ADABI A Ż-ŻIKRI ‘ALA> AT{-T{ARI<QATI AL- KHALW>A>TIYYATI: Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Ajaran Tarekat Khalwatiyah
TARJUMA>NU AL-MUST{AFI> AT{-T{ARIA>TIYYATI:
Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Ajaran Tarekat Khalwatiyah
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun oleh HERLIAN ARDIVIANTI
C0203028
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
TARJUMA>NU AL-MUST{AFI AT{-T{ARIA>TIYYATI:
Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Ajaran Tarekat Khalwatiyah
Disusun oleh
HERLIAN ARDIVIANTI C0203028
Telah disetujui oleh pembimbing
Pembimbing
Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag. NIP 196206101989031001
Mengetahui Ketua Jurusan Sastra Indonesia
Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag. NIP 196206101989031001
TARJUMA>NU AL-MUST{AFIA Ż-ŻIKRI ‘ALA> AT{-T{ARI<QATI AL-KHALW>A>TIYYATI: Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Ajaran Tarekat Khalwatiyah
Disusun oleh
HERLIAN ARDIVIANTI C0203028
Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada tanggal 21 Juni 2010
Jabatan
Nama
Tanda tangan
Ketua Dra. Chattri Sigit Widyastuti, M.Hum. NIP 196412311994032005
Sekretaris Asep Yudha Wirajaya, S.S. NIP 197608122002121001
Penguji I Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag. NIP 196206101989031001
Penguji II Drs. Sholeh Dasuki, M.S. NIP 196010051986011001
Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Drs. Sudarno, M.A. NIP 195303141985061001
PERNYATAAN
Nama: Herlian Ardivianti NIM: C0203028
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Tarjuma>nu Al- Must{afi>di Min Al- ‘Arabiyyati Li Adabi Aż-Żikri ‘Ala> At}-T{ari>qati Al- Khalwa>tiyyati : Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Ajaran Tarekat Khalwatiyah adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.
Surakarta, 10 Juni 2010
Yang membuat pernyataan,
Herlian Ardivianti
MOTTO
“Dan bersabarlah, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (Quranic in Word, diterjemahkan oleh Muhammad Taufiq, Q.S. Al-Anfal: 46)
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan kepada:
1. Ayah dan Ibu tercinta
2. Zauji al Mahbub Nur Ahmad Amrullah
3. Mas Dian dan Dek Itok terkasih
4. Pembaca yang budiman
KATA PENGANTAR
Al- h}amdu li Alla>hi Rabbi Al‘a>lami>na, segala puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karunia dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan lancar. Selawat dan salam terlimpah kepada Rasulullah Muhammad saw, keluarga, sahabat, dan pengikutnya.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapakan terimakasih banyak kepada pihak-pihak berikut.
1. Drs Sudarno M.A., selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian ini.
2. Drs Ahmad Taufiq M.Ag., selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, sekaligus pembimbing skripsi yang telah memberikan izin dalam penulisan skripsi ini dan penuh kesabaran senantiasa membimbing dan memberikan petunjuk terbaik dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Asep Yudha Wirajaya S.S., selaku pembimbing akademik penulis selama menempuh kuliah di Fakultas Sastra Indonesia Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak dan ibu dosen serta seluruh staf pengajar Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret atas segala ilmu dan fasilitas yang penulis terima.
5. Bapak Mardiono beserta staf Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang telah memberikan kemudahan mendapatkan sumber data dalam penelitian ini.
6. Staf Unit Pelayanan Terpadu Perpustakaan dan Perpustakaan Fakultas Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kemudahan dalam proses peminjaman buku yang diperlukan untuk penyelesaian skripsi ini.
7. Ibu dan ayah tercinta, Mas Dian dan Dek Itok yang telah memberikan semangat, doa, dan perhatian luar biasa kepada penulis.
8. Nur Ahmad Amrullah, atas bantuan terbaik, ilmu yang bermanfaat, dan motivasi kepada penulis untuk selalu bersemangat dan bersabar.
9. Dhoro Mashitoh Yanuasri, atas rasa kasih sayang dan pengertiannya kepada penulis.
10. Teman-teman Teater Embun dan Syiar Kegiatan Islam (SKI) Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan pelajaran dan pengalaman berharga kepada penulis.
11. Teman-teman Sastra Indonesia angkatan 2003, khususnya jurusan Filologi (Suci Antari dan Fatmawati) atas persahabatan dan ilmunya.
Karya Tulis ini tidak luput dari kekurangan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Surakarta, 10 Juni 2010 Peneliti Herlian Ardivianti
DAFTAR BAGAN
Bagan 1: Kerangka Pikir ...............................................................................
29 Bagan 2: Skema Struktur Penyajian Teks Tarjuman ....................................
95
DAFTAR SINGKATAN
cm : sentimeter dkk.
: dan kawan-kawan dsb.
: dan sebagainya
h : halaman KBBI
: Kamus Besar Bahasa Indonesia Ml
: Melayu l
: lebar p
: panjang Q.S.
: Quran Surah. saw
: s}alla> Alla> hu ‘alaihi wa sallama Swt
: Subhanahu wa taala EYD
: Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
H : Hijriah M
: Masehi No
: Nomor AK
: Aneka Karangan Tarjuman
: Tarjuma>nu Al-Must{afi>di Min Al- ‘Arabiyyati Li Adabi Aż-Żikri ‘Ala> At}-T{ari>qati Al-Khalwa>tiyyati
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Contoh Naskah Bagian Awal Lampiran 2: Contoh Naskah Bagian Tengah Lampiran 3: Contoh Naskah Bagian Akhir Lampiran 4: Deskripsi Naskah Aneka Karangan dari Perpustakaan Nasional
ABSTRAK
Herlian Ardivianti. C0203028. 2010. Tarjuma>nu Al-Must{afi>di Min Al- ‘Arabiyyati Li Adabi Az- Żikri ‘Ala> At}-T{ari>qati Al-Khalwa>tiyyati: Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Ajaran Tarekat Khalwatiyah. Skripsi: Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu (1) Bagaimana suntingan teks Tarjuman? (2) Bagaimana struktur teks Tarjuman? (3) Bagaimana kandungan isi teks Tarjuman?
Pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu (1) Suntingan teks dengan menggunakan metode standar yang dibatasi pada Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, (2) Analisis struktur yang dibatasi pada struktur penyajian teks, gaya penyajian teks, pusat penyajian teks, dan gaya bahasa teks, (3) Kandungan isi teks Tarjuman di bidang tarekat Khalwatiyah.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Menyediakan suntingan teks Tarjuman yang baik dan benar, (2) Mendeskripsikan struktur teks Tarjuman, (3) Mengungkap kandungan isi teks Tarjuman.
Berdasarkan penelitian terhadap teks Tarjuman maka dapat disimpulkan tiga hal sebagai berikut. Pertama, Teks Tarjuman adalah naskah tunggal sehingga metode yang paling sesuai untuk mengadakan suntingan teks adalah metode standar. Setelah dilakukan kritik terhadap teks Tarjuman, ditemukan beberapa kesalahan salin tulis yaitu 4 buah lakuna, 4 buah adisi, 2 ditografi, 7 substitusi, 2 transposisi, dan 10 ketidakkonsistenan penulisan. Kedua, Struktur teks Tarjuman adalah struktur sastra kitab yang meliputi struktur penyajian teks Tarjuman, pusat penyajian teks Tarjuman, gaya penyajian teks Tarjuman, dan gaya bahasa teks Tarjuman. Pusat penyajian teks Tarjuman menggunakan metode orang pertama (ich-erzahlung). Dari segi gaya bahasa, teks Tarjuman memiliki 4 buah gaya bahasa yaitu kosa kata yang terdiri dari kosa kata Arab yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia sebanyak 61 buah dan kosa kata yang belum diserap ke dalam bahasa Indonesia sebanyak 49 buah. Ungkapan ada 7 buah ungkapan khusus. Sintaksis yang terdapat dalam teks Tarjuman adalah penggunaan kata ”dan”, ”bagi”, dan ”maka”. Sarana retorika terdiri dari penguraian,
polisindeton, pertentangan, gaya retorika, penyimpulan, dan bahasa kiasan. Ketiga, Teks Tarjuman terdiri dari 4 pasal yaitu adab zikir tarekat Khalwatiyah, zikir la> ila>ha illa> Alla>h, adab dan kaifiat talkin, dan niat zikir.
ABSTRACT
Herlian Ardivianti. C0203028. 2010. Tarjuma>nu Al-Must{afi>di Min Al- ‘Arabiyyati Li Adabi Az\- Żikri ‘Ala> At}-T{ari>qati Al-Khalwa>tiyyati: Text edits, Structure Analysis, and the Doctrine of the Tarekat Khalwatiyah. Thesis: Indonesian Literature Department of Literature and Fine Arts Faculty of Sebelas Maret University of Surakarta.
The issue to be addressed in this study are (1) How to edit text Tarjuman? (2) How Tarjuman text structure? (3) How does the content of the text contents Tarjuman?
Restricted problem in this research are (1) edits text using standard methods which are restricted to the Indonesian Spelling Enhanced, (2) Analysis of a restricted structure on the structure of text presentation, the presentation style of the text, the central presentation of the text, and style of text language, ( 3) The content of the Tarjuman text in order Khalwatiyah.
The purpose of this study were (1) Provide a good Tarjuman text edits and correct, (2) Describe the structure Tarjuman text, (3) Uncovering Tarjuman text content.
Based on a study of the text Tarjuman we can conclude the following three things. First, a single manuscript text Tarjuman is thus the most suitable method to make text editing
is a standard method. After the criticism of the text Tarjuman, found some mistakes copy writing that is four lakuna fruits, 4 fruit addition, 2 ditografi, seven substitutions, two transpositions, and 10 inconsistencies in the writing. Second, the structure is the structure of literary Tarjuman text book which covers the structure Tarjuman text presentation, the presentation center Tarjuman text, text Tarjuman presentation style, and style of text language Tarjuman. Center Tarjuman text presentation using the first method (ich-erzahlung). In terms of style, text style fruit Tarjuman has four main language vocabulary consisting of Arabic vocabulary that has been absorbed into the Indonesian language as many as 61 fruits and vocabulary that has not been absorbed into the Indonesian language as many as 49 pieces. There are seven fruit expression of specific phrases. Contained in the text syntax Tarjuman is the use of the word "and", "for", and "then". Facility consists of the decomposition of rhetoric, polisindeton, conflict, style of rhetoric, inference, and figurative language. Third, Text Tarjuman consists of four chapters of the Order Khalwatiyah dhikr adab, remembrance la> ila>ha illa> Alla>h , adab and kaifiat talkin, and the intention of recitation.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya warisan hasil budaya. Salah satunya berupa naskah klasik yang tersebar di Nusantara. Naskah merupakan hasil dari keragaman etnik dan kebudayaan Indonesia. Naskah memiliki nilai adiluhung dan menjadi perbendaharaan budaya yang berharga.
Naskah klasik memiliki jenis yang beragam. Di antaranya dapat digolongkan ke dalam karya sastra dalam pengertian khusus misalnya dongeng, hikayat, cerita binatang, cerita pelipur lara, syair, gurindam, dan sebagainya. Naskah-naskah ini memiliki kandungan isi yang beragam misalnya tentang keagamaan, kebahasaan, filsafat, cerita rakyat, mistik, ajaran moral, pendidikan, ramalan, peraturan, bangunan atau arsitektur, obat-obatan, kisah epik, sejarah, dan sebagainya.
Di dalam karya sastra lama tercermin pengalaman hidup dan keadaan masyarakat pendukungnya sepanjang masa: di dalamnya tergambar keadaan geografisnya, manusia dan pemukimannya serta kesibukan sehari-harinya, perjalanan sejarah kaum bangsanya, pengalaman emosional yang dilaluinya, serta pemikiran dan falsafah hidupnya. Karya sastra itu membukakan dunia orang Melayu kepada kita dengan gambaran alam pikiran, adat istiadat, kepercayaan, keadaan sosial, masyarakat, kepribadian individu, hubungan antar individu dan masyarakat, dan sistem nilai yang berlaku di dalam masyarakat pada masanya (Panuti Sudjiman, 1995:14)
Kehadiran naskah klasik yang merupakan karya cipta manusia yang hidup bermasyarakat pada masa itu memiliki arti penting. Melalui dokumen tertulis, kita dapat menggali informasi, mempelajari, kemudian memahami kebudayaan Kehadiran naskah klasik yang merupakan karya cipta manusia yang hidup bermasyarakat pada masa itu memiliki arti penting. Melalui dokumen tertulis, kita dapat menggali informasi, mempelajari, kemudian memahami kebudayaan
Hasil penelitian sastra kitab terlebih sastra kitab tasawuf yang membahas tentang tarekat belum banyak, maka hal ini yang menjadi ketertarikan peneliti untuk mengkaji naskah tersebut secara filologis. Salah satu naskah Melayu produk masa lampau yang terdapat di Indonesia ialah naskah Aneka Karangan (selanjutnya disingkat AK). Naskah ini termasuk ke dalam sastra Melayu lama bercorak Islam. Naskah AK termasuk dalam kategori sastra kitab karena isi naskah memuat ajaran fikih dalam agama Islam.
