Asrāru `Sh-Shalāt: Suntingan Teks, Analisis Struktur, Dan Resepsi

ASR ĀRU `SH-SHALĀT: SUNTINGAN TEKS, ANALISIS STRUKTUR, DAN RESEPSI SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh

RINA MEGAWATI

C0206045

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

commit to user

commit to user

commit to user

PERNYATAAN

Nama : Rina Megawati NIM : C0206045

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Asrāru `sh-Shalāt: Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Resepsi adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, 14 Januari 2011 Yang membuat pernyataan,

Rina Megawati

commit to user

PERSEMBAHAN

Skripsi ini merupakan wujud akhir dari perjuangan selama perkuliahan yang

kupersembahkan untuk:

Ayahanda Kelik Suwarto dan Ibunda Bekti Setyowati, yang telah sabar

menantikan karya ini selesai.

Kakanda Indah Fajarwati yang senantiasa menanyakan kabar skripsi ini. Kawan terkasih Dananjaya Prananditya, yang setia mengiringi dalam setiap

perjuangan meraih cita dan cinta.

Ibunda Noegroho Djarwanti yang sudah mendukung dan mendoakan setiap

waktu.

Sahabat tersayang, Yuliyanti, Rohmawati, Norma, dan Farida, yang selalu

menyulut api semangat.

Almamater Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Semua yang bergelut dengan ilmu.

commit to user

MOTTO

“(1) Demi waktu matahari sepenggalahan naik, (2) Dan demi malam apabila telah sunyi (gelap), (3) Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu. (4) Dan Sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu daripada yang

sekarang (permulaan).” (Terjemah QS Ad-Dhuha: 1 –4)

“Genggamlah impianmu erat-erat sebab seandainya impianmu mati, hidup laksana seekor burung yang sayapnya patah dan tak mampu terbang. ” (Carrol Spinney, The Wisdom of Big Bird)

“Tak masalah seberapa lambat kamu berjalan, asalkan kamu tidak berhenti.” (Carrol Spinney, The Wisdom of Big Bird)

commit to user

KATA PENGANTAR

Skripsi ini merupakan hasil perjuangan yang cukup panjang yang senantiasa diiringi dengan semangat. Sebagai sebuah skripsi yang mengambil objek naskah kuna, bukan sesuatu yang mudah dilakukan karena membaca, memahami, dan mengungkapkan isi sebuah naskah kuna diperlukan kesabaran dan ketelitian. Untuk itu, segala puji hanya bagi Allah Swt. yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, walaupun telah melalui waktu yang cukup lama, karena sebagian hasil penelitian ini mengalami dua kali kehilangan data dalam program komputer.

Skripsi ini, selain sebagai syarat memperoleh gelar sarjana, juga berusaha untuk memberikan kontribusi ilmiah, yang tidak akan berjalan dengan baik manakala tidak ada bantuan yang diberikan oleh pihak-pihak terkait. Dalam kesempatan ini, peneliti menyampaikan terima kasih kepada Drs. Sudarno, M.A., selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret. Untuk Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan motivasi dan arahan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Selanjutnya terima kasih kepada Dwi Susanto, S.S., M.Hum., selaku Pembimbing Akademik selama perkuliahan. Untuk Prof. Dr. Bani Sudardi, M.Hum., selaku pembimbing skripsi yang penuh perhatian dan kesabaran memberikan petunjuk, arahan, dan motivasi bagi peneliti. Untuk Drs. Sholeh Dasuki, M.S., selaku Dosen Penelaah proposal skripsi, yang dengan sabar memberikan arahan-arahan ketika penyusunan skripsi. Untuk Asep Yudha

commit to user

Wirajaya, S.S., yang telah memberikan informasi mengenai naskah, sehingga penelitian ini dapat dilakukan. Untuk seluruh dosen Fakultas Sastra dan Seni Rupa, khususnya Jurusan Sastra Indonesia yang telah memberikan ilmu, wawasan, dan pengalaman yang tidak terlupakan selama perkuliahan.

Terima kasih untuk Ayahanda Kelik Suwarto dan Ibunda Bekti Setyowati, atas doa yang terus terlimpah dengan keikhlasannya, atas segala cinta dan kasih sayang yang tercurah tanpa batas, atas cucuran keringat yang senantiasa mengalir tanpa pamrih, serta ajaran dan perjalananmu jua baik yang tegar maupun yang samar. Untuk kawan terkasihku Dananjaya Prananditya yang telah membantu peneliti pada waktu pengumpulan data dan mengantarkan ke mana saja ketika melakukan konsultasi di pesantren-pesantren dan dengan cinta dan kesetiaannya selama tujuh tahun telah mendampingi perjuangan meraih cita.

Terima kasih untuk Ibunda Noegroho Djarwanti, Kakanda Indah Fajarwati, rekanku Taru, Ferry, Henry, dan Astri Chandra, yang senantiasa mendoakan dan menanyakan kabar skripsi ini, meskipun terpisah oleh jarak. Untuk Sahabat-sahabat tersayang , yaitu Yuliyanti, Rohmawati, Norma, dan Farida, yang sama-sama bergelut dengan filologi. Kalian adalah pemberi semangat yang luar biasa.

Terima kasih untuk Bapak Ahmad Dahlan, Ustad Novel, dan Bapak Agus Himawan yang sudah bersedia menjadi narasumber. Selain itu peneliti juga minta maaf kepada Ustad Novel karena telah mengganggu kesibukan beliau yang luar biasa. Sulit untuk bertemu muka dengan beliau. Bukan sekali dua kali peneliti terpaksa gagal bisa bertemu muka meskipun sudah kencan sebelumnya. Namun,

commit to user

beliau bersedia menelepon dalam rentang waktu dini hari sampai pagi demi kelancaran penulisan skripsi ini.

Terima kasih pula untuk teman-teman Sastra Indonesia Angkatan 2006, baik teman-teman bidang linguistik atau sastra. Terima kasih atas persahabatan dan kebersamaannya selama ini dan jangan pernah lupakan bahwa “Aku Sayang Kita”. Terakhir, terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penelitian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga semua kebaikan yang telah diberikan tersebut mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Pemurah. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat dibutuhkan untuk menanmbah wacana yang lebih baik lagi dan semoga skripsi dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan pemikiran di dunia akademis.

