± 5.3b 36.7 ± 21.9a ± 3.5b ± 11.7b 51.3 ± 3.1b

Tabel 1 Kelimpahan populasi trips pada tanaman mawar dan krisan di Balai Tanaman Hias Kabupaten Cianjur jumlah trips30 bunga Jenis tanaman Waktu Pengamatan a 15032012 19032012 22032012 5042012 10042012 13042012 16042012 19042012 Mawar 96.3 ± 49.9a 100 ± 33.1a 95.3 ± 15.9a 129.0 ± 27.0a 111.7 ± 22.7a 119.67 ± 6.43a 144.3 ±37.3a 132 ± 40.7a Krisan 56.7 ± 13.3a 100.7 ± 20.5a 200.7 ± 39.7a 186.3 ± 21.6a 302.0 ± 16.5b 263.0 ± 41.9 b 190.0 ±62.6a 191.0 ± 40.6a P-Value 0.315 0.978 0.051 0.064 0.001 0.028 0.357 0.174 a Angka selajur yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5. Tabel 2 Tingkat infeksi cendawan Entomophthorales pada trips di tanaman mawar dan krisan di Balai Tanaman Hias Kabupaten Cianjur Jenis tanaman Waktu Pengamatan a 15032012 19032012 22032012 05042012 10042012 13042012 16042012 19042012 Mawar