Dalam kesusastraan Islam (kesusastraan Melayu), karya sastra dikenal sebagai sebutan sastra kitab diciptakan dengan tujuan untuk menanamkan ajaran Islam, menguatkan iman (kepercayaan, keyakinan), kepada Allah Swt, dan meluruskan ajaran yang menyimpang dari Quran dan hadis. (Siti Chamamah-Soeratno, 1982:150).
Naskah AK tercatat di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Jakarta. Naskah ini bernomor Ml. 479 yang berisi delapan buah teks karangan pendek. Untuk membedakan antara satu teks dengan teks yang lain, setiap teks akan diberi kode huruf latin dari huruf A sampai H sehingga terdapat delapan teks dengan nomor Ml. 479 A-H. Kedelapan teks ini berisi tentang hal-hal sebagai berikut.
1. Jamaah dan ayat-ayat yang dibaca di dalamnya (Ml. 479 A)
2. Adab berzikir dan segala sesuatu yang berhubungan dengan itu (Ml. 479 B)
3. Perbedaan mahzab Imam Syafii dan Imam hanafi (Ml. 479 C)
4. Hukum warisan (fiqih) (Ml. 479 D)
5. Hukum nikah ajaran Syekh Abdulmufti as-Samalawi (Ml. 479 E)
6. Tarekat Naksyabandiyah dan kitab Syekh Abdullah (Ml. 479 F)
7. Hukum menyembelih dan ijmak ulama (Ml. 479 G)
8. Ijmak mengenai Hakim dan Tauliyah (Ml. 479 H) Dalam naskah AK, antara teks satu dan teks yang lain tidak berhubungan karena setiap teks memiliki kandungan isi yang berbeda-beda. Dari kedelapan teks di atas, peneliti hanya mengambil satu teks untuk penelitian yaitu teks “adab berzikir dan segala sesuatu yang berhubungan dengan itu ” (Ml. 479 B). Hal ini dikarenakan teks yang lain sudah diteliti.
Teks adab berzikir dan segala sesuatu yang berhubungan dengan itu memiliki judul asli yang tertulis jelas di dalam pembukaan awal teks yaitu “Tarjumānu Al-Mustafi>di Min Al-‘Arabiyyati Li Adabi Aż-Żikri ‘Alā At}- T}ari>qati Al-Khalw ātiyyati”. Judul di atas jika diterjemahkan berarti juru bahasa yang diambil faedah dari bahasa Arab pada menyatakan adab zikir tarekat Khalwatiyah. Untuk mempermudah penyebutan selanjutnya, peneliti menyingkat judul teks menjadi Tarjuman. Arti dari kata Tarjuman yaitu “terjemahan”.
Dari hasil inventarisasi naskah yang telah dilakukan peneliti dengan menggunakan studi katalog, diketahui bahwa naskah AK termasuk naskah tunggal. Dari hasil membaca katalog, diketahui bahwa keterangan naskah AK tercantum dalam Katalogus koleksi Naskah Melayu Museum Pusat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional, Direktorat Jenderal Kebudayaan, tahun 1992.
Ada lima alasan yang menyebabkan teks Tarjuman menarik untuk diteliti. Pertama, teks Tarjuman merupakan naskah klasik berbahasa Melayu dengan tulisan Jawi yang pada jaman sekarang banyak orang tidak dapat memahami sehingga pengkajian terhadap teks Tarjuman perlu dilakukan.
Kedua, teks ini masih dalam kondisi baik dan utuh. Baik dalam arti kondisi teks yang berhubungan dengan bahan naskah dan tulisan (jelas dibaca) masih layak untuk dikaji. Utuh dalam arti teks ini memiliki halaman yang lengkap sehingga memungkinkan peneliti untuk mengkaji secara komprehensif.
Ketiga, teks ini berisi penjelasan mengenai adab atau tata cara berzikir Tarekat Khalwatiyah. Di dalam teks Tarjuman disebutkan bahwa tarekat Khalwatiyah memiliki 20 adab zikir, yang berarti berbeda dengan adab zikir tarekat-tarekat lain yang berkembang di Indonesia.
Keempat, teks Tarjuman membahas adab zikir sebuah tarekat yang berkembang di Indonesia yaitu tarekat Khalwatiyah. Meski mayoritas masyarakat tidak tahu tentang tarekat Khalwatiyah, akan tetapi tarekat ini memiliki pengaruh yang luas di wilayah Sulawesi Selatan.
Kelima, sampai saat ini teks Tarjuman belum pernah dikaji sebelumnya. Hal ini didasarkan pada studi pustaka yang dilakukan peneliti pada Direktori Edisi Naskah Nusantara dan penulusuran judul-judul skripsi filologi di beberapa universitas yaitu Universitas Indonesia (UI), Universitas Diponegoro (UNDIP) dan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Dalam penelitian ini inventarisasi naskah hanya dilakukan melalui studi katalog saja. Studi lapangan tidak dilakukan karena keterbatasan peneliti. Dari hasil studi katalog diketahui bahwa naskah Tarjuman termasuk naskah tunggal. Hasil studi katalog yang telah dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Amir Sutaarga, dkk. 1972. Katalogus Koleksi Naskah Melayu Museum Pusat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan . Jakarta: Departemen pendidikan dan kebudayaan.
2. Behrend, T. E. (Ed). 1997. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 3-A Fakultas Sastra Indonesia . Jakarta:Yayasan Obor Indonesia- Ecole Francaise D’extreme orient.
3. Edi. S. Ekadjati dan Undang A. Darsa. 1999. Katalog Induk Naskah- naskah Nusantara jilid 5 A Jawa Barat: Koleksi Lima Lembaga . Jakarta: Yayasan Obor Indonesia- Ecole Francaise D’extreme.
4. Edi. S. Ekadjati dan Undang A. Darsa. 2000. Direktori Edisi Naskah Nusantara . Jakarta: Manassa dan Yayasan Obor Indonesia.
5. Howard, H. Joseph. 1988. Malay Manuscript. La Bibliographical Guide . University of Malaya Library: Kuala Lumpur Malaysia.
6. Jenifer Lindsay, RM. Soetanto & Alan Feinsten. 1994. Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara . Kraton Yogyakarta. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
7. Loir, Henry Chambert dan Oman Fathurrahman.1999. Panduan Koleksi Naskah-naskah Indonesia Sedunia- World Guide To Indonesia Manuschript Collections . Ecole Francaise d’extreme Orient. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
8. Ronkel, S. Van. 1909. Catalogus Der Maleische Handschriften in het Museum van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wettenshappen.
9. Ronkel, S. Van. 1909. 1921. Suplement of the Catalogus der Maleische en Minangkabausche Handschriften in de Leidshe Universiteits-Bibliotheek . Leiden: E. J. Brill.
Dari katalog di atas, teks Tarjuman hanya tercantum di dalam katalog Amir Sutaarga, dkk. 1972. Katalogus Koleksi Naskah Melayu Museum Pusat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan .
Diharapkan penelitian teks Tarjuman dapat menambah wawasan ajaran agama Islam, terutama pengetahuan tentang ajaran tarekat Khalwatiyah. Penelitian teks Tarjuman difokuskan pada masalah suntingan teks, analisis struktur, dan kandungan isi teks Tarjuman. Oleh karena itu, penelitian teks Tarjuman diberi judul Tarjum ānu Al-Must{afi>di Min Al-‘Arabiyyati Li Adabi
A ż-Żikri ‘Alā At}-T{ari>qati Al-Khalwātiyyati: Suntingan Teks, Analisis struktur, dan Ajaran Tarekat Khalwatiyah.
B. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian dapat terarah, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, dan tidak menyimpang dari pokok permasalahannya. Penelitian teks Tarjuman dibatasi pada suntingan teks, analisis struktur, dan kandungan isi teks Tarjuman. Masalah yang dibahas yaitu sebagai berikut.
1. Suntingan teks menggunakan metode standar.
2. Analisis struktur yang dibatasi pada struktur penyajian teks, gaya penyajian teks, pusat penyajian teks, dan gaya bahasa teks.
3. Kandungan isi teks Tarjuman di bidang tarekat Khalwatiyah.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana suntingan teks Tarjuman?
2. Bagaimana struktur teks Tarjuman?
3. Bagaimana kandungan isi teks Tarjuman?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut.
1. Menyediakan suntingan teks Tarjuman yang baik dan benar. Baik dalam arti mudah dibaca karena telah ditransliterasikan dari huruf Arab Melayu ke huruf latin. Benar maksudnya, isi teks dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
2. Mendeskripsikan struktur teks Tarjuman.
3. Mengungkapkan kandungan isi teks Tarjuman.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Turut memperkaya hasi-hasil penelitian, terutama dalam bidang filologi khususnya sastra kitab.
b. Sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian lain, baik itu di bidang ilologi maupun penelitian ilmu lain, seperti ilmu sastra, agama, sejarah, dan sebagainya.
2. Manfaat Praktis
a. Memperkenalkan keberadaan teks Tarjuman.
b. Membantu melestarikan warisan budaya bangsa yang berupa naskah klasik.
c. Memberi sumbangan ilmu pengetahuan bagi pembaca dalam memahami ajaran Islam, khususnya ajaran tarekat Khalwatiyah.
F. Sistematika Penulisan
Penelitian ini terdiri dari enam bab yaitu pendahuluan, landasan teori, metode penelitian, suntingan teks, analisis, dan penutup. Adapun sistematika penulisan penelitian adalah sebagai berikut.
Bab pertama, pendahuluan. Bab ini berisi: (1) latar belakang dan argumentasi yang mendorong pentingnya dilakukan penelitian ini, (2) pembatasan masalah yang terdiri dari tiga pokok batasan masalah, yaitu suntingan teks, analisis struktur, dan kandungan isi, (3) perumusan masalah terdiri dari tiga rumusan, yaitu suntingan teks, analisis struktur, dan kandungan isi, (4) tujuan penelitian, merupakan penjelasan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian, (5) manfaat penelitian, merupakan penjelasan manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dan (6) sistematika penulisan yang menjelaskan gambaran secara global dalam penelitian ini.
Bab kedua, landasan teori. Bab ini berisi tentang langkah-langkah dalam melakukan penyuntingan teks, pengertian tentang sastra kitab, dan teori tentang zikir dan tarekat Khalwatiyah.
Bab ketiga, metode penelitian. Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang yang digunakan untuk menemukan jawaban atas masalah yang telah dirumuskan. Metode penelitian mencakup sumber data, metode penelitian yang digunakan, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, dan teknik penarikan kesimpulan.
Bab keempat, suntingan teks. Bab ini berisi inventarisasi naskah dengan menggunakan studi katalog, deskripsi naskah, iktisar isi teks, kritik teks, suntingan teks, dan daftar kata sukar untuk membantu pembaca memahami teks.
Bab kelima, analisis teks. Bab ini menganalisis isi teks dengan analisis struktur, sehingga memperjelas hasil yang akan dicapai dalam penelitian. Analisis struktur meliputi struktur penyajian teks, gaya penyajian teks, pusat penyajian teks, gaya bahasa teks, dan kandungan isi teks Tarjuman.
Bab keenam, penutup. Bab ini berisi simpulan dan saran. Simpulan merupakan hasil yang telah ditemukan dalam penelitian ini. Saran merupakan langkah-langkah untuk menindaklanjuti hasil yang telah ditemukan.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian filologi khususnya tentang tarekat dan zikir telah dilakukan sebelumnya oleh peneliti lain. Berikut ini diberikan beberapa penelitian tentang tarekat dan zikir yaitu sebagai berikut.
1. Nurhayati. 2006. “Risa>lata ‘L-Badi>’iyyah Fi> Thari>qati ‘N- Naqsyabandiyyati ‘L-‘A>liyah karya Syekh Abdallah Dihlawi: Suntingan Teks, Analisis struktur, dan Isi .” Skripsi. Surakarta: Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.
Ringkasan isi dari penelitian di atas yaitu sebagai berikut.
A. Ajaran tarekat Naqsyabandiyah yang berupa zikir tarekat Naqsyabandiyah.
Zikir tarekat Naqsyabandiyah terdiri dari dua macam yaitu zikir khafi dan zikir jahar atau lisan. Zikir khafi (qalbi) yaitu zikir yang dikerjakan dengan hati (sirr). Zikir khafi dibagi menjadi dua yaitu zikir ismu zat dan zikir nafi isbat.
Zikir ismu zat ialah zikir dengan menyebut nama zat Allah yang hakiki yaitu Allāh Allāh. Zikir nafi isbat ialah zikir dengan mengucap Lā ilāha illa ‘l-lāh sembari memusatkan perhatian kepada Allah dengan pengaturan nafas. Zikir nafi isbat juga bisa berarti menafikkan segala yang terupa yang dapat dibesarkan yaitu dengan kalimat “Lā ilāha” yang berarti
“tiada Tuhan” dan mengisbatkan Allah yang menjadi sesembahan yaitu dengan kalimat “illa ‘l-lāh” yang berarti “melainkan Allah”.