Surakarta, Januari 2011 Peneliti

Rina Megawati

commit to user

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1

Catchword .................................................................................. 38 Tabel 2

Lakuna ........................................................................................ 49 Tabel 3

Adisi ......................................................................................... 53 Tabel 4

Dittografi .................................................................................... 56 Tabel 5

Substitusi ...................................................................................... 58 Tabel 6

Transposisi ................................................................................... 62 Tabel 7

Bacaan Tidak Terbaca .................................................................. 62 Tabel 8

Pedoman Transliterasi .................................................................. 66

commit to user

DAFTAR SKEMA

Halaman

Kerangka Pikir .................................................................................................... 23 Struktur Penyajian Teks ...................................................................................... 104

commit to user

DAFTAR SINGKATAN

a.s.

: ‘alaihi sallam

: dan lain-lain

dst.

: dan seterusnya

EYD

: Ejaan yang Disempurnakan hlm. : halaman

: Quran Surah saw. : Salla `l- Lāhu ‘alaihi wa `s-sallam Swt. : Subhanahu wa Ta ‘alā

commit to user

ABSTRAK

Rina Megawati. C0206045. Asrāru `sh-Shalāt: Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Resepsi . Skripsi: Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan dalam penelitian ini, yaitu (1) Bagaimana suntingan teks

Asrāru `sh-Shalāt? (2) Bagaimana struktur teks Asrāru `sh-Shalāt? dan (3) Bagaimana resepsi teks Asrāru `sh-Shalāt?

Tujuan penelitian ini adalah (1) Menyajikan suntingan teks Asrāru `sh- Shal āt yang baik dan benar. Baik artinya mudah dibaca karena sudah ditransliterasikan dari huruf Arab Melayu ke huruf Latin, sedangkan benar artinya kebenaran isi teks dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah karena sudah dibenarkan dari kesalahan, (2) Mendeskripsikan struktur penyajian teks, gaya penceritaan, pusat pengisahan, dan gaya bahasa yang terdapat dalam teks Asrāru `sh-Shal āt, (3) Menguraikan resepsi teks Asrāru `sh-Shalāt.

Metode dalam penelitian ini terbagi menjadi dua macam yaitu metode penyuntingan teks dan metode pengkajian teks. Metode penyuntingan teks yang digunakan berupa metode standar, sedangkan metode pengkajian teks berupa metode struktur dan metode resepsi. Sumber penelitian berupa teks Melayu yang berjudul Asrāru `sh-Shalāt. Teks ini termasuk dalam Naskah kumpulan yang disalin oleh Teuku Lebai Dien. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengunduh (download) naskah online, mencetak hasil unduhan, dan membaca secara keseluruhan teks dan suntingannya. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, yakni (1) Teknik analisis struktur digunakan untuk mengetahui struktur teks, (2) Teknik analisis resepsi digunakan untuk mengetahui bagaimana resepsi pada teks. Teknik Penarikan simpulan dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik induktif, yaitu penarikan simpulan dengan cara berpikir berdasarkan pengetahuan yang bersifat khusus ke pengetahuan yang bersifat umum.

Dari hasil analisis diperoleh simpulan (1) Suntingan teks Asrāru `sh- Shal āt mengunakan metode standar. Metode strandar merupakan metode yang digunakan untuk penyuntingan naskah tunggal, penyunting menerbitkan teks dengan mengadakan pembetulan dari kesalahan-kesalahan yang ditemukan dalam teks. Kesalahan-kesalahan ini dicatat pada bagian kritik teks. Dalam kritik teks ditemukan beberapa kesalahan, yakni 36 buah lakuna, 18 buah adisi, 20 buah dittografi, 27 buah subtitusi, 2 buah transposisi, dan 3 buah bacaan yang tidak terbaca, (2) Struktur teks Asrāru `sh-Shalāt adalah struktur sastra kitab, yang meliputi struktur penyajian teks, pusat penyajian, gaya penyajian teks, dan gaya bahasa. Dilihat dari struktur teksnya, teks Asrāru `sh-Shalāt berstruktur sistematis terdiri dari pendahuluan, isi, penutup. Dilihat dari segi gaya penyajiannya, dalam teks Asrāru `sh-Shalāt ditemukan bentuk interlinier dengan penggunaan kalimat bahasa Arab yang diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu. Disamping itu, pusat penyajian teks menggunakan metode orang ketiga atau author omniscient. Dari segi gaya bahasa, teks Asrāru `sh-Shalāt meliputi kosa kata, ungkapan, dan sarana retorika, (3) Secara garis besar teks Asrāru `sh-Shalāt membahas mengenai sembahyang dan uraian mengenai ma’rifatu `l-Lāh.

commit to user

Rina Megawati 1

Prof. Dr. Bani Sudardi, M.Hum. 2

ABSTRAK

2011. Skripsi: Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Permasalahan dalam penelitian ini, yaitu (1) Bagaimana suntingan teks Asrāru `sh-Shalāt? (2) Bagaimana struktur teks Asrāru `sh- Shal āt? dan (3) Bagaimana resepsi teks Asrāru `sh-Shalāt? Tujuan penelitian ini adalah (1) Menyajikan suntingan teks Asrāru `sh-Shal āt yang baik dan benar. Baik artinya mudah dibaca karena sudah ditransliterasikan dari huruf Arab Melayu ke huruf Latin, sedangkan

teks dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah karena sudah dibenarkan dari kesalahan, (2) Mendeskripsikan struktur penyajian teks, gaya penceritaan, pusat pengisahan, dan gaya bahasa yang terdapat dalam teks Asrāru `sh-Shalāt, (3) Menguraikan resepsi teks Asrāru `sh-Shalāt.

Metode dalam penelitian ini terbagi menjadi dua macam yaitu metode penyuntingan teks dan metode pengkajian teks. Metode penyuntingan teks yang digunakan berupa metode standar, sedangkan metode pengkajian teks berupa metode struktur dan metode resepsi. Sumber penelitian berupa teks Melayu yang berjudul Asrāru `sh-Shalāt. Teks ini termasuk dalam Naskah kumpulan yang disalin oleh Teuku Lebai Dien. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengunduh (download) naskah online, mencetak hasil unduhan, dan membaca secara keseluruhan teks dan suntingannya. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, yakni (1) Teknik analisis struktur digunakan untuk mengetahui struktur teks, (2) Teknik analisis

Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia dengan NIM C0206045 2 Dosen Pembimbing

berdasarkan pengetahuan yang bersifat khusus ke pengetahuan yang bersifat umum. Dari hasil analisis diperoleh simpulan (1) Suntingan teks Asrāru `sh-Shal āt mengunakan metode standar. Metode strandar merupakan metode yang digunakan untuk penyuntingan naskah tunggal, penyunting menerbitkan teks dengan mengadakan pembetulan dari kesalahan-kesalahan yang ditemukan dalam teks. Kesalahan-kesalahan ini dicatat pada bagian kritik teks. Dalam kritik teks ditemukan beberapa kesalahan, yakni 36 buah lakuna,

18 buah adisi, 20 buah dittografi, 27 buah subtitusi, 2 buah transposisi, dan 3 buah bacaan yang tidak terbaca, (2) Struktur teks Asrāru `sh-Shalāt adalah struktur sastra kitab, yang meliputi struktur penyajian teks, pusat penyajian, gaya penyajian teks, dan gaya bahasa. Dilihat dari struktur teksnya, teks Asrāru `sh-Shalāt berstruktur sistematis terdiri dari pendahuluan, isi, penutup. Dilihat dari segi gaya penyajiannya, dalam teks Asrāru `sh-Shalāt ditemukan bentuk interlinier dengan penggunaan kalimat bahasa Arab yang diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu. Disamping itu, pusat penyajian teks menggunakan metode orang ketiga atau author omniscient . Dari segi gaya bahasa, teks Asrāru `sh-Shalāt meliputi kosa kata, ungkapan, dan sarana retorika, (3) Secara garis besar teks Asrāru `sh-Shalāt membahas mengenai sembahyang dan uraian mengenai ma’rifatu `l-Lāh.

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebudayaan dapat dikatakan sebagai hasil karya manusia yang berupa gagasan, aktivitas, dan kebendaan. Kebudayaan dimiliki oleh masyarakat dan diperoleh melalui proses belajar. Kebudayaan merupakan sesuatu yang tidak bisa diukur dan kehadirannya hanya dapat diketahui dari jejak-jejak yang ditinggalkan oleh manusia yang menciptakannya.

Tiap-tiap bangsa, salah satunya Indonesia memiliki kebudayaan. Indonesia yang dihuni oleh berbagai suku bangsa memiliki kebudayaan yang beragam. Untuk memahami kebudayaan sebagai hasil peninggalan masa lalu diperlukan media yang memuat informasi-informasi dari masa lampau. Informasi-informasi tersebut dapat diperoleh melalui peninggalan yang berwujud fisik dan nonfisik. Kebudayaan yang berwujud fisik dapat berupa candi, prasasti, dan naskah kuna. Kebudayaan yang berwujud nonfisik berupa nilai-nilai budaya, seperti tata krama, adat istiadat, dan norma-norma kehidupan.

Berdasarkan bentuknya, prasasti dan naskah kuna merupakan peninggalan kebudayaan yang berbentuk tulisan. Selain bentuk tulis tersebut ada juga peninggalan yang berbentuk lisan. Namun, pada hakikatnya tidak ada peninggalan suatu bangsa yang lebih memadai untuk keperluan penelitian sejarah dan kebudayaan daripada kesaksian tertulis yang disusun oleh suatu bangsa dalam masa hidupnya. Tulisan-tulisan inilah yang disebut naskah.

commit to user

Peninggalan suatu kebudayaan yang berupa naskah, dapat dikatakan sebagai dokumen yang paling menarik bagi para peneliti kebudayaan (Siti Baroroh Baried, et. al. 1994:83). Melalui naskah kuna ini dapat diketahui secara lebih nyata tentang kebudayaan suatu bangsa. Hal ini berarti bahwa isi suatu naskah dapat meliputi nilai-nilai budaya masa lampau dalam aspek kehidupan budaya suatu bangsa yang mencakup bidang-bidang filsafat, kehidupan agama, kepercayaan, dan lain-lain.

Naskah sebagai dokumen yang memuat berbagai informasi memiliki berbagai sebutan dan arti. Edwar Djamaris (2002:3) menyebutkan beberapa penyebutan naskah, yakni dalam bahasa Latin disebut codex, dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah manuscript, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut handschrift. Pengertian naskah dapat diartikan sebagai berikut.

1. Naskah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:954) diartikan (1) sebagai karangan yang masih ditulis dengan tangan, (2) karangan seseorang yang belum diterbitkan, (3) bahan-bahan berita yang siap untuk diset, (4) rancangan.

2. Siti Baroroh Baried, et.al. (1994:55) dan Panuti Sudjiman (1995:11) mengartikan naskah sebagai benda kongkret yang dapat dilihat atau dipegang, seperti semua bahan tulisan tangan (handschrift).

3. Edwar Djamaris (2002:3) memberi pengertian naskah sebagai semua bahan tulisan tangan pada kertas, lontar, kayu, dan rotan.

4. Bani Sudardi (2003:10-11) menyatakan bahwa naskah sebagai tempat teks- teks tertulis, yang di dalamnya terdapat tulisan-tulisan yang merupakan

commit to user

simbol-simbol bahasa untuk menyampaikan dan mengapresiasikan hal-hal tertentu.

5. Robson (1978:5) berpendapat bahwa naskah merupakan warisan rohani bangsa Indonesia, di dalamnya mengandung perbendaharaan dan cita-cita nenek moyang.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, naskah dapat dikatakan sebagai semua bentuk tulisan tangan hasil budaya masa lampau yang mengandung pemikiran, pengetahuan, adat istiadat, serta gambaran perasaan dan perilaku masyarakat masa lalu. Meskipun demikian, naskah merupakan salah satu bentuk warisan kebudayaan yang kurang mendapat perhatian, bahkan dari masyarakat Indonesia sendiri.

Kurangnya perhatian tersebut dapat diketahui dari kasus pernaskahan yang terjadi di Indonesia, seperti kasus jual-beli naskah. Naskah-naskah yang masih ada di masyarakat banyak diburu oleh kolektor, kemudian diperjualbelikan. Praktik jual-beli tersebut biasanya dilakukan oleh pewaris naskah kuna dengan pihak asing. Orang-orang asing membujuk pemilik naskah agar bersedia menjual naskah kuna yang dimilikinya. Mereka menawarnya hingga jutaan rupiah untuk setiap naskah. Bagi pemilik naskah kuna yang kemungkinan taraf ekonominya tidak begitu baik pada akhirnya pun tergiur. Praktik ini tidak hanya terjadi untuk naskah-naskah yang masih berada di masyarakat, namun naskah yang berada di institusi pun rupanya tidak luput dari praktik tersebut, seperti kasus hilangnya beberapa naskah kuna di museum Radya Pustaka, Solo.

