Keberdayaan keluarga miskin di perkotaan dalam meningkatkan kesejahteraannya (kasus di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi)

KEBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI PERKOTAAN
DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAANNYA
(Kasus di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi)

AGUS SJAFARI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul:
“Keberdayaan Keluarga Miskin di Perkotaan dalam Meningkatkan
Kesejahteraannya (Kasus di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi)”, karya saya
sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi di
mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka pada bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Agustus 2010

Agus Sjafari
NRP: P061050101

ii

ABSTRACT
AGUS SJAFARI. The State of Empowerment for Urban Poor Families in
Improving Their Welfare (Case in North Jakarta and Bekasi). Under the
supervision by SUMARDJO, PANG S ASNGARI, and DARWIS S. GANI.
Development activity of urban areas growth together with the development in the
region, increasingly become an attraction for local people to do tremendeous
urbanization. The process of urbanization in the regional community without the
knowledge and skill levels are adequate, would plunge them into a marginal life.
This situation with the level of living is very high competition, most of whom live in
poverty. Most of them live in the flood plain of times, under bridges, on the
outskirts of railroad tracks and in other slum areas. These communities were

classified, and categorized as poor. In most poor families who originated from
conditions are also poor. This research aims are: (1) Describe and analyze the
state of empowerment in North Jakarta and Bekasi, (2) Describe and analyze the
influence of group characteristics and empowerment interventions to empower
poor families in North Jakarta and Bekasi in improving family welfare,
(3) Describe and analyze the influence of individual characteristics, family
resources, social environment, and empowerment interventions to the state of
empowerment families in North Jakarta and Bekasi, (4) Describe and analyze the
influence of the state of empowerment Families to the welfare of poor families in
North Jakarta and Bekasi, and (5) Describe and analyze families resource
development program and group empowerment program implementing. Results
from this research show that the state of empowerment families is low level.
Individual characteristics has not influence to the level of empowerment families.
Group characteristic, family resources, social environment, and the intervention
has significant influence on the state of empowerment families.The state of
empowerment families has significant influence on family welfare. Strategy that
can be used to improve the state of empowerment families is by implementing
families resource development program and group empowerment program.
Keywords: Group Characteristic, The State of Empowerment, Poor Families
Welfare


iii

RINGKASAN
AGUS SJAFARI, 2010. Keberdayaan Keluarga Miskin di Perkotaan dalam
Meningkatkan Kesejahterannya (Kasus di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi).
Dibimbing oleh: SUMARDJO, PANG S. ASNGARI, dan DARWIS S. GANI.
Pembangunan wilayah perkotaan yang begitu pesat dibandingkan dengan
pembangunan di daerah, semakin menjadi daya tarik masyarakat daerah untuk
melakukan urbanisasi besar-besaran. Proses urbanisasi masyarakat daerah
tanpa dibekali dengan tingkat pengetahuan dan keterampilan yang memadai,
berpotensi menjerumuskan mereka kepada kehidupan yang marginal. Melalui
tingkat persaingan hidup yang sangat tinggi di perkotaan, menyebabkan
sebagian dari mayarakat tersebut hidup dalam garis kemiskinan. Sebagian dari
keluarga miskin di perkotaan tinggal di bantaran kali, di bawah jembatan, di
pinggiran rel kereta api serta di daerah-daerah kumuh lainnya. Masyarakatmasyarakat tersebut digolongkan dan dikategorikan sebagai keluarga miskin
miskin di perkotaan. Pada sebagian masyarakat perkotaan yang tergolong miskin
tersebut berawal dari kondisi keluarga yang tidak memiliki keberdayaan di dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menjelaskan dan Menganalisis

keberdayaan keluarga miskin di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi dalam
meningkatkan kesejahteraan keluarganya; (2) Menjelaskan dan menganalisis
pengaruh karakteristik kelompok dan intervensi pemberdayaan terhadap
keberdayaan keluarga miskin di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi dalam
meningkatkan kesejahteraan keluarganya; (3) Menjelaskan dan menganalisis
pengaruh karakteristik individu, sumber daya keluarga, lingkungan sosial, dan
intervensi pemberdayaan terhadap keberdayaan keluarga miskin di Kota Jakarta
Utara dan Kota Bekasi; (4) Menjelaskan dan menganalisis pengaruh
keberdayaan keluarga terhadap tingkat kesejahteraan keluarga miskin di Kota
Jakarta Utara dan Kota Bekasi; dan (5) Merumuskan strategi pemberdayaan
keluarga miskin dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin di Kota
Jakarta Utara dan Kota Bekasi.
Penelitian dilaksanakan di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi,
khususnya di kecamatan yang masyarakatnya terdapat kelompok keluarga
miskin. Penelitian ini menggunakan kombinasi jenis penelitian eksplanatorikorelasional dan penelitian partisipatori. Penentuan sampel penelitian ini
menggunakan penarikan sampel secara berkelompok atau Cluster Random
Sampling sebanyak 306 orang. Dalam penelitian ini tehnik analisis data yang
digunakan adalah path analysis (analisis jalur).
Beberapa kondisi peubah yang ada pada keluarga miskin perkotaan
adalah sebagai berikut: Karakteristik individu responden dapat dilihat dari tingkat

pendidikan formal (57 persen) dan tingkat pendidikan non formal (65 persen)
termasuk dalam kategori rendah. Rata-rata usia responden sebanyak 65 persen
berada pada usian 36 – 50 tahun. Jumlah tanggungan keluarga sebanyak 80

iv

persen memiliki jumlah tanggungan sebanyak 3 – 6 orang. Kondisi lingkungan
sosial (rataan 49), sumber daya keluarga (rataan 49), intervensi pemberdayaan
(rataan 64), dan keberdayaan keluarga (rataan 65) termasuk dalam kategori
rendah. Namun kondisi karakteristik kelompok termasuk dalam kategori rendah,
dengan rataan sebesar 66.
Tingkat kesejahteraan keluarga miskin di perkotaan ditandai dengan
kemampuan mengelola keuangan keluarga (rataan 16), tingkat pendapatan
keluarga (rataan 18), pemenuhan kebutuhan sekunder (rataan 26), pemenuhan
kebutuhan tertier (rataan 27), pemenuhan kebutuhan dasar (rataan 28) termasuk
dalam kategori rendah. Namun kesinambungan usaha keluarga miskin di
perkotaan termasuk dalam kategori sedang dengan rataan sebesar 67.
Hasil perhitungan koeefisien regresi antara peubah kerakteristik individu
terhadap keberdayaan keluarga menunjukkan hanya indikator pendidikan formal
yang berpengaruh meningkatkan keberdayaan keluarga sebesar 0,12,

