Kandungan Nutrisi Bagian Tanaman Jagung
Gambar 24. Daun dan Umbi Ubi Jalar
Asam amino pembatas ubi jalar adalah luecine. Seperti umumnya umbi-umbian yang mempunyai kandungan protein yang rendah, pemberian ubi jalar perlu diimbangi pemberian kandungan protein yang tinggi. Apabila digunakan lebih dari 90% pengganti jagung dalam ransum unggas sering terjadi luka-luka pada usus unggas yang dapat diikuti dengan kematian, Pada ransum ruminansia umumnya digunakan pengganti jagung sebanyak 50%. Kandungan Nutrisi Beberapa Jenis Ubi Jalar dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Kandungan Nutrisi Beberapa Jenis Ubi Jalar Propinsi
Bahan Pakan
Lemak Serat
Kasar
Kasar Kasar Ca P
1,05 1,92 0,12 0,10 Sumatera
Sumatera Ubi Jalar Utara
Ubi Jalar
Merah Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012.
BAHAN PAKAN TERNAK ASAL HEWANI
Berdasarkan kandungan serat kasarnya bahan makanan ternak dapat dibagi kedalam dua golongan yaitu bahan penguat (konsentrat) dan hijauan. Konsentrat dapat berasal dari bahan pangan atau dari tanaman seperti serealia (misalnya jagung, padi atau gandum), kacang-kacangan (misalnya kacang hijau atau kedelai), umbi-umbian (misalnya ubi kayu atau ubi jalar), dan buah-buahan (misalnya kelapa atau kelapa sawit). Konsentrat juga dapat berasal dari hewan seperti tepung daging dan tepung ikan. Disamping itu juga dapat berasal dari industri kimia seperti protein sel tunggal, limbah atau hasil ikutan dari produksi bahan pangan seperti dedak padi dan pollard, hasil ikutan proses ekstraksi seperti bungkil kelapa dan bungkil kedelai, limbah pemotongan hewan seperti tepung darah dan tepung bulu.
Klasifikasi berdasarkan kandungan gizinya bahan makanan ternak dapat dibagi atas sumber energi (misalnya dedak ubi kayu), sumber protein yang berasal dari tanaman (misalnya bungkil kedelai dan bungkil kelapa) dan sumber protein hewani (tepung darah, tepung bulu dan tepung ikan). Selain sumber protein dan sumber energi, beberapa bahan makanan dapat digolongkan sebagai sumber mineral (misalnya tepung tulang, kapur dan garam), serta sumber vitamin (misalnya ragi dan minyak ikan).
III.1. Susu Skim
Susu skim adalah bagian dari susu setelah diambil lemaknya, sehingga kandungan lemaknya hanya berkisar antara 0,1 sampai dengan 0,2%. Susu skim banyak mengandung vitamin B terutama vitamin B12 dan riboflavin. Kualitas susu tergantung dari umur ternak dan tipe ternak. Komposisi gizi susu skim dalam keadaan kering mengandung protein 34-35% dengan nilai biologis mencapai 94%. Susu skim dipergunakan sebagai sumber protein untuk anak sapi baru lahir setelah periode pemberian Collostrum dan penggemukan untuk produksi veal (daging anak sapi muda). Kandungan Nutrisi Susu Skim dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Kandungan Nutrisi Susu Skim
Provinsi Air
Abu
Protein
Lemak Serat
Kasar
Kasar Kasar
Jawa Tengah 4,70
2,19 DKI Jakarta
Jawa Barat 2,59
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
III.2. Tepung Tulang dan Daging (Meat Bone Meal)
Gambar 25. Tepung Tulang dan Daging (Meat Bone Meal)
Tepung tulang dan daging berasal dari sisa-sisa daging yang tidak dikonsumsi manusia,biasanya melekat pada kulit dan tulang dalam bentuk tetelan sehingga seringkali dalam bentuk tepung daging dan tulang (MBM). Pengolahan tepung daging dapat dilakukan dengan :
a. Pemasakan dengan tangki terbuka (Meat Scrap) Masak pengolahan ini air dapat terus keluar, setelah itu bahan baku diperas, dikeringkan dan digiling. Kandungan protein meat scrap berkisar 50-55% dan bila meat scrap ini mengandung mineral phosphor sebanyak >4.4% maka namanya meat and bone scrap.
b. Bahan dimasak pada tangki tertutup (Tankage).
Setelah dimasak dalam tangki tertutup kemudian disaring lalu residu diperas. Filtrat diuapkan akan didapat serbuk-serbuk. Residu yang diperas menghasilkan ampas dan dicampur dengan hasil penguapan, dekeringkan lalu digiling maka diperoleh tankage. Kandungan protein tankage berkisar 60% dan banyak mengandung vitamin B diantaranya asam pantotenat, niacin, riboflavin dan vitamin B12. Bahan baku tankage tidak boleh berisi bulu, kuku, tanduk, kotoran dan isi perut. Penggunaan untuk ternak unggas berkisar 10% dan kurang disukai karena dapat menimbulkan bau pada produk ternak (daging, telur dan susu). Kandungan Nutrisi Tepung Tulang dan Daging (Meat Bone Meal ) dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Kandungan Nutrisi Tepung Tulang dan Daging
(Meat Bone Meal)
Serat Sampel
Kasar Ca P
3,56 8,88 4,22 Tepung Jawa Tengah
DKI Jakarta
3,86 9,79 4,62 Tulang Banten
4,05 9,27 4,17 Daging Sulawesi Utara
Jawa Barat
3,06 26,06 1,88 Tepung Tulang Papua
DKI Jakarta
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
III.3. Tepung Bulu Ayam
Salah satu produk limbah yang tersedia dalam jumlah banyak dan belum dimanfaatkan secara optimal sebagai bahan baku pakan adalah bulu ayam/unggas. Bulu ayam berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber protein pakan alternatif pengganti sumber protein konvensional seperti bungkil kedele dan tepung ikan.
non ruminansia, dan unggas. Dukungan ketersediaan limbah berupa bulu sangat terjamin kontinuitasnya sehubungan jumlah ayam yang dipotong dari tahun ke tahun semakin meningkat sehingga bulu ayam yang dihasilkan juga meningkat. Pemanfaatan limbah bulu menjadi pakan ternak sangat memberikan dampak positif karena sekaligus mampu mengatasi permasalahan limbah bulu.