Selain permasalahan jual-beli naskah, perhatian pada naskah masih dirasakan kurang dikarenakan sulitnya mengetahui isi naskah yang tulisannya

commit to user

masih menggunakan bahasa dan aksara lampau yang sulit dipahami oleh orang- orang masa kini, seperti halnya naskah kuna yang terdapat di Indonesia ditulis dengan menggunakan berbagai bahasa dan aksara. Di beberapa daerah, naskah kuna ditulis dengan menggunakan huruf daerah. Jika suatu kawasan tidak memiliki huruf daerah, biasanya digunakan huruf Arab. Pada naskah Melayu, bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu dan hurufnya Arab (Jawi) (Sri Wulan Rujiati Mulyadi, 1994:5). Oleh karena itu, untuk mengetahui isi naskah- naskah tersebut diperlukan kemampuan disiplin ilmu tertentu. Ilmu khusus yang dapat menelaah naskah adalah filologi.

Kata filologi, secara etimologi berasal dari kata Yunani philos yang berarti ‘cinta’ dan kata logos yang berarti ‘kata’. Pada kata filologi, kedua kata tersebut

membentuk arti ‘cinta kata’ atau ‘senang bertutur’. Arti tersebut berkembang menjadi ‘senang belajar’, ‘senang ilmu’, dan ‘senang kebudayaan’ (Siti Baroroh

Baried, et. al. 1983:1). Berdasarkan istilah tersebut, filologi dapat diartikan sebagai cinta pada ilmu dengan objek penelitiannya naskah yang bertujuan menemukan bentuk asal dan bentuk mula teks dan mengungkapkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Filologi sebagai suatu studi, dapat membantu penelitian terhadap naskah- naskah di Indonesia. Penelitian terhadap naskah-naskah masih cenderung dilakukan pada naskah-naskah yang tersimpan di PNRI (Perpustakaan Nasional Republik Indonesia) di Jakarta. Hal tersebut dikarenakan perpustakaan tersebut adalah perpustakaan yang paling banyak menyimpan naskah, yaitu mencapai 9.626 naskah (Nindya Noegraha dalam Sri Wulan Rujiati Mulyadi, 1994:5-6).

commit to user

Padahal, ada beberapa daerah di Indonesia juga menyimpan naskah-naskah kuna yang dapat dijadikan penelitian.

Salah satu daerah yang menyimpan naskah-naskah yang dapat dijadikan penelitian adalah Aceh. Sebagai pusat penyebaran agama Islam terbesar di Indonesia, banyak naskah bertema keislaman ditemukan di Aceh. Seperti yang diketahui, pada tahun 2004 Aceh mengalami bencana tsunami. Sebagai akibatnya, naskah-naskah di Aceh mengalami kerusakan dan bahkan sebagian besar hilang. Oleh karena itu amat disayangkan jika naskah-naskah yang tersisa tidak diteliti dan hanya disimpan sebagai koleksi semata. Padahal, dari naskah tersebut dapat diperoleh informasi mengenai ajaran agama Islam yang dapat dijadikan referensi pendukung dalam usaha mendalami agama Islam.

Salah satu naskah keagamaan yan dapat dijadikan penelitian adalah naskah

kumpulan yang terdiri dari lima teks, yang salah satu teksnya berjudul Asrāru `sh- Shal āt. Teks tersebut merupakan satu-satunya teks yang berbahasa Melayu, ditulis dengan huruf Arab Melayu, sedangkan empat teks lainnya, peneliti tidak dapat memastikan bahasa yang dipakai. Naskah tersebut diperoleh melalui katalog online di internet yang diterbitkan oleh http://www.manassa.org, dengan status URL: http://acehms.dl.unileipzig.de /receive/NegeriMSBook_islamhs _00001052 dan nomor inventarisasi 07_00334 yang diakses pada tanggal 13 Januari 2010, pukul 17:07 WIB, sedangkan naskah aslinya tersimpan di Museum Negeri Banda Aceh.

Teks Asrāru `sh-Shalāt tergolong dalam sastra kitab karena di dalamnya

berisi tentang ajaran Islam yang membahas perihal sembahyang yang disertai ajaran ma ’rifatu `l-Lāh, yang disajikan dalam bentuk tanya jawab. Teks tersebut

commit to user

layak dijadikan bahan penelitian dengan memepertimbangkan alasan-alasan berikut.

Pertama, perlu dilakukan usaha penyelamatan terhadap naskah. Hal tersebut mengingat banyaknya naskah ditulis dengan menggunakan daun tal (lontar), kulit kayu, bambu, dan kertas yang mudah lapuk dan hancur seiring pertambahan usia naskah, sehingga dikhawatirkan akan punah. Meskipun katalogisasi terhadap naskah-naskah Aceh sudah dilakukan, namun bentuk penelitian lain dengan mengungkap isinya tetap perlu dilakukan.

Kedua, bentuk tulisan dengan menggunakan huruf Arab Melayu (Jawi) tidak mudah dipahami oleh generasi sekarang. Sesuai dengan tugas seorang filolog, maka peneliti tergerak untuk menyajikan suntingan dan tafsir teks.

Ketiga, kondisi fisik naskah baik dan lengkap tentunya telah memenuhi syarat untuk dijadikan objek kajian. Naskah dikatakan baik karena tulisan yang ditampilkan dalam katalog online dan ketika dicetak jelas dan mudah dibaca. Naskah, khususnya teks berjudul Asrāru `sh-Shalāt dikatakan lengkap karena jumlah halamannya utuh.

Keempat, belum ditemukan hasil penelitian menggunakan objek teks

Asrāru `sh-Shalāt. Hal ini diketahui dari pelacakan yang dilakukan pada beberapa daftar penelitian sebelumnya, yakni dalam Direktori Naskah Nusantara (Edi S.

Ekadjati, 2000) dan daftar penelitian berupa skripsi dan disertasi yang dimiliki sejumlah perguruan tinggi, di antaranya Universitas Sebelas Maret di Surakarta, Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta, Universitas Diponegoro di Semarang, dan Universitas Indonesia di Jakarta.

commit to user

Kelima, isi teks Asrāru `sh-Shalāt mengenai penjelasan sembahyang dan ma’rifatu `l-Lāh, membimbing umat muslim mencapai ketentraman hati dalam mengenal Allah sangat menarik untuk diteliti dan masih relevan diterapkan saat ini, karena bersumber dari Alquran dan Hadis.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa teks Asrāru `sh- Shal āt sebagai salah satu warisan budaya masa lampau yang yang menyimpan ajaran agama Islam dirasa perlu diselamatkan dari kepunahan. Salah satu upaya untuk mewujudkannya adalah dengan mengadakan penelitian terhadap naskah tersebut. Penelitian dilakukan dengan cara mentransliterasi dan menyajikannya dalam bentuk suntingan agar lebih mudah dipahami dan dapat diambil manfaatnya.

B. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah diperlukan agar pembahasan menjadi lebih sistematis, tepat sasaran, dan dapat menjangkau tujuan yang diharapkan. Berdasarkan latar belakang, penelitian ini dibatasi pada tiga hal, yakni masalah penyuntingan, analisis struktur, dan resepsi. Penyuntingan teks Asrāru `sh-Shalāt meliputi kegiatan inventarisasi naskah, deskripsi naskah, ikhtisar isi teks, dan kritik teks. Analisis struktur dibatasi pada struktur sastra kitab yang meliputi struktur penyajian teks, gaya penyajian, pusat pengisahan, dan gaya bahasa. Analisis resepsi dibatasi pada tanggapan pembaca terhadap teks Asrāru `sh-

Shal āt.

commit to user

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

1. Bagaimana suntingan teks Asrāru `sh-Shalāt?

2. Bagaimana struktur teks Asrāru `sh-Shalāt?

3. Bagaimana resepsi pembaca terhadap teks Asrāru `sh-Shalāt?

D. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian tentunya memiliki tujuan tertentu yang didasarkan pada permasalahan. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Menyajikan suntingan teks Asrāru `sh-Shalāt yang baik dan benar. Baik artinya mudah dibaca karena telah ditransliterasi dari huruf Arab Melayu ke huruf Latin dan benar artinya kebenaran isi teks dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah karena sudah dibenarkan dari kesalahan.

2. Mendeskripsikan struktur teks Asrāru `sh-Shalāt.

3. Menguraikan resepsi pembaca terhadap teks Asrāru `sh-Shalāt.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, baik secara teoretis maupun secara praktis.

1. Manfaat Teoretis

commit to user

Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sumbangan terhadap perkembangan penelitian filologi yang berobjek pada naskah kuna. Selain itu, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian lain, baik di bidang filologi maupun bidang ilmu lain. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat karena telah menyajikan uraian teks Asrāru `sh-Shalāt melalui analisis struktur dan resepsi pembaca.

2. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini adalah wujud penyelamatan dan pelestarian warisan budaya bangsa yang berbentuk naskah kuna. Penelitian ini juga memperkenalkan keberadaan teks Asrāru `sh-Shalāt sebagai salah satu hasil karya sastra lama yang berisi uraian sembahyang dan mengenal Allah. Selain itu, melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keimanan kepada Allah, mengembangkan kepribadian diri, dan membentuk sifat dan perilaku yang lebih baik.

F. Sistematika Penulisan

Penelitian ini terbagi atas enam bab, yaitu pendahuluan, landasan teori, metode penelitian, suntingan teks, analisis teks dan penutup. Sistematika penulisan disusun secara berurutan. Masing-masing bab diuraikan sebagai berikut.

Bab pertama merupakan bab pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penilitian yang terinci dalam manfaat teoretis dan manfaat praktis, dan sistematika penulisan.

commit to user

Bab kedua merupakan landasan teori. Bab ini berisi mengenai teori penyuntingan dan pengkajian teks dan kerangka pikir. Teori penyuntingan meliputi inventarisasi naskah, deskripsi naskah, transliterasi dan kritik teks. Teori pengkajian teks meliputi teori struktur sastra kitab dan resepsi.

Bab ketiga berisi metode penelitian. Pada bagian metode penelitian, diuraikan mengenai langkah kerja penelitian yang terdiri dari metode penyuntingan teks dan metode pengkajian teks yang terdiri dari metode analisis struktur dan metode analisis resepsi. Pada masing-masing metode diuraikan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, teknik penyajian data. Di bagian akhir dijelaskan mengenai teknik penarikan simpulan.

Bab keempat merupakan bentuk suntingan teks. Bab ini berisi mengenai

proses penyuntingan teks Asrāru `sh-Shalāt yang terdiri dari inventarisasi naskah, deskripsi naskah, ikhtisar isi teks, kririk teks, pengantar penyuntingan, dan hasil suntingan teks.

Bab kelima analisis. Bab ini berisi analisis teks Asrāru `sh-Shalāt yang

terdiri dari analisis struktur teks (meliputi struktur penyajian, gaya penyajian, pusat penyajian, dan gaya bahasa) dan analisis resepsi.

Bab keenam penutup yang merupakan akhir pada penelitian skripsi ini.

Pada bagian penutup ini berisi simpulan hasil penelitian terhadap teks Asrāru `sh- Shal āt dan saran bagi pembaca.

commit to user

BAB II LANDASAN TEORI

A. Penyuntingan Teks

Filologi merupakan salah satu disiplin ilmu yang bertujuan untuk mengungkapkan kandungan teks yang tersimpan dalam naskah. Bani Sudardi (2003:7) berpendapat bahwa salah satu bentuk kegiatan praktis filologi ialah membuat suntingan suatu teks dan mengadakan perbaikan-perbaikan bagian teks yang rusak.

Penyuntingan teks memerlukan metode yang disesuaikan dengan jenis naskah yang akan disunting. Dengan menggunakan metode yang tepat, maka akan diperoleh suntingan yang baik dan benar. Baik diartikan mudah dibaca karena sudah ditransliterasikan ke dalam huruf yang mudah dibaca, misalnya huruf Arab Melayu ke huruf Latin. Benar diartikan bahwa kebenaran isi teks dapat dipertanggungjawabkan karena telah dilakukan perbaikan dari kesalahan.

Penyuntingan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1358) diartikan suatu proses atau cara, pembuatan atau pekerjaan, menyiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan memperhatikan segi sistematika penyajian isi dan bahasa (menyangkut ejaan diksi, dan struktur kalimat atau yang bisa dikenal dengan pengeditan).

