengaruh interaksi varietas dan tingkat naungan terhadap diameter
buah tomat
Pengaruh interaksi varietas dan tingkat naungan terhadap padatan
terlarut total buah tomat
Pengaruh naungan dan varietas tomat terhadap warna, kekerasan buah,
dan total asam tertitrasi buah tomat

5
6
7
7
8
9

10
11
12
13

DAFTAR GAMBAR
Indeks skala warna buah tomat

5

DAFTAR LAMPIRAN
1 Denah penelitian
2 Deskripsi varietas Intan, Rempai, Montero, dan Ratna

16
17

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) merupakan salah satu tanaman
sayuran yang memiliki peranan penting di Indonesia dan ketersediaannya perlu
dipenuhi. Kandungan gizi buah tomat yang tinggi, pemanfaatan yang beragam,
dan penerimaan masyarakat yang baik menjadikan buah tomat sebagai
komoditas hortikultura yang sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia.
Hal ini terkait dengan permintaan masyarakat dan industri yang tinggi. Buah
tomat banyak mengandung zat-zat yang berguna untuk tubuh, diantaranya
vitamin A, vitamin C, dan mineral.
Rata-rata hasil panen buah tomat di Indonesia masih tergolong rendah.
Data BPS (2012) menyebutkan bahwa pada tahun 2011 luas lahan panen tomat
di Indonesia seluas 57 302 ha, sedangkan tahun 2012 terjadi pengurangan
menjadi 56 724 ha. Produktivitas tomat tahun 2011 sebesar 16.65 ton ha-1,
sedangkan produktivitas tomat tahun 2012 sebesar 15.75 ton ha-1. Data tersebut
menunjukkan bahwa terjadi penurunan luas lahan panen dan produktivitas buah
tomat. Hal ini menyebabkan kebutuhan terhadap buah tomat menjadi kurang
terpenuhi. Faktor lain yang mempengaruhi rendahnya produksi tomat, yaitu
teknik bercocok tanam yang kurang tepat, keadaan lingkungan yang tidak
menunjang pertumbuhan tanaman secara optimal, semakin terbatasnya
sumberdaya lahan, dan berkembangnya penyakit tular tanah pada daerah sentra
produksi (Hartati 2000; Susanto et al. 2005).
Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan tomat adalah meningkatkan
produksi tanaman melalui intensifikasi dengan memanfaatkan lahan tidur,
pekarangan, dan tanaman sela yang termasuk dalam sistem agroforestri. Luas
lahan di bawah tegakan (lahan tidur) cukup luas dan memiliki potensi untuk
penggunaan penanaman sayuran diantaranya. Data BPS (2005) luas lahan
pertanian Indonesia sekitar 70.20 juta hektar, dan sebagian besar berupa lahan
perkebunan (18.50 juta ha), tegalan 14.60 juta ha, lahan tidur 11.30 juta ha, dan
sawah 7.90 juta ha. Kondisi di bawah tegakan termasuk penanaman suboptimum
bagi pertanaman tanaman sela.
Pengembangan agroforestri merupakan salah satu jawaban dalam
memahami masalah keterbatasan lahan dan penurunan produktivitas karena
umumnya dapat memanfaatkan lahan secara optimal. Kajian tentang vegetable
agroforestry telah banyak berkembang pada beberapa tahun terakhir. Terdapat
beberapa tanaman sayuran yang dapat dikembangkan untuk vegetable
agroforestry. Pranoto (2011) dan Bahrun (2012) dalam disertasinya menemukan
bahwa tanaman tomat merupakan salah satu dari sembilan tanaman semusim
yang berpotensi dikembangkan dengan sistem agroforestri di DAS Ciliwung
Hulu dan DAS Cianjur. Hal ini mengindikasikan tomat cukup toleran terhadap
intensitas cahaya rendah. Secara umum, rendahnya intensitas cahaya merupakan
kendala dalam pemanfaatan lahan di bawah tegakan (agroforestri). Pertumbuhan
suatu tanaman di bawah kondisi yang kurang optimum sebagai tanaman sela
mengakibatkan adanya penurunan kemampuan tumbuh dan berproduksi pada
tanaman tertentu, serta kualitas buah yang dihasilkan.

2
Tomat banyak digunakan sebagai tanaman pekarangan dan dapat
dikembangkan sebagai tanaman dalam wadah, yang umumnya tidak
memperoleh cahaya penuh. Walau pun tomat cukup toleran, namun intensitas
cahaya matahari yang rendah dapat mempengaruhi proses fotosintesis. Proses
fotosintesis yang terganggu akan menyebabkan buah tomat yang dihasilkan
memiliki bobot yang lebih rendah dari seharusnya (Kusumawardhani et al.
2003), namun penelitian mengenai intensitas cahaya rendah terhadap kualitas
buah tomat masih belum banyak dilakukan. Oleh karena itu, perlu kajian lebih
lanjut tentang pengaruh naungan terhadap produksi dan kualitas buah tomat
perlu dilakukan.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mempelajari pengaruh naungan terhadap produksi
2. Mempelajari pengaruh naungan terhadap kualitas buah tomat
3. Mengidentifikasi varietas yang toleran terhadap intensitas cahaya rendah.