sedangkan indikator lainnya seperti pendidikan non formal (0,02), usia (0,01),
dan jumlah tanggungan keluarga (0,08) tidak berkontribusi dalam meningkatkan
keberdayaan keluarga miskin di perkotaan.
Karakteristik kelompok menunjukkan pengaruh terhadap keberdayaan
keluarga dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,13. Artinya, semakin tinggi
aktivitas yang ada pada kelompok memberikan kontribusi dalam meningkatkan
keberdayaan keluarga miskin di perkotaan. Pada sisi lain intervensi
pemberdayaan menunjukkan pengaruh terhadap keberdayaan keluarga miskin
yaitu sebesar 0,14. Hal ini berarti bahwa semakin intensif aktivitas intervensi
pemberdayaan terhadap keluarga miskin semakin meningkatkan keberdayaan
keluarga miskin tersebut di perkotaan. Sumber daya keluarga (X3) menunjukkan
pengaruh terhadap keberdayaan keluarga (Y1) yaitu sebesar 0,32. Hal ini berarti
bahwa semakin besar sumber daya keluarga semakin besar pula keberdayaan
keluarga di perkotaan.
Lingkungan sosial (X4) menunjukkan pengaruh terhadap keberdayaan
keluarga (Y1) di perkotaan yaitu sebesar 0,15. Artinya bahwa semakin kondusif
lingkungan sosial yang ada di sekitar keluarga miskin semakin pula keberdayaan
keluarga miskin. Di kedua wilayah perkotaan tersebut (Kota Jakarta Utara dan
Kota Bekasi), Keberdayaan keluarga (Y1) menunjukkan pengaruh terhadap
tingkat kesejahteraan keluarga (Y2) yaitu sebesar 0,47; artinya, semakin besar

keberdayaan keluarga miskin maka akan semakin meningkatkan kesejahteraan
keluarga miskin.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah: (1) Kondisi keberdayaan
keluarga miskin di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi adalah rendah dengan
rataan sebesar 65 pada interval 0 sampai dengan 100. (2) Rendahnya
keberdayaan keluarga miskin di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi dipengaruhi
oleh rendahnya karakteristik kelompok dan lemahnya intervensi pemberdayaan
keluarga miskin. Karakteristik kelompok dalam kategori rendah ditandai dengan
kondisi antara lain: rendahnya kepemimpinan kelompok dan kedinamisan
kelompok, sedangkan intensitas komunikasi kelompok dalam kategori sedang.

v

Rendahnya intervensi pemberdayaan keluarga miskin ditandai dengan kurang
tepatnya proses pemberdayaan, kurang jelasnya kewenangan dalam
pemberdayaan, dan rendahnya dukungan fasilitasi.
(3) Rendahnya keberdayaan keluarga miskin di Kota Jakarta
Utara dan Kota Bekasi tersebut juga dipengaruhi oleh lemahnya karakteristik
individu, kurang kondusifnya lingkungan sosial, serta rendahnya sumber daya
keluarga. Rendahnya karakteristik individu ditandai dengan kondisi antara lain:

rendahnya tingkat pendidikan formal dan tingkat pendidikan non formal; Ratarata usia responden sebanyak 65 persen berada pada usian 36 – 50 tahun;
Jumlah tanggungan keluarga sebanyak 80 persen memiliki jumlah tanggungan
sebanyak 3 – 6 orang. Kurang kondusifnya lingkungan sosial ditandai dengan
kondisi antara lain: ketersediaan sumber daya ekonomi, peran media massa,
peluang kemitraan, dukungan jaringan usaha dan pengaruh kultural dalam
kategori rendah, sedangkan ketersediaan sumber daya sosial dan dampak
negatif kebijakan dalam kategori sedang. Rendahnya sumber daya keluarga
ditandai dengan rendahnya sumber daya fisik dan sumber daya non fisik
keluarga.
(4) Rendahnya keberdayaan keluarga miskin di perkotaan
mengakibatkan rendahnya tingkat kesejahteraan keluarga miskin. Rendahnya
keberdayaan keluarga miskin ditandai dengan kondisi antara lain: tingkat
adaptasi, tingkat pencapaian tujuan, dan tingkat latensi dalam kategori rendah,
sedangkan tingkat integrasi pada kategori sedang. Rendahnya
tingkat
kesejahteraan keluarga miskin di perkotaan ditandai dengan rendahnya
kemampuan mengelola keuangan keluarga, tingkat pendapatan keluarga,
pemenuhan kebutuhan sekunder, pemenuhan kebutuhan tertier, pemenuhan
kebutuhan dasar, sedangkan kesinambungan usaha dalam kategori sedang.
(5) Strategi program pemberdayaan keluarga miskin di perkotaan

dalam meningkatkan keberdayaan keluarga di Kota Jakarta Utara dan Kota
Bekasi adalah melalui implementasi strategi program pengembangan sumber
daya keluarga baik sumber daya yang berupa sumber daya fisik maupun sumber
daya non fisik. Cara mengimplementasikan strategi program pemberdayaan
keluarga menekankan kepada pendekatan kelompok.

vi

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2010
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
Mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
Kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan
Laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan
Tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau Karya tulis
Dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

vii


MOTTO:
AL QUR AN SURAT 13 (AR RA’D) AYAT 11: ”sesungguhnya
Allah SWT akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka
merubah keadaan diri mereka sendiri.”

“ sebaik-baiknya manusia diantaramu adalah manusia yang
paling banyak memberikan manfaat kepada manusia yang lain.”
(HADIST RIWAYAT BUKHORI)

ALQUR AN SURAT AN NASYR AYAT 6:
“Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan.”

viii

KEBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI PERKOTAAN
DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAANNYA
(Kasus di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi)

AGUS SJAFARI


DISERTASI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Mayor Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010

ix

Judul Disertasi

: Keberdayaan Keluarga Miskin di Perkotaan Dalam
Meningkatkan Kesejahteraannya (Kasus di Kota
Jakarta Utara dan Kota Bekasi)

Nama

: AGUS SJAFARI

NRP

: P061050101

Program Studi

: Ilmu Penyuluhan Pembangunan (PPN)

Disetujui
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. H. Sumardjo, MS
Ketua

Prof. Dr. Ir. H. Pang S. Asngari
Anggota Komisi

Prof. Dr.Ir. H. Darwis S. Gani, MA.
Anggota Komisi

Mengetahui

Ketua Program Studi
Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr.Ir.Hj.Siti Amanah,M.Sc

Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro,MS.

