Uang, Perdagangan Dan Spesialisasi
3.1. Uang, Perdagangan Dan Spesialisasi
3.1.1. Uang
Uang pada masa sekarang sudah sangat dikenal oleh masyarakat luas sebagai alat pembayaran. Semua orang merasakan bahwa uang sangat penting peranannya dalam melancarakan kegiatan perdagangan atau tukar menukar dalam perekonomian. Peranan tersebut akan sangat terasa bilamana kegiatan perdagangan itu dilakukan dengan tanpa uang atau dilakukan dengan saling menukarkan barang atau barter.
3.1.2. Barter
Kegiatan menukar suatu barang dengan barang lain yang dibutuhkan atau barter dalam kenyataannya sering mengalami hambatan dan amat sulit untuk dilakukan. Kesulitan itu dapat disebutkan disini, antara lain:
B Dalam proses tukar menukar barang ini, maka kedua belah pihak yang terlibat harus saling membutuhkan barang yang ditawarkan pihak lain. Dalam kenyataan hal ini tentu sangat sulit untuk dilakukan.
B Sulit sekali melakukan penilaian terhadap suatu barang, apakah barang yang akan
ditukarkan adalah barang mewah, barang canggih, barang bagus dan lain-lain.
B Demikian pula jika dalam pertukaran itu ada yang melakukan penundaan dalam pembayaran dengan tenggang waktu yang agak lama, maka hal ini tentu sangat menyulitkan dan menghambat kegiatan perdagangan.
B Masyarakat ataupun perusahaan juga dapat menentukan kesulitan dalam menyimpan kekayaan atau juga barang. Untuk mengatasi berbagai macam kesulitan dalam melakukan melakukan barter, maka masyarakat mencari suatu benda atau barang yang dapat dijadikan sebagai mata uang.
3.1.3. Apa Itu Uang?
Uang didefinisikan sebagai benda-benda yang disetujui oleh masyarakat sebagai alat perantara untuk mengadakan pertukaran atau perdagangan. Jadi benda dapat disebut sebagai uang jika memenuhi syarat, yakni disetujui atau disepakai oleh anggota masyarakat, sebagai alat perantara dalam kegiatan perdagangan.
Adapun syarat sebuah benda sebagai uang, adalah:
G Nilai tidak mengalami perubahan dari masa ke masa.
G Mudah dibawa kemanapun pergi.
G Mudah disimpan.
G Tahan lama atau tidak mudah rusak.
G Jumlah terbatas atau tidak terlalu banyak.
G Mempunyai mutu yang sama.
G Dapat dibagi dalam bagian-bagian yang lebih kecil tanpa mengurangi nilai uang. Uang begitu penting dalam masa sekarang didalam melan carkan kegiatan perdagangan atau kegiatan perekonomian pada umumnya. Berarti pula bahwa uang ini mempunyai fungsi yang amat penting bagi masyarakat pemakai. Adapun fungsi dari uang dapat dikemukakan berikut ini.
3.1.4. Fungsi Uang
Ada beberapa fungsi dari uang, yakni: $ Sebagai alat tukar-menukar atau sebagai alat perantara di dalam kegiatan tukar-menukar
(medium exchange), yang dimaksud disini; barang ditukar dengan uang, dan kemudian dengan uang ini dapat dibeli atau ditukarkan lagi dengan barang lain.
$ Sebagai satuan hitung atau satuan nilai (unit account). Dengan fungsi uang seperti ini dimaksudkan bahwa nilai su atu barang dapat diukur dan diperbandingkan. Contoh, sebuah
rumah sederhana diukur dengan sejumlah uang seharga rumah tersebut. $ Sebagai penyimpan kekayaan atau penyimpan nilai (store of value). Kekayaan itu dapat
berupa barang atau uang. $ Dalam bentuk barang, seperti membeli sebuah rumah, mobil perhiasan, dan lain-lain.
Kemudian dalam bentuk uang, misalnya; uang kas, surat-surat berharga, dan lain-lain.
3.1.5. Nilai Uang
Sekarang, bila dilihat dari sisi nilainya maka nilai uang ini dibedakan menjadi dua. Yakni; pertama yang disebut dengan nilai intrinsik dan kedua yang disebut dengan nilai nominal. Masing-masing nilai uang tersebut memiliki arti, sebagai berikut: ) Nilai intrinsik, yakni nilai uang yang dihitung berdasarkan nilai dari bahan yang dipakai
untuk membuat uang tersebut. Contoh, uang logam emas yang bernilai Rp 1.000.000,- disini berarti bahwa bahan logam emas yang dipakai membuat uang itu bernilai sama sebesar Rp 1.000.000,- sesuai dengan yang tertera pada mata uang logam emas itu.
) Nilai nominal, yakni nilai yang tertera pada uang uang tersebut. Artinya, dengan uang kertas yang bernilai nominal Rp 1.000,- tidak berarti sama dengan nilai bahan uang kertas
yang dipakai untuk membuat selembar uang itu. Bahkan, dalam kenyataan bahan yang dipakai untuk membuat uang kertas per lembar, bisa saja jauh berada di bawah nilai nominal yang tertera.
3.1.6. Metode Mengukur Nilai Uang
Ada tiga cara untuk mengukur nilai uang, yakni dengan menggunakan indeks biaya hidup, indeks harga-harga barang perdagangan besar dan pendapatan nasional bruto (gross national product) yang dideflator. Masing-masing cara tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: R Indeks Biaya Hidup
Cara ini banyak digunakan sebagai pengukuran nilai uang. Indeks ini mencakup harga dari beberapa jenis barang kebutuhan hidup. Contoh, di Indonesia digunakan indeks harga 9 bahan pokok, indeks harga 62 macam barang perdagangan besar.
R Indeks Harga Perdagangan Besar Indeks harga ini merupakan indeks harga barang yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan barang –barang lain.
R Pendapatan nasional bruto deflator PNB d
Pengukuran ini mencakup harga-harga barang yang lebih luas, dibandingkan dengan indeks harga perdagangan besar maupun indeks biaya hidup. Cara menghitung pendapatan nasional bruto deflator adalah sebagai berikut:
Pendapatan Nasional Bruto Nominal (Th 2004)
PNB d = ____________________________________________________________________ Pendapatan Nasional Bruto Riil (Harga konstan Disini sebagai PNB d tahun dasar adalah tahun 2000=100. Ketiga angka indeks 2000) tersebut di atas, cenderung bergerak dengan arah yang sama meskipun dengan tingkatan yang berbeda-beda. Perubahan-perubahan ini memberikan informasi tentang perubahan yang terjadi dalam nilai tersebut.
3.1.7. Jenis Uang Beredar Di Masyarakat
Dalam menunjang kegiatan perekonomian dimasa sekarang ini, uang yang beredar dan dipakai sebagai alat tukar-menukar oleh masyarakat dalam setiap waktu, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua bagian. Yakni, dalam artian sempit dan dalam artian lebih luas. Dalam artian sempit, uang yang beredar di masyarakat meliputi: uang kartal (chartal), dan uang giral. Dalam artian le bih luas, uang yang beredar di masyarakat ada tiga jenis yakni uang kartal, uang giral, dan uang kwasi. Œ Uang kartal adalah mata uang yang dikeluarkan dan diedar kan oleh Bank Sentral atau di
Indonesia oleh Bank Indonesia. Macam-macam uang jenis ini ada dua jenis, yaitu uang dalam bentuk uang logam dan uang kertas.
Œ Uang giral adalah saldo rekening koran yang terdapat di bank-bank, yang dapat dipakai sebagai alat pembayaran dengan menggunakan cek, giro atau surat perintah bayar. Uang kwasi, yakni uang yang terdiri dari deposit berjangka, tabungan dan
rekening (tabungan), valuta asing milik swasta dalam negeri. Uang kwasi ini sebenarnya bukan uang yang sebenarnya, tetapi hanya mendekati uang atau mempunyai beberapa sifat uang sebab bisa ditunaikan setiap saat dengan konsekuensi perubahan suku bunga.
3.1.8. Permintaan Uang
Uang yang ada di masyarakat setiap waktu akan mengalami perpindahan dari satu tangan ke tangan yang lain. Berapa kali perpindahan uang ini dari satu tangan ke tangan yang lain, ini disebut dengan perputaran uang. Kecepatan perputaran uang dari satu tangan ke tangan yang lain dalam hitungan waktu, memberi gagasan tentang laju kecepatan perputaran uang, yang kemudian ikut menentukan harga barang dan jasa dibandingkan dengan faktor-faktor lain. Seperti, jumlah barang dan jasa yang ada di masyarakat.
3.1.8.a Teori Irving Fisher
Persoalan perputaran uang ini telah lama dibicarakan oleh ahli ekonomi, antara lain Irving Fisher. Menurut Irving Fisher, bilamana jumlah uang yang beredar atau tersedia pada suatu negara dinyatakan dengan M (money), kemudian kecepatan peredaran uang dinyatakan dengan V (velocity of circulation), Selanjutnya, indeks dari penjualan barang secara fisik dinyatakan dengan T (trade) dan kemudian tingkat harga barang dinyatakan dengan P (price) yang setara dengan harga rata-rata. Dalam bentuk kesamaan dinyatakan dengan: MV=PT. Dimana M V menunjukkan jumlah uang yang tersedia kali kecepatan satuan uang berpindah tangan, PT menunjukkan penjumlahan dari perkalian semua volume barang dengan harga setiap barang.
Persamaan MV=PT adalah identitas, artinya jumlah uang yang tersedia kali kecepatan satuan uang berpindah tangan pasti sama dengan penjumlahan dari perkalian semua volume barang de ngan harga setiap barang. Asumsi dari teori Irving Fisher, adalah: ; T dianggap konstan, karena selalu berada dalam kondisi “full employment“. ; V dianggap konstan, karena apabila V (kecepatan perpu taran uang) berubah berarti terjadi
perubahan kebiasaan masyarakat melakukan pembayaran perdagangan.
Contoh Analisis: MV=VT
Jika V dan Y (dimana Y adalah produk atau sama dengan produksi nasional bruto) masing-masing adalah konstan pada nilai 4 dan 1000, dengan jumlah uang beredar M=1500 dan harga barang adalah P, maka dapat dihitung:
MV=PT 1500x4=Px1000 P=6
Jika M naik dua kali lipat, yaitu menjadi 3000 maka hasil P:
MV=PT 3000x4=Px1000 P=12
(Asumsi: perputaran uang dan volume perdagangan adalah konstan).
3.1.8.b Teori Marshall
Marshall mengemukakan teori kuantitas permintaan uang sedikit berbeda dengan yang dikemukakan oleh Irving Fisher. Persamaan yang dikemukakan Marshall:
M=1/V PY atau ditulis dengan: M=k PY
(dimana k=1/V, adalah proporsi dari pendapatan yang diukur dengan pendapatan nasional bruto) yang diwujudkan dalam bentuk uang kas. Marshall tidak menggunakan volume transaksi (T), sebagai alat pengukur jumlah produksi (output), tetapi disini diganti dengan produk nasional riil (Y). Kalau memakai T pada umumnya nilainya lebih besar daripada nilai Y. Sebab, dalam pengerti T termasuk juga total transaksi barang akhir dan atau barang setengah jadi, yang dihasilkan dalam beberapa (dimana k=1/V, adalah proporsi dari pendapatan yang diukur dengan pendapatan nasional bruto) yang diwujudkan dalam bentuk uang kas. Marshall tidak menggunakan volume transaksi (T), sebagai alat pengukur jumlah produksi (output), tetapi disini diganti dengan produk nasional riil (Y). Kalau memakai T pada umumnya nilainya lebih besar daripada nilai Y. Sebab, dalam pengerti T termasuk juga total transaksi barang akhir dan atau barang setengah jadi, yang dihasilkan dalam beberapa
Contoh Analisis: M=k PY
Jika k=1/6 , ini berarti bahwa 1/6 bagian dari pendapatan nasional bruto diwujudkan dalam bentuk uang kas atau tunai. Apabila pendapatan nasional bruto (atau PY) ini sama dengan 1200 milyar, maka permintaan uang kas sama dengan:
M=k PY M=1/6 1200 M=200
Jika pendapatan nasional bruto naik menjadi 2400 milyar, akibatnya permintaan uang kas pun meningkat menjadi:
M=k PY M=1/6 2400 M=400
Dengan demikian, jelaslah bahwa permintaan uang untuk tujuan transaksi akan naik, jika produk nasional bruto atau pendapatan ma syarakat ini naik.
Jadi, nilai k ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pembayaran gaji sebulan yang dilakukan 4 kali atau per minggu. Disini nilai k akan lebih kecil dibandingkan dengan gaji yang dibayar 1 kali sebulan. Jika pembayaran menggunakan kartu kredit, maka nilai k juga akan cenderung mengecil.
3.1.8.c Teori J M Keynes
Uang diinginkan orang bukan karena uang itu sendiri, melainkan karena uang dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Kadang-kadang ada yang bertujuan untuk menguasai harta benda yang dapat dibeli dengan uang itu. Semakin rendah nilai uang, yang dinyatakan dengan kenaikan harga-harga yang tinggi, makin tidak suka orang untuk memegang uang berlama-lama. Semakin kuat ke dudukan uang maka semakin tinggi nilai uang, dan kemudian makin sukan orang dengan uang. Jadi menurut J M Keynes bahwa motif orang untuk memegang uang atau memerlukan uang kas dapat dikelompokkan menjadi tiga yakni:
motif transaksi (transaction motive). motif jaga-jaga ( precautionary motive). motif spekulasi (speculation motive).
Motif transaksi. Dorongan atau motif orang memegang uang ada yang dimaksudkan untuk membeli barang dan jasa yang diperlu kan, seperti membeli kebutuhan pokok yaitu sandang dan pangan, membeli rumah, membeli jasa pendidikan. Semua kegiatan ekonomi itu memerlukan uang kas, dan uang yang dipegang digunakan untuk tujuan transaksi.
Motif berjaga-jaga. Selain untuk transaksi orang juga membutuhkan penggunaan uang untuk menghadapi hal-hal yang tak terduga. Misalnya dalam menghadapi musibah kecelakaan, sakit, kemudian mengadakan upacara adat, dan lain-lain yang sifatnya tidak direncanakan sebelumnya. Uang yang dipegang yang nantinya diarahkan untuk hal-hal semacam itu, dikatakan mempunyai motif berjaga- jaga.
Motif spekulasi. Bilamana seseorang memegang uang lebih diarahkan untuk membeli tanah sekarang membeli rumah baru sekarang, membeli saham hari ini dan lain-lain, kemudian semua itu dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan jika barang-barang itu dijual beberapa tahun yang akan datang, maka motif orang ini digolongkan sebagai motif spekulasi.
1) Permintaan Uang – Tujuan Transaksi
Jumlah uang yang diperlukan untuk tujuan transaksi sangat dipengaruhi oleh pendapatanseseorang. Diketahui bahwa semakin besar pendapatan masyarakat, maka semakin banyak pula jumlah uang tunai yang dimintanya yang nantinya dipakai untuk transaksi.
Kejadian permintaan uang semacam ini, dapat dianalisis dengan menggunakan kurva permintaan uang untuk transaksi, seperti disajikan pada Gambar 9.
Gambar 9.
Kurva Permintaan Uang Untuk Transaksi
Mtr (Rp/Bln)
Keterangan:
Mtr
Mtr adalah kurva permintaan uang untuk transaksi.
50 Persamaan: Mtr=m 1 Y
Dimana: Y adalah pendapatan, Mtr adalah
25 jumlah uang yang diminta
m 1 =∆Mtr/∆Y=slope Mtr ∆ notasi perubahan.
0 100 200 Y(Rp/Bln)
Kurva permintaan uang untuk transaksi (Mtr) dimulai dari titik nol, ini berarti jika pendapatan masyarakat adalah nol (tidak memiliki pendapatan) maka permintaan uang untuk tujuan transaksi sama dengan nol. Koefisien m 1 menunjukkan perubahan permintaan uang untuk tujuan transaksi per satu rupiah perubahan dari pendapatan masyarakat dalam waktu tertentu.
Contoh Analisis Permintaan Uang – Tujuan Transaksi
Data pada Gambar 9 adalah sebagai berikut: Pada Mtr=50 Mtr=25 ∆ Mtr=50–25=25
Pada Y=100 Y=200 ∆ Y=200–100=100
Jadi m 1 =∆Mtr/∆Y m 1 =25/100 m 1 =0,25
Sehingga fungsi permintaan uang untuk tujuan transaksi, adalah: Mtr=m 1 Y
Mtr=0,25 Y Artinya, jika pendapatan masyarakat sebesar Rp 100,- maka jumlah permintaan uang
untuk tujuan transaksi adalah Rp 25,-.
2) Permintaan Uang – Tujuan Berjaga-jaga Gambar 10.
Kurva Permintaan Uang Untuk Jaga-Jaga
Mj (Rp/Bln)
Keterangan:
Mj
Mj adalah kurva permintaan uang untuk jaga-
20 jaga.
Persamaan: Mj=m 1 Y
Dimana: Y adalah pendapatan, Mj adalah
10 jumlah uang yang diminta
m 1 =∆Mj/∆Y= slope Mj
∆ notasi perubahan.
0 100 200 Y(Rp/Bln)
Jumlah uang yang diperlukan masyarakat untuk tujuan jaga- jaga, diasumsikan lebih kecil daripada untuk tujuan transaksi. Permintaan uang untuk jaga-jaga juga sangat dipengaruhi oleh pendapatan masyarakat bersangkutan. Garis Mj menunjukkan kurva permintaan uang untuk tujuan jaga-jaga, yaitu dengan arah positif, seperti yang disajikan pada Gambar 10. Dimana, jumlah uang yang diminta untuk tujuan jaga-jaga dipenga ruhi oleh pendapatan masyarakat. Disini krva permintaan uang untuk tujuan jaga-jaga memiliki arah positif. Ini menandakan, bahawa semakin besar pendapatan masyarakat maka sebagian dari pendapatannya ini
akan digunakan untuk memenuhi keperluan jaga-jaga. Koefisien m 2 menunjukkan perbandingan besarnya perubahan jumlah permintaan uang untuk tujuan jaga-jaga terhadap perubahan pendapatan.
Contoh Analisis Permintaan Uang – Tujuan Jaga-Jaga
Data pada Gambar 10 adalah sebagai berikut: Pada Mj=20 Mj=10 ∆ Mtr=20–10=10
Pada Y=100 Y=200 ∆ Y=200–100=100
Jadi: m 2 =∆Mj/∆Y m 2 =10/100 m 2 =0,10
Sehingga fungsi permintaan uang untuk tujuan transaksi, adalah: Mj=m 2 Y
Mj=0,10 Y Artinya, jika pendapatan masyarakat sebesar Rp 100,- maka jumlah permintaan uang
untuk tujuan transaksi adalah Rp 10,-.
3) Permintaan Uang – Tujuan Spekulasi
Dalam kondisi perekonomian yang tidak stabil, maka permin taan uang untuk tujuan spekulasi akan sangat terasa dalam suatu pe rekonomian. Hal tersebut dapat diketahui lebih jelas dilihat, teruta ma dalam kehidupan di pasar uang dan bahkan di pasar modal. Perkembangan di pasar modal misalnya, bila di pasar ini volume transaksi menunjukkan arah yang meningkat, maka dapat berarti suatu pertanda di masyarakat telah terjadi peningkatan pendapatan yang signifikan. Bagi sekelompok anggota masyarakat, tentu ada saja sebagian di antara mereka cenderung untuk mengadakan transaksi pembelian sejumlah saham atau surat berharga lainnya di bursa saham atau pasar modal. Bisa diperkirakan bahwa di antara mereka setidak-tidaknya memiliki harapan akan memperolehnya sesedikit keuntungan dari upaya transaksi tersebut. Disini yang dipakai sebagai perbandingan, adalah besarnya tingkat bunga yang berlaku ditingkat pasar uang atau bank dengan perkiraan keuntungan yang didapat dari pasar modal. Semakin besar tingkat keuntungan yang diperkirakan bisa diperoleh dari hasil pembelian saham di pasar modal ini dibandingkan dengan mereka menyimpan uangnya di perbankan, maka transaksi pembelian saham pun diperkirakan akan semakin meningkat di pasar tersebut dan demikian pula sebaliknya. Aktivitas yang dilakukan masyarakat seperti itu, mendorongnya melakukan permintaan uang untuk spekulasi.
Gambar 11.
Kurva Permintaan Uang Untuk Spekulasi
Keterangan:
r (%)
Ms adalah kurva permintaan uang untuk spe- kulasi.
10 Persamaan: Ms=a+m 3 r
Dimana: MM r adalah suku bunga uang.
Ms
Ms adalah jumlah uang yang diminta untuk
2 spekulasi.
m 3 =∆Ms/∆r=slope Ms ∆ notasi perubahan
Ms (Rp/bln)
Dengan demikian faktor yang mempengaruhi permintaan uang untuk tujuan transaksi, adalah suku bunga uang yang berlaku ditingkat pasar uang atau perbankan. Oleh karena itu, dikatakan bahwa jumlah permintaan uang untuk tujuan spekulasi, dipengaruhi oleh tingkat suku bunga uang. Semakin tinggi tingkat suku bunga uang ditingkat pasar uang, maka menyebabkan semakin berkurang permintaan uang untuk Dengan demikian faktor yang mempengaruhi permintaan uang untuk tujuan transaksi, adalah suku bunga uang yang berlaku ditingkat pasar uang atau perbankan. Oleh karena itu, dikatakan bahwa jumlah permintaan uang untuk tujuan spekulasi, dipengaruhi oleh tingkat suku bunga uang. Semakin tinggi tingkat suku bunga uang ditingkat pasar uang, maka menyebabkan semakin berkurang permintaan uang untuk
Contoh Analisis Permintaan Uang – Tujuan Spekulasi
Data pada Gambar 11 menunjukkan sebagai berikut: Pada r=10 r=2 ∆ r=10–2=8
Pada Ms=2 Ms=18
∆ Ms=2–18=-16 Jadi:
m 3 = ∆ Ms/∆ r m 3 =-16/8=-2
Fungsi permintaan uang untuk tujuan spekulasi: Ms=a+m 3 r
18=a+- 22 a=18+4=22
Dengan: m 3 =-2 a=22 Ms=22 –2 r Ini artinya jika tingkat suku bunga sebesar 10 maka jumlah permintaan uang untuk sprekulasi: Ms=22 –2 r Ms=22 –20=2
4) Permintaan Uang Total
Dengan menggunakan konsep permintaan uang untuk transaksi (Mtr), jaga- jaga (Mj) dan spekulasi (Ms), maka dapat diten tukan permintaan uang total, yakni:
D M =Mtr+Mj+Ms
Dengan mensubstitusi persamaan ke tiga permintaan tersebut di atas (Mtr, Mj, Ms), ke dalam D M maka hasilnya sebagai berikut:
D M =m 1 Y+m 2 Y+(a+m 3 r)
D M =(m 1 +m 2 )Y+(a+m 3 r)
Memperhatikan persamaan D m di atas maka diketahui bahwa permintaan uang total oleh masyarakat ditentukan oleh faktor-faktor seperti Y=pendapatan masyarakat, r=tingkat suku bunga uang.
Contoh Analisis Permintaan Uang Total
Dengan menggunakan data fungsi permintaan berikut: Mtr=0,25 Y; Mj=0,10 Y; Ms=22 –2 r selanjutnya dapat ditemukan fungsi permintaan uang total oleh masyarakat yaitu:
D M =m 1 Y+m 2 Y+a+m 3 r D M =0,25 Y+0,10 Y+(22-2 r) D M =0,35 Y+(22-2 r) D M =22+0,25 Y-2 r
3.1.9. Penawaran Uang
Penawaran uang (S M ) dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu: * Penawaran uang dalam arti luas adalah jumlah uang yang diedarkan ke masyarakat oleh
Bank Sentral (M 2 ) terdiri dari penjumlahan penawaran uang dalam arti sempit (M 1 ) ditambah uang kwasi.
* Penawaran uang dalam arti sempit atau peredaran uang dalam arti sempit (M 1 ) terdiri dari
penjumlahan kartal (atau uang logam, uang kertas) dan simpanan giro (atau uang giral).
Jumlah uang kartal beredar di masyarakat ditentukan oleh:
6 Kebijakan pemerintah terkait dengan kebijakan kredit.
6 Jumlah barang dan jasa yang diproduksi masyarakat.
6 Tingkat harga barang dan inflasi. Sedangkan tabungan deposito, tabungan biasa, valuta asing, meskipun tidak ditetntukan oleh pengambilan kebijakan tetapi dipenga ruhi oleh pemerintah melalui tingkat suku bunga uang.
Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa penawaran uang atau peredaran uang dimasyarakat ditentukan oleh atau sekurang-kurangnya dipengaruhi pemerintah, dengan berbagai kebijakan yaitu kebijakan fiskal dan kebijakan moneter, perdagangan luar negeri, industri dan faktor-faktor lain. Di Indonesia. Lembaga yang menangani jumlah peredaran uang di masyarakat adalah Bank Indonesia.
3.1.10. Keseimbangan Pasar Uang (LM)
Penggabungan konsep teori permintaan uang dan penawaran uang akan menghasilakn kondisi keseimbangan di pasar uang. Adapun syarat terjadinya keseimbangan di pasar uang, yaitu Permintaan Uang Total (D M )=Penawaran Uang (S M ).
Gambar 12. Keseimbangan Pasar Uang (LM)
Keterangan: Sumbu horizontal: Y (Pendapatan
r (%)
masyarakat). Sumbu vertikal: r (Tingkat suku bu-
LM
nga).
Kurva LM menunjukkan posisi kese- imbangan di pasar uang. Syarat keseimbangan pasar:
D M =S M
M =permintaan uang total
0 1512 Y (Rp/Th)
S M =penawaran uang total
Contoh Analisis Keseimbangan Pasar Uang (LM)
Jika jumlah uang yang beredar di masyarakat sebanyak 400 milyar/tahun, dengan syarat keseimbangan pasar uang sebagai berikut: D M =S M dimana permintaan uang total hasil analisis sebelumnya D M =22+0,25 Y-2 r , maka dapat ditentukan fungsi keseimbangan pasar uang sebagai berikut:
D M =22+0,25 Y-2 r 400=22+ 0,25 Y –2 r 378=0,25 Y –2 r 0,25 Y=378+2 r
Y=1512+8 r
Jika diketahui bahwa tingkat bunga r=0, maka pendapatan masyarakat adalah:
Y=1512+8 r Y=1512+8 (0)
Y=1512 milyar
Seperti tertera dalam Gambar 12. Dengan nenperhatikan hasil analisis fungsi keseimbangan pasar uang (LM) di atas, ternyata semakin tinggi suku bunga uang akan menyebabkan pendapatan masyarakat semakin meningkat. Tentu saja pernyataan yang terakhir ini berlaku dalam batas-batas tingkat suku bunga tertentu. Ini berarti bahwa suku bunga yang terlalu tinggi justru dapat menulitkan pengusaha untuk mengembangkan usaha mereka dan mendorong mereka untuk menurunkan kegiatan produksinya.
3.2. Perdagangan Dan Spesialis
3.2.1. Sebab-Sebab Terjadi Perdagangan
Perdagangan atau pertukaran pada mulanya adalah akibat langsung dari sifat alam, yaitu perbedaan-perbedaan dalam beragam tanah, iklim, pengairan, kekayaan alam dan lain-lain. Daerah-daerah yang tergolong tropis akan berbeda dengan daerah yang termasuk sub tropis, apalagi daerah kutub. Masing-masing daerah tersebut tentu memiliki produk hasil alam yang berbeda satu sama lain, sehingga jenis produk yang diperdagangkan pun pasti berbeda.
Dengan demikian, maka spesialisasi perorangan/daerah/negara akan muncul, dan berkembang di dunia ini. Oleh karena itu, perdagangan merupakan akibat logis daripada spesialisasi yang terjadi antara perorangan, daerah atau negara. Dan spesialisasi itu juga merupakan faktor ekonomi yang sangat penting. Dengan spesialisasi dalam produksi diberbagai daerah, negara, pada akhirnya dapat menimbulkan perdagangan. Secara konsep teori ekonomi dapat dijelaskan dengan, apa yang dinamakan teori keuntungan absolute (absolute advantage) dan keuntungan komparatif (comparative advantage).
3.2.2. Arti Perdagangan
Dalam ilmu ekonomi, perdagangan mempunyai arti khusus, yaitu sebagai proses tukar-menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela yaitu tanpa ada pemaksaan dari masing-masing pihak. Dalam arti sukarela, pertukaran ini dilakukan didasarkan pada kebebasan untuk menentukan perolehan untung rugi dari pertukaran, dan sudut pandang kepentingan setiap pelaku. Contoh terjadi unsur pemaksaan yaitu perdagangan antara negara penjajah dengan daerah jajahan, antara perusahaan multi nasional dengan induk perusahaannya di luar negeri, dan lain-lain.
3.2.3. Motif Perdagangan
Persoalan mendasar yang perlu dipertanyakan disini, adalah kenapa orang mau melakukan tukar-menukar? Dalam suatu perekonomian kegiatan tukar-menukar (trade off) kiranya tidak bisa dihindarkan, apalagi dimasa perekonomian modern sekarang ini. Untuk menjawab pertanyaan yang sederhana itu perlu dikemukakan motif utama orang mau melakukan pertukaran, yaitu ada kemungki nan memperoleh manfaat tambahan yang disebut dengan manfaat perdagangan (gains from trade).
Menurut pandangan kaum Klasik dan Neo-Klasik, dengan prinsip kebebasan yang dilontarkan mereka maka dengan perdagangan bebas (free trade) akan memberi- kan manfaat tambahan yang maksimal. Dan pandangan Klasik dan Neo-Klasik ini Menurut pandangan kaum Klasik dan Neo-Klasik, dengan prinsip kebebasan yang dilontarkan mereka maka dengan perdagangan bebas (free trade) akan memberi- kan manfaat tambahan yang maksimal. Dan pandangan Klasik dan Neo-Klasik ini
3.2.4. Manfaat Perdagangan
Menurut teori klasik Adam Smith, suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional (gain from trade) dan meningkatkan kemakmurannya bila:
7 Terdapat perdagangan bebas (free trade).
7 Melakukan spesialisasi berdasarkan keunggulan absolute (absolute advantage) yang dimiliki. Manfaat perdagangan bebas internasional dapat dilihat melalui: % Peningkatan ekspor kemudian mendorong peningkatan kemampuan produksi nasional bruto, dan selanjutnya ini akan mendorong peningkatan impor yang dibutuhkan di dalam negeri.
% Peningkatan impor tersebut di atas akan meningkatkan transfer teknologi, penanaman modal, dan demonstration effect yang positif, seperti manajemen pemasaran dan lain-lain. Jika kondisi yang terakhir ini terjadi maka akan meningkatkan persaingan sehingga mendorong peningkatan produktivitas dan efisiensi.
% Bila produktivitas dan efisiensi meningkat, maka harga barang menjadi lebih murah dan kualitas serta pelayanan akan lebih baik. Dengan demikian daya saing produk dalam negeri akan meningkat pula. Ini menjadikan akses ke pasar luar negeri akan semakin besar, sehingga dapat meningkatkan peluang ekspor.
% Dengan kata lain, melalui perdagangan bebas akan terjadi interaksi peningkatan ekspor dan impor sehingga mengakibatkan produk nasional bruto meningkat. Ini berarti meningkatnya kemakmuran masyarakat satu negara.
3.2.5. Keuntungan Absolut
Setiap negara akan memperoleh manfaat perdagangan internasional karena melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang jika negara tersebut memiliki keunggulan absolut (absolute advantage), serta mengimpor barang jika negara tersebut memiliki ketidakunggulan absolut (absolute disadvantage).
Teori keuntungan absolut ini didasarkan kepada beberapa asumsi pokok antara lain, sebagai berikut:
M Faktor produksi yang digunakan hanya tenaga kerja. M Kualitas barang yang diproduksi kedua negara sama. M Pertukaran dilakukan secara barter atau tanpa uang. M Biaya transportasi diabaikan.
Secara matematika, teori keunggulan absolut dari Adam Smith dapat diilustrasikan dengan data hipotesis sebagai berikut. Berdasarkan ilustrasi data dalam Tabel 1 dapat diketahui bahwa Tenaga Kerja Indonesia memiliki keunggulan absolut pada produksi teh (12 Kg), sedangkan negara Cina memiliki keunggulan absolut dalam produksi sutra (8 m).
Tabel 1. Data Hipotesis Teori Keuntungan Absolut
Dasar Tukar Dalam (Tenaga kerja/hari)
Indonesia 12 3 4 Kg=1 M 1 Kg=¼ M
Cina 4 8 ½ Kg=1 M 1 Kg=2 M
3.2.6. Keuntungan Komparatif
Teori David Ricardo didasarkan pada nilai tenaga kerja yang menyatakan bahwa nilai atau harga suatu produk ditentukan oleh jam kerja yang diperlukan untuk memproduksinya.
Suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut dapat berproduksi relatif lebih efisien serta mengimpor barang dimana negara tersebut berproduksi relatif kurang/tidak efisien.
Berdasarkan data hipotesis dalam Tabel 2 dan Tabel 3 dua negara akan mendapatkan keuntungan jika melakukan perdagangan internasional didasarkan atas perhitungan biaya komparatif.
Tabel 2. Data Hipotesis Biaya Komparatif
Negara
Produksi 1 Kg Gula
1 Mtr Kain
(Hari Kerja) (Hari Kerja)
Indonesia
Cina
Berdasarkan perbandingan biaya dapat dilihat bahwa Tenaga Kerja Indonesia lebih efisien dibandingkan dengan tenaga kerja Cina da lam memproduksi 1 Kg gula (3/6 atau 1/2 hari kerja) daripada produksi 1 Mtr kain (4/5 hari kerja). Hal ini akan mendorong Indonesia melakukan spesialisasi produksi dan ekspor gula.
Tabel 3. Data Perhitungan Biaya Komparatif
Perbandingan Biaya
1 Kg Gula
1 Mtr Kain
(Hari Kerja) (Hari Kerja)
Cina Cina
Sebaliknya, tenaga kerja Cina ternyata lebih efisien dibandingkan dengan Tenaga Kerja Indonesia dalam produksi 1 Mtr kain (5/4 hari kerja) daripada produksi
1 Kg gula (6/3 atau 2/1 hari kerja). Bila dihitung biaya komparatif antara Indonesia dan Cina untuk memproduksi kedua jenis produk, berdasarkan data Tabel 2, akan 1 Kg gula (6/3 atau 2/1 hari kerja). Bila dihitung biaya komparatif antara Indonesia dan Cina untuk memproduksi kedua jenis produk, berdasarkan data Tabel 2, akan
3.3. Pelaku Kegiatan Ekonomi
3.3.1. Perekonomian Dua Sektor
Dalam konsep teori ekonomi masyarakat sebagai pelaku kegiatan perekonomian dikelompokkan menjadi dua yaitu (RT) konsumen dan RT produsen. Dengan asumsi sementara pemerintah tidak ikut campur dalam perekonomian.