METODE

Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan dari bulan Februari 2013
hingga Juni 2013. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan,
Darmaga dengan elevasi 250 meter di atas permukaan laut dan Laboratorium
Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat
Bahan tanam yang digunakan meliputi enam varietas tomat yaitu varietas
Intan, Rempai, Montero, Fatma, Ratna, dan Palupi. Bahan untuk media tanam
dan pupuk yang digunakan yaitu arang sekam, kascing, pupuk kandang pupuk
daun Gandasil D, NPK phonska 15-15-15, dan NPK mutiara 16-16-16.
Insektisida dan fungisida yang digunakan yaitu Furadan 3G, insektisida Decis
berbahan aktif deltamethrin, fungisida Dithane M-45 berbahan aktif mankozeb,
Bahan untuk pengujian kualitas buah yaitu NaOH, indikator phenolptalein, dan
aquades.
Peralatan yang digunakan untuk penanaman adalah alat ukur (meteran),
ajir, polibag berukuran 35 cm x 35 cm, paranet dengan berbagai intensitas
naungan 0%, 25%, 50%, dan 75%, bambu, alat budi daya, alat tulis. Peralatan
yang digunakan untuk pengujian produksi dan kualitas buah yaitu jangka sorong

3
untuk mengukur diameter buah, timbangan, penetrometer, hand refractometer,
luxmeter, dan alat titrasi.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan petak tersarang dengan tiga
ulangan yang sesuai denah penelitian (Lampiran 1). Petak utama merupakan
empat tingkat naungan buatan yaitu tingkat intensitas naungan 0% (kontrol),
25%, 50%, dan 75%. Anak petak berupa enam varietas tomat yaitu varietas Intan,
Rempai, Montero, Fatma, Ratna, dan Palupi. Deskripsi varietas Intan, Rempai,
Montero, dan Ratna di sajikan pada Lampiran 2. Setiap satuan percobaan terdiri
dari 5 tanaman, sehingga jumlah tanaman seluruhnya adalah 360 tanaman.
Model aditif linear yang digunakan adalah
Yijk = μ + αi +βj/i + ɣk + (α, ɣ)ik + εijk
Keterangan :
Yijk
= nilai peubah yang diamati
μ
= nilai tengah
αi
= pengaruh naungan ke-i (i = 1, 2, 3, 4)
βj/i
= pengaruh ulangan ke-j dalam naungan ke-i (j = 1, 2, 3, 4)
ɣk
= pengaruh varietas ke-k (k = 1, 2, 3, 4, 5, 6)
(α, ɣ)ik
= pengaruh interaksi naungan ke-i dan varietas ke-k
εijk
= pengaruh galat naungan ke-i, varietas ke-j dan ulangan ke-k

Metode Pelaksanaan
Persemaian
Benih tomat disemai dalam tray sedalam ± 0.5 cm selama ± 4 minggu,
setiap lubangnya ditanam satu benih. Media persemaian yang digunakan adalah
. Perawatan
campuran arang sekam dan kascing, dengan perbandingan 1:1
selama persemaian berupa penyiraman pada sore hari. Pada umur dua minggu
bibit disemprot dengan larutan Gandasil D dengan dosis 2 g L-1 air.
Pembuatan Naungan
Pembuatan bangunan naungan dilakukan dua minggu sebelum penanaman,
dengan paranet 0% (kontrol), 25%, 50%, dan 75%. Rangka terbuat dari bambu
dengan arah pemasangan dari timur ke barat untuk mendapatkan sinar matahari
yang maksimum. Jarak antar petak utama selebar 2 m.
Persiapan Media dan Ruang Tumbuh
Tanah yang digunakan terlebih dahulu dicampurkan dengan pupuk
. Pencampuran media ini dilakukan
kandang dengan perbandingan 1:1 (
seminggu sebelum penanaman tanaman tomat. Campuran media ini kemudian
dimasukan ke dalam polibag berukuran 35 cm x 35 cm sebanyak ± 5 kg per
polibag. Polibag diletakkan di bawah naungan dengan jarak 50 cm x 50 cm.

4
Penanaman
Bibit tomat yang telah berumur ± 4 minggu dan memiliki dua pasang daun
telah membuka sempurna, dipindahkan ke polibag. Bibit tomat ditanam
sebanyak satu bibit per polibag. Penanaman dilakukan dengan mengeluarkan
bibit beserta medianya dari tray dan memindahkan ke lubang tanam secara hatihati agar tidak merusak perakaran. Pada saat penanaman ditambahkan Furadan
3G secukupnya untuk menghindari serangan penyakit.
Pemeliharaan
Pemupukan tanaman tomat dilakukan saat tanam yaitu pupuk NPK sebagai
pupuk dasar. Selain itu, diberikan pupuk NPK mutiara saat 2 MST, 3 MST, 4
MST, dan 6 MST dengan dosis 10 g L-1. Pengajiran dilakukan 3 MST pada
semua tanaman tomat dengan sebilah bambu. Pengendalian gulma dilakukan
dengan cara manual menggunakan tangan setiap seminggu sekali. Hama dan
penyakit dikendalikan menggunakan insektisida berbahan aktif deltamethrin
dengan dosis 2 ml L-1 air dan fungisida berbahan aktif mankozeb dengan dosis 2
g L-1 air. Selain itu, pengendalian dilakukan dengan membuang tanaman dan
buah yang terserang hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan sesuai kondisi
lapang, jika tidak hujan maka dilakukan penyiraman dua kali sehari.

Pengamatan
Peubah yang diamati dalam penelitian ini terdiri dari tiga pengamatan
yaitu pengamatan pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman, jumlah daun, umur
berbunga), pengamatan produksi dan komponen produksi (jumlah bunga per
tanaman, jumlah buah, bobot rata-rata/buah, produksi), dan pengamatan kualitas
buah tomat (diameter, warna buah, kekerasan buah, kandungan padatan terlarut
total, dan kandungan asam total tertitrasi). Pada pengamatan pertumbuhan
tanaman tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai titik tumbuh teratas
dan diukur mulai umur 1 MST sampai umur 4 MST. Jumlah daun (helai),
dihitung jumlah daun majemuk yang sudah membuka sempurna dan dihitung
mulai umur 1 MST sampai umur 4 MST. Umur berbunga (HST) dihitung pada
saat tanaman sampel telah berbunga, dihitung setelah muncul tandan bunga ke
dua.
Pengamatan produksi dan komponen produksi yaitu pengamatan jumlah
bunga per tanaman, bunga yang muncul dihitung seminggu sekali mulai tanaman
berbunga sampai berubah menjadi buah pada tanaman sampel. Jumlah buah,
pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah buah pada setiap tanaman
sampel tidak termasuk buah yang jatuh ke tanah. Bobot rata-rata/buah (g),
dihitung dengan menimbang berat buah dibagi jumlah buah yang ditimbang.
Produksi (g), dihitung dengan menimbang produksi setiap tanaman, kemudian
dijumlahkan hingga panen terakhir (buah sudah habis untuk dipanen).
Pengamatan kualitas buah tomat adalah pengamatan setelah buah tomat
dipanen. Umumnya buah yang dipanen untuk diamati adalah buah yang sudah
matang dan berwarna kuning hingga merah. Pengamatan diameter buah (mm),
dilakukan dengan menggunakan jangka sorong. Buah tomat dipilih masingmasing tiga buah secara acak dari setiap tanaman sampel. Perubahan warna dan