Tanggal Ujian: 2 Agustus 2010

Tanggal lulus:

x

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat
dan karuniaNya berupa nikmat iman dan ilmu pengetahuan, sehingga naskah
disertasi ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
Berkat bimbingan dan arahan dari komisi pembimbing antara lain: Prof.Dr.Ir.
Sumardjo, MS., Prof.Dr.Ir.H. Pang S. Asngari, serta Prof.Dr.Ir.H. Darwis S. Gani,
MA, dengan tulus, sabar dan perhatian yang tiada terhingga dalam membimbing,
sejak penyusunan rencana penelitian sampai dengan penyelesaian naskah
disertasi ini, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga
dan semoga semua kebaikan dan keikhlasan semua pembimbing menjadi amal
baik, bernilai ibadah dan Allah SWT membalas dengan syurgaNya Amin. Terima
kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan pula kepada yang terhormat
Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro,MS sebagai Dekan Sekolah Pascasarjana
yang telah memberi kesempatan menempuh studi di IPB. Terimakasih dan
hormat penulis yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Soeryo
Adiwibowo, MS selaku Ketua Departemen Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, dan Dr.Ir.Hj. Siti Amanah, M.Sc selaku
Ketua Program Mayor Ilmu Penyuluhan Pembangunan beserta staf yang telah
banyak memberikan pelayanan administrasi akademik dan kemahasiswaan.
Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada seluruh dosen di Program
Mayor Ilmu Penyuluhan Pembangunan yang telah membantu dan memberi
kontribusi ilmu pengetahuan selama penulis menempuh pendidikan. Penulis juga
mengucapkan terima kasih banyak kepada Prof. Gindo S. Sitorus, MM., Prof. Dr.
Soebagyo MPA, dan Dr. Sri Widji Mulyono, M.Sc. yang telah memberi
rekomendasi kepada penulis untuk dapat belajar di Sekolah Pascasarjana IPB.
Penulis juga menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dr.
Asnawi Syarbini, MPA yang juga memberikan rekomendasi kepada penulis untuk
mendapatkan beasiswa (on going) dari Dikti sehingga sangat membantu
menyelesaikan studi ini.
Ucapan terimakasih dan penghargaan yang tinggi penulis sampaikan
kepada yang terhormat Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Para
Pembantu Rektor, Dekan FISIP, para Pembantu Dekan FISIP, Ketua Jurusan
Ilmu Administrasi Negara FISIP Untirta serta para kolega akademik yang telah

xi

banyak membantu dan mendukung, sehingga penulis tetap bersemangat dan
penuh percaya diri dalam penyelesaian studi.
Kepada Ibunda tercinta, penulis mengucapkan terimakasih yang tak
terhingga yang telah menyiramkan doa kepada penulis sehingga penulis tetap
tegar

dan

penuh

keiklasan

dalam

menyelesaikan

studi.

Penulis

juga

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besar kepada kakanda tercinta Ir. Farid
Poniman, M.Si yang penulis anggap sebagai orang tua yang telah memberikan
semangat, motivasi, dan dukungan moral dalam penyelesaian studi ini.
Terima kasih yang sangat khusus kepada isteri tercinta Esti Rahayu, SH,
serta anak-anak penulis tercinta: Zaidan Syawal Akbar dan Nisrina Nur Arifa
yang selalu menjadi pendorong yang tak terhingga, dan menjadi sumber inspirasi
keberhasilan penulis untuk menyelesaikan studi ini. Ayah hanya bisa sampaikan,
“ terima kasih yang tak terhingga atas doa dan dorongan kalian, tanpa kalian
ayah tidak akan berhasil.”
Terimakasih juga penulis sampaikan kepada seluruh kawan-kawan
seperjuangan di Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan khususnya
angkatan 2005, terutama Dr. M. Nur Sangadji, Dr. Suwignya Utama, dan Dr.
Sumaryo, yang selalu memberikan semangat serta memberi kontribusi, teman
diskusi sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini.
Akhirnya, dengan kerendahan hati dan keterbatasan penulis sampaikan
pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Segala saran dan
kritik yang konstruktif sangat diharapkan untuk menyempurnakan naskah
disertasi ini. Semoga Allah SWT selalu memberikan rakhmat, dan HidayahNya
kepada kita semua. Amin Ya Robbal Alamin..
Bogor,

Agustus 2010

Agus Sjafari

xii

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pamekasan, 24 Agustus 1971, sebagai anak kelima
(terakhir) dari lima bersaudara dari Bapak Mohamad Syafi’i dan Ibu Hosmimah.
Penulis menikah dengan Esti Rahayu pada tahun 1996 dan dikarunia dua orang
anak yaitu Zaidan Syawal Akbar (siswa SMP) dan Nisrina Nur Arifa (siswa SD).
Setelah menyelesaikan studi dari SMA Negeri 2 Pamekasan tahun 1989,
penulis melanjutkan menempuh Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
lulus tahun 1995. Penulis melanjutkan menempuh Program Ilmu Administrasi di
Program Pascasarjana Universitas Padjajaran Bandung dan lulus tahun 2001.
Saat ini penulis menempuh Program Ilmu Penyuluhan Pembangunan (PPN) di
IPB Bogor dengan Beasiswa BPPS Dikti mulai September 2005.
Penulis bekerja sebagai Staf Pengajar di Program Studi Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Serang Banten sejak tahun 2005 sampai dengan sekarang. Penulis

juga

mengajar di Fakultas Ilmu Administrasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
serta beberapa Universitas swasta di Jakarta. Beberapa tahun terakhir penulis
aktif menyumbangkan pikiran-pikiran sebagai kolomnis di beberapa surat kabar
lokal Banten, beberapa Harian Ibukota Jakarta, serta beberapa surat kabar
nasional. Beberapa penelitian yang pernah penulis lakukan antara lain penelitian
Program Stranas Dikti tahun 2009 dengan judul “Pemberdayaan Keluarga Miskin
Melalui Implementasi Program Pembangunan Masyarakat di Kota Serang
Banten.” Pada tahun 2009, peneliti terlibat dalam penelitian Hibah Bersaing Dikti
dengan judul: “Pemberdayaan Keluarga Miskin Melalui Program Bimbingan
Usaha Kesejahteraan Sosial di Kota Serang Banten.”
Selama menempuh program doktor, penulis bersama dengan temanteman seangkatan bergabung dalam the Community Development Institute (CDI)
dan menjabat sebagai Sekretaris Eksekutif. Salah satu buku yang pernah penulis
hasilkan adalah “Pembangunan Masyarakat : Teori dan Praktek di Era Otonomi
Daerah. “ Saat ini penulis concern terhadap permasalahan-permasalahan sosial,
khususnya masalah kemiskinan dan pembangunan masyarakat.