® RT konsumen meliputi semua individu yang merupakan konsumen dari barang dan jasa dihasilkan perekonomian.
® RT produsen adalah kelompok masyarakat yang membeli, menyewa sumber-sumber ekonomi, yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa dalam perekonomian. Pada Diagram 1 diilustrasikan:
B Pasar faktor-faktor produksi (input) menunjukkan pertemuan transaksi dari RT konsumen sebagai penjual/menyewakan; tanah, tenaga kerja, modal dan keahlian, dengan RT produsen yang berkedudukan sebagai pembeli/penyewa dan sekaligus pengguna dari; tanah, tenaga kerja, modal dan keahlian. Disini konsumen menciptakan pendapatan sedangkan produsen menciptakan pengeluaran (Diagram 1).
B Pasar barang dan jasa (output) menunjukkan pertemuan tran saksi dari RT konsumen sebagai pembeli/penyewa dan seka ligus pengguna dari barang dan jasa, dengan RT produsen yang berkedudukan sebagai penjual / menyewakan dari barang dan jasa. Disini konsumen menciptakan pengeluaran sedangkan produsen menciptakan pendapatan (Diagram 1).
Diagram 1. Perputaran Roda Perekonomian – Dua Sektor
Barang-Barang Barang-Barang
dan Jasa dan Jasa Pasar
Output
Pengeluaran
Pendapatan
RT RT
Konsumen Produsen
Pendapatan Pengeluaran
Pasar
Faktor-Faktor Faktor-Faktor Input
Produksi Produksi Keterangan: 1) Pasar output: aliran barang sama dengan aliran uang yakni pengeluaran konsumen dan
pendapatan perusahaan. 2) Pasar input: aliran faktor produksi sama dengan aliran uang yakni pengeluaran perusahaan dan pendapatan konsumen.
Kegiatan perekonomian yang menciptakan pasar barang dan pasar faktor- faktor produksi, kemudian dapat menimbulkan perputaran roda aliran barang-barang Kegiatan perekonomian yang menciptakan pasar barang dan pasar faktor- faktor produksi, kemudian dapat menimbulkan perputaran roda aliran barang-barang
Hubungan kegiatan antar dua sektor disajikan dalam bentuk kesamaan identitas, sebagai berikut:
RT Konsumen: Y=C+S RT Produsen: Y=C+I
dimana: Y=Pendapatan, C=Konsumsi, S=Tabungan, I=Investasi. Dalam perekonomian dua sektor ini, pemerintah diasumsikan tidak ikut dalam kegiatan perekonomian masyarakat.
RT konsumen penggunakan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan jika Y>C maka akan
ada tabungan.
RT produsen penggunakan pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan jika Y>C maka
akan ada investasi.
3.3.2. Perekonomian Tiga Sektor
Sirkulasi roda perekonomian tiga sektor secara konsep teori dinyatakan sama dengan sirkulasi roda perekonomian dua sektor, hanya saja sekarang ini ditambah keterlibatan langsung pemerintah yakni pemerintah ikut berperan dalam kegiatan perekonomian. Oleh karena itu rumah tangga yang terlibat dalam roda perekonomian adalah RT konsumen, RT produsen dan pemerintah.
Tugas pemerintah adalah sebagai penyeimbang dalam roda perekonomian masyarakat, yakni menjaga kestabilan tingkat harga barang dan jasa, melalui pengeluaran berbagai kebijakan fiskal (pengeluaran dan pendapatan pemerintah) dan dibidang moneter.
Menurut J M Keynes ketidakstabilan harga mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap tiga golongan utama masyarakat, yaitu masyarakat produsen (pebisnis), masyarakat investor, masyarakat penerima upah/gaji (pekerja). Contoh kenaikan harga untuk seluruh jenis barang dan jasa terus menerus atau disebut inflasi akan sangat menyulitkan masyarakat investor (penanam modal) dan masyarakat penerima pekerja. Sebaliknya, jika terjadi deflasi yakni harga seluruh jenis barang dan jasa turun terus menerus juga akan menyulitkan pebisnis dan juga pada akhirnya bagi pekerja.
Hubungan kegiatan antar tiga sektor disajikan dalam bentuk kesamaan identitas, sebagai berikut. 1. RT Konsumen dan pemerintah:
Yd=Y+Tr-Tx ….(I) Dengan Yd=C+S ….(II) Atau kombinasi (I) dan (II) Y=C+S+Tx-Tr ….(III)
2. RT Produsen dan pemerintah: Y=C+I+G….(IV) dimana: Yd=Pendapatan setelah dipotong pajak (Tx) G=pengeluaran pemerintah Tx=penerimaan pemerintah dari pajak S=subsidi pemerintah Tr=transfer pemerintah (Lihat Diagram 2).
Diagram 2. Perputaran Roda Perekonomian – Tiga Sektor
Barang-Barang Pasar Barang-Barang
dan Jasa dan Jasa Output
Pengeluaran
Barang
RT
Konsumen Pemerintah Produsen
Tx
Tx
Pengeluaran
Faktor-Faktor Faktor-Faktor Pasar Input Produksi Produksi
Keterangan: 1) Pasar output: aliran barang sama dengan aliran uang yakni pengeluaran konsumen,
pendapatan perusahaan, dan pemerintah. 2) Pasar input: aliran faktor produksi sama dengan aliran uang yakni pengeluaran perusahaan dan pendapatan konsumen, dan pemerintah. 3) Pemerintah memberi S (subsidi), Tr (transfer) kepada RT konsumen, dan memberikan S (subsidi) kepada RT produsen. 4) Pemerintah memungut Tx (pajak) kepada RT konsumen dan produsen. 5) Pemerintah mengeluarkan belanja barang di pasar output dan mengeluarkan belanja
pegawai di pasar input.
3.3.3. Perekonomian Empat Sektor
Diagram 3. Perputaran Roda Perekonomian – Empat Sektor
Luar Negeri
Ekspor Impor
Barang-Barang Pasar Barang-Barang
dan Jasa dan Jasa Output
Pengeluaran
Pendapatan
Barang Belanja
S dan Tr
RT
RT
Pemerintah
Konsumen
Produsen
Tx
Tx
Belanja
Pengeluaran
Pegawai
Pendapatan
Faktor-Faktor Faktor-Faktor PasarInput
Produksi Produksi
Impor
Ekspor
Luar Negeri
Keterangan: 1) Pasar output: aliran barang sama dengan aliran uang yakni pengeluaran konsumen, pendapatan
perusahaan, dan pemerintah, net ekspor. 2) Pasar input: aliran faktor produksi sama dengan aliran uang yakni pengeluaran perusahaan, pendapatan konsumen, pemerintah, net ekspor.
Keterkaitan, ketergantungan, dan persaingan global menyebabkan hampir semua kehidupan dalam suatu negara di dunia terpengaruh oleh ekonomi internasional. Jadi dalam era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini dapat dik atakan tidak ada lagi negara yang “autarki”, yaitu ekonomi, keuangan, maupun perdagangan internasional (ekspor-impor), lihat Diagram 3.
Pengaruh perdagangan internasional dalam konsep teori ekonomi dilihat melalui hubungan fungsional melalui perekonomian tiga sektor (dengan varaiabel ekonomi: C, I, G, Tr, Tx) ditambah sektor perdagangan luar negeri yakni ekspor dan impor (dengan variabel X, M), sehingga kesamaan identitasnya menjadi:
Y=C+I+G+Tr –Tx+X–M
dimana: Y=pendapatan masyarakat=Gross National Product (GNP). X=ekspor. M=impor. X –M=net ekspor. Dengan kesamaan tersebut maka perekonomian suatu negara jelas menunjukkan perekonomian yang terbuka (open economy).
3.4. Mekanisme Pasar
Dalam kebanyakan buku ilmu ekonomi saat ini, metode penyajiannya termasuk dalam tradisi Neo-Klasik. Meotode tersebut terangkum oleh benang merah “kebebasan bertindak di pasar” dan pentingnya peranan “mekanisme pasar” dalam
pengambilan keputusan dan keputusan itu selalu diambil dengan maksud mencapai tujuan optimal.
3.4.1. Harga Barang Dan Jasa
Pasar adalah kondisi yang menggambarkan terjadinya transaksi antara konsumen dan produsen, seolah-olah dibimbing oleh kekuatan tangan tak nampak (invisible hand), sehingga interaksi tersebut dapat mengarah ke tujuan yang diinginkan. Jadi, disini terlihat “harga” menjadi wahana nyata yang menuntun setiap pelaku kegiatan ekonomi sebagai perwujudan dari tangan tak nampak tersebut ke arah kegiatan ekonomi.
Oleh karena, setiap individu tindakan akhirnya semata-mata berdasarkan atas harga, maka mekanisme pembentukan harga inilah dipakai sebagai penuntun bagi individu dalam mengambil keputusan. Dengan asumsi, semua orientasi kegiatan ekonomi tertuju pada Pasar dan ini kemudian disebut dengan sistem pasar. Dalam sistem perekonomian pasar, semua outout, input, memiliki tingkat harga.
3.4.2. Mekanisme Pasar – Keseimbangan Pasar
Proses perubahan dari permintaan dan penawaran pada dasarnya membentuk harga dari suatu barang dan jasa. Proses tersebut diilustrasikan pada Gambar 13.
Gambar 13. Mekanisme Pasar Keseimbangan Pasar
Harga (Rp/unit)
Keterangan:
Sumbu vertikal: harga barang (Rp/unit).
Sumbu horizontal: kuantitas (unit/waktu). P A A S Pada P A terjadi s>d di titik S A .
Pada P B terjadi d>s di titik D B .
Pada P E posisi keseimbangan pasar
E Kuantitas (unit) 0 Q
Pada tingkat harga di P A terjadi kelebihan penawaran diban dingkan dengan permintaan, sehingga kondisi ini menjadi pendo rong penurunan harga. Peningkatan penawaran barang di tingkat pasar karena terjadi persaingan antar produsen dan dipihak lain rendahnya pembelian barang oleh pembeli, dapat mempengaruhi harga barang. Akibatnya, harga barang terdorong menurun.
Pada tingkat harga di PB terjadi kelebihan permintaan dibandingkan dengan penwaran, sehingga kondisi ini menjadi pendorong kenaikan harga. Peningkatan permintaan barang di tingkat pasar karena terjadi persaingan antar pembeli akibat Pada tingkat harga di PB terjadi kelebihan permintaan dibandingkan dengan penwaran, sehingga kondisi ini menjadi pendorong kenaikan harga. Peningkatan permintaan barang di tingkat pasar karena terjadi persaingan antar pembeli akibat
Kejadian di tingkat harga P A dan P B memberikan gambaran tentang terjadinya mekanisme pasar. Bekerjanya “mekanisme pasar” tersebut menyebabkan terbentuknya
harga P E yang disebut dengan keseimbangan pasar (equilibrium market). Mekanisme pasar oleh Adam Smith dimaksudkan sebagai “the invisible hand”. Jadi dengan bekejanya mekanisme pasar ini akan menghasilkan apa yang dinamakan
“harga”. Dalam pembentu kan harga barang dan jasa ternyata ada perbedaan perilaku permintaan dan penawaran, dan untuk memcapai posisi kesamaan ternyata me merlukan waktu. Waktu yang diperlukan untuk itu sangat tergan tung pada mobilitas sumber ekonomi. Contoh, penghambat mobilitas sumber ekonomi adalah kendala transportasi, cuaca atau iklim, alam, bencana alam dan sebagainya.
3.4.3. Kegagalan Pasar
Invisible hand menurut ahli ekonomi Neo-Klasik dikatakan mampu mengarahkan pasar untuk mengalokasikan sumber-sumber ekonomi secara efisien. Namun, dalam realita sering terjadi tangan tak nampak tersebut tidak berfungsi. Situasi seperti inilah yang disebut deng an “kegagalan pasar” (market failure) yang berarti bahwa pasar gagal dalam mengalokasikan sumber-sumber ekonomi secara efisien.
Faktor-faktor penyebab dari kegagalan pasar, adalah: Faktor eksternalitas (externality) baik yang positif maupun negatif, dalam kegiatan produksi ataupun konsumsi. Eksternalitas adalam dampak dari suatu tindakan terhadap kondisi pihak lain. Contoh, eksternalitas negatif antara lain: asap rokok, asap knalpot motor, mobil, pabrik,
dan lain-lain. Contoh eksternalitas positif antara lain di bidang produksi antara peternak lebah dengan petani bunga, peternak ikan dengan peternakan ayam dan pertanian padi, dan di bidang konsumsi pemberian bea siswa.
Kuasa pasar (market power) yaitu kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan pengaruh kuat terhadap harga-harga. Contoh para tengkulak, rentenir, yang memberikan pinjaman uang kepada petani miskin, dengan tujuan menguasai hasil panen saat musim panen.
3.5. Soal Latihan
1. Terangkan apa sebabnya uang dianggap penting dalam perekonomian masyarakat. Jelaskan!
2. Apakah benar jumlah uang yang beredar terlalu banyak dapat menyebabkan inflasi? Jelaskan!
3. Bagaimanakah caranya pemerintah mengatur peredaran uang di masyarakat? Jelaskan!
4. Beri pengertian barter ini. Mengapa barter susah diterapkan oleh masyarakat di jaman modern ini?
5. Indonesia pernah melakukan barter dengan Negara Rusia dalam pembelian pesawat Sukhoi yang diukur dengan produk pertanian seperti kedelai. Jelaskan, menurut Saudara mengapa hal itu dapat dilakukan?
6. Apa benar jumlah uang beredar sebagai satu-satunya faktor yang mempengaruhi inflasi? Jelaskan jawaban Saudara dengan menggunakan bantuan teori kuantitas uang dari Irving Fisher dan A Marshall.
7. Jelaskan perbedaan nilai nominal dengan nilai riil suatu mata uang. Bagaimana cara menentukan agar nilai uang bernilai riil? Berikan contoh cara perhitungannya!
8. Menurut Saudara, mana yang lebih baik; pendapatan berdasarkan nilai nominal atau nilai riil dipakai untuk mengukur tingkat penghasilan masyarakat. Jelaskan dengan menggunakan contoh perhitungan data!
9. Jelaskan pengaruh perdagangan internasional terhadap perekono mian suatu negara, dilihat dari aspek mikro dan makro!.
10. Apa manfaat bagi suatu negara melakukan perdagangan internasional? Jelaskan!
11. Daerah Bali dan daerah Jawa masing-masing memiliki keung gulan absolut karena faktor alamnya. Benarkah pernyataan itu. Jelaskan dengan menggunakan contoh produk yang menjelaskan adanya keunggulan absolut di masing-masing daerah tersebut!
12. Faktor-faktor apa saja yang menjadi sebab musabab terjadinya spesialisasi dalam perdagangan?
13. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang mendorong spesialisasi dan faktor-faktor yang mendorong perlunya diversifikasi dalam perdagangan internasional!
14. Data dalam tabel berikut menunjukkan batas kemungkinan produksi dari masing- masing negara.
Negara
Baju Kemeja
Baju Kemeja
Dewasa Merek X Anak Merek X
(Jam/Orang)
(Jam/orang)
Singapura
Indonesia
a. Negara mana yang memiliki keunggulan absolut dan komparatif.
b. Jika kedua kota membuka perdagangan, baju kemeja ukuran mana (dewasa atau anak) yang akan diperdagangkan antara kedua negara tersebut?
c. Gambarlah kurva batas kemungkinan produksi dari masing-masing negara (Singapura dan Indonesia) tersebut, dengan menggunakan data yang tercan- tum dalam tabel soal di atas!
15. Mengapa dalam perdagangan internasional perlu suatu persyaratan bahwa perdagangan itu dilakukan secara sukarela? Jelaskan!
16. Tunjukkan serta jelaskan dengan menggunakan kesamaan identitas pendapatan nasional (Y), bahwa perdagangan internasional juga mempengaruhi naik turunnya perekonomian suatu negara.
4.1. Definisi Permintaan Barang
Permintaan (demand) suatu barang adalah jumlah barang yang akan dibeli oleh individu pada berbagai tingkat harga, dalam jangka waktu tertentu. Asumsi dasar teori ini yakni hal-hal lain ada lah konstan (ceteris paribus). Sebagai faktor penentu jumlah barang yang diminta sesuai dengan definisi tersebut adalah tingkat harga, dan berarti pula bahwa individu harus memiliki sejumlah uang atau pendapatan agar dapat membeli barang tersebut. Dengan demikian permintaan yang dimaksud disini adalah permintaan yang didukung oleh pendapatan.
4.2. Daftar Permintaan Barang
Daftar permintaan individu terhadap suatu barang merupakan catatan informasi atau data yang disusun terkait dengan rencana pembelian barang tersebut. Sebagai contoh lihat data pembelian beras dan gula pasir, yang disajikan dalam Tabel
4.
Tabel 4. Pembelian Beras Dan Gula Pasir Individu
Beras C4 Gula Pasir Jumlah (Kg/Hari)
(Rp/Kg)
(Kg/Hari)
(Rp/Kg)
Daftar pembelian beras dan gula pasir pada Tabel 4 memberi informasi bahwa harga barang tersebut naik, ternyata jumlah barang yang dibeli oleh individu menurun.
4.3. Kurva Permintaan Barang
Kurva permintaan individu untuk suatu barang adalah sebuah garis kontinyu (tidak putus-putus) yang menunjukkan hasil kom binasi dari jumlah barang yang dibeli/diminta dengan tingkat harga yang dibayar oleh individu tersebut, yang digambar pada sebuah bidang datar.
Kombinasi dari pasangan variabel jumlah barang yang diminta dengan variabel tingkat harga barang ini, dapat membentuk sebuah garis yang disebut dengan kurva permintaan sebuah barang.
Kurva d menunjukkan permintaan beras C4. Kurva permintaan beras C4 memiliki slope negatif dan turun dari kiri atas ke kanan bawah. Kurva permintaan ini mendeskrispsikan hubungan antara jumlah beras yang diminta pada berbagai tingkat harga, dan dari data dapat dijelaskan yakni pada tingkat harga beras rendah jumlah yang diminta lebih banyak dibandingkan dengan pada tingkat harga yang lebih tinggi. Ini berarti semakin mahal harga beras maka individu akan membeli beras semakin berkurang.
4.4. Bentuk-Bentuk Kurva Permintaan Barang
Bentuk kurva permintaan suatu barang dapat beragama, secara matematika tergantung pada pendekatan garis yang akan digunakan. Secara garis besarnya, pendekatan garis yang digunakan adalah garis yang kontinyu (tidak putus-putus) dan terdiri dari garis lurus (linear) garis tidak lurus (non linear)
Gambar 14. Kurva Permintaan Beras C4
Harga (Rp. Ribu/Kg)
Jumlah Beras (Kg/Bln)
Keterangan:
Kurva permintaan beras d (demand) dibentuk berdasarkan data daftar permintaan beras C4 pada Tabel 4.
Kurva “d“ adalah dengan arah slope negatif.
Gambar 15. Beragama Bentuk Kurva Permintaan Barang
Harga (Rp.unit)
A 0 Q A Q Jumlah Barang (Unit/bln)
Keterangan:
Kurva permintaan “d 1 ” adalah garis lu-
rus.
Kurva permintaan “d 2 ” adalah garis ti- dak lurus/meleng kung.
Slope dari d 1 dan d 2 adalah negatif.
Untuk dapat menggambar sebuah kurva permintaan barang pada bidang datar, disini digunakan dua variabel yakni variabel jumlah barang yang diminta sebagai variabel terikat (dependent) dan variabel tingkat harga sebagai variabel tidak terikat atau bebas (independent). Variabel jumlah barang yang diminta dicantumkan pada sumbu horizontal dan variabel tingkat harga barang dicantumkan pada sumbu vertikal. Pada prinsipnya walaupun bentuk kedua kurva permintaan berbeda seperti
d 1 dan d 2 pada Gambar 15, tetapi syaratan sebuah kurva permintaan adalah tetap terpenuhi. Yakni kurva d ber-slope negatif atau pendeskripsian garisnya turun dari kiri atas ke kanan bawah.
Gambar 16.
Gambar 17.
Kurva Permintaan d 1 Kurva Permintaan d 2
Harga (Rp/Kg)
Harga (Rp/Kg)
Pa A Pa A
Pb B Pb B
0 Qa Qb 0 Qa Qb
Jumlah Barang (Kg/Bln) Jumlah Barang (Kg/Bln)
Keterangan Gambar 16 dan Gambar 17:
1) Pada kurva permintaan d 1 : slope di titik A sama dengan slope di titik B, atau dikatakan kurva permintaan d 1 ber-slope kons-
tan.
2) Pada kurva permintaan d 2 :slope di titik A tidaka sama dengan slope di titik B, atau kurva permintaan d 2 ber-slope tidak
konstan.
Pada kurva permintaan barang d 1 , memiliki slope garis yang konstan di setiap tingkat harga yang berbeda. Artinya pada tingkat harga yang rendah maupun pada tingkat harga yang tinggi, slope garisnya sama. Atau dikatakan bahwa pada berbagai tingkat harga, perbandingan perubahan ( ∆) tingkat harga terhadap perubahan (∆) jumlah barang yang diminta adalah bernilai konstan. Sedangkan untuk kurva
permintaan d 2 , juga memiliki slope garis negatif, tetapi nilai slope di setiap tingkat harga tidak konstan.
4.5. Hukum Permintaan Barang
Pola perkembangan data tingkat harga barang dan jumlah barang yang diminta, terlihat berlawanan arah. Harga barang pola perkembangannya meningkat tetapi pola perkembangan jumlah barang yang diminta nampak sebaliknya yaitu menurun. Jadi, antara tingkat harga barang dengan jumlah barang yang diminta oleh Pola perkembangan data tingkat harga barang dan jumlah barang yang diminta, terlihat berlawanan arah. Harga barang pola perkembangannya meningkat tetapi pola perkembangan jumlah barang yang diminta nampak sebaliknya yaitu menurun. Jadi, antara tingkat harga barang dengan jumlah barang yang diminta oleh
Contoh, pada tingkat harga beras yang lebih murah yakni Rp 3.000,-/Kg jumlah beras yang dibeli adalah 10 Kg/bulan. Kemudian, pada harga yang lebih mahal Rp 3.150,-/Kg individu membeli beras sebanyak 3 Kg/bulan.
4.6. Pergeseran Kurva Permintaan Barang
Hukum permintaan barang dinyatakan berlaku jika diasumsi kan, bahwa ada faktor lain selain dari tingkat harga barang adalah konstan (ceteris paribus). Dalam dunia nyata, diketahui banyak variabel yang dianggap konstan dibawah asumsi tersebut senyata nya tidalah konstan atau sering mengalami perubahan setiap jangka waktu tertentu, yakni bisa sehari, seminggu dan sebagainya. Contoh, variabel ekonomi yang sering mengalami perubahan, adalah pendapatan, selera, harga barang lain, ekspektasi pembeli.
Akibat tidak berlakunya asumsi dasar tersebut di atas, maka diperkirakan akan terjadi perubahan permintaan suatu barang. Dengan kata lain, akan terjadi pergeseran sejajar dari sebuah kurva permintaan barang, dimana pergeseran kurva permintaan tersebut bisa sejajar ke kiri atau bisa juga bergeser sejajar ke kanan.
Contoh, jika variabel ekonomi seperti pendapatan individu naik karena sesuatu sebab, maka kurva permintaan barang X dari individu tersebut akan bergeser sejajar ke arah kanan. Sebaliknya, jika pendapatan individu mengalami penurunan tajam karena sesuatu sebab, maka kurva permintaan barang X dari individu tersebut akan bergeser sejajar ke sebelah kiri. Pergeseran sejajar kurva permintaan barang ke kiri maupun ke kanan, dijelaskan melalui Gambar 18.
Gambar 18. Pergeseran Kurva Permintaan Barang X
Harga (Rp/unit)
Keterangan:
d=kurva permintaan awal
Penurunan Kenaikan
d 1 =kurva permintaan setelah pendapatan
Permintaan Permintaan
turun
d 2 =kurva permintaan naik
d//d 1 dan d// d 2 //=notasi sejajar
0 Jumlah Barang X (Unit/Bln)
Catatan, bahwa sebenarnya penurunan permintaan suatu barang dan atau kenaikan permintaan suatu barang, dipengaruhi oleh banyak faktor baik itu faktor ekonomi maupun faktor non ekonomi.
4.7. Faktor-Faktor Penentu Permintaan Barang
Beberapa faktor yang menentukan terjadinya perubahan permintaan suatu barang dan menyebabkan terjadinya pergeseran kurva permintaan barang tersebut, yakni; pendapatan individu, harga barang lain (harga barang pengganti , harga barang komplementer), ekspektasi, selera, dan lain-lain, seperti disajikan dalam Tabel 5.
Pendapatan seseorang dapat berubah naik atau turun secara drastis, karena berbegai faktor yang tidak bisa diduga sebelumnya. Contoh, pendapatan petani padi yang mengalami gagal total karena tanaman padinya dilanda banjir, pendapatan karyawan sebuah perusahaan yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) karena perusahaan tempat kerja karyawan tersebut bangkrut, dan lain-lain.
Harga barang pengganti atau barang komplementer sering berubah drastis (naik atau turun), karena berbagai faktor penyebab. Contoh, harga minyak tanah dapat melonjak tinggi per liternya karena permintaan dunia dan biaya eksploitasinya yang tinggi. Kenaikan harga minyak tanah ternyata sangat mempengaruhi permintaan harga barang pengganti maupun barang komplementernya, seperti kayu bakar sebagai pengganti minyak tanah, juga menjatuhkan harga kompor yang menggunakan minyak tanah, dan sebagainya.
Ekspektasi seseorang ikut menentukan perubahan permintaan suatu barang. Misalnya pada masa krisis ekonomi berkepanjangan yang menyebabkan banyak perusahaan yang bangkut, pailit. Kondisi seperti ini menyebabkan harapan investor untuk menanamkan modal semakin berkurang dimasa-masa yang akan datang. Kondisi ini tentu akan berpengaruh keras terhadap permintaan saham di pasar bursa efek, dan permintaan saham bisa anjlok tajam.
Selera masyarakat juga dapat berubah drastis pada kondisi tertentu. Contoh, tersebarnya berita di mass media tentang merebak nya flu burung, makanan camilan, susu dan lain-lain, yang mengandung zat kimia beracun, mengandung bahan pengawet formalin yang dapat menyebabkan kanker. Semua berita seperti itu dapat mempengaruhi selera konsumen dalam pembelian barang-barang tersebut, ada yang mengurangi bahkan ada yang sama sekali tidak mau membeli lagi barang yang sejenis. Oleh karena itu, permintaan barang yang tercemar zat kimia beracun seperti itu, dalam waktu singkat akan anjlok.
Dampak dari faktor yang menentukan permintaan berbagai jenis barang seperti yang dijelaskan di atas, secara konsep teori ekonomi dapat menggeser kurva permintaan barang masing-masing. Ada yang mampu menggeser kurva permintaan barang tersebut ke kiri atau ke kanan, namun pergeserannya adalah sejajar. Untuk melihat dampak dari perubahan permintaan akibat dari perubahan faktor-faktor penyebabnya, disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 5. Faktor-Faktor Penentu Pergeseran Kurva Permintaan
Variabel
Arah Pergeseran
Ekonomi Dan Non Ekonomi Kurva Permintaan Barang
Harga Pergeseran jumlah permintaan di sepanjang kurva permintaan Pendapatan
Pergeseran kurva permintaan
Harga barang lain
Pergeseran kurva permintaan
Ekspektas
Pergeseran kurva permintaan
Selera
Pergeseran kurva permintaan
Jumlah pembeli
Pergeseran kurva permintaan
Dan sebagainya
4.8. Permintaan Dan Jumlah Permintaan Barang
Beberpa faktor ekonomi dan non ekonomi sebagai faktor penentu yang mempengaruhi terjadinya permintaan barang, seperti telah disebutkan pada Tabel 5. Akan tetapi, pengaruh dari masing-masing faktor penentu terhadap permintaan suatu barang, akan terlihat berbeda-beda, bila ditilik dari masing-masing variabel. Faktor- faktor seperti pendapatan, harga barang lain, ekspektasi, sele ra konsumen, jumlah pembeli, jelas sekali mempengaruhi permintaan suatu barang dan diketahui mengakibatkan terjadinya pergeseran sejajar kurva permintaan barang tersebut ke kiri atau ke kanan. Ini berarti, variabel penentu pergeseran kurva permintaan secara langsung dapat mempengaruhi jumlah dan harga barang yang diminta secara bersamaan.
Sedangkan, terjadinya perubahan harga suatu barang dapat menyebabkan terjadinya perubahan jumlah barang yang diminta. Perubahan harga barang ternyata menyebabkan terjadinya pergeseran di sepanjang satu kurva permintaan saja dan tidak menyebabkan terjadinya pergeseran sejajar dari kurva permintaan barangnya.
4.9. Fungsi Permintaan Barang
Menurut Leon Walras seorang ekonom dari Swiss yang ter kenal pada abad ke-
19, menyebutkan bahwa permintaan suatu barang dipengaruhi oleh banyak faktor. Oleh karena itu, fungsi permintaan suatu jenis barang dapat ditulis dengan menggunakan dua pendekatan fungsi, pertama pendekatan fungsi garis lurus (linear), dan kedua dengan bentuk garis tidak lurus (non linear).
Bentuk umum fungsi permintaan garis luru dan non garis lurus ditulis sebagai berikut:
Q=f (P, Y, E, H l , S, ……dsb),
dimana: Q=jumlah barang yang diminta. P=harga barang bersangkutan. Y=pendapatan konsumen. E=ekspektasi konsumen
H l =harga barang (substitusi dan komplemeter). S = selera, dan sebagainya. Fungsi permintaan suatu barang adalah sebuah persamaan yang menunjukkan
hubungan yang saling mempengaruhi antara jumlah barang yang diminta dengan tingkat harga barang bersangkutan dan faktor-fakor lainnya diasumsikan konstan.
Kemudian Alfred Marshall seorang ekonom berkebangsaan Inggris yang hidup sekitar tahun 1842 – 1924, menyatakan bahwa permintaan suatu barang adalah dipengaruhi oleh harga barang bersangkutan dan mengasumsikan faktor-faktor lain selain harga barang tersebut adalah konstan (ceteris paribus). Sehingga fungsi perminta- an suatu barang ditulis sebagai berikut:
Q=f (P) …….Ceteris Paribus
4.9.1. Fungsi Permintaan Barang – Bentuk Garis Lurus
Dalam bentuk fungsi permintaan garis lurus, persamaannya ditulis:
Q=f (P) Q=a-b P
dimana : Q=jumlah barang yang diminta. P=harga barang bersangkutan.
a dan b masing-masing sebuah bilangan konstan.
Contoh Analisis Fungsi Permintaan TV – Garis Lurus
Q=f (P) Q=a - b P Q=10 - ¼ P
1. Nilai a=10 artinya bahwa pada tingkat harga P=0 (harga TV nya gratis), maka seseorang bersedia meminta barang tersebut dengan gratis. 2. Nilai b=- ¼, ini artinya perbandingan perubahan jumlah barang yang diminta terhadap perubahan tingkat harga adalah sebesar ¼. Selanjutnya, jika tingkat harga barang mengalami perubahan naik 1 %, maka akan menyebabkan terjadinya perubahan turun dari jumlah barang yang diminta sebesar ¼ %. Atau dapat dibalik jika tingkat harga barang mengalami peru bahan, turun 1 %, maka akan menyebabkan terjadinya perubahan, naik, dari jumlah barang yang diminta sebesar ¼ %.
Kurva Permintaan TV – Garis Lurus
Gambar 19. Kurva Permintaan Garis Lurus
P (Rp/unit) Keterangan:
Fungsi Permintaan:
40 Q=10 - ¼ P
Pada sumbu horizontal Q=Jumlah barang.
Q=10 - ¼ P
Pada sumbu vertikal
P= Harga Barang.
Umpamakan: P=40
Q=10 – ¼ 40
Q=0
P=20 Q=10 – ¼ 20
Q=5
0 P=0 Q=10 – ¼ 0 Q= 10
5 10 Q (Unit/bln)
Skedul Permintaan TV:
Harga 40 20 0 25 15 Jumlah TV
4.9.2. Fungsi Permintaan Barang – Bentuk Non Garis Lurus
Ada banyak bentuk fungsi permintaan barang yang bukan garis lurus (non-linier). Dalam bagian berikut hanya diberikan contoh dalam bentuk fungsi permintaan parabola saja.
Fungsi permintaan barang – fungsi parabola
Bentuk persamaan umum fungsi parabola dinyatakan dengan:
P=f (Q) P=a - b Q+ cQ 2
dimana: Q=jumlah barang yang diminta. P=harga barang bersangkutan. Dan: a,b, c = masing-masing sebuah bilangan konstan.
Contoh Analisis Permintaan Laptop Merek X
P=a - b Q+ c Q 2 . P=20 - 4 Q+ 1/5Q 2
Untuk mengetahui nilai puncak dari parabola tersebut, maka dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Rumus: Untuk: P = - D/4a
2 – 4 ac) (b P= - _______________
nilai puncak dari Parabola
4a
Untuk: Q = - b/2a
Kurva Permintaan Laptop Merek X – Fungsi Parabola
Gambar 20.
Kurva Permintaan Parabola
P (Rp/unit) Keterangan:
Fungsi Permintaan:
P=20 - 4 Q + 1/5 Q 2 P=20 - 4 Q+ 1/5Q
Pada sumbu horizontal:
Q=Jumlah barang.
Pada sumbu vertikal:
P=Harga Barang.
Untuk: 0 < Q < 10
Pada: Q=0
Pada: Q=10
P=20
P=20 -40 + 20 = 0
10 Q (Unit/bln)
Penyelesaian Fungsi Permintaan Laptop Merek X:
Fungsi: P=20 - 4 Q+1/5Q 2 Persamaan kalikan 5. 5P=100 – 20 Q+Q 2 Faktorisasi dan kalikan 4/4. 4/4 5P=100 – 20 Q+Q 2 4. 5/4 (P – 0) = (Q–10) 2
Jika P=0 maka : (Q – 10) 2 = 4. 5/4 (P – 0) (Q – 10) 2 = 0.
Q = +/- 10. Jadi : Q = 10.
Skedul Permintaan TV:
Jumlah TV (Q) 0 10 5 7,5 8,25 Harga (P)
1.b) Contoh Analisis Permintaan komputer Y.