Edwar Djamaris (2002:24-26) berpendapat penyuntingan teks dapat dibedakan dalam dua hal, yakni penyuntingan naskah tunggal jika hanya terdapat satu naskah dan penyuntingan naskah jamak jika lebih dari satu naskah. Langkah- langkah yang harus dilakukan dalam penyuntingan adalah sebagai berikut.

commit to user

1. Inventarisasi Naskah

Inventarisasi naskah dilakukan untuk mengumpulkan naskah yang ada di masyarakat melalui dua cara, yaitu studi katalog dan studi lapangan. Studi katalog dilakukan dengan mendaftar semua naskah yan akan diteliti melalui katalog naskah. Naskah yang terdaftar di katalog biasanya dimiliki oleh museum atau instansi yang menaruh perhatian terhadap naskah. Bani Sudardi (2003:47) mengemukakan bahwa beberapa katalog tersebut seringkali belum lengkap dengan adanya penemuan-penemuan naskah baru. Penemuan naskah baru sering diinformasikan melalui artikel-artikel atau hasil-hasil penelitian. Untuk itu, inventarisasi naskah perlu juga dilengkapi dengan pembacaan sejumlah artikel tentang penemuan dan informasi tentang naskah.

Tahap selanjutnya adalah studi lapangan. Studi lapangan dilakukan dengan mendatangi tempat-tempat yang diduga menyimpan naskah, termasuk di masyarakat, misalnya pondok pesantren. Hal tersebut disebabkan karena sebagian naskah di masyarakat tersimpan sebagai koleksi pribadi.

2. Deskripsi Naskah

Tahap kedua adalah deskripsi naskah. Tahap ini dilakukan setelah berhasil menentukan naskah yang akan diteliti. Deskripsi naskah dilakukan dengan menguraikan secara rinci keadaan naskah yang akan diteliti. Semua naskah dideskripsikan dengan pola yang sama, yaitu nomor naskah, ukuran naskah, keadaan naskah, tulisan naskah, bahasa, kolofon, dan garis besar isi cerita (Edwar Djamaris, 2002:11). Wilayah deskripsi naskah tersebut dapat

commit to user

diperluas lagi sehingga diperoleh keterangan yang lebih rinci, sehingga dapat diketahui karakteristik naskah.

3. Transliterasi

Transliterasi adalah penggantian jenis tulisan, huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yan lain. Tahap ini sangat penting untuk memperkenalkan teks-teks lama yang tertulis dengan huruf daerah karena kebanyakan orang sudah tidak mengenal atau tidak akrab lagi dengan tulisan daerah (Siti Baroroh Baried, et.al. 1994:63-64).

Teks-teks lama juga ditulis tanpa memperhatikan unsur-unsur tata tulis yang merupakan kelengkapan wajib untuk memahami teks. Hal ini berkaitan dengan gaya penceritaan yang mengalir terus karena pada zaman dulu, teks dibawakan atau dibacakan pada peristiwa-peristiwa tertentu untuk dihayati dan dinikmati bersama. Penulisan kata-kata yang tidak mengindahkan pemisahan serta penempatan tanda baca yang tidak tepat dapat menimbulkan arti yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam transliterasi dibutuhkan pedoman ejaan yang dibakukan sehingga akan membantu pembaca dalam memahami isi teks, dan akan lebih bermanfaat lagi bagi peminat dari daerah lain di Nusantara (Siti Baroroh Baried, et. al. 1985:65).

Terkait dengan masalah transliterasi, dapat dikatakan bahwa peneliti filologi memiliki dua tugas pokok. Pertama, menjaga kemurnian bahasa lama dalam naskah, khususnya penulisan kata. Penulisan kata yang menunjukkan ciri ragam bahasa lama dipertahankan bentuk aslinya, tidak disesuaikan penulisannya dengan penulisan kata menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa

commit to user

Indonesia yang Disempurnakan (EYD). Hal ini dimaksudkan agar data mengenai bahasa lama dalam naskah itu tidak hilang. Tugas pokok kedua peneliti filologi dalam transliterasi adalah menyajikan teks sesuai dengan pedoman ejaan yang berlaku sekarang (Edwar Djamaris, 2002:19-20).

4. Kritik Teks

Langkah setelah transliterasi adalah kritik teks. Kritik teks merupakan kegiatan filolog i yang paling utama. Istilah “kritik” berasal dari bahasa Yunani krities yang berarti seorang hakim, krienein berarti menghakimi, dan criterion berarti dasar penghakiman.

Kritik teks dalam filologi berarti memberi evaluasi terhadap teks, meneliti dan menempatkan teks pada tempatnya yang tepat (Siti Baroroh Baried, et.al. 1994:61). Pendapat lain diungkapkan oleh Bani Sudardi (2003:55) bahwa kritik teks adalah penilaian terhadap kandungan teks yang tersimpan dalam nsakah untuk mendapatkan teks yang paling baik dan mendekati aslinya (constituo textus).

B. Pengkajian Teks

1. Struktur Sastra Kitab

Agama Islam merupakan salah satu agama yang mengalami perkembangan pesat di Indonesia, terlebih lagi di Aceh. Seiring perkembangan tersebut, lahirlah corak kesusastraan yang berhubungan dengan penyebaran agama Islam, yang mengandung ajaran agama Islam dan diciptakan untuk menyebarluaskan agama Islam.

commit to user

Roolvink (dalam Liaw Yock Fang, 1991:204) menyatakan bahwa untuk sementara waktu, kaidah yang paling baik untuk mengkaji sastra yang dihasilkan di bawah pengaruh Islam itu adalah membaginya ke dalam beberapa jenis atau kategori, yakni (1) cerita Al-Quran, (2) cerita Nabi Muhammad, (3) cerita sahabat Nabi Muhammad, (4) cerita pahlawan Islam, dan (5) sastra kitab.

Sastra kitab merupakan karya sastra melayu klasik yang di dalamnya mengandung unsur-unsur agama Islam. Sastra kitab berkembang pada abad ke-17 di Aceh dan banyak mengangkat tema keagamaan terutama ilmu fikih dan tasawuf. Yang membedakan sastra kitab dengan jenis sastra melayu klasik lainnya, yakni bahwa dalam sastra kitab nama penulisnya tercantum dalam setiap karyanya (Ahmad Taufiq, 2007:21).

Sastra kitab mencakup suatu bidang yang luas sekali. Roolvink (dalam Liaw Yock Fang, 1993:41) berpendapat bahwa sastra kitab adalah sastra yang memuat kajian tentang Alquran, tafsir, tajwid, arkan ul-islam, usuludin, fikih, ilmu sufi, ilmu tasawuf, tarekat, zikir, rawatib, doa, jimat, risalah, wasiat dan kitab tib (obat-obatan). Berdasarkan bentuknya, sastra kitab biasanya berupa prosa dan puisi (syair). Pada hakikatnya, sastra kitab bertujuan untuk menanamkan ajaran Islam, penguatan iman, dan meluruskan ajaran yang dianggap menyimpang.