xiii

DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRACT………………………………………………………………………...

iii

RINGKASAN……………………………………………………………………….

iv

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….. xiv
DAFTAR TABEL………………………………………………………………….. xvii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………….

xx

PENDAHULUAN……………………………………………………………………

1

Latar Belakang……………………………………………………………….

1

Masalah Penelitian ………………………………………………………….

4

Tujuan Penelitian…………………………………………………………….. 7
Manfaat Penelitian……………………………………………………………

8

Novelty………………………………………………………………………..

8

TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………………… 9
Kemiskinan……………………………………………………………………

9

Ukuran Kemiskinan…………………………………………………………..

12

Dimensi Kemiskinan…………………………………………………………. 15
Kemiskinan di Perkotaan……………………………………………………. 17
Konsep Pemberdayaan …………………………………………………….. 18
Konsep Kelompok……………………………………………………………. 21
Pendekatan Kelompok……………………………………………………….. 25
Dinamika Kelompok…………………………………………………………... 28
Konsep dan Unsur Dinamika Kelompok…………………………………… 30
Komunikasi antar Kelompok………………………………………………… 33
Hubungan Penyuluhan dengan Kemiskinan………………………………

33

Konsep Keluarga……………………………………………………………… 35
Fungsi Keluarga………………………………………………………………. 37

xiv

Konsep Sumber Daya Keluarga…………………………………………….. 40
Konsep Lingkungan Sosial…………………………………………………… 42
Lingkungan Sosial Perkotaan……………………………………………….. 44
Konsep Kesejahteraan Keluarga……………………………………………. 45
Konsep Kepemimpinan……………………………………………………… 49
Konsep Motivasi………………………………………………………………. 51
Karakteristik Individu…………………………………………………………. 52
Usia…………………………………………………………………………….

52

Pendidikan Formal……………………………………………………………. 53
Pendidikan Non Formal………………………………………………………. 53
Konsep Strategi……………………………………………………………….. 54
Strategi Program Penanggulangan Kemiskinan…………………………… 55
KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS ………………………………………. 57
Kerangka Berpikir…………………………………………………………….. 57
Hipotesis ……………………………………………………………………… 64
METODE PENELITIAN…………………………………………………………….

65

Desain Penelitian…………………………………………………………….. 65
Populasi dan Sampel………………………………………………………… 65
Data dan Instrumentasi……………………………………………………… 68
Analisis Data………………………………………………………………….. 71
Definisi Operasional dan Pengukuran Peubah Penelitian……………….

72

HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………………………

81

Lokasi Penelitian……………………………………………………………..

81

Karakteristik Individu…………………………………………………………

83

Karakteristik Kelompok……………………………………………………..

90

Sumber Daya Keluarga…………………………………………………….

98

Lingkungan Sosial…………………………………………………………… 103
Intervensi Pemberdayaan…………………………………………………. 119

xv

Keberdayaan Keluarga…………………………………………………….. 127
Tingkat Kesejahteraan Keluarga………………………………………….. 138
Kondisi Peubah-peubah Penelitian……………………………………….. 147
Pengaruh Karakteristik Kelompok dan Intervensi pemberdayaan
Terhadap Keberdayaan Keluarga…………………………………………. 150
Pengaruh Karakteristik Individu, Sumber Daya Keluarga, dan
Pengaruh Lingkungan Sosial Terhadap Keberdayaan Keluarga……….. 168
Pengaruh Keberdayaan Keluarga Terhadap Tingkat
Kesejahteraan Keluarga…………………………………………………… 173
Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Peubah Bebas Terhadap
Keberdayaan Keluarga…………………………………………………….

175

Peran Penyuluhan dalam Pemberdayaan Keluarga miskin di
Perkotaan………………………………………………………………….

185

Strategi Program Penanggulangan Kemiskinan Keluarga Miskin di
Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi……. ………………………………
KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………………

188
202

Kesimpulan……………………………………………………………………. 202
Saran………………………………………………………………………..

203

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………… 205
LAMPIRAN ……………………………………………………………………….

xvi

212

DAFTAR TABEL
No

Hal

1. Beberapa Definisi tentang Konsep Pemberdayaan………………………….

19

2. Paradigma Karakteristik Kelompok……………………………………………

60

3. Paradigma Keberdayaan Keluarga……………………………………………

62

4. Paradigma Intervensi Pemberdayaan…………………………………………

63

5. Paradigma Sumber Daya Keluarga……………………………………………

64

6. Matrik Kerangka Sampel Penelitian……………………………………………

67

7. Indikator dan Parameter Karakteristik Individu……………………………….

72

8. Indikator dan Parameter Karakteristik Kelompok…………………………….

73

9. Indikator dan Parameter Sumber Daya Keluarga……………………………

74

10. Indikator dan Parameter Lingkungan Sosial………………………………..

76

11. Indikator dan Parameter Intervensi Pemberdayaan……………………….

78

12. Indikator dan Parameter Indikator dan Parameter Keberdayaan
Keluarga……………………………………………………………………….

79

13. Indikator dan Parameter Tingkat Kesejahteraan Keluarga………………..

80

14. Tingkat Pendidikan Formal

Responden ...………………………………..