Gambar 26. Tepung Bulu Ayam
Tepung bulu ayam terbuat dari bulu ayam yang bersih, segar dan belum mengalami pembusukan, dengan proses hidrolisa. Tepung bulu ayam berpotensi sebagai sumber protein untuk ternak. Proses pembuatan tepung bulu ayam meliputi proses autoclave, perlakuan kimia dan enzimatis serta fermentasi dengan mikroorganisme. Adanya kandungan keratin pada bulu ayam menyebabkan daya utilisasi dan daya cerna bulu ayam masih rendah, sehingga pada proses pembuatan Tepung bulu ayam tidak hanya dengan proses hidrolisa atau tekanan saja.
Indikator lain kualitas Tepung bulu ayam selain protein kasar adalah kecernaan pepsin. Dibandingkan tepung ikan, kandungan protein bulu ayam lebih tinggi yaitu 85-90%, energi metabolis (ME) 2287 kkal/kg, dengan kadar serat kasar 1 -3%. Defisien terhadap asam amino lysine, tryptophan, histidin, dan methionin. Dengan kandungan protein kasar yang tinggi, kadar air tepung bulu ayam tidak melebihi 10%. Taraf penggunaan tepung bulu ayam untuk ternak berkisar 5-8 % untuk non ruminansia dan 10-15% untuk ruminansia. Kandungan Nutrisi Tepung Bulu Ayam dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24. Kandungan Nutrisi Tepung Bulu Ayam
Serat Provinsi
Protein Lemak
0,60 0,28 Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
DKI Jakarta 9,28
III.4. Udang (Crustaceae spp)
Tepung kepala udang adalah tepung yang dibuat dari bagian udang yang tidak dikonsumsi manusia terdiri atas kepala dan kulit secara keseluruhan dan dengan konversi 30-40% dari total tubuh udang. Mutu pakan lebih rendah dari tepung ikan (protein kasar 43-47%). Kelemahan tepung udang adanya khitin (yang sulit dicerna) suatu ikatan polisacharida-protein dalam kulit kelompok udang sebesar 20-30% dengan kecernaan yang rendah 28%.
Kecernaan pakan bisa tinggi (meningkat) bila pengolahan dilakukan dengan ekstrasi dengan basa. Pemakaian tepung udang dalam ransum ungas maksimal 10%. Kandungan Nutrisi Kulit dan Kepala Udang dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25. Kandungan Nutrisi Kulit dan Kepala Udang
Lemak Serat Sampel
Jenis Provinsi
Kasar Kasar Ca P
2,28 24,52 9,65 2,07 Kulit
Sulawesi Utara
Udang Riau
Udang Jawa Tengah
Udang Kalimantan Timur
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
III.5. Tepung Ikan (Fish Meal)
Gambar 27. Tepung Ikan (F ish Meal)
Tepung ikan dapat berasal dari ikan jenis kecil maupun jenis besar atau limbah/sisa bagian-bagian ikan yang tidak diikutsertakan dalam pengalengan. Kendala yang sering dijumpai adalah bahwa kadar lemak yang tinggi dari tepung ikan karena bahan baku awal tinggi lemak atau dalam proses pengolahan tidak dilakukan pembuangan lemaknya. Dalam segi kualitas, tepung ikan lokal memiliki kualitas lebih rendah dibandingkan dengan tepung ikan impor. Dalam segi harga tidak berbeda jauh antara yang lokal dan impor tetapi dengan kualitas lebih baik tepung ikan impor. Kualitas yang rendah ini disebabkan bahan baku yang dipergunakan. Kalau ikan yang tidak segar maka kualitas yang dihasilkan rendah. Yang kedua, prosesnya ada yang dimasak dengan di steam, ada yang dijemur dan dikeringkan dengan sinar matahari. Yang bagus adalah ikannya harus segar, dipanaskan dengan steam cooking bukan dry cooking setelah itu diperas, dikeluarkan minyaknya lalu dikeringkan. Tepung ikan yang baik bila kadar lemak 10% dan tidak asin. Rasa asin ini terjadi karena penambahan NaCl sebagai pengawet sering ditambahkan pada bahan baku ikan yang kurang segar. Tepung ikan yang ada di Indonesia dibedakan antara impor dan lokal. Sementara ini tepung impor dianggap lebih baik karena protein kasar lebih dari 60% dan kadar lemak rendah, sedangkan tepung ikan lokal dengan konversi randemen 20% dari bahan baku hanya mempunyai kadar protein kasar 55-58% dan termasuk grade C. Kandungan Nutrisi Tepung Ikan dan Beberapa Limbah Perikanan dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26. Kandungan Nutrisi Tepung Ikan dan Beberapa Limbah Perikanan
Jenis Sampel Provinsi
Air
Abu
Protein Lemak Serat
Kasar
Kasar Kasar Ca P
11,37 1,26 3,95 2,42 Jawa Barat
2,59 4,89 2,75 Jawa Timur
Tepung Ikan Barat
0,44 3,99 2,62 Tengah Sulawesi Utara
12,02 3,17 1,97 Sumatera Utara
Fermentasi Tepung Ikan
14,41 1,25 13,03 6,12 Minyak Ikan
Jawa Barat
94,81 5,60 - 0,40 Ikan Kering
Jawa Barat
5,32 8,25 4,53 Kepala Ikan Demang
Sulawesi Utara
17,67 3,51 10,09 5,25 Ikan Asin
Jawa Tengah
1,51 4,63 3,80 Tp. Kerang
2,44 48,89 1,55 Kulit Kerang
DKI Jakarta
ND 43,93 6,56 Kulit Kepiting
Jawa Barat
13,09 30,11 1,79 Tulang Ikan
Tenggara Jawa Barat
Jawa Barat
DKI Jakarta
DKI Jakarta
ND 1,13 1,14 Cakre
DKI Jakarta
4,05 2,99 0,73 Bernuk/Billis
DKI Jakarta
ND 1,94 1,29 Keterangan :Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil Lab.