Q=a - b P + c P 2 . Q=15 - P -1/4P 2
Kurva Permintaan Komputer Y – Fungsi Parabola
Gambar 21. Kurva Permintaan Parabola
P (Rp/unit) Keterangan:
Fungsi Permintaan:
Q=15 - P - 1/4 P 2 Q=15 – P - 1/4P 2
Pada sumbu horizontal:
Q=Jumlah barang. Pada sumbu vertikal: P=Harga Barang. Untuk: 0 < P < 6
0 15 Q
Pada: P=0
Unit/bln)
Q=15 – (0) - 1/4(0) 2
Q=15. Pada: P = 6
Q=15 - (6) + 1/4(6) 2
Q= 0
Penyelesaian Fungsi Permintaan Komputer Y:
Fungsi:
Q=15 - P - 1/4P 2 Persamaan kalikan - 4. - 4Q=- 60 + 4P + P 2 Faktorisasi.dengan + 64 - 4Q + 64= - 60 + 4P + P 2 + 64
- 4(Q - 16)=4 + 4P+ P 2 - 4(Q - 16)=(P + 2) 2
Jadi puncak parabola ada di: (Q –16)=0
Q=16 (P+2)=0
P= - 2
Selanjutnya diumpamakan: Jika:
P=0 maka: Q=15 - P - 1/4P 2 Q=15 - (0) - (1/4)(0) 2 Q=15.
Skedul Permintaan Koputer Y:
Harga (P) 0 3 4,3 5,75 Jumlah Komputer (Q)
4.10. Pergeseran Sejajar Fungsi Permintaan Barang
Kenyataan yang sering dijumpai dalam kegiatan ekonomi masyarakat bahwa faktor-faktor ekonomi dan non ekonomi indivi du, seperti harga barang, pendapatan, ekspektasi, selera, harga barang substitusi, harga barang komple- menter, kenaikan pajak per unit barang dan lain-lain, sering mengalami berfluktuasi dari waktu ke waktu. Bila kondisi tersebut benar-benar terjadi maka faktor citeris paribus yang menjadi asumsi dasar dalam hukum permin- taan suatu barang, sekarang tidak berlaku lagi. Akibat dari tidak berlakunya asumsi dasar tersebut, adalah bahwa kurva permintaan suatu barang akan mengalami perubahan tidak saja di sepanjang kurva permintaannya, tetapi juga seluruh kurva permintaan barang ini akan bergeser ke kiri atau ke kanan dalam posisi yang sejajar. Pergeseran kurva permintaan barang yang sejajar dijelaskan
dengan bantuan perubahan bentuk fungsi permintaan barang dari d ke d 1 seperti yang disajikan pada Gambar 22. Dalam penjelasan ini diasumsikan bahwa harga barang tersebut adalah konstan. Kondisi fungsi permintaan mula- mula yang dinyatakan dengan kurva permintaan, d dengan bentuk turun dari kiri atas ke kanan bawah.
Gambar 22.
Kurva Permintaan Bergeser Sejajar
Harga (Rp/unit)
Keterangan:
d ------> Q=a –bP
*Fungsi permintaan mula-mula ada-
1 -------------> Q d 1 =a 1 –bP 1 lah “d“: Q=a –b P P Harga Konstan *Pendapatan individu dinyatakan na- ik, akibatnya fungsi permintaan be-
rubah menjadi “d 1 ”, dengan asumsi
harga barang adalah konstan. *Fungsi permintaan yang baru men-
jadi Q 1 =a 1 –bP
Jumlah barang (Unit/bln)
Contoh analisis pergeseran fungsi permintaan dari d ke d 1 :
d Q =a –b P a tidak sama dengan a 1 disini: Q tidak sama dengan Q 1 d 1 Q 1 =a 1 – b P -bP sama di d dan di d 1
Jika pendapatan individu naik maka pada setiap tingkatan harga barang yang sama, jumlah permintaan barang tersebut menjadi bertambah. Dengan kata lain, disini terjadi pergeseran permintaan barang dari kurva permintaan d
ke d 1, dimana d dan d 1 berada dalam posisi sejajar.
Tabel 6. Jumlah Permintaan Dan Harga Premium
Harga Premium (Rp/Lt)
Sebelum Pendapatan Naik
Setelah Pendapatan Naik
Jumlah Diminta (Lt/Hari)
Jumlah Diminta (Lt/Hari)
Keterangan: *Fungsi permintaan mula-mula sebelum pendapatan individu naik dinyatakan dengan Q=10 –
½ P. Sedangkan, fungsi permintaan setelah pendapatannya naik dinyatakan dengan Q=16 – ½ P.
*Pendapatan individu dinyatakan naik, tetapi pada tingkat harga Premium yang sama misalnya Rp 3.000 /liter jumlah permintaan Premium sebelum pendapatan naik adalah sebesar 7,5 liter/hari. Sedangkan, setelah pendapatan naik jumlah permintaan Premium menjadi naik yaitu sebamyak 14,5 liter/hari.
Jadi, pada tingkat harga yang sama, yakni pada P, jumlah barang yang diminta pada kurva permintaan d dan d 1 akan berbeda. Lihat pada Gambar 22 pada tingkat harga setinggi P jumlah barang yang diminta pada kurva permintaan d sebanyak Q, dan jumlah yang diminta pada kurva permintaan d 1 sebesar Q 1 ,dimana disini diketahui Q 1 > Q. Bila penjelasan di atas diilustrasikan dengan menggunakan data, maka akan nampak hasilnya seperti yang disajikan pada Tabel 6 yang terkait dengan contoh permintaan bahan bakar Premium.
4.11. Permintaan Pasar Barang
Permintaan pasar adalah total dari seluruh permintaan barang yang sejenis dari seluruh individu, pada tingkat harga barang yang sama dan dalam waktu tertentu. Untuk lebih mudah memahami pengertian permintaan pasar akan suatu barang, dalam perekonomian dianggap hanya ada tiga pelaku kegiatan ekonomi, yaitu individu I, individu II dan individu III. Jumlah permintaan masing-masing individu dinyatakan dengan data pada Tabel 7.
Tabel 7. Permintaan Pasar Minyak Tanah
Harga Minyak Jumlah Permintaan Minyak Tanah (Lt/Hr) Tanah
Individu I
Individu II
Individu III Total (I+II+III)
Pada tingkat harga minyak tanah yang sama, misalnya Rp 600/liter , jumlah permintaan masing-masing individu adalah 25 liter/hari untuk individu I, 30 liter/hari untuk individu II 44 liter/hari untuk individu III. Sehingga total permintaan pasar untuk bahan bakar minyak tanah ini, pada tingkat harga yang sama yakni Rp 600/liter, menjadi sebesar: (25+30+44) liter/hari=99 liter/hari. Dengan cara yang sama, dilakukan untuk setiap tingkatan harga yang berbeda-beda, dan akhirnya dari seluruh tingkatan harga tersebut, akan diketahui permintaan pasar untuk barang tersebut. Dan perhitungannya total permintaan pasar, ditunjukkan melalui data Tabel 7, kolom 5.
Dengan menggunakan total penjumlahan permintaan barang dari keseluruhan individu, selanjutnya dapat dibentuk sebuah kurva permintaan pasar dari barang bersangkutan. Kurva permintaan pasar untuk minyak tanah dideskripsikan pada Gambar 23.
Gambar 23. Kurva Permintaan Pasar (D)
Ltr/hr
Keterangan:
D J Kurva permintaan masing-masing individu
III u
adalah L I, II, III.
II Kurva permintaan pasar D merupakan
penjumlahan I, II dan III, pada tingkat harga
a II I
minyak tanah yang sama .
4.11.1 Permintaan Pasar Barang --- Kebijakan Pemerintah
0 Harga Miyak Tanah (Rp/Lt)
Kebijakan pemerintah yang banyak diarahkan untuk kegiatan industri adalah kebijakan pengenaan pajak dan kebijakan pemberian subsidi atas barang yang diproduksi. Kebijakan tersebut mem punyai dampak berbeda terhadap produksi barang yang dihasilkan industri. Pajak berpengaruh menurunkan jumlah barang yang diproduksi industri, sebaliknya subsidi berpengaruh meningkatkan jumlah produksi suatu industri. Pembahasan pengaruh kebijakan pemerintah atas kegiatan industri, diurut sebagai berikut permintaan barang dengan kebijakan subsidi, permintaan barang dan kebijakan pajak per unit barang, kemudian permintaan barang.
(1) Permintaan Barang – Kebijakan Subsidi
Kebijakan subsidi mempengaruhi permintaan suatu barang, dan jika pemerintah memberikan subsidi kepada konsumen maka konsumen akan meningkatkan jumlah permintaan karena tingkat harga naik. Sebaliknya, jika pemerintah mengurangi subsidi kepada konsumen, maka jumlah permintaan barang akan turun karena tingkat harga naik. Di Indonesia, pemerintah pada umumnya akan memberikan subsidi kepada barang kebutuhan pokok masyarakat, antara lain bahan bakar minyak (BBM) seperti Bensin. Dengan pemberian subsidi kepada konsumen, maka konsumen cenderung mengkonsumsi Bensin lebih banyak dibandingkan tanpa diberikan subsidi. Proses pengaruh dari pemberian subsidi Bensin ini terjadi di sepanjang satu kurva permintaan Bensin. Akan tetapi secara matematika proses itu melalui pergeseran sejajar ke sebelah kanan dari posisi awal dari kurva permintaan tersebut, yakni dari kurva permintaan d ke ds. Kejadiannya diilustrasikan sebagai berikut.
Misalkan, data jumlah Bensin yang dibeli konsumen tanpa subsidi, pada berbagai tingkat harga, seperti berikut: Harga
Jumlah Bensin/hari Rp 5.000 5 liter Rp 5.100 4 liter
Fungsi permintaan dianalisis dengan fungsi garis lurus. Pada: P 1 =5 .000
∆ P=P2 - P1 ∆ P=5.100 - 5000 ∆ P=100. ∆ Q=Q2 - Q1
∆ Q=4 - 5 ∆ Q= - 1.
b=∆ Q / ∆ P b= - 1/ 100.
Pada P 1 =5000 dan Q 1 =5 kemudian b=-1 selanjutnya dihitung a, dengan rumus sebagai berikut: Q 1 = a + b P 1 5 = a + (-1) 5000 5 = a - 5000
- a = - 5000 - 5 a= 5005 Jadi fungsi permintaan bensin tanpa subsidi adalah sebagai berikut: Q=a + b P Q=5005 - 1 P ……………………….(I)
Bila pemerintah memberikan subsidi sebesar S=100 (Rp/liter), maka subsidi ini berpengaruh kepada permintaan Bensin dan menyebabkan fungsi permintaan bensin pun ikut berubah. Fungsi permintaan Bensin setelah pemberian subsidi, sebagai berikut: Fungsi permintaan tanpa subsidi
Q=5005 - 1 P Fungsi permintaan setelah subsidi Q=5005 - 1 P + S Q=5005 - 1 P + S
dengan S=100 maka menjadi: Q=5005 - 1 P + 100 Q=5105 - 1P ………………………..(II)
Skedul Permintaan bensin setelah subsidi, sebagai berikut: Pada P = Rp 5000 Maka Q = 5105 - 1P
Q = 5105 - 5000 Q = 105
Pada P = Rp 5100 Maka Q = 5105 - 1P
Q= 5105 – 5100 Q= 5
Skedul Permintaan bensin tanpa dan setelah subsidi, adalah:
Harga
Tanpa t /unit Jumlah dengan t /unit Jumlah
Penurunan Rp 5.000
/hari
/hari
5 liter 105 Liter
100 Liter Rp 5.100 4 liter 5 Liter 1 Liter
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis pemberian subsidi terhadap Bensin di atas, adalah jumlah permintaan Bensin dari konsumen bertambah besar pada setiap tingkatan harga. Selanjutnya, deskripsi pengaruh pemberian subsidi dengan menggu nakan kurva permintaan, nampak sebagai berikut.
Gambar 24.
Efek Kebijakan Subsidi Terhadap Permintaan Barang
Harga (Rp/lt)
Keterangan
Q=5005 - 1P
S=Kurva permintaan Bensin
tanpa subsidi
Q = 5105 - 1 P
5100 Ss=kurva permintaan Bensin dengan subsidi.
5000 Dampak subsidi:
d ds
“Jumlah” permintaan Bensin naik, karena harga turun, dan terjadi di sepanjang kurva “d”.
0 4 5 Jumlah (lt/hr) Efeknya “Jumlah” Permintaan Turun Akibat Kebijakan Subsidi
(2) Permintaan Barang – Kebijakan Pajak Per unit
Kebijakan pajak per unit mempengaruhi permintaan suatu barang, dan jika pemerintah mengenakan pajak terhadap per unit barang maka konsumen akan mengurangi permintaannya karena harga per unit barang ini mengalami kenaikan. Proses terjadinya penurunan jumlah barang yang diminta, akibat kenaikan harga per unit barang, terjadi di sepanjang satu kurva permintaan.
Produk yang dikenakan pajak per unit oleh pemerintah di Indonesia, antara lain per bungkus rokok. Dengan pengenaan pajak per unit kepada konsumen Rokok tersebut, maka konsumen cenderung mengurangi permintaan Rokoknya dibandingkan tanpa dikenakan pajak per unit. Proses pergerakan dari pengaruh pengenaan pajak per unit atas rokok ini, adalah secara matematika kurva permintaan Rokok dari konsumen sementara akan bergeser sejajar ke sebelah kanan dari posisi awal. Dengan proses itu, akan dapat ditentukan penurunan jumlah rokok yang akan diminta. Ilustrasi kejadian tersebut dapat iikuti berdasarkan analisis berikut. Misalkan, data jumlah Rokok yang dibeli konsumen tanpa pajak per unit, pada berbagai tingkat harga, seperti berikut:
Harga Jumlah Rokok/hari Rp 5.000 105 liter Rp 5.100 5 liter
Bila dihitung fungsi permintaannya dengan fungsi garis lurus, maka hasilnya sebagai berikut: Pada: P 1 =5 .000
∆ P=P2 - P1 ∆ P=5.100 - 5000 ∆ P=100.
∆ Q= Q2 - Q1 ∆ Q=5 - 105 ∆ Q=- 100.
b=∆ Q / ∆ P b=- 100/ 100= -1
Pada: P 1 = 5100 dan Q 1 =5 kemudian b=-1 selanjutnya dihitung a, dengan rumus sebagai berikut: Q 1 =a+b P 1 5=a+(-1) 5100
5=a - 5100 - a=- 5100 - 5 a=5105 Jadi fungsi permintaan bensin tanpa pajak per unit adalah sebagai berikut: Q=a+b P Q=5105 - 1 P ……………………….( I)
Bila pemerintah mengenakan pajak per unit sebesar t=100 (Rp/bks), maka pajak per unit ini berpengaruh kepada permintaan Rokok dan menyebabkan fungsi permintaan Rokok pun ikut berubah.
Fungsi permintaan Rokok setelah pajak per unit, sebagai berikut: Fungsi permintaan tanpa pajak/unit:
Q=5005 - 1 P
Fungsi permintaan setelah pajak/unit : Q=5005 -1 P - t Q=5105 -1 P - t dengan t=100 maka menjadi: Q=5105-1 P-100 Q=5005-1P ………………………..(II)
Skedul Permintaan Rokok setelah pajak per unit, sebagai berikut: Pada P=Rp 5000
Q=5005 - 1P Q=5005 - 5000 Q=5
Pada P=Rp 5100 Q=5005 - 1P Q=5005 - 5100 Q=- 95
Gambar 25.
Efek Kebijakan Pajak Terhadap Permintaan Barang
Harga (Rp/lt) Keterangan:
d=kurva permintaan rokok tanpa pajak/unit
Q = 5005 - 1P
dt = kurva permintaan rokok dengan pajak
Q = 5105 - 1 P
Dampak pajak/unit:
“Jumlah” permintaan rokok turun, karena 5000
harga rokok naik , dan proses terjadinya di
sepanjang kurva permintaan “d”.
0 5 105 Jumlah (bks/hr)
Efeknya “Jumlah” Permintaan Turun Akibat Pajak/Unit Kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis di atas, adalah “jumlah” permintaan Rokok mengalami penurunan yang drastis pada setiap harga di sepanjang kurva permintaan “d” saja. Selanjutnya, deskripsi pengaruh pemberian pajak per unit menggunakan kurva permintaan, nampak pada Gambar 25.
Skedul Permintaan Rokok tanpa dan setelah pajak per unit, adalah:
Harga
Tanpa t/Unit Jumlah Dengan t/Unit Jumlah
/hari
/hari Penurunan
5 bungkus 100 bungkus Rp 5.100
Rp 5.000 105 bungkus
(3) Permintaan Pasar Barang – Kebijakan Publik
Kebijakan publik sering diterapkan terhadap suatu kegiatan industri oleh pemerintah, dalam bentuk peringatan pemerintah yang ditujukan kepada masyarakat dalam mengkonsumsi suatu produk. Pemerintah disini nampaknya lebih banyak bersifat mengingatkan dan memberikan informasi positif, tentang kemungkinan terjadinya dampak buruk dari mengkonsumsi suatu produk. Contoh, merokok dikatakan dapat menyebabkan kanker dan sebagainya. Dampak dari kebijakan publik ini, diarahkan agar masyarakat perokok mau mengurangi konsumsi rokoknya.
Kebijakan ini dapat mempengaruhi permintaan akan rokok dan proses ini ditunjukkan melalui pergeseran kurva permintaannya. Penjelasan atas pengaruh kebijakan publik seperti itu, dapat diikuti melalui uraian berikut.
Dampak kebijakan publik dibandingkan kebijakan subsidi dan pajak per unit adalah berbeda satu sama lain. Pada kebijakan publik yang mengalami perubahan adalah pada “permintaan” barang. Artinya, terjadinya perubahan (naik/turun) jumlah Dampak kebijakan publik dibandingkan kebijakan subsidi dan pajak per unit adalah berbeda satu sama lain. Pada kebijakan publik yang mengalami perubahan adalah pada “permintaan” barang. Artinya, terjadinya perubahan (naik/turun) jumlah
Gambar 26.
Efek Kebijakan Publik Terhadap Permintaan Barang
Harga (Rp/lt)
Keterangan:
d = kurva permintaan rokok sebelum ada kebijakan publik
dp = kurva permintaan rokok setelah
dp d
ada kebijakan publik
P Dampak kebijakan publik: permintaan turun pada harga yang sama, dan terja di pergeseran kurva d ke dp.
0 Jumlah (bks/hr)
Efeknya “Permintaan” Turun Akibat Kebijakan Publik
Oleh karena itu, dalam upaya lebih memahami analisis ini, perlu penguasaan materi tentang perbedaan tersebut lebih mendalam, agar nantinya dapat diterapkan dalam berbagai kebijakan ekonomi terkait dengan pajak dan subsidi dan kebijakan publik.
4.12. Soal Latihan
1. Faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya pergeseran di sepanjang kurva permintaan suatu barang?
2. Apa yang menyebabkan kurva permintaan suatu barang bergeser?
3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya perubahan jumlah permintaan dan perubahan permintaan suatu barang. Jelaskan dengan menggunakan aplikasi kebijakan!
4. Benarkah dengan pengenaan pajak per unit barang menyebabkan terjadinya perubahan jumlah permintaan barang? Jawab soal ini dengan menggunakan contoh komoditi apa yang dikenakan pajak per unit, di Indonesia!
5. Mengapa kurva permintaan suatu barang bentuknya turun dari kiri atas ke kanan bawah? Berikan beberapa alasannya!
6. Dengan menggunakan data berikut, susun fungsi permintaan seorang konsumen.
Jumlah barang (unit/bln)
Harga barang (Rp00/UNIT)
a) Estimasi fungsi permintaannya.
b) Gambar kurva permintaan barang tersebut!
c) Berapa besar pengaruh perubahan harga terhadap jumlah barang yang diminta?
d) Berapa jumlah barang akan diminta jika harga 4,57 Rp/unit.
e) Jika dikasih gratis, berapa konsumen memintanya.
f) Berapa tingkat harga tertinggi dari permintaan barang tersebut.
g) Berapa jumlah permintaan barang jika harga per unitnya naik 10 %?
h) Dan juga estimasi, berapa jumlah permintaan barang jika harga barang per unit
turun 10 %?
7. Pada saat cuaca panas Betty merasa kehausan. Berikut adalah nilai yang ia berikan untuk se botol air Aqua.
Nilai botol air pertama Rp 500. Nilai botol air kedua Rp 480. Nilai botol air ketiga Rp 460. Nilai botol air keempat Rp 440.
a. Sesungguhnya faktor-faktor apa saja yang mempengaru hi permintaan air Aqua tersebut?
b. Berdasarkan informasi di atas, buatlah skedul permintaan dari Betty.
c. Estimmasi fungsi permintaan air Aqua tersebut!
d. Berapa besar pengaruh perubahan harga air aqua ini terhadap jumlah permintaannya?
e. Jika dikasi dengan gratis, Betty memintanya berapa botol?
f. Berapa tingkat harga tertinggi dari air Aqua tersebut?
g. Dan buatkan juga kurva permintaannya untuk botolan tersebut!
h. Jika harga sebotol air Aqua adalah Rp 470, berapa botol air yang akan dibeli Betty?
i. Jika harga sebotol air Aqua turun menjadi Rp 450, berapa jumlah permintaan air dari Betty berubah? j. Jika sebotol air Aqua diberi subsidi sebesar 2 Rp/btl, bagaimana jumlah permintaan air dari Betty ? k. Gunakan kurva permintaan air Aqua untuk mengetahui pengaruh pemberian subsidi terhadap jumlah yang diminta oleh Betty. Jelaskan kemana kurva permintaan air Aqua dari Betty akan bergeser?
5.1. Definisi Penawaran
Penawaran adalah jumlah barang yang akan ditawarkan pro dusen pada berbagai tingkat harga dalam waktu tertentu, dengan asumsi faktor-faktor lain selain harga barang bersangkutan adalah tetap (ceteri paribus). Faktor-faktor lain yang dimaksud terdiri dari; teknologi pembuatan barang, harga faktor-faktor produksi dan harga barang pengganti, ekspektasi, jumlah pembeli, bencana alam, dan sebagainya.
5.2. Daftar Penawaran
Daftar (schedule) penawaran barang menunjukkan daftar informasi atau data tentang rencana jumlah barang yang akan ditawar kan, pada berbagai tingkat harga dan waktu tertentu. Sebagai contoh, lihat dafar penawaran beras berikut.
Tabel 8. Penawaran Beras – Dua Produsen
Jumlah Beras
Harga Beras (Rp/kg) (Kg/bln)
Harga Beras (Rp/kg)
Produsen I
Produsen II
5.3. Kurva Penawaran
Data jumlah barang dan harga barang (contoh beras) yang ditawarkan di atas bila disajikan dalam bentuk grafik garis, dinama kan kurva penawaran. Jadi kurva penawaran adalah sebuah garis yang menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang akan ditawarkan pada tingkat harga tertentu. Untuk menggambarkan sebuah kurva penawaran pada sebuah bidang datar, disini diperlukan dua variabel yakni; variabel harga barang dan variabel jumlah barang yang ditawarkan produsen. Dengan menggunakan contoh data dalam Tabel 8, variabel harga beras dicantumkan pada sumbu vertikal, dan jumlah beras dicantumkan pada sumbu horizontal.
Gambar 27.
Kurva Penawaran Beras Dua Produsen
Harga (Rp/kg)
Keterangan:
S I = kurva penawaran beras dari produsen
II I. S
20 S II = kurva penawaran beras dari produsen
II.
Slope kurva penawaran I dan II adalah
positif.
Bentuk kurva penawaran adalah naik dari
kiti ba wah ke kiri atas.
Jumlah Beras (kg/bln)
Hubungan antara tingkat harga dan jumlah barang yang dita warkan bila dilihat dalam kurva penawaran ternyata mempunyai arah positif. Ini menandakan bahwa pada harga yang rendah jumlah barang yang ditawarkan oleh produsen juga rendah. Sebaliknya, pada tingkat harga yang tinggi maka jumlah barang yang ditawarkan juga semakin banyak.
5.4. Hukum Penawaran
Produsen suatu barang dalam menawarkan barangnya sangat tergantung kepada tingkat harga barangnya. Jika harga barang mengalami kenaikan maka produsen akan menawarkan barang dalam jumlah yang besar, dan sebaliknya jika harga barang menurun maka produsen cenderung menawarakan barang lebih sedikit.
Hubungan antara tingkat harga barang dengan jumlah barang yang ditawarkan, dengan asumsi bahwa faktor-faktor lain adalah konstan (ceteris paribus), ini dinyatakan dalam hukum penawaran barang. Hukum penawaran suatu barang (law of supply) menyatakan bahwa bila harga barang naik maka jumlah barang yang akan dita warkan akan bertambah banyak, dan sebaliknya jika harga barang turun maka jumlah barang yang ditawarkan akan berkurang.
5.5. Faktor-Faktor Penawaran
Produsen di dalam menawarkan barang banyak ditentukan oleh faktor ekonomi dan non ekonomi. Faktor-faktor yang dimaksud antara lain harga barang bersangkutan, teknologi, ekspektasi, harga faktor-faktor produksi, jumlah pembeli dan penjual, bencana alam,iklim dan sebagainya.
Harga barang. Jumlah barang yang ditawarkan produsen sangat ditentukan oleh harga barang bersangkutan. Jelasnya, semakin mahal harga barang yang dihasilkan produsen di pasaran maka produsen cenderung menjual hasil produksinya lebih banyak, dan atau sebaliknya. Oleh karena itulah, terjadi hubungan positif antara tingkat harga barang dengan jumlah barang yang akan ditawarkan
Tekonologi sangat berpenagruh dalam pembuatan barang. Jenis teknologi menentukan tingkat produktivitas barang yang dihasilkan. Penggunanan teknologi Tekonologi sangat berpenagruh dalam pembuatan barang. Jenis teknologi menentukan tingkat produktivitas barang yang dihasilkan. Penggunanan teknologi
Ekspektasi juga ikut menentukan tinggi rendahnya penawaran barang. Ekspektasi ini ada hubungannya dengan pemasokan modal oleh investor. Bila investor punya ekspektasi akan naiknya ke untungan sebuah perusahaan, maka investor akan menanamkan modalnya lebih banyak diperusahaan tersebut melalui pasar bursa efek atau pasar modal. Dengan modal usaha yang semakin besar berarti perusahaan akan mampu meluaskan usaha, mampu meningkatkan produksi. Peningkatan produksi dengan kondisi tingkat harga produk yang stabil atau bahkan meningkat, ini menjadi daya dorong perusahaan untuk semakin berkembang.Demikian juga kondisi sebaliknya, terjadi yakni bila ekspektasi investor akan keuntungan perusahaan semakin meredah, hal ini sangat merugikan perkembangan sebuah perusahaan.
Harga faktor-faktor produksi sebagai faktor yang berpengaruh langsung terhadap besar kecilnya produk yang dihasilkan sebuah perusahaan. Kuantitas dan kualitas faktor-faktor produksi disamping menentukan jumlah produksi juga menentukan kualitas produksi. Jadi dengan menghasilkan produksi yang besar, berarti usaha semakin berkembang. Oleh karena, penggunaan faktor-faktor produksi ini berpengaruh langsung terhadap produksi, maka kstabilan harga faktor-faktor produksi sangat menentukan fluktuasi perkembangan perusahaan. Harga faktor-faktor produksi yang mahal tentu saja menyulitkan kelangsungan produksi sebuah perusahaan. Untuk itulah dikatakan harga-harga faktor-faktor produksi yang stabil dan tidak mahal, dapat menjamin perkembangan suatu perusahaan.
Jumlah produsen tentu terkait dengan jumlah produk yang di hasilkan untuk memenuhi pasar. Semakin banyak produsen yang membuat barang yang sama, berarti semakin berlimpah barang ada di pasaran. Jumlah barang yang banyak tentu tidak menjadi masalah bagi perekonomian, seandainya konsumen barang tersebut juga banyak. Yang menjadi permasalahan adalah bahwa jika produsen suatu barang yang banyak maka akan ada persaingan di antara produsen sendiri. Tentu produsen yang menguasai pasarlah yang akan unggul dalam persaingan tersebut. Dan kondisi seperti in akan menyebabkan saling berebut pasar, bahkan bisa menimbulkan persaingan yang tidak sehat dan dapat mematikan perusahaan kecil.
Bencana alam seperti banjir, kebakaran, kekeringan, badai, bahkan iklim yang buruk jelas-jelas dapat menghancurkan usaha. Oleh karenanya, jika salah satu bencana tersebut menimpa sebuah perusahaan, maka seketika itu juga perusahaan bisa menyebabkan kebangkrutan. Jadi bukan saja menurunkan produksi yang ditawarkan, bahkan meniadakan produksi suatu barang. Sebagai contoh, bencana banjir bandang. Kejadian seperti ini tentu membuat produksi gagal total dan sekaligus menurunkan produksi dipasaran, dan bahkan membuat barang langka di pasaran.
5.6. Penawaran Industri
Industri diartikan dengan kumpulan dari banyak firm (perusahaan) yang menghasilkan produk yang sama. Setiap firm tentu meng hasilkan sebagian kecil dari produk ditingkat pasar. Namun, jika firmnya banyak dan produksi setiap firm digabung maka produk yang dihasikan menjadi banyak jumlahnya. Jadi, penawaran industri sangat ditentukan oleh jumlah produk yang ditawarkan oleh firm yang ada di tingkat pasar. Karena itu, penawaran industri ditentukan dengan menjumlahkan seluruh produk yang dihasilkan oleh seluruh firm yang ada di tingkat pasar, pada tingkat harga produk yang sama dalam waktu tertentu.
Dengan cara menjumlahkan seluruh produk dari seluruh firm pada tingkat harga yang sama tersebut, selanjutnya dapat dibentuk kurva penawaran industri untuk suatu barang. Untuk jelasnya cara penentuan kurva penawaran industri suatu barang dapat dilihat melalui Gambar 28. Di dalam perekonomian pasar dianggap sementara ada dua produsen yang menghasilkan barang yang sama. Bila diperhatikan kurva penawaran industri yang melalui titik A dan B pada Gambar 28, maka bentuknya semakin curam, karena meru pakan penjumlahan produk dari produsen I dan produsen II pada harga yang sama Misalnya produk industri di titik A adalah penjumlahan dari produk A1 dari produsen I dan A2 dari produk produsen II. Demikian pula di B produk industri adalah penjumlahan B1 dari produsen I dan B2 dari produsen II. Kecuraman kurva penawaran industri menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat harga barang kecuraman kurva penawaran industri semakin tajam dan dinyatakan semakin kurang elastis, jika dibandingkan dengan kurva produsen I dan produsen I.
Gambar 28.
Kurva Penawaran Industri
Industri
Jumlah (unit/bln
45 B Keterangan:
36 Produsen I
Produsen I, menghasilkan produk di: A1 dan B1 pada tingkat harga 3 dan 6.
27 A Produsen I
2 Produsen II, menghasilkan produk di: A2 B
2 18 A
dan B2 pada tingkat harga 3 dan 6.
1 9 A Industri, menghasilkan pro duk di A dan
B, dimana:
A = A1 + A2 dan B = B1 + B2, Pada tingkat harga 3 dan 6.
0 3 6 Harga (Rp/unit)
Dengan menggunakan data hipotesis, dapat dilihat ulasan di atas berdasarkan data pada Tabel 9. Dengan bukti kurva itu berarti bahwa pada tingkat penawaran industri, bila terjadi suatu perubahan harga yang relatif besar (misalkan 10%), maka akan terjadi perubahan jumlah barang yang ditawarkan relatif kecil daripada Dengan menggunakan data hipotesis, dapat dilihat ulasan di atas berdasarkan data pada Tabel 9. Dengan bukti kurva itu berarti bahwa pada tingkat penawaran industri, bila terjadi suatu perubahan harga yang relatif besar (misalkan 10%), maka akan terjadi perubahan jumlah barang yang ditawarkan relatif kecil daripada
Tabel 9. Penawaran Dalam Industri Beras
Harga Beras
Jumlah Beras (kg/hr) Rp.000/kg)
Jumlah Beras (kg/hr)
Jumlah Beras (kg/hr)
Produsen I
Produsen II
5.7. Pergeseran Kurva Penawaran
Hukum penawaran barang dinyatakan berlaku jika diasumsi kan, bahwa ada faktor lain selain dari tingkat harga barang adalah konstan (ceteris paribus). Dalam dunia nyata, diketahui banyak variabel yang dianggap konstan dibawah asumsi tersebut senyatanya tidalah konstan atau sering mengalami perubahan setiap jangka waktu tertentu, yakni bisa sehari, seminggu dan sebagainya. Contoh, variabel ekonomi yang sering mengalami perubahan, adalah teknologi, ekspektasi, harga faktor-faktor produksi, harga barang lain, jumlah produsen, bencana alam, iklim dan lain-lain.
Akibat tidak berlakunya asumsi dasar tersebut di atas, maka diperkirakan akan terjadi perubahan penawaran suatu barang. Dengan kata lain, akan terjadi pergeseran sejajar dari kurva penawaran barang tersebut, dimana pergeseran kurva penawaran itu bisa saja sejajar ke kiri atau bisa bergeser sejajar ke kanan. Contoh, jika variabel ekonomi seperti teknologi firm karena sesuatu sebab berubah dari yang tradisional menjadi modern, maka kurva penawaran barang X dari firm tersebut akan bergeser sejajar ke arah kanan. Karena, sekarang firm mampu meningkatkan produktivitas usahanya.
Gambar 29.
Pergeseran Kurva Penawaran Barang X
Harga (Rp/unit)
Keterangan:
(1). s=kurva penawaran awal.
(2). s 1 =kurva penawaran turun dengan teknologi kuno.
Penurunan Kenaikan
(3). s 2 =kurva penawaran naik, dengan
teknologi canggih
Permintaan Permintaan
(4). s // s 1 dan s // s 2
// = notasi sejajar
0 Jumlah Barang X (Unit/Bln)
Sebaliknya, jika tekonogi yang diterapkan masih tradisional maka produktivitas firm akan tidak mengalami kenaikan bahkan dapat menurun. Pergeseran sejajar kurva penawaran barang ke kiri maupun ke kanan, dijelaskan melalui Gambar 28.Tentu perlu diingat, bahwa sebenarnya penurunan atau kenaikan penawaran suatu barang, dipengaruhi oleh banyak faktor yakni baik itu faktor-faktor ekonomi maupun faktor non ekonomi.
5.8. Penawaran Dan Jumlah Penawaran
Dampak dari faktor yang menentukan penawaran dari berba gai jenis barang seperti yang dijelaskan di atas, secara konsep teori ekonomi dapat menggeser kurva penawaran barang masing-masing. Ada yang mampu menggeser kurva penawaran barang tersebut ke kiri atau ke kanan, namun pergeserannya adalah sejajar. Untuk melihat dampak dari perubahan penawaran akibat dari perubahan faktor-faktor penyebabnya, disajikan dalam Tabel 10.
Beberapa faktor ekonomi dan non ekonomi sebagai faktor penentu yang mempengaruhi terjadinya penawaran barang, seperti telah disebutkan pada Tabel 10. diketahui berbeda-beda satu sama lain. bila ditilik dari masing-masing variabel. Faktor-faktor seperti harga barang bersangkutan, teknologi tradisional dan modern, harga dari faktor-faktor produksi, ekspektasi, jumlah pembeli dan penjual, yang jelas pasti mempengaruhi penawaran suatu barang, dan diketahui mengakibatkan terjadinya pergeseran sejajar terhadap kurva penawaran dari barang tersebut ke kiri atau ke kanan. Ini berarti, variabel penentu pergeseran kurva penawaran secara langsung dapat mempengaruhi jumlah dan harga barang yang ditawarkan secara bersamaan.