83

15. Tingkat Pendidikan Non Formal Responden ……..………………………..

86

16. Usia Responden ……….…………………………… ……………………….

88

17. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden ……….…….…………………

89

18. Kepemimpinan Kelompok ……….…………………………………………..

91

19. Kedinamisan Kelompok …………..……………………………………..……

93

20. Intensitas Komunikasi Kelompok ………….………………………………..

95

21. Tipologi Kelompok……………………………………………………………..

98

22. Sumber Daya Fisik Keluarga…………………………………………………

99

23. Sumber Daya Non Fisik Keluarga…………..………………………………. 100
24. Persepsi Respondenterhadap Dampak Negatif Kebijakan Pemerintah .. 103
25. Persepsi Responden Mengenai Ketersediaan Sumber Daya Ekonomi .. 106

xvii

26. Persepsi Responden Ketersediaan Sumber Daya Sosial………………..

109

27. Persepsi Responden mengenai Peran Media Massa ……………………

112

28. Persepsi Responden mengenai Jaringan Usaha …………………………

114

29. Persepsi Responden mengenai Peluang Kemitraan ……………………..

116

30. Sebaran Persepsi Responden mengenai Pengaruh Kultural ……………

118

31. Proses Pemberdayaan Keluarga..…………………………………..……...

120

32. Tingkat Kewenangan Pemberdayaan ………..….………………………..

123

33. Dukungan Fasilitasi ………..………………………………………………… 125
34. Tingkat Adaptasi Keluarga ………..……………………………………….… 128
35. Kepemilikan Aset Keluarga…………………………………………………… 131
36. Tingkat Pencapaian Tujuan Keluarga…………..…………………………... 132
37. Tingkat Integrasi Keluarga..…………… ………………………………….. 135
38. Tingkat Latensi keluarga………..…………………………………………..

136

39. Tingkat Pendapatan Keluarga ………………..…………………………….

138

40. Pemenuhan Kebutuhan Dasar ………..……………………………………

139

41. Pemenuhan Kebutuhan Sekunder Keluarga…………..…………………..

141

42. Pemenuhan Kebutuhan Tertier Keluarga……………….………………….. 143
43. Kesinambungan Usaha Keluarga …………………………………………..

145

44. Pengelolaan Keuangan Keluarga………..…………………………..……… 146
45. Rataan Peubah Penelitian……….…………………………………………..

147

46. Nilai Koefisien Regresi antara Karakteristik kelompok (X2) dan
Intervensi Pemberdayaan (X5) terhadap Keberdayaan Keluarga (Y1)….

149

47. Hubungan Peubah X dengan Peubah Y1 (Keberdayaan Keluarga)……… 161
48. Hubungan Peubah Y1 dengan Peubah Y2…………………………………. 162
49. Pengaruh Karakteristik Individu (X1) terhadap Keberdayaan
Keluarga (Y1)……..…………………………………………………………… 163
50. Pengaruh Sumber Daya Keluarga (X3), dan Lingkungan
Sosial (X4) terhadap Keberdayaan Keluarga (Y1)………………….. ……

xviii

163

51. Nilai Koefisien Regresi antara Keberdayaan Keluarga Miskin (Y1)
Terhadap Tingkat Kesejahteraan Keluarga (Y2)……………………………

173

52. Nilai Pengaruh Peubah Karakteristik Individu (X1)
Terhadap Keberdayaan Keluarga (Y1) Berdasarkan Analisis Jalur……… 177
53.Nilai pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Terhadap
Keberdayaan Keluarga (Y1) Berdasarkan Analisis Jalur ………………….. 177
54. Perencanaan Program Pemberdayaan Keluarga Miskin..…………........... 196
55. Implementasi Pemberdayaan Kelusrga…..…………………………………. 198
56. Kegiatan Monitoring dan Evaluasi…………………………………………..... 200

xix

DAFTAR GAMBAR
No.

Hal

1. Profil Kemiskinan dan Pendekatan Penyuluhan………………………….

34

2. Kerangka Berpikir penelitian……………………………………………….

58

3. Keterkaitan Antar Peubah yang berpengaruh terhadap
Keberdayaan Keluarga Miskin dalam Meningkatkan
Kesejahteraannya……………………………………………………………

59

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberdayaan Keluarga……………..

176

5. Implementasi Pogram Pemberdayaan Berbasis Pengembangan
Sumber Daya Keluarga …………………………………………………….

xx

193

DAFTAR LAMPIRAN

Hal.
1. Perincian Kerangka Sampling…………………………………………

212

2. Perhitungan Koefisien Regresi…………………………………………

213

3. Perhitungan Koefisien Regresi Pengaruh X1,X2,X3,X4, dan X5
Ke Y1…………………………………………………………………….

214

4. Hasil Perhitungan Uji Beda…………………………………………….

221

5. Data Frekuensi Berdasarkan Wilayah………………………………..

222

xxi

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan di suatu wilayah merupakan suatu keniscayaan yang tidak
bisa terhindarkan. Setiap wilayah berkeinginan agar di wilayahnya terjadi
pembangunan yang dapat dinikmati oleh masyarakat di wilayah tersebut. Artinya,
bahwa pembangunan yang perlu dilakukan oleh pemerintah tidak hanya
pembangunan fisik saja, melainkan pembangunan yang mengarah kepada
pembangunan

masyarakat

(community

development).

Setiap

kegiatan

pembangunan masyarakat berkaitan dengan proses pemberdayaan masyarakat
yang mampu memanfaatkan hasil pembangunan itu sendiri.
Kondisi

tersebut

ternyata

sangat

kontradiktif

dengan

kegiatan

pembangunan di kota. Kondisi di kota selalu dituntut untuk mampu melakukan
pembangunan, dengan maksud untuk melengkapi sarana dan prasarana kota
tersebut yang memadai. Tuntutan pembangunan fisik serta penataan wilayah
yang modern dan megah mengakibatkan termarginalisasikannya sekelompok
masyarakat, khususnya masyarakat yang tidak memiliki tingkat pengetahuan dan
keterampilan yang mamadai.
Melihat pembangunan wilayah perkotaan yang begitu pesat dibandingkan
dengan pembangunan di daerah, semakin menjadi daya tarik masyarakat daerah
untuk melakukan urbanisasi besar-besaran. Proses urbanisasi masyarakat
daerah tanpa diiringi dengan tingkat pengetahuan dan keterampilan yang
memadai, akan menjerumuskan mereka kepada kehidupan yang marginal.
Adanya tingkat persaingan hidup yang sangat tinggi, terdapat sekelompok
masyarakat yang hidup dalam garis kemiskinan. Masyarakat yang termasuk
dalam kondisi miskin tersebut sebagian tinggal di bantaran kali, di bawah
jembatan, di pinggiran rel kereta api, sedang masyarakat miskin lainnya tinggal di
dalam wilayah kota

yang tergolong kumuh. Masyarakat-masyarakat tersebut

digolongkan dan dikategorikan sebagai masyarakat miskin. Pada sebagian besar
masyarakat miskin berawal dari kondisi keluarga yang juga miskin.
Selain faktor eksternal (penyebab dari luar keluarga) yang mengakibatkan
terciptanya keluarga miskin di atas, terdapat beberapa faktor internal yang ada
pada keluarga miskin tersebut antara lain: rendahnya pendidikan, rendahnya
keterampilan mereka, rendahnya motivasi hidup mereka, rendahnya kemauan