5
kelunakan buah (mm 50 g-1 5 s-1), kekerasan pada buah diukur dengan
menggunakan alat penetrometer. Perubahan warna pada kulit buah diukur
berdasarkan indeks warna kulit buah (Tabel 1 dan Gambar 1). Buah yang
digunakan tiga buah tomat dipilih secara acak pada setiap tanaman sampel.
Tabel 1 Indeks skala warna buah tomat
Skor
1
2
3
4
5
6
7

Indeks skala warna kulit buah tomat
Hijau tidak ada warna kuning (6 – 10 hari sebelum semburat, breaker),
fase matang hijau
Semburat kuning atau pink awal pada bagian luar ujung buah, fase
breaker
10 – 30% warna buah yang nyata kombinasi hijau, kuning, pink, merah,
fase turning.
30 – 60% warna permukaan menunjukkan pink atau merah, fase pink.
60 – 90% menunjukkan warna pink- merah, fase light red.
Lebih dari 90% permukaan menunjukkan warna merah, fase red.
Warna merah tua, kulit buah mengkerut, fase lewat masak.

Sumber : Kader 1992

Gambar 1 Indeks skala warna buah tomat (Setijorini 2000)
Kandungan total padatan terlarut (oBrix), diukur dengan menggunakan hand
refractometer. Tomat dihancurkan terlebih dahulu, disaring kemudian cairannya
diteteskan pada prisma refractometer. Skala padatan terlarut total dibaca dalam
satuan °Brix. Kandungan asam total tertitrasi (mg 100 g-1 bahan), pengukuran
dilakukan dengan cara titrasi yaitu menghancurkan buah tomat dengan
menggunakan blender. Sebanyak 25 g hancuran tomat disaring dengan kain dan
filtratnya dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan diberi aquades hingga
tanda tera lalu dikocok dan disaring. Hasil saringan dipipet sebanyak 25 ml dan
ditetesi indikator phenolphtalein sebanyak dua tetes. Setelah itu filtrat dititrasi
dengan larutan NaOH 0.1 N sampai terjadi perubahan warna menjadi merah
muda. Kandungan total asam dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
Total Asam (mg 100 g-1 bahan) =

(

Analisis Data
Data hasil percobaan dianalisis dengan sidik ragam (Uji F), untuk
mengetahui pengaruh naungan dan varietas tomat serta interaksi terhadap
produksi dan kualitas buah tomat. Hasil analisis ragam yang menunjukkan

6
bahwa perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap peubah yang diamati,
dilakukan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum
Data cuaca bulanan selama pertumbuhan disajikan pada Tabel 2. Suhu
rata-rata bulanan adalah 26.2 °C, dengan kisaran suhu 25.8 °C-26.4 °C. Menurut
Thompson dan Kelly (1957) suhu untuk pertumbuhan tanaman tomat yaitu
24 °C-28 °C. Jika suhu lebih rendah pertumbuhan dan perkembangan buah dan
bunganya menjadi kurang sempurna, sedangkan suhu terlalu tinggi
menyebabkan rontoknya bunga. Curah hujan rata-rata bulanan sebesar 328 mm,
dengan curah hujan tertinggi 406 mm pada bulan Februari dan terendah 216 mm
pada bulan April.
Tabel 2 Rata-rata suhu dan curah hujan selama penelitian
Bulan
Februari
Maret
April
Mei
Rata-rata

Suhu (°C)

Curah hujan (mm)

25.8
26.2
26.4
26.2
26.2

406
290
216
399
328

Sumber: Stasiun BMKG Darmaga Bogor, tahun 2013

Kondisi cuaca mendukung perkembangbiakan dan terjadinya serangan
hama dan penyakit terhadap tanaman tomat. Hama yang menyerang tanaman
tomat selama penelitian diantaranya yaitu kepik hijau (Nezara viridula),
belalang (Oxya chinensis), ulat jengkal (Chrisodeixis chalcites), dan kutu putih
(Bemisia tabaci). Penyakit yang menyerang yaitu penyakit keriting kuning daun
dan busuk buah. Serangan hama dan penyakit menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan tomat, menurunnya hasil, dan mengurangi kualitas buah. Serangan
lebih banyak terjadi pada perlakuan tanpa naungan dan naungan 25%, diduga
karena kondisi lahan yang terbuka sehingga hama dan penyakit mudah
berpindah.
Hasil yang diperoleh dari pengamatan intensitas cahaya menunjukkan ratarata intensitas cahaya tertinggi diperoleh pada siang hari di kondisi cerah
dibandingkan kondisi mendung (Tabel 3). Hal ini karena pada kondisi mendung
cahaya terhalang oleh awan. Rata-rata intensitas cahaya yang masuk pada
kondisi terbuka, naungan 25%, 50%, dan 75% secara berurutan yaitu 1014.78
lux, 711.67 lux, 459.22 lux, dan 313.67 lux. Bila berdasarkan intensitas cahaya
relatif terhadap kontrol, cahaya yang masuk di naungan 25%, 50%, dan 75%
berturut-turut adalah 70.13%, 45.25%, dan 30.91%.