Tabel 10. Faktor-Faktor Penentu Pergeseran Kurva Penawaran
Variabel
Arah Pergeseran
Ekonomi Dan Non Ekonomi Kurva Penawaran Barang
Harga Pergeseran jumlah penawaran di sepanjang kurva penawaran
Teknologi
Pergeseran kurva penawaran
Harga Faktor-Faktor Produksi Pergeseran kurva penawaran Ekspektasi
Pergeseran kurva penawaran
Jumlah pembeli dan Produsen Pergeseran kurva penawaran Bencana Alam
Pergeseran kurva penawaran
Iklim/ cuaca buruk
Pergeseran kurva penawaran
Dan lain-lain
Sedangkan, khusus untuk perubahan harga suatu barang hanya dapat menyebabkan terjadinya perubahan jumlah barang yang diminta. Perubahan harga barang ternyata menyebabkan terjadinya pergeseran jumlah barang yang ditawarkan di sepanjang satu kurva penawaran saja dan tidak menyebabkan terjadinya pergeseran sejajar dari kurva penawaran barang tersebut.
5.9. Fungsi Penawaran
Leon Walras seorang ekonom dari Swiss pada abad ke-19, menyebutkan bahwa penawaran suatu barang dipengaruhi oleh banyak faktor. Oleh karena itu, fungsi penawaran suatu jenis barang dapat ditulis dengan menggunakan dua pendekatan fungsi, pertama pendekatan fungsi garis lurus (linear), dan kedua dengan bentuk garis tidak lurus (non linear).
Bentuk umum fungsi penawaran garis lurus dan non garis lurus ditulis sebagai berikut:
Q=f (P, T, E, H l , C, ……dsb)
dimana: Q = jumlah barang yang ditawarkan. P = harga barang bersangkutan. T = teknologi pembuatan barang.
E = ekspektasi investor. H l = harga faktor-faktor produksi. C = cuaca dan iklim, dan sebagainya. Fungsi penawaran suatu barang adalah sebuah persamaan yang menunjukkan
hubungan yang saling mempengaruhi antara jumlah barang yang ditawarkan dengan tingkat harga barang bersangkutan dan faktor-fakor lainnya diasumsikan konstan.
Kemudian Alfred Marshall seorang ekonom berkebangsaan Inggris yang hidup sekitar tahun 1842-1924, menyatakan bahwa penawaran suatu barang adalah dipengaruhi oleh harga barang bersangkutan dan mengasumsikan faktor-faktor lain selain harga barang tersebut adalah konstan (ceteris paribus). Sehingga fungsi penawaran suatu barang ditulis sebagai berikut:
Q=f (P)………….Ceteris Paribus
5.9.1. Fungsi Penawaran Barang – Bentuk Garis Lurus
Bentuk umum dari fungsi penawaran garis lurus, persamaan nya ditulis:
Q=f (P) Q=a + b P dimana: Q=jumlah barang yang ditawarkan. P=harga barang bersangkutan.
a dan b masing-masing sebuah bilangan konstan.
Contoh Analisis Fungsi Penawaran Solar – Garis Lurus
Dengan menggunakan hasil analisis pada Gambar 29, maka fungsi penawaran barang dinyatakan: Q=f (P) Q=a + b P
Q=10 + ¼ P 1. Nilai a=10 artinya bahwa pada tingkat harga P=0 (harga Solar gratis), maka produsen bersedia memberikan secara gratis barang tersebut. 2. Nilai b=+ ¼, ini artinya perbandingan perubahan jumlah Solar yang ditawarkan terhadap perubahan tingkat harga Solar adalah sebesar ¼. Selanjutnya, jika tingkat harga Solar mengalami perubahan naik 1%, maka akan menyebabkan terjadinya perubahan naik dari jumlah Solar yang ditawarkan sebesar ¼%. Atau dapat dibalik jika tingkat harga Solar mengalami perubahan, turun 1%, maka akan menyebabkan terjadinya perubahan, naik, dari jumlah Solar yang ditawarkan sebesar ¼%.
Kurva Penawaran Solar – Garis Lurus
Gambar 30.
Kurva Penawaran Garis Lurus
P (Rp/unit)
Keterangan:
40 Fungsi Penawaran: Q=10 + ¼ P
Q = 10 + ¼ P
Pada sumbu horizontal Q = Jumlah barang.
20 Pada sumbu vertikal P = Harga Barang.
Umpamakan:
P = 40 Q=10 + ¼ 40
Q=20. P = 20 Q=10 +¼ 20 Q=15
P=0
Q=10 – ¼ 0
0 10 20 Q (Unit/bln)
Q = 10.
Skedul Permintaan Solar:
Harga 40 20 0 25 15 Jumlah Solar
5.9.2. Fungsi Penawaran Barang – Bentuk Non Garis Lurus
Ada banyak bentuk fungsi penawaran barang yang bukan garis lurus (non- linier). Dalam bagian berikut hanya diberikan contoh dalam bentuk fungsi penawaran parabola saja:
Fungsi permintaan barang – fungsi parabola
Bentuk persamaan umum fungsi parabola sebagai berikut:
P=f (Q) P=a - b Q+ cQ 2
dimana: Q=jumlah barang yang diminta. P=harga barang bersangkutan. a,b, c=masing-masing sebuah bilangan konstan.
Contoh Analisis Permintanan Sepeda Motor Merek H.
P= a - b Q+ c Q 2 . P=20 - 4 Q+ 1/5Q 2
Kurva Permintaan Sepeda Motor Merek H --- Fungsi Parabola
Gambar 31.
Kurva Penawaran Sepeda Motor Merek H
P (Rp/unit)
Keterangan:
Fungsi Penawaran: P=20 - 4 Q+ 1/5Q 2 Pada sumbu horizontal: Q=Jumlah barang. Pada sumbu vertikal: P=Harga Barang. P = 20 - 4 Q + 1/5 Q 2 Untuk: 10 < Q < ~
2 20 S Pada: P=20 20= 20– 4(Q)+1/5(Q)
Jadi : Q = 20 (memenuhi) Pada: P=0
0=20 – 4(Q)+1/5(Q) 2
Jadi: Q=10 (memenuhi)
Penyelesaian Fungsi Penawaran Sepeda Motor Merek H: 0 10 20 Q (Unit/bln)
Fungsi:
P=20 - 4 Q + 1/5Q 2 Persamaan kalikan 5. 5P=100 – 20 Q + Q 2 Faktorisasi dan kalikan 4/4.
4/4 5P=100 – 20 Q + Q 2 4. 5/4 (P – 0)=(Q – 10) 2
Jika P=0 maka: (Q –10) 2 =4. 5/4 (P – 0) (Q –10) 2 =0.
Jadi: (Q – 10) = 0 Q=+10…………………..(Titik minimum)
Skedul Penawaran Sepeda Motor Merek H:
Jumlah SPD. H (Q) 10 20 15 17 Harga (P)
Contoh Analisis Penawaran Mobil Merek B: Q=a - b P + c P 2 . Q=15 - P -1/4P 2
Kurva Penawaran Mobil Merek B – Fungsi Parabola
Fungsi:
5Q=100- 20P + P 2 5(Q -0)=(P – 10) 2 Faktorisasi.
Jadi puncak parabola ada di: (P – 10) 2 =0 (P - 10) (P - 10) = 0 Jadi: (P - 10) = 0 P=10 (titik puncak) Skedul Permintaan TV:
Harga (P/Rp/unit)) 10 20 22,55 17,45 Jumlah Br. (Q/unit)
Gambar 32.
Kurva Penawaran Mobil Merek B
P (Rp/unit)
Keterangan:
Fungsi Penawaran:
2 5Q =100 -20 P+P
5Q=100 – 20P+P 2
Pada sumbu horizontal: Q=Jumlah barang. Pada sumbu vertikal: P=Harga Barang.
Untuk: 0 < Q < ~
Pada: Q = 0
0=100 – 20(P) + (P) 2 Jadi: P = 10 (Titik Puncak). Pada: Q = 20
20=100 -20 (P) + (P) 2
Jadi: P=20.
0 20 Q (Unit/bln)
5.10. Penawaran – Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah yang banyak diarahkan untuk kegiat an industri adalah kebijakan pengenaan pajak dan kebijakan pemberian subsidi atas barang yang diproduksi. Kebijakan tersebut mem punyai dampak berbeda terhadap produksi barang yang dihasilkan industri. Pajak berpengaruh menurunkan jumlah barang yang diproduksi industri, sebaliknya subsidi berpengaruh meningkatkan jumlah produksi Kebijakan pemerintah yang banyak diarahkan untuk kegiat an industri adalah kebijakan pengenaan pajak dan kebijakan pemberian subsidi atas barang yang diproduksi. Kebijakan tersebut mem punyai dampak berbeda terhadap produksi barang yang dihasilkan industri. Pajak berpengaruh menurunkan jumlah barang yang diproduksi industri, sebaliknya subsidi berpengaruh meningkatkan jumlah produksi
(1) Penawaran Barang – Kebijakan Subsidi
Kebijakan subsidi mempengaruhi penawaran suatu barang, dan jika pemerintah memberikan subsidi kepada produsen maka ia akan meningkatkan jumlah penawarannya, karena tingkat harga naik. Sebaliknya, jika pemerintah mengurangi subsidi kepada produsen, maka jumlah penawaran barangnya akan diturunkan karena tingkat harga turun. Di Indonesia, pemerintah pada umumnya akan memberikan subsidi kepada barang kebutuhan pokok masyarakat, antara lain pupuk Urea. Dengan pemberian subsidi kepada produsen, maka produsen cenderung memproduksi pupuk Urea lebih banyak dibandingkan tanpa diberikan subsidi. Proses pengaruh dari pemberian subsidi pupuk Urea ini terjadi di sepanjang satu kurva penawaran barang tersebut. Akan tetapi secara matematika proses itu melalui pergeseran sejajar ke sebelah kanan dari posisi awal dari kurva penawaran tersebut, yakni dari kurve penawaran S ke Ss. Kejadiannya diilustrasikan sebagai berikut.
Sebagai contoh ilustrasi dari aplikasi pemberian subsidi oleh pemerintah, dan dampaknya terhadap harga barang, dapat dilihat data pada Tabel 11.
Tabel 11. Daftar Penawaran Pupuk Urea Tanpa Dan Dengan Subsidi
Harga Tanpa Subsidi
Jumlah Pupuk (Rp/Kg)
Jumlah Pupuk
Harga Dengan
(kg/hari)
Subsidi (Rp/Kg)
(kg/hari)
Bila data dalam Tabel 11 digambar seperti dalam gambar berikut dalam bentuk kurva penawaran maka nampak bahwa kurva penawaran tanpa subsidi harga akan terletak di sebelah kiri atas dari kurva penawaran dengan subsidi harga, dan posisi kedua kurva tersebut adalah sejajar.
Gambar 33.
Efek Kebijakan Subsidi Terhadap Penawaran Barang
Harga (Rp 000/lt)
Keterangan
40 S =Kurva penawaran pupuk Urea tanpa
S S S subsidi Ss = kurva penawaran pupuk Urea dengan
subsi di.
Dampak subsidi: “Jumlah” penawaran pupuk Urea naik, karena harga naik, dan terjadi di sepanjang kurva “ s ”.
0 200 300 Jumlah (lt/hr) (1) Penawaran Barang --- Kebijakan Pajak Per unit Efeknya “Jumlah” Penawaran Naik Akibat Kebijakan Subsidi
Contoh Analisis Matematika – Aplikasi Subsidi Misalkan, produsen menjual pupuk Urea tanpa subsidi: Harga
Jumlah Pupuk Urea/hari Rp 15.500 4 zak Rp 25.500 5 zak
Fungsi penawaran dianalisis menggnakan fungsi garis lurus. Pada:
P 1 = 15.500
P 2 = 25.500
∆ P = P2 - P1 = 25.500 - 15500 = 10000 ∆ Q = Q2 - Q1 = 5 - 4 = 1.
b = ∆ Q / ∆ P = 1/ 10000.
Pada: P 1 =15500 dan Q 1 =4 kemudian b=1 selanjutnya dihitung a, dengan rumus sebagai berikut: Q 1 = a + b P 1
4 = a + (1) 15500 4 = a + 15500 a = -15500 + 4
Jadi fungsi penawaran pupuk Urea tanpa subsidi adalah sebagai berikut:
Q=a+b P Q=- 15496+1 P ……………………….(I)
Bila pemerintah memberikan subsidi sebesar S=1000 (Rp/zak), maka subsidi ini berpengaruh kepada penawaran pupuk ini dan menyebabkan fungsi penawarannya Bila pemerintah memberikan subsidi sebesar S=1000 (Rp/zak), maka subsidi ini berpengaruh kepada penawaran pupuk ini dan menyebabkan fungsi penawarannya
Fungsi permintaan tanpa subsidi:
Q= - 15496 + 1 P
Fungsi permintaan setelah subsidi:
Q= - 15496 + 1 P + S
Dengan S = 1000 maka menjadi:
Q= - 15496 +1 P + 1000 Q= - 14496 +1P ………………………..(II)
Skedul Permintaan bensin setelah subsidi, sebagai berikut: Pada P = Rp 15500 Q = - 14496 +1P = -14496 +15500 = 1004 Pada P = Rp 25500 Q= - 14496 +1P = -14496 +25500 = 11004
Skedul Permintaan bensin tanpa dan setelah subsidi, adalah:
Harga
Tanpa t/unit Jumlah
dengan t/unit Jumlah
1000 zak Rp 25.500
4 zak
1004 zak
10999 zak Kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis pemberian subsidi terhadap
5 zak
11004 zak
pupuk Urea di atas, adalah jumlah penawaran Urea dari produsen bertambah besar pada setiap tingkatan harga. Selanjutnya, deskripsi menggunakan kurva penawaran, diberikan berikut ini.
Gambar 34.
Efek Kebijakan Subsidi Terhadap Penawaran Barang
Harga (Rp000/lt)
Q = -15496 +1 P
Keterangan
25,500 S S S
S =Kurva penawaran pupuk Urea tanpa
subsidi Ss = kurva penawaran pupuk Urea
dengan subsidi.
15,500 Q = -14496+1P
Dampak subsidi: “Jumlah” penawaran pupuk Urea naik, karena harga naik, dan terjadi di sepanjang kurva “ s ”.
(1) Penawaran Barang --- Kebijakan Pajak Per unit
0 Jumlah (lt/hr)
Efeknya “Jumlah” Penawaran Naik Akibat Kebijakan Subsidi
2) Penawaran Barang – Kebijakan Pajak Per Unit Barang
Kebijakan pajak per unit mempengaruhi penawaran suatu barang, dan jika pemerintah mengenakan pajak terhadap per unit barang maka produsen akan mengurangi penawarannya karena harga per unit barang ini turun. Proses terjadinya penurunan jumlah barang yang diminta, akibat kenaikan harga per unit barang, terjadi di sepanjang satu kurva penawaran. Untuk menjelaskan dampak dari pengenaan pajak per unit terhadap kurva penawaran suatu barang, dapat diikuti ilustrasi dari data Tabel 12.
Tabel 12. Daftar Penawaran Suatu Barang
Harga Tanpa Pajak
Jumlah Barang Per Unit (Rp/unit)
Jumlah Barang
Harga Dengan Pajak
(Kg/unit)
Per unit (Rp/unit)
(Kg/unit)
Untuk mengetahui dampak pengenaan pajak per unit terhadap kurva penawaran suatu barang, dapat dilihat melalui pergeseran kurva penawaran tanpa pajak, yang sejajar dengan kurva penawaran barang setelah kena pajak seperti yang disajikan dalam Gambar 33 . Dampak pajak/unit: “jumlah” penawaran barang turun, karena harga barangnya naik, dan proses terjadinya di sepanjang kurva penawaran “d”.
Gambar 35.
Efek Kebijakan Pajak Terhadap Penawaran Barang
Harga (Rp/lt) Keterangan:
d=kurva penawaran tanpa pajak/unit
dt=kurva
penawaran dengan
pajak/unit.
dt
Dampak pajak/unit: “Jumlah” penawaran turun, karena
harga naik, dan proses terjadinya di
sepanjang kurva penawaran “d”.
0 Jumlah (bks/hr)
Efeknya “Jumlah” Penawaran Turun Akibat Pajak/Unit
5.10.1. Penawaran Pasar Barang – Kebijakan Publik
Produk yang dikenakan pajak per unit oleh pemerintah di Indonesia, antara lain per bungkus Rokok. Dengan pengenaan pajak per unit kepada konsumen Rokok tersebut, maka konsumen cenderung mengurangi penawaran Rokoknya dibandingkan tanpa dikenakan pajak per unit. Proses pergerakan dari pengaruh pengenaan pajak per unit atas rokok ini, adalah secara matematika kurva penawaran Rokok dari produsen sementara akan bergeser sejajar ke sebelah kanan dari posisi awal. Dengan proses itu, akan dapat ditentukan penurunan jumlah rokok yang akan diminta. Ilustrasi kejadian tersebut dapat iikuti berdasarkan analisis berikut. Misalkan, data jumlah Rokok yang dibeli konsumen tanpa pajak per unit, pada berbagai tingkat harga, seperti berikut: Harga
Jumlah Rokok/hari Rp 5.000 liter Rp 5.100 5 liter
Bila dihitung fungsi penawarannya dengan fungsi garis lurus, ma ka, hasilnya sebagai berikut: Pada:
∆ P = 5.100 - 5000 = 100.
∆ Q = Q2 - Q1
∆ Q = 5 - 105 = - 100.
b = ∆Q/∆P
b = - 100/ 100 = -1
Pada: P 1 =5100 dan Q 1 =5 kemudian b= -1 selanjutnya dihitung a, dengan rumus sebagai berikut: Q 1 = a + b P 1 5 = a + (-1) 5100
5 = a - 5100 - a = - 5100 - 5
a = 5105
Jadi fungsi penawaran pupuk Urea tanpa pajak per unit adalah sebagai berikut:
Q= a + b P Q= 5105 - 1 P ……………………….(I)
Bila pemerintah mengenakan pajak per unit sebesar t=100 (Rp /bks), maka pajak per unit ini berpengaruh kepada penawaran Rokok dan menyebabkan fungsi penawaran Rokok pun ikut berubah. Fungsi penawaran Rokok setelah pajak per unit, sebagai berikut: Fungsi penawaran tanpa pajak/unit
Q=5005 - 1 P
Fungsi penawaran setelah pajak/unit
Q=5005 - 1 P - t Q=5105 - 1 P - t
dengan t=100 maka menjadi:
Q= 5105 - 1 P - 100 Q= 5005 - 1P ………………………..(II)
Skedul Penawaran Rokok setelah pajak per unit, sebagai berikut: Pada
P=Rp 5000 Q=5005 - 1P Q=5005 - 5000 Q=5 Pada
P=Rp 100 Q=5005 - 1P Q=5005 - 5100 Q=- 95 Skedul Penawaran Rokok tanpa dan setelah pajak per unit, adalah:
Harga (Rp/bks)
Tanpa t/unit Jumlah
Dengan t/unit Jumlah
Penurunan
/bks/hari
/bks/hari
Rp 5.000
100 bungkus Rp 5.100
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis di atas, adalah “jumlah” penawaran Rokok menurun drastis pada setiap tingkatan harga di sepanjang kurva penawaran “d” saja. Kesimpulan ini dibuktikan melalui data dalam skedul penawaran di atas, yakni pada tingkat harga rokok yang sama Rp 5000/bks tanpa pajak konsumen memperoleh sebanyak 105 bungkus dan setelah kena pajak hanya memperoleh 5 bungkus. Selanjutnya, deskripsi pengaruh pemberian pajak per unit menggunakan kurva penawaran, nampak sebagai berikut.
Gambar 36.
Efek Kebijakan Pajak Terhadap Penawaran Barang
Harga (Rp/lt) Keterangan:
d = kurva penawaran Rokok tanpa
Q=5005 - 1P
pajak/unit
dt
dt = kurva penawaran Rokok dengan
pajak/unit.
Q = 5105 - 1 P
Dampak pajak/unit:
5000 “Jumlah” penawaran rokok turun, karena
harga rokok naik, dan proses terjadinya
di sepanjang kurva penawaran “d”.
0 5 105 Jumlah (bks/hr)
Efeknya “Jumlah” Penawaran Turun Akibat Pajak/Unit
5.10.2. Penawaran Pasar Barang - Kebijakan Publik
Kebijakan publik sering diterapkan terhadap suatu kegiatan industri oleh pemerintah, dalam bentuk peringatan pemerintah yang ditujukan kepada masyarakat dalam mengkonsumsi suatu produk. Pemerintah disini nampaknya lebih banyak bersifat mengingatkan dan memberikan informasi positif, tentang kemungkinan terjadinya dampak buruk dari mengkonsumsi suatu produk. Contoh, merokok dikatakan dapat menyebabkan kanker dan sebagainya. Dampak dari kebijakan publik ini, diarahkan agar masyarakat perokok mau mengurangi konsumsi rokoknya. Kebijakan ini dapat mempengaruhi penawaran akan Rokok dan proses ini ditunjukkan melalui per geseran kurva penawarannya. Penjelasan atas pengaruh kebijakan publik seperti itu, dapat diikuti melalui uraian berikut.
Dampak kebijakan publik dibandingkan kebijakan subsidi dan pajak per unit adalah berbeda satu sama lain. Pada kebijakan publik yang mengalami perubahan adalah pada “penawaran” barang. Artinya, terjadinya perubahan (naik/turun) jumlah penawaran barang, akibat pergeseran sejajar dari kurva penawaran barang dari produsen. Sedangkan, pada kebijakan subsidi dan pajak per unit, yang mengalami perubahan adalah “jumlah penawaran” barang.
Gambar 37.
Efek Kebijakan Publik Terhadap Penawaran Barang
Harga (Rp/lt) Keterangan:
d = kurva penawaran Rokok sebelum ada
kebijakan publik dp = kurva penawaran Rokok setelah ada kebijakan publik
dp d
Dampak kebijakan publik: penawaran turun pada harga yang sama, dan terja di
pergeseran kurva d ke dp .
0 Jumlah (bks/hr)
Efeknya “Penawaran” Turun Akibat Kebijakan Publik
Disini berarti, terjadinya perubahan (naik/turun) jumlah penawaran barang, akibat pergeseran di sepanjang satu kurva penawaran barang konsumen. Oleh karena itu, dalam analisis ini, perlu pemaha man tentang perbedaan tersebut lebih mendalam.
5.10.3. Penawaran Barang – Kebijakan Pajak Persentase
Pajak persentase berpengaruh terhadap produksi yang ditawarkan produsen. Pengaruh tersebut ditunjukkan melalui pergeseran kurva penawaran produksi, tetapi pergeseran kurva penawaran itu tidak sejajar. Untuk mengetahui proses dari pengaruh pengenaan pajak persentase ini, dapat diketahui melalui penjelasan berikut.
Misalkan fungsi penawaran barang dinyatakan dengan: S Tanpa pajak persentase: P=f (Q)
Sr Dengan pajak persentase , r : Pr=f (Q) + r . f(Q). Atau: Pr=f (Q) + r f (Q) Pr=P + r . P Pr=P ( 1 + r ) dimana: S=fungsi penawaran suatu barang tanpa pajak r. Sr=fungsi penawaran suatu barang dengan pajak r. P=harga barang yang ditawarkan. Pr=harga barang setelah pajak persentase. Q=jumlah barang yang ditawarkan. r=besarnya pajak %.
Gambar 38.
Efek Kebijakan Pajak Persentase Terhadap Harga
Harga (Rp/unit) Keterangan:
100 Sr S = kurva penawaran tanpa pajak persentase, r.
75 Sr = kurva penawaran dengan pajak persentase, r.
50 Kurva S tidak sejajar dengan kurva Sr
25 S
0 2 4 6 Jumlah (unit/Bln)
5.11. Soal Latihan
1. Apa selalu kurva penawaran bentuknya naik dari kiri bawah ke kanan atas? Jika jawaban Saudara, ya, berikan alasannya. Jika jawaban Saudara, tidak, berikan alasannya!
2. Bagaimanakah hubungan antara tingkat harga dengan jumlah barang yang ditawarkan oleh seorang produsen? Apakah tingkat harga barang saja yang menentukan penawaran barang dari seorang produsen? Berikan ulasan Saudara!
3. Jika harga beras naik drastis maka banyak orang makan jagung. Apa akibatnya terhadap harga jagung?
4. Kenapa petani padi di Indonesia sering kali tidak mampu menaikkan harga padi, disaat mereka panen raya?
5. Apakah ada perbedaan penawaran antara hasil pertanian dengan hasil industri mobil? Beri ulasan menggunakan bantuan kurva penawaran!
6. Beri ulasan, kenapa penawaran suatu barang bentuknya bisa tegak lurus, bisa mendatar? Dan berikan contoh kira-kira barang apa yang penawarannya seperti itu!
7. Dalam kondisi krisis ekonomi yang parah, harga barang impor yang ditawarkan sering menjadi semakin mahal, kenapa bisa demikian.
8. Dalam surat kabar sering diberitakan bahwa “harga penawaran rumah tipe sederhana terus naik dari tahun ke tahun, tapi penawaran rumah malah semakin
menurun“. Salahkan berita tersebut dipandang dari sudut pandang ilmu ekonomi? Jelaskan pendapat Saudara?
9. Beri ulasan, mengapa penawaran beras yang sama antara satu kota dengan kota lain di Indonesia,bisa berbeda-beda !
10. Jika harga barang X, Rp 1000/unit, produsen menawarkan 6 unit. Pada harga, Rp 1100/unit, produsen menawarkan jumlah barang tersebut 13 unit. Berapa jumlah barang yang akan ditawarkan jika harga naik 10 persen per unit?
6.1. Pengertian Pasar
Setelah mempelajari dan memahami konsep teori tentang permintaan barang dan penawaran barang secara terpisah, maka selan jutnya teori tersebut digabung menjadi satu dan disebut dengan konsep keseimbangan pasar (equilibrium market). Inti pembicaraan bagian ini adalah penentuan titik keseimbangan pasar, yang terben tuk dari jumlah barang keseimbangan pasar dan harga barang keseimbangan pasar. Pasar berarti keseluruhan permintaan dan penawaran suatu barang, yang dalam pembicara- an pada umumnya dibedakan menjadi pasar dalam artian sempit dan luas. Dalam arti sempit, pasar berarti tempat dimana barang-barang dan jasa ini diperjual-belikan. Sedangkan dalam artian luas, pasar berarti suatu proses dimana permintaan dan penawaran suatu barang saling berinterkasi guna menentukan jumlah barang dan harga barang di tingkat pasar.
6.2. Harga Barang, Jumlah Barang Dan Keseimbangan Pasar
6.2.1. Harga Dan Jumlah Barang
Harga adalah salah satu gejala ekonomi yang sangat penting yang berhubungan dengan perilaku, baik sebagai konsumen maupun sebagai produsen. Harga diartikan sebagai ukuran nilai dari suatu barang dan jasa. Dalam masyarakat yang masih tertutup, dimana masyarakatnya belum menggunakan uang sebagai sebagai alat tukar menukar dan pengukur nilai suatu barang, maka harga suatu barang dinyatakan dalam barang lain yang dipertukarkan. Kegiatan tukar-menukar yang menggunakan barang ini disebut barter. Tukar-menu kar atau perdagangan seperti ini kadang-kadang masih digunakan oleh masyarakat atau bahkan negara dewasa ini, dengan aturan-aturan tertentu. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, mengapa suatu barang mempunyai harga? Barang mempunyai harga karena dua sebab, yaitu barang itu berguna dan barang itu langka atau jumlah nya terbatas. Oleh karena itu, barang dalam ilmu ekonomi dibeda kan menjadi barang ekonomi dan barang bebas. Barang ekonomi, adalah barang yang berguna bagi manusia dan tersedianya dalam jumlah yang terbatas, dan untuk mendapatkannya perlu pengorbanan. Disebut barang ekonomi karena ketersedi annya yang terbatas dan atau langka, oleh karena itu, barang terse but mempunyai permintaan dan penawaran.
Sedangkan barang bebas, adalah barang yang jumlahnya tidak terbatas dan untuk mendapatkannya mudah dan tidak perlu dengan pengorbanan. Seperti udara, air dan yang lain, walaupun sangat berguna bagi kehidupan manusia, namun suatu ketika benda tesebut menjadi tidak berharga.
6.2.2. Titik Keseimbangan Pasar
Gambar 39. Keseimbangan Pasar
Harga (Rp/unit) Keterangan:
S=kurva penawaran barang
Surplus
d=kurva permintaan barang
P A E=keseimbangan pasar, yakni itik potong kurva
permintaan dan kurva penawaran.
P E Q E; P E = jumlah dan harga keseimbangan pasar.
Surplus =S>D
Shortage =D>S
P B Shortage
Jumlah Barang X (unit/bln) Suatu barang mempu nyai permintaan, karena barang bersangkutan berguna,
sedangkan suatu barang mempunyai penawaran, karena jumlah barangnya terbatas dan ketersediaan barang tersebut juga langka.
Ilustrasi Terbentuknya Titik Keseimbangan Pasar
Terbentuknya titik keseimbangan pasar di titik E ini, karena perpotongan kurva permintaan (s) dengan kurva permintaan (d) seperti yang diperlihatkan pada Gambar
37. Di titik keseimbangan pasar ini terlihat hanya satu titik harga barang pada tingkat mana jumlah barang X yang diminta dan ditawarkan adalah sama.Misalnya, barang X berharga Rp 7/unit, pada tingkat harga ini jumlah barang X yang di minta adalah 10 unit/hari maka berarti jumlah barang yang ditawarkan pun memiliki jumlah yang sama yakni 10 unit/hari. Untuk menampilkan proses terbentuknya titik keseimbangan pasar ini, oleh A Marshall digunakan satu diagram/grafik pada sebuah bidang datar, dimana pada sumbu horizontal dicantumkan jumlah barang X (unit/waktu) dan pada sumbu vertika dicantumkan tingkat harga barang tersebut (Rp/unit).
Pada Gambar 39 kurva permintaan dan kurva penawaran digambar menggunakan garis yang tidak lurus, dan sebagai penyederhanaan biasanya menggu- nakan bentuk garis lurus hanya untuk penyederhanaan saja, Garis silang yang menun- jukkan kurva permintaan barang X dengan kurva penawaran barang yang sama yakni barang X ini dikenal sebagai “ Marshallian Cross”. Perpotongan antara kedua kurva (yakni s dan d ) tersebut terjadi di titik E yang disebut titik keseimbangan pasar, dan juga menunjukkan posisi keseimbangan dari jumlah barang X yang diminta dengan jumlah barang X yang ditawarkan. Dengan kata lain, pada tingkat harga Rp 7 per unit
X , maka jumlah barang X yang diminta adalah sama dengan jumlah barang X yang ditawarkan yakni 10 unit/hari. Jadi yang dimaksud jumlah keseimbangan (equilibrium quantity) sama dengan jumlah barang X yang diminta dan ditawar kan pada tingkat harga yang sama. Demikian pula dengan harga keseimbangan (equilibrium price) yang dimaksud disini X , maka jumlah barang X yang diminta adalah sama dengan jumlah barang X yang ditawarkan yakni 10 unit/hari. Jadi yang dimaksud jumlah keseimbangan (equilibrium quantity) sama dengan jumlah barang X yang diminta dan ditawar kan pada tingkat harga yang sama. Demikian pula dengan harga keseimbangan (equilibrium price) yang dimaksud disini
6.3. Surplus Dan Shortage Dalam Kegiatan Ekonomi
6.3.1. Surplus Kegiatan Ekonomi
Katakanlah posisi kegiatan ekonomi yang ditunjukkan mela lui transaksi permintaan barang X dengan penawaran barang X, tidak berada pada titik keseimbangan pasar E atau pada jumlah barang (Qe) dan harga barang (Pe). Tepatnya,
katakanlah tingkat harga barang X berada di P A , dan ini bisa dilihat pada Gambar 6.1. Pada tingkat harga ini terjadi “surplus” yakni S (supply) > d (de mand). Pada kondisi surplus diketahui telah terjadi kelebihan pena waran barang X di pasar di atas
permintaan barang tersebut yakni Q 2 jumlah yang ditawarkan > Q 1 jumlah yang diminta. Pada kondisi surplus, yang lebih banyak tertekan adalah pro dusen dari barang
X, karena dengan jumlah barang yang berlebihan di tingkat pasar akan menyebabkan persaingan di antara produsen. Terjadinya persaingan antara produsen barang X ini akan meng akibatkan, ada di atara banyak produsen yang tidak mau menaikkan harga lagi, bahkan malah ada yang justru menurunkan harga barangnya. Sehingga, selanjutnya persaingan itu akan mengarahkan tingkat harga barang akan turun dalam upaya produsen bersangkut an merebut pasar.
Dan kejadian yang terakhir inilah yang menunjukkan suatu proses bekerjanya mekanisme pasar, dimana di dalam proses ini te lah terjadi penyesuaian harga barang akibat adanya persaingan anta ra produsen. Disini arah dari perkembangan tingkat harga barang X adalah menuju ke titik keseimbangan pasar E. Pada tingkat harga
keseimbangan pasar di P E inilah baru terjadi kesamaan antara Q 1 =Q 2, yakni kesamaan antara jumlah barang X yang diminta oleh konsumen dan jumlah barang X yang ditawarkan oleh produsen. Oleh karena itu, bekerjanya mekanisme pasar seperti tersebut di atas, justru pada akhirnya menciptakan kondisi keseimbangan pasar.
6.3.2. Shortage Kegiatan Ekonomi
Sekarang sebaliknya, yang dibicarakan yakni “shortage” Tepatnya, katakanlah tingkat harga barang X berada di P B , dan ini bisa dilihat pada Gambar 37. Pada tingkat harga ini terjadi “shortage” yakni d (demand) >S (supply). Pada kondisi shortage diketahui telah terjadi kelebihan permintaan barang X di pasar di atas penawaran barang tersebut
yakni Q 2 jumlah yang diminta > Q 1 jumlah yang ditawarkan.
