Pengertian Korban dalam Hukum Positif Pengertian Ganti Kerugian

norma HAM yang diakui secara internasional juga termasuk dalam pengertian “Korban” 12 Dalam pasal 1 Sub 2 Undang-udang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban disebutkan Korban adalah seseorang yang mengalami penderitaan fisik, mental, danatau kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak pidana

2. Pengertian Korban dalam Hukum Positif

Seperti uraian tersebut diatas, apabila kita mendengar kata “korban kejahatan” maka mau tidak mau yang lebih banyak terbersit di benak kita adalah seseorang yang mengalami penderitaan fisik dan batin, kehilangan harta benda ataupun nyawa karena tindak pidana yang dilakukan oleh orang lain. Ada beberapa definisi yang diajukan oleh beberapa Peraturan perundang-undangan sebagai hukum positif antara lain: a. Menurut Undang-undang Perlindungan Saksi dan korban Korban adalah Seseorang yang mengalami Penderitaan fisik, mental, dan atau kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu Tindak Pidana b. Menurut Peraturan pemerintah No. 2 Tahun 2002 Korban adalah orang perseorangan atau kelompok orang yang mengalami penderitaan sebagai akibat pelanggaran hak asasi 12 Theodora Shah Putri, Upaya perlindungan Korban Kejahatan melalui Lembaga Restitusi dan Kompensasi, Fakultas Hukum Indonesia MaPPI-fHUI, 2008, hal 2, www.pemantauperadilan.com manusia yang berat yang memerlukan perlindungan fisik dan mental dari ancaman, gangguan, teror, dan kekerasan dari pihak manapun. c. Menurut Deklarasi Prinsip-prinsip Dasar Keadilan bagi Korban Korban adalah orang yang secara individu atau kolektif, telah menderita kerugian, termasuk luka fisik atau mental, penderitaan emosional, kerugian ekonomi atau perusakan yang substansial atas hak dasarnya, lewat tindakan atau pembiaran yang bertentangan dengan hukum pidana yang berlaku di negara-negara anggota, termasuk hukum yang melarang penyalahgunaan kekuasaan yang dikenai pidana 13

3. Pengertian Ganti Kerugian

Istilah ganti kerugian tidak ditemui pada hukum pidana materiil KUHP dalam beberapa Peraturan Perundang-undang terdapat pengertian-pengertian Ganti Kerugian diantaranya, dalam Hukum acara Pidana KUHAP undang-undang Nomor 8 tahun 1981 pasal 1 nomor 22 yang menyebutkan Ganti kerugian adalah hak seorang untuk mendapat 13 Lihat teks asli : Declaration of Basic Principles of Justice for Victims of Crime and Abuse of Power adopted by General Assembly resolution 4034 of November 1985 “Victims means persons who, individually or collectively, have suffered harm, including physical or mental injury, emotional suffering, economic loss or substantial impairment of their fundamental rights, trought acts or ommisons tat are in violation of criminal laws operative within Members State, including thise laws proscribing criminal abuse of power pemenuhan atas tuntutannya yang berupa imbalan sejumlah uang karena ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini. Kemudian penekanan dari permasalahan tersebut tertuang dalam hukum pidana formil yaitu pasal 95 sd 101 KUHAP. Ganti kerugian juga diatur dalam hukum perdata yaitu pasal 1365 sd 1380 KUHP Perdata, sebagai akibat “wanprestasi” dalam perikatan, baik karena perjanjian maupun karena Undang-undang. Mengutip pendapat Subekti, mengenai ganti rugi : “Ganti rugi sering diperinci dalam 3 tiga unsur yaitu : biaya, rugi dan bunga konsten, schaden en interessen bahasa Belanda ...... Yang dimaksud biaya adalah segala pengeluaran atau pengongkosan yang nyata-nyata sudah dkeluarkan oleh satu pihak ..... Yang dimaksud rugi adalah kerugian karena kerusakan barang-barang kepunyaan kreditur yang diakibatkan karena kelalaian debitur ..... Yang dimaksud bunga adalah kerugian berupa kehilangan keuntungan winnsterving ...... 14 Dari uraian tersebut diatas Pengertian ganti kerugian yang dimaksud dalam penyusunan Tesis ini adalah yang berhubungan dengan pasal 98 KUHP, dimana dalam pasal tersebut ada celah bagi pihak korban untuk mengajukan tuntutan ganti rugi dalam perkara pidana akibat kerugian yang ia alami baik materil maupun immateriil yang disebabkan karena dilakukannya suatu tindak pidana. Mengutip pendapat Wahyu Affandi, dalam suatu tulisannya mengatakan sebagai berikut : 14 Leden Marpaung, SH, Proses Tuntutan Ganti Rugi Rehabilitasi dalam Hukum Pidana, PT Radja Grafinda Persada, Jakarta, thn 1996, halaman 4 “Karena perbuatan itu merupakan perkara pidana dan tuntutan ganti rugi hanya sekedar meminta maka terpenuhinya tuntutan itu tergantung dari putusan pidananya, bila terdakwa atau penuntut umum menerima putusan tuntutan ganti rugi bisa direalisir, sebaliknya bila salah satu pihak atau kedua-duanya menolak putusan itu tuntutan ganti rugipun belum dapat direalisir. 15

4. Dasar Yuridis Penuntutan Ganti Rugi