7
Tabel 3 Rata-rata intensitas cahaya (lux) berbagai tingkat naungan
Naungan
Waktu
0%
25%
50%
75%
Kondisi cerah:
Pagi
1 744.67
1 067.67
636.00
456.33
Siang
1 436.67
1 342.00
1 050.67
620.00
Sore
1 640.00
1 055.33
598.00
432.33
Kondisi mendung:
Pagi
462.00
424.67
230.00
207.33
Siang
633.67
278.00
182.67
114.67
Sore
171.67
102.33
58.00
51.33
Rekapitulasi hasil sidik ragam seluruh peubah dapat dilihat pada Tabel 4.
Naungan berpengaruh nyata terhadap seluruh peubah yang diamati kecuali tinggi,
warna dan kekerasan buah. Varietas berpengaruh nyata terhadap seluruh peubah
kecuali peubah padatan terlarut total (PTT). Hal ini menunjukkan varietasvarietas diuji berbeda nyata pada sebagian besar peubah yang diamati.
Tabel 4 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh naungan, varietas, dan interaksi
terhadap seluruh peubah
Peubah
Tinggi (cm)
Jumlah daun (helai)
Umur berbunga (HST)
Jumlah bunga
Persentase buah (%)
Produksi total (g)z)
Bobot per buah (g)
Diameter (mm)
Warna
Kekerasan buah (mm 50 g-1 5 s-1)
PTT (°Brix)
TAT (mg 100 g-1 bahan)

Naungan
tn
**
**
**
**
**
**
**
tn
tn
**
**

Varietas
**
**
**
**
**
*
**
**
*
**
tn
**

Interaksi
*
**
**
tn
tn
tn
tn
*
tn
tn
**
tn

KK (%)
10.05
7.00
5.64
30.55
31.48
12.55
38.84
22.51
25.26
29.58
22.77
39.43

a

** = berpengaruh nyata pada taraf 1%; * = berpengaruh nyata pada taraf 5%; tn = tidak
berpengaruh nyata; z) = pengujian dilakukan dengan uji transformasi log ; KK = koefisien
keragaman

Pertumbuhan Tanaman
Tinggi Tanaman
Interaksi naungan dan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman
(Tabel 4). Varietas tomat yang diuji menunjukkan respon yang berbeda terhadap
perlakuan intensitas cahaya. Secara umum intensitas cahaya tidak nyata
berpengaruh terhadap tinggi tanaman tomat, kecuali untuk varietas Intan. Ratarata tinggi tanaman varietas Intan pada naungan 75% yaitu 22.80 cm, lebih
rendah dan berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol yaitu 32.58 cm dan
tingkat naungan lainnya (Tabel 5).

8
Naungan mempengaruhi proses fotosintesis karena terhambatnya
penyerapan cahaya. Hal itu menyebabkan tanaman memanjangkan batang untuk
memaksimalkan cahaya yang diterima sehingga laju fotosintesis dapat
dipertahankan. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa pemanjangan sel
terjadi karena produksi auksin pada pucuk meningkat dan ditranslokasikan
secara basipetal yang akan merangsang pemanjangan sel tanaman. Menurut
Moelyohadi (1999) perbedaan tinggi antar varietas yang diuji terjadi karena sifat
genetis yang dimiliki masing-masing varietas.
Tabel 5 Pengaruh interaksi varietas dan tingkat naungan terhadap tinggi dan
jumlah daun tanaman tomat
Tingkat naungan
Perlakuan
0%
25%
50%
75%
a
Tinggi (cm)
Intan
32.58bA
30.26 abA
33.51abA
22.80cB
Rempai
34.32abA
34.44aA
37.28aA
34.67aA
Montero
30.74bA
28.52bAB
28.58bcAB
26.33bcB
Fatma
38.09aA
33.59aAB
25.26cB
31.03abAB
Ratna
33.90abA
33.22aAB
35.44abA
27.88abcB
Palupi
35.98abA
30.81abAB
32.64abAB
27.05bcB
Jumlah daun (helai)a
Intan
10.00bA
9.33abA
9.67aA
7.00bB
Rempai
11.33aA
10.33aAB
9.67aB
11.33aA
Montero
8.67cB
8.33bcB
10.33aA
6.67bC
Fatma
9.00bcA
7.00dB
6.67cB
7.00bB
Ratna
8.33cA
8.00cdA
8.00bA
7.00bA
Palupi
10.00bA
8.67bcAB
9.67aA
7.67bB
a

Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)
Angka-angka yang diikuti huruf besar yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)

Jumlah Daun
Pada parameter jumlah daun, enam varietas tanaman tomat juga
menunjukkan respon yang berbeda terhadap perlakuan intensitas cahaya. Ratarata jumlah daun varietas Intan pada naungan 75% yaitu 7.00 helai, lebih rendah
dan berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol yaitu 10.00 helai dan tingkat
naungan lainnya. Pola respon yang berbeda ditunjukkan oleh varietas Fatma
(Tabel 5). Rata-rata jumlah daun tanaman varietas Fatma yang ditanam di bawah
naungan (25%, 50%, 75% berurutan yaitu 7.00 helai, 6.67 helai, 7.00 helai)
secara nyata lebih rendah dibandingkan kontrol (9.33 helai). Secara umum, ratarata jumlah daun semakin rendah dengan meningkatnya tingkat naungan, namun
respon berbeda ditunjukkan pada varietas Montero. Rata-rata jumlah daun
varietas Montero naungan 25% (8.33 helai) tidak berbeda nyata dengan kontrol
(8.67 helai), sedangkan pada naungan 50% (10.33 helai) lebih tinggi dan
berbeda nyata dengan kontrol.
Rendahnya jumlah daun pada tingkat naungan yang tinggi, disebabkan
rendahnya penyerapan cahaya matahari untuk energi yang dibutuhkan oleh
tanaman. Hal itu sesuai dengan Kurniawati et al. (2005) menyatakan bahwa