Pada kondisi shortage, yang lebih banyak tertekan adalah konsumen dari barang
X, karena dengan jumlah barang yang kurang di tingkat pasar akan menyebabkan persaingan di antara konsumen. Terjadinya persaingan antara konsumen barang X ini akan mengakibatkan, ada di antara sekian banyak konsumen yang mau membayar harga barang tersebut lebih mahal lagi. Sehingga selanjutnya, persaingan antara konsumen tersebut akan mendorong harga barang lebih mahal dan mengarah ke harga keseimbangan pasar. Jadi terjadinya persaingan di antara konsumen justru mengarah- kan tingkat harga barang semakin meningkat. Dan kejadian yang terakhir ini, menun- jukkan suatu proses bekerjanya mekanisme pasar, dimana arah perkembangan tingkat X, karena dengan jumlah barang yang kurang di tingkat pasar akan menyebabkan persaingan di antara konsumen. Terjadinya persaingan antara konsumen barang X ini akan mengakibatkan, ada di antara sekian banyak konsumen yang mau membayar harga barang tersebut lebih mahal lagi. Sehingga selanjutnya, persaingan antara konsumen tersebut akan mendorong harga barang lebih mahal dan mengarah ke harga keseimbangan pasar. Jadi terjadinya persaingan di antara konsumen justru mengarah- kan tingkat harga barang semakin meningkat. Dan kejadian yang terakhir ini, menun- jukkan suatu proses bekerjanya mekanisme pasar, dimana arah perkembangan tingkat
Dengan memperhatikan uraian tentang surplus dan shortage di atas, maka dapat dikatakan kondisis surplus dan shortage akan lenyap sebagai akibat bekerjanya mekanisme pasar. Dan selanjutnya dapat diketahui bahwa dalam proses mekanisme pasar ini telah terjadi persaingan tidak hanya pada tingkat produsen saja namun kenyataannya bisa juga terjadi pada tingkat konsumen. Dan, akhir dari persaingan yang terjadi di antara konsumen dan atau di antara produsen sendiri, menandakan bekerjanya mekanisme pasar. Hasil dari persaingan antara produsen maupun antara konsumen tersebut pada akhirnya akan selalu menciptakan kondisi baru yang disebut dengan keseimbangan pasar.
6.4. Surplus Konsumen Dan Produsen
Hasil akhir dari bekerjanya mekanisme pasar seperti telah dijelaskan pada bahasan seblumnya, maka dapat dikemukakan disini, bahwa pasar sesungguhnya mampu memaksimalkan seluruh surplus konsumen (consumer surplus) dan juga surplus produsen (producer surplus).
Surplus konsumen adalah sejumlah nilai pembe lian atas suatu barang oleh konsumen yang melebihi dari apa yang sebenarnya ia bayar untuk barang tersebut.
Surplus produsen adalah sejumlah nilai dari hasil penjualan barang (revenue) oleh produsen yang melebihi dari apa yang sebenarnya ia bayar (variable cost production), untuk memproduksi barang tersebut.
Gambar 40.
Surplus Konsumen Dan Surplus Produsen
Harga (Rp/unit)
Keterangan:
AEP E =Luas bidang yang menunjukkan SK. (Surplus Konsumen).
BEP E =Luas bisang yang menunjukkan SP.
(Surplus Produsen).
SK
SP
E=Keseimbangan Pasar
P E =Harga keseimbangan
B d Q=Jumlah keseimbangan
0 Q E Jumlah Barang (unit/bln)
Untuk mengetahui besarnya surplus konsumen dan surplus produsen, disini digunakan konsep teori permintaan dan penawaran serta keseimbangan pasar suatu barang. Uraian berikut mengemu kakan dasar perhitungan dari surplus konsumen dan Untuk mengetahui besarnya surplus konsumen dan surplus produsen, disini digunakan konsep teori permintaan dan penawaran serta keseimbangan pasar suatu barang. Uraian berikut mengemu kakan dasar perhitungan dari surplus konsumen dan
Luas bidang AEP E adalah sama denga besarnya surplus konsumen dan dihitung dengan cara sebagai berikut: Qe
SK= ∫ f (Qd δ(Qd) - Q E P E
dimana: SK=Surplus Konsumen. Qd=fungsi permintaan. δ(Qd= fungsi permintaan marginal.
Q E =jumlah barang keseimbangan pasar. P E =harga keseimbangan pasar.
Luas bidang AEP E adalah sama dengan besarnya surplus konsumen dan dihitung dengan cara sebagai berikut: Q E
SP=Q E P E - ∫ f (Qs δ(Qs) - Q E P E
dimana: SK=Surplus Produsen. Qd=fungsi penawaran. δ(Qd=fungsi penawaran marginal.
Q E =jumlah barang keseimbangan pasar. P E = harga keseimbangan pasar.
6.5. Perubahan Titik Keseimbangan Pasar
Faktor-faktor lain yang dianggap konstan (ceteris Paribus) dalam konsep teori permintaan dan teori penawaran, bila selanjutnya dinyatakan tidak konstan lagi, maka perubahan-perubahan tersebut akan dapat menyebabkan terjadinya perubahann dan jumlah permintaan, jumlah penawaran yang biasa ditandai dengan pergeseran dalam kurva permintaan (d) dan penawaran (s). Bila dalam kegiatan ekonomi terjadi perubahan-perubahan dalam faktor-faktor penentu permintaan dan penawaran, maka ini berarti akan menyebabkan terjadinya pergeseran titik keseimbangan pasar. Pergeseran titik keseimbangan pasar ini lebih lanjut akan merubah kondisi kesejahteraan konsumen dan produsen dalam suatu kegiatan perekonomian.
6.5.1. Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat
Gambar 41.
Surplus Konsumen Dan Surplus Produsen
Harga (Rp/unit)
A s Keterangan:
Sebelum Terjadi Pergeseran Kurva d dan s: S*
E=Keseimbangan Pasar P E =Harga keseimbangan
SK
Q=Jumlah keseimbangan
P Setelah Terjadi Pergeseran Kurva d ke d* dan s E E E* SP d* ke s* :
Keseimbangan Pasar bergeser dari E ke E*.
B d Bidang bergaris=tambahan kesejahteraan ekono- mi masyarakat
0 Q E Jumlah Barang (unit/bln)
Bila dilihat dari sisi konsumen. Misalnya, dianggap terjadi pening katan pendapatan konsumen, maka perubahan pendapatan ini akan mampu menggeser kurva permintaan konsumen akan barang X, yaitu dari kurva d ke kurva d*. Dan pergeseran kutva permintaan d ke d* adalah sejajar, dan ini mampu menggeser titik keseimbangan pasar ke sebelah kanan dari kedudukan E semula. Ini berarti pula bahwa tingkat kesejahteraan konsumen mengalami peningkatan.
Demikian pula dari sisi produsen. Katakanlah disini terjadi pemanfaat teknologi baru oleh produsen. Kejadian ini tentu akan berpengaruh kepada tingkat produktivitas yang mampu dihasilkan oleh produsen. Semakin tinggi produktivitas perusahaan, maka beraarti semakin tinggi produk yang dapat diciptakan, dan hal ini akan meningkatkan keuntungannya. Oleh karena itu dikatakan kesejahteraan ekonomi produsen juga dikatakan meningkat. Kejadian ini di tunjukkan melalui pergeseran kurva penawaran produsen ke sebelah kanan. Pergeseran kurva penawaran ke kanan dari s ke s* tentu akan menggeser pula keseimbangan pasar dari semula E ke arah sebelah kanan dari titik E semula.
Implikasi dari pergeseran sejajar kurva permintaan d dan kurva penawaran s masing-masing menjadi d* dan s*, ini menandakan telah terjadi kenaikan kesejahteraan ekonomi pelaku kegiatan ekonomi (masyarakat). Dan peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat ini dapat dilihat melalui Gambar 41 yaitu sebesar bidang bergaris/di arsir. Tentu saja kondisi kebalikannya dapat berlaku, yakni bilamana kurva
d dan s ini bergeser sejajar ke sebelah kiri, maka dampaknya adalah kesejahteraan ekonomi masyarakat akan menjadi menurun.
6.5.2 Pergeseran Titik Keseimbangan Pasar Dan Efek Kebijakan Pajak Per Unit
Kebijakan pajak per unit terhadap suatu barang yang dilekukan oleh pemerintah bertujuan untuk meningkatkan penerima an pemerintah yang bersumber dari pajak. Namun kebijakan pajak ini mempunyai dampak, yakni penurunan konsumsi terhadap barang yang dikenakan pajak, karena dengan pengenaan pajak Kebijakan pajak per unit terhadap suatu barang yang dilekukan oleh pemerintah bertujuan untuk meningkatkan penerima an pemerintah yang bersumber dari pajak. Namun kebijakan pajak ini mempunyai dampak, yakni penurunan konsumsi terhadap barang yang dikenakan pajak, karena dengan pengenaan pajak
Dengan pengenaan pajak t per unit, terjadi pergeseran kurva penawaran barang S ke St. Dengan demikian, titik keseimbangan pasar juga bergeser dari titik E ke E*. Ini menyebabkan harga barang menjadi naik, dan mempengaruhi permintaan barang X.
Di sini jumlah barang yang diminta, seperti yang terlihat pada Gambar 42, turun dari Q E ke Q E*. Perubahan jumlah barang yang diminta terjadi di sepanjang kurva permintaan d.
Gambar 42.
Efek Kebijakan Pajak Per Unit Terhadap Titik Keseimbangan Pasar
Harga (Rp/unit)
St
Keterangan: P A S = kurva penawaran sebelum kena pajak.
St=kurva penawaran setelah kena pajak P
E*
t/unit.
E*
E P E E=keseimbangan pasar sebelum kena pajak.
E*=keseimbangan pasar setelah kena pajak
t/unit.
P B Efek Pajak t/unit:
Jumlah barang diminta turun dari Q E ke Q E* karena harga naik dari P E ke P E* . 0 Q E*
Q E d=dalam kondisi konstan
Jumlah Barang (unit/bln)
Kebijakan pajak t unit barang berdampak negatif terhadap kesejahteraan konsumen dan produsen. Dampak negatif tersebut terlihat melalui analisis ringkas berikut:
Kesejahteraan Ekonomi masyarakat
Sebelum Pajak t Unit
Setelah Pajak t Unit
Suplus Konsumen P A EP E P A E*P E*
Surplus Produsen P B EP E P E E*P E*
Kesejahteraan Ekonomi P B EP A P E E*P A
6.5.3. Pergeseran Titik Keseimbangan Pasar Dan Efek Kebijakan Subsidi
Kebijakan subsidi dari pemerintah adalah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan pelaku kegiatan ekonomi atau masyarakat. Adapun dampak kebijakan subsidi ini terlihat melalui peningkatan konsumsi terhadap barang yang dikenakan subsidi. Karena, dengan subsidi harga barang itu akan turun dan mendorong peningkatkan kesejahteraan konsu men maupun produsennya.
Dengan kebijakan subsidi, menyebabkan terjadinya pergeseran dari kurva penawaran barang S ke kurva penawaran setelah pajak yakni St. Dengan demikian, titik keseimbangan pasar juga bergeser dari titik keseimbangan pasar di E ke titik keseimbangan pasar yang baru yakni di titik E*. Ini menyebabkan harga barang Dengan kebijakan subsidi, menyebabkan terjadinya pergeseran dari kurva penawaran barang S ke kurva penawaran setelah pajak yakni St. Dengan demikian, titik keseimbangan pasar juga bergeser dari titik keseimbangan pasar di E ke titik keseimbangan pasar yang baru yakni di titik E*. Ini menyebabkan harga barang
Gambar 43.
Efek Kebijakan Subsidi Terhadap Keseimbangan Pasar
Harga (Rp/unit) Keterangan: S=kurva penawaran sebelum pemberian
subsidi.
Ss=kurva penawaran setelah pemberian P A
subsidi.
E Ss
P E E=keseimbangan pasar sebelum pemberian
E*
subsidi. P E* E*=keseimbangan pasar setelah pemberian
subsidi.
Efek Subsidi:
P B Jumlah barang diminta naik dari Q E ke Q E*
karena harga turun dari P
E ke P E* .
0 Q E Q E* Jumlah Barang (unit/bln)
Dampaknya subsidi terhadap kesejahteraan konsumen dan produsen dapat diketahui dengan cara melihat ringkasan berikut:
Kesejahteraan Ekonomi masyarakat
Sebelum Subsidi
Setelah Subsidi
Suplus Konsumen P A EP E P A E*P E*
Surplus Produsen P E* EP E P B E*P E*
Kesejahteraan Ekonomi P E* EP A P A E*P B
Kebijakan subsidi berdampak positif terhadap kesejahteraan konsumen dan produsen, yakni telah menyebabkan peningkatan kesejahteraan ekonomi pelaku
kegiatan ekonomi sebesar P B EE*P E* .
6.5.4. Pergeseran Titik Keseimbangan Pasar Dan Efek Kebijakan Edukatif Pemerin- tah
Kebijakan edukatif pemerintah bertujuan untuk mendidik masyarakat agar lebih sadar serta waspada terutama di dalam mengkonsumsi berbagai jenis barang yang sifatnya merugikan mereka. Jenis barang yang dinyatakan tidak patut dikonsumsi, misalnya sejenis obat-obatan terlarang, sejenis narkoba, putau, dan lain- lain. Sebab barang sejenis itu tergolong obat terlarang, yang dapat merusak syaraf manusia dan menyebabkan kecanduan, serta susah disembuhkan bagi penderita kecanduan obat tersebut.
Adapun bentuk kebijakan edukatif yang dikeluarkan oleh pemerintah, antara lain larangan masyarakat untuk mengkonsumsi obat-obatan terlarang berdasarkan ketentuan instansi berwenang tentu saja ada sangsi atas pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat atas ketentuan tersebut. Dan jika larangan itu dilanggar maka baik pengedar dan juga pemakainya, dikenakan sanksi hukum sesuai dengan undang- Adapun bentuk kebijakan edukatif yang dikeluarkan oleh pemerintah, antara lain larangan masyarakat untuk mengkonsumsi obat-obatan terlarang berdasarkan ketentuan instansi berwenang tentu saja ada sangsi atas pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat atas ketentuan tersebut. Dan jika larangan itu dilanggar maka baik pengedar dan juga pemakainya, dikenakan sanksi hukum sesuai dengan undang-
Gambar 44.
Efek Kebijakan Edukatif Terhadap Titik Keseimbangan Pasar
Harga (Rp/unit)
Keterangan: d=kurva
penawaran
sebelum Kebijakan
edukatif..
E =kurva penawaran setelah kebijakan eduktif.
E=keseimbangan pasar sebelum kebijakan edu- P E E katif.
E*=keseimbangan pasar setelah kebijakan eduka-
tif.
P E* E*
Efek kebijakan edukatif:
P B d E d Jumlah barang ditawarkan turun dari Q E* ke Q E karena harga turun dari P E ke P E* .
0 Q E* Q E Jumlah Barang (unit/bln)
Dengan kebijakan pemerintah, dilarang mengkonsumsi obat terlarang yang ditetapkan oleh instansi terkait maka berarti pemerintah berupaya menurunkan permintaan konsumen, tetapi dari sisi pe nawaran pemerintah tidak dapat mengawasi sehingga diasumsikan disini penawaran barang tersebut adalah tetap.
Sebagai dampak dari kebijakan pemerntah semacam itu, ma ka akan terjadi pergeseran kurva permintaan d menuju ke d E . Akibatnya lebih lanjut adalah, titika keseimbangan E ikut bergeser ke kiri menjadi titik E*. Yang terjadi sekarang adalah harga obat terlarang tersebut menjadi lebih murah, dan sementara memang tingkat
konsumsi atau jumlah permintaan turun dari Q E menjadi Q E* Turunnya konsumsi barang tersebut memang menjadi tujuan peme rintah, akan tetapi jika tidak disertai dengan pengawasan yang super ketat, hal ini akan menyebabkan dalam jangka waktu tertetu kondisi permintaan barang tersebut akan kembali meningkat. Sebab, jika tingkat harga barang itu murah akan menyebabkan konsumen baru akan cenderung membeli barang tersebut, apalagi dari sisi penawa ran tidak terkontrol oleh pemerintah.
Oleh karena itulah, jika ingin kebijakan edukatif semacam itu diterapkan maka sepatutnya pemerintah melakukan pengawasan yang benar-benar ketat, tidak saja bagi pemakai obat-obatan terlarang juga bagi pengedar, produsennya. Tentu saja Oleh karena itulah, jika ingin kebijakan edukatif semacam itu diterapkan maka sepatutnya pemerintah melakukan pengawasan yang benar-benar ketat, tidak saja bagi pemakai obat-obatan terlarang juga bagi pengedar, produsennya. Tentu saja
6.5.5. Kebijakan Harga Dari Pemerintah Dan Titik Keseimbangan Pasar
Dalam menetapkan kebijakan harga pemerintah biasanya me lakukan dengan cara pengendalian harga suatu barang. Cara pengendalian harga yang dimaksud ditetapkan dengan menetapkan tingkat harga barang tersebut, yaitu;
1. batas harga tertinggi (ceiling price,)
2. batas harga terendah (floor price).
Penetapan Harga Tertinggi
Harga tertinggi adalah harga maksimum pada tingkat mana suatu produk dapat dijual secara legal. Pengaruh harga tertinggi tergantung pada tingkatan dari harga tersebut. Jika penetapan harga tertinggi yang legal maksimum ada di atas harga keseimbangan pasar, yang diberlakukan dengan beragam cara, maka harga tertinggi tersebut tidak berpengaruh. Satu dari sekian banyak harga tertinggi yang efektif,
adalah ada di bawah harga keseimbangan, katakanlah P A seperti yang nampak pada Gambar 45 Pada harga maksimum yang legal yakni P A , konsumen ingin membeli lebih dari yang ingin ditawarkan produsen. Oleh karena itu, mereka menghadapi persaingan satu sama lain karena penawaran yang tersedia menunggu antrian, advertensi, dan seterusnya.
Gambar 45.
Keseimbangan Pasar Dan Kebijakan Harga Tertinggi
Harga (Rp/unit) S Keterangan: P A =price ceiling (harga tertinggi yang ditetap-
P kan oleh pemerintah terhadap suatu barang. B
Price ceiling
PA
0 Q s Q E Qd Jumlah Barang (unit/bln)
Naiknya harga ini adalah harga nyata bagi konsumen. Harga yang benar-benar bagi konsumen semestinya ditawarkan dengan berbagai cara agar meningkat ke P B. Karena pada tingkat harga yang rendah sekali, jumlah barang yang diminta masih melebihi jumlah barang yang ditawarkan, yang mendorong lebih lama waktu tunggu.
Dengan penetapan harga tertinggi ini nampaknya berdampak pada hilangnya kesejahteraan konsumen dan produsen yang kira-kira disebabkan dua alasan. Pertama Dengan penetapan harga tertinggi ini nampaknya berdampak pada hilangnya kesejahteraan konsumen dan produsen yang kira-kira disebabkan dua alasan. Pertama
dengan P B - P A dikalikan jumlah barang yang dibeli, yakni seluas bidang segi empat hitam (lihat Gambar 45).
6.6. Keseimbangan Pasar Dengan Perubahan Bersama Kurva Permintaan Dan Pena- waran
Gambar 46.
Keseimbangan Pasar Dan Penyesuaian Penawaran
Harga (Rp/unit)
Keterangan: P B E*
S 3 E* = titik keseimbangan sementara
E**
E** = titik keseimbangan jangka pendek P E E*** = titik keseimbangan jangka panjang
E***
d d*
0 Jumlah Barang (unit/bln) Alfred Marshall membedakan tiga periode waktu dalam memperhatikan segi penawaran yang menyesuaikan diri dengan permintaan yang berubah. Periode waktu yang dimaksud, yaitu keseimbangan sementara, keseimbangan jangka pendek,
keseimbangan jangka panjang. Dalam Gambar 46 disajikan kurva penawaran S 1, S 2 , dan S 3 ,dengan menganggap bahwa permintaan konsumen bergeser dari d ke d*.
Keseimbangan Sementara
Kondisi mula-mula dimulai dari kurva penawaran S 1 yang vertikal, berarti bersifat inelastis sempurna (koefisien elastisitas penawarannya sama dengan nol (0)). Tingkat harga keseimbangan pasar ditunjukkan oleh titik P B dengan titik keseimbangan pasarnya di titik E*. Akibat bertambahnya permintaan yakni dari d ke d*, maka timbul perubahan dalam jangka waktu yang sangat pendek, dalam jumlah yang ditawarkan. Produsen melakukan aktivitas produksinya lebih intensif guna memenuhi permintaan yang bertambah.
Keseimbangan Jangka Pendek
Dalam jangka pendek kurva penawaran ditunjukkan dengan S 2 yang bersifat lebih elastis daripada S 1 . Kurva penawaran S 2 menunjukkan dalam jangka pendek. Akibat terjadinya perubahan permintaan dari d ke d*, maka tingkat harga pasar akan menurun, yaitu dari P B ke titik keseimbangan baru P E , yang titik keseimbangannya terjadi di E**.
Keseimbangan Jangka Panjang
Dalam jangka panjang kurva penawaran ditunjukkan dengan S 3 yang lebih elastis daripada kurva penawaran dalam jangka pendek yaitu S 2 . Bila dalam jangka panjang terjadi kenaikan permintaan yaitu dari d ke d*, maka produsen akan melakukan penambahan jumlah penawaran produknya dengan jalan memperluas aktivitas produksinya. Akibatnya keseimbangan pasar akan tercapai dalam jangka
panjang yang ditunjukkan di tingkat harga P A dengan titik keseimbangan pasar adalah di E***. Jika diperhatikan ketiga aktivitas yang berbeda waktunya seperti tersebut di atas, maka terjadinya perubahan titik keseimbangan pasar (tingkat harga keseimbangan pasar dan jumlah keseimbangan pasar) adalah berbeda-beda. Perbedaan titik keseimbangan terse but ternyata disebabkan tidak hanya karena perubahan permintaan suatu barang, tetapi juga karena perubahan dan sifat-sifat penawaran suatu barang. Nampak jelas dari uraian di atas, bahwa semakin elastis kurva penawaran suatu barang dengan permintaan tertentu, menyebabkan terjadinya penurunan tingkat harga pasar dari barang bersangkutan. Dengan kata lain, tingkat harga suatu barang dalam jangka panjang akan semakin rendah.
Contoh: Perubahan Titik Keseimbangan Pasar Dengan Pergeseran Kurva Permintaan Dan Penawaran
Dalam perekonomian terbuka, keseimbangan perekonomian nasional ditentukan oleh kegiatan perdagangan yang disebut dengan ekspor dan impor. Kegiatan perdagangan internasional tersebut intinya juga ditentukan oleh terjadinya traksaksi penawaran dan permintaan suatu barang. Penawaran total barang suatu negara ditentukan oleh produksi dalam negeri ditambah impor. Disisi lain, adalah permintaan nampaknya ditentukan oleh konsumsi dalam negeri ditambah dengan ekspornya seperti yang diperlihatkan dalam bentuk Skema 1.
Skema 1.
Keseimbangan Ekonomi Suatu Negara
Keseimbangan Ekonomi Nasional
Total Penawaran
Total Permintaan
(Supply = ST)
(Demand = DT)
PD M
CD X
Gambar 47.
Keseimbangan Ekonomi Nasional
Harga ( $/unit)
Ekspor E 2 Impor
E1
Keterangan: D T =kurva permintaan total (terdiri dari CD=konsumsi dalam
negeri+X=ekspor). S T =kurva penawaran total (terdiri dari PD=produksi dalam negeri+M=impor). E 0 =titik keseimbangan tanpa X & M. E 1 =titik keseimbangan setelah ada M.
2 =titik keseimbangan setelah ada X. E E 3 =titik keseimbangan setelah ada X & M, diasumsikan X=M.
Terjadinya pergeseran kurva permintaan dan penawaran seperti yang diperlihatkan pada Gambar 47 maka dapat dijelaskan tentang terjadinya titik keseimbangan pasar dari kegiatan ekonomi berskala nasional. Yakni:
1) Nila impor (M) mengalami kenaikan maka total penawaran barang di dalam negeri akan naik. Kejadian ini ditandai dengan kurva S yang bergeser ke kurva S T . Dalam kejadian ini, bila permintaan diasumsikan tetap maka harga barang akan turun yaitu
dari P E ke P 1 dan produksi dalam negeri akan turun dari Q 0 menjadi Q 1 . Sedangkan titik keseimbangan perekonomian bergeser dari E 0 ke E 1 . Ini berarti bahwa kegiatan perekonomian di dalam negeri mengalami penurunan.
2) Sebaliknya, bila permintaan luar negeri atau ekspor (X) naik, maka kurva permintaanakan bergeser ke kanan atas dari D ke D T . Dalam hal ini diasumsikan penawarannya yang konstan, maka harga barang akan naik dari P E ke P 2 dan produksi dalam negeri naik dari Q 0 ke Q 2 . Sedangkan titik keseimbangan pasar bergeser dari titik E 0 ke E 2 . Kejadian ini berarti kegiatan ekonomi di dalam negeri meningkat.
3) Demikian pula, jika permintaan dan penawaran total berubah dan dinyatakan naik. Kenaikan ekspor menggeser kurva permintaan D ke D T dan kenaikan impor menggeser kurva penawaran S ke S T . Dengan asumsi, bilamana eksporsama dengan impor (X=M) maka dengan kenaikan kedua komponen tersebut tidak berpengaruh pada harga keseimbangan pasar di dalam negeri, tetapi terjadi kenaikan jumlah
produksi di dalam negeri yaitu dari Q 0 ke Q 3 , dan kejadiannya di titik keseimbangan
E 3 dimana saat ini terjadi perpotongan antara kurva permintaan D T dengan kurva penawaran S T (atau D T =S T ). Ini berarti bahwa akan terjadi peningkatan kegiatan ekonomi di dalam negeri dengan kondisi yang stabil, bila dilihat dari tidak terjadinya perubahan harga barang di dalam negeri, yaitu pada tingkat harga
keseimbangan pasar P E .
6.7. Soal Latihan
1. Permintaan dan penawaran untuk Camera merek X, ditunjukkan melalui data berikut:
Permintaan Penawaran Harga ($/Unit)
Jumlah (unit)
Harga ($/Unit)
Jumlah (unit)
8 Berapa jumlah penjualan pada tingkat keseimbangan pasar, dan berapa tingkat
harga pasarnya?
2. Andaikan exsice tax dan sales tax masing-masing sebesar $75 dikenakan per kamera, yang manakah di antara kedua jenis pajak itu mempengaruhi persamaan penawaran dan persamaan permintaannya? Berapakah keseimbangan harga dan jumlah yang baru jika hanya barang tersebut dikenakan exsice tax dan sebaliknya jika hanya dikenakan sales tax. Ilustrasikan jawaban Saudara dengan dibantu menggunakan kurva permintaan dan penawaran.
3. Pemerintah telah memutuskan harga pasar bebas komoditi Gabah terlalu rendah.
a. Andaikata pemerintah menetapkan suatu harga dasar yang mengikat di pasar Gabah. Gunakan diagram penawaran dan permintaan untuk menunjukkan akibat dari kebijakan ini pada harga dan jumlah Gabah yang dijual? Apakah terdapat kekurangan atau kelebihan Gabah?
b. Apakah mungkin dengan kebijakan tersebut di atas, menyebabkan pendapatan total petani penghasil Gabah menurun? Jelaskan!
c. Bila pemerintah membeli surplus Gabah petani sesuai dengan harga dasar yang ditetapkannya, siapa yang diuntungkan dan siap yang dirugikan?
4. Kondisi pasar beras dinyatakan seperti data dalam Gambar berikut.
Harga (Rp/Kg)
16 S
Jumlah Beras (kg/bln)
a. Tentukan harga dan kuantitas keseimbangan pasar beras!
b. Berapa surplus konsumen dan surplus produsen beras?
c. Bila harga beras ditetapkan setinggi 12 Rp/kg, apakah kebijakan ini mengun- tungkan produsen?
d. Bila harga beras ditetapkan setinggi 6 Rp/kg, apakah kebijakan ini mengun- tungkan konsumen?
e. Apakh ada penurunan atau kenaikan surplus konsumen atau surplus produsen, jika harga ditetapkan setinggi 12 Rp/kg?
f. Apakh ada penurunan atau kenaikan surplus konsumen atau surplus produsen, jika harga ditetapkan setinggi 6 Rp/kg?
g. Bila diberi subsidi 2 Rp/kg kepada konsumennya, berapa harga keseimbangan beras setelah subsidi?
7.1. Pengertian Dan Rumus Elastisitas
Elastisitas adalah pengukuran kepekaan dari persentase perubahan suatu variabel terhadap persentase perubahan variabel lain atau dengan kata lain perbandingan suatu perubahan relatif pada variabel X akibat dari perubahan relatif pada variabel Y. Rumus:
Persentase Perubahan Variabel X Elastisitas = __________________________________________ Persentase Perubahan Variabel Y Dalam notasi lain ditulis sebagai berikut:
(∆ X/ X)
(δX/ X)
_________
η = _________
(∆ Y/Y)
(δ Y/Y)
(∆ X/∆Y)
(δX/ δY)
Dimana: X = variabel X. Y
= variabel Y. δX
= perubahan variabel X=X 2 –X 1. δY
=perubahan variabel Y=Y 2 –Y 1.
Untuk menghitung koefisien elastisitas dapat dibantu dengan diagram seperti pada Gambar 48. Pada sumbu horizontal dicantumkan variabel X, dan pada sumbu vertikal dicantumkan variabel Y. Di setiap titik yang berada di sepanjang garis atau kurva tersebut dapat dihitung koefisien elastisitas. Dengan menggunakan analisis matematika, maka gambar yang digunakan dapat berbentuk garis lurus (linear) atau bukan garis lurus (non linear). Angka elastisitas dapat dihitung dengan dua cara, yaitu: • Elastisitas pada satu titik (point elasticity). • Elastisitas antara dua titik atau busur (arc elasticity).
Gambar 48.
Kurva Garis Lurus Dan Bukan Garis Lurus
16 A Keterangan:
Titik A dan B dilalui oleh garis lurus dan garis lengkung.
B Titik A = (2;16)
Titik B = (7:8)
Kedua cara perhitungan itu bila diterapkan akan memberikan hasil, yaitu sebuah koefisien elastisitas yang berbeda-beda. Rumus elastisitas titik menghitung akoefisien elastisitas pada setiap titik yang berada pada satu garis, dan akan memberikan koefisien yang berbeda-beda antara satu titik dengan titik yang lain. Sedangkan bila angka elastisitas dihitung dengan menggunakan rumus elastisitas busur maka di antara dua titik akan menghasilkan sebuah angka elastisitas, dimana angka itu mewakili semua titik-titik yang berbeda di antara dua buah titik (misalnya titik A dan B) yang terletak pada satu garis. Untuk lebih jelas mengenai perbedaan hasil yang diperoleh dari penerapan kedua rumus di atas, berikut ini diberikan contoh perhitungannya dengan menggunakan data pada Gambar 48.
(∆ X/ X) η = ___________ (∆ Y/Y)
(∆ X/∆Y) η = ___________ Y/X Contoh:
Titik A (X A ;Y A ) = (2;6)
∆ X=X A -X B
∆ X=2 - 7 = - 5
Titik B (X B ;Y B ) = (7;8)
∆ Y=Y A -Y B ∆ Y=16 – 8 ∆ Y=8
(2) Elastisitas di titik A dan titik B:
(∆ X/ ∆ Y) η A _________________ =
(Y/X) (- 5/ 2)
(Y/X) (- 5/ 8)
η B _________________ =
η B = - 0,17
(3) Elastisitas Busur (arc)
Dalam praktek sering digunakan cara kedua untuk menghitung koefisien elastisitas, yaitu elastisitas antara dua titik atau disebut elastisitas busur (arc elasticity). Sebagai contoh di antara titik A dan titik B pada Gambar 48. Kedua titik tersebut berda pada satu garis lengkung. Koefisien elastisitas busur yang dihitung merupakan sebuah angka rata-rata dari titik A dan titik B. Disini rumus yang digunakan mengambil nilai rata-rata dari dua perubahan titik tersebut, seperti berikut:
∆X(Y A +Y B ) /2
∆Y(X A +X B ) /2
∆X(Y A +Y B )
∆Y(X A +X B )
Contoh: Titik A (X A ;Y A ) = (2;6) Titik B (X B ;Y B ) = (7;8)
∆X(Y A +Y B )
∆Y(X A +X B )
η = - 1,66
Koefisien elastisitas busur menunjukkan nilai rata-rata dari dua titik dan ini berarti koefisin elastisitas dari semua titik yang berada di antara titik A dan Tititk B akan sama besar, tanpa memperhatikan apakah variabel Y dan variabel X, ini naik atau dapat saja turun di sepanjang jarak antara kedua titik itu.
7.2. Elastisitas Permintaan Suatu Barang
7.2.1. Pengertian Elastisitas Permintaan Suatu Barang
Elastisitas permintaan terhadap harga (price elasticity of demand) atau biasa disebut dengan elastisitas permintaan, adalah sebuah koefisien yang mengukur kepekaan persentase perubahan jumlah barang yang diminta terhadap persentase perubahan harga barang.
Rumus koefisien elastisitas permintaan sebagai berikut: Persentase perubahan jumlah barang yang diminta
η = ________________________________________________________________ Persentase perubahan harga barang Dengan menggunakan notasi matematika maka rumus di atas dinyatakan sebagai
berikut:
1) Elastisitas titik:
(∆ X / X )
η d = (-) ________________ (∆ Y / Y)
(δ X/ X) η d = (-) ________________
: (δ Y/Y)
∆X Y η d = (-) __________ ______
∆Y X
Atau: δX Y
δY X
2) Elastisitas busur:
∆ X (Y A +Y B )
η d(A-B) = (-) _________ _____________
η d(A-B) = (-) _________ _____________
δ Y (X A +X B )
Contoh Analisis Koefisien Elastisitas Permintaan Suatu Barang: Data koordinat titik:
A (Q 2 ;P 6 ) = (2;6) B (Q 4 ;P 5 ) = (4;5)
∆ Q=Q 2 - Q 4
∆ Q=2 – 4 = - 2 ∆ P=P 6 - P 5 ∆ P=6 – 5 = 1
1) Koefisien Elastisitas Titik
∆Q P η d = (-) _______ ______ ∆P Q
2) Koefisien Elastisitas Busur
δ XQ (P 6 +P 5 )
η d(A-B) = _______ ___________
η d(A-B) = _______ ___________
η d(A-B) = - 3,66 Demikian pula untuk kombinasi titik yang lain (Q;P), koefisien elastisitas
permintaannya dapat dihitung dengan cara yang sama seperti tersebut di atas. Data harga barang dan jumlah barang yang diminta serta koefisien elastisitas permintaannya hasil perhitungannya disajikan pada Tabel 13 dan Gambar 49. Koefisien elastisitas permintaan yang tercantum pada Tabel 13 dan Gambar 49. memperlihatkan hasil yang berbeda-beda di setiap titik, dan bila koefisien elastisitas permintaan dikelompokkan dalam nilai absolut, maka dapat ditentukan sifat dari permintaan suatu barang.