A. Jalan yang harus ditempuh salik (murid tarekat) untuk sampai kepada Allah Taala (makrifatullah).
3 jalan yang dimaksud ialah zikir dengan kalimat tayibbah, muraqabah dan tawajuh.
a) Zikir dengan kalimat tayibbah yaitu zikir dengan kalimat “Lā ilāha illa ‘l-lāh muhammadu ‘r-Rasūlu ‘l-Lāh” yang diucapkan tiga kali atau lebih dengan menahan nafas secara terus menerus.
b) Muraqabah yaitu menjaga atau merasa dirinya selalu diawasi sehingga membuat sikap yang selalu awas pada hukum-hukum Allah.
c) Tawajuh yaitu menyatukan atau mengkonsentrasikan seluruh indra zahir
dan indra batin untuk munajat dan berzikir kehadirat Allah Swt.
B. Bertambatnya salik kepada syekh Kedudukan guru sangat penting bagi murid, karena guru merupakan perantara dalam ibadah antara murid dengan Allah Taala. Oleh sebab itu murid harus mentaati gurunya. Hak ini wajib bagi murid untuk mencapai maqam musyahadah yaitu tingkatan seseorang yang seolah-olah bisa berpandang- pandangan dengan Allah, murid mendapat kasyaf yakni tiada hijab antara dia dengan Allah.
Dari hasil penelitian di atas dapat diperoleh keterangan bahwa teks Risa>lata ‘L-Badi>’iyyah Fi> Thari>qati ‘N-Naqsyabandiyyati ‘L-‘A>liyah memiliki
kandungan isi ajaran tarekat Naqsyabandiyah. Ajaran yang dimaksud ialah ajaran kandungan isi ajaran tarekat Naqsyabandiyah. Ajaran yang dimaksud ialah ajaran
2. Istadiyantha. 2006. “Syattariyah; Suntingan Teks dan Analisis Fungsi.” Tesis Magister. Yogyakarta: Fakultas Pascasarjana Universitas Gajah Mada. Ringkasan isi penelitian tentang tarekat Syattariyah di atas yaitu sebagai berikut.
A. Isi ajaran tarekat Syattariyah yang dibatasi pada kandungan naskah Syattariyah.
a) Ratu Shafiyyatu d-Din mengajukan permohonan kepada syekh Abdurrauf agar ia dibimbing melaksanakan ajaran sufi. Permohonan ini dikabulkan setelah syekh Abdurrauf melakukan shalat istikharah terlebih dahulu agar ia mendapat petunjuk dari Allah ketika melaksanakan ajaran tersebut.
b) Di dalam teks Syattariyah disebutkan adab zikir bagi pengikut tarekat ini yang dibagi menjadi tiga tataran yaitu zikir mubtadi, zikir mutawasitah dan zikir muntahi. Mubtadi artinya tingkat permulaaan. Mutawasitah artinya tingkat menengah. Muntahi artinya tingkat terakhir. Tataran terakhir ini dapat dicapai oleh seseorang yang b) Di dalam teks Syattariyah disebutkan adab zikir bagi pengikut tarekat ini yang dibagi menjadi tiga tataran yaitu zikir mubtadi, zikir mutawasitah dan zikir muntahi. Mubtadi artinya tingkat permulaaan. Mutawasitah artinya tingkat menengah. Muntahi artinya tingkat terakhir. Tataran terakhir ini dapat dicapai oleh seseorang yang
B. Hubungan antara syariat dengan tarekat Syattariyah Hubungan antara syariat dengan tarekat Syattariyah ini dibatasi pada tinjauan secara syariat mengenai ajaran tarekat Syattariyah, guru tarekat Syattariyah dan tarekat Syattariyah.
a) Tarekat Syattariyah mengajarkan tentang tata cara pelaksanaan zikir. Zikir ini dilaksanakan secara jahar atau bersuara dan khafi (sirr) atau dalam hati. Beberapa dalil digunakan untuk menguatkan tentang peranan
guru tarekat Syattariyah. Dari hadis “Hendaklah kau selalu beserta Allah jika tidak dapat demikian besertalah dengan orang yang dekat kepada
Allah, ia akan membimbingmu ke jalan Allah.” Dari Alquran yaitu surat Al-Kahfi: 17 “Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, Maka Dialah
yang mendapat petunjuk; dan Barangsiapa yang disesatkan-Nya, Maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya. ” Surat Al-Maidah: 53 “Dan orang-orang yang beriman akan mengatakan: "Inikah orang-orang yang bersumpah sungguh-sungguh dengan nama Allah, bahwasanya mereka benar-benar beserta kamu?" Rusak binasalah segala amal mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang merugi. ”
b) Tujuan dari pengamalan zikir tarekat Syattariyah adalah untuk mencapai martabat insan kamil yaitu tingkat kesempurnaan yang lazim menurut ukuran manusia.
C. Teks Syattariyah dan pengertian Makrifat.
a) Makrifat Tanziyyah Makrifat Tanziyyah ialah makrifat yang diperoleh dengan cara memperhatikan/ mempelajari segala sesuatu dari segi batiniah/ hakikatnya.
b) Makrifat Tasybiyyah Makrifat Tasybiyyah ialah makrifat yang diperoleh dengan cara mempelajari segala sesuatu dari segi lahiriahnya.
c) Himpunan antara makrifat Tanziyyah dan Tasybiyyah. Gabungan kedua makrifat ini yaitu makifat yang diperoleh orang-orang sufi dengan cara mempelajari segala sesuatu dari segi lahiriah dan batiniahnya. Makrifat ini dianggap sempurna bagi orang-orang sufi.
Dari hasil penelitian di atas dapat diperoleh keterangan bahwa tarekat Syattariyah memiliki adab zikir tertentu bagi pengikutnya. Zikir tersebut dibagi menjadi tiga tataran yaitu zikir mubtadi, zikir mutawasitah, dan zikir muntahi. Selain zikir, tarekat Syattariyah juga mengajarkan tentang tata cara pelaksanaan zikir. Zikir ini dilaksanakan secara jahar atau bersuara dan khafi (sirr) atau dalam hati. Tujuan dari pengamalan zikir tarekat Syattariyah adalah untuk mencapai martabat insan kamil yaitu tingkat kesempurnaan yang lazim menurut ukuran manusia.
3. Siti Fathilah Nur Hidayati. 2006. “Risālah Tabyin ath-Tharīq ilā ‘l-Lāhi Ta’ālā karya Ali Al-Muttaqi : Suntingan Teks dan Tinjauan Tasawuf ”. Skripsi. Surakarta: Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.
Skripsi ini berisi tentang jalan untuk mengenal Tuhan yaitu dengan cara mengamalkan zikir Lā ilāha illa ‘l-lāh. Zikir Lā ilāha illa ‘l-lāh memiliki faedah yang banyak yaitu sebagai berikut.
1) Memperoleh karunia Allah yang tiada terpermanai dan tidak dapat dikira, sehingga zikir seirama dengan setiap tarikan nafas.
2) Memperoleh ampunan Allah Taala dari segala dosa yang dahulu dan sekarang dan Allah meridhoi sampai hari kiamat.
3) Orang yang mengucap zikir Lā ilāha illa ‘l-lāh dengan takdim akan masuk surga dan dijauhkan dari api neraka.
4) Zikir Lā ilāha illa ‘l-lāh akan meruntuhkan dosa dengan sekali runtuh.
5) Dengan memperbanyak zikir maka zikir tersebut akan tetap tinggal dalam hati dan akan mempengaruhi diri kita karena zikir merupakan makanan bagi hati dan ruh.
6) Zikir akan meringankan beban di hari kiamat dan kalimat “Lā ilāha illa ‘l-lāh muhammadu ‘r-Rasūlu ‘l-Lāh” ialah kunci bagi semua masalah, karena
dengan dua kalimat tersebut dapat menyebabkan seseorang masuk surga dan selamat dari api neraka.
Dari hasil penelitian di atas dapat diperoleh keterangan bahwa teks Risālah Tabyin ath- Tharīq ilā ‘l-Lāhi Ta’ālā karya Ali Al-Muttaqi berisi ajaran tasawuf.
Salah satu ajarannya ialah amalan zikir Lā ilāha illa ‘l-lāh. Zikir Lā ilāha illa ‘l-lāh akan mengantarkan seorang hamba untuk lebih dekat kepada Allah karena zikir merupakan ibadah yang dilakukan setiap saat dan di setiap tempat untuk selalu mengingat dan meyakini kebesaran Allah. Selain penjelasan tentang zikir Lā ilāha illa ‘l-lāh, dikemukakan juga manfaat yang dapat diraih bagi seseorang yang melakukan zikir Lā ilāha illa ‘l-lāh.
4. Fitri Kasanah. 2008. “Jumlatu’l-Ma’rifah: Suntingan Teks dan Analisis Struktur.” Skripsi. Surakarta: Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan seni
Rupa Universitas Sebelas Maret. Skripsi ini berisi tentang dua puluh perkara untuk mencapai tingkat kesempurnaan makrifat. Dua puluh perkara ini merupakan perkara yang gaib atau menjadi rahasia Allah. Selain dua puluh perkara, teks ini juga berisi tentang penjelasan pakaian Allah.
a. Dua puluh perkara gaib yaitu: (1) Keadaan Allah, (2) Tatkala ilmu belum jadi, (3) Perkara segala alam jadi, (4) Kadim Allah, (5) Perkara yang dinamainya adalah Allah, (6) H amidu ‘l-lāh, (7) Wahda ‘l-lah, (8) Syarh Allah, (9) Ghāliba ‘l-lāh, (10) Kenyataan, (11) Awal Allah, (12) Akhir Allah, (13) Zahir Allah, (14) Batin Allah, (15) Latif Allah, (16) Tanz īh Allah, (17) Pakaian Allah, (18) Hakikat Allah subhanahu wa tala, (19) Puji Allah dan (20) Hakikat gaib Allah dan gaib Muhammad.
b. Pakaian Allah yaitu: (1) Wajib, (2) Mustahil, (3) Jais, (4) Jika ada, tiada siapapun seakan-akan barang sekehendak-Nya, (5) Perkara yaitu kasih b. Pakaian Allah yaitu: (1) Wajib, (2) Mustahil, (3) Jais, (4) Jika ada, tiada siapapun seakan-akan barang sekehendak-Nya, (5) Perkara yaitu kasih
Seseorang yang mengetahui dan memahami ilmu dua puluh perkara di atas dengan sempurna maka dia adalah semulia-mulia hamba yang memperoleh ilmu makrifat Allah. Orang inilah yang akan menjadi wali Allah dan mendapat kasih Allah.
Dari hasil penelitian di atas dapat diperoleh keterangan bahwa teks Jumlatu’l-Ma’rifah berisi penjelasan tentang 20 perkara gaib yang menjadi
rahasia Allah. 20 perkara gaib tersebut dapat digunakan untuk mencapai derajat kesempurnaan makrifatullah bagi yang mengetahui.
5. Fatmawati. 2007. “Akhlaqul Mahmudah: Suntingan Teks, Analisis Struktur dan Isi Ajaran Tasawuf.” Sripsi. Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni
Rupa Universitas Sebelas Maret. Skripsi ini berisi tentang hal-hal yang berhubungan dengan amalan zikir yaitu sebagai berikut.
a. Jalan untuk mengenal Allah yaitu dengan mengamalkan zikir. Zikir yang diamalkan berdasarkan firman Allah surat Al-Ahzab: 41-42: “Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.dan bertasbihlah kepada- Nya diwaktu pagi dan petang. ” Selain itu surat Ali-Imran 190-191, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya a. Jalan untuk mengenal Allah yaitu dengan mengamalkan zikir. Zikir yang diamalkan berdasarkan firman Allah surat Al-Ahzab: 41-42: “Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.dan bertasbihlah kepada- Nya diwaktu pagi dan petang. ” Selain itu surat Ali-Imran 190-191, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
Di dalam teks Akhlaqul Mahmudah terdapat nasehat tentang jangan meninggalkan zikir kepada Allah, karena orang yang meninggalkannya sangat jahat kepada Allah dan termasuk orang yang lalai.
b. Bersyukur atas nikmat Allah. Seseorang yang beribadah dan beramal tidak disertai dengan rasa ikhlas, maka tidak dapat menemui takdir yang dicita-citakan. Nasehat tentang syukur nikmat ini berdasarkan firman Allah surat Ibrahim:7, “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih .”
c. Menyekutukan Allah ialah tindakan yang sangat tercela dan tidak dapat diampuni dosanya. Hal ini berdasarkan firman Allah Surat An-Nisa: 36 “Sembahlah Allah dan jangan memprsekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah dua orang ibu b apa”, dan Surat Adz-Dzariyat: 56, “Dan aku tidak c. Menyekutukan Allah ialah tindakan yang sangat tercela dan tidak dapat diampuni dosanya. Hal ini berdasarkan firman Allah Surat An-Nisa: 36 “Sembahlah Allah dan jangan memprsekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah dua orang ibu b apa”, dan Surat Adz-Dzariyat: 56, “Dan aku tidak
Dari hasil penelitian di atas dapat diperoleh keterangan bahwa teks Akhlaqul Mahmudah berisi tentang ajaran mengenai amalan zikir. Zikir yang dikemukakan tidak terbatas berdasarkan zikir tarekat tertentu. Zikir yang dijelaskan ialah amalan zikir secara umum dengan tujuan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Zikir perlu dilakukan karena akan membantu selamat dunia akhirat dan dijauhkan dari api neraka bagi siapa saja yang membacanya. Selain ajaran zikir teks tersebut juga berisi nasehat untuk senantiasa bersyukur kepada Allah dan larangan menyekutukan Allah.