DKI Jakarta
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
HIJAUAN PAKAN TERNAK
Bahan pakan alami untuk ternak ruminansia adalah hijauan baik berupa rumput- rumputan maupun leguminosa. Sebagian hijauan terutama leguminosa juga bisa diberikan pada ternak monogastrik (unggas) dalam jumlah tertentu setelah mengalami pengolahan sebelumnya (pengeringan dan penggilingan).
Tanaman hijauan pakan ternak yang secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu (1). Tanaman hijauan pakan ternak yang tidak dibudidayakan seperti rumput lapang, padang rumput alami, semak dan pohon-pohonan, (2). Tanaman hijauan pakan ternak yang secra sengaja dibudidayakan baik secara permanen ataupun temporer. Padang rumput alami umumnya mancakup berbagai jenis/species rumput-rumputan atau leguminosa, sedangkan padang rumput yang dibudidayakan biasanya hanya terdiri dari satu jenis/species atau campuran dari hanya beberapa/sedikit jenis saja.
Beberapa jenis rumput unggul yang telah banyak dikenal peternak di Indonesia adalah Pennisetum purpureum (rumput gajah), Panicum maximum (rumput benggala), Paspalum notatum (rumput bahia), Setaria splendida (setaria gajah) dan Brachiaria humidicola. Rumput mengandung serat kasar yang tinggi. Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa, lignin dan silika. Selulosa merupakan salah satu bahan organik yang terdapat dalam jumlah banyak di alam dan merupakan sumber energi yang sangat potensial bagi ruminansia.
Rumput-rumputan merupakan hijauan segar yang sangat disukai ternak, mudah diperoleh karena memiliki kemampuan tumbuh tinggi, terutama di daerah tropis meskipun
sering dipotong/disengut langsung oleh ternak sehingga menguntungkan para peternak/pengelola ternak. Hijauan banyak mengandung karbohidrat dalam bentuk gula sederhana, pati dan fruktosa yang sangat berperan dalam menghasilkan energi.
Jenis rumput-rumputan asal tropis dan subtropics umumnya lebih banyak mengandung karbohidrat dalam bentuk pati daripada fruktan dan umumnya disimpan dalam bagian daun. Kandungan nutrisi hijauan tersebut perlu diperhatikan sehubungan dengan proses pengawetan hijauan baik berupa pengawetan kering (hay) maupun pada proses pengawetan basah/segar (silase).
Mikroorganisme anaerob di dalam rumen mampu membantu pencernaan selulosa untuk menghasilkan molekul gula sederhana atau produk fermentasi seperti volatile fatty acids (VFA) yang merupakan sumber energi utama asal pakan pada Mikroorganisme anaerob di dalam rumen mampu membantu pencernaan selulosa untuk menghasilkan molekul gula sederhana atau produk fermentasi seperti volatile fatty acids (VFA) yang merupakan sumber energi utama asal pakan pada
IV.1. Rumput-rumputan (Graminae)
IV.1.1. Rumput Raja/King Grass (Pennisetum purpuroides)
Gambar 28. Rumput Raja (Pennisetum purpuroides)
Rumput Raja merupakan persilangan antara P. purpureum dan P. americanum (Amerika tropis). Di Indonesia Indonesia biasa disebut dengan rumput raja. Rumput ini berasal dari Afrika daerah tropis. Rumput ini mudah ditanam, dapat tumbuh dari dataran rendah hingga dataran tinggi, menyukai tanah subur dan curah hujan yang merata sepanjang tahun. Produksi rumput ini jauh lebih tinggi dibandingkan rumput lainnya. Rumput raja biasanya dikembangkan dengan stek batang dan mampu tumbuh baik pada tanah ringan sampai berat. Rumput raja dapat tumbuh pada ketinggian 0-3000 m diatas permukaan air laut dengan curah hujan tahunan sebesar 1000 m atau lebih. Produksi rumput raja dapat mencapai lebih dari 290 ton/ha/tahun dalam bahan segar dan tahan kering.
Kualitas hijauan ini lebih tinggi dibandingkan dengan rumput gajah terutama protein kasarnya 25% lebih tinggi dari rumput gajah demikian juga dengan kandungan gulanya yang lebih tinggi. Kandungan protein kasar berkisar 5.3-22.8%, tapi ada juga yang melaporkan sekitar 8-11%. Kecernaan BK hijauan ini adalah sekitar 65.6%. Kandungan Nutrisi Rumput Gajah (Pennisetum purpuroides) dapat dilihat pada Tabel 27.
Tabel 27. Kandungan Nutrisi Rumput Raja
(Pennisetum purpuroides)
Lemak Serat
Kasar
Kasar Kasar Ca P
34,92 0,25 0,12 Jawa Barat
Bangka Belitung
30,22 0,50 0,37 Kalimantan Timur
35,09 0,52 0,22 Sulawesi Tenggara
32,44 0,53 0,43 Sulawesi Utara
31,86 0,51 0,25 Sumatera Utara
Keterangan : Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air
berdasarkan hasil Lab. Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2011--2012
IV.1.2. Rumput Gajah/Elephant Grass (Pennisetum purpureum)
Gambar 29. Rumput Gajah
(Pennisetum purpureum)
Nama daerah: Elephant grass, napier grass (Inggris), Herbe d’éléphant, fausse canne à sucre (Prancis), Rumput Gajah (Indonesia, Malaysia), Buntot-pusa (Tagalog, Filipina), Ya-nepia (Thailand), Co’ duôi voi (Vietnam), pasto elefante (Spanyol).