5.4 ± 4.1a 5.3 ± 4.2a

14.5 ± 7.5a 21.3 ± 7.0a

11.3 ± 6.4a 48.7 ± 23.2a

64.0 ± 2.0a 60.0 ± 9.2a

Krisan 44.7 ± 11.4b

59.3 ± 11.7b 51.3 ± 3.1b

46.0 ± 5.3b 36.7 ± 21.9a

24.0 ± 10.0a 31.3 ± 5.03b

40.0 ± 3.5b

P-Value 0.006 0.002 0.001 0.008 0.127 0.166 0.000 0.024 a Angka selajur yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5. 32 33 Infeksi Cendawan Entomophtorales pada Trips di Tanaman Mawar dan Krisan Infeksi cendawan Entomophthorales ditemukan pada trips di tanaman ma- war dan krisan di Balithi. Berdasarkan hasil pengamatan, tingkat infeksi cenda- wan Entomophthorales pada trips berbeda nyata pada 6 pengamatan, yaitu pada pengamatan 15 Maret, 19 Maret, 22 Maret, 5 April, 16 April, dan 19 April. Ke- limpahan populasi trips berbeda nyata terjadi antara tanaman mawar dan krisan pada tanggal 10 April dan 13 April Tabel 1. Hal sebaliknya, tingkat infeksi cen- dawan Entomphthorales tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada tanggal tersebut Tabel 2. Rata-rata infeksi cendawan pada 10 April lebih rendah dibandingkan in- feksi pada pengamatan sebelumnya. Hujan deras sehari sebelum pengamatan di- duga mempengaruhi tingkat infeksi cendawan Entomophthorales pada trips di ta- naman mawar, namun belum dapat ditentukan faktor yang menyebabkan menu- runnya infeksi cendawan Entomophthorales pada trips di tanaman krisan pada tanggal tersebut. Menurut Steinkraus et al. 1995, curah hujan juga dapat mem- pengaruhi infeksi cendawan Entomophthorales. Hujan deras dapat menyebabkan tersapunya hama dan cendawan yang terdapat pada hama. Aplikasi insektisida di tanaman krisan pada 2 hari sebelum pengamatan ke-6 13 April, juga ber- pengaruh terhadap berkurangnya tingkat infeksi cendawan Entomophthorales. Stadia cendawan Entomophthorales yang banyak menginfeksi trips adalah hyphal bodies. Rata-rata trips pada tanaman mawar yang terinfeksi hyphal bodies selama 8 kali pengamatan yaitu, 24.06. Rata-rata hyphal bodies yang meng- infeksi trips pada tanaman krisan lebih tinggi daripada trips di mawar, yaitu 40.42. Pada Gambar 11a dan 11b terlihat proporsi fase cendawan yang meng- infeksi trips di tanaman mawar dan krisan. Proporsi fase cendawan Ento- mophthorales pada trips di kedua tanaman tersebut terlihat berfluktuasi. Persen- tase hyphal bodies tertinggi yang menginfeksi trips di tanaman mawar terjadi pada tanggal 16 April 2012 sebesar 60.67 dan terendah pada tanggal 19 Maret 2012 sebesar 3.33 Gambar 11a. Persentase hyphal bodies tertinggi pada trips di tanaman krisan, terjadi pada tanggal 19 Maret 2012 sebesar 58.67 dan terendah pada tanggal 13 April 2012 sebesar 24 Gambar 11b. 34 Persentase infeksi konidia sekunder yang menginfeksi trips lebih tinggi da- ripada infeksi konidia primer. Rata-rata konidia sekunder yang menginfeksi trips di bunga mawar lebih besar daripada konidia sekunder yang menginfeksi trips di bunga krisan. Hal tersebut terlihat pada gambar 11a, dimana persentase rata-rata kondia sekunder yang menginfeksi trips di bunga mawar sebesar 4.60, sedang- kan pada trips di bunga krisan sebesar 1.08. Persentase konidia sekunder pada trips di bunga mawar tertinggi terdapat pada tanggal 5 April 2012, yaitu sebesar 8.00 dan terendah pada tanggal 15 Maret 2012, dimana tidak ada konidia sekunder yang ditemukan menginfeksi sampel trips. Persentase konidia sekunder tertinggi pada trips di bunga krisan pada tanggal 5 April 2012, yaitu sebesar 2 dan terendah pada tanggal 13 April 2012, dimana tidak ada konidia sekunder yang menginfeksi trips pada tanaman krisan Gambar 11b. Konidia primer yang ditemukan pada trips di bunga mawar terdapat pada 4 pengamatan, yaitu pada 5 April, 10 April, 13 April, dan 19 April. Persentase in- feksi konidia primer pada trips di bunga mawar tertinggi, yaitu pada tanggal 13 April 2012 sebesar 3.33. Fase konidia primer yang ditemukan pada trips di bunga krisan hanya pada 3 pengamatan, yaitu pada 5 April, 10 April, dan 16 April. Persentase infeksi konidia primer pada 3 pengamatan tersebut sama, yaitu 0.67. Tingkat infeksi konidia sekunder dan konidia primer dari cendawan Ento- mophthorales sebelumnya juga telah dilaporkan Siagian 2012, tetapi dengan rata-rata persentase infeksi yang lebih rendah, yaitu kurang dari 2.8. 35 Gambar 11 Proporsi fase cendawan yang menginfeksi trips pada tanaman a mawar dan b krisan di Balai Penelitian Tanaman Hias Kabu- paten Cianjur 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 P ropor si fa se c enda wa n 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 P ropor si fa se c enda wa n Waktu Pengamatan Sehat Cendawan Saprofitik Spora Istirahat Hyphal bodies Konidia Sekunder Konidia Primer b a 36 Cendawan Entomophthorales pada Kutudaun Pengamatan preparat kutudaun untuk mengetahui infeksi cendawan Ento- mophthorales dilakukan pada 120 preparat 1200 kutudaun, dimana 60 preparat berasal dari kutudaun pada tanaman mawar dan 60 preparat lainnya merupakan kutudaun pada tanaman krisan. Cendawan yang diamati juga dibagi menjadi 6 kategori menurut klasifikasi yang dilaporkan Steinkraus et al. 1995, yaitu, secondary conidia konidia sekunder, hyphal bodies badan hifa, primary conidia konidia primer dan conidiophore, resting spore, dan kategori saprophytic fungi cendawan saprofit serta serangga sehat. Berdasarkan kategori tersebut, fase cendawan yang ditemukan pada kutudaun pada tanaman krisan dan mawar adalah konidia primer, konidiofor dan hyphal bodies. Cendawan Entomopatogen yang menginfeksi kutudaun, menurut Keller 2007 adalah cendawan ordo Entomophthorales. Cendawan tersebut secara spe- sifik menginfeksi arthropoda kecil, termasuk kutudaun. Berdasarkan kunci