Sifat-sifat suatu barang menurut koefisien elastisitasnya dapat dibedakan menjadi beberapa katagori sesuai dengan nilai absolutnya. Adapun pembagian dari katagori koefisien elastisitasnya sebagai berikut: Katagori: ( Inelastis
Pada tingkat harga tinggi (yakni di atas Rp 4/unit) sifat dari permintaan barang inelastis. Karena
nilai absolut: η d < 1. ( Uniter Elasti
Pada tingkat harga antara (Rp 4 – Rp 6)/unit sifat permintaan barangnya uniter elastis, karena nilai
absolutnya: η d = 1. ( Elastis
Pada tingkat harga yang rendah (di bawah Rp 3 /unit) sifat permintaan barangnya adalah elastis, karena n ilai absolutnya η d >1.
Tabel 13. Data Permintaan Dan Koefisien Elastisitas Permintaan Barang
Jumlah Harga Barang
Elastisitas Sifat Barang
Elastisitas
Sifat
Busur Barang (unit/bln)
(Rp/unit)
Menurut A Marshall, berikut dapat dibuktikan bahwa sebuah koefisien elastisitas pada setiap titik tertentu di sepanjang kurva permintaan, dapat diukur dengan cara sebagai berikut:
Gambar 49.
Kurva Permintaan Dan Sifat Permintaan
Keterangan:
Harga (Rp/unit)
Elastis Diatas tingkat harga Rp 4 sifat Permintaan barang elastis.
Antara tingkat harga Rp 3 – Rp 4 sifat barang
4 Uniter Elastis
uniter elastis.
3 Di bawah tingkat harga Rp 4 sifat permintaan
Inelastis
barang Elastis.
Jumlah Barang (Unit/bln)
Pengukuran Pertama:
Gambar 50.
Perhitungan Koefisien Elastisitas Permintaan Harga (Rp/unit)
Keterangan:
Rumus:
∆Q ∆P
η d = ∆P _____ : _______
∆Q ∆Q P η d = _____ _______ ∆P Q
Pengukuran Ke dua: 0 Jumlah Barang (Unit/bln)
Gambar 51.
Perhitungan Koefisien Elastisitas Permintaan
Harga (Rp/unit)
Keterangan:
Rumus:
η d = BD / BA
Bukti:
η d = (EF / EO):
∆P
(GH/GO) Dimana:
(GH/GO) = BC/BD H C d
(EF / EO) = BC/BA ∆Q D Jadi:
0 Jumlah Barang (Unit/bln)
η d = (BC/BA) : (BC/BD)
η = (BD/BA
Contoh hasil perhitungan menggunakan rumus di atas dapat dilihat pada Tabel 13 dan juga adat pada Gambar 51, yang mengelompokkan sifat barang dengan kriteria barang yang bersifat:
o elastis. o uniter elastis. o inelasitis. o elastis sempurna. o inelastis sempurna
7.2.2. Koefisien Elastisitas Permintaan Dan Kurva Permintaan Barang
1) Sifat Permintaan Barang: Inelastis:
[ η d ] < 1.
Permintaan Inelastis: artinya, jika perubahan harga 9% maka perubahan jumlah barang yang diminta lebih kecil dari 9%
Gambar 52. Kurva Permintaan Berisifat Inelastis
Harga (Rp/unit)
Keterangan:
Permintaan Inelastis: Artinya jika perubahan harga 9% maka perubahan
∆P =9%
jumlah barang yang diminta lebih kecil dari 9%
∆Q <9% Jumlah Barang (unit/bln)
2) Sifat Permintaan Barang: Elastis:
[η d ] > 1.
Permintaan inelastis: artinya, jika perubahan harga 9% maka perubahan jumlah barang yang diminta lebih kecil dari 9%
Gambar 53. Kurva Permintaan Berisifat Elastis
Harga (Rp/unit)
Keterangan:
Permintaan Elastis: Artinya, jika perubahan harga 9% maka
∆P =9% perubahan jumlah barang yang diminta lebih
besar dari 9% d
∆Q >9% Jumlah Barang (unit/bln)
3) Sifat Permintaan Barang: Uniter Elastis:
[η d ] = 1.
Permintaan uniter elastis: artinya, jika perubahan harga 9% maka perubahan jumlah barang yang diminta sama juga 9%
Gambar 54. Kurva Permintaan Bersifat Uniter Elastis
Harga (Rp/unit)
Keterangan:
Permintaan uniter elastis: Artinya, jika perubahan harga 9% maka peru-
∆P =9%
bahan jumlah barang yang diminta sama juga 9%
∆Q = 9% Jumlah Barang (unit/bln)
4) Sifat Permintaan Barang: Inelastis Sempurna: [η d ] = 0.
Permintaan inelastis sempurna: artinya, berapapun harga berubah, maka perubahan jumlah barang yang diminta perubahannya 0% (tidak berubah)
Gambar 55. Kurva Permintaan Berisifat Inelastis Sempurna
Harga (Rp/unit)
Keterangan: Permintaan inelastis sempurna: Artinya, berapapun harga berubah, maka perubahan jumlah barang yang diminta perubahannya 0% (tidak
∆P = ~
berubah)
0 ∆Q = 0% Jumlah Barang (unit/bln)
5) Sifat Permintaan Barang: Elastis Sempurna: [η d ] = ~.
Gambar 56. Kurva Permintaan Berisifat Elastis Sempurna
Harga (Rp/unit)
Keterangan:
Permintaan elastis sempurna: Artinya, berapapun perubahan jumlah barang
∆P =0% yang diminta, perubahan harga 0% (tidak ada
perubahan). d
∆Q ~ Jumlah Barang (unit/bln)
7.2.3. Manfaat Koefisien Elastisitas Permintaan Barang
Beberapa manfaat dari koefisien elastisitas permintaan suatu barang, antara lain: й Dapat digunakan untuk melihat pola perilaku dari pelaku ekonomi dalam merespon suatu
perubahan ekonomi, sebagai akibat dari pengaruh dari perubahan variabel ekonomi. й Dapat menerangkan perbedaan perilaku ekonomi dari berbagai golongan pendapatan konsumen atau masyarakat dalam permintaan suatu barang, misalnya; untuk pembelian kebutuhan pokok, atau kebutuhan bukan pokok.
7.2.4. Faktor-Faktor Penentu Elastisitas Permintaan Barang
Banyak faktor yang sesungguhnya menentukan koefisien elastisitas permintaan suatu barang,baik yang bersifat ekonomi maupun non ekonomi bahkan faktor psikologi konsumen. Di antara banyak faktor tersebut, yang dikemukakan disini dikemukakan faktor yang dianggap paling penting saja yakni:
Kebutuhan
Setiap konsumen suatu barang mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda satu sama lain dalam setiap waktu, baik jenis maupun kualitas atau kuantitasnya. Dalam Setiap konsumen suatu barang mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda satu sama lain dalam setiap waktu, baik jenis maupun kualitas atau kuantitasnya. Dalam
Kemewahan
Permintaan suatu barang juga banyak ditentukan oleh keinginan konsumsi untuk tujuan kemewahan. Contohnya, konsumsi mobil baru, sepeda motor baru, rumah mewah, jasa dokter spesialis, rumah sakit bertaraf internasional, dan lain-lain. Kebutuhan barang semacam itu, sering ditentukan oleh faktor gengsi/kemewahan belaka. Tentu saja koefisien elastisitas permintaan akan kebutuhan barang semacam itu sangat berbeda dengan kebutuhan barang yang sederhana, seperti rumah sederhana, dokter umum, mobil sederhana/bekas dan lain-lain.
Keterbatasan Barang Pengganti
Barang-barang yang memiliki pengganti pemakaian yang cukup banyak akan berbeda koefisien elastisitas permintaannya dengan barang-barang yang tidak atau sedikit memiliki barang pengganti. Untuk barang yang banyak barang penggantinya, ada kecenderungan koefisien elastisitasnya lebih kecil daripada barang-barang dengan yang tidak atau sedikit. Dampak dari semakin banyaknya barang substitusi tersebut, menyebabkan koefisien elastisitas permintaan barangnya menjadi lebih elastis.
Luas Pasar Pasar nampaknya banyak berpengaruh terhadap koefisien elastisitas suatu barang. Barang yang memiliki pasar yang sempit berdampak pada sulitnya untuk mendapatkan barang pengganti, sehingga menyebabkan permintaan barang semacam itu akan cenderung inelastis dibandingkan dengan barang yang memiliki pasaran yang luas. Contoh, laptop pemasarannya terbatas di kota besar saja, akibatnya ada kecenderungan jenis barang tersebut memiliki koefisien permintaan yang bersifat elastis.
Rentang Waktu
Dalam jangka panjang setiap konsumen memiliki kesempatan untuk mengganti suatu barang yang dibutuhkannya, karena kesempatan mengganti cukup luas. Dan
dalam jangka panjang, permintaan suatu barang cenderung elastis. Dalam jangka panjang kebanyakan permintaan suatu barang cenderung elastisitas, karena barang yang tersedia cenderung lebih banyak dan kualitas dan macamnya pun semakin baik. Contoh produk elektronik; kulkas, TV, radio, telepon genggam, alroji, dan lain-lain.
7.2.5. Jenis Elastisitas Permintaan Suatu Barang
1) Elastisitas Permintaan Silang
Dalam kehidupan sehari-hari suatu barang konsumsi secara nyata tidak berdiri sendiri, tetapi mempunyai hubungan yang erat dengan barang yang lain dalam kapasitas memenuhi kebutuhan hidup manusia. Contoh komoditi beras dan jagung, kedua barang tersebut merupakan bahan makanan yang dapat dipertukarkan atau saling mengganti. Karena sifat yang dipertukarkan itu, maka harga masing-masing komoditi juga berhubungan erat satu sama lain. Dalam keadaan sedemikian itu, maka Dalam kehidupan sehari-hari suatu barang konsumsi secara nyata tidak berdiri sendiri, tetapi mempunyai hubungan yang erat dengan barang yang lain dalam kapasitas memenuhi kebutuhan hidup manusia. Contoh komoditi beras dan jagung, kedua barang tersebut merupakan bahan makanan yang dapat dipertukarkan atau saling mengganti. Karena sifat yang dipertukarkan itu, maka harga masing-masing komoditi juga berhubungan erat satu sama lain. Dalam keadaan sedemikian itu, maka
Apa yang dikemukakan di atas ini ada kaitannya dengan koefisien elastisitas silang atas permintaan suatu barang (cross elasticity of demand), yang dirumuskan sebagai berikut. Rumus:
Persentase Jumlah Barang Yang Diminta Terhadap Barang, X. η c = ______________________________________________________________
Perubahan Harga Barang, Y.
Dengan menggunakan notasi matematika ditulis sebagai berikut. Rumus:
∆Qx ∆Py η c = _____ : _______
Qx Py atau
∆Qx Py η c =
∆Py Qx Dimana: η c = koefisien elastisitas silang atas permintaan suatu barang. ∆Qx=perubahan jumlah barang X yang diminta.
∆Py=perubahan harga barang Y. Qx=jumlah barang X yang diminta. Py=tingkat harga barang Y.
Hasil perhitungan dari koefisien elastisitas permintaan silang ini, bisa positif dan bias juga negatif.
o Koefisien elastisitas permintaan silang yang positif, berarti bahwa barang X dan barang Y adalah merupakan barang pengganti atau barang substitusi.
o Koefisien elastisitas permintaan silang yang negatif, berarti bahwa barang X dan barang Y adalah merupakan barang saling melengkapi atau barang komplementer.
o Koefisien elastisitas silang yang semakin besar berarti bahwa kedua barang ,yakni barang X dan Y, satu sama lain memiliki keterkaitan yang erat.
Contoh: menurut hasil penelitian Peter Temer, angka elastisitas silang antara beras dan tepung gandum, tahun 1950-1969, adalah +1,2. Ini memberi pengertian bahwa kenaikan harga beras misalnya sekitar 1% ternyata akan diikuti oleh kenaikan jumlah permintaan gandum sebesar 1,2%. Jadi disimpulkan disini bahwa gandum merupakan barang pengganti dari beras dan sifat penggantiannya tergolong baik.
2) Elastisitas Pendapatan Elastisitas pendapatan atas permintaan suatu barang (income elasticity of demand) atau biasa disebut dengan elastisitas pendapatan saja (income elasticity), didefinisikan
sebagai berikut. Persentase Perubahan Jumlah Barang , X, Yang Diminta
Persentase Perubahan Pendapatan (I)
Dengan menggunakan notasi matematika ditulis sebagai berikut. Rumus:
Qx I Atau: ∆Qx I η I =
_____ _______ ∆ I Qx
Dimana: ∆Qx = perubahan jumlah barang X yang diminta. ∆I= perubahan pendapatan konsumen.
Qx= jumlah barang X yang diminta. I=tingkat pendapatan konsumen.
Hasil perhitungan koefisien elastisitas pendapatan adalah selalu positif, yang artinya bahwa semakin meningkat pendapatan konsumen suatu barang maka permintaan terhadap barang tersebut juga ikut meningkat. Untuk barang-barang yang bersifat elastis, maka koefisien elastisitas pendapatannya lebih besar dari satu. Sedangkan, untuk baranng-barang yang tidak elastis memiliki angka elastisitas pendapatan yang lebih kecil dari satu.
Konsep elastisitas pendapatan ternyata penting dalam ilmu ekonomi, karena mampu menerangkan perbedaan perilaku ekonomi dari berbagai golongan pendapatan masyarakat dalam pembelian suatu barang. Contoh, permintaan komoditi beras di Indonesia. Pada umumnya pendapatan makin tinggi angka elastisitas pendapatannya semakin rendah. Soal lain yang juga menarik dari koefisien elastisitas pendapatan adalah perbedaan yang nyata sekali dalam koefisiennya terhadap berbagai jenis barang dan bahkan kelompok kebutuhannya. Barang-barang yang tergolong kebutuhan pokok, memiliki koefisien elastisitas pendapatan yang lebih kecil dibandingkan dengan koefisien elastisitas pendapatan dari kebutuhan sekunder, seperti jasa dokter, paramedis, hiburan dan rekreasi, advokat, jasa pendidikan, dan lain-lain. Demikian juga jika dilakukan perhitungan antara kelompok petani dengan kelompok pengusaha besar, masyarakat kota dan pedesaan, ternyata juga memberikan hasil yang sangat berbeda- beda satu sama lain. Faktor penyebabnya adalah karena keinginan konsumsi barang antara masing-masing kelompok adalah berbeda. Misalnya, masyarakat di kota lebih mudah mendapatkan berbegai jenis barang dibandingkan dengan masyarakat di pedesaan.
3) Elastisitas Kuantitas (Fleksibibelitas Harga)
Elastisitas permintaan atau elastisitas harga atas permintaan suatu barang, dinyatakan sebagai faktor penyebab terjadinya perubahan jumlah barang yang diminta adalah perubahan harga barang bersangkutan. Fungsi permintaan barang dinyatakan dengan:
Q=f (P)
Dimana: Q=jumlah barang yang diminta. P=tingkat harga barang.
Kadang-kadang fungsi permintaan ditulis sebaliknya, yaitu P=f(Q). Disini harga barang yang dipengaruhi oleh jumlah barang yang diminta konsumen. Oleh karena itu, koefisien elastisitas permintaan barangnya, ditulis sebagai kebalikan dari koefisien elastisitas permintaan yang telah dikemukakan sebelumnya dan sekarang disebut elastisitas kuantitas. Hal ini selengkapnya dijelaskan sebagai berikut.
Elastisitas kuantitas ini melihat kepekaan dari perubahan jumlah barang yang diminta terhadap kepekaan dari perubahan harga. Dalam menghitung koefisien elastisitas kuantitas ini, maka yang dianggap sebagai faktor penyebab terjadinya perubahan adalah jumlah barang yang diminta (independent variable) dan harga barang menjadi akibat (dependent variable) dari terjadinya perubahan jumlah barang. Dan, koefisien elastisitas pendapatan ini dirumuskan sebagai berikut:
Persentase Perubahan Harga Barang, X, η k = __________________________________________________________ Persentase Perubahan Jumlah Barang, X,
Yang Diminta
Dengan menggunakan notasi matematika ditulis sebagai berikut. Rumus:
∆Px Qx η c = _____ : _______
∆Qx Px atau:
∆Px Qx η d =
Px Qx Dimana: ∆Qx=perubahan jumlah barang X yang diminta. ∆Px=perubahan harga barang X.
Qx=jumlah barang X yang diminta. Px=tingkat harga barang X.
Kegunaan koefisien elastisitas kuantitas ini adalah untuk melihat pengaruh perubahan jumlah suatu barang yang diminta di tingkat pasar, terhadap tingkat harga barang bersangkutan. Contoh sebagai ilustrasi, katakanlah pemerintah Indonesia bermaksud mengurangi/menekan tingkat permintaan atas gula pasir di dalam negeri supaya ada kelenihan untuk tujuan ekspor, agar maksud ini tercapai maka pemerintah dapat melakukannya dengan menetapkan harga gula yang relatif tinnggi. Penetapan harga yang tinggi ini, oleh pemerintah bisa dicapai dengan menetapkan cukai yang tinggi misalnya sekitar 10% dan pajak 10%, sehingga harga gula di dalam negeri menjadi tinggi.
Elastisitas kuantitas merupakan kebalikan dari elastisitas harga atau elastisitas permintaan suatu barang. Sebagai contoh disajikan sebagai berikut: (a) Elastisitas kuantitas : 0
(b) Elastisitas harga
7.3. Elastisitas Penawaran
Untuk mengukur kepekaan perubahan jumlah barang yang ditawarkan akibat perubahan harga barang, digunakan elastisitas harga atas penawaran suatu barang atau biasa disebut dengan elastisitas penawaran saja. Atau dinyatakan sebagai berikut:
Persentase Perubahan Jumlah Barang, X, Yang Ditawarkan η s = _________________________________________________________________________ Persentase Perubahan Harga Barang, X. Ada dua cara menghitung koefisien elastisitas penawaran suatu barang, yaitu:
1) Elastisitas titik:
Rumus:
∆Qx ∆Px η s = _____ : _______
Qx Px
Atau: ∆Qx Px
∆Px Qx
Dimana: ηs = koefisien elastisitas titik dari penawaran suatu barang.
∆Qx= perubahan jumlah barang X yang ditawarkan. ∆Px = perubahan harga barang X. Qx= jumlah barang X yang ditawarkan. Px= tingkat harga barang X.
2) Elastisitas busur:
Rumus:
∆Qx ∆Px η s (A-B) = _____________ : ____________
η s(A-B) = ______ _____________
∆Px (Qx A + Qx B )
Dimana: η s(A-B) = koefisien elastisitas busur.
∆Qx=perubahan jumlah barang X yang ditawarkan. ∆Px=perubahan harga barang X.
Qx A =jumlah barang X yang ditawarkan di titik A. Qx B =jumlah barang X yang ditawarkan di titik B.
Px A =tingkat harga barang X di titik A. Px B =tingkat harga barang X di titik B.
Analisis Elastisitas Penawaran Suatu Barang
Daftar penawaran suatu barang dari seorang produsen dengan kurva penawarannya dinyatakan, sebagai berikut: Jumlah Barang (unit/bln)
20 18 15 10 6 3 Harga (Rp/unit)
Dengan menggunakan data tersebut selanjutnya dapat ditentukan kurva penawaran baeang X, dan juga dapat dihitung koefisien elastisitas penawaran barang X, di titik A, di titik B dan di antara titik A dan B, sebagai berikut:
Gambar 57.
Perhitungan Koefisien Elastisitas Penawaran
1) Harga (Rp/unit)
18 B
Keterangan:
Di titik A: Q=10; P=6 Di titik B : Q=20; P=18
∆ Q=20 – 10=10 ∆ P=18 – 6=12
0 10 20 Jumlah Barang (Unit/bln)
1) Elastisitas penawaran di titik A:
Ini artinya, jika tingkat harga penjualan barang diperkirana berubah 1%, maka diperkirakan terjadi perubahan jumlah barang yang ditawarkan sebesar ½%.
2) Elastisitas penawaran di titik B:
∆Qx Px
_____ 4 Ini artinya, jika tingkat harga penjualan barang diperkirana berubah 1%, maka diperkirakan terjadi perubahan jumlah barang yang ditawarkan sebesar 3/4%.
3) Elastisitas busur:
∆Qx (P A +P B ) η s (A-B) = ______ _____________
∆Px (Q A +Q B )
η s (A-B) = ______ _____________
η s (A-B) =
240 η s (A-B) = ______ 360
2 η s (A-B) = _____ 3 Ini artinya, jika tingkat harga penjualan barang diperkirana berubah 1%, maka
diperkirakan terjadi perubahan jumlah barang yang ditawarkan sebesar 2/3%. Dengan memperhatikan hasil analisis koefisien elastisitas penawaran barang X di masing-masing di titik A, B dan antara A-B, maka diperoleh informasi, bahwa ada perbedaan hasil analisis koefisien elastistas penawarannya. Ini berarti untuk keperluan analisis yang lebih tepat untuk dipakai sebagai alat perkiraan, adalah sebaiknya menggunakan koefisien elastisitas pada setiap titik. Dengan menggunakan hasil di setiap titik akan dapat diketahui perkembangan perubahannya di setiap tingkatan harga barang.
7.3.1. Elastisitas Penawaran Dan Kurva Penawaran Barang
Pengelompokkan sifat-sifat penawaran barang, yakni:
1) Kurva Penawaran Elastis (η s > 1)
Gambar 58. Kurva Penawaran Bersifat Elastis
Harga (Rp/unit) Keterangan:
Penawaran elastis: Artinya, jika perubahan harga 9% maka
barang yang
ditawarkan melebihi 9%.
∆Q > 9% Jumlah Barang (unit/bln)
2) Kurva Penawaran Yang Uniter Elastis ( η s = 1)
Gambar 59.
Kurva Penawaran Bersifat Uniter Elastis
Harga (Rp/unit) S Keterangan:
Penawaran uniter elastis: ∆P =9%
Artinya, jika perubahan harga 9% maka perubahan jumlah barang yang ditawarkan juga 9%.
0 ∆Q = 9% Jumlah Barang (unit/bln)
3) Kurva Penawaran Yang Inelastis ( η s < 1)
Gambar 60. Kurva Penawaran Bersifat Inelastis
Harga (Rp/unit) Keterangan:
Penawaran Inelastis: Artinya, jika perubahan harga 9% maka
∆P =9% perubahan jumlah barang yang ditawarkan
akan kurang dari 9%
0 ∆Q < 9% Jumlah Barang (unit/bln)
4) Kurva Penawaran Yang Elastis Sempurn a(η s= ~)
Gambar 61. Kurva Penawaran Bersifat Elastis Sempurna
Harga (Rp/unit)
Keterangan:
Penawaran elastis: s Artinya, jika perubahan harga 0% atau
∆P =0% tidak terjadi perubahan harga, maka
perubahan jumlah
barang yang
ditawarkan tak tentu.
∆Q = ~ Jumlah Barang (unit/bln)
5) Kurva Penawaran Yang Inelastis Sempurna( η s > 1)
Gambar 62. Kurva Penawaran Bersifat Inelastis Sempurna
Harga (Rp/unit)
Keterangan:
Penawaran inelastis sempurna: Artinya, jika perubahan harga tak tentu, maka tidak terjadi perubahan jumlah barang
∆P =~ yang ditawarkan atau perubahannya 0%
∆Q = 0 % Jumlah Barang (unit/bln)
7.3.2 Elastisitas Silang
Sifat barang ada yang dapat disubstitusi atau ada yang saling melengkapi. Dengan demikian maka harga barang yang satu dapat dipengaruhi oleh jumlah barang yang lain atau sebaliknya jumlah barang yang ditawarkan dapat dipengaruhi oleh harga barang yang lain. Untuk mengukur kepekaan perubahan harga suatu barang terhadap jumlah barang lain (substitusi atau komplementer) yang ditawarkan, maka digunakan koefisien elastisitas silang atas penawaran suatu barang. Dan rumus untuk menghitung koefisien elastisitas penawaran silang ini, dinyatakan sebagai berikut:
Persentase Perubahan Jumlah Barang, X, Yang Ditawarkan
η s = ___________________________________________________________________________ Persentase Perubahan Harga Barang, Y
Dengan menggunakan notasi matematika dirumuskan sebagai berikut:
Rumus: ∆Qx ∆Py
ηc s = _____ : _______ Qx Py
atau ∆Qx Py
Dimana: ηc s =koefisien elastisitas penawaran silang suatu barang. ∆Qx=perubahan jumlah barang X yang ditawarkan.
∆Py=perubahan harga barang Y. Qx=jumlah barang X yang ditawarkan.
Py=tingkat harga barang XY
Apabila hasil perhitungan koefisien elastisitas penawaran silang adalah positif maka barang X dan barag Y menunjukkan barang yang dihasilkan bersama. Contoh barangnya, seperti beras giling dengan bekatul, dedak. Sedangkan bila koefisien elastisitas penawaran silangnya adalah negatif, maka barangnya menunjukkan barang kompetitif (competitive product). Sebagai contoh adalah barang padi dengan tembakau. Dan besar kecilnya koefisien elastisitas penawaran silang, menunjukkan keeratan kedua barang tersebut.
7.3.3. Faktor-Faktor Penentu Elastisitas Penawaran Barang
Faktor harga barang dalam penawaran amat penting diperhatikan, karena dalam jangka pendek dan jangka panjang, perilaku produsen dalam menawarkan barang adalah berbeda, karena terjadinya perubahan-perubahan harga barang tersebut. Disamping itu, faktor-faktor seperti jangka waktu, pendapatan, jenis sektor usaha, alam, teknis, sosial, kebiasaan, dan lain-lain, juga ikut berpengaruh dalam penawaran barang.
Jangka Waktu
Elastisitas penawaran suatu barang dalam jangka waktu pendek adalah berbeda dengan jangka waktu panjang. Dalam jangka pendek biasanya koefisien elastisitas penawaran suatu barang cenderung lebih inelastis dibandingkan dengan jangka panjang yang cenderung elastis. Misalnya, hasil-hasil pertanian yang bersifat musiman, yaitu bulanan, tahunan, sehingga suatu kenaikan harga di pasar tidak dapat segera diikuti oleh kenaikan penawaran produksi, kalau memang panen belum tiba. Ini cenderung menyebabkan sifat penawaran barang itu adalah elastis dalam jangka pendek.
Efek Substitusi
Efek substitusi maksudnya suatu penurunan harga suatu barang, dapat menyebabkan produsen cenderung untuk menggantikan penawarannya dengan barang yang lain yang diperkirakan memberikan keuntungan yang lebih besar atau sebaliknya. Ini sering terjadi pada hasil pertanian, seperti produksi padi dengan tebu, tembakau, dan lain-lain. Misalnya harga tembakau anjlok tajam, maka petani tembakau cenderung menggantikan tanaman tembakaunya dengan tanaman lain yang Efek substitusi maksudnya suatu penurunan harga suatu barang, dapat menyebabkan produsen cenderung untuk menggantikan penawarannya dengan barang yang lain yang diperkirakan memberikan keuntungan yang lebih besar atau sebaliknya. Ini sering terjadi pada hasil pertanian, seperti produksi padi dengan tebu, tembakau, dan lain-lain. Misalnya harga tembakau anjlok tajam, maka petani tembakau cenderung menggantikan tanaman tembakaunya dengan tanaman lain yang
Efek Pendapatan
Efek pendapatan ada yang positif tapi ada juga yang negatif. Misalnya suatu kenaikan harga barang yang ditawarkan mampu meningkatkan pendapatan produsen, maka produsen cenderung untuk lebih meningatkan produk yang ditawarkan tersebut. Contoh petani padi. Jika petani merasa pendapatannya meningkat maka mereka cenderung meningkatkan usaha padinya dengan berbagai cara seperti; pemupukan lebih intensif, pengobatan lebih teratur, dan lain-lain. Sebagai dampaknya produksi yang dihasilkan akan meningkat, dan penawaran produksi pun ikut naik. Dengan demikian maka dikatakan efek pendapatan ikut menentukan elastisitas penawaran suatu barang.
Sektor Usaha
Kegiatan usaha di masyarakat beragam, biasa dibedakan menjadi sector industri, sektor pertanian, dan lain-lainnya. Nampaknya, produk sektor industri berbeda jauh dengan produk pertanian. Produk industri mudah disimpan, mobilitas pemindahannya tinggi dan mudah didistribusikan dan sebagainya. Sebaliknya, produksi pertanian pada umumnya tidak tahan lama, mudah rusak, memakan waktu untuk bias menjadi produk akhir, dan sebagainya. Perbedaan-perbedaan semacam itu pada akhirnya menentukan jumlah produksi yang ditawarkan di masyarakat. Dan, kondisi semacam itu juga cenderung menyebab kan elastisitas penawaran produk masing-masing sector usaha akan berbeda satu dengan yang lain. Dan jika dibandingkan, sering dikatakan produk hasil pertanian elastisitas penawarannya lebih rendah dibandingkan dengan elastisitas penawaran hasil industri.
7.4. Aplikasi Elastisitas – Pendapatan Dari Pajak 1). Elastisitas Permintaan – Penawaran Dan Pendapatan Dari Pajak
Pengenaan pajak atas barang akhir oleh pemerintah pada dasarnya bertujuan untuk menambah pendapatan pemerintah. Pajak tersebut bersumber dari pembelian barang oleh konsumen dan atau penjualan barang oleh produsen. Namun pengenaan tariff pajak atau suatu barang tidak selalu akan meningkatkan pendapatan pemerintah, karena sangat tergantung pada besar kecilnya tarif per unit barang tersebut. Jika tarif
pajak per unit barang itu masih tergolong rendah, misalnya t 1 =2 Rp/unit barang, maka kemungkinan pemerintah untuk mendapatkan tambahan pendapatan dari pajak akan semakin besar, yaitu dengan total pajak sebesar T 1 . Tapi jika tarif pajak per unit barang ini semakin membesar, misalnya t 2 =5 Rp unit barang, maka kemungkinan pemerintah untuk memperoleh pendapatan pajak itu akan semakin meningkat yaitu T 2 . Jika tarif pajak terlalu tinggi per unit barang , misalnya t 3 =25 Rp unit barang, maka pendapatan dari pajak yang diperoleh pemerintah kemungkinannya akan menurun yaitu sebesar T 3 Analisis perhitungan pendapatan dari pajak, dapat dilihat pada Gambar 63.
Dengan memperhatikan Gambar 64 maka diketahui bahwa “semakin curam kurva permintaan barang sedangkan kurva penawaran barangnya agak mendatar akan memberikan peneri maan pajak atas barang per unit yang lebih besar daripada penerimaan pajak tersebut dengan kondisi kurva permintaan barang yang agak datar sedangkan kurva penawarannya yang agak curam”.
Gambar 63. Total Pendapatan Dari Pajak
Harga (Rp/unit)
Jumlah Barang (unit/bln)
Gambar 64. Total Pendapatan Dari Pajak
Harga (Rp/unit) Harga (Rp/unit)
0 Qt 1 1 0 Qt
Jumlah Barang (unit/bln) Jumlah Barang (unit/bln)
Kurva permintaan barang inelastis kurva penawaran barang elastis
Kurva permintaan barang elastis dan kurva penawaran barang inelastis
Keterangan: Penerimaan Pajak =T T1 dari t=2 Rp/unit T2 dari t=5 Rp/unit T3 dari t=25 Rp/unit
Ini berarti bahwa elastis dan atau tidak elastisnya kurva permintaan barang dan kurva penawaran barang sangat menentukan penerimaan dari pajak bagi pemerintah. Oleh sebab itu dalam pengenaan pajak dan dalam rangka penggalian pendapatan dari pajak, sangat perlu sekali mengetahui sifat elastis dan tidak elastisnya permintaan dan penawaran suatu barang.
7.5. Soal Latihan
1. Permintaan dan penawaran emas murni per gram sebagai berikut:
Permintaan
Penawaran
Harga Rp/grm
Jumlah (grm/bln)
Harga Rp/grm
Jumlah grm/bln
a. Berapa harga, jumlah penjualan emas dalam keseimba ngan pasar?
b. Setiap pembelian per gram emas murni dikenakan pajak Rp. 1.000 oleh pemerintah, berapa harga pasar yang baru dari emas tersebut?
c. Berapa harga pasar yang baru yang nyata dibayar pembeli?
d. Berapa jumlah keseimbangan pasar yang baru?
e. Setiap penjualan per gram emas murni dikenakan pajak Rp. 1.000 oleh pemerintah, berapa harga pasar yang baru dari emas tersebut?
f. Berapa harga pasar yang baru yang nyata di bayar penjualan?
g. Berapa jumlah keseimbangan pasar yang baru?
h. Pada kondisi keseimbangan pasar yang lama bagaimana sifat permintaan dan penawaran emas murni ini, apakah elastis, inelastis, atau selain dari dua sifat barang tersebut.
i. Pada kondisi keseimbangan pasar yang baru bagaimana sifat permintaan dan penawaran emas murni ini, apakah elastis, inelastis, atau selain dari dua sifat barang tersebut.
2. Evaluasilah pernyataan-pernyataan berikut, dan sebutkan apakah Saudara setuju atau tidak setuju dengannya, dan kemudian kemukakan alasan-alasan Saudara.
a. Jika pemerintah mengenakan pajak tanah maka para pemilik tanah yang sangat luas (tuan tanah yang kaya raya) akan mengalihkan bebannya kepada para penyewa tanah yang miskin.
b. Jika pemerintah mengenakan pajak apartemen, maka pemilik apartemen yang sudah kaya itu akan mengalihkan ke pundak para penyewa apartemen yang miskin.
3. Umpamakan saja orang-orang bepergian untuk keperluan bisnis dan untuk pariwisata memiliki tiket dari Jakarta ke Denpasar sebagai berikut: Harga tiket ($)
Jumlah permintaan
Jumlah permintaan
a. Jika harga tiket mengalami kenaikan dari $ 150 menjadi $300, bagaimana elastisitas permintaan terhadap harga dari:
1) para pengusaha.
2) para wisatawan Mengapa elastisitas permintaan terhadap harga dari para wisatawan itu berbeda dengan elastisitas permintaan terhadap harga dari para pengusaha?
b. Jika ditentukan bahwa harga pasar tiket tersebut adalah $ 125, berapa surplus yang diperoleh oleh para pengusaha dan para wisatawan? Dan seberapa besar perbedaan surplus dari kedua kelompok konsumen tersebut?
c. Bila setiap tiket tersebut dikenakan pajak sebesar $ 15 dan pada saat itu harga pasar tiket adalah $ 125 per tiket. Berapakah konsumen pengusaha mengalami kenaikan harga tiket? Berapa konsumen wisatawan mengalami kenaikan harga tiket?
d. Berapa surplus para pengusaha mengalami penurunan? Berapa surplus para wisatawan mengalami penurunan? Di antara kedua kelompok konsumen itu siapa yang lebih besar mengalami penurunan surplus konsumen? Berapa pemerintah memperoleh pajak total dari kebijaksanaannya?