2

untuk mengembangkan diri dan sebagainya. Faktor internal inilah yang
sebenarnya merupakan faktor yang perlu mendapatkan perhatian yang besar di
dalam mengubah kondisi masyarakat miskin tersebut menjadi lebih baik.
Pola kehidupan keluarga miskin di perkotaan ternyata sangat kompleks,
dihadapkan kepada tekanan hidup yang sangat keras dan khas. Dikatakan
sangat keras dikarenakan sebagian keluarga pada masyarakat tersebut dihimpit
oleh kebutuhan hidup dengan tingkat pendapatan yang sangat rendah dan tidak
memadai. Tingkat penghasilan yang mereka dapatkan sangat jauh untuk dapat
memenuhi beban hidup tinggal di Jakarta yang sangat berat.
Dikategorikan sangat khas, dikarenakan kualitas hidup keluarga miskin di
perkotaan terbelit oleh persoalan kemiskinan, keterbelakangan, dan kesulitan
mengakses berbagai layanan publik. Dengan demikian kualitas hidup sebagian
besar keluarga tersebut sangatlah memprihatinkan. Dengan lingkungan keluarga
dan lingkungan di sekitar keluarga yang sangat kumuh sangatlah tidak menjamin
adanya kesehatan serta keterpenuhan hidup yang layak bagi keluarga pada
masyarakat tersebut.
Hasil survei pendahuluan yang dilakukan peneliti, khususnya di DKI
Jakarta dan Bekasi menunjukkan bahwa nilai pendapatan keluarga perbulan
rata-rata kurang lebih Rp.400 ribu hingga Rp. 750 ribu. Hal ini kalau
dibandingkan dengan Upah Minimum Provinsi (UMP) saat ini mencapai Rp.960
ribu. Hal tersebut sangatlah jauh dari cukup. Problem kecilnya pendapatan
mereka salah satunya adalah bahwa sebagian dari mereka belum memiliki
pekerjaan yang tetap yang mampu memberikan kontribusi kepada fixed income
(pendapatan tetap) dalam keluarga. Melihat kondisi tersebut, maka sangatlah
perlu untuk nengetahui lebih jauh faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap
rendahnya kesejahteraan penduduk pada keluarga miskin tersebut.
Berdasarkan data BPS Provinsi DKI 2008 menunjukkan bahwa Provinsi
DKI Jakarta masih memiliki tingkat kemiskinan yang cukup mengkhawatirkan.
Pada tingkatan penduduk, persentase penduduk miskin sejumlah 340.687
(4.08%) dari jumlah penduduk

sebesar 8.347.083 orang. Pada tingkatan

keluarga, jumlah keluarga miskin adalah sebesar 101.674 (4,57%) dari 2.227.140
KK. Kondisi tersebut dengan sendirinya akan mengalami peningkatan, apabila
belum mendapatkan penanganan yang serius mengingat beban biaya ekonomi
nasional khususnya di DKI Jakarta semakin berat.

3

Untuk

wilayah

Bekasi,

data

kemiskinan

dilihat

dari

kemiskinan

menunjukkan cukup tinggi dengan perincian: Kota Bekasi sebesar 42.878 KK
dan Kabupaten Bekasi sebesar 170.507 KK (Rosmananda, 2007).
Berdasarkan data

BPS DKI Jakarta pada tahun 2007 menunjukkan

bahwa Kota Jakarta Utara merupakan wilayah yang tingkat kemiskinan penduduk
dan keluarga adalah yang tertinggi dibandingkan dengan wilayah di Kota Jakarta
lainnya. Pada tingkatan penduduk, jumlah penduduk miskin adalah sebesar
116.499 (34.499%). Pada tingkatan keluarga, jumlah keluarga miskin di Kota
Jakarta Utara mencapai 37,886 (37.26 %) dari 101.674. keluarga.
Dari 2.001.899 orang total penduduk Kota Bekasi, 7,59 % atau sekitar
152.084 jiwa, hidup di bawah garis kemiskinan. Standar kemiskinan tersebut
dilihat dari kemampuan belanja kebutuhan hidup yang kurang dari Rp163.385
per bulan, sedang untuk wilayah Kota Bekasi jumlah warga miskin meningkat
dari 31.727 KK menjadi 38.109 KK pada tahun 2009. Data menurut Badan Pusat
Statisk (BPS,2007) Kota Bekasi tersebut menyebutkan adanya peningkatan
mencapai 7.500 KK.
Kondisi kemiskinan pada keluarga miskin di Kota Jakarta Utara dan Kota
Bekasi tersebut tidak terlepas dari faktor fisik dan faktor non fisik di perkotaan
tersebut misalnya panataan kota dan struktur sosial masyarakat. Adanya
penataan kota yang kurang menguntungkan tersebut, semakin membuka potensi
bagi masyarakat yang tidak mampu untuk tinggal di tempat-tempat kumuh. Bagi
sebagian masyarakat Jakarta yang tidak mampu secara ekonomi untuk dapat
bersaing dengan masyarakat lainnya, mereka akhirnya memilih lokasi-lokasi
yang tergolong marginal tersebut, antara lain: di kolong jembatan, di pinggiranpinggiran kali, di sekitar rel kereta api, di sekitar terminal dan sebagainya di
wilayah Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi.
Motivasi yang mereka miliki hanyalah cara mereka agar bisa hidup di kota
dan dapat mencari segala macam pekerjaan dengan maksud untuk dapat
bertahan hidup di kota metropolitan dan sekitarnya. Kondisi pemenuhan kualitas
hidup yang lebih baik, belum menjadi pemikiran mereka dikarenakan tingkat
kemampuan dan keterampilan yang mereka miliki belum menunjang terhadap
peningkatan tersebut.