Sebagai hasil sastra lama bercorak Islam, sastra kitab memiliki ciri- ciri khusus dalam hal strukturnya (Siti Chamamah Soeratno, et. al. 1982:152). Struktur yang dimaksud merupakan struktur narasi atau penceritaan dalam sastra kitab. Berikut ini unsur-unsur yang terdapat dalam struktur sastra kitab.

commit to user

a. Struktur Penyajian

Struktur penyajian teks sama halnya dengan struktur penceritaan dalam sastra fiksi yang berupa plot (alur). Sastra kitab pada umumnya menunjukkan struktur yang tetap yang terbagi menjadi tiga bagian, yakni bagian pendahuluan, isi, dan penutup (Siti Chamamah Soeratno, et. al. 1982:152-154).

Bagian pertama, yaitu pendahuluan. Pada bagian pendahuluan, sastra kitab memiliki struktur yang relatif tetap, dimulai dengan bacaan basmallah , kemudian diikuti doa dan seruan, pengajaran-pengajaran mengenai ketakwaan, serta salawat untuk Nabi Muhammad, para sahabat dan keluarga Nabi Muhammad saw. Setelah itu, biasanya diikuti kata wa ba’du sebagai ungkapan untuk menyudahi bacaan pembukaan, kemudian dilanjutkan dengan pembicaraan mengenai hal ihwal kepengarangan, seperti nama pengarang, motivasi penulisan karangan, dan judul karangan. Di dalam pendahuluan, biasanya dipergunakan bahasa arab yang mengikuti terjemahannya secara interlinier. Bagian kedua, membahas mengenai isi karangan yang berupa uraian masalah yang akan dibahas. Pada bagian ini biasanya terbagi atas bab-bab dan pasal-pasal tertentu. Bagian ketiga, berisi doa penutup, salawat kepada Nabi beserta keluarga dan sahabat. Terdapat pula kata “tamat”, yang menandakan akhir naskah.

Secara keseluruhan, struktur penyajian sastra kitab dapat dirinci dengan mudah seperti berikut.

I. Pendahuluan

commit to user

a. 1. Doa dan seruan

2. Ajaran takwa

3. Salawat kepada Nabi Muhammad

b. Kata “wa ba’du”

c. Kepengarangan:

1. Nama Pengarang

2. Motivasi penulisan karangan

3. Judul karangan

II. Isi Berupa uraian masalah yang dibahas. Biasanya dibagi dalam bab-bab dan pasal-pasal.

III. Penutup

a. 1. Doa penutup kepada Tuhan dalam bahasa Arab yang diikuti terjemahannya dalam bahasa Melayu.

2. Salawat kepada nabi beserta keluaranya dalam bahasa arab.

b. Kata “tamat”

b. Gaya Penyajian

Siti Chamamah Soeratno, et. al. (1982:160) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan gaya penyajian adalah cara pengarang yang khusus dalam menyampaikan ceritanya, pikiran, serta pendapat- pendapatnya. Gaya penyajian dalam sastra kitab seringkali menggunakan dua bahasa sekaligus, yakni dimulai dengan doa yang menggunakan bahasa Arab diikuti dengan terjemahannya dalam bahasa Melayu.

commit to user

Penyajian isi dipaparkan dengan jelas sesuai dengan masalah yang akan dibahas. Dalam setiap penyajiannya, biasanya dikuatkan dengan kutipan ayat Alquran dan Hadis nabi. Selain itu, terdapat pula pendapat dari para ulama, sahabat atau ahli agama. Hal ini digunakan untuk memperkuat pendapat yang disampaikan oleh pengarang. Pada akhir karangan ditutup dengan doa kepada Tuhan dan salawat kepada Nabi beserta keluarganya, dan diberi kata “tamat”.

c. Pusat Penyajian

Pusat penyajian adalah posisi seorang pengarang dalam menyampaikan cerita atau ajarannya. Pusat penyajian sastra kitab dibedakan menjadi dua tipe. Tipe pertama adalah pusat penyajian orang pertama (ich-erzahlung). Pada tipe pertama, semua pendapat dituturkan sendiri oleh pengarang yang dicirikan dengan penggunaan kata ganti aku, saya, kami, atau kita. Tipe kedua adalah pusat penyajian orang ketiga (omniscient author ) . Pada tipe kedua, pengarang dianggap sebagai maha tahu dengan teks yang ditulisnya (Siti Chamamah Soeratno, et. al. 1982:172).

Pada umumnya pusat penyajian sastra kitab cenderung kepada pusat penyajian tipe kedua, yakni metode pada orang ketiga. Metode ini dapat dibagi menjadi dua macam. Pertama, metode orang ketiga bersifat romantik-ironik (penceritaan yang menonjolkan pengarang). Kedua, metode orang ketiga objektif (pengarang bersembunyi di balik tokoh- tokohnya) (Siti Chamamah Soeratno, et. al. 1982:173).

commit to user

d. Gaya Bahasa

Gaya bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:422) diartikan sebagai (1) pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis, (2) pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, (3) keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok penulis sastra, (4) cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis atau lisan. Gorys Keraf (2007:113) mengartikan gaya bahasa sebagai cara menggunakan bahasa.

Gaya bahasa sastra kitab dapat dikatakan bersifat khusus. Kekhususan tersebut dapat dilihat dalam kosa kata, istilah, kalimat yang mempergunakan istilah Islam dan istilah Arab. Kosa katanya pun banyak mengambil kosa kata Arab yang pemakaiannya disesuaikan dengan pokok isi uraian teks. Untuk menghubungkan kata dan frase biasanya digunakan kata “dan” yang berfungsi sebagai tanda baca koma. Selain itu digunakan pula kata “bagi” dan kata “adalah”.

C. Resepsi

Resepsi sastra muncul pada akhir tahun 1960-an. Resepsi sastra adalah bagaimana “pembaca” memberikan makna terhadap karya sastra yang dibacanya, sehingga dapat memberikan reaksi atau tanggapan terhadapnya (Umar Junus, 1985:1). Pengertian lain resepsi sastra, yaitu suatu ajaran yang menyelidiki teks dengan dasar reaksi atau tanggapan pembaca. Konsep teori resepsi dipelopori oleh Hans Roberth Jauss dan Wolfgang Iser (Segers, 2000:35).

commit to user

Berkaitan dengan pengertian resepsi, yakni bagaimana pembaca memaknai karya sastra, dapat merujuk pada teori resepsi Wolfgang Iser. Ia mengatakan bahwa sebuah teks sastra dapat didefinisikan sebagai wilayah indeterminasi (ketidakpastian). Wilayah ketidakpastian itu merupakan tempat-tempat terbuka atau ruang kosong (leerstellen), yang mengharuskan pembaca untuk mengisi ruang kosong tersebut (Segers, 2000:36).