Asal-usul dan persebaran geografi Rumput ini dari Arika daerah tengah, kemudian menyebar dan diperkenalkan ke daerah daerah tropika di dunia, dan tumbuh alami di seluruh Asia Tenggara yang bercurah hujan melebihi 1.000 mm dan tidak ada musim Asal-usul dan persebaran geografi Rumput ini dari Arika daerah tengah, kemudian menyebar dan diperkenalkan ke daerah daerah tropika di dunia, dan tumbuh alami di seluruh Asia Tenggara yang bercurah hujan melebihi 1.000 mm dan tidak ada musim
Nilai pakan rumput gajah dipengaruhi oleh perbandingan (rasio) jumlah daun terhadap batang dan umurnya. Batang-batangnya kurang begitu disukai ternak (karena keras) kecuali yang masih muda dan mengandung cukup banyak air. Kandungan Nutrisi Berbagai Jenis Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) dapat dilihat
28.
pada
Tabel
Tabel 28. Kandungan Nutrisi Berbagai Jenis Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)
Jenis Rumput
Kasar Kasar Ca P Gajah
Protein Lemak Serat
Kasar
Bali*
1,92 30,09 0,44 0,33 Bangka Belitung*
2,95 36,47 0,36 0,18 DKI Jakarta*
2,85 22,29 - - Jambi*
2,08 33,31 0,2 0,13 Jawa Barat*
3,57 27,46 0,74 0,48 Jawa Tengah*
3,26 29,17 0,66 0,42 Jawa Timur*
2,98 26,68 0,5 0,21 Kalimantan Timur*
Sumatera Barat*
33,8 0,76 0,26 Jawa Timur**
Sumatera Utara*
16 1,92 27,75 6,94 0,28 Jawa Barat**
3,68 33,66 0,51 0,29 Nusa Tenggara
1,73 31,8 0,38 0,29 DKI Jakarta Barat* (Panen Tua)*
2,41 25,9 0,29 0,31 DKI Jakarta
(Panen Muda)*
21,53 0,39 0,4 Jawa Barat
2,27 30,74 0,59 0,3 Rata-rata (Batang)*
Sumatera Barat*
Jawa Barat*
Gajah Sumatera Barat*
: - * Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil Lab - ................................................................................................... **dala m as feed.. Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2011-2012
IV.1.3. Rumput Setaria (Setaria splendida)
Gambar 30. Rumput Setaria (Setaria splendida)
Rumput setaria gajah (Setaria splendida) merupakan salah satu hijauan pakan yang produktif dan mudah cara penanamannya. Setaria splendida
serupa dengan Setaria sphacellata , tetapi lebih besar, lebih tinggi, dan lebih tegar dibanding kultivar komersil lain. Rumput gajah setaria ini biasa disebut dengan hanya rumput setaria.
Rumput setaria gajah sangat disukai oleh ternak, merupakan rumput tahunan, tumbuh tegak, berumpun dengan tinggi 1,5-3,5 m. panjang daun bisa mencapai 70 cm dengan lebar 12-20 mm. Komposisi nutrien rumput setaria adalah sebagai berikut: 13,8% abu, 34,5% serat kasar, 8,6% protein kasar, dan 41% BETN. Kandungan nutrisi Rumput Setaria (Setaria splendida) dapat dilihat pada Tabel 29.
Tabel 29. Kandungan Nutrisi Rumput Setaria (Setaria splendida)
Protein Lemak Serat
Kasar
Kasar Kasar Ca P
Kalimantan 71,67
1,44 40,21 0,34 0,76 Timur Jawa
1,975 36,015 0,335 0,5 Keterangan : Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil Lab Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2011-2012
Tengah Rata-rata
IV.1.4. Rumput Benggala (Panicum maximum)
Gambar 31. Rumput Benggala (Panicum maximum)
Rumput benggala (Panicum maximum) adalah rumput yang tersebar di Arika, Asia, Australia dan Eropa. Di Indonesia rumput ini dikenal dengan nama Rumput Benggala atau Suket Londo . Rumput ini sangat disukai ternak. Protein kasar berkisar 4-14% dengan serat kasar (SK) antara 28-36%.
Kandungan PK dan SK ini tergantung pada frekuensi pemotongan serta umur tanaman. Beta-N bervariasi dari 40-50% dan lemak kasar 0,6-2,8%. Kandungan P umumnya lebih besar dari 0,15% dan sudah memenuhi kebutuhan sapi pada umumnya. Kandungan TDN bervariasi dari 38-61% dengan kecernaan
Benggala dapat dilihat pada Tabel 30.
Tabel 30. Kandungan Nutrisi Rumput Benggala (Panicum maximum)
Lemak Serat
Kasar
Kasar Kasar Ca P
2,43 31,91 0,28 0,17 NAD
Sumatera Barat
1,34 33,19 0,39 0,37 Keterangan : Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil Lab Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2011-2012
IV.1.5. Rumput Australi (Paspalum dilatatum)
Gambar 32. Rumput Australi (Paspalum dilatatum)
Rumput ini aslinya berasal dari daerah Amerika Selatan tepatnya di Brazil, Argentina dan Uruguay. Rumput ini masuk ke Indonesia dibawa dari Australia oleh karena itu dikenal dengan nama Rumput Australi atau Rumput Dallies. Kandungan protein kasar berkisar antara 13,4 -18,5%, lemak kasar 1,3-2,4%, serat kasar 24,4-34,8% dan Beta-N 40,1-48,6%. Hijauan ini mempunyai kecernaan BK sekitar 50-63%.
Rumput Australi pernah dilaporkan memberikan pengaruh yang pada domba karena pengaruh dari cyanogenicglucosides dalam rumput ini walaupun HCN-nya relatif rendah (42 ppm).
diare. Kandungan Nutrisi Rumput Australia (Paspalum dilatatum) dapat dilihat pada Tabel 31.