4. Coba simak kebijakan-kebijakan anti rokok berikut:
a. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa elastisitas permintaan rokok terhadap harganya adalah sekitar 0,6. Jika sebungkus rokok saat ini berharga Rp 5.000/bks, dan pemerintah ingin menurunkan konsumsi rokok hingga 10%. Berapa pajak yang harus dikenakan untuk memperbesar harga rokok?
b. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa elastisitas permintaan rokok terhadap harga dari para remaja lebih tinggi. Mengapa bisa demikian?
c. Apakah tujuan pemerintah akhir-akhir ini melarang konsumen merokok di tempat-tempat umum. Jelaskan dengan dibantu menggunakan kurva permintaan dan penawaran.
8 .1. Teori Perilaku Konsumen
Barang-barang dan jasa merupakan seperangkat kebutuhan yang berguna untuk menjaga dan mempertahankan kelangsungan kehidupan manusia dari waktu ke waktu. Hal itu terjadi karena barang-barang dan jasa memberikan sesuatu yang sangat berharga, bagi pemakai atau disebut konsumen, yaitu berupa manfaat, kepuas an atau guna. Guna (utility) adalah “kepuasan“ yang diperoleh seseorang dalam mengkonsumsi suatu barang barang dalam waktu tertentu. Jika manfaat suatu barang meningkat maka berarti utilitas yang diperoleh dari mengkonsumsi barang tersebut menjadi lebih besar. Contoh, konsumsi barang kebutuhan pokok. Seseorang setelah mengkonsumsi barang-barang tersebut, dapat melihat dan merasakan sendiri manfaat serta utilitas yang diperolehnya, bahkan manfaat serta utilitas itu dirasakan selalu berubah dari waktu ke waktu. Fakta ini membuktikan orang-orang dapat hidup, tumbuh sehat serta berkembang sejalan dengan waktu, berkat mengkonsumsi berbagai jenis barang yang berguna.
Tindakan orang dalam mengkonsumsi barang ternyata banyak dipelajari oleh ahli ekonomi dan membicarakannya dalam suatu konsep teori ekonomi yang disebut dengan teori perilaku konsumen. Sejak teori itu mulai dicetuskan hingga sekarang, terlihat teori perilaku konsumen terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu yakni:
1. Beberapa dari para ahli ekonomi Eropa tahun 1870-an yang dikelompokkan dalam Mashab Austria, mengemukakan teori tentang perilaku konsumen dan teori itu
dikenal sebagai “teori nilai subjektif”. Tokoh-tokoh yang tekenal terkait dengan teori itu, adalah Karl Menger (Austria) Leon Walras (Prancis) dan W St Jevons (Inggris). Mereka itu mengembangkan teori nilai subjektif atas dasar pertimbangan berbagai faktor, seperti faktor-faktor psikologis, utilitas dan juga atas dasar pertimbangan tentang kesukaan dan kesulitan. Beberapa pelopor Mashab Austria beranggapan bahwa, nilai adalah hubungan antara manusia dan benda yang bersangkutan, dimana nilai suatu benda harus diterangkan berdasarkan fakta bahwa suatu benda mempunyai kapasitas untuk memenuhi suatu kebutuhan, dengan kata lain benda memiliki nilai sebab benda itu memberikan guna bagi subjek penilai.
2. Kemudian, teori nilai subjektif berkembang dengan nama “teori nilai modern”. Sebagai pencetus teori itu adalah Herman Heinrich Gossen, orang yang sangat terkenal karena hukum utilitas yang dikemukakannya. Dalam konsep teori peri laku konsumen ini, Gossen pertama-tama memperkenalkan konsep guna suatu barang, dan menuangkannya dalam hukum utilitas. Menurut Gossen bahwa tambahan kepuasan seseorang konsumen diperoleh dari tambahan mengkonsumsi suatu barang, dan tambahan utilitas yang diperoleh konsumen akan semakin berkurang jika ia mengkonsumsi barang itu secara terus menerus.
3. Selanjutnya, pada abad ke-19, para ekonom seperti W Stanley Jevons, Leon Walras, dan Alfred Marshall, mengemukakan pemikirannya atas dasar anggapan berikut. Bahwa, utilitas itu dapat diukur seperti berat suatu barang. Mereka mencontohkan, beras dapat diukur dalam satuan kilogram, kwintal, ton, dan sebagainya. Dalam hal ini, konsumen dianggap dapat mengukur utilitas dengan suatu ukuran “cardinal”. Dengan kata lain, dianggap bahwa konsumen di dalam mengkonsumsi setiap barang atau kombinasi sejumlah barang dapat menunjukkan tingkat atau jumlah utilitas yang diperolehnya, dengan suatu ukuran kardinal atau angka- angka.
4. Dalam perkembangan lebih lanjut, anggapan-anggapan dari teori cardinal utility yang disebut di atas, masih dipandang sangat lemah serta terbatas. Dan keberatan prinsipiil terhadap ajaran nilai subjektif terletak pada masalah: ketidak-mungkinan untuk mengukur nilai atau guna dari suatu barang. Dikatakannya, bahwa seorang subjek ekonomi, hanya dapat merasakan dan kemudian membanding kan serta selanjutnya memaparkan dengan suatu pernyataan yang disebut preferensi.
Dengan demikian, dasar teori nilai subjektif yang sudah ada ini diperhalus asas pemikirannya, yang kemudian memunculkan asas pemikiran baru mengenai skala-skala preferensi. Para ahli ekonomi kali ini mulai menampilkan asas pemi kirannya dengan konsep teori yang diilustrasikan melalui sebuah kurva yang disebut dengan “kurva indifferensi” Teori preferensi ini diajukan oleh Pareto, kemudian
Hicks dan Allen sekitar tahun 1934. Pangkal tolak dari pemikiran para ekonom dalam wujud kurva indifferensi, didasarkan pada beberapa asumsi berikut.
1) Seseorang atau konsumen dianggap mempunyai sejumlah pendapatan untuk dibelanjakan, guna membeli sejumlah barang dan jasa.
2) Disamping itu, utilitas yang diperoleh konsumen dari mengkonsumsi barang-barang dan jasa, sesungguhnya tidak dapat diukur dengan angka-angka atau satuan berat lainnya, seperti ukuran dari beras, air, jalan dan lain-lainnya.
3) Utilitas dalam mengkonsumsi suatu barang dan jasa sebenarnya hanya dapat diarahkan
secara subjektif oleh orang yang mengkonsumsi barang dan jasa itu, dan hal ini dapat dinyatakan dengan suatu pernyataan dalam bentuk kata-kata bahwa ia merasa puas sekali, puas, tidak puas, dan sebagainya.
Karena kepuasan itu tidak dapat diukur maka kemudian para ahli ekonomi mencoba untuk mencari jalan lain, yakni dengan cara membandingkan utilitas ini dengan satuan uang. Sehingga, di dalam pembicaraan konsep utilitas, yang dipersoalkan bukannya berapa banyak utilitas yang konsumen peroleh dalam mengkonsumsi suatu barang, tetapi yang lebih difokuskan tidak lebih daripada senilai berapa (contoh, dalam satuan rupiah) konsumen memperoleh kepuasan dari mengkonsumsi barang tersebut.
Sebagai contoh ilustrasi, yakni seorang konsumen dengan pendapatan terbatas per bulan, berupaya untuk membelanjakan uang yang dimilikinya itu dengan lebih mengutamakan, antara lain kebutuhan pokok seperti beras yang harus dia sediakan untuk memenuhi kebutuhan sebulan, daripada kebutuhan-kebutuhan lain yang dianggap belum perlu untuk dibeli.
Katakanlah, seorang konsumen ingin membeli kebutuhan pokok seperti komoditi beras di pasar. Dalam pembelian beras ini, kejadian yang biasa terjadi adalah tawar-menawar tentang harga beras per kilogram, antara konsumen dengan penjual. Konsumen mempertimbangkan untuk membeli katakanlah; 30 kilogram beras untuk dapat memenuhi konsumsi kebutuhan keluarga selama sebulan, dengan tingkat harga yang disepakati misalnya Rp 5.000 per kilogram. Maka, dengan kesepakatan harga setinggi itu, tentu konsumen sudah dianggap telah mempertimbangkan nilai utilitas yang ia peroleh dari pembelian beras sebanyak itu. Ini berarti bahwa, konsumen telah membandingkan uang yang ia bayar sebanyak Rp 5.000 kali jumlah beras yang dibeli sebanyak 30 kilogram. Kondisi seperti ini, dalam teori ekonomi biasa disebut dengan “keseimbangan konsumen” (consumers equilibrium).
Jika diperhatikan perilaku konsumen dalam pembelian beras ini, sesungguh- nya ia tidak dapat mengukur utilitas yang diperoleh dari setiap kilogram beras yang dibeli, tetapi paling tidak ia telah menterjemahkan utilitas ini dengan sejumlah uang atau dengan sejumlah nilai uang yang ia telah keluarkan.
Dengan pokok pemikiran seperti tersebut di atas maka inti dari pembahasan teori pilihan konsumen, mengasumsikan bahwa:
1) Seorang konsumen dengan pendapatan tertentu, kemudian dihadapkan dengan sejumlah barang-barang dan jasa pilihan, maka tindakan yang ia lakukan adalah tidak akan membeli semua barang –barang dan jasa yang ia inginkan. Ia tentu harus melakukan pemilihan dan bahkan mepertimbangkan kembali, di antara bermacam-macam barang dan jasa yang ada itu dengan harga alternatif.
2) Setiap konsumen mempunyai sebuah daftar preferensi (seperti suka, tidak sukan, atau yang lain perlu tidak perlu, dan lain-lain). Ia mengetahui, apakah sesuatu itu lebih baik atau lebih buruk, ataukah ia sendiri akan bersikap indifferensi (tidak memihak) terhadapnya.
3) Konsumen ini memenuhi situasi yang terbaik di antara situa si yang dihadapi, dan situasi tersebut merupakan situasi keseimbangan. Ciri-ciri dari situasi yang sedemikian adalah bahwa pilihan di antara barang-barang dan jasa di luar itu sudah tidak mungkin diinginkan lagi.
Jadi dalam teori perilaku konsumen “dalil rasional“ merupakan hal yang umum sebagai pangkal tolak dari teori tersebut. Disini konsumen dianggap mempunyai pilihan atas berbagai alternatif yang tersedia untuknya, dalam berbagai bentuk yang dapat memenuhi kepuasannya, jika ia mengkonsumsi barang –barang dan jasa sebanyak-banyaknya. Ini membuktikan bahwa ia sadar atas berbagai alternatif yang dihadapinya dan ia pun dianggap mampu meng tasinya.
Dengan mengikuti perkembangan dari teori perilaku konsumen di atas, maka konsep utilitas dalam pembahasannya dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
1) Utilitas kardinal (cardinal utility), yang menyatakan bahwa utilitas dapat diukur.
2) Utilitas ordinal (ordinal utility), yang menyatakan bahwa utilitas tidak dapat diukur.
8.2. Teori Utilitas Kardinal
Berlandaskan beberapa pandangan dalam pemikiran teori perilaku konsumen, maka konsep pemikiran teori utilitas kardinal ini selanjutnya didasarkan atas beberapa asumsi. Asumsi yang dimaksud adalah:
a. Bahwa nilai suatu barang itu tergantung pada penilaian subjektif dari konsumen.
b. Bahwa utilitas ini dapat diukur. Dalam hal ini dianggap konsumen mempunyai ukuran kardinal atas tingkat atau jumlah utilitas dari mengkonsumsi barang tersebut. Contoh, utilitas dari mengkonsumsi sebuah mobil dinilai 50 util, mengkonsumsi sebuah sepeda motor dinilai 25 util dan lain-lain.
c. Perbedaan jumlah utilitas suatu barang dapat diperbanding kan, dan perbandingan itu mengarah pada kenyataan sebagai berikut. Contoh, utilitas dalam mengkonsumsi sebuah mobil adalah 50 util, sebuah sepeda motor adalah 25 util, maka disini dapat dikatakan bahwa kepuasan konsumen di dalam mengkonsumsi sebuah mobil dikatakan dua kali lipat lebih tinggi, bila dibandingkan dengan mengkonsumsi sebuah sepeda motor.
d. Tambahan utilitas dari mengkonsusi suatu barang akan semakin berkurang, bila konsumsi dilakukan secara terus menerus atau kontinyu, bahkan dapat mencapai tingkat maksimum dan seterusnya dapat mencapai nilai negatif.
e. Konsumen bersikap rasional di dalam menentukan pilihan konsumsi terhadap suatu barang. Maksudnya, bahwa setiap konsumen dalam membelanjakan pendapatannya selalu mengarah kepada suatu pencapaian utilitas maksimum.
f. Utilitas dapat diukur dalam satuan uang, maksudnya bahwa utilitas dapat dinilai dengan sejumlah uang sesuai dengan kesediaan membayar dari konsumen untuk mendapatkan satu- satuan barang.
g. Sebagai pengembangan asumsi dari e) di atas maka perlu kembali diasumsikan, bahwa utilitas marginal dari uang adalah konstan, dengan kata lain uang dianggap sebagai nilai subjektif yang konstan.
h. Bahwa utilitas itu dapat ditambahkan, maksudnya bahwa utilitas total adalah merupakan penjumlahan utilitas dari; konsumsi barang pertama, barang kedua, dan seterusnya.
i. Bahwa utilitas yang diperoleh dari mengkonsumsi suatu barang adalah bersifat bebas (independent). Ini dimaksud kan bahwa utilitas dari mengkonsumsi barang pertama itu tidak dipengaruhi oleh utilitas yang diperoleh dari mengkonsumsi barang kedua, dan demikian seterusnya. Namun demikian, asumsi yang terakhir ini diakui oleh banyak kalangan ahli masih tidak realistis. Contoh, orang yang memakai dasi akan memperoleh utilitas yang lebih tinggi, apabila pada saat yang sama, dia mengendarai sebuah mobil baru dibandingkan dengan mengendarai sebuah sepeda gayung.
8.2.1. Utilitas Total
Herman Heirich Gossen mengemukakan hukum tentang utilitas total yang diperoleh seseorang dalam mengkonsumsi suatu barang dalam jumlah tertentu dan secara terus menerus. Hingga kini hukum itu dikenal dengan hukum Gossen pertama
dan kedua. Hukum Gossen pertama pada intinya menyebutkan “bahwa sewaktu kita memenuhi kebutuhan suatu barang tertentu secara terus menerus, maka kepuasan yang dicapai akan semakin berkurang dan sampai akhirnya suatu saat akan mencapai utilitas yang maksimum, dan bila kebutuhan barang tersebut terus ditambah maka utilitasnya pun akan semakin menurun bahkan negatif ”. Hukum Gossen pertama ini juga dinamakan dengan ”law of dimini shing utility”, yakni hukum kepuasan konsumen yang semakin berkurang.
Hubungan kepuasan yang berkurang dengan jumlah barang yang dikonsumsi oleh konsumen, yang dapat dijelaskan dengan menggunakan sebuah kurva yang disebut kurva utilitas total. Hubungan utilitas total (UT) dengan jumlah barang yang Hubungan kepuasan yang berkurang dengan jumlah barang yang dikonsumsi oleh konsumen, yang dapat dijelaskan dengan menggunakan sebuah kurva yang disebut kurva utilitas total. Hubungan utilitas total (UT) dengan jumlah barang yang
Dengan menggunakan pendekatan analisis matematika, selanjutnya hukum yang dikemukakan oleh Gossen ini dijelaskan. Pada konsumsi barang Q 1 unit di titik
A, utilitasnya dinilai 9 util.
Pada konsumsi barang Q 2 unit di titik B , utilitasnya dinilai 16 util.
Pada konsumsi barang Q 5 unit di titik C, utilitasnya dinilai 25 util. Pada konsumsi barang Q >5 unit setelah titik C, utilitas <25 util. Dan demikian seterusnya.
Gambar 65. Kurva Utilitas Total
Utilitas (Util)
27 Keterangan:
24 C
21 B 1) Slope (arah) kurva utilitas total, UT, di titik:
18 A>B>C. Di titik C ke arah kurva TU sama dengan nol (o). Di kanan titik C arah kurva utilitas total 15 TU
12 A
negatif.
9 2) Kurva utilitas marginal, UM= sudut di setiap
6 titik kurva UT, memiliki slope negatif atau turun 3 dari kiri atas ke kanan bawah.
0 1 2 3 4 5 6 7 Jumlah Barang (Q/unit)
Dengan memperhatikan data di atas maka terlihat utilitas mula-mula naik dari titik0 ke titik A dan terus ke titik B, hingga akhirnya sampai di titik maksimum C. Akan tetapi, kenaikan itu mengalami pertambahan yang menurun. Jika kebutuhan konsumsi terus dipenuhi maka utilitas terus mengalami pertambahan yang menurun bahkan negatif setelah melewati titik C maksimum. Ini menunjukkan bahwa “hukum utilitas total yang semakin berkurang “ (law of diminishing return) itu dinyatakan mulai berlaku setelah titik maksimum terlampaui.
Kemudian, dengan menggunakan pendekatan matematika hubungan kedua varaibel tersebut secara fungsional dinyatakan dengan persamaan:
UT=f (Q)
dimana: UT=utilitas total. Q=jumlah barang yang dikonsumsi.
Fungsi utilitas ini dapat dibaca demikian, yakni pada setiap titik (contoh A, B,
C dan seterusnya) pada kurva utilitas total, merupakan koordinat dari pasangan nilai Q sebagai variabel bebas dengan nilai UT sebagai variabel terikat (dependent). Jika disusun pasangan dari variabel jumlah barang yang dikonsumsi dengan variabel utilitas total, hasilnya nampak seperti berikut: Pada: Q = 0……..1……..2……………….5 ………
Nilai: UT = 0……..9……..16……………..25………
Kurva utilitas total menunjukkan perkembangan yang degresif. Kenyataan ini dapat diperhatikan melalui Gambar 65. Kurva tersebut dipandang dari atas berbentuk cembung. Dengan bentuk kurva utilitas totak seperti ∩, menunjukkan suatu pertambahan konsumsi barang Q per unit yang menyebabkan utiliti total terus meningkat dengan pertambahan yang semakin menurun, bahkan dapat mencapai nilai nol (0) dan negatif. Lebih nyata, kondisi ini dapat dilihat melalui konsep teori utilitas marginalnya.
8.2.2. Utilitas Marginal
Ahli ekonomi pada abad ke-19 seperti Gossen beranggapan, bahwa tambahan utilitas yang diperoleh konsumen atas utilitas total atau disebut dengan kepuasan marginal (marginal utility), sebagai akibat dari pertambahan konsumsi per satuan barang akan menurun, jika ia terus memenuhi konsumsinya. Hubungan antara variabel pertambahan per satuan barang dengan variabel jumlah barang yang dikonsumsi, dinyatakan dengan sebuah kurva yang disebut kurva utilitas marginal (UM), seperti terpapar pada Gambar 66. Dalam Gambar 66, di sumbu vertikalnya dicantumkan variabel marginal utilitas, dan di sumbu horizontal tercantum variabel dari jumlah barang yang dikonsumsi.
Gambar 66. Kurva Utilitas Marginal
UM (Util) Keterangan:
1) Slope (arah) kurva utilitas total, UT, di titik: A>B>C. Di titik C ke arah kurva TU sama dengan
nol (o). Di kanan titik C arah kurva utilitas total negatif.
2) Kurva utilitas marginal, UM, memiliki slope negatif atau turun dari kiri atas ke kanan bawah.
UM UT
0 UTMax Jumlah Barang Q (Unit) Marginal utilitas dihitung dengan menggunakan rumus, sebagai berikut:
∆ UT δ UT
UM = ________ atau
dimana; UM=utilitas marginal. ∆ UT=δ
UT=pertambahan utilitas total. ∆Q=δ Q=pertambahan jumlah barang yang dikonsumsi.
8.2.3. Hubungan Utilitas Marginal Dengan Utilitas Total
Kurva utilitas total (UT) dan kurva utilitas marginal (UM) nampak memiliki hubungan yang erat, seperti diperlihatkan melalui Gambar 66.
1) UT mulai naik dari titik dimana Q=0, ke kanan atas sampai mendekati Q=5, dan pada saat ini UM pun masih bernilai positif, akan tetapi disini nilai UM-nya mengalami pertambahan yang semakin menurun.
2) UT mencapai nilai maksimum di titik dengan Q=5, maka pada saat ini UM bernilai sama dengan nol (0). Atau UT masimum sama dengan UM nol (0).
3) UT mulai mengalami penurunan pada saat “hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang mulai berlaku”, yakni pada saat jumlah barang Q melewati titk dimana Q >5, dan pada saat
ini pula nilai marginal utiliti atau UM-nya negatif dan bahkan UM pun terus menurun.
Dengan memperhatikan kedua bentuk gambar di atas, yakni Gambar 65 dan Gambar 66, maka ternyata keduanya saling berhubungan seperti apa yang dijelaskan sebelumnya.
8.2.4. Fungsi Utilitas Total Dan Marginal Total
Dengan menggunakan pendekatan fungsi matematika, hubungan yang saling mempengaruhi antara varaibel terikat (dependent) dengan variabel bebas (independent), dapat ditunjukkan sebagai berikut: Pertama fungsi utilitas total:
UT=f (Q)
dimana: UT=utilitas total sebagai varaibel terikat (dependent). Q=jumlah barang yang dikonsumsi sebagai variabel bebas (independent), f=notasi fungsi.
Dengan menggunakan cara yang sama seperti utilitas total, maka dapat pula disusun fungsi utilitas marginal sebagai berikut: Kedua fungsi utilitas marginal:
UM=f (Q) UM=∆ UT/ ∆Q Atau: UM=δ UT / δ Q.
Selanjutnya, hubungan fungsional utilitas total dan utilitas marginal seperti tersebut di atas, dapat dijelaskan dengan menggunakan contoh data pada Tabel 14. Misalkan saja, seorang konsumen mengkonsumsi buah mangga secara berturut-turut sebanyak 6 buah. Konsumen beranggapan, bahwa utilitas yang ia peroleh dari mengkonsumsi buah mangga ini dapat diukur dengan angka atau satuan util. Dan data jumlah mangga yang dikonsumsi serta utiliti total yang diperoleh konsu men dicantumkan pada Tabel 14. Kemudian data utilitas pada Tabel 14 itu dapat dibaca, yaitu utilitas yang diperoleh konsumen dari mengkonsumsi buah mangga adalah sebagai berikut:
Mangga ke I, memberikan utilitas yang dinilai =9 util. Jadi nilai utiliti total (UT) =9 util. Mangga ke II, memberikan utiliti yang dinilai =7 util. Jadi nilai utiliti total (UT), adalah 9 util+7 util=16 util. Mangga ke III, memberikan utilitas yang dinilai =5 util.
Jadi nilai utilitas total (UT) adalah 16 util+5 util=21 util. Demikian seterusnya untuk konsumsi mangga yang lainnya. Seperti diperlihatkan dalam Tabel 14.
Pola utilitas total seperti data dalam Tabel 14 memperlihatkan terjadinya peningkatan dari 0 hingga 25, namun setelah men capai puncak/maksimum nilainya nampak kembali menurun. Dan disini diketahui pula pola peningkatan nilai UT ini dengan pertambahan yang menurun dari setiap tambahan satu unit mangga yang dikonsumsi konsumen.
Tabel 14. Data Analisis Utilitas Total Dan Utilitas Marginal
**UM = Mangga
δ UT / δ Q (Q/biji)
-2 Keterangan: 1) Utilitas marginal *UM dihitung dengan rumus:
UM=∆ UT/∆Q (util), dimana ∆=nilai perubahan. 2) Utilitas marginal **UM dihitung dengan rumus: UM=δ UT/δ Q (util), dimana δ=nilai perubahan sekecil- kecilnya (differensial).
Demikian pula pola nilai dari utilitas marginal terlihat dengan arah nilai yang terus menurun dengan terja dinya tambahan satu unit tambahan konsumsi mangga dari konsumen. Ini menandakan bahwa pola dari nilai UM adalah terus menurun sampai titik nol bahkan dapat bernilai negatif.
Gambar 67. Fungsi TU dan MU
TU & MU (util) Keterangan:
* UT=fungsi utiliti total.
UTMax
*UM=fungsi utiliti marginal .
*TU maksimum=pada saat UM=0. *TU naik dan positif dengan pertambahan me-
20 nurun dan UM menurun sampai di atas UM=0
15 *TU turun dan negatif dengan pertambahan menurun dan UM menurun negatif di bawah
UM=0
5 UM
UM = 0
0 1 2 3 4 5 6 7 Jumlah Barang Q (unit).
Bila data utilitas total dan utilitas marginal dalam Tabel 15 dinyatakan dalam bentuk fungsi maka hasil analisisnya , adalah sebagai berikut:
1) Fungsi UT…………Dengan bentuk fungsi parabola
UT = aQ 2 + bQ + c………………………….…………(1) Data
:Q=4
maka UT = 24
:Q=5
UT = 25 ……………..……nilai maksimum.
:Q=6
UT = 24
Syarat mencapai maksimum adalah: Jika : Q = -b/2a
5 = -b/2a b=- 10 a………………….………………………………(2) UT = - D
UT= - (b 2 – 4ac)/4a 25 = - {(100a 2 - 4ac)/4a} 100 a = - 100a 2 - 4ac 100 = - 100 a - 4c 25= - 25 a –c Jadi:
c = 25 + 25a…………,…………………………….……..(3)
Pada Q= 0 dan UT = 0, bila nilai ini disubstitusi ke persamaan (1):
0= a(0) 2 + b (0) + c c=0……………………………………………….……..(4) Kombinasi persamaan (3) dan (4) menghasilkan persamaan:
c=25 + 25 a
dan c=0
Maka: 0=25 + 25a
a= -1
Dengan a=-1, kemudian disubstitusi ke persamaan (2) maka: b=-10 a b=-10 (-1) b=+10. Sehingga dengan a = -1 ; b = + 10 ; dan c = 0, maka fungsi utilitas total menjadi sebagai berikut:
UT=aQ 2 +bQ+c UT=-1 Q 2 +10 Q+0 Jadi: UT = - Q 2 + 10 Q.
2) Fungsi UM……….. Dengan bentuk fungsi garis lurus
UM=(UT) ………………….... Turunan pertama dari UT. UM=(- Q 2 + 10 Q)΄ UM=- 2Q + 10 Jadi: UM=-2Q+10
8.2.5. Tingkat Substitusi Marginal Barang (X – Y)
Hukum Gossen kedua, pokok bahasannya adalah dengan bermacam-macam kebutuhan yang ada, maka setiap orang akan membagi alat-alat, atau dapat juga dikatakan pendapatan yang dimilikinya, sedemikian rupa untuk bermacam-macam kebutuhan, sehingga masing-masing kebutuhan itu terpenuhi dengan tingkat kepuasan yang sama. Dengan kata lain, dalam hal memuaskan kebutuhan maka setiap orang akan berusaha mencapai suatu keadaan dimana pemenuhan kebutuhannya seimbang.
Untuk menjelaskan hukum Gossen ini, seorang ahli ekonomi Karl Menger, telah menyusun skema kebutuhan dengan tetap mempersoalkan, bagaimana seorang konsumen akan membagi pendapatan mereka untuk bermacam-macam barang dan jasa yang dibutuhkan, bilamana harga barang dan jasa itu sudah diketahui sebelumnya. Untuk maksud tersebut, disusun sebuah skema tentang jenis barang dan jasa yang dibutuhkan seorang konsumen. Contoh, untuk kebutuhan sandang, pangan, perumahan, dan lain-lain.
Dengan memperhatikan data yang tercantum dalam Tabel 15, maka diketahui bagaimana alokasi pendapatan konsumen untuk berbagai macam kebutuhan. Disini dinyatakan bahwa konsumen dalam mengalokasikan sejumlah pendapatannya yang terbatas, dianggap akan lebih mengutamakan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Dia menilai tingkat utilitas total yang diperoleh, adalah sebesar 6 util. Dengan keterbatasan pendapatan ini berarti konsumen tidak dapat memenuhi kebutuhan lain selain pangan.
Menurut hukum Gossen kedua, kondisi itu dikatakan belum mencapai seimbang dengan kata lain utilitas belum maksimum. Sebab, masih ada kebutuhan yang tidak terpenuhi selain pangan.
Tabel 15. Skema Kebutuhan Barang Konsumsi Seorang Konsumen
Pangan Sandang
Perumahan Pendidikan Lain-lain
Utiliti Utiliti Total
Marginal
Agar lebih seimbang, kiranya konsumen akan berusaha untuk menambah jenis barang yang akan dikonsumsi. Misalnya, sekarang pilihan pada barang kedua, yaitu sandang. Dengan mengkonsumsi dua jenis barang ini, konsumen menilai utilitas yang diperoleh untuk kedua jenis barang dengan nilai yang sama yaitu pangan sama dengan 5 util dan sandang juga 5 util, sehingga utilitas total meningkat dari hanya 6 util menjadi 10 util. Dan perlakuan sedemikian terus dilakukan, untuk jenis kebutuhan konsumsi yang lain, seperti perumahan, pendidikan, dan lain-lain. Dengan semakin bertambahnya kebutuhan konsumsi konsumen, maka akan terjadi peningkatan utilitas hingga ke tingkatan yang maksimum, yakni pada saat utilitas total mencapai 12 util.
Dengan menggunakan data pada Tabel 15 di atas ternyata utilitas total bernilai
12 util ada sebanyak dua angka. Oleh karena itulah, disini disarankan “dalam menentukan nilai utilitas maksi mum”, yang paling tepat adalah menggunakan syarat pada saat mana utilitas marginal: UM=0. Atau dengan menentukan terlebih dahulu syarat keseimbangan konsumen, dimana perbandingan dari utilitas marginal terhadap harga per unit dari setiap jenis barang adalah sama bagi seluruh barang.
Dua konsep tentang utilitas marginal (UM) dengan tingkat substitusi marginal ini, dipakai sebagai dasar penentuan keseimbangan konsumen dalam mengkonsumsi dua jenis barang atau lebih. Pertama diasumsikan, bahwa konsumen hanya mengkonsumsi dua jenis barang saja, yaitu barang X dan barang Y.
1) Katakanlah, pada suatu saat konsumen ingin mengurangi jumlah konsumsi barang
X sebesar 1 unit. Dengan konsumsi barang X yang menurun 1 unit tentu saja akan mempengaruhi utilitas marginal barang X. Hal ini dapat dijelaskan dengan cara berikut; konsumsi barang X turun 1 unit dinyatakan dengan ∆ X=1 unit. Penurunan konsumsi barang X ini mempengaruhi utilitas marginalnya, yaitu sebesar,
UMx=∆ UT/∆X.
Karena nilai dari ∆ X = 1 unit, maka: UMx=∆ UT/∆X UMx=∆UT/1
Atau UMx=∆ UT…………………………….……….( a). Dengan penurunan konsumsi barang X=1 unit, dan juga dengan asumsi bahwa pendapatan konsumen adalah konstan, maka konsumen pun cenderung mensubstitusi barang X dengan barang Y, mengingat pendapatan konsumen sekarang dialihkan ke barang Y.
2) Andaikata sekarang konsumen menambah konsumsi barang Y sebesar ∆Y sebagai pengganti dari berkurangnya konsumsi barang X, maka pertambahan konsumsi barang Y ini akan menyebabkan utilitas marginal barang Y berubah menjadi:
∆ UT = _______ …………… (b)
∆Y ∆Y
3) Selanjutnya, persamaan (1) dengan persamaan (2) di atas digabung, maka akan menghasilkan persamaan baru, yaitu: 4)
a) ∆ UT = UMx. UMy b) ∆ UT = ______ ∆Y
Hasil penggabungan persamaan a) dan b) adalah: UMy ∆ UT=UMx = ________
∆Y
Atau:UMx _______ = ∆Y
UMy Dengan menggunakan persamaanyag terakhir ini, bentuk kesamaan tersebut dapat
ditulis: UMx
UMx _______ = ∆Y _______ = TSMxy
UMy UMy
dimana TSMx = tingkat substitusi marginal barang X-Y (Marginal Rate of Substitution X-Y). Jadi tingkat substitusi konsumsi barang X terhadap barang Y menunjukkan bahwa
setiap mengganti barang X sebesar 1 unit yang tidak lagi dikonsumsi, maka konsumen ini tidak cukup hanya menggantikannya dengan barang Y sebesar ∆Y,
tetapi juga harus ∆Y ini dikalikan lagi dengan UMy-nya, dengan asumsi bahwa pendapatan konsumen adalah konstan.
8.2.6. Utilitas Marginal Dan Pendapatan
Diketahui bahwa harga barang X dan harga barang Y tertentu dan juga pendapatan juga tertentu besarnya. Misalkan, pendapatan konsumen meningkat sebesar Rp 1. Seberapa besar utilitas tambahan konsumen ini akan naik? Jawaban atas kejadian ini adalah sebagai berikut:
1) Andaikata tambahan pendapatan (I) sebesar Rp 1 ini, digunakan untuk membeli barang X saja, maka jumlah barang X yang akan diperoleh, adalah sebanyak: I=Px.X 1=Px.X Atau:
X=1/Px unit.
Dengan kata lain, jumlah konsumsi barang X sebanyak 1/Px unit. Dengan kenaikan jumlah barang X sebesar 1/Px unit ini tentu mempengaruhi utilitas marginal konsumen. Bila ∆ X=1/Px unit, maka utilitas total konsumen akan naik yaitu:
UMx ∆UT= ________
∆X dan dengan ∆X=1/Px maka :
UMx ∆UT= ________
∆X
UMx ∆UT= ________ (1/Px) ∆UT=UMx .Px
Jadi tambahan pendapatan sebesar Rp 1 akan menyebabkan utiliti total konsumen (∆UT) akan naik sebesar UMx .Px.
1) Hal yang sama berlaku juga bila kenaikan pendapatan sebesar Rp 1 ini hanya digunakan untuk membeli barang Y saja. Akibatnya utiliti total (∆UT) konsumen untuk barang Y ini naik, yaitu sebesar Umy. Py.
2) Hasil perhitungan pada bagian 1) dan 2) di atas masing-masing menunjukkan; ∆UT=UMx. Px.
dan ∆UT=UMy. Py. Hasil yang tersebut terakhir ini sama artinya dengan utilitas marginal per rupiah dari
pengeluaran setiap barang yang dibeli oleh konsumen.
8.2.7. Keseimbangan Konsumen
Agar konsumen mendapatkan posisi yang optimum atau dikatakan konsumen mencapai keseimbangan, maka secara rasional ia akan berusaha mencapai utilitas yang maksimum di dalam mengkonsumsi suatu barang dalam jangka waktu tertentu. Untuk menjelaskan keberadaan dari posisi keseimbangan ini, berikut ditunjukkan cara menganalisisnya satu persatu dengan asumsi jumlah barang yang dikonsumsi: * Keseimbangan konsumen dengan konsumsi barang X. * Keseimbangan konsumen dengan konsumsi barang X –Y
(1) Keseimbangan Konsumen – Barang X
Kondisi keseimbangan konsumen dalam mengkonsumsi satu jenis barang, misalnya barang X, dapat ditunjukkan melalui kesamaan berikut:
UMx = Px
Hasil kesamaan ini menunjukkan agar konsumen mencapai keseimbangan. Maka diperlukan suatu kesamaan dari harga barang X dengan utilitas marginal dari barang
X. Artinya bahwa konsumen membayar barang X seharga Px sesuai dengan perolehan tambahan utilitas per unit barang X. Dengan menggunakan analisis matematika posisi konsumen dalam mencapai kepuasan maksimum diperlukan syarat maksimumkan utiliti total, dengan kata lain: selisih (diskriminasi) D antara utiliti total dengan pengeluaran total untuk barang X adalah sebesar-besarnya.