B. Penyuntingan Teks
Edwar Djamaris (2006:9) menjelaskan bahwa tujuan utama penelitian filologi aalah menentukan teks yang asli (autografi), teks yang mendekati teks asli, (arketip) atau teks yang berwibawa (autoritatif). Kerja ini diperoleh melalui kritiks teks. Penelitian filologi berusaha membersihkan teks dari kesalahan dan menyusunnya kembali menjadi naskah yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai sumber penelitian yang otentik dengan tetap memperhatikan kaidahnya sebagai karya sastra.
Penyuntingan teks memerlukan metode yang tepat dan sesuai dengan kondisi naskah yang disunting. Penyuntingan teks dengan menggunakan metode yang tepat dengan obyek yang diteliti akan menghasilkan suntingan yang baik dan benar. Baik dalam arti mudah dibaca dan dipahami sebab sudah ditransliterasikan kedalam huruf latin. Benar, kebenaran isi teks dapat dipertanggungjawabkan karena sudah dilakukan perbaikan terhadap kesalahan yang ada (Sholeh Dasuki, 1999:60).
Penyuntingan teks memerlukan langkah-langkah tertentu agar tujuan dari penelitian filologi dapat tercapai.
Langkah awal suatu penyuntingan naskah adalah inventarisasi naskah. Hal ini dapat dilaksanakan stelah memperoleh informasi tentang sejumlah naskah yang dirunut dari katalogus naskah yang ada. Tujuannya untuk mengetahui jumlah naskah, tempat penyimpanan naskah dan lain-lain. Dengan demikian pada tahap ini seorang calon peneliti naskah berdasarkan cara kerja filologi adalah semua naskah yang terdapat diberbagai tempat seperti perpustakaan, universitas, atau museum yang menyimpan naskah-naskah (Siti Baroroh- Baried, 1994:67)
Inventarisasi naskah ialah mengumpulkan seluruh informasi mengenai naskah yang menjadi objek penelitian. Pencarian naskah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui studi katalog dan terjun langsung ke lapangan. Naskah yang terdaftar di katalog, biasanya dimiliki oleh museum atau lembaga tertentu. Pencarian ini dilakukan dengan melihat judul naskah dan seluruh informasi atau keterangan yang berkaitan dengan naskah yang tertera dalam katalog. Naskah yang tidak tersimpan di tempat resmi biasanya menjadi koleksi pribadi perseorangan. Untuk mendapatkannya, maka kita perlu mendatangi langsung orang yang menyimpan naskah-naskah kuno.
Langkah kedua ialah deskripsi naskah, yaitu menjelaskan keadaan naskah secara terperinci. Edwar Djamaris (2006:12) menegaskan bahwa metode yang digunakan dalam deskripsi naskah ialah metode deskriptif. Semua naskah dideskripsikan dengan pola yang sama yaitu nomor naskah, ukuran naskah, keadaan naskah, bahasa, kolofon, dan garis besar cerita. Langkah terakhir ialah transliterasi teks.
Transliterasi adalah penggantian jenis tulisan, huruf, dan abjad yang satu ke abjad yang lain. Istilah ini dipakai dengan pengertian yang sama pada penggantian jenis tulisan naskah (Siti Baroroh-Baried, dkk. 1994:9)
Penyuntingan teks, selalu disertai dengan kegiatan kritik teks.
Kritik teks adalah penilaian terhadap kandungan teks yang tersimpul dalam naskah untuk mendapatkan teks yang paling mendekati aslinya (Bani Sudardi, 2003: 55)
Kritik teks memberikan evaluasi terhadap teks, meneliti dan menempatkan teks pada tempatnya yang tepat. Kegiatan kritik teks bertujuan untuk menghasilkan teks yang sedekat-dekatnya dengan teks aslinya (constituo textus) (Siti Baroroh-Baried, dkk. 1994:61).
C. Sastra Kitab
Sastra kitab merupakan karya keagamaan yang berbentuk kitab yang termasuk ke dalam kesusasteraan Melayu. Kandungan isi sastra kitab bersifat logis, ilmiah, dan tidak mengandung imajinasi atau rekaan yang bersifat fiktif, melainkan ajaran agama yang jelas sumbernya, seperti Quran dan hadis Nabi, dan diyakini sebagai sebuah kebenaran oleh pemeluknya.
Sastra kitab tulisan berisi ajaran yang bertujuan untuk menanamkan ajaran Islam, memperkuat iman, dan meluruskan ajaran yang sesat, yaitu ajaran dari Quran dan hadis. Sastra kitab ialah sastra yang menguraikan ajaran Islam bersumber pada ilmu fikih, ilmu tasawuf, ilmu kalam, dan tarikh, serta riwayat tokoh-tokoh historis. (Siti Chamamah-Soeratno 1982:149)
Sastra kitab merupakan karya sastra Melayu yang memiliki keunikan karena struktur penyajiannya yang menyerupai karya modern, yaitu disajikan secara sistematis dan bersifat ilmiah. Oleh karena itu, ditinjau dari konvensi ekspresinya, sastra kita mempunyai ciri-ciri yang khusus, yaitu meliputi
struktur narasi, gaya pengisahan, pusat pengisahan dan gaya bahasa. “Adapun Struktur narasi sastra kitab pada umumnya terdiri dari tiga bagian 1) pendahuluan, 2) isi, 3) penutup ”. (Siti Chamamah-Soeratno, 1992:209)
Pendahuluan dimulai dengan satu rangkaian pembuka karangan yang berupa basmalah, hamdalah, selawat kepada Nabi Muhammad saw, kata wabakdu dan ihwal kepengarangan (judul karangan, penulis, motivasi menulis). Isi berupa uraian Pendahuluan dimulai dengan satu rangkaian pembuka karangan yang berupa basmalah, hamdalah, selawat kepada Nabi Muhammad saw, kata wabakdu dan ihwal kepengarangan (judul karangan, penulis, motivasi menulis). Isi berupa uraian
D. Struktur Sastra Kitab
Struktur sastra kitab memiliki kekhasan tersendiri. Struktur yang dimaksud adalah struktur narasi sastra kitab. Struktur narasi sastra kitab meliputi struktur penyajian teks, gaya penyajian teks, pusat penyajian teks, dan gaya bahasa teks.
1. Struktur penyajian sastra kitab
a. Pendahuluan, diikuti bacaan hamdalah, puji-pujian kepada Allah Swt, selawat kepada Nabi Muhammad saw, keluarganya, dan kepada para sahabatnya.
b. Isi Isi berupa uraian tentang masalah yang menjadi topik dalam tulisan tersebut.
c. Penutup Bagian penutup berisi doa kepada Allah, selawat kepada Nabi, keluarganya, kepada para sahabatnya, dan diakhiri dengan kata “tamat”.
2. Pusat penyajian sastra kitab Siti Chamamah-Soeratno (1992:172-173) menjelaskan bahwa pusat penyajian adalah posisi seorang pengarang dalam menyampaikan cerita ataupun ajarannya. Pusat penyajian sastra kitab ada dua macam. Pertama, pusat penyajian orang pertama atau ich-erzahlung, yaitu pendapat dituturkan sendiri oleh pengarang. Pengarang menggunakan kata ganti aku, kami, dan 2. Pusat penyajian sastra kitab Siti Chamamah-Soeratno (1992:172-173) menjelaskan bahwa pusat penyajian adalah posisi seorang pengarang dalam menyampaikan cerita ataupun ajarannya. Pusat penyajian sastra kitab ada dua macam. Pertama, pusat penyajian orang pertama atau ich-erzahlung, yaitu pendapat dituturkan sendiri oleh pengarang. Pengarang menggunakan kata ganti aku, kami, dan
3. Gaya penyajian sastra kitab Gaya penyajian adalah cara pengarang yang khusus dalam
menyampaikan cerita, pikiran, serta pendapatnya. Teks atau pendapat dapat dituturkan oleh diri si tokoh sendiri sebagai penyampai pikiran atau pendapatnya sendiri yang menyampaikan pendapatnya, maka dalam menuturkan pikirannya dipakai kata ganti aku, kita, kami, dan semacamnya. (Siti Chamamah-Soeratno, 1982:160)
4. Gaya bahasa sastra kitab Gaya bahasa dalam sastra kitab meliputi kosakata, sintaksis, ungkapan dan sarana retorik. Karena sastra kitab membahas hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam, maka gaya bahasa dalam sastra kitab banyak dipengaruhi bahasa arab.
Meninjau gaya bahasa seorang berarti meneliti segala permainan bahasanya yang khusus, sejak dari pemilihan kata sampai pada penyusunan kalimat yang menarik pembaca (Siti Chamamah- Soeratno, 1982:179)
E. Tarekat Khalwatiyah
Tarekat itu artinya jalan, petunjuk dalam melakukan suatu ibadat sesuai dengan ajaran yang ditentukan dan dicontohkan oleh Nabi dan dikerjakan oleh sahabat dan tabi‟in, turun temurun sampai kepada guru-guru, sambung menyambung, dan rantai-berantai. (Aboebakar Atjeh, 1993:67)
Menurut Al- Jurjani „Ali bin Muhammad bin „Ali (740-816 M), tarekat ialah metode khusus yang dipakai oleh salik (para penempuh jalan) menuju Allah Taala melalui tahapan-tahapan/maqamat. (wikipedia.org)
Aboebakar Atjeh (1993:67) mengemukakan bahwa pokok dari semua tarekat ada lima, yaitu: pertama, mempelajari ilmu pengetahuan yang bersangkut paut dengan pelaksanaan semua perintah, kedua mendampingi guru-guru dan teman setarekat untuk melihat bagaimana cara melakukan suatu ibadat, ketiga meninggalkan segala ruhsah dan takwil untuk menjaga dan memelihara kesempurnaan amal, keempat menjaga dan menggunakan waktu serta mengisinya dengan wirid dan doa, guna mempertebal rasa khusyu dan hudur, dan kelima mengekang diri agar tidak memperturutkan hawa nafsu dan supaya diri terjaga dari kesalahan.
Tarekat Khalwatiyah (Khalwatiyyah) didirikan oleh Syekh Muhammad al- Khalwati (wafat pada 717 H.) (Muhammad Syafii, 2009). Nama tarekat ini berasal dari kata “khalwat” yang artinya menyendiri untuk merenung. Tarekat Khalwatiyah
berkembang secara luas di Mesir yang dibawa oleh Musthafa al-Bakri (lengkapnya Musthafa bin Kamaluddin bin Ali al-Bakri as-Shiddiqi), seorang penyair sufi asal Damaskus, Syiria. Ia mengambil tarekat tersebut dari gurunya yang bernama Syekh Abdul Latif bin Syekh Husamuddin al-Halabi. Karena pesatnya perkembangan tarekat ini di Mesir, tak heran jika Musthafa al-Bakri dianggap sebagai pemikir Khalwatiyah oleh para pengikutnya (Muhammad Syafii, 2009)
Secara nasabiyah, tarekat Khalwatiyah merupakan cabang dari Az-Zahidiyah, cabang dari Al-Abhariyah dan cabang dari As-Suhrawardiyah yang didirikan oleh Syekh Syihabuddin Abi Hafs Umar As-Suhrawardi Al-Baghdadi (539-632 H). (Muhammad Syafii, 2009). Di Indonesia, ajaran tarekat ini berkembang luas di Sulawesi Selatan. Seperti halnya di beberapa tempat lainnya, ajaran Tarekat
Khalwatiyah yang berkembang di Sulawesi Selatan terbagi menjadi dua kelompok, yaitu Tarekat Khalwatiyah Yusuf dan Tarekat Khalwatiah Samman (Nidia Zuraya, 2010)
Tarekat Khalwatiyah memiliki pokok-pokok ajaran yang berkisar pada usaha manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan amalan dan latihan kerohanian. Sebagai tarekat yang berorientasi pada syariat, Khalwatiyah menekankan penggabungan pengetahuan ('ilm) dan praktik ('amal). Ia juga menuntut pengikatan hati (rabth al-qalb) seorang murid kepada guru (syaikh). (Nidia Zuraya, 2010)
Tarekat Khalwatiyah juga mengenal adanya sebuah amalan yang disebut Al- Asma’ As-Sab’ah (tujuh nama) yaitu tujuh macam zikir atau tujuh tingkatan jiwa yang harus dibaca setiap murid tarekat (Nidia Zuraya, 2010)
F. Zikir
A Ż-ŻIKRI ‘ALA> AT{-T{ARI<QATI AL-KHALW>A>TIYYATI: Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Ajaran Tarekat Khalwatiyah
Disusun oleh
HERLIAN ARDIVIANTI C0203028
Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada tanggal 21 Juni 2010
Jabatan
Nama
Tanda tangan
Ketua Dra. Chattri Sigit Widyastuti, M.Hum. NIP 196412311994032005
Sekretaris Asep Yudha Wirajaya, S.S. NIP 197608122002121001
Penguji I Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag. NIP 196206101989031001
Penguji II Drs. Sholeh Dasuki, M.S. NIP 196010051986011001
Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Drs. Sudarno, M.A. NIP 195303141985061001
PERNYATAAN
Nama: Herlian Ardivianti NIM: C0203028
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Tarjuma>nu Al- Must{afi>di Min Al- ‘Arabiyyati Li Adabi Aż-Żikri ‘Ala> At}-T{ari>qati Al- Khalwa>tiyyati : Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Ajaran Tarekat Khalwatiyah adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.