Tabel 31. Kandungan Nutrisi Rumput Australia (Paspalum dilatatum)
Provinsi Air
Serat Ca P
Sulawesi Utara 60,39
Keterangan : Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil Lab Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
IV.1.6. Rumput Signal (Brachiaria decumbens)
Gambar 33. Rumput Signal (Brachiaria decumbens)
Rumput ini berasal dari Arika daerah timur yaitu Uganda, Rwanda, Tanzania dan lain-lain. Di Indonesia rumput ini dikenal dengan nama rumput BD. Rumput BD tidak tahan pada lingkungan yang ternaungi, sehingga tidak cocok untuk dikembangkan berintegrasi dengan perkebunan Rumput ini memiliki kualitas yang baik seperti dilaporkan dari hampir semua negara yang pernah melakukan percobaan dengan rumput ini. Kandungan protein kasarnya 6,1-10,1%, tergantung Rumput ini berasal dari Arika daerah timur yaitu Uganda, Rwanda, Tanzania dan lain-lain. Di Indonesia rumput ini dikenal dengan nama rumput BD. Rumput BD tidak tahan pada lingkungan yang ternaungi, sehingga tidak cocok untuk dikembangkan berintegrasi dengan perkebunan Rumput ini memiliki kualitas yang baik seperti dilaporkan dari hampir semua negara yang pernah melakukan percobaan dengan rumput ini. Kandungan protein kasarnya 6,1-10,1%, tergantung
Ditanam untuk padang gembala permanen dan sebagai penutup tanah untuk menahan erosi dan gulma. Dapat digunakan sebagai hay dan untuk menekan nematoda pada sistem tanaman pangan. Kandungan Nutrisi Rumput Signal (Bachiaria decumbens) dapat dilihat pada Tabel 32.
Tabel 32. Kandungan Nutrisi Rumput Signal
(Brachiaria decumbens)
Serat Ca P
Jawa Timur
37,75 0,25 0,53 Rata-rata Timur
30,38 0,39 0,36 Sulawesi Utara
32,76 0,09 0,1 Sumatera Barat
31,99 0,43 0,26 Sumatera Utara
Keterangan : Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air
berdasarkan hasil Lab Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
IV.1.7. Rumput Brachiaria humidicola
Gambar 34. Rumput Brachiaria humidicola
Brachiaria humidicola merupakan tanaman rumput tahunan yang mempunyai banyak stolon dan rizoma dan membentuk lapisan penutup tanah yang padat. Tumbuh pada beragam jenis tanah mulai dari tanah sangat asam (pH 3,5) dan tidak subur, tanah dengan Alumunium tinggi, tanah liat berat merekah, sampai tanah pasir berbatu pH tinggi. Kebutuhan rumput akan unsur Ca rendah. Tahan terhadap tanah berpengairan buruk dan sering ditemukan pada tanah liat basah musiman. Brachiaria humidicola memerlukan 1000-4000 mm curah hujan tahunan dengan distribusi yang baik. Kurang baik pada lingkungan dengan curah hujan tahunan <1600 mm dan >6 bulan musim kering. Brachiaria humidicola tumbuh paling baik pada lingkungan dataran rendah tropis pada lintang sampai 27 o , dengan ketinggian sampai 1000 m.
Helai daun lebar 5-16 mm, dan panjang sampai 25 cm. Tangkai bunga tegak, tinggi 20-60 cm.Inflorescence panjang 7-12 cm, dengan 2-5 tandan, kelompok bunga berbulu.
Biasanya kualitas rumput tersebut lebih rendah dibanding spesies Brachiaria yang lain yaitu Brachiaria decumbens, Brachiaria brizantha atau Brachiaria ruziziensis. Kecernaan pada ternak akan mengalami penurunan dengan cepat bila tidak digembalakan. Kandungan Nutrisi Rumput Brachiaria humidicola dapat dilihat pada Tabel 33.
Brachiaria humidicola
Serat Provinsi
Kasar Ca P
Kalimantan Timur 71,18
36,65 0,31 0,39 Sumatera Utara
35,16 0,26 0,31 Keterangan : Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil Lab Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
IV.1.8. Rumput Bintang/Stargrass (Cynodon plectostachyus)
Gambar 35. Rumput Bintang/Stargrass (Cynodon plectostachyus )
Nama latin dari rumput bintang/stargrass adalah Cynodon plectostachyus . Nama umum dari rumput ini adalah African Star grass . Tanda-tanda rumput ini adalah perenial, membentuk rumpun dan berstolon yang membentuk jaring yang padat, tinggi batang 60- 100 cm, bunga berbentuk menjari (digit). Rumput ini dapat tumbuh subur pada curah hujan > 500-890 mm/th, Tumbuh subur pada berbagai jenis tanah. Rumput ini mengandung HCN yang tinggi merupakan
Kandungan Nutrisi Rumput Bintang/Stargrass dapat dlihat pada Tabel 34.
Tabel 34. Kandungan Nutrisi Rumput Bintang/Stargrass
Protein Lemak Serat
Kasar
Kasar Kasar Ca P
0,92 27,92 0,49 0,24 Jawa Tengah
Jawa Barat
10.89 1,32 34,73 0,52 0,33 Jawa Timur
1,84 25,96 0,56 0,21 Kalimantan Timur
1,71 35,70 0,55 0,43 Sumatera Utara
Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil Lab
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
IV.1.9. Rumput Meksiko (Euchlena Mexicana)
Gambar 36. Rumput Meksiko (Euchlena Mexicana)
Rumput Meksiko (Euchlena Mexicana) berasal dari Amerika Tengah, rumput ini termasuk rumput potong yang tumbuh tegak, batang dan daunnya lebar mirip tanaman jagung. Ketinggian tanaman mencapai 2,5 –4 m, sistem perakarannya dalam dan luas, tumbuh baik pada daerah-daerah lembab atau tanah yang subur dengan ketinggian 0 - 1200 m di atas permukaan laut dan curah hujan tidak kurang dari 1000 mm/tahun.
Tanaman ini ditanam di Amerika Tengah dan Selatan untuk dibuat silase atau sebagai hijauan pakan ternak, sedangkan di Philipina rumput ini dapat menghasilkan 70 ton/ha/thn bahan segar dengan pemotongan 4 - 5 kali dan pembiakannya dapat dilakukan dengan pols atau stek.