identi- fikasi Keller 2007, cendawan yang menginfeksi kutudaun tersebut diduga meru- pakan famili Entomophthoraceae, Subfamili Erynioideae. Kondia cendawan Ery- nioideae dibentuk pada konidiofor yang bercabang Gambar 12a. Konidiofor yang bercabang pada cendawan Entomophthoraceae yang menginfeksi kutudaun menjadi ciri khas genus Zoophthora dan genus Pandora Keller 2007. Konidia primer yang ditemukan pada kutudaun di tanaman mawar dan krisan berbentuk bulat telur Gambar 12b. Apabila dilihat dari ciri tersebut, koni- dia primer mengarah pada genus Pandora. Papila yang terdapat pada konidia pri- mer tidak terlihat jelas bentuknya, sehingga sulit dibedakan apakah cendawan ter- sebut lebih mengarah pada genus Zoophthora atau Pandora. Papila pada konidia primer Zoophthora berbentuk kerucut yang ditandai dengan adanya tonjolan dari hyphal bodies. Papila pada konidia primer Pandora lebih mulus dan terhubung dengan hyphal bodies. Hyphal bodies cendawan Erynioideae yang menginfeksi kutudaun ini berbentuk seperti hifa dan tidak beraturan irregular Gambar 12c. Konidia sekunder Erynioideae berbentuk menyerupai konidia primer atau berben- tuk bulat. 37 Gambar 12 Cendawan Entomophthorales yang menginfeksi kutudaun di tanaman mawar dan krisan: a konidiofor bercabang, b konidia primer, c hyphal bodies yang tidak beraturan Infeksi Cendawan Entomophtorales pada Kutudaun di Tanaman Mawar dan Krisan Pengamatan dan pengambilan sampel kutudaun di tanaman mawar dilaku- kan pada lahan mawar di KP Segunung dan pada kutudaun di tanaman krisan di- lakukan pada tanaman indukan di KP Segunung, tepat disamping lahan bunga kri- san. Pengambilan sampel kutudaun pada tanaman mawar dan krisan hanya dila- kukan seminggu sekali selama 4 kali pengamatan. Pada awalnya, hanya hama trips yang menjadi konsentrasi eksplorasi cendawan Entomophthorales pada pene- litian ini, tetapi saat pengamatan pertama trips di lapangan, hama kutudaun juga terlihat menyerang kedua jenis tanaman hias tersebut. Serangga inang dalam eksplorasi cendawan Entomophthorales akhirnya diperluas menjadi 2, yaitu trips dan kutudaun. Populasi kutudaun pada kedua jenis tanaman tidak dihitung, karena hanya ingin mencari informasi awal mengenai keberadaan cendawan Entomophthorales yang menginfeksi kutudaun pada tanaman hias. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil kutudaun yang terdapat dalam 3 blok tanaman sampel mini- mal 100 kutudaun per blok. Keberadaan kutudaun di lapangan ditemukan pada tanaman mawar pada pengamatan ke-1 22 Maret 2012 dan ke-2 29 Maret 2012, sedangkan kutudaun pada tanaman krisan ditemukan pada 4 minggu peng- amatan 22 Maert, 29 Maret, 5 April, dan 13 April. Sampel kutudaun yang a b c 38 dibuat preparat untuk dianalisis hanya sampel pengamatan ke-1 dan 2, karena kutudaun tidak ditemukan pada tanaman mawar saat pengamatan ke-3 dan 4. Hasil analisis data menunjukkan bahwa tingkat infeksi cendawan Ento- mophthorales pada kutudaun di kedua jenis tanaman berbeda nyata pada kedua pengamatan 22 April dan 29 April Tabel 3. Rata-rata infeksi cendawan Ento- mophthorales pada kutudaun di tanaman krisan lebih tinggi daripada infeksinya pada kutudaun di tanaman mawar pada 2 pengamatan tersebut. Hasil pengamatan pertama menunjukkan sampel kutudaun di tanaman krisan yang terinfeksi seba- nyak 64 , sedangkan di tanaman mawar hanya 10.3. Kutudaun di tanaman krisan yang terinfeksi pada pengamatan ke-2 menurun dibandingkan pengamatan pertama. Hal ini dapat disebabkan karena penggunaan pestisida dengan dosis yang lebih tinggi yang diaplikasikan 3 hari sebelum pengamatan ke-2 29 April. Steinkraus 2006 melaporkan bahwa penggunaan pestisida dapat mengu- rangi populasi kutu daun, demikian juga mempengaruhi penyebaran dan perkem- bangan epizootik. Fakta tersebut menunjukkan bahwa penggunaan pestisida sin- tetik dapat berpengaruh pada dinamika cendawan yang menginfeksi serangga. Proporsi fase cendawan Entomophthorales yang menginfeksi kutudaun pada ta- naman mawar Gambar 13a dan krisan Gambar 13b didominasi oleh hyphal bodies. Pada pengamatan 22 Maret, persentase hyphal bodies pada kutudaun di tanaman mawar sebanyak 10 dan pada 29 Maret meningkat menjadi 16.67. Infeksi konidia primer dan konidiofor hanya ditemukan pada pengamatan ke-2, yaitu sebanyak 0.33. Rata-rata tingkat infeksi cendawan Entomophthorales pada kutudaun di ta- naman krisan lebih tinggi daripada kutudaun di tanaman mawar. Hal ini terlihat pada ke-2 fase cendawan yang ditemukan menginfeksi kutudaun tersebut. Per- sentase hyphal bodies yang menginfeksi kutudaun di tanaman krisan pada peng- amatan 22 Maret sebesar 63.33, sedangkan pada pengamatan 29 Maret menurun menjadi 49.67. Persentase konidia primer dan konidiofor yang menginfeksi ku- tudaun di tanaman krisan pada pengamatan pertama sama dengan pengamatan kedua, yaitu 0.67. Konidia sekunder, resting spore, dan cendawan saprofitik ti- dak ditemukan menginfeksi kutudaun pada tanaman mawar, maupun tanaman kri- san. 39 Gambar 13 Proporsi fase cendawan yang menginfeksi kutudaun pada tanaman a mawar dan b krisan di Balai Penelitian Tanaman Hias Kabu- paten Cianjur 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 P ropor si fa se c enda wa n 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 22-Mar 29-Mar P ropor si fa se c enda wa n Waktu pengamatan Sehat Cendawan Saprofitik Spora Istirahat Hyphal bodies Konidia Sekunder Konidia Primer Konidiofor b a Tabel 3 Tingkat infeksi cendawan Entomophthorales pada kutudaun di tanaman mawar dan krisan di Balai Penelitian Tanaman Hias Kabupaten Cianjur Jenis tanaman Waktu Pengamatan a 22032012 29032012 Mawar

10.0 ± 1.7a 17.0 ± 3.6a