Surakarta, 10 Juni 2010
Yang membuat pernyataan,
Herlian Ardivianti
MOTTO
“Dan bersabarlah, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (Quranic in Word, diterjemahkan oleh Muhammad Taufiq, Q.S. Al-Anfal: 46)
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan kepada:
1. Ayah dan Ibu tercinta
2. Zauji al Mahbub Nur Ahmad Amrullah
3. Mas Dian dan Dek Itok terkasih
4. Pembaca yang budiman
KATA PENGANTAR
Al- h}amdu li Alla>hi Rabbi Al‘a>lami>na, segala puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karunia dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan lancar. Selawat dan salam terlimpah kepada Rasulullah Muhammad saw, keluarga, sahabat, dan pengikutnya.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapakan terimakasih banyak kepada pihak-pihak berikut.
1. Drs Sudarno M.A., selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian ini.
2. Drs Ahmad Taufiq M.Ag., selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, sekaligus pembimbing skripsi yang telah memberikan izin dalam penulisan skripsi ini dan penuh kesabaran senantiasa membimbing dan memberikan petunjuk terbaik dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Asep Yudha Wirajaya S.S., selaku pembimbing akademik penulis selama menempuh kuliah di Fakultas Sastra Indonesia Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak dan ibu dosen serta seluruh staf pengajar Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret atas segala ilmu dan fasilitas yang penulis terima.
5. Bapak Mardiono beserta staf Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang telah memberikan kemudahan mendapatkan sumber data dalam penelitian ini.
6. Staf Unit Pelayanan Terpadu Perpustakaan dan Perpustakaan Fakultas Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kemudahan dalam proses peminjaman buku yang diperlukan untuk penyelesaian skripsi ini.
7. Ibu dan ayah tercinta, Mas Dian dan Dek Itok yang telah memberikan semangat, doa, dan perhatian luar biasa kepada penulis.
8. Nur Ahmad Amrullah, atas bantuan terbaik, ilmu yang bermanfaat, dan motivasi kepada penulis untuk selalu bersemangat dan bersabar.
9. Dhoro Mashitoh Yanuasri, atas rasa kasih sayang dan pengertiannya kepada penulis.
10. Teman-teman Teater Embun dan Syiar Kegiatan Islam (SKI) Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan pelajaran dan pengalaman berharga kepada penulis.
11. Teman-teman Sastra Indonesia angkatan 2003, khususnya jurusan Filologi (Suci Antari dan Fatmawati) atas persahabatan dan ilmunya.
Karya Tulis ini tidak luput dari kekurangan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Surakarta, 10 Juni 2010 Peneliti Herlian Ardivianti
DAFTAR BAGAN
Bagan 1: Kerangka Pikir ...............................................................................
29 Bagan 2: Skema Struktur Penyajian Teks Tarjuman ....................................
95
DAFTAR SINGKATAN
cm : sentimeter dkk.
: dan kawan-kawan dsb.
: dan sebagainya
h : halaman KBBI
: Kamus Besar Bahasa Indonesia Ml
: Melayu l
: lebar p
: panjang Q.S.
: Quran Surah. saw
: s}alla> Alla> hu ‘alaihi wa sallama Swt
: Subhanahu wa taala EYD
: Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
H : Hijriah M
: Masehi No
: Nomor AK
: Aneka Karangan Tarjuman
: Tarjuma>nu Al-Must{afi>di Min Al- ‘Arabiyyati Li Adabi Aż-Żikri ‘Ala> At}-T{ari>qati Al-Khalwa>tiyyati
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Contoh Naskah Bagian Awal Lampiran 2: Contoh Naskah Bagian Tengah Lampiran 3: Contoh Naskah Bagian Akhir Lampiran 4: Deskripsi Naskah Aneka Karangan dari Perpustakaan Nasional
ABSTRAK
Herlian Ardivianti. C0203028. 2010. Tarjuma>nu Al-Must{afi>di Min Al- ‘Arabiyyati Li Adabi Az- Żikri ‘Ala> At}-T{ari>qati Al-Khalwa>tiyyati: Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Ajaran Tarekat Khalwatiyah. Skripsi: Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu (1) Bagaimana suntingan teks Tarjuman? (2) Bagaimana struktur teks Tarjuman? (3) Bagaimana kandungan isi teks Tarjuman?
Pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu (1) Suntingan teks dengan menggunakan metode standar yang dibatasi pada Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, (2) Analisis struktur yang dibatasi pada struktur penyajian teks, gaya penyajian teks, pusat penyajian teks, dan gaya bahasa teks, (3) Kandungan isi teks Tarjuman di bidang tarekat Khalwatiyah.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Menyediakan suntingan teks Tarjuman yang baik dan benar, (2) Mendeskripsikan struktur teks Tarjuman, (3) Mengungkap kandungan isi teks Tarjuman.
Berdasarkan penelitian terhadap teks Tarjuman maka dapat disimpulkan tiga hal sebagai berikut. Pertama, Teks Tarjuman adalah naskah tunggal sehingga metode yang paling sesuai untuk mengadakan suntingan teks adalah metode standar. Setelah dilakukan kritik terhadap teks Tarjuman, ditemukan beberapa kesalahan salin tulis yaitu 4 buah lakuna, 4 buah adisi, 2 ditografi, 7 substitusi, 2 transposisi, dan 10 ketidakkonsistenan penulisan. Kedua, Struktur teks Tarjuman adalah struktur sastra kitab yang meliputi struktur penyajian teks Tarjuman, pusat penyajian teks Tarjuman, gaya penyajian teks Tarjuman, dan gaya bahasa teks Tarjuman. Pusat penyajian teks Tarjuman menggunakan metode orang pertama (ich-erzahlung). Dari segi gaya bahasa, teks Tarjuman memiliki 4 buah gaya bahasa yaitu kosa kata yang terdiri dari kosa kata Arab yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia sebanyak 61 buah dan kosa kata yang belum diserap ke dalam bahasa Indonesia sebanyak 49 buah. Ungkapan ada 7 buah ungkapan khusus. Sintaksis yang terdapat dalam teks Tarjuman adalah penggunaan kata ”dan”, ”bagi”, dan ”maka”. Sarana retorika terdiri dari penguraian,
polisindeton, pertentangan, gaya retorika, penyimpulan, dan bahasa kiasan. Ketiga, Teks Tarjuman terdiri dari 4 pasal yaitu adab zikir tarekat Khalwatiyah, zikir la> ila>ha illa> Alla>h, adab dan kaifiat talkin, dan niat zikir.
ABSTRACT
Herlian Ardivianti. C0203028. 2010. Tarjuma>nu Al-Must{afi>di Min Al- ‘Arabiyyati Li Adabi Az\- Żikri ‘Ala> At}-T{ari>qati Al-Khalwa>tiyyati: Text edits, Structure Analysis, and the Doctrine of the Tarekat Khalwatiyah. Thesis: Indonesian Literature Department of Literature and Fine Arts Faculty of Sebelas Maret University of Surakarta.
The issue to be addressed in this study are (1) How to edit text Tarjuman? (2) How Tarjuman text structure? (3) How does the content of the text contents Tarjuman?
Restricted problem in this research are (1) edits text using standard methods which are restricted to the Indonesian Spelling Enhanced, (2) Analysis of a restricted structure on the structure of text presentation, the presentation style of the text, the central presentation of the text, and style of text language, ( 3) The content of the Tarjuman text in order Khalwatiyah.
The purpose of this study were (1) Provide a good Tarjuman text edits and correct, (2) Describe the structure Tarjuman text, (3) Uncovering Tarjuman text content.
Based on a study of the text Tarjuman we can conclude the following three things. First, a single manuscript text Tarjuman is thus the most suitable method to make text editing
is a standard method. After the criticism of the text Tarjuman, found some mistakes copy writing that is four lakuna fruits, 4 fruit addition, 2 ditografi, seven substitutions, two transpositions, and 10 inconsistencies in the writing. Second, the structure is the structure of literary Tarjuman text book which covers the structure Tarjuman text presentation, the presentation center Tarjuman text, text Tarjuman presentation style, and style of text language Tarjuman. Center Tarjuman text presentation using the first method (ich-erzahlung). In terms of style, text style fruit Tarjuman has four main language vocabulary consisting of Arabic vocabulary that has been absorbed into the Indonesian language as many as 61 fruits and vocabulary that has not been absorbed into the Indonesian language as many as 49 pieces. There are seven fruit expression of specific phrases. Contained in the text syntax Tarjuman is the use of the word "and", "for", and "then". Facility consists of the decomposition of rhetoric, polisindeton, conflict, style of rhetoric, inference, and figurative language. Third, Text Tarjuman consists of four chapters of the Order Khalwatiyah dhikr adab, remembrance la> ila>ha illa> Alla>h , adab and kaifiat talkin, and the intention of recitation.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya warisan hasil budaya. Salah satunya berupa naskah klasik yang tersebar di Nusantara. Naskah merupakan hasil dari keragaman etnik dan kebudayaan Indonesia. Naskah memiliki nilai adiluhung dan menjadi perbendaharaan budaya yang berharga.
Naskah klasik memiliki jenis yang beragam. Di antaranya dapat digolongkan ke dalam karya sastra dalam pengertian khusus misalnya dongeng, hikayat, cerita binatang, cerita pelipur lara, syair, gurindam, dan sebagainya. Naskah-naskah ini memiliki kandungan isi yang beragam misalnya tentang keagamaan, kebahasaan, filsafat, cerita rakyat, mistik, ajaran moral, pendidikan, ramalan, peraturan, bangunan atau arsitektur, obat-obatan, kisah epik, sejarah, dan sebagainya.
Di dalam karya sastra lama tercermin pengalaman hidup dan keadaan masyarakat pendukungnya sepanjang masa: di dalamnya tergambar keadaan geografisnya, manusia dan pemukimannya serta kesibukan sehari-harinya, perjalanan sejarah kaum bangsanya, pengalaman emosional yang dilaluinya, serta pemikiran dan falsafah hidupnya. Karya sastra itu membukakan dunia orang Melayu kepada kita dengan gambaran alam pikiran, adat istiadat, kepercayaan, keadaan sosial, masyarakat, kepribadian individu, hubungan antar individu dan masyarakat, dan sistem nilai yang berlaku di dalam masyarakat pada masanya (Panuti Sudjiman, 1995:14)
Kehadiran naskah klasik yang merupakan karya cipta manusia yang hidup bermasyarakat pada masa itu memiliki arti penting. Melalui dokumen tertulis, kita dapat menggali informasi, mempelajari, kemudian memahami kebudayaan Kehadiran naskah klasik yang merupakan karya cipta manusia yang hidup bermasyarakat pada masa itu memiliki arti penting. Melalui dokumen tertulis, kita dapat menggali informasi, mempelajari, kemudian memahami kebudayaan
Hasil penelitian sastra kitab terlebih sastra kitab tasawuf yang membahas tentang tarekat belum banyak, maka hal ini yang menjadi ketertarikan peneliti untuk mengkaji naskah tersebut secara filologis. Salah satu naskah Melayu produk masa lampau yang terdapat di Indonesia ialah naskah Aneka Karangan (selanjutnya disingkat AK). Naskah ini termasuk ke dalam sastra Melayu lama bercorak Islam. Naskah AK termasuk dalam kategori sastra kitab karena isi naskah memuat ajaran fikih dalam agama Islam.