Tanaman ini berasal dari Mexico dan Amerika Tengah, hidup di daerah tropik yang basah dan subtropik yang tanahnya berair. Ukuran daun pada rumput meksiko lebih lebar dari jenis rumput lain, dengan panjang daun kurang lebih 1,5 meter dan lebar daun kurang lebih 10 cm. tulang daun menjari, batang tidak berbulu dengan diameter kurang lebih 3,5 cm dan batang muda berbentuk pipih serta batang tua berbentuk elips. Kandungan Nutrisi Rumput Meksiko (Euchlena Mexicana) dapat dilihat pada Tabel 35.
Tabel 35. Kandungan Nutrisi Rumput Meksiko (Euchlena Mexicana)
Lemak Serat
Kasar
Kasar Kasar Ca P
4,08 27,81 0,51 0,21 Kalimantan Timur*
Sumatera Barat*
Keterangan : - Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil Lab. - Protein kasar pada rumput Meksiko dari Sumatera Barat dikarenakan pengambilan sampel dilakukan ketika baru di pupuk. Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
IV.1.10. Rumput Laut
Gambar 37. Rumput Laut
Rumput laut atau gulma laut merupakan salah satu sumberdaya hayati yang terdapat di wilayah pesisir dan laut. Istilah ini rancu secara botani karena dipakai untuk dua kelompok “tumbuhan” yang berbeda. Dalam bahasa Indonesia, istilah rumput laut dipakai untuk menyebut baik gulma laut dan lamun. Yang dimaksud sebagai gulma laut adalah anggota dari kelompok vegetasi yang dikenal sebagai alga (ganggang).
Sumberdaya ini biasanya dapat ditemui di perairan yang berasosiasi dengan keberadaan ekosistem terumbu karang. Gulma laut alam biasanya dapat hidup di atas substrat pasir dan karang mati.
Di beberapa daerah pantai di bagian Selatan Jawa dan pantai Barat Sumatera, gulma laut banyak ditemui hidup di atas karang-karang terjal yang melindungi pantai dari deburan ombak. Di pantai Selatan Jawa Barat dan Banten misalnya, gulma laut dapat ditemui di sekitar pantai Santolo dan Sayang Heulang di Kabupaten Garut atau di daerah Ujung Kulon Kabupaten Pandeglang. Sementara di daerah pantai Barat Sumatera, gulma laut dapat ditemui di pesisir barat Provinsi Lampung sampai pesisir Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam. Kandungan Nutrisi Rumput Laut dapat dilihat pada Tabel
Tabel 36. Kandungan Nutrisi Rumput Laut
Provinsi Air
Kasar Ca P
Keterangan : Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan
hasil Lab Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
IV.1.11. Rumput Bahia (Paspalum notatum)
Gambar 38. Rumput Bahia
(Paspalum notatum)
Rumput Bahia Paspalum notatum merupakan tanaman tahunan berhizoma, berakar dalam. Tingginya dapat mencapai 60 cm atau lebih. Berasal dari Amerika Tengah dan Selatan dan beradaptasi di daerah tropik dan subtropik. Paspalum notatum Fluegge merupakan rumput penggembalaan
yang berguna dan tahan terhadap penggembalaan. Cukup tahan kering tetapi di Nigeria Utara mati pada musim kering. Mudah membentuk hamparan rumput yang rapat dan dapat digembalai 3 bulan sesudah penanaman. Merupakan rumput yang paling baik untuk pengawetan tanah.
Dapat ditanam dengan stek atau biji dengan kebutuhan biji 11- 22 kg/ha. Rumput Bahia adalah rumput spesies musim kemarau yang menyebar dengan rhizome, mampu menyebar cepat lateral melalu produksi rhizome, sering digunakan di daerah yang memerlukan pengendalian erosi dan sering ditanam di pinggir jalan karena memiliki sifat tahan terhadap kekeringan yang cukup baik. Rumput bahia adalah rumput yang sering digunakan pada musim kemarau Dapat ditanam dengan stek atau biji dengan kebutuhan biji 11- 22 kg/ha. Rumput Bahia adalah rumput spesies musim kemarau yang menyebar dengan rhizome, mampu menyebar cepat lateral melalu produksi rhizome, sering digunakan di daerah yang memerlukan pengendalian erosi dan sering ditanam di pinggir jalan karena memiliki sifat tahan terhadap kekeringan yang cukup baik. Rumput bahia adalah rumput yang sering digunakan pada musim kemarau
penggembalaan yang
berkesinambungan. Kandungan Nutrisi Rumput Bahia (Paspalum
notatum ) dapat dilihat pada tabel 37.
Tabel 37. Kandungan Nutrisi Rumput Bahia
(Paspalum notatum)
Provinsi Air
Abu
Protein Lemak
Kasar Ca P
38,45 0,27 0,22 Banten
Kalimantan Timur 56,48
34,115 0,50 0,26 Keterangan : Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil Lab Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
IV.1.12. Rumput Lapang, alam, liar
Tabel 38. Kandungan Nutrisi Rumput
Lapang, Alam, Liar
Protein Lemak Serat Provinsi
Kasar Kasar Ca P
Bangka Belitung
52,56 0,47 0,31 Jawa Barat
8,24 0,19 0,09 Jawa Barat
37,93 0,50 0,27 Jawa Timur
25,23 0,74 0,29 Sulawesi Utara
Keterangan : Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil Lab Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
IV.2.1. Lamtoro (Leucana leucocephala)
Gambar 39. Lamtoro (Leucana leucocephala)
Lamtoro, petai cina, atau petai selong adalah sejenis perdu dari suku Fabaceae (=Leguminosae, polong-polongan), yang kerap digunakan dalam penghijauan lahan atau pencegahan erosi. Berasal dari Amerika tropis, tumbuhan ini sudah ratusan tahun dimasukkan ke Jawa untuk kepentingan pertanian dan kehutanan, dan kemudian menyebar pula ke pulau-pulau yang lain di Indonesia.
Lamtoro mudah beradaptasi, dan segera saja tanaman ini menjadi liar di berbagai daerah tropis di Asia dan Afrika; termasuk pula di Indonesia. Ada tiga jenis (subspesies), yakni:
1. Leucaena leucocephala ssp. leucocephala; ialah anak jenis yang disebar luaskan oleh bangsa Spanyol. Di Jawa dikenal sebagai lamtoro atau petai cina „lokal‟, berbatang pendek sekitar 5 m tingginya dan pucuk rantingnya berambut lebat.