Analisis diskriminan D dilakukan dengan cara berikut:
a) Susun fungsi UT. Agar fungsi D-nya mencapai maksimum, maka diperlukan suatu syarat, yaitu differensial pertama dari fungsi D yang disamakan dengan nol (0).
Atau dinyatakan dengan D΄ = 0.
b) Kemudian dihitung differensial dari fungsi D, yaitu: δD
δ (UT – Px.X) δ (UT) Px ( δX)
= ___________________________ = ___________ = _____________ δX δX
δX δX
δ D δ (UT) Px ( δX)
= ___________ = _____________ δX δX
Dan UMx – Px = 0 Jadi UMx=Px.
(2) Keseimbangan Konsumen – Barang X Dan Y
Untuk memenuhi konsumsi dua jenis barang yakni X dan Y maka ia harus mengalokasikan pendapatannya di antara kedua jenis barang tersebut. Pendapatan konsumen sebesar I dialokasikan untuk barang X dan Y, sedemikian rupa sehingga dicapailah suatu tingkatan utiliti total yang memiliki kemungkinan tertinggi. Untuk maksud tersebut, kiranya perlu ditentukan kondisi optimum yang harus dipenuhi untuk mencapai utiliti total yang maksimum.
Dengan pertimbangan bahwa utilitas marginal dari Rp 1 pengeluaran untuk barang X adalah UMx/Px (lihat pembahasan di atas). Dan tentu hal itu, semestinya sama juga berlaku bagi barang Y, yaitu UMy/Py. Disini kita berargumentasi bahwa kondisi optimum konsumen tercapai, semestinya pada saat jumlah kedua jenis barang tersebut adalah sama.
Agar dapat melihat kondisi tersebut di atas benar-benar terjadi, maka disini perlu dianalisis satu persatu, yaitu dengan cara: Pertama:
a) Kondisi dimana:…………….UMx/Px > UMy/Py Dengan memperhatikan kondisi tersebut, maka bagi konsu men ada cara-cara yang dapat dilakukan, agar utiliti yang diperoleh meningkat. Untuk itu, konsumen paling tidak mengurangi pengeluaran untuk kebutuhan barang Y sebanyak Rp 1 dan kemudian digunakan untuk membeli barang X yang lebih banyak. Dengan cara tersebut berarti bahwa ada suatu pengorba nan dari utilitas sebesar UMy/Py unit. Dan perlakuan yang sedemikian itu perlu dicoba dengan cara berulang-ulang sehingga pada akhirnya akan dicapai kondisi yang lebih baik yakni membawa jumlah UMx/Px=UMy/Py.
b) Kondisi dimana:……………UMx/Px < UMy/Py Bila sekarang yang terjadi adalah kondisi kebalikannya, ini berarti konsumen perlu melakukan pengurangan pengeluaran untuk kebutuhan barang X sebesar Rp 1 dan digunakan untuk membeli barang Y yang lebih banyak. Dengan melakukan itu, berarti ada pengorbanan utiliti sebesar UMx/Px unit dari barang tersebut. Dal perlakuan yang sedemikian itu, kembali dicoba dilakukan berulang-ulang. Sehingga pada akhirnya akan dicapai kondisi yang lebih baik, yakni membawa jumlah UMx/Px=UMy/Py, menjadi sama.
c) Kondisi dimana…………….UMx/Px < UMy/Py Andaikata kondisi yang ada adalah pada posisi keseimbangan, yaitu kesamaan antara UMx/Px=UMy/Py, maka ini menun jukkan bahwa kondisi optimum konsumen telah tercapai. Posisi seperti ini menandakan terjadinya keseimbangan konsumen. Jadi syarat keseimbangan yang harus terpenuhi, adalah UMx/Hx=UMy/Hy. Kondisi yang sama seperti ini berlaku sama untuk lebih dari dua jenis barang, yakni x,y,z………….n.
(3) Keseimbangan Konsumen – Dengan Anggaran
Dengan anggaran sebesar I yang jumlahnya tertentu konsumen mengkonsumsi dua jenis barang yaitu X dan Y, dan tingkat harga masing-masing adalah Px dan Py. Secara rasional konsumen berusaha untuk mendapatkan kepuasan total dari mengkonsumsi kedua jenis barang tersebut dengan mengalokasikan pendapatannya yang terbatas sebesar Rp I, agar tetap mencapai kepuasan maksimal. Untuk maksud tersebut, maka konsumen harus berusaha untuk menentukan perbedaan yang terbesar (diskriminan) D antara utiliti total dari mengkonsumsi barang X dan Y:
I=Px. X + Py.Hy
Dengan analisis matematika perhitungannya dilakukan adalah: a). Susun fungsi diskriminan D:
D=[ UTx + UTy] – [ Px.X + Py.Y] dimana D = fungsi UT yaitu [UTx + UTy].
b). Fungsi di atas dihitung differensial parsial: δ D=δ [ UTx + UTy] – δ [ Px.X + Py.Y] c). Differensial parsial I terhadap X: δ D/δX=δ UTx/ δX – Px δX/ δX Agar mencapai maksimum maka syaratnya adalah: δ D/δX= 0 δ UTx/δX – Px δX/ δX = 0 δ UTx/δX= Px UMx=Px……………………………..………………….(1)
d). Differensial parsial I terhadap Y: δ D/δY=δ UTy/ δY – Py δY/ δY Agar mencapai maksimum maka syaratnya adalah: δ D/δY=0 δ UTy/δY – Py δY/δY=0
δ UTy/δY =Py UMy=Py……………………………………………..….(2) δ UTy/δY =Py UMy=Py……………………………………………..….(2)
konsumen untuk barang X dan Y, yaitu: (a) UMx=Px UMx ________ =1 Px. (b) UMy=Py UMy ________
= 1. Py Jadi UMx UMy ________ = _______ . Px Py Dengan demikian keseimbangan konsumen dalam mengkonsumsi dua jenis barang tercapai pada saat adanya kesamaan antara perbandingan utilitas marginal masing-masing barang dengan harga masing-masing barang tersebut. Atau: UMx Px ________ = ________ UMy. Py
8.3. Surplus Konsumen – Kurva Permintaan
Umumnya dapat dikatakan, bahwa semakin banyak suatu barang dikonsumsi maka tambahan utilitas yang diperoleh akan semakin mengecil. Bahkan, jika sangat banyak barang itu dikonsumsi dapat membosankan atau dikatakan tidak lagi memberikan utilitas. Dengan demikian, dapat diartikan pula bahwa konsumsi barang ke pertama akan memberikan utilitas tertinggi, dibandingkan dengan barang yang kedua, ke tiga dan seterusnya, jika kegiat an konsumsi itu dilakukan secara terus- menerus.Jika dikembalikan pembicaraan ini ke persoalan konsumsi buah mangga sebelumnya, dengan menggunakan data Tabel 16, maka utilitas yang semakin menurun ini ditampilkan melalui nilai dari utilitas maginalnya.
Oleh karena, satuan tambahan utilitas ini dimanipulasi dalam satuan uang (Rp) yang dipakai sebagai petunjuk kesediaan konsu men membayar, maka kali ini dinyatakan bahwa untuk konsumsi mangga ke pertama konsumen akan menerima utilitas marginal sebesar 8 util (lihat Tabel 16). Dan hal ini berarti pula bahwa konsumen berani menilai utilitas marginal itu dengan satuan uang. Sebesar Rp 8.000/util. Kemudian untuk mangga kedua, karena utilitas marginal yang diperoleh konsumen lebih kecil, yakni hanya dinilai 6 util, maka konsumen cuma berani menilai utilitas marginal tersebut dengan satuan uag Rp 6.000/util. Demikian seterusnya, untuk utilitas marginal dari mangga ketiga, keempat dan yang lain nya, karena dinilai semakin mengecil maka utilitas marginalnya pun dinilai semakin rendah dalam satuan uang, seperti disajikan dalam Tabel 16.
Tabel 16. Jumlah Mangga, Nilai Marginal Dan Surplus Konsumen
Jumlah Mangga
Harga Mangga (Buah/hari)
Nilai Marginal Buah
Surplus Konsumen
Mangga
(Rp.000)
(Rp.000/Buah)
(Rp.000/Buah)
Dengan dasar penilaian seperti disebutkan di atas, kemudian dapat disusun data tentang penilaian konsumen terhadap utilitas marginal dari setiap unit mangga yang dikonsumsi oleh konsumen. Dan ternyata hubungan antar data nilai utilitas marginal dari setiap unit mangga yang dikonsumsi menampakkan arah yang semakin menu run, jika jumlah mangga yang dikonsumsi itu semakin bertambah banyak. Lihat data pada Tabel 16.
8.3.1. Surplus Konsumen
Jika sekarang diumpamakan bahwa harga pasar untuk sebuah mangga adalah Rp 4.000/buah. Kemudian, dicoba untuk dihitung besar surplus yang diperoleh konsumen dari kegiatan mengkonsumsi buah mangga, pada berbagai tingkatan harga yang mana sesungguhnya konsumen bersedia untuk membayar.
Surplus konsumen adalah selisih antara harga pasar suatu barang dengan kesediaan konsumen membayar suatu barang, yang disesuaikan dengan utilitas marginal yang ia terima pada saat mengkonsumsinya. Karena harga pasar mangga adalah Rp 4.000/buah, sedangkan untuk mangga ke pertama konsumen sesungguhnya bersedia membayar Rp 8000 dan disini dikatakan bahwa konsumen memperoleh surplus sebesar Rp 8.000 – Rp 4.000=Rp 4.000.
Untuk mangga kedua, dimana konsumen sesungguhnya bersedia membayar mangga dengan Rp 6.000/buah, tetapi karena harga pasar mangga hanya Rp 4000/buah, maka disini dikatakan konsumen memperoleh surplus sebesar Rp 6.000 – Rp. 4.000=Rp. 2.000, demikian seterusnya, data surplus konsumen dapat dihitung lebih lanjut. Dan, data surplus konsumen ini telah dicantumkan pada Tabel 16.
Untuk melihat lebih lanjut tentang hubungan antara variabel jumlah barang yang dikonsumsi dengan besarnya surplus konsumen dari mengkonsumsi mangga ini, dapat dilihat pada Gambar 16. Surplus konsumen dihitung sebagai berikut: Pada tingkat harga Rp. 4.000 jumlah mangga=3 buah.
Pada tingkat harga Rp. 10.000 jumlah mangga =0 buah.
Rumus: [ ∆ Harga][∆ jumlah mangga] Sk= ___________________________________________
2 [Rp. 10.000 – Rp. 4.000] [3 – 0] Sk= _________________________________________
[Rp 6.000] [3] Sk= ____________________ 2 Sk=Rp 9.000.
Jadi surplus konsumen dapat ditunjukkan melalui bidang yang dibatasi oleh kurva nilai marginal dengan tingkat harga dan jumlah barang di tingkat pasar. (Lihat Gambar 68).
Andaikata kurva permintaan barang disini tidak berbentuk sebuah garis lurus, maka perhitungan surplus konsumen dilakukan dengan menhitung luas bidang yang dibatasi kurva permintaan yaitu dibawah kurva permintaan bukan garis lurus, dengan garis harga dan jumlah barang di tingkat pasar. Rumus menghitung surplus konsumen disini menggunakan perhitungan integral seperti yang dijelaskan pada bagian analisis konsumer surplus dan produser surplus.
Gambar 68.
Kurva Nilai Marginal Dan Surplus Konsumen
Harga (Rp.000/Buah)
Keterangan:
* Luas bidang segitiga yang diarsir hitam menunjuk- kan SK=surplus konsumen.
* NM=kurva nilai marginal.
SK NM
1 3 Jumlah Barang (Buah/hari)
8.3.2. Kurva Permintaan Dan Nilai Marginal
Konsumen dalam menilai utilitas marginal dari konsumsi barang per unit menggunakan satuan uang (misalnya Rupiah) sebagai cara untuk memanipulasi satuan util, dan ini menunjukkan tanda kesediaan membayar atas utilitas yang diperolehnya. Oleh karena, dalam pembahasan di atas telah disebutkan bahwa nilai utiliti marginal per unit mangga ini diukur dengan Rp/util, sehingga satuan utilitas marginal ini berarti sama dengan Rp/ buah.
Sekarang dapat dijelaskan kembali bahwa nilai marginal ini sama dengan harga per unit barang, karena itu pula kurva nilai utilitas marginal (UM) ini sekaligus dipakai menunjukkan kurva permintaan suatu barang dari seorang konsumen. Adapun bentuk kurva nilai utilitas marginal dan kurva permintaan mangga disini sebagai contoh, adalah turun dari kiri atas ke kanan bawah, sesuai dengan hukum permintaan barang Gambar 69 dan Gambar 70.
Dengan memperhatikan satuan utilitas marginal yaitu satuan Rp/util dan kurva permintaan diukur dengan satuan Rp/unit, ini berarti bahwa satuan per util itu dimanipulasikan dengan satuan Rp/unit, dan kedua satuan tersebut selanjutnya Dengan memperhatikan satuan utilitas marginal yaitu satuan Rp/util dan kurva permintaan diukur dengan satuan Rp/unit, ini berarti bahwa satuan per util itu dimanipulasikan dengan satuan Rp/unit, dan kedua satuan tersebut selanjutnya
Gambar 69.
Gambar 70.
Kurva Nilai Utilitas Marginal Kurva Permintaan Barang
Nilai Utilitas Marginal Harga (Rp/util) (Rp/buah)
4 NM 4 d
0 1 2 3 4 5 6 0 1 2 3 4 5 6 Jumlah Barang (buah/hari) Jumlah Barang (buah/hari)
Keterangan: 1. Satuan pada kurva nilai utilitas marginal (NM) yakni Rp/util 2. Satuan pada kurva permintaan barang (d) yakni Rp/buah. 3. Nampak disini satuan Rp/util di kurva nilai utilitas marginal ini dimanipulasi dengan
Rp/buah pada kurva permintaan barang.
8.4. Teori Utilitas Ordinal
Dalam pandangan ahli ekonomi yang tidak setuju dengan pandangan nilai subjektif beranggapan, bahwa dalam teori utilitas kardinal, asumsi yang dikemukakan adalah sangat terbatas. Oleh karena itu, mereka kemudian mengadakan modifikasi terhadap asumsi tersebut, dalam teori utilitas ordinal. Adapun asumsi yang dikemukakan dalam teori utilitas ordinal, adalah:
1) Utilitas ini tidak dapat diukur, sebagaimana halnya menggunakan angka dalam satuan.
2) Utilitas yang diperoleh seorang konsumen dari mengkonsumsi suatu barang hanya dapat dinyatakan dengan preferensi, yakni dalam bentuk suatu pernyataan seperti; suka, lebih suka, sangat suka, dan lai-lain. Dalam menentukan preferensi, setiap perilaku individu dalam konsumsi
didasarkan atas, dalil-dalil rasionalitas yang dinya takan sebagai berikut.
1) Untuk semua pasang kemungkinan dari pilihan A dan B, konsumen mengetahui, apakah ia lebih suka A daripada B atau lebih suka B daripada A, atau apakah ia bersikap sama (tidak memihak A atau B).
2) Hanya ada satu dari tiga kemungkinan yang benar untuk berbagai pasang pilihan.
3) Jika konsumen lebih menyukai A daripada B, B daripada C, maka konsumen akan lebih menyukai A daripada C.
Pernyataan yang terakhir ini menyatakan bahwa konsumen adalah konsisten atau transitif. Contoh, jika ia lebih suka mobil mercy daripada sepeda motor, dan lebih menyukai sepeda motor daripada sepeda gayung, maka dengan konsisten mengatakan bahwa ia lebih menyukai mobil mercy daripada sepeda gayung.
Dengan dasar pemikiran seperti diuraikan di atas, maka dianggap konsumen mengetahui skala-skala preferensinya dank arena itu perilaku konsumen dapat digambar dengan sebuah kurva indifferensi. Kurva indifferensi menunjukkan berbagai kombinasi dari jumlah barang yang dikonsumsi oleh konsumen, yang dinilai memberikan utiliti/kepuasan sama. Kurva indifferensi ini kemudian digunakan sebagai dasar untuk menurunkan kurva permintaan suatu barang.
8.4.1 Kurva Indifferensi
Bila ingin mengulas lebih jauh sebuah kurva indifferensi, maka sedari awal yang perlu diketahui, adalah bahwa konsumen diasumsikan memiliki sejumlah pendapatan yang siap dibelanjakan (disposable income), untuk membeli sejumlah barang dan jasa guna memenuhi kebutuhannya. Guna memudahkan analisis maka disini dianggap bahwa konsumen dapat menilai, apakah ia:
1) Lebih banyak menginginkan barang X ataukah barang Y atau sebaliknya.
2) Ataukah, konsumen hanya menginginkan barang X saja, atau hanya menginginkan barang Y saja.
3) Ataukah, konsumen bersikap indifferen terhadap kombinasi bagaimana pun juga dari barang
X dan barang Y. Dengan perasaan seseorang dapat mengetahui bahwa pilihan konsumen sangat kompleks batasannya, jika ia memiliki urutan dari sejumlah barang sesuai dengan keinginannya. Seseorang dapat membuat gambaran bahwa ketika konsumen memiliki pendapatan ia dapat menyusun daftar, atas barang yang dapat ia beli dengan satu rupiah, dalam urutan yang menurun dari apa yang paling disukai. Dalam hal ini, konsumen memulai dari urutan teratas yang menunjukkan paling disukai, kemudian menyusul yang lain yang semakin kurang disukai, hingga pendapatan mereka mencukupi. Konsumen tidak perlu mengganggap bahwa ia memiliki ukuran kardinal untuk suatu utilitas.
Sebagai ilustrasi, pada Gambar 71. dikemukakan kombinasi dari barang X dengan barang Y dapat diperlihatkan sebagai berikut: Pada jumlah barang X=1
jumlah barang Y=12.
Pada jumlah barang X=2
jumlah barang Y=6.
Dan demikian seterusnya untuk kombinasi barang X dengan barang Y yang lain, dapat ditentukan lebih lanjut. Semua kombinasi yang berbeda-beda dari barang X dan Y tersebut, ternyata memberikan tingkat kepuasan yang sama karena terletak pada satu kurva utilitas U yang bernilai 10 (atau U=10). Untuk jelasnya dapat dilihat melalui Gambar 71.
Gambar 71. Kurva Indifferensi
Barang Y (unit)
Keterangan:
12 A * Pada Gambar 69 bentuk kurva indifferensi adalah cembung ke arah titik nol (0).
Setiap kombinasi yang ada pada titik tertentu yang
9 berada pada kurva indifferensi ini, memberikan nilai utilitas sama. * Contoh, di titik A dan titik B, utilitasnya adalah
sama dengan 10.
U = 10
0 1 2 3 4 5 6 7 Barang X (unit)
Sebuah kurva indifferensi adalah sebuah garis yang menun jukkan kombinasi dua barang yang oleh konsumen dinilai memberikan utilitas sama. Untuk menggambarkan sebuah kurva indifferensi, pada sumbu vertikal dicantumkan variabel jumlah barang Y (unit) yang dikonsumsi, dan pada sumbu horizontal dicantumkan barang X (unit) yang dikonsumsi. Kombinasi barang X dan barang Y yang terletak di satu kurva indifferensi, dikatakan bahwa kombinasi yang berbeda- beda tersebut memberikan utilitas sama. Sebagai contoh, kombinasi di titik A dan di titik B pada Gambar 71.
Asumsinya, bahwa setiap orang mengetahui persis berapa penghasilan mereka sehari/seminggu/sebulan/setahun dan sebagainya. Dalam waktu tertentu itu, ia harus membelanjakan penghasilannya yang tertentu untuk membeli barang-barang dan jasa yang dibutuhkan. Bila hanya ada dua jenis barang yang dibeli atau dikonsumsi (contoh, barang X dan barang Y) dalam waktu tertentu, maka tempat kedudukan dari titik koordinat barang X dan barang Y (misalkan di titik A dan di titik B), adalah menunjukkan kombinasi dari konsumsi kedua jenis barang tersebut dan garis ini dinamakan sebuah kurva indifferensi. Jadi, sebuah kurva indifferensi menunjukkan tempat kedudukan dari titik-titik kombinasi dari jumlah barang X dan barang Y yang dikonsumsi oleh seorang konsumen, dan memberikan tingkat kepuasan sama.
8.4.2. Fungsi Utilitas
Sebuah kurva indifferensi dapat ditunjukkan dengan sebuah persamaan yang disebut dengan fungsi utilitas. Bentuk umum fungsi utilitas dinyatakan sebagai berikut:
U=f (X;Y)
dimana: U=nilai utilitas (util). X=jumlah barang X (unit) yang dikonsumsi. Y=jumlah barang Y (unit) yang dikonsumsi.
Contoh Ilustrasi – Pendekatan Matematika
Fungsi utilitas seorang kosumen dinyatakan dengan:
U=XY
Dengan mengetahui fungsi utilitas seorang konsumen, maka kombinasi dari jumlah barang yang dikonsumsi yakni barang X dan barang Y, dapat ditentukan posisinya pada sebuah kurva indifferensi dan hasil kombinasi itu juga menunjukkan tingkat utilitas yang dicapai konsumen. Kejadian seperti itu, dapat dicoba dengan menggunakan berbagai pasangan barang X dan Y, seperti berikut. Pada jumlah X=1 unit, maka jumlah barang Y=10 unit.
Pada jumlah X=2 unit, maka jumlah Y=5 unit. Pada jumlah X=5 unit, maka jumlah Y=2 unit.
Dan pada kombinasi barang X dan barang Y seperti tersebut di atas, hasil utilitas yang diperoleh konsumen adalah sebesar U=10 util. Dan dengan demikian maka dikatakan, bahwa konsumen memiliki satu buah kurva indifferensi.
Dalam bentuk fungsi utilitas kurva indifferensi konsumen tersebut, dapat disusun dengan sebuah persamaan berikut sebagai contoh, dengan bentuk fungsi hiperbola.
U=Q 1 Q 2 +Q 2 +6Q 1 +6
Untuk menentukan jumlah barang Q 1 dan Q 2 yang dikonsumsi konsumen mencapai tingkatan maksimum pada nilai utilitas U=30, maka pemecahannya sebagai berikut.
U= 1 Q 2 +Q 2 + 6Q 1 +6 30=Q 1 Q 2 +Q 2 + 6Q 1 +6 30=(Q 1 + 1) (Q 2 + 6) Dengan: Asimtot horizontal Q 1 =-1 Asimtot vertikal Q 2 =-6.
Pada Gambar 72 diperlihatkan, garis asimtot Q 1 =-1 yang posisinya vertikal dan asimtot Q 2 =-6 posisinya horizontal. Dengan menggunakan persamaan hiperbola diatas dapat ditentukan Nilai maksimum untuk Q 1 dan Q 2 sebagai berikut:
Gambar 72. Kurva Indifferensi (Id)
Barang Q 1 (unit)
Keterangan:
Id= kurva indifferensi
Dengan utilitas U= 30 util.
4 Bentuk Id=hiperbola
Dengan asimtot vertikal di Q 1 =-1 dan asimtot hori-
zontal di Q
U = 30 Id Pada Gambar ditunjukkan melalui garis putus- putus.
2 =-6.
-6 0 24 Barang Q 1 (unit)
Bila dinyatakan Q 1 = 0 maka nilai ini disubstitusi ke persamaan berikut: 30=(Q 1 + 1) (Q 2 + 6) 30=(0
+ 1) (Q 2 + 6) 30=(Q 2 + 6) Q 2 =30 -6 Q 2 =24 uni.
Bila dinyatakan Q 2 = 0 maka nilai ini disubstitusi ke persamaan berikut: 30=(Q 1 + 1) (Q 2 + 6) 30=(Q 1 + 1) (0 + 6) 30=(6Q 1 + 6) Q 1 =(30 -6)/6 Q 1 =4 unit
8 .4.3. Peta Indifferensi
Nilai parameter utilitas (U) sudah barang tentu dapat berubah-ubah yakni naik atau turun. Perubahan nilai U ini nantinya ditunjukkan melalui pergeseran kurva indifferensi, misalnya pergeserannya naik berarti nilai U-nya bertambah besar dan sebaliknya jika kurva indifferensi bergeser turun maka berarti nilai U-nya bertambah kecil dari nilai mula-mula. (lihat pada Gambar 73).
Dengan kurva indifferensi Id 2 berada di sebelah kanan dari kurva indifferensi Id 1 , maka dari sini diketahui bahwa semakin ke kanan posisi kurva indifferensi berarti semakin tinggi utilitas yang diperoleh oleh seorang konsumen dalam mengkonsumsi barang tersebut. Dan kumpulan kurva indifferensi dengan nilai utilitas yang berbeda- beda, disebut dengan peta indifferensi.
8.4.4. Sifat-Sifat Kurva Indifferensi
Dengan memperhatikan bentuk dari sebuah kurva indifferensi, maupun peta indifferensi, maka diketahui bahwa kurva indifferensi ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1) Sebuah garis yang memiliki arah yang menurun.
2) Cembung terhadap titik nol (0).
3) Tidak berpotongan antara satu kurva indifferensi dengan kurva indifferensi yang lain.
4) Semakin ke kanan dari titik nol (0) posisi sebuah kurva indifferensi, maka kurva indifferensi itu menunjukkan nilai utilitas yang semakin besar.
Gambar 73. Peta Kurva Indifferensi
Barang X (unit)
0 2 4 6 Barang Y (unit)
Keterangan:
Id 1 = kurva indifferensi 1. Id 2 =kurva indifferensi 2.
Di titik A:kombinasi X=6, Y = 2 dan .U=10. Di titik B:kombinasi X=6 , Y = 4 dan U=20.
Jadi Id 1 dengan U=10 posisinya di sebelah kiri daripada Id 2 dengan U=20.
Sifat yang menyatakan bahwa slope dari kurva yang menurun dan bentuk kurva indifferensi yang cembung, ini erat kaitannya dengan tingkat substitusi marginal (TSMx-y) dari penggunaan barang X terhadap barang Y. Dan penjelasan TSMx-y diberikan pada bagian berikut.
Gambar 74.
Dua Kurva Indifferensi Berpotongan
Barang X (unit) Keterangan:
12 * Id 1 =kurva indifferensi 1. Di titik A:kombinasi X= 6, Y=4 dan U=20.
1 9 Id
2 Id
* Id 2 =kurva indifferensi 2.
Di titik A:kombinasi X=6, Y=4 dan U=10
Jadi Id 1 dengan U=10 tidak mungkin sama
dengan Id U=20 2 dengan U=20. Dengan kata lain Id 1 tidak pernah berpotongan dengan Id2.
U=10
0 2 4 6 Barang Y (unit)
Kemudian sifat yang menyatakan bahwa kurva indifferensi yang satu tidak pernah berpotongan dengan kurva indifferensi yang lain, ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
Contoh, ada dua kurva indifferensi yakni Id 1 dengan utilitas=20, sedangkan Id 2 dengan utilitas=40. Jika kedua kurva indifferensi tersebut berpotongan kata kanalah di titik A, maka berarti di titik A ini utilitas masing-masing kurva indifferensi harus sama besar.
Tetapi kenyataan menunjukkan yakni; Id 1 memiliki nilai utilitas=20, sedangkan Id 2 memiliki nilai utilitas=40. Dengan melihat nilai utilitas di titik A yang berbeda dari masing-masing kurva indifferensi tersebut, berarti ini menunjukkan, bahwa kedua kurva tersebut tidak mungkin berpotongan. Kondisi seperti ini dapat dilihat melalui Gambar 72.
8.4.5. Tingkat Substitusi Marginal Barang X-Y
Tingkat substitusi marginal X-Y (TSMx-y) ini mengukur tingkat penggantian marginal yang timbul akibat dari perubahan penggunaan dari barang X sebesar 1 unit terhadap perubahan penggunaan barang Y.
∆Y TSMx-y = ___________________
∆X
Notasi : ∆ = perubahan dari masing-masing variabel (yakni X ,Y). Di titik A:
1. Di titik A: Y=6 unit. Di titik B: Y=9 unit.
∆ (By –Ay) = (9 – 6 ) unit=3 unit Jadi: ∆ Y = 3.
2. Di titik A: X=4 unit. Di titik B:
X=1 unit. ∆ (Bx–Ax) = (1 – 4 ) unit=- 3 unit. Jadi: ∆ X = -3.
Gambar 75.
Dua Kurva Indifferensi Berpotongan
Barang Y (unit)
Keterangan:
1 12 Id
*Di titik A:kombinasi X=4, 6=4 dan U=20 *Di titik B:kombinasi X=1, Y=9 dan U=20
*Di titik C:kombinasi X=0, Y=12.
Slope di titik A=-1 ∆Y Slope di titik B=-3
A Jadi slope di setiap titik koordinat pada kurva
6 U=20
indifferensi adalah berbeda. dan dengan arah menurun.
∆X
0 1 4 6 Barang X (unit)
Rumus TSMx-y di titik A, adalah: ∆Y TSMx-y = ___________ .
∆X
3 TSMx-y = _______ 3 TSMx-y = - 1
Di titik B: 1) Di titik B Y=9 unit. Di titik C; Y=12 unit.
∆ (Cy–By)=(12- 9 ) unit=3 unit Jadi ∆ Y = 3.
2) Di titik B: X=1 unit. Di titik C:
X=0 unit. ∆ (Cx–Bx)=(0– 1 ) unit=- 1 unit
Jadi : ∆ X= -1. 3) Rumus TSMx-y di titik B, adalah:
∆Y
TSMx-y = ___________
3 TSMx-y = ________ -1 TSMx-y =- 3. Jadi di titik A…..…..TSMx-y=- 1 Dan di titik B……….TSMx-y=- 3.
Dengan demikian berarti terjadi perubahan TSMx-y di setiap titik pada setiap titik koordinat yang ada di satu kurva indifferensi. Ini menunjukkan bahwa slope di setiap titik adalah menurun. Bukti dari analisis berikut menunjukkan:
1) Di titik B dengan slope = -3. 2) Di titik A dengan slope = -1.
Bukti ini menandakan bahwa sifat dari kurva indifferensi adalah memiliki slope yang menurun dan juga bentuknya cembung ke arah titik nol (0).
8.4.6. Hubungan TSMx-y Dengan UM
Dalam bahasan utilitas marginal (UM) telah diketemukan bahwa, besarnya UM untuk dua jenis barang (yakni X dan Y), sebagai berikut:
∆ UT
∆ UT
UMx = ________ dan UMy = ________ ∆ X ∆Y
Umy ∆ Y ∆ Y UMy
Jadi: _______ = _________ TSMx-y = ________ = _________
UMx ∆ X ∆ X. Umx
8.5. Soal Latihan
1. Ada tiga barang konsumsi yaitu X,Y dan Z yang dapat dikonsumsi oleh seorang konsumen, dengan tiga kombinasi seperti di bawah ini (setiap kombinasi mengha- silkan kepuasan berbeda).
Kombinasi
Jumlah Konsumsi
Buatlah rangking dari kombinasi-kombinasi tersebut atas dasar kepuasan yang dihasilkan. Dengan asumsi bahwa utilitas marginal setiap barang selalu positif.
2. Seorang konsumen mempunyai dua alternatif barang konsumsi yakni kebutuhan primer (X) dan kebutuhan sekunder (Y). Konsumen juga memiliki kurva indifferensi yang pada setiap titiknya mempunyai slope yang sama, yaitu – (Y/X).
a. Buktikan bahwa permintaannya akan barang kebutuhan primer tidak dipengaruhi oleh harga barang kebutuhan sekunder dan elastisitas harga terhadap permintaan barang tersebut adalah satu (petunjuk: gunakan posisi keseimbangan konsumen).
b. Terangkan arti ekonomis dari TSMx-y. Berapakah nilai TSMx-y konsumen tersebut bila diketahui bahwa harga barang X=Px (=Rp 1/unit) dan harga barang Y=Py (=Rp 5/unit) dan dengan penghasilan M=150.
Edward T Dowling. 1980. Schaums Outline of: Theory and Problem of Mathematics for Eco- nomics. McGraw-Hill Company. New York. Hirshleifer, Jack. 1980. Price Theory and Applications. Prentice-Hall. Inc,. Englewood Clif- fs. New Jersey. http://rendy-ramon.blogspot.com/2010/03/hukum-permintaan-dan-penawaran.ht- ml. http://ekonomi-ucy.blogspot.com/2009/12/permintaan-dan-penawaran.html. https://taniosutrisno.wordpress.com/2014/09/25/perilaku-konsumen-teori-ciri-ciri-
dan-manfaat-perilaku-konsumen. http://mochazmpower.blogspot.com/2012/06/konsep-elastisitas-dan-aplikasinya.ht- ml (06 maret 2013) Iswandoro, Sarjonopermono. 1981. Ekonomi Mikro. BPFE. Cetakan Pertama. UGM. Yog- yakarta. Karebet Gunawan, Ekonomi Mikro, Cet 1, th. 2010. kk.mercubuana.ac.id/ Dimas Novrisal, Pengantar Ilmu Ekonomi, 13-03-2013. Lincolin Arsyad. Ekonomi Manajerial. Cetakan Pertama. BPFE. UGM. Yogyakarta. Landsburg, Steven E. 1992. Price Theory and Applications. 2 nd ed,. USA. Mankiw, N. Gregory. 2000. Pengantar Ekonomi. Jilid I. Alih Bahasa: Haris Munandar.
Penerbit Erlangga. Jakarta. Mubyato. 1977. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Edisi Revisi. Jakarta. Nopirin. 1984. Ekonomi Moneter. BPFE. Cetakan Pertama. UGM. Yogyakarta. Partadiredja, Ace. Pengantar Ekonomika. Cetakan Kedua. BP-FE. UGM. Yogyakarta. Stonier, Alfred W,. Douglas C. Hague. Theory Ekonomi. Alih Bahasa: Aminuddin Asma-
wi. Edisi Ke Lima. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta. Sudarsono. 1981. Pengantar Ekonomi Mikro. LP3ES. Edisi Revisi. Jakarta. Suherman Rosydi. Batasan Dalam Pengantar Teori Ekonomi. Airlangga University Press.
Surabaya. Sadono Sukirno. 1985. Ilmu Ekonomi. Ruang Lingkup dan Metodologinya. Dalam: Pe- ngantar Ekonomi Mikro. Lembaga Penerbit FE-UI. Bina Grafika. Jakarta. _______________. 2002. Pengantar Teori Mikroekonomi. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Samuelson, Paul A. 1980. Economics. Eleventh Edition. Mc-Graw-Hill Book Company.
New York.
CATATAN