Dalam kesusastraan Islam (kesusastraan Melayu), karya sastra dikenal sebagai sebutan sastra kitab diciptakan dengan tujuan untuk menanamkan ajaran Islam, menguatkan iman (kepercayaan, keyakinan), kepada Allah Swt, dan meluruskan ajaran yang menyimpang dari Quran dan hadis. (Siti Chamamah-Soeratno, 1982:150).
Naskah AK tercatat di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Jakarta. Naskah ini bernomor Ml. 479 yang berisi delapan buah teks karangan pendek. Untuk membedakan antara satu teks dengan teks yang lain, setiap teks akan diberi kode huruf latin dari huruf A sampai H sehingga terdapat delapan teks dengan nomor Ml. 479 A-H. Kedelapan teks ini berisi tentang hal-hal sebagai berikut.
1. Jamaah dan ayat-ayat yang dibaca di dalamnya (Ml. 479 A)
2. Adab berzikir dan segala sesuatu yang berhubungan dengan itu (Ml. 479 B)
3. Perbedaan mahzab Imam Syafii dan Imam hanafi (Ml. 479 C)
4. Hukum warisan (fiqih) (Ml. 479 D)
5. Hukum nikah ajaran Syekh Abdulmufti as-Samalawi (Ml. 479 E)
6. Tarekat Naksyabandiyah dan kitab Syekh Abdullah (Ml. 479 F)
7. Hukum menyembelih dan ijmak ulama (Ml. 479 G)
8. Ijmak mengenai Hakim dan Tauliyah (Ml. 479 H) Dalam naskah AK, antara teks satu dan teks yang lain tidak berhubungan karena setiap teks memiliki kandungan isi yang berbeda-beda. Dari kedelapan teks di atas, peneliti hanya mengambil satu teks untuk penelitian yaitu teks “adab berzikir dan segala sesuatu yang berhubungan dengan itu ” (Ml. 479 B). Hal ini dikarenakan teks yang lain sudah diteliti.
Teks adab berzikir dan segala sesuatu yang berhubungan dengan itu memiliki judul asli yang tertulis jelas di dalam pembukaan awal teks yaitu “Tarjumānu Al-Mustafi>di Min Al-‘Arabiyyati Li Adabi Aż-Żikri ‘Alā At}- T}ari>qati Al-Khalw ātiyyati”. Judul di atas jika diterjemahkan berarti juru bahasa yang diambil faedah dari bahasa Arab pada menyatakan adab zikir tarekat Khalwatiyah. Untuk mempermudah penyebutan selanjutnya, peneliti menyingkat judul teks menjadi Tarjuman. Arti dari kata Tarjuman yaitu “terjemahan”.
Dari hasil inventarisasi naskah yang telah dilakukan peneliti dengan menggunakan studi katalog, diketahui bahwa naskah AK termasuk naskah tunggal. Dari hasil membaca katalog, diketahui bahwa keterangan naskah AK tercantum dalam Katalogus koleksi Naskah Melayu Museum Pusat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional, Direktorat Jenderal Kebudayaan, tahun 1992.
Ada lima alasan yang menyebabkan teks Tarjuman menarik untuk diteliti. Pertama, teks Tarjuman merupakan naskah klasik berbahasa Melayu dengan tulisan Jawi yang pada jaman sekarang banyak orang tidak dapat memahami sehingga pengkajian terhadap teks Tarjuman perlu dilakukan.
Kedua, teks ini masih dalam kondisi baik dan utuh. Baik dalam arti kondisi teks yang berhubungan dengan bahan naskah dan tulisan (jelas dibaca) masih layak untuk dikaji. Utuh dalam arti teks ini memiliki halaman yang lengkap sehingga memungkinkan peneliti untuk mengkaji secara komprehensif.
Ketiga, teks ini berisi penjelasan mengenai adab atau tata cara berzikir Tarekat Khalwatiyah. Di dalam teks Tarjuman disebutkan bahwa tarekat Khalwatiyah memiliki 20 adab zikir, yang berarti berbeda dengan adab zikir tarekat-tarekat lain yang berkembang di Indonesia.
Keempat, teks Tarjuman membahas adab zikir sebuah tarekat yang berkembang di Indonesia yaitu tarekat Khalwatiyah. Meski mayoritas masyarakat tidak tahu tentang tarekat Khalwatiyah, akan tetapi tarekat ini memiliki pengaruh yang luas di wilayah Sulawesi Selatan.
Kelima, sampai saat ini teks Tarjuman belum pernah dikaji sebelumnya. Hal ini didasarkan pada studi pustaka yang dilakukan peneliti pada Direktori Edisi Naskah Nusantara dan penulusuran judul-judul skripsi filologi di beberapa universitas yaitu Universitas Indonesia (UI), Universitas Diponegoro (UNDIP) dan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Dalam penelitian ini inventarisasi naskah hanya dilakukan melalui studi katalog saja. Studi lapangan tidak dilakukan karena keterbatasan peneliti. Dari hasil studi katalog diketahui bahwa naskah Tarjuman termasuk naskah tunggal. Hasil studi katalog yang telah dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Amir Sutaarga, dkk. 1972. Katalogus Koleksi Naskah Melayu Museum Pusat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan . Jakarta: Departemen pendidikan dan kebudayaan.
2. Behrend, T. E. (Ed). 1997. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 3-A Fakultas Sastra Indonesia . Jakarta:Yayasan Obor Indonesia- Ecole Francaise D’extreme orient.
3. Edi. S. Ekadjati dan Undang A. Darsa. 1999. Katalog Induk Naskah- naskah Nusantara jilid 5 A Jawa Barat: Koleksi Lima Lembaga . Jakarta: Yayasan Obor Indonesia- Ecole Francaise D’extreme.
4. Edi. S. Ekadjati dan Undang A. Darsa. 2000. Direktori Edisi Naskah Nusantara . Jakarta: Manassa dan Yayasan Obor Indonesia.
5. Howard, H. Joseph. 1988. Malay Manuscript. La Bibliographical Guide . University of Malaya Library: Kuala Lumpur Malaysia.
6. Jenifer Lindsay, RM. Soetanto & Alan Feinsten. 1994. Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara . Kraton Yogyakarta. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
7. Loir, Henry Chambert dan Oman Fathurrahman.1999. Panduan Koleksi Naskah-naskah Indonesia Sedunia- World Guide To Indonesia Manuschript Collections . Ecole Francaise d’extreme Orient. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
8. Ronkel, S. Van. 1909. Catalogus Der Maleische Handschriften in het Museum van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wettenshappen.
9. Ronkel, S. Van. 1909. 1921. Suplement of the Catalogus der Maleische en Minangkabausche Handschriften in de Leidshe Universiteits-Bibliotheek . Leiden: E. J. Brill.
Dari katalog di atas, teks Tarjuman hanya tercantum di dalam katalog Amir Sutaarga, dkk. 1972. Katalogus Koleksi Naskah Melayu Museum Pusat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan .
Diharapkan penelitian teks Tarjuman dapat menambah wawasan ajaran agama Islam, terutama pengetahuan tentang ajaran tarekat Khalwatiyah. Penelitian teks Tarjuman difokuskan pada masalah suntingan teks, analisis struktur, dan kandungan isi teks Tarjuman. Oleh karena itu, penelitian teks Tarjuman diberi judul Tarjum ānu Al-Must{afi>di Min Al-‘Arabiyyati Li Adabi
A ż-Żikri ‘Alā At}-T{ari>qati Al-Khalwātiyyati: Suntingan Teks, Analisis struktur, dan Ajaran Tarekat Khalwatiyah.
B. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian dapat terarah, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, dan tidak menyimpang dari pokok permasalahannya. Penelitian teks Tarjuman dibatasi pada suntingan teks, analisis struktur, dan kandungan isi teks Tarjuman. Masalah yang dibahas yaitu sebagai berikut.
1. Suntingan teks menggunakan metode standar.
2. Analisis struktur yang dibatasi pada struktur penyajian teks, gaya penyajian teks, pusat penyajian teks, dan gaya bahasa teks.
3. Kandungan isi teks Tarjuman di bidang tarekat Khalwatiyah.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana suntingan teks Tarjuman?
2. Bagaimana struktur teks Tarjuman?
3. Bagaimana kandungan isi teks Tarjuman?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut.
1. Menyediakan suntingan teks Tarjuman yang baik dan benar. Baik dalam arti mudah dibaca karena telah ditransliterasikan dari huruf Arab Melayu ke huruf latin. Benar maksudnya, isi teks dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
2. Mendeskripsikan struktur teks Tarjuman.
3. Mengungkapkan kandungan isi teks Tarjuman.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Turut memperkaya hasi-hasil penelitian, terutama dalam bidang filologi khususnya sastra kitab.
b. Sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian lain, baik itu di bidang ilologi maupun penelitian ilmu lain, seperti ilmu sastra, agama, sejarah, dan sebagainya.
2. Manfaat Praktis
a. Memperkenalkan keberadaan teks Tarjuman.
b. Membantu melestarikan warisan budaya bangsa yang berupa naskah klasik.
c. Memberi sumbangan ilmu pengetahuan bagi pembaca dalam memahami ajaran Islam, khususnya ajaran tarekat Khalwatiyah.
F. Sistematika Penulisan
Penelitian ini terdiri dari enam bab yaitu pendahuluan, landasan teori, metode penelitian, suntingan teks, analisis, dan penutup. Adapun sistematika penulisan penelitian adalah sebagai berikut.
Bab pertama, pendahuluan. Bab ini berisi: (1) latar belakang dan argumentasi yang mendorong pentingnya dilakukan penelitian ini, (2) pembatasan masalah yang terdiri dari tiga pokok batasan masalah, yaitu suntingan teks, analisis struktur, dan kandungan isi, (3) perumusan masalah terdiri dari tiga rumusan, yaitu suntingan teks, analisis struktur, dan kandungan isi, (4) tujuan penelitian, merupakan penjelasan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian, (5) manfaat penelitian, merupakan penjelasan manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dan (6) sistematika penulisan yang menjelaskan gambaran secara global dalam penelitian ini.
Bab kedua, landasan teori. Bab ini berisi tentang langkah-langkah dalam melakukan penyuntingan teks, pengertian tentang sastra kitab, dan teori tentang zikir dan tarekat Khalwatiyah.
Bab ketiga, metode penelitian. Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang yang digunakan untuk menemukan jawaban atas masalah yang telah dirumuskan. Metode penelitian mencakup sumber data, metode penelitian yang digunakan, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, dan teknik penarikan kesimpulan.
Bab keempat, suntingan teks. Bab ini berisi inventarisasi naskah dengan menggunakan studi katalog, deskripsi naskah, iktisar isi teks, kritik teks, suntingan teks, dan daftar kata sukar untuk membantu pembaca memahami teks.
Bab kelima, analisis teks. Bab ini menganalisis isi teks dengan analisis struktur, sehingga memperjelas hasil yang akan dicapai dalam penelitian. Analisis struktur meliputi struktur penyajian teks, gaya penyajian teks, pusat penyajian teks, gaya bahasa teks, dan kandungan isi teks Tarjuman.
Bab keenam, penutup. Bab ini berisi simpulan dan saran. Simpulan merupakan hasil yang telah ditemukan dalam penelitian ini. Saran merupakan langkah-langkah untuk menindaklanjuti hasil yang telah ditemukan.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian filologi khususnya tentang tarekat dan zikir telah dilakukan sebelumnya oleh peneliti lain. Berikut ini diberikan beberapa penelitian tentang tarekat dan zikir yaitu sebagai berikut.
1. Nurhayati. 2006. “Risa>lata ‘L-Badi>’iyyah Fi> Thari>qati ‘N- Naqsyabandiyyati ‘L-‘A>liyah karya Syekh Abdallah Dihlawi: Suntingan Teks, Analisis struktur, dan Isi .” Skripsi. Surakarta: Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.
Ringkasan isi dari penelitian di atas yaitu sebagai berikut.
A. Ajaran tarekat Naqsyabandiyah yang berupa zikir tarekat Naqsyabandiyah.
Zikir tarekat Naqsyabandiyah terdiri dari dua macam yaitu zikir khafi dan zikir jahar atau lisan. Zikir khafi (qalbi) yaitu zikir yang dikerjakan dengan hati (sirr). Zikir khafi dibagi menjadi dua yaitu zikir ismu zat dan zikir nafi isbat.
Zikir ismu zat ialah zikir dengan menyebut nama zat Allah yang hakiki yaitu Allāh Allāh. Zikir nafi isbat ialah zikir dengan mengucap Lā ilāha illa ‘l-lāh sembari memusatkan perhatian kepada Allah dengan pengaturan nafas. Zikir nafi isbat juga bisa berarti menafikkan segala yang terupa yang dapat dibesarkan yaitu dengan kalimat “Lā ilāha” yang berarti
“tiada Tuhan” dan mengisbatkan Allah yang menjadi sesembahan yaitu dengan kalimat “illa ‘l-lāh” yang berarti “melainkan Allah”.