2. ssp. glabrata (Rose) S. Zárate. Dikenal sebagai lamtoro gung, tanaman ini berukuran besar segala-galanya (pohon, daun, bunga, buah) dibandingkan anak jenis yang pertama. Lamtoro gung baru menyebar luas di dunia dalam beberapa dekade terakhir.
3. ssp. ixtahuacana C. E. Hughes; yang menyebar terbatas di Meksiko dan Guatemala.
Biji dan daun lamtoro mengandung galactomannan yang dapat membentuk ekstraksi protein dari kemungkinan penggunaannya oleh ternak. Zat ini mungkin mempunyai potensi sebagai bahan iomedical.
anti mitotic dan depilatory pada ternak. Sehingga daun lamtoro tidak aman diberikan pada ternak non ruminansia pada level diatas 5%. Pada ruminansia mimosin bersifat goitrogenik dan jika tidak didegradasi dapat menimbulkan rendahnya level thyroxine dalam serum darah, ulceration dari oesophagus dan retikulorumen, saliva berlebihan dan pertambahan bobot badan rendah, khususnya bila diberikan lebih dari 30% dalam ransum. Walaupun demikian mikroba rumen dapat menghilangkan racun mimosin dan DHP bila diberikan sebaikya dilayukan terlebih dahulu. Kandungan Nutrisi Lamtoro (Leucana leucocephala ) dapat dilihat pada Tabel 39.
Tabel 39. Kandungan Nutrisi Lamtoro
(Leucana leucocephala)
Provinsi Air
Kasar Ca P
21,51 2,17 0,23 NAD
Jawa Tengah 80,92
27,03 1,36 0,38 Sulawesi Utara
28,28 1,53 0,81 Sumatera Barat
24,13 1,8 0,29 Sulawesi Barat
Keterangan :* * Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil Lab. * Hasil Uji berdasarkan as fed
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
IV.2.2. Gamal (Gliricidia sepium)
Gambar 40. Gamal (Gliricidia sepium)
Gamal (Gliricidia sepium) adalah nama sejenis perdu dari kerabat polong-polongan (suku F abaceae alias Leguminosae). Sering digunakan sebagai pagar hidup atau peneduh, perdu atau pohon kecil ini merupakan salah satu jenis leguminosa multiguna yang terpenting setelah lamtoro (Leucaena leucocephala).
Daun-daun, biji dan kulit batang gamal mengandung zat yang bersifat racun bagi manusia dan ternak, kecuali ruminansia. Dalam jumlah kecil, ekstrak bahan-bahan itu digunakan sebagai obat bagi berbagai penyakit kulit, rematik, sakit kepala, batuk, dan luka-luka tertentu. Ramuan bahan-bahan itu digunakan pula sebagai pestisida dan rodentisida alami (gliricidia berasal dari bahasa Latin yang berarti kurang lebih racun tikus).
Daun-daun gamal mengandung banyak protein dan mudah dicernakan, sehingga cocok untuk pakan ternak, khususnya ruminansia (sebaiknya dilayukan dahulu sebelum diberikan). Daun-daun dan rantingnya yang hijau juga dimanfaatkan sebagai mulsa atau pupuk hijau untuk memperbaiki kesuburan tanah. Kandungan Nutrisi Gamal (Gliricidia sepium ) dapat dilihat pada Tabel 40.
Tabel 40. Kandungan Nutrisi Gamal
(Gliricidia sepium)
Lemak Serat
Kasar
Kasar Kasar Ca P
2,71 33,57 - - Jawa Barat
DKI Jakarta 75,18
4,77 21,87 1,42 0,33 Jawa Tengah
2,92 25,6 1,41 0,25 Jawa Timur
3 18,42 1,37 0,27 Kalimantan Selatan
4,42 28,26 1,48 0,21 Kalimantan Timur
22,56 0,88 0,32 Sulawesi Tenggara
Keterangan : -* Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil Lab. Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
IV.2.3. Kaliandra (Caliandra calothyrsus)
Gambar 41. Kaliandra (Caliandra calothyrsus)
Kaliandra adalah tanaman kacang-kacangan yang dapat tumbuh pada musim kemarau walaupun tidak sebaik pertumbuhan dimusim hujan, terutama pada daerah berlereng curam. Untuk tumbuh ideal rata-rata
temperatur yang diperlukan adalah 20-28 0 C.
meter atau 2×0,5 meter pada awal musim hujan. Pemotongan tanaman dilakukan setiap 12 minggu dengan tinggi potong 1 meter, produksi yang diperoleh 10 ton bahan kering/Ha/tahun.Kaliandra dapat digunakan sebagai pengganti sebagian rumput yang diberikan. Pada sapi dapat menggantikan rumput maksimal 50%, sedangkan untuk domba sampai dengan 30%. Pemberian pada ternak sebaiknya dalam bentuk segar karena proses pengeringan akan menurunkan konsumsi dan kecernaanya, selain itu kandungan tanin dalam kaliandra segar kurang berbahaya untuk ternak. Kaliandra dapat diberikan saat sebelum atau sesudah pemberian pakan tambahan. Kandungan Berbagai Jenis Kaliandra (Caliandra calothyrsus) dapat dilihat pada Tabel 41.
Tabel 41. Kandungan Berbagai Jenis Kaliandra
(Caliandra calothyrsus)
Jenis Kaliandra Provinsi
Air
Abu
Protein Lemak Serat
Kasar
Kasar Kasar Ca P
Kaliandra Putih Jawa Timur
4,61 11,52 1,71 0,47 Kaliandra Merah
Jawa Timur
5,335 37,28 1,23 0,27 Jawa Timur*
2,18 12,37 4,65 0,21 Keterangan : Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil Lab Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
IV.2.4. Alfalfa (Medicago sativa)
Alfalfa (Medicago sativa) adalah spesies tanaman yang dimanfaatkan sebagai ternak untuk sapi perah, kuda, sapi potong, domba, dan kambing. Alfalfa adalah tanaman sejenis tanaman herbal tahunan yang memiliki beberapa ciri, yaitu berakar tunggang, batang menyelusur tegak dari dasar kayu dan tingginya berkisar 30-120 cm, serta daun tersusun tiga.
dan berukuran 5-30 mm.Kedalaman akar alfalfa dapat mencapai 2-4 meter.
