Buku Hasil Uji Bahan Pakan dan Hijauan p (1)
TIM PENYUSUN
KETUA
: BONDAN DWINARTO, A.Md
SEKRETARIS : EGAR BOGASSARA
ANGGOTA : ANASTASIA WIDA A, S.Pt SUNARWAN
IKHSAN AMARUDIN
4.1. Rumput-rumputan (Graminae) ...............................................
4.1.1. Rumput Raja (Pennisetum purpuroides) ...............
4.1.2. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) ...............
4.1.3. Rumput Setaria (Setaria splendida) .......................
4.1.4. Rumput Benggala (Panicum maximum) .................
4.1.5. Rumput Australia (Paspalum Dilatatum) ..............
4.1.6. Rumput Signal (Brachiaria decumbens) ...............
4.1.7. Rumput Brachiaria humidicola .............................
4.1.8. Rumput Bintang/Stargra ss (Cynodon
4.1.9. Rumput Mexico (Euchlena mexicana ) ..................
4.1.10. Rumput Laut .........................................................
4.1.12. Rumput Bahia (Paspalum notatum) ......................
4.1.13. Rumput Lapang, alam, liar ....................................
4.2. Legum (Leguminosa) ............................................................
4.2.1. Lamtoro (Leucana leucocephala) ...........................
4.2.2. Gamal (Gliricidia sepium) .....................................
4.2.3. Kaliandra (Caliandra calothyrsus) ........................
4.2.4. Alfalfa (Medicago sativa) ......................................
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
Halaman
Gambar 1. Pohon Jagung dan Jagung Pipilan
3 Gambar 2.
4 Gambar 3.
Bonggol Jagung
7 Gambar 4.
Pohon Padi dan Dedak Padi
9 Gambar 5.
Jerami Padi
12 Gambar 6.
Pohon Gandum dan Pollard
13 Gambar 7.
Pohon Shorgum
15 Gambar 8.
Pohon Kedelai dan Kacang Kedelai
17 Gambar 9.
Bungkil Kedelai
18 Gambar 10. Ampas Tahu
Ampas Kecap
19 Gambar 11. Pohon dan Buah Sawit
21 Gambar 12. Bungkil dan Solid Sawit
22 Gambar 13. Batang dan Tepung Sagu
24 Gambar 14. Pohon Kelapa dan Bungkil Kelapa (Kopra)
25 Gambar 15. Pohon Tebu
28 Gambar 16. Tetes (Molases)
28 Gambar 17. Pohon Coklat
29 Gambar 18. Pohon kopi dan Biji Kopi
30 Gambar 19. Kacang Tanah (Arachis hypogea )
32 Gambar 20. Bungkil Kacang Tanah
34 Gambar 21. Umbi Singkong
36 Gambar 22. Onggok
38 Gambar 23. Daun Singkong
38 Gambar 24. Daun dan Umbi Ubi Jalar
40 Gambar 25. Tepung Tulang dan Daging (Meat Bone Meal)
42 Gambar 26. Tepung Bulu Ayam
44 Gambar 27. Tepung Ikan (Fish Meal)
46 Gambar 28. Rumput Raja (Pennisetum purpuroides)
49 Gambar 29. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)
50 Gambar 30. Rumput Setaria (Setaria splendida)
53 Gambar 31. Rumput Benggala (Panicum maximum)
54 Gambar 32. Rumput Australi (Paspalum dilatatum)
55 Gambar 33. Rumput Signal (Brachiaria decumbens)
56 Gambar 34. Rumput Brachiaria humidicola
58 Gambar 35. Rumput Bintang/Stargra ss (Cynodon plectostachyus)
59 Gambar 36. Rumput Meksiko (Euchlena Mexicana)
60 Gambar.
62 Gambar 38. Rumput Bahia (Paspalum notatum)
Rumput Laut
Gambar 40. Gamal (Gliricidia sepium)