4

Masalah Penelitian
Keluarga miskin pada dasarnya terdiri dari keluarga yang tingkat
pendapatan dan penghasilan ekonominya adalah relatif rendah. Berdasarkan
indikator yang digunakan oleh BPS (2008), rendahnya tingkat penghasilan dan
pendapatan ekonomi keluarga atau yang disebut dengan keluarga miskin
tersebut dapat dilihat dari beberapa indikator: (1) Rumah yang tidak permanen,
(2) Sempitnya luas tanah yang ditempati, (3) kualitas kesehatan yang sangat
buruk, (4) lingkungan keluarga yang tidak sehat, (5) kualitas makanan/kalori yang
dikonsumsi tidak memadai dari sisi kesehatan, (6) Fasilitas air minum;
(7) Fasilitas jamban/WC, (8) Aset keluarga, dan (9) Status tanah tempat tinggal.
Rendahnya pendapatan dan penghasilan ekonomi keluarga tersebut
dikarenakan oleh masih rendahnya atau belum memiliki keberdayaan keluarga
serta belum berkembangnya pola perilaku mencari nafkah kepala keluarga
miskin tersebut. Rendahnya keberdayaan keluarga serta belum berkembangnya
pola perilaku mencari nafkah kepala keluarga tersebut ditandai oleh: (1) tingkat
pengetahuan yang rendah dikarenakan tingkat pendidikannya yang rendah,
(2) Sikap mental masyarakatnya yang masih tradisional tanpa disertai oleh
keinginan untuk maju dan berkembang, dan (3) Keterampilan yang tidak
mamadai untuk dapat bersaing hidup di kota.
Kehidupan keluarga miskin, khususnya di Kota Jakarta Utara dan Kota
Bekasi di atas, mengakibatkan kehidupannya yang terasing baik secara sosial,
ekonomi maupun politik. Secara sosial mereka tetap teridentifikasi sebagai
masyarakat marginal (terpinggirkan) dan tidak memiliki modal sosial yang
memadai untuk dapat bersaing dengan masyarakat lainnya yang memiliki modal
sosial dan modal ekonomi yang besar di kota.
Rendahnya tingkat pendapatan keluarga miskin tersebut, kemudian
berdampak terhadap rendahnya kesejahteraan mereka menempatkan mereka
sebagai maasyarakat yang tingkat kemandiriannya tergolong rendah. Artinya,
dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, sebenarnya mereka masih sangat
membutuhkan uluran tangan serta bantuan dari pihak-pihak yang memiliki
kekuatan dan kekuasaan ekonomi yang lebih, misalnya saja orang kaya, pihak
pemerintah, pihak swasta dan lain sebagainya. Tanpa bantuan dari pihak-pihak
tersebut, menjadikan mereka semakin tidak berdaya dan dalam kondisi yang

5

sangat kekurangan. Dengan demikian guna membangun kesejahteraan keluarga
miskin kota tersebut, sangatlah perlu ditunjang oleh proses pemberdayaan yang
intensif bagi anggota keluarga miskin tersebut.
Secara teoritis proses pemberdayaan bagi keluarga miskin secara umum
sangat bergantung pada dua hal yaitu (1) kekuatan yang ada pada internal
(anggota keluarga itu sendiri), dan (2) perlunya intervensi dari kekuatan ekternal
yaitu kekuatan yang ada di luar dirinya tersebut. Kekuatan yang ada pada dirinya
menyangkut segala potensi yang dimiliki oleh anggota keluarga tersebut
misalnya tingkat motivasi, keterampilan, kebutuhan, pengetahuan, sikap mental,
dan sebagainya. Kekuatan yang berasal dari luar dirinya terkait dengan adanya
bantuan atau stimulus yang mendorong mereka untuk lebih berdaya antara lain
bantuan uang, bantuan alat, sarana dan prasarana, kemampuan beradaptasi,
kemampuan berorganisasi dan sebagainya.
Pola pemberdayaan yang selama ini dilakukan, baik oleh pihak
pemerintah, pihak swasta ataupun oleh pihak-pihak lainnya lebih menekankan
dan menitikberatkan kepada program charity (sumbangan, bantuan dan amal)
atau lebih kepada program how to give something seperti halnya Program
Bantuan Langsung Tunai (BLT) oleh pemerintah, bantuan sarana dan prasarana,
bantuan lahan dan perumahan. Di sisi lain masih jarang sekali program
pemberdayaan keluarga miskin tersebut yang berwujud how to empowering
keluarga miskin tersebut agar terbebas dari ketidakberdayaannya.
Pola-pola pemberdayaan dalam bentuk charity tersebut sangatlah
memungkinkan untuk menuai kegagalan, dikarenakan akan menciptakan
ketergantungan dari kalangan masyarakat miskin terhadap pihak-pihak tertentu.
Dalam prakteknya pola tersebut hanya akan membantu keluarga miskin tersebut
dalam jangka waktu pendek. Setelah bantuan tersebut habis maka mereka
(keluarga miskin) akan kembali menjadi miskin dan tidak berdaya.
Salah satu pola pemberdayaan keluarga miskin yang dinilai mampu
memberikan kontribusi dalam jangka panjang adalah melalui pendekatan dan
pembelajaran kelompok atau organisasi yang dilakukan secara terus menerus,
sistematis dan berkesinambungan. Strategi pemberdayaan melalui pendekatan
dan pembelajaran kelompok yang selama ini dilakukan pada keluarga miskin
selama ini tidak berlangsung secara berkesinambungan dan berkelanjutan.
Padahal kita tahu bahwa melalui pendekatan dan pembelajaran kelompok atau