Tangkai daun berbulu
Budidaya alfalfa sebagai pakan ternak dilakukan untuk beberapa tujuan, yaitu penggembalaan dan konservasi. Alfalfa dapat ditanam sendiri ataupun sebagai campuran di antara rumput tropis dan sub-tropis. Bibit alfalfa juga banyak ditanam sebagai kecambah untuk makanan manusia.
Gambar 42. Alfalfa
(Medicago sativa)
Sebagai pakan ternak, tanaman ini memiliki kandungan protein, vitamin, dan mineral yang tinggi. Untuk melakukan budidaya alfalfa, kondisi tanah yang harus diperhatikan adalah pH (tingkat keasaman) tanah berkisar 6,3-7,5 dan kandungan garam dalam tanah tidak boleh terlalu tinggi. Selama masa aktif pertumbuhannya, alfalfa tidak membutuhkan tanah yang basah.
Alfalfa banyak diproduksi karena nilai nutrisi dan produksinya yang menguntungkan, selain itu tanaman ini juga disebutkan memiliki rasa yang enak. Dibandingkan dengan pakan ternak dari tanaman lainnya, alfalfa memiliki kandungan protein dan kalsium yang tinggi, tetapi energi metabolisme dan kadar fosfor di dalamnya relatif rendah. Alfalfa juga termasuk berserat rendah sehingga mudah mencapai rumen (perut besar) dan mudah dicerna oleh hewan ternak.
Pola penanaman alfalfa dengan pemberian irigasi, tanaman alfalfa dapat memproduksi 25-27 ton per hektar kadar kering pada tahun pertama dan turun hingga 8-15 ton per tahun pada tahun ketiga. Produksi bergantung pada densitas tanaman, tingkat resistensi hama dan penyakit, aktivitas di musim dingin, dan hujan yang memengaruhi kelembaban tanah. Dengan hasil produksi tersebut, penanaman alfalfa dapat meningkatkan produksi susu pada sapi.
Alfalfa yang tumbuh sepanjang tahun ini juga mencegah terjadinya defisiensi (kekurangan) energi pada ternak dan memperbaiki atau meningkatkan padang rumput.Kandungan Nutisi Rumput Alfalfa dapat dilihat pada Tabel 42.
(Medicago sativa)
Provinsi Air
Kasar Ca P
19 1,04 0,77 Jawa Barat
Jawa Timur 8,96
Keterangan : Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil Lab Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
Adiati, U,et.al. 2004. Peluang Pemanfaatan Tepung Bulu Ayam Sebagai Bahan Pakan Ternak Ruminansia. Wartazoa Vol 14 No 1 Tahun 2004.
Anonymous.2013. Tata Cara Pembuatan Tepung Bulu dan Tepung Darah (Limbah Pengolahan Unggas). http://bumiternak- betha.blogspot.com/2012/11/pembuatan tepung-bulu- tepung-darah-dan.html . Tanggal Akses 05 Mei 2013.
_______________ .http://indonesia.tropicalforages.info/key/Forages/Media/Htm l/Panicum_maximum_%28Bahasa_Indonesia%29.html. Tanggal Akses 05 Mei 2013.
_______________ Tim Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Ternak. 2012. Pengetahuan Bahan Makanan Ternak. CV Nutri Sejahtera. Bogor.
_______________ .Ilmu Tanaman Pakan Ternak. http:// pelajaranilmu.blogspot.com. Tanggal Akses : 20 Agustus 2013.
Antonius. 2010. Pengaruh Pemberian Jerami Padi Terfermentasi Terhadap Palatabilitas Kecernaan Serat Dan Digestible Energyransum Sapi. Seminar Nasional TeknologiPeternakan dan Veteriner 2010.
Armaji, Y. 2012. Sumber Protein……Bagaikan Buah Simalakama. Bulletin BPMPT Bekasi. Vol 5 No. 8 Desember 2013.
Bangun, A. 2012. Tepung Bulu Ayam (Garut, Jawa Barat). http://andybangun.blogspot.com/2012/02/tepung-bulu-ayam- garut-jawa-barat.html . Tanggal Akses 05 Mei 2013.
Dwinarto, B. 2012. Bahan Pakan Lokal:Menjadi Tuan Di Negeri Sendiri. Bulletin BPMPT Bekasi. Vol 4 No. 7 Juli 2012.
Fanindi, A et.al. 2005. Karakterisasi dan Pemanfaatan Rumput Brachiaria sp. Prosiding Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak.
dan benih kalopo (Calopogonium mucunoides). JITV Vol. 15 No. 3 Th. 2010: 205-214.
.2006. Produktivitas Tiga Jenis Rumput Dan Palatabilitasnya Pada Ternak Domba. Balai Penelitian Ternak. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006.
Hartadi, H. 1990. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia. Gama Press. Yogyakarta.
Hasibuan, F.N. 2011. Waktu Penyimpanan dan Panjang Rhizome Rumput Bahia (Paspalum Notatum Fluegge ) Sebagai Bahan Tanam Vegetatif Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Awal. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Jayanagara, A. 2012. Diktat PMBT. Biji-bijian dan Limbahnya. IPB. Bogor.
Kurniawan, W.et.al. 2007. Produksi dan Kualitas Rumput Brachiaria humidicola (Rend.) Sch,Digitara decumbens Stent dan Stenotaphrum secundatum (Walter) O.Kunt. di Bawah Naungan Sengon, Karet dan Kelapa Sawit. Fapet IPB. Vol. 30 No. 1 Media Peternakan, April 2007, hlm. 11-17.
Sari, A.B. 2007. Pengaruh Jenis Sapi dan Macam Hijauan Terhadap Kecernaan
Fraksi Serat dan Pertambahan Bobot Badan. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Andalas.