67 Gambar 41. Kaliandra (Caliandra calothyrsus)
68 Gambar 42. Alfalfa (Medicago sativa)
70
Halaman
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Jagung
4 Tabel 2.
5 Tabel 3.
Kandungan Nutrisi Hasil Olahan Jagung
6 Tabel 4.
Kandungan Nutrisi Bagian Jagung
8 Tabel 5.
Kandungan Nutrisi Dedak Padi
11 Tabel 6.
Kandungan Nutrisi Bagian Tanaman Padi dan Olahannya
13 Tabel 7.
Kandungan Nutrisi Pollard
14 Tabel 8.
Kandungan Nutrisi Shorgum dan Hasil Pengolahannya
16 Tabel 9.
Kandungan Nutrisi Kedelai
20 Tabel 10. Kandungan Nutrisi Bungkil Kelapa Sawit
Kandungan Nutrisi Hasil Ikutan Dari Pengolahan Kedelai
22 Tabel 11. Kandungan Nutrisi Hasil Ikutan Sawit
23 Tabel 12. Kandungan Nutrisi dan Hasil Ikutan Sagu
25 Tabel 13. Kandungan Nutrisi Kelapa dan Hasil Ikutannya
27 Tabel 14. Kandungan Nutrisi Tetes (Molases) dan Pucuk Tebu
29 Tabel 15. Kandungan Nutrisi Hasil Ikutan Pengolahan Coklat
30 Tabel 16. Kandungan Nutrisi Kulit Kopi
31 Tabel 17. Kandungan Nutrisi Kacang Tanah
33 Tabel 18. Kandungan Nutrisi Hasil Ikutan Kacang Tanah
35 Tabel 19. Kandungan Nutrisi Singkong
37 Tabel 20. Kandungan Nutrisi Hasil Ikutan Singkong
39 Tabel 21. Kandungan Nutrisi Beberapa Jenis Ubi Jalar
40 Tabel 22. Kandungan Nutrisi Susu Skim
42 Tabel 23. Kandungan Nutrisi Tepung Tulang dan Daging (Meat Bone Meal)
43 Tabel 24. Kandungan Nutrisi Tepung Bulu Ayam
45 Tabel 25. Kandungan Nutrisi Kulit dan Kepala Udang
45 Tabel 26. Kandungan Nutrisi Tepung Ikan dan Beberapa Limbah Perikanan
47 Tabel 27. Kandungan Kandungan Nutrisi Rumput Raja(Pennisetum purpuroides)
50 Tabel 28. Kandungan Nutrisi Berbagai Jenis Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)
52 Tabel 29. Kandungan Nutrisi Rumput Setaria (Setaria splendida)
54 Tabel 30. Kandungan Nutrisi Rumput Benggala (Panicum maximum)
55 Tabel 31. Kandungan Nutrisi Rumput Australia (Paspalum dilatatum)
56 Tabel 32. Kandungan Nutrisi Rumput Signal (Brachiaria decumbens)
57 Tabel 33. Kandungan Nutrisi Rumput Brachiaria humidicola
59 Tabel 34. Kandungan Nutrisi Rumput Bintang/Stargra ss
60 Tabel 35. Kandungan Nutrisi Rumput Meksiko (Euchlena Mexicana )
61 Tabel 36. Kandungan Nutrisi Rumput Laut
63 Tabel 37. Kandungan Nutrisi Rumput Bahia (Paspalum notatum)
64 Tabel 38. Kandungan Nutrisi Rumput Lapang, Alam, Liar
Tabel 40. Kandungan Nutrisi Gamal (Gliricidia sepium)
68 Tabel 41. Kandungan Berbagai Jenis Kaliandra (Caliandra calothyrsus)
69 Tabel 42. Kandungan Nutrisi Rumput Alfalfa (Medicago sativa)
71
PENDAHULUAN
Peran strategis peternakan yang utama adalah sebagai penyedia pangan berkualitas, yakni sebagai sumber protein hewani yang turut mencerdaskan bangsa, khususnya untuk anak dan generasi penerus bangsa Indonesia. Pakan yang berkualitas baik akan menghasilkan pangan yang baik pula (feed safety for food safety ). Pemberian pakan dan bahan pakan yang berkualitas dapat mempengaruhi produksi dan produktivitas. Oleh karena itu informasi tentang bahan pakan dan hijauan pakan ternak di Indonesia masih perlu disebarluaskan kepada masyarakat peternakan.
Hijauan pakan ternak dalam UU No. 18 tahun 2009 dikenal dengan nama “tumbuhan pakan” adalah tumbuhan yang tidak dibudidayakan maupun yang dibudidayakan (tanaman pakan), baik yang diolah maupun tidak diolah yang dapat dijadikan pakan, seperti rumput dan legume. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan Bahan akan adalah bahan-bahan hasil pertanian, perikanan, peternakan atau bahan lainnya yang layak digunakan sebagai pakan, baik yang telah diolah maupun yang belum diolah.
Bedasarkan Permentan Nomor 59/Permentan.OT.140/5/2013, Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Pakan Bekasi (BPMSP-Bekasi) merupakan institusi yang mempunyai tupoksi antara lain: pelaksanaan pengujian mutu dan keamanan pakan, penyiapan perumusan hasil pengujian mutu dan keamanan pakan dan penyebaran informasi dan dokumentasi hasil pengujian mutu dan keamanan pakan. Oleh karena hal itu BPMSP Bekasi merasa perlu mempublikasikan hasil pengujian yang telah dilakukan terutama informasi mengenai nutrisi bahan pakan dan hijauan pakan ternak.