6

lebih tepatnya melalui kekuatan kelompok usaha bagi anggota keluarga miskin
yang berkelanjutan tersebut, keluarga miskin akan memiliki potensi untuk
memampukan dirinya sendiri di dalam memecahkan problematika hidup yang
selama ini mereka hadapi.
Asumsi yang dibangun adalah melalui pendekatan kelompok yang kuat
dan stabil akan lebih menciptakan

keberdayaan keluarga miskin, khususnya

keluarga miskin yang ada di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi. Melalui
pendekatan kelompok inilah, program-program pemberdayaan bagi masyarakat
miskin tersebut akan lebih terencana, terprogram dan memiliki tingkat efektivitas
yang tinggi. Hal yang terpenting dalam pendekatan kelompok melalui kekuatan
kelompok tersebut bahwa dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi program pemberdayaan tersebut dilakukan secara mandiri oleh
kelompok-kelompok yang dibentuk oleh anggota keluarga tersebut. Kelompok
yang dimaksudkan dalam penelitian ini bukanlah kelompok yang dibentuk oleh
pihak luar, melainkan kelompok tersebut sudah terbentuk dengan kesadaran dan
kebutuhan mereka sendiri. Pihak luar berperan sebagai pendamping yang terus
mengarahkan dan mengontrol agar kelompok yang ada tersebut menjadi lebih
kuat dan memiliki daya tahan sosial yang tinggi.
Dalam kajian kelompok pada keluarga miskin, khususnya di Kota Jakarta
Utara dan Kota Bekasi, sangatlah ditentukan oleh adanya kekuatan kelompok
tersebut. Di dalam menciptakan kekuatan kelompok tersebut, sangatlah
ditentukan oleh aspek-aspek internal kelompok dan organisasional antara lain:
kepemimpinan kelompok, dinamika kelompok yang tinggi, komunikasi kelompok
yang intensif serta masih banyak lagi faktor lainnya yang menentukan
karakteristik kelompok tersebut.
Apabila semua aspek yang berkaitan dengan kekuatan kelompok tersebut
mulai dari faktor eksternal, faktor internal serta aspek organisasional di atas
berjalan secara kondusif maka akan menjamin adanya keberdayaan yang tinggi.
Melalui keberdayaan keluarga yang tinggi tersebut sangat mempengaruhi
terhadap tingkat kesejahteraan keluarga miskin tersebut. Secara lebih spesifik
beberapa

faktor

determinan

yang

diasumsikan

berpengaruh

terhadap

keberdayaan keluarga antara lain: faktor-faktor karakteristik individu, karakteristik
kelompok,

sumber

pemberdayaan.

daya

keluarga,

lingkungan

sosial,

dan

intervensi

7

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut :
(1) Seberapa besar keberdayaan keluarga miskin di Kota Jakarta Utara dan
Kota Bekasi dalam meningkatkan kesejahteraan keluarganya?
(2) Seberapa jauh karakteristik kelompok dan intervensi pemberdayaan
berpengaruh terhadap keberdayaan keluarga miskin di Kota Jakarta Utara
dan Kota Bekasi dalam meningkatkan kesejahteraan keluarganya?
(3) Seberapa jauh karakteristik individu, sumber daya keluarga, dan lingkungan
sosial, dan intervensi pemberdayaan berpengaruh terhadap keberdayaan
keluarga miskin di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi?
(4) Seberapa jauh keberdayaan keluarga berpengaruh terhadap tingkat
kesejahteraan keluarga miskin di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi?
(5) Bagaimanakah strategi program pemberdayaan keluarga miskin dalam
meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin di Kota Jakarta Utara dan Kota
Bekasi?

Tujuan Penelitian
(1) Menjelaskan dan menganalisis keberdayaan keluarga miskin di Kota Jakarta
Utara dan Kota Bekasi dalam meningkatkan kesejahteraan keluarganya.
(2) Menjelaskan dan menganalisis pengaruh karakteristik kelompok dan
intervensi pemberdayaan terhadap keberdayaan keluarga miskin di Kota
Jakarta Utara dan Kota Bekasi dalam meningkatkan kesejahteraan
keluarganya
(3) Menjelaskan dan menganalisis pengaruh karakteristik individu, sumber daya
keluarga, lingkungan sosial, dan intervensi pemberdayaan

terhadap

keberdayaan keluarga miskin di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi
(4) Menjelaskan dan menganalisis pengaruh keberdayaan keluarga terhadap
tingkat kesejahteraan keluarga miskin di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi
(5) Merumuskan strategi program pemberdayaan keluarga miskin dalam
meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin di Kota Jakarta Utara dan Kota
Bekasi.

8

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat:
(1) Bagi pemerintah Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi, hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dalam pengambilan
kebijakan yang terkait dengan usaha memberdayakan keluarga miskin
khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan keluarganya.
(2) Bagi peneliti lain, sebagai masukan dan referensi terhadap kajian dan
penelitian yang `sejenis.

Novelty
Penelitian ini berpotensi untuk menghasilkan rekomendasi

mengenai

strategi program pemberdayaan keluarga miskin melalui pengembangan sumber
daya keluarga serta pendekatan kelompok khususnya yang berlaku di kota besar
dan kota madya.

Strategi yang dikaji adalah analisis tentang karakteristik

individu, karakteristik kelompok, sumber daya keluarga, lingkungan sosial, dan
intervensi pemberdayaan dalam meningkatkan keberdayaan keluarga sehingga
mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin di kota. Hasil penelitian
ini memberikan alternatif strategi dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga
miskin sebagai program pemberdayaan keluarga miskin melalui implementasi
program pengembangan sumber daya keluarga dan program pemberdayaan
melalui pendekatan kelompok yang efektif di perkotaan dalam bentuk pembinaan
dan pendampingan kelompok khususnya di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi.

9

TINJAUAN PUSTAKA
Kemiskinan
Kemiskinan pada hakekatnya merupakan persoalan klasik yang telah ada
sejak umat manusia ada. Kemiskinan merupakan persoalan kompleks dan
tampaknya akan terus menjadi persoalan aktual dari masa ke masa. Meskipun
sampai saat ini belum ditemukan suatu rumusan maupun formula penanganan
kemiskinan yang dianggap paling jitu dan sempurna, penemu-kenalan konsep
dan strategi penanganan kemiskinan harus terus menerus diupayakan (Suharto,
1997).
Kemiskinan merupakan masalah sosial laten yang senantiasa hadir di
tengah-tengah

masyarakat,

khususnya

di

negara-negara

berkembang.

Kemiskinan senantiasa menarik perhatian berbagai kalangan, baik para
akademisi maupun para praktisi. Berbagai teori, konsep dan pendekatan pun
terus menerus dikembangkan untuk menyibak tirai dan mungkin “misteri”
mengenai kemiskinan ini. Dalam konteks masyarakat Indonesia, masalah
kemiskinan juga meru