Bahasa Naskah Umur naskah Identitas Pengarang atau Penyalin

32 Teks ditulis ke arah lebarnya, yaitu ditulis sejajar dengan lebar lembaran naskah. c. Pengaturan ruang tulisan Ruang tulisan terbentuk secara bebas, teratur, dan tidak ada pembatas seperti garis yang mengatur ruang tulisan.\ 11. Bahan naskah Bahan naskah yang digunakan untuk menuliskan teks adalah kertas jenis folio tebal. Pada kertas tidak diketemukan cap air watermark sehingga tidak dapat diketahui pasti kapan tahun pembuatan kertas dan negara yang memproduksinya.

12. Bahasa Naskah

Bahasa yang digunakan sebagian besar bahasa Melayuhalaman 1-9 , namun mulai halaman 9 baris ke 10 sampai akhir teks menggunakan bahasa Arab.

13. Umur naskah

Umur naskah dapat diketahui secara pasti di dalam naskah Tarekat, yaitu tanggal 11 bulan Rabiulawal 1303 H atau tahun 1823 Masehi. Hal ini dapat dilihat dari kutipan: Sekarang ini aku membalas Kepada Usman tulus dan ikhlas Surat kutulis hari sebelas 33 Dengan kinayah beberapa kias h. 1 Seribu tiga masanya sana Di bulan Rabiulawal di akhirnya sempurna Duduk berpikir hambar yang hina Soal dan jawab tidak berguna h. 6 Tiga ratus tiga masanya hijrat Di waktu yang tersebut katamlah surat Di dalamnya beberapa kias ibarat Mudah-mudahan manfaat dunia akhirat h. 7

14. Identitas Pengarang atau Penyalin

Identitas penyalin atau pengarang dapat diketahui secara pasti. Dalam teks Tarekat interne evidentie yang menyebutkan tentang hal tersebut. Naskah Tarekat ini ditulis oleh Tuanku Nan Garang di negeri Padang. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut: Aku bernama tuanku nan garang Di negeri Padang ada karang Di tenga[h] padang kampungku terang Jawab suratku jangan se[m]barang h. 6 34 . 15. Ikhtisar Isi Teks Pendahuluan diawali dengan bacaan Basmalah dan bacaan Hamdalah. Tuanku Nan Garang di Negeri Padang menuliskan surat di hari ke sebelas bulan rabiulawl pada tahun 1303 H, surat ditujukan kepada Tuan Habib Usman bin Yahya yang terkenal sebagai salah satu ulama termasyhur. Usman melakukan perbuatan yang sia-sia. Bersama Syekh Nawawi bermufakat untuk mencela Syekh Ismail yang telah wafat dan membiarkan surat-surat di segala tempat. Usman dan Nawawi sebagai ulama Jawi yang patut dibangsakan ilmunya namun ia tidak mengetahui ilmu tersebut dimana harus diletak, suka mencela dan menjahat. Perilakunya hanyalah menuruti hawa nafsu setan dan tidak pantas mereka menjadi seorang mursyid guru Tarekat. Syekh Al Junaid dan Muhammad bin Idrus bermufakat tapi keduanya tidak mau menerimanya karena takut membusukkan ulama. Usman sebagai guru mursyid yang mempunyai murid-murid di dalam majelis mengatakan Tarekat Naqsyabandiyah palsu, salah. Mereka bersepakat dengan Nawawi. Masyhurnya Usman tatkala berbantah dengan bin Samir, merasa ilmunya tidak berguna lalu malu dan pergi masjid berbuat bencana. Tuanku Nan Garang heran mendengar kabar itu, Tuan Syaikh Ismail ulama yang masyhur hingga negeri Istambul karena pahamnya yang benar. Surat tersebut diakhiri dengan permohonan maaf dan ampun serta mengharap doa siang dan malam 35 dalam sentausa agama Islam, mati mendapatkan husnul khatimah.

C. Pedoman Penyuntingan Teks