Buku ini terdiri atas beberapa bagian secara global. Bab II adalah Bahan Pakan Asal Tumbuhan yang membahas mengenai seluruh bahan pakan ternak yang terbuat dari tumbuhan baik berupa hasil utama maupun hasil ikutannya. Bab III yaitu Bahan Pakan Asal Hewan yang membahas tentang bahan pakan yang berasal dari ternak ataupun hewani serta teknologi pakannya. Bab IV adalah Hijauan Pakan Ternak yang membahas mengenai hijauan yang dipergunakan sebagai pakan ternak serta teknologi pengawetannya yang berasal dari jenis rumput dan leguminosa.
Informasi bahan pakan dan hijauan pakan ternak dapat dipublikasikan melalui beberapa sarana prasarana dan salah satunya melalui buku hasil uji bahan pakan dan hijauan pakan ternak. Sehubungan dengan hal di atas, maka BPMSP Bekasi melakukan pembuatan buku ini sebagai sarana komunikasi Informasi bahan pakan dan hijauan pakan ternak dapat dipublikasikan melalui beberapa sarana prasarana dan salah satunya melalui buku hasil uji bahan pakan dan hijauan pakan ternak. Sehubungan dengan hal di atas, maka BPMSP Bekasi melakukan pembuatan buku ini sebagai sarana komunikasi
BAHAN PAKAN ASAL TUMBUHAN
II.1. Butir-butiran dan Limbahnya
II.1.1. Jagung (Zea Mays)
Gambar 1. Pohon Jagung dan Jagung Pipilan
A. Deskripsi
Berdasarkan temuan-temuan genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4.000 tahun yang lalu.
Jagung tidak mempunyai anti nutrisi dan sifat pencahar. Walaupun demikian pemakaian dalam ransum ternak terutama untuk bibit perlu dibatasi karena penggunaan jagung yang tinggi dapat mengakibatkan sulitnya ternak untuk berproduksi. Kandungan karoten jagung akan menurun dan atau hilang selama penyimpanan. Kandungan Nutrisi Jagung dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Jagung Kadar
Serat Propinsi
Kasar Ca P
2,13 0,02 0,16 Bengkulu
Kep Bangka Belitung
2,11 0,02 0,11 DKI Jakarta
2,38 0,02 0,2 Jawa Barat
3,14 0,35 0,26 Jawa Tengah
4,67 0,03 0,33 Jawa Timur
2,44 0,04 0,27 Kalimantan Barat
1,64 0,05 0,2 Kalimantan Timur
1,6 0,02 0,2 Kalimantan Selatan
2,11 0,12 0,25 Sulawesi Tenggara
2,25 0,18 0,25 Sumatera Barat
1,87 0,02 0,19 Sumatera Utara
2,47 0,09 0,25 Sulawesi Utara
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2011-2012
B. Bagian Dan Hasil Olahan Jagung Yang Dijadikan Bahan Pakan Ternak
Gambar 2. Bonggol Jagung
Bagian lain tanaman jagung seperti jerami, tongkol jagung, kulit jagung, dan pohon jagung dapat digunakan sebagai pakan ternak. Bagian-bagian tersebut diberikan kepada ternak ruminansia dalam Bagian lain tanaman jagung seperti jerami, tongkol jagung, kulit jagung, dan pohon jagung dapat digunakan sebagai pakan ternak. Bagian-bagian tersebut diberikan kepada ternak ruminansia dalam
Tabel 2. Kandungan Nutrisi Hasil Olahan Jagung
Hasil Olahan Protein Lemak Serat Jagung
Kasar Kasar Ca P
Beras Jagung NTT
0,95 - - Corn Gluten Meal DKI Jakarta
6,16 - - Dedak Jagung
4,26 0,24 0,33 Jagung Fermentasi Jawa Barat
1,99 0,04 0,28 Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2011-2012
9,86
1,50
9,12
4,37
Tabel 3. Kandungan Nutrisi Bagian Tanaman Jagung
Hasil Olahan Propinsi
Lemak Serat Ca P Jagung
Kasar Kasar
Kulit Ari Jagung DKI Jakarta
0,95 17,23 - - Jawa Barat
0,58 28,14 0,70 0,15 Bonggol Jagung* Yogyakarta
Sumatera Barat
13,76 12,50 0,18 0,28 Silase Jagung**
Jawa Timur
12,75 17,02 0,39 0,26 Jawa Barat
Fermentasi Bonggol Jagung* Kalimantan Barat
Jongkol Jagung* Sumatera Barat
4,72 25,96 0,67 0,31 Sulawesi Utara
2,52 29,49 0,61 0,25 Jerami Jagung*
Jawa Tengah
14,84 27,06 0,46 0,28 Silase Tebon**
Silase Jagung ** dan Rumput
Jawa Timur
2,33 32,00 0,61 0,30 Jagung Tebon Jagung**
Jawa Barat
1,79 26,30 0,10 0,19 Tumpi Jagung* Jawa Tengah
2,69 13,72 0,36 0,26 Kalimantan Timur
1,87 33,10 0,63 0,26 Daun jagung**
Jawa Barat
2,72 28,66 0,85 0,11 Pohon Jagung*
Kalimantan Barat
Sulawesi Selatan
Keterangan :* * Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil Lab. * Hasil Uji berdasarkan as fed Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2011-2012
II.1.2. Padi (Oryza sativa)
Gambar 3. Pohon Padi dan Dedak Padi
A. Deskripsi
Padi adalah makanan pokok penduduk di Asia dan beberapa negara di Benua Afrika dan Benua Amerika Latin (sekitar dua pertiga dari populasi penduduk dunia). Asia menghasilkan dan mengkonsumsi sekitar 90% dari produksi dan konsumsi beras dunia.
