Intensifikasi Dan Ekstensifikasi Pendapatan Asli Daerah Pinjaman Daerah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD 271 Mengingat terbatasnya sumber pendanaan pembangunan di atas, maka Pemerintah Propinsi perlu mencari alternatif sumber pembiayaan pembangunan daerah lainnya.

4.4. ALTERNATIF SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN DAERAH

4.4.1. Intensifikasi Dan Ekstensifikasi Pendapatan Asli Daerah

Upaya peningkatan penerimaan Pendapatan Asli Daerah PAD dilakukan melalui upaya intensifikasi pajak maupun retribusi daerah dengan optimalisasi asset daerah, optimalisasi BUMD, optimalisasi pelayanan. Sedangkan upaya ekstensifikasi diupayakan melalui perluasan sumber-sumber pendapatan daerah tanpa harus membebani masyarakat.

4.4.2. Pinjaman Daerah

Otonomi daerah sebagai suatu cita-cita pemerintah dan bangsa Indonesia pada era reformasi ini diharapkan dapat memberi spirit bagi pemerintah daerah untuk aktif dan membenahi diri dengan melaksanakan pembangunan, baik pembangunan fisik maupun pembangunan sumber daya manusia. Pembangunan fisik dapat berupa sarana dan prasarana daerah yang menyangkut infrastruktur sosial seperti rumah sakit, puskesmas, ekonomi seperti pusat pembelanjaan area industri, dan infrastruktur yang dibangun dikhususkan untuk pelayanan kepada masyarakat, bukan hanya untuk memperoleh keuntungan murni, seperti pasar, terminal, jalan dan jembatan dll. Untuk dapat melaksanakan pembangunan tersebut tentu diperlukan dana tidak sedikit. Suatu daerah yang tidak memiliki dana yang cukup memadai tentu memerlukan tambahan dari pihak lain, agar program pembangunan yang telah direncanakan tersebut dapat terlaksana. Pihak lain yang dimaksud tersebut adalah lembaga perbankan, pemerintah pusat, atau pihak asing yang peduli dengan program pembangunan suatu daerah. Dalam hubungan ini pemerintah daerah dapat melakukan suatu kegiatan yang dikenal dengan nama “pinjaman daerah”. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD 272 Peraturan mengenai pinjaman daerah ini selengkapnya dapat dilihat pada UU 172003 tentang Keuangan Negara, Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah pasal 49 perihal batasan pinjaman, PP 1072000 tentang Pinjaman Daerah dan KMKRI No. 35 KMK.07 2003 tentang Perencanaan, Pelaksanaan Penatausahaan, penerusan Pinjaman Luar Negeri Pemerintah Kepada Daerah. Dalam menggunakan dana pinjaman ini hendaknya lebih hati-hati, misalnya : a. Syarat pinjaman hendaknya dengan bunga lunak dan ada masa tenggang b. Tunjuan pinjaman, hendaknya mempunyai multiplier effect yang besar dan cost recovery; c. Sumber dana pinjaman dari pihak lain yang tidak mempunyai persyaratan politik; d. Tata cara pengesahan pinjaman tidak berbelit-belit, sehingga akan mengakibatkan biaya yang mahal kebocoran yang mengakibatkan kerugian bagi peminjam; dan e. Pengawasan yang efektif dan efisien.

4.4.3. Obligasi Daerah