9
berkurangnya energi cahaya matahari di bawah naungan menyebabkan
rendahnya produksi fotosintat untuk pembentukan daun. Fahmi (2003)
menambahkan bahwa semakin meningkatnya naungan menyebabkan daun lebih
cepat tua dan gugur, sehingga daun tidak menyumbang fotosintat untuk
pertumbuhan.
Umur Berbunga
Secara umum intensitas cahaya rendah menyebabkan tanaman tomat lebih
lambat berbunga (Tabel 6). Meskipun demikian pola respon tanaman terhadap
cahaya naungan berbeda antar varietas. Pada varietas Ratna semakin rendah
intensitas cahaya maka semakin lambat umur berbunga. Rata-rata umur
berbunga tanaman kontrol lebih cepat yaitu 28.33 HST, sedangkan untuk
naungan 25%, 50%, 75% secara berurutan 31.67 HST, 36.67 HST, dan 41.67
HST berbeda nyata satu dengan lainnya. Pola yang sama juga ditunjukkan oleh
varietas Intan. Pola respon yang berbeda dengan kedua varietas tersebut
ditunjukkan oleh varietas Montero. Rata-rata umur berbunga varietas Montero
pada naungan 25% (28.33 HST) tidak berbeda nyata dengan kontrol, sedangkan
yang ditanam di bawah naungan 50% (34.67 HST) dan 75% (39 HST) lebih
lambat dan berbeda nyata dengan kontrol.
Perbedaan kecepatan berbunga diduga karena perbedaan cahaya yang
diterima tanaman dan umur genetik dari setiap varietas. Menurut Fahmi (2003)
kualitas radiasi surya pada tingkat naungan yang lebih tinggi tidak sesuai untuk
induksi pembungaan sehingga munculnya bunga pada tanaman di bawah
naungan lebih lama. Hal ini berkaitan dengan adanya fitokrom pada tanaman
yang merupakan pigmen yang tanggap terhadap pembungaan.
Tabel 6 Pengaruh interaksi varietas dan tingkat naungan terhadap umur berbunga
tanaman tomat
Tingkat naungan
Perlakuan
0%
25%
50%
75%
------------------------------------(HST)a-----------------------------------Intan
25.00bC
28.67abB
21.67cdA
32.00cdA
Rempai
23.67bB
26.67bA
28.33dA
28.67dA
Montero
28.00aB
28.33abB
34.67bcA
39.00abA
Fatma
28.00aC
31.67aBC
38.33aA
35.00bcAB
Ratna
28.33aD
31.67aC
36.67abB
41.67aA
Palupi
27.33aC
30.67aBC
33.00cB
38.33abA
a

Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)
Angka-angka yang diikuti huruf besar yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)

Komponen Produksi dan Produksi
Jumlah Bunga dan Jumlah buah
Perlakuan naungan secara nyata menurunkan jumlah bunga (Tabel 7).
Rata-rata jumlah bunga pada naungan 25%, 50%, dan 75% berturut-turut 31.83,

10
28.00, dan 24.69, berbeda nyata dengan kontrol (39.22). Rata-rata jumlah buah
yang ditanam di bawah naungan 25% (13.56 buah) tidak berbeda nyata dengan
kontrol, sedangkan naungan 50% (9.58 buah) dan 75% (8.19 buah) lebih rendah
dan berbeda nyata dengan kontrol. Varietas tomat yang menghasilkan jumlah
bunga terbanyak dan berbeda nyata dengan yang lainnya ditunjukkan oleh
varietas Rempai (48.42), sedangkan terendah pada varietas Fatma (21.71).
Varietas Rempai juga merupakan varietas yang menghasilkan jumlah buah
terbanyak yaitu 24.13 buah.
Tabel 7 Pengaruh varietas dan naungan terhadap jumlah bunga, jumlah buah,
bobot per buah, produksi dan produksi relatif tanaman tomat
Jumlah
Jumlah
Bobot per
Produksi
Produksi
Perlakuan
bunga
buah
buah (g)
(g) z)
relatif (%)
Tingkat Naungan
0%
39.22a
17.11a
17.92b
210.41ab
100.00
25%
31.83b
13.56a
26.74a
262.23a
124.63
50%
28.00bc
9.58b
27.27a
181.40bc
86.21
75%
24.69c
8.19b
20.11b
115.02c
54.66
Varietas
Intan
28.50bc
8.82c
26.79ab
199.89abc
Rempai
48.42a
24.13a
7.89d
149.41bc
Montero
31.46b
10.92ab
34.14a
260.33a
Fatma
21.71c
10.00bc
25.80b
225.72ab
Ratna
30.17bc
9.21c
26.63ab
205.18abc
Palupi
25.38bc
9.77bc
16.83c
113.05c
a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf
uji 5% (uji selang berganda Duncan); z) = pengujian dilakukan dengan uji transformasi log

Penghitungan jumlah bunga dilakukan untuk mengetahui kemampuan
tanaman menghasilkan buah. Semakin banyak jumlah bunga terbentuk akan
memungkinkan jumlah buah yang banyak. Sedikitnya bunga dan buah yang
dihasilkan semakin bertambahnya tingkat naungan, karena banyaknya jumlah
bunga yang rontok dan gagal menjadi buah. Hal tersebut terjadi karena
meningkatnya suhu udara di bawah naungan akibat tertahannya radiasi
gelombang panjang dari permukaan tanah sehingga terakumulasi dan adanya
penyakit pada tanaman. Hasil tersebut sesuai penelitian Gent (2007) menyatakan
bahwa meningkatnya suhu pada naungan di atas 40% dapat menurunkan jumlah
bunga tanaman tomat.
Produksi dan Bobot Buah
Perlakuan naungan dan varietas berpengaruh nyata terhadap produksi dan
bobot per buah tomat. Perlakuan naungan 25% memberikan hasil tertinggi
sebesar 262.23 g dan tidak berbeda nyata dengan kontrol (Tabel 7). Berdasarkan
produksi relatif, naungan 25% dapat meningkatkan produksi 24.63%, sedangkan
naungan 50% dan 75% menurunkan produksi masing-masing 13.79% dan
45.34%. Fakta ini menunjukkan bahwa varietas tomat yang diuji merupakan
tanaman yang menyukai naungan ringan dan potensial untuk dikembangkan
dalam sistem agroforestri atau tumpang sari. Tanaman tomat yang ditanam di