Dedak merupakan hasil ikutan padi, jumlahnya sekitar 10% dari jumlah padi yang di giling menjadi beras. Gabah tersusun dari tiga bagian yang akan menentukan nilai dari setiap dedak. Penyusun gabah adalah (1). Kulit gabah yang banyak mengandung serat kasar dan mineral disebut sekam. (2). Selaput perak yang kaya akan protein dan vitamin B1, juga lemak dan mineral disebut dedak padi. (3). Lembaga beras yang sebagian besar terdiri dari karbohidrat yang mudah dicerna disebut bekatul. Secara umum istilah hasil ikutan padi disebut dedak padi.
Secara kualitatif kualitas dedak padi dapat diuji dengan menggunakan bulk density ataupun uji apung. Makin banyak dedak padi yang mengapung, makin jelek kualitas dedak padi tersebut. Selain itu uji organoleptik seperti tekstur, rasa, warna, bau dan uji sekam (flouroglusinol) dapat dipakai untuk mengetahui kualitas dedak padi yang baik. Bau tengik merupakan indikasi dedak mengalami kerusakan. Oleh karena itu cara yang umum dilakukan untuk mencegah ketengikan adalah dengan cara menyimpannya pada suhu Secara kualitatif kualitas dedak padi dapat diuji dengan menggunakan bulk density ataupun uji apung. Makin banyak dedak padi yang mengapung, makin jelek kualitas dedak padi tersebut. Selain itu uji organoleptik seperti tekstur, rasa, warna, bau dan uji sekam (flouroglusinol) dapat dipakai untuk mengetahui kualitas dedak padi yang baik. Bau tengik merupakan indikasi dedak mengalami kerusakan. Oleh karena itu cara yang umum dilakukan untuk mencegah ketengikan adalah dengan cara menyimpannya pada suhu
Tabel 4. Kandungan Nutrisi Dedak Padi
Kasar Ca P
13,94 0,15 1,10 Sumatera Utara
13,57 0,03 0,99 Kepulauan Riau
15,18 0,08 0,84 Kep. Bangka Belitung
13,05 0,10 0,49 Sumatera Selatan
12,06 0,07 1,48 DKI Jakarta
19,44 0,12 1,33 Jawa Barat
15,75 0,10 1,41 Jawa Tengah
12,34 0,22 1,30 Jawa Timur
12,49 0,05 - Kalimantan Selatan
10,73 0,12 1,44 Kalimantan Barat
16,84 0,09 0,94 Sulawesi Tengah
8,61 0,06 1,13 Kalimantan Timur
5,56 - - Sulawesi Tenggara
9,29 0,08 1,00 Sulawesi Utara
16,09 0,07 1,06 Sulawesi Barat
11,77 0,08 1,11 Nusa Tenggara Barat
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2011-2012
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia, dedak padi dibagi menjadi 3 yaitu dedak padi mutu I, mutu II dan mutu III. Pemberian pada ternak tergantung dari komposisi bahan penyusunnya. Bahan ini biasa digunakan sebagai sumber energi bagi pakan unggas khususnya unggas layer, yang mana penggunaanya rata-rata mencapai 10-20% di usia produksi.
Dedak padi diperoleh dari penggilingan padi menjadi beras. Banyaknya dedak padi yang dihasilkan tergantung pada cara pengolahannya. Sebanyak 14,44% dedak kasar, 26,99% dedak halus,
Dedak padi sangat disukai semua ternak, pemakaian dedak padi dalam ransum ternak umumnya sampai 25% dari campuran kosentrat.
Dalam perdagangan perlu teliti dan waspada karena dedak padi sering dipalsukan dengan mencampur kulit gabah (sekam) atau bahan lain yang telah digiling halus ke dalam dedak halus, lunteh atau bekatul. Secara kasat mata untuk menguji apakah dedak itu palsu atau terjadi pemalsuan dengan cara mengambil dedak padi dengan genggaman tangan dan jika kita buka banyak yang menempel pada tangan