11 sebagai katalis dikarenakan hanya sekitar 5 asam oleat bereaksi dalam waktu
satu jam reaksi, sehingga Novozym
®
435 sering dipilih sebagai lipase yang efektif untuk produksi biodiesel [53-55]. Azocar et al 2011 meneliti bahwa
Novozym
®
435 digunakan sebagai katalis guna menghindari hidrolisis dan reaksi esterifikasi serta katalis ini dapat digunakan kembali dengan proses pencucian
aseton, minyak kedelai, tert-butanol, isopropanol dan 2-butanol [56]. Alasan pemilihan amobil C. antarctica lipase B Novozym
®
435 adalah berdasarkan pembuktian dengan alkohol rantai pendek menghasilkan yield yang
tinggi dan resistensi yang unggul terhadap penonaktifan alkohol dibandingkan dengan spesies amobil lipase lain [34].
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dos Santos Correa et al 2011, Yield
biodiesel tertinggi yaitu 93 dengan jumlah katalis 1 dari berat minyak [22].
2.5 ESTERIFIKASI ENZIMATIS
Estertifikasi adalah metode paling umum digunakan untuk memproduksi biodiesel [57]. Transesterifikasi merupakan suatu reaksi kesetimbangan untuk
mendorong reaksi agar bergerak ke kanan sehingga dihasilkan metil ester biodiesel maka perlu digunakan alkohol dalam jumlah berlebih [58].
Untuk memproduksi biodiesel, biokatalis konvensional biasanya diimobilisasi untuk meningkatkan pemulihan enzim dikarenakan penghalang utama
penggunaan esterifikasi enzimatis secara luas adalah biaya enzim [1,59].
12 Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi esterifikasi enzimatis antara lain :
a. Molar rasio minyak:alkohol.
Reaksi transesterifikasi enzimatis memerlukan rasio molar untuk
minyak:alkohol lebih tinggi seperti 15:1 [60]. Semakin tinggi rasio molar
minyak:alkohol akan meningkatkan yield biodiesel, akan tetapi dapat mengnon-aktifkan kerja enzim terutama apabila alkohol tidak larut dalam
campuran reaksi [61]. b.
Katalis yang digunakan. Reaksi transesterifikasi enzimatis akan menghasilkan konversi yang tinggi
dengan jumlah katalis 10-20-b [60]. Semakin tinggi jumlah katalis akan meningkatkan laju reaksi biodiesel, tetapi ada batas di mana penambahan
enzim tidak mengubah laju pembentukan produk lagi sehingga penambahan katalis menyebabkan proses yang tidak ekonomis [62].
c. Temperatur reaksi.
Pada dasarnya, reaksi transesterifikasi enzimatis dilakukan antara temperatur 20-60
o
C [61]. Suhu reaksi optimum sekitar 45
o
C [63]. Semakin meningkatnya temperatur, akan memungkinkan penonaktifan aktivitas enzim
biasanya diatas 60
o
C sehingga menurunkan yield biodiesel [62]. d.
Waktu reaksi. Pada dasarnya, reaksi transesterifikasi enzimatis dilakukan dengan waktu
reaksi diatas 24 jam [64]. Semakin lama waktu reaksi, berat jenis produk menurun secara eksponensial sehingga dapat menurunkan ester [65].
e. Kandungan air dalam minyak atau lemak.
Beberapa enzim membutuhkan sejumlah air untuk mengaktifkan enzim tersebut [66]. Namun, kelebihan jumlah air dapat menghidrolisis substrat dan
menyebabkan keterbatasan difusi substrat, sehingga mengurangi yield biodiesel [62].
13
2.6 ANALISIS EKONOMI