11
bawah naungan 25% (26.74 g) dan 50% (27.27 g) menghasilkan bobot per buah
lebih besar dan berbeda nyata dibanding kontrol (17.92 g). Menurut penelitian
Wahyuningrum (2009) pemberian naungan berpengaruh nyata terhadap
peningkatan bobot per buah. Peningkatan terjadi karena dengan pemberian
naungan diameter buah menjadi lebih besar dan kulit buah lebih tebal.
Varietas Montero adalah varietas yang memiliki bobot per buah (34.14 g)
dan produksi (260.33 g) terbesar diantara varietas tomat yang diuji. Hasil
tersebut lebih rendah dibanding deskripsi varietas Montero termasuk tipe
indeterminate yang berpotensi produksi tinggi (Lampiran 2). Hal ini karena
varietas Montero merupakan varietas dataran menengah/dataran tinggi, namun
pada penelitian ditanam pada dataran rendah. Tanaman demikian memiliki
kendala dalam inisiasi pembungaan yang membutuhkan suhu rendah sedangkan
dataran rendah memiliki suhu yang tinggi, akibatnya jumlah buah yang
dihasilkan rendah. Varietas Rempai meskipun memiliki jumlah bunga dan
jumlah buah terbanyak tidak dapat menghasilkan produksi yang tinggi. Hal ini
karena varietas Rempai memiliki bobot per buah (7.89 g) dan berbeda nyata
dibandingkan varietas lainnya.

Kualitas Buah
Diameter Buah
Pada parameter diameter buah, varietas tanaman menunjukkan respon
yang berbeda terhadap intensitas cahaya. Secara umum sebagian besar varietas
tanaman tomat (varietas Intan, Montero, Fatma dan Ratna) memiliki diameter
buah terbesar pada naungan 25% (Tabel 8). Diameter buah terbesar pada varietas
Rempai diperoleh pada kondisi terbuka (tanpa naungan) sebesar 25.40 mm,
sedangkan untuk varietas Palupi diameter buah terbesar diperoleh dari tanaman
di bawah naungan 50% (30.18 mm). Menurut penelitian Haque (2009) diameter
buah mentimun meningkat pada tingkat 75% PAR (Photosynthetically Active
Radiation), tetapi turun kembali pada tingkat 50% dan 25% PAR walaupun
penurunan itu tidak nyata.
Tabel 8 Pengaruh interaksi varietas dan tingkat naungan terhadap diameter buah
tomat
Naungan
Perlakuan
0%
25%
50%
75%
-------------------------------------(mm)a------------------------------------Intan
39.63aA
43.15aA
40.90aA
24.39bcB
Rempai
25.40cA
21.95dB
24.25aAB
22.95bcAB
Montero 37.24abAB
40.33abA
37.43aAB
35.40aB
Fatma
32.83bA
39.21abA
26.93aA
32.46abA
Ratna
34.80abA
35.18bA
26.64aA
30.20abcA
Palupi
24.87cBC
29.40cAB
30.18aA
21.05cC
a

Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)
Angka-angka yang diikuti huruf besar yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)

12
Total Padatan Terlarut Buah
Pengukuran nilai PTT buah dapat digunakan untuk mengukur kadar gula
dalam buah, karena gula merupakan komponen utama dari bahan terlarut yang
menentukan rasa dan aroma buah (Kader 1985). Secara umum nilai PTT
tertinggi diperoleh dari tanaman dalam kondisi terbuka (tanpa naungan), terjadi
penurunan di berbagai tingkat intensitas cahaya yang berbeda antar varietas.
Pada varietas Rempai, naungan 50% secara nyata menurunkan nilai PTT
(3.76 °Brix) dibandingkan dengan kontrol dan naungan 25% (5.82 °Brix dan
5.18 °Brix). Berbeda dengan varietas Palupi, naungan 25% secara nyata
menurunkan nilai PTT (Tabel 9). Rata-rata nilai PTT varietas Palupi pada
tanaman kontrol lebih tinggi yaitu 9.64 °Brix, sedangkan untuk naungan 25%,
50%, 75% secara berurutan 5.35 °Brix, 6.34 °Brix, dan 3.95 °Brix berbeda nyata
satu dengan lainnya.
Nilai PTT semakin menurun dengan bertambahnya tingkat naungan. Hal
ini diduga karena cahaya merupakan sumber energi untuk fotosintesis yang
menghasilkan fotosintat sehingga dapat meningkatkan padatan total terlarut buah.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Callejón-Ferre et al. (2009) menyatakan
bahwa kandungan total terlarut buah tomat berkurang dengan naungan yang
meningkat, perbedaan signifikan terlihat pada naungan 60% yang menurun dari
batas minimum naungan 50%.
Tabel 9 Pengaruh interaksi varietas dan tingkat naungan terhadap total padatan
terlarut buah tomat
Tingkat naungan
Perlakuan
0%
25%
50%
75%
------------------------------------(°Brix)a---------------------------------Intan
5.49bA
5.11abA
4.51bcA
4.27aA
Rempai
5.82bA
5.18abA
3.76cC
4.44aB
Montero 6.57bA
4.82abA
4.64bcA
3.88aA
Fatma
6.86bA
3.72bB
5.19abAB
4.60aB
Ratna
5.80bA
5.46aA
3.78cB
4.32aAB
Palupi
9.64aA
5.35abC
6.34aB
3.95aD
a

Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)
Angka-angka yang diikuti huruf besar yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)

Warna, Kekerasan Buah, dan Total Asam Tertitrasi Buah
Nilai kekerasan buah meningkat seiring bertambahnya tingkat kematangan
dan perubahan warna buah. Kekerasan buah tertinggi terdapat pada perlakuan
tanpa naungan, dan menurun dengan bertambahnya tingkat naungan. Hal ini
menunjukkan cahaya yang tinggi pada tanaman kontrol dapat mempercepat
pematangan buah dan menjadikan buah berwarna merah serta lunak. Varietas
Rempai menunjukkan warna buah yang lebih merah dan berbeda nyata dengan
varietas lainnya (Tabel 10). Varietas ini juga memiliki tingkat kekerasan buah
yang paling tinggi (71.44 mm 50 g-1 5 s-1) dibandingkan dengan varietas lain
yang memiliki tingkat kekerasan berkisar antara 41.22 mm 50 g-1 5 s-1 - 61.99
mm 50 g-1 5 s-1.

13
Yue et al. 2008 menyatakan bahwa keasaman tertitrasi berkorelasi negatif
dengan intensitas cahaya relatif. Artinya kandungan asam buah meningkat
seiring menurunnya intensitas cahaya. Penelitian tersebut berbeda dengan hasil
yang diperoleh. Perlakuan tanpa naungan menunjukkan kandungan asam
tertinggi (307.69 mg 100 g-1), namun pada naungan 75% kandungan asam
terendah (208.17 mg 100 g-1). Hal ini diduga karena pengaruh suhu tinggi pada
naungan 75%. Menurut Lubis (2004) penurunan kandungan asam tertitrasi buah
tomat terjadi seiring dengan meningkatnya suhu. Varietas Rempai memiliki ratarata TAT yang terendah yaitu 131.68 mg 100 g-1 lebih rendah dan berbeda nyata
dengan varietas Montero (330.95 mm 50 g-1 5 s-1), Fatma (306.21 mm 50 g-1
5 s-1), Ratna (323.27 mm 50 g-1 5 s-1), dan Palupi (232.68 mm 50 g-1 5 s-1).
Tabel 10 Pengaruh naungan dan varietas tomat terhadap warna, kekerasan buah,
dan total asam tertitrasi buah tomat
Kekerasan buah
Perlakuan
Warna
TAT (mg 100 g-1)
(mm 50 g-1 5 s-1)
Tingkat Naungan
0%
4.20a
60.98a
307.69a
25%
4.78a
56.61ab
210.12b
50%
4.39a
55.67ab
273.07ab
75%
4.39a
48.90b
208.17b
Varietas
Intan
Rempai
Montero
Fatma
Ratna
Palupi

4.19b
5.53a
4.37b
4.17b
4.09b
4.30b

53.05bc
71.44a
61.99ab
41.22c
48.61bc
56.93b

173.79cd
131.68d
330.95a
306.21ab
323.27a
232.68bc

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
tarif uji 5% (uji selang berganda Duncan)

SIMPULAN

Simpulan
Enam varietas tomat yang diuji menunjukkan respon pertumbuhan
(tinggi tanaman, jumlah daun, dan umur berbunga) yang berbeda terhadap
perlakuan intensitas cahaya. Tanaman tomat yang ditanam di bawah naungan
menghasilkan komponen produksi dan produksi yang lebih rendah kecuali pada
naungan ringan 25%. Berdasarkan perbandingan relatif dengan kontrol, naungan
ringan dapat meningkatkan produksi tomat sehingga tanaman ini dapat
dikelompokkan sebagai tanaman yang menyukai cahaya rendah dam potensial
dikembangkan untuk penyusun sistem agroforestri atau tumpang sari. Naungan
tidak mempengaruhi warna buah, tetapi naungan menurunkan kekerasan buah,
kandungan PTT, dan nilai TAT buah tomat.

14

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2005. Land Utilization by Provinces in Indonesia
[Internet].
[diunduh
2012
Desember
06].
Tersedia
pada:
http://www.bps.go.id.
. 2012. [Internet]. Data Lima Tahun Subsektor
Hortikultura. [diunduh 2013 November 29]. Tersedia pada:
http://www.bps.go.id.
Bahrun AH. 2012. Kajian ekofisiologi tanaman semusim penyusun agroforestri
pada beberapa zona agroklimat di DAS Ciliwung Hulu [disertasi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Callejón-Ferre AJ, Manzano-Agugliaro F, Díaz-Pérez M, Carreño-Ortega A,
Pérez-Alonso J. 2009. Effect of shading with aluminised screens on fruit
production and quality in tomato (Solanum lycopersicum L.) under
greenhouse conditions. Spanish Journal of Agricultural Research 7(1):4149
Fahmi ZI. 2003. Studi karakteristik iklim dan pengaruhnya terhadap
pertumbuhan, produksi, dan daya adaptasi genotype-genotipe kedelai
(glycine max (L.) Merr.) pada empat tingkat naungan buatan [skripsi].
Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.
Gent MPN. 2007. Effect of degree and duration of shade on quality of
greenhouse tomato. Hort Sci. 42(3):514–520.
Haque AA, Hasanuzzaman M, Rahman ML. 2009. Morpho-physiologi and yield
of cucumber (Cucumis sativa) under varying light intensity. Acad J Plant
Sci. 2(3):154-157.
Hartati S. 2000. Penampilan genotip tanaman tomat (Lycopersicum esculentum
Mill.) hasil mutasi buatan pada kondisi stress air dan kondisi optimal.
Agrosains 2(2):35-42.
Kader AA. 1992. Postharvest Biology and Technology. California (US):
Postharvest Technology of Horticultural Crops
Kurniawati A, Darusman LK, Rachmawaty RY. 2005. Pertumbuhan, produksi,
dan kandungan triterpenoid dua jenis pegagan (Cantella asiatica L.
(Urban)) sebagai bahan obat pada berbagai naungan. Bul Agron. 33(3):6267.
Kusumawardhani A, Widodo WD. 2003. Pemanfaatan pupuk majemuk sebagai
sumber hara budidaya tomat secara hidroponik. Bul Agron. 21(1):15-20
Lubis R. 2004. Perubahan iklim mikro dan kualitas buah tanaman tomat yang
ditanam secara vertikultur dengan jenis tanaman yang berbeda [tesis].
Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.
Moelyohadi Y. 1999. Pengaruh naungan terhadap intersepsi dan efisiensi
penggunaan radiasi surya pada tanaman padi gogo [tesis]. Bogor [ID]:
Institut Pertanian Bogor.
Pranoto H. 2011. Kajian agroekologi sistem agroforestri di Daerah Aliran
Sungai Cianjur [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Salisbury FB, Ross CW. 1995. Plant Physiology. 4th Edition. California (US):
Wadsworth Pub.

15
Setijorini LE. 2000. Aplikasi poliamin prapanen untuk mempertahankan kualitas
buah tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) setelah panen [tesis]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Susanto S, Suwarni, Murniati N. 2005. Pemanfaatan serasah daun bambu
sebagai media budidaya tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) dengan
sistem hidroponik. Bul Agron. 33(1):33-37.
Thompson HC, Kelly WC. 1957. Vegetable Crops. New York (US): Mc GrawHill.
Wahyuningrum E. 2009. Toleransi 18 genotipe cabai terhadap intensitas cahaya
rendah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Yue Y, Wei Q, Zhang J, Wang X, Liu-jun, Zhang Q. 2008. Relationships
between distribution of relative light intensity and fruit quality for trellisi ed ‘ w ku
e’. Acta Hort Sinica. 35:625-630.

16
Lampiran 1 Denah penelitian

U
N1

N3
U3

U2
U1

N0

N2

V1

V3

V5

V3

V5

V6

V5

V6

V4

V6

V4

V2

V6

V4

V2

V4

V2

V1

V2

V1

V3

V1

V3

V5

V3

V5

V1

V5

V1

V2

V1

V2

V6

V2

V6

V4

V2

V6

V4

V6

V4

V3

V4

V3

V5

V3

V5

V1

V5

V1

V3

V1

V3

V4

V3

V4

V2

V4

V2

V6

V4

V2

V6

V2

V6

V5

V6

V5

V1

V5

V1

V3

Keterangan:
N0 = Intensitas naungan 0%
N1 = Intensitas naungan 25%
N2 = Intensitas naungan 50%
N3 = Intensitas naungan 75%

V1 = Varietas Intan
V2 = Varietas Rempai
V3 = Varietas Montero
V4 = Varietas Fatma
V5 = Varietas Ratna
V6 = Varietas Palupi

U1 = Ulangan 1
U2 = Ulangan 2
U3 = Ulangan 3

17
Lampiran 2 Deskripsi varietas Intan, Rempai, Montero, dan Ratna
Varietas Intan
-

Umur berbunga
Umur berbuah
Umur Panen
Tinggi tanaman berbunga
Bentuk tanaman
Bentuk Penampang
Warna batang
Bentuk daun
Warna daun
Warna helai bunga
Warna benang sari
Warna putik
Jumlah tandan bunga
Jumlah bunga per tandan
Warna buah muda
Warna buah tua
Jumlah buah per pohon
Bobot per buah
Potensi hasil
Tahan terhadap penyakit
solanacearum)
- Rentan terhadap penyakit
- Sesuai untuk

: 55-60 HSS
: 70-80 HSS
: 130-140 HSS
: 46-70 cm
: Determinate
: Bulat
: Hijau muda
: Lebar dengan ujung meruncing
: Hijau terang
: Kuning
: Putih
: Putih
: 14-20 buah
: 4-5 buah
: Hijau muda
: Jingga sampai merah
: 30-45 buah
: 35-50 g
: 5-24 ton ha-1
: Layu bakteri (Pseudomonas
: Busuk daun (Phytophthora infestans)
: Dataran rendah/tinggi

Varietas Rempai
-

Umur berbunga
Umur berbuah
Umur Panen
Tinggi tanaman berbunga
Bentuk tanaman
Bentuk Penampang
Warna batang
Bentuk daun
Warna daun
Warna helai bunga
Warna benang sari
Warna putik
Jumlah tandan bunga
Jumlah bunga per tandan
Warna buah muda
Warna buah tua
Jumlah buah per pohon
Bobot per buah
Potensi hasil

: 22-23 HST
: 56-57 HST
: 80-90 HST
: 60-65 cm
: Determinate
: Bulat
: Hijau
: Menjari
: Hijau terang
: Kuning
: Kuning
: Kuning bening
: 20-21 buah
: 6-8 buah
: Putih kehijauan
: Merah
: 86-94 buah
: 12.5-13 g
: 18-23 ton ha-1

18
- Rentan terhadap penyakit
- Sesuai untuk

: Busuk daun (Phytophthora infestans)
: Dataran rendah/tinggi

Varietas Montero
-

Umur panen
Bentuk tanaman
Diameter buah
Bobot per buah
Potensi hasil
Tahan terhadap penyakit
Sesuai

: 100 HSS
: Indeterminate
: 5-6 cm
: 110 – 130 g
: 70 – 85 ton ha-1
: Phythopthora dan Alternaria
: Dataran menengah/tinggi

Varietas Ratna
-

Umur berbunga
Umur berbuah
Umur panen
Tinggi tanaman berbunga
Bentuk tanaman
Warna batang
Bentuk daun
Warna daun
Warna helai bunga
Warna benang sari
Warna putik
Jumlah tandan bunga
Jumlah bunga per tandan
Warna buah muda
Warna buah tua
Jumlah buah per pohon
Bobot per buah
Potensi hasil
Tahan terhadap penyakit
solanacearum)
- Rentan terhadap penyakit
- Sesuai untuk

: 55-65 HSS
: 70-80 HSS
: 130-140 HSS
: 60-80 cm
: Determinate
: Hijau tua
: Lebar dengan ujung meruncing
: Hijau tua
: Kuning
: Kuning
: Putih
: 10-22 buah
: 4-9 buah
: Putih polos
: Jingga sampai merah
: 54 buah
: 43.5-44.5 g
: 5-20 ton ha-1
: Layu bakteri (Pseudomonas
: Busuk daun (Phytophthora infestans)
: Dataran rendah/tinggi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 25 Mei 1991 dari ayah Achmad
Sanusi (alm) dan ibu Ela Nurlaelawati. Penulis adalah putra pertama dari dua
bersaudara.Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 5 Bogor dan pada tahun
yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui
jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Dasardasar Agronomi pada tahun ajaran 2012/2013, asisten praktikum Ilmu Tanaman
Pangan tahun ajaran 2012/2013, asisten praktikum Dasar-dasar Hortikultura
tahun ajaran 2012/2013, asisten praktikum Pembiakan Tanaman tahun ajaran
2012/2013, dan asisten praktikum Pasca Panen tahun ajaran 2013/2014. Penulis
juga pernah aktif sebagai staf Internal Himpunan Mahasiswa Agronomi dan
Hortikultura.