A. Jalan yang harus ditempuh salik (murid tarekat) untuk sampai kepada Allah Taala (makrifatullah).
3 jalan yang dimaksud ialah zikir dengan kalimat tayibbah, muraqabah dan tawajuh.
a) Zikir dengan kalimat tayibbah yaitu zikir dengan kalimat “Lā ilāha illa ‘l-lāh muhammadu ‘r-Rasūlu ‘l-Lāh” yang diucapkan tiga kali atau lebih dengan menahan nafas secara terus menerus.
b) Muraqabah yaitu menjaga atau merasa dirinya selalu diawasi sehingga membuat sikap yang selalu awas pada hukum-hukum Allah.
c) Tawajuh yaitu menyatukan atau mengkonsentrasikan seluruh indra zahir
dan indra batin untuk munajat dan berzikir kehadirat Allah Swt.
B. Bertambatnya salik kepada syekh Kedudukan guru sangat penting bagi murid, karena guru merupakan perantara dalam ibadah antara murid dengan Allah Taala. Oleh sebab itu murid harus mentaati gurunya. Hak ini wajib bagi murid untuk mencapai maqam musyahadah yaitu tingkatan seseorang yang seolah-olah bisa berpandang- pandangan dengan Allah, murid mendapat kasyaf yakni tiada hijab antara dia dengan Allah.
Dari hasil penelitian di atas dapat diperoleh keterangan bahwa teks Risa>lata ‘L-Badi>’iyyah Fi> Thari>qati ‘N-Naqsyabandiyyati ‘L-‘A>liyah memiliki
kandungan isi ajaran tarekat Naqsyabandiyah. Ajaran yang dimaksud ialah ajaran kandungan isi ajaran tarekat Naqsyabandiyah. Ajaran yang dimaksud ialah ajaran
2. Istadiyantha. 2006. “Syattariyah; Suntingan Teks dan Analisis Fungsi.” Tesis Magister. Yogyakarta: Fakultas Pascasarjana Universitas Gajah Mada. Ringkasan isi penelitian tentang tarekat Syattariyah di atas yaitu sebagai berikut.
A. Isi ajaran tarekat Syattariyah yang dibatasi pada kandungan naskah Syattariyah.
a) Ratu Shafiyyatu d-Din mengajukan permohonan kepada syekh Abdurrauf agar ia dibimbing melaksanakan ajaran sufi. Permohonan ini dikabulkan setelah syekh Abdurrauf melakukan shalat istikharah terlebih dahulu agar ia mendapat petunjuk dari Allah ketika melaksanakan ajaran tersebut.
b) Di dalam teks Syattariyah disebutkan adab zikir bagi pengikut tarekat ini yang dibagi menjadi tiga tataran yaitu zikir mubtadi, zikir mutawasitah dan zikir muntahi. Mubtadi artinya tingkat permulaaan. Mutawasitah artinya tingkat menengah. Muntahi artinya tingkat terakhir. Tataran terakhir ini dapat dicapai oleh seseorang yang b) Di dalam teks Syattariyah disebutkan adab zikir bagi pengikut tarekat ini yang dibagi menjadi tiga tataran yaitu zikir mubtadi, zikir mutawasitah dan zikir muntahi. Mubtadi artinya tingkat permulaaan. Mutawasitah artinya tingkat menengah. Muntahi artinya tingkat terakhir. Tataran terakhir ini dapat dicapai oleh seseorang yang
B. Hubungan antara syariat dengan tarekat Syattariyah Hubungan antara syariat dengan tarekat Syattariyah ini dibatasi pada tinjauan secara syariat mengenai ajaran tarekat Syattariyah, guru tarekat Syattariyah dan tarekat Syattariyah.
a) Tarekat Syattariyah mengajarkan tentang tata cara pelaksanaan zikir. Zikir ini dilaksanakan secara jahar atau bersuara dan khafi (sirr) atau dalam hati. Beberapa dalil digunakan untuk menguatkan tentang peranan
guru tarekat Syattariyah. Dari hadis “Hendaklah kau selalu beserta Allah jika tidak dapat demikian besertalah dengan orang yang dekat kepada
Allah, ia akan membimbingmu ke jalan Allah.” Dari Alquran yaitu surat Al-Kahfi: 17 “Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, Maka Dialah
yang mendapat petunjuk; dan Barangsiapa yang disesatkan-Nya, Maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya. ” Surat Al-Maidah: 53 “Dan orang-orang yang beriman akan mengatakan: "Inikah orang-orang yang bersumpah sungguh-sungguh dengan nama Allah, bahwasanya mereka benar-benar beserta kamu?" Rusak binasalah segala amal mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang merugi. ”
b) Tujuan dari pengamalan zikir tarekat Syattariyah adalah untuk mencapai martabat insan kamil yaitu tingkat kesempurnaan yang lazim menurut ukuran manusia.
C. Teks Syattariyah dan pengertian Makrifat.
a) Makrifat Tanziyyah Makrifat Tanziyyah ialah makrifat yang diperoleh dengan cara memperhatikan/ mempelajari segala sesuatu dari segi batiniah/ hakikatnya.
b) Makrifat Tasybiyyah Makrifat Tasybiyyah ialah makrifat yang diperoleh dengan cara mempelajari segala sesuatu dari segi lahiriahnya.
c) Himpunan antara makrifat Tanziyyah dan Tasybiyyah. Gabungan kedua makrifat ini yaitu makifat yang diperoleh orang-orang sufi dengan cara mempelajari segala sesuatu dari segi lahiriah dan batiniahnya. Makrifat ini dianggap sempurna bagi orang-orang sufi.
Dari hasil penelitian di atas dapat diperoleh keterangan bahwa tarekat Syattariyah memiliki adab zikir tertentu bagi pengikutnya. Zikir tersebut dibagi menjadi tiga tataran yaitu zikir mubtadi, zikir mutawasitah, dan zikir muntahi. Selain zikir, tarekat Syattariyah juga mengajarkan tentang tata cara pelaksanaan zikir. Zikir ini dilaksanakan secara jahar atau bersuara dan khafi (sirr) atau dalam hati. Tujuan dari pengamalan zikir tarekat Syattariyah adalah untuk mencapai martabat insan kamil yaitu tingkat kesempurnaan yang lazim menurut ukuran manusia.
3. Siti Fathilah Nur Hidayati. 2006. “Risālah Tabyin ath-Tharīq ilā ‘l-Lāhi Ta’ālā karya Ali Al-Muttaqi : Suntingan Teks dan Tinjauan Tasawuf ”. Skripsi. Surakarta: Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.
Skripsi ini berisi tentang jalan untuk mengenal Tuhan yaitu dengan cara mengamalkan zikir Lā ilāha illa ‘l-lāh. Zikir Lā ilāha illa ‘l-lāh memiliki faedah yang banyak yaitu sebagai berikut.
1) Memperoleh karunia Allah yang tiada terpermanai dan tidak dapat dikira, sehingga zikir seirama dengan setiap tarikan nafas.
2) Memperoleh ampunan Allah Taala dari segala dosa yang dahulu dan sekarang dan Allah meridhoi sampai hari kiamat.
3) Orang yang mengucap zikir Lā ilāha illa ‘l-lāh dengan takdim akan masuk surga dan dijauhkan dari api neraka.
4) Zikir Lā ilāha illa ‘l-lāh akan meruntuhkan dosa dengan sekali runtuh.
5) Dengan memperbanyak zikir maka zikir tersebut akan tetap tinggal dalam hati dan akan mempengaruhi diri kita karena zikir merupakan makanan bagi hati dan ruh.
6) Zikir akan meringankan beban di hari kiamat dan kalimat “Lā ilāha illa ‘l-lāh muhammadu ‘r-Rasūlu ‘l-Lāh” ialah kunci bagi semua masalah, karena
dengan dua kalimat tersebut dapat menyebabkan seseorang masuk surga dan selamat dari api neraka.
Dari hasil penelitian di atas dapat diperoleh keterangan bahwa teks Risālah Tabyin ath- Tharīq ilā ‘l-Lāhi Ta’ālā karya Ali Al-Muttaqi berisi ajaran tasawuf.
Salah satu ajarannya ialah amalan zikir Lā ilāha illa ‘l-lāh. Zikir Lā ilāha illa ‘l-lāh akan mengantarkan seorang hamba untuk lebih dekat kepada Allah karena zikir merupakan ibadah yang dilakukan setiap saat dan di setiap tempat untuk selalu mengingat dan meyakini kebesaran Allah. Selain penjelasan tentang zikir Lā ilāha illa ‘l-lāh, dikemukakan juga manfaat yang dapat diraih bagi seseorang yang melakukan zikir Lā ilāha illa ‘l-lāh.
4. Fitri Kasanah. 2008. “Jumlatu’l-Ma’rifah: Suntingan Teks dan Analisis Struktur.” Skripsi. Surakarta: Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan seni
Rupa Universitas Sebelas Maret. Skripsi ini berisi tentang dua puluh perkara untuk mencapai tingkat kesempurnaan makrifat. Dua puluh perkara ini merupakan perkara yang gaib atau menjadi rahasia Allah. Selain dua puluh perkara, teks ini juga berisi tentang penjelasan pakaian Allah.
a. Dua puluh perkara gaib yaitu: (1) Keadaan Allah, (2) Tatkala ilmu belum jadi, (3) Perkara segala alam jadi, (4) Kadim Allah, (5) Perkara yang dinamainya adalah Allah, (6) H amidu ‘l-lāh, (7) Wahda ‘l-lah, (8) Syarh Allah, (9) Ghāliba ‘l-lāh, (10) Kenyataan, (11) Awal Allah, (12) Akhir Allah, (13) Zahir Allah, (14) Batin Allah, (15) Latif Allah, (16) Tanz īh Allah, (17) Pakaian Allah, (18) Hakikat Allah subhanahu wa tala, (19) Puji Allah dan (20) Hakikat gaib Allah dan gaib Muhammad.
b. Pakaian Allah yaitu: (1) Wajib, (2) Mustahil, (3) Jais, (4) Jika ada, tiada siapapun seakan-akan barang sekehendak-Nya, (5) Perkara yaitu kasih b. Pakaian Allah yaitu: (1) Wajib, (2) Mustahil, (3) Jais, (4) Jika ada, tiada siapapun seakan-akan barang sekehendak-Nya, (5) Perkara yaitu kasih
Seseorang yang mengetahui dan memahami ilmu dua puluh perkara di atas dengan sempurna maka dia adalah semulia-mulia hamba yang memperoleh ilmu makrifat Allah. Orang inilah yang akan menjadi wali Allah dan mendapat kasih Allah.
Dari hasil penelitian di atas dapat diperoleh keterangan bahwa teks Jumlatu’l-Ma’rifah berisi penjelasan tentang 20 perkara gaib yang menjadi
rahasia Allah. 20 perkara gaib tersebut dapat digunakan untuk mencapai derajat kesempurnaan makrifatullah bagi yang mengetahui.
5. Fatmawati. 2007. “Akhlaqul Mahmudah: Suntingan Teks, Analisis Struktur dan Isi Ajaran Tasawuf.” Sripsi. Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni
Rupa Universitas Sebelas Maret. Skripsi ini berisi tentang hal-hal yang berhubungan dengan amalan zikir yaitu sebagai berikut.
a. Jalan untuk mengenal Allah yaitu dengan mengamalkan zikir. Zikir yang diamalkan berdasarkan firman Allah surat Al-Ahzab: 41-42: “Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.dan bertasbihlah kepada- Nya diwaktu pagi dan petang. ” Selain itu surat Ali-Imran 190-191, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya a. Jalan untuk mengenal Allah yaitu dengan mengamalkan zikir. Zikir yang diamalkan berdasarkan firman Allah surat Al-Ahzab: 41-42: “Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.dan bertasbihlah kepada- Nya diwaktu pagi dan petang. ” Selain itu surat Ali-Imran 190-191, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
Di dalam teks Akhlaqul Mahmudah terdapat nasehat tentang jangan meninggalkan zikir kepada Allah, karena orang yang meninggalkannya sangat jahat kepada Allah dan termasuk orang yang lalai.
b. Bersyukur atas nikmat Allah. Seseorang yang beribadah dan beramal tidak disertai dengan rasa ikhlas, maka tidak dapat menemui takdir yang dicita-citakan. Nasehat tentang syukur nikmat ini berdasarkan firman Allah surat Ibrahim:7, “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih .”
c. Menyekutukan Allah ialah tindakan yang sangat tercela dan tidak dapat diampuni dosanya. Hal ini berdasarkan firman Allah Surat An-Nisa: 36 “Sembahlah Allah dan jangan memprsekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah dua orang ibu b apa”, dan Surat Adz-Dzariyat: 56, “Dan aku tidak c. Menyekutukan Allah ialah tindakan yang sangat tercela dan tidak dapat diampuni dosanya. Hal ini berdasarkan firman Allah Surat An-Nisa: 36 “Sembahlah Allah dan jangan memprsekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah dua orang ibu b apa”, dan Surat Adz-Dzariyat: 56, “Dan aku tidak
Dari hasil penelitian di atas dapat diperoleh keterangan bahwa teks Akhlaqul Mahmudah berisi tentang ajaran mengenai amalan zikir. Zikir yang dikemukakan tidak terbatas berdasarkan zikir tarekat tertentu. Zikir yang dijelaskan ialah amalan zikir secara umum dengan tujuan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Zikir perlu dilakukan karena akan membantu selamat dunia akhirat dan dijauhkan dari api neraka bagi siapa saja yang membacanya. Selain ajaran zikir teks tersebut juga berisi nasehat untuk senantiasa bersyukur kepada Allah dan larangan menyekutukan Allah.