Iser juga mengemukakan mengenai wirkung atau effect. Pengertian wirkung atau effect adalah bahwa fokus pada teks tidak lagi pada arti sastra, tetapi apa pengaruhnya. Menurutnya, karya sastra juga dapat mempengaruhi pembaca (Segers, 2000:40). Dengan demikian realisasi teks berupa tanggapan pembaca satu dengan lainnya dapat berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan masing-masing pembaca telah dibekali pengalaman dan pengetahuan yang berbeda-beda.

Faktor pembaca dalam resepsi merupakan fokus utama. Pembaca tersebut dibedakan menjadi tiga macam, yakni (a) pembaca ideal (pembaca dalam bentuk konstruksi hipotesis yang dibuat oleh ahli teori dalam proses interpretasi, (b) pembaca implisit (jangkauan menyeluruh dari indikasi tekstual yang meengarahkan cara pembaca riil membaca), (c) pembaca riil (pembaca dalam arti fisik, manusia yang melakukan tindak pembacaan) (Segers, 2000:47-50).

Bentuk-bentuk penelitian resepsi berdasarkan sumber datanya, dibedakan menjadi tiga macam, yakni: (Luxemburg, 1989:78-84; Teeuw, 1984:208-217; Bani Sudardi, 2003:49-51)

commit to user

1. Penelitian Eksperimental

Penelitian resepsi eksperimental dilakukan dengan menyajikan teks tertentu kepada pembaca tertentu, baik secara individual, maupun secara berkelompok. Kemudian pembaca itu memberikaan tanggapannya. Penelitian eksperimental dapat dilakukan melalui daftar pertanyaan (angket) dengan pendekatan psikologis atau pendekatan sosiologi.

Penelitian resepsi eksperimental hanya dilakukan terhadap pembaca masa kini, baik secara sinkronis maupun diakronis. Secara Sinkronik, penelitian resepsi dilakukan terhadap sebuah karya sastra dalam satu masa atau satu periode, sedangkan secara diakronis, penelitian resepsi dilakukan terhadap resepsi pembaca dalam satu kurun waktu.

2. Penelitian Berdasarkan pada Kritik Sastra

Penelitian berdasarkan pada kritik sastra hanya dapat dilakukan pada masyarakat yang sudah mengenal tradisi kritik. Kritik sastra dapat dikategorikan sebagai laporan resepsi pembaca profesional yang mewakili norma-norma yang berlaku di masyarakat waktu itu.

3. Penelitian Berdasarkan pada Fisik Teks.

Penelitian resepsi pada fisik teks dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara, yaitu:

a. Intertekstualitas, yakni relasi karya sastra terhadap karya sastra lain.

b. Hasil penyalinan suatu karya sastra yang setiap penyalinan mungkin

terjadi perubahan akibat berubahnya norma-norma estetik.

commit to user

c. Penyaduran suatu karya sastra, baik di dalam suatu bahasa maupun ke dalam bahasa lain.

d. Resepsi produktif, yakni mengolah karya sastra menjadi bentuk seni lain, seperti seni lukis, film, komik.

e. Penerjemahan suatu karya sastra ke dalam bahasa asing.

f. Catatan dan tafsir teks di dalam naskah yang merupakan tanggapan hasil pembacaan.

g. Pencantuman sebagian teks atau seluruhnya ke dalam suatu bunga rampai, ensiklopedi, majalah, bahan bacaan sekolah.

Berdasarkan uraian tersebut, resepsi yang dipakai dalam penelitian ini mendasarkan pada pembaca riil, yakni berupa reaksi (tanggapan) terhadap teks seperti yang dipahaminya. Bentuk penelitian yang dipilih adalah penelitian pada fisik teks yang berupa catatan (tafsir).

commit to user

D. Kerangka Pikir

teks

Teks Asrāru `sh-Shalāt merupakan peninggalan masa lampau berupa

tulisan yang kondisinya tidak mudah diterima masyarakat umum karena ketidakmampuan mereka dalam membaca teks berhuruf Arab Melayu dan berbahasa Melayu. Teks tersebut kemudian dipakai sebagai objek penelitian. Dalam rangka mengungkap teks Asrāru `sh-Shalāt dilakukan beberapa tahap yang berkaitan dengan menyediakan suntingan teks dan mengkaji (menganalisis ) teks.

Tahap pertama, yakni penyediaan suntingan teks dilakukan melalui beberapa langkah yang meliputi inventarisasi naskah, deskripsi naskah, ikhtisar isi, dan kritik teks. Penyuntingan teks dilakukan dengan tujuan menghasilkan

Teks Asrāru `sh-

Shal āt

Analisis Resepsi

Penyelamatan naskah dengan menyajikan suntingan teks , mendeskripsikan struktur teks dan memaparkan bentuk resepsi dalam Asrāru `sh-Shal āt

Suntingan Teks

1. Inventarisasi naskah

2. Deskripsi naskah

3. Ikhtisar isi

4. Kritik teks

1. Struktur penyajian

2. Gaya Penyajian

3. Pusat Penyajian

4. Gaya bahasa

Tafsir

Analisis Struktur

Teks

Pengkajian Teks

commit to user

sebuah suntingan teks yang baik dan benar. Baik dalam arti mudah dibaca karena sudah ditransliterasikan. Benar dalam pengertian kebenaran isi teks dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah karena sudah dibersihkan dari kesalahan- kesalahan. Tahap kedua, pengkajian teks yang dibedakan menjadi dua macam, yakni analisis struktur dan analisis resepsi. Analisis struktur dibatasi pada struktur sastra kitab yang terdiri dari struktur penyajian, gaya penyajian, pusat penyajian, dan gaya bahasa. Analisis resepsi adalah analisis teks dengan menggunakan teori resepsi yang berupa tafsir, sehingga isi teks lebih mudah dipahami pembaca.

Keseluruhan tahapan yang dilakukan tersebut, secara tidak langsung merupakan salah satu bentuk penyelamatan warisan budaya yang berupa naskah, mengingat bahan naskah terbuat dari bahan-bahan yang mudah rusak.

commit to user

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penyuntingan Teks

1. Sumber Data