Kendati peraturan itu merupakan peraturan yang mengatur mengenai perairan laut wilayah, tetapi ordonantie ini juga menyebut permasalahan “menangkap ikan” dan
“penangkapan ikan”. Keragaman peraturan perundang-undangan yang mengatur atau terkait
dengan perikanan di Indonesia dapat dikelompokkan pada tiga masa pengaturan bidang perikanan di Indonesia, yaitu :
1. Masa Ordonansi Belanda
Pengaturan perikanan sudah ada masa ini, Hal ini ditandai dengan dikeluarkannya beberapa ordonansi. Namun demikian peraturan perundang-
undangannya masih bersifat sepenggal-sepenggal terpisah, sehingga belum mencerminkan satu kesatuan yang bulat dan utuh.
45
Ordonansi-ordonansi itu antara lain :
a. Ordonansi perikanan Mutiara dan Bangsa karang Algemeene Relegen Voor
het Visschen near parelschelpen, Parelmoerschelpen, Teripang en sponsen binnen de afstand van neet meer dandrie engelschezeenijlen van dekusten van
Nederlandsch Indie, Stbl. 1916 Nomor 157: Mengatur pengusahaan siput mutiara, kulit mutiara, teripang dan bunga
karang di perairan pantai dalam jarak tidak lebih dari 3 mil laut. b.
Ordonansi Perikanan untuk Melindungi Ikan Visserij Bepaling ter Bescheming van de Visshestand, Stbl. 1920 Nomor 396: Mengatur larangan
penangkapan ikan dengan menggunakan racun bius atau bahan peledak kecuali untuk keperluan ilmu pengetahuan.
c. Ordonansi Penangkapan Ikan Kustvisserij Ordonontie, Stbl. 1927 Nomor
144: • Menagatur usaha perikanan di wilayah perairan Indonesia;
45
Djoko Tribawono. Hukum Perikanan Indonesia. Bandung : Citra Aditnya Sakti, 2002, hal. 51
• Yang berhak melakukan usaha perikanan adalah Warga Negara Indonesia dengan menggunakan kendaraan air bebendera Indonesia;
• Bagi yang bukan negara Indonesia harus dengan izin Materi Pertanian; • Bagi negara Indonesia yang mengunakan tenaga asing harus dengan izin
Menteri Pertanian. d.
Ordonansi Perburuan Ikan paus Algemeene Relegen vor Jacht op Walvisschen binnen den afstand van drie zeemijlen van de kusten van
Nederlandsch Indie, Stbl 1927 Nomor 145: Mengatur perburuan dan perlindungan ikan paus.
e. Peraturan Pendaftaran Kapal-kapal Nelayan Laut asing Stbl. 1938 Nomor
201; • Kapal nelayan laut asing yang berhak melakukan penangkapan ikan dalam
daerah laut Indonesia atau daerah lingkungan maritim harus didaftarkan atas nama pemilik.
• Kapal yang terdaftar diberi tanda selar dan kapal akan diberi tanda pengenal untuk menunjukkan bahwa kapal itu berhak melakukan penangkapan ikan di
daerah laut Indonesia dan darerah-daerah lingkungan maritim. f.
Ordonansi Laut Teritorial dan Lingkungan Maritim Teritoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonantie, Stbl. 1939 Nomor 442:
• Laut teritorial Indonesia adalah laut yang membentang ke arah laut sampai sejauh 3 mil laut dari garis air surut, pulau-pulau atau bagian pulau yang
termasuk wilayah Indonesia; • Menangkap ikan atau penangkapan ikan, adalah mengerjakan pada
umumnya suatu kegiatan yang langsung atau tidak langsung bertujuan untuk mengumpulkan, mendapatkan atau membunuh hasil-hasil laut;
• Penangkapan ikan dilingkungan maritim boleh dilakukan oleh nereka yang termasuk penduduk bumi putera;
• Kepada warga negara Indonesia dapat diberikan izin untuk mengerjakan penagkapan ikan di lingkungan-lingkungan maritim; jika tidak bertentangan
dengan kepentingan-kepentingan maritim.
46
46
Ibid, hal. 53
2. Pasca Kemerdekaan