B. Penyuntingan Teks
Edwar Djamaris (2006:9) menjelaskan bahwa tujuan utama penelitian filologi aalah menentukan teks yang asli (autografi), teks yang mendekati teks asli, (arketip) atau teks yang berwibawa (autoritatif). Kerja ini diperoleh melalui kritiks teks. Penelitian filologi berusaha membersihkan teks dari kesalahan dan menyusunnya kembali menjadi naskah yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai sumber penelitian yang otentik dengan tetap memperhatikan kaidahnya sebagai karya sastra.
Penyuntingan teks memerlukan metode yang tepat dan sesuai dengan kondisi naskah yang disunting. Penyuntingan teks dengan menggunakan metode yang tepat dengan obyek yang diteliti akan menghasilkan suntingan yang baik dan benar. Baik dalam arti mudah dibaca dan dipahami sebab sudah ditransliterasikan kedalam huruf latin. Benar, kebenaran isi teks dapat dipertanggungjawabkan karena sudah dilakukan perbaikan terhadap kesalahan yang ada (Sholeh Dasuki, 1999:60).
Penyuntingan teks memerlukan langkah-langkah tertentu agar tujuan dari penelitian filologi dapat tercapai.
Langkah awal suatu penyuntingan naskah adalah inventarisasi naskah. Hal ini dapat dilaksanakan stelah memperoleh informasi tentang sejumlah naskah yang dirunut dari katalogus naskah yang ada. Tujuannya untuk mengetahui jumlah naskah, tempat penyimpanan naskah dan lain-lain. Dengan demikian pada tahap ini seorang calon peneliti naskah berdasarkan cara kerja filologi adalah semua naskah yang terdapat diberbagai tempat seperti perpustakaan, universitas, atau museum yang menyimpan naskah-naskah (Siti Baroroh- Baried, 1994:67)
Inventarisasi naskah ialah mengumpulkan seluruh informasi mengenai naskah yang menjadi objek penelitian. Pencarian naskah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui studi katalog dan terjun langsung ke lapangan. Naskah yang terdaftar di katalog, biasanya dimiliki oleh museum atau lembaga tertentu. Pencarian ini dilakukan dengan melihat judul naskah dan seluruh informasi atau keterangan yang berkaitan dengan naskah yang tertera dalam katalog. Naskah yang tidak tersimpan di tempat resmi biasanya menjadi koleksi pribadi perseorangan. Untuk mendapatkannya, maka kita perlu mendatangi langsung orang yang menyimpan naskah-naskah kuno.
Langkah kedua ialah deskripsi naskah, yaitu menjelaskan keadaan naskah secara terperinci. Edwar Djamaris (2006:12) menegaskan bahwa metode yang digunakan dalam deskripsi naskah ialah metode deskriptif. Semua naskah dideskripsikan dengan pola yang sama yaitu nomor naskah, ukuran naskah, keadaan naskah, bahasa, kolofon, dan garis besar cerita. Langkah terakhir ialah transliterasi teks.
Transliterasi adalah penggantian jenis tulisan, huruf, dan abjad yang satu ke abjad yang lain. Istilah ini dipakai dengan pengertian yang sama pada penggantian jenis tulisan naskah (Siti Baroroh-Baried, dkk. 1994:9)
Penyuntingan teks, selalu disertai dengan kegiatan kritik teks.
Kritik teks adalah penilaian terhadap kandungan teks yang tersimpul dalam naskah untuk mendapatkan teks yang paling mendekati aslinya (Bani Sudardi, 2003: 55)
Kritik teks memberikan evaluasi terhadap teks, meneliti dan menempatkan teks pada tempatnya yang tepat. Kegiatan kritik teks bertujuan untuk menghasilkan teks yang sedekat-dekatnya dengan teks aslinya (constituo textus) (Siti Baroroh-Baried, dkk. 1994:61).
C. Sastra Kitab
Sastra kitab merupakan karya keagamaan yang berbentuk kitab yang termasuk ke dalam kesusasteraan Melayu. Kandungan isi sastra kitab bersifat logis, ilmiah, dan tidak mengandung imajinasi atau rekaan yang bersifat fiktif, melainkan ajaran agama yang jelas sumbernya, seperti Quran dan hadis Nabi, dan diyakini sebagai sebuah kebenaran oleh pemeluknya.
Sastra kitab tulisan berisi ajaran yang bertujuan untuk menanamkan ajaran Islam, memperkuat iman, dan meluruskan ajaran yang sesat, yaitu ajaran dari Quran dan hadis. Sastra kitab ialah sastra yang menguraikan ajaran Islam bersumber pada ilmu fikih, ilmu tasawuf, ilmu kalam, dan tarikh, serta riwayat tokoh-tokoh historis. (Siti Chamamah-Soeratno 1982:149)
Sastra kitab merupakan karya sastra Melayu yang memiliki keunikan karena struktur penyajiannya yang menyerupai karya modern, yaitu disajikan secara sistematis dan bersifat ilmiah. Oleh karena itu, ditinjau dari konvensi ekspresinya, sastra kita mempunyai ciri-ciri yang khusus, yaitu meliputi
struktur narasi, gaya pengisahan, pusat pengisahan dan gaya bahasa. “Adapun Struktur narasi sastra kitab pada umumnya terdiri dari tiga bagian 1) pendahuluan, 2) isi, 3) penutup ”. (Siti Chamamah-Soeratno, 1992:209)
Pendahuluan dimulai dengan satu rangkaian pembuka karangan yang berupa basmalah, hamdalah, selawat kepada Nabi Muhammad saw, kata wabakdu dan ihwal kepengarangan (judul karangan, penulis, motivasi menulis). Isi berupa uraian Pendahuluan dimulai dengan satu rangkaian pembuka karangan yang berupa basmalah, hamdalah, selawat kepada Nabi Muhammad saw, kata wabakdu dan ihwal kepengarangan (judul karangan, penulis, motivasi menulis). Isi berupa uraian
D. Struktur Sastra Kitab
Struktur sastra kitab memiliki kekhasan tersendiri. Struktur yang dimaksud adalah struktur narasi sastra kitab. Struktur narasi sastra kitab meliputi struktur penyajian teks, gaya penyajian teks, pusat penyajian teks, dan gaya bahasa teks.
1. Struktur penyajian sastra kitab
a. Pendahuluan, diikuti bacaan hamdalah, puji-pujian kepada Allah Swt, selawat kepada Nabi Muhammad saw, keluarganya, dan kepada para sahabatnya.
b. Isi Isi berupa uraian tentang masalah yang menjadi topik dalam tulisan tersebut.
c. Penutup Bagian penutup berisi doa kepada Allah, selawat kepada Nabi, keluarganya, kepada para sahabatnya, dan diakhiri dengan kata “tamat”.
2. Pusat penyajian sastra kitab Siti Chamamah-Soeratno (1992:172-173) menjelaskan bahwa pusat penyajian adalah posisi seorang pengarang dalam menyampaikan cerita ataupun ajarannya. Pusat penyajian sastra kitab ada dua macam. Pertama, pusat penyajian orang pertama atau ich-erzahlung, yaitu pendapat dituturkan sendiri oleh pengarang. Pengarang menggunakan kata ganti aku, kami, dan 2. Pusat penyajian sastra kitab Siti Chamamah-Soeratno (1992:172-173) menjelaskan bahwa pusat penyajian adalah posisi seorang pengarang dalam menyampaikan cerita ataupun ajarannya. Pusat penyajian sastra kitab ada dua macam. Pertama, pusat penyajian orang pertama atau ich-erzahlung, yaitu pendapat dituturkan sendiri oleh pengarang. Pengarang menggunakan kata ganti aku, kami, dan
3. Gaya penyajian sastra kitab Gaya penyajian adalah cara pengarang yang khusus dalam
menyampaikan cerita, pikiran, serta pendapatnya. Teks atau pendapat dapat dituturkan oleh diri si tokoh sendiri sebagai penyampai pikiran atau pendapatnya sendiri yang menyampaikan pendapatnya, maka dalam menuturkan pikirannya dipakai kata ganti aku, kita, kami, dan semacamnya. (Siti Chamamah-Soeratno, 1982:160)
4. Gaya bahasa sastra kitab Gaya bahasa dalam sastra kitab meliputi kosakata, sintaksis, ungkapan dan sarana retorik. Karena sastra kitab membahas hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam, maka gaya bahasa dalam sastra kitab banyak dipengaruhi bahasa arab.
Meninjau gaya bahasa seorang berarti meneliti segala permainan bahasanya yang khusus, sejak dari pemilihan kata sampai pada penyusunan kalimat yang menarik pembaca (Siti Chamamah- Soeratno, 1982:179)
E. Tarekat Khalwatiyah
Tarekat itu artinya jalan, petunjuk dalam melakukan suatu ibadat sesuai dengan ajaran yang ditentukan dan dicontohkan oleh Nabi dan dikerjakan oleh sahabat dan tabi‟in, turun temurun sampai kepada guru-guru, sambung menyambung, dan rantai-berantai. (Aboebakar Atjeh, 1993:67)
Menurut Al- Jurjani „Ali bin Muhammad bin „Ali (740-816 M), tarekat ialah metode khusus yang dipakai oleh salik (para penempuh jalan) menuju Allah Taala melalui tahapan-tahapan/maqamat. (wikipedia.org)
Aboebakar Atjeh (1993:67) mengemukakan bahwa pokok dari semua tarekat ada lima, yaitu: pertama, mempelajari ilmu pengetahuan yang bersangkut paut dengan pelaksanaan semua perintah, kedua mendampingi guru-guru dan teman setarekat untuk melihat bagaimana cara melakukan suatu ibadat, ketiga meninggalkan segala ruhsah dan takwil untuk menjaga dan memelihara kesempurnaan amal, keempat menjaga dan menggunakan waktu serta mengisinya dengan wirid dan doa, guna mempertebal rasa khusyu dan hudur, dan kelima mengekang diri agar tidak memperturutkan hawa nafsu dan supaya diri terjaga dari kesalahan.
Tarekat Khalwatiyah (Khalwatiyyah) didirikan oleh Syekh Muhammad al- Khalwati (wafat pada 717 H.) (Muhammad Syafii, 2009). Nama tarekat ini berasal dari kata “khalwat” yang artinya menyendiri untuk merenung. Tarekat Khalwatiyah
berkembang secara luas di Mesir yang dibawa oleh Musthafa al-Bakri (lengkapnya Musthafa bin Kamaluddin bin Ali al-Bakri as-Shiddiqi), seorang penyair sufi asal Damaskus, Syiria. Ia mengambil tarekat tersebut dari gurunya yang bernama Syekh Abdul Latif bin Syekh Husamuddin al-Halabi. Karena pesatnya perkembangan tarekat ini di Mesir, tak heran jika Musthafa al-Bakri dianggap sebagai pemikir Khalwatiyah oleh para pengikutnya (Muhammad Syafii, 2009)
Secara nasabiyah, tarekat Khalwatiyah merupakan cabang dari Az-Zahidiyah, cabang dari Al-Abhariyah dan cabang dari As-Suhrawardiyah yang didirikan oleh Syekh Syihabuddin Abi Hafs Umar As-Suhrawardi Al-Baghdadi (539-632 H). (Muhammad Syafii, 2009). Di Indonesia, ajaran tarekat ini berkembang luas di Sulawesi Selatan. Seperti halnya di beberapa tempat lainnya, ajaran Tarekat
Khalwatiyah yang berkembang di Sulawesi Selatan terbagi menjadi dua kelompok, yaitu Tarekat Khalwatiyah Yusuf dan Tarekat Khalwatiah Samman (Nidia Zuraya, 2010)
Tarekat Khalwatiyah memiliki pokok-pokok ajaran yang berkisar pada usaha manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan amalan dan latihan kerohanian. Sebagai tarekat yang berorientasi pada syariat, Khalwatiyah menekankan penggabungan pengetahuan ('ilm) dan praktik ('amal). Ia juga menuntut pengikatan hati (rabth al-qalb) seorang murid kepada guru (syaikh). (Nidia Zuraya, 2010)
Tarekat Khalwatiyah juga mengenal adanya sebuah amalan yang disebut Al- Asma’ As-Sab’ah (tujuh nama) yaitu tujuh macam zikir atau tujuh tingkatan jiwa yang harus dibaca setiap murid tarekat (Nidia Zuraya, 2010)
F. Zikir