Data hasil percobaan kacang bogor Data hasil percobaan kacang

kehomogenan ragam tidak terpenuhi dengan χ 2 hitung = 23.68 χ 2 α = 0.01 = 20.09 tetapi χ 2 hitung χ 2 α = 0.001 = 26.12 Lampiran 2. Berdasarkan pendapat Anderson McLean 1974, jika hasil pengujian diterima pada taraf α antara 0.001-0.01 maka terlebih dahulu dicoba untuk menemukan bentuk sebaran data. Jika ada alasan yang praktis untuk mentransformasi maka lakukan transformasi data tersebut. Plot galat e ij dengan rataan perlakuan i. membentuk suatu pita di sekitar garis nol jika tidak terdapat pencilan pada perlakuan 3 Gambar 2. Maka penyebab tidak terpenuhinya asumsi kehomogenan ragam adalah pengamatan yang sama dengan asumsi keaditifan model yang juga tidak terpenuhi. Gambar 2 Plot galat dengan rataan perlakuan pada data hasil percobaan kacang bogor. Jika perlakuan 3 dihilangkan maka asumsi kehomogenan ragam dapat terpenuhi. Berdasarkan uji Bartlett didapatkan nilai χ 2 hitung = 5.75 χ 2 α = 0.01 = 18.48 yang berarti kehomogenan ragam diterima Lampiran 4. Plot galat e ij dengan rataan perlakuan i. setelah perlakuan 3 dihilangkan dapat dilihat pada Gambar 3. Dari plot tersebut dapat dilihat bahwa galat berada di sekitar garis nol dengan lebar pita sama yang mengindikasikan ragam homogen. Gambar 3 Plot galat dengan rataan perlakuan tanpa perlakuan 3.

3. Asumsi kenormalan galat

a. Data hasil percobaan kacang bogor

Selain tidak terpenuhi asumsi keaditifan model dan kehomogenan ragam, ternyata asumsi kenormalan galat juga tidak dapat terpenuhi. Gambar 4 menunjukkan plot peluang normal dan boxplot yang terdapat pencilan sehingga membuat plot peluang normal tidak membentuk garis yang cenderung lurus. Gambar 4 Plot peluang normal dan boxplot data hasil percobaan kacang bogor. Uji kenormalan dengan melihat plot peluang normal atau dengan menggunakan uji formal, memberikan kesimpulan yang sama. Berdasarkan uji formal Shapiro-Wilk ditunjukkan dengan nilai-p α yang berarti kenormalan galat ditolak Lampiran 3. Penyebab dari tidak terpenuhi asumsi kenormalan galat juga merupakan pengamatan pada perlakuan yang sama yang membuat keaditifan model dan kehomogenan ragam juga tidak terpenuhi, yaitu pada perlakuan 3. Hasil dari uji Shapiro-Wilk setelah perlakuan 3 dihilangkan didapatkan nilai-p sebesar 0.1 dengan nilai-p α = 0.05 yang berarti kenormalan galat diterima Lampiran 5. Plot peluang normal membentuk garis yang cenderung lurus setelah perlakuan 3 dihilangkan dan boxplot tidak menunjukkan terdapat pencilan Gambar 5. Gambar 5 Plot peluang normal dan boxplot data hasil percobaan kacang bogor tanpa perlakuan 3.

b. Data hasil percobaan kacang

kedelai Data hasil percobaan kacang kedelai merupakan salah satu data yang tidak memenuhi asumsi kenormalan galat berdasarkan uji Shapiro-Wilk dengan nilai-p = 0.034 α = 0.05 Lampiran 3. Respon yang diamati adalah berat biji gram5tanaman. Namun secara visual dapat dilihat pada plot peluang normal terlihat sudah membentuk garis yang cenderung lurus meskipun masih terdapat beberapa nilai yang agak menjauhi garis kenormalan Gambar 6. Gambar 6 Plot peluang normal dan boxplot data hasil percobaan kacang kedelai. Hasil analisis ragam tanpa memperhatikan pemenuhan asumsi kenormalan galat dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Analisis ragam data hasil percobaan kacang kedelai SK DB JK KT F hitung Nilai-p Var 49 879.34 17.95 1.49 0.048 Kel 2 37.34 18.67 Galat 98 1179.81 12.04 Total 149 2096.49 Jika dilakukan transformasi Box-Cox, maka terlebih dahulu dipilih beberapa nilai p untuk mencari nilai Lp. Hasil Lp yang mencapai nilai kritis yang digunakan sebagai bentuk transformasi. Tabel 8 menunjukkan hasil Lp dengan beberapa nilai p. Tabel 8 Hasil Lp dengan beberapa nilai p data hasil percobaan kacang kedelai p Lp -2 -273.41413 -1.5 -228.87063 -1 -194.96509 -0.5 -172.05956 -0.25 -164.40624 -158.97884 0.25 -155.52208 0.5 -153.79224 1 -154.68519 1.5 -160.32357 2 -169.82323 Pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai p yang membuat Lp mencapai nilai kritis adalah diantara nilai p = 0.5 dan p = 1. Jika dibuat dalam bentuk grafik antara p dengan Lp dapat disajikan seperti yang terlihat pada Gambar 7. Gambar 7 Plot antara Lp dengan p data hasil percobaan kacang kedelai. Misalnya kita pilih p = 0.5 atau transformasi Y = x 0.5 - 10.5. Hasil plot peluang normal dan boxplot dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8 Plot peluang normal dan boxplot data hasil percobaan kacang kedelai untuk p = 0.5. Terlihat bahwa plot kenormalan masih belum membentuk garis yang cenderung lurus. Terdapat beberapa pencilan sehingga transformasi dengan p = 0.5 tidak dapat memperbaiki asumsi kenormalan galat. Berdasarkan uji Shapiro-Wilk didapatkan nilai-p = 0.015 α = 0.05 Lampiran 6. Jika dibandingkan antara data sebelum dan sesudah transformasi maka data sebelum transformasi menunjukkan kenormalan galat yang lebih baik dari sesudah transformasi. Hal ini disebabkan adanya beberapa pencilan yaitu pada perlakuan 17, 28, 42 kelompok 2 dan perlakuan 18, 41, 42 kelompok 3. Analisis ragam hasil transformasi dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Analisis ragam data hasil percobaan kacang kedelai hasil transformasi p = 0.5 SK DB JK KT F hitung Nilai-p Var 49 61.9247 1.2638 1.49 0.049 Kel 2 2.2685 1.1342 Galat 98 83.3988 0.8510 Total 149 147.5920 Jika perlakuan yang merupakan pencilan dihilangkan untuk setiap kelompok maka asumsi kenormalan galat dapat terpenuhi. Hal ini berdasarkan uji Shapiro-Wilk dengan nilai-p sebesar 0.1, nilai-p α = 0.05 yang berarti kenormalan galat diterima Lampiran 7. Plot peluang normal cenderung membentuk garis lurus dan boxplot tidak menunjukkan terdapat pencilan Gambar 9. Gambar 9 Plot peluang normal dan boxplot data hasil percobaan kacang kedelai tanpa pencilan.

c. Data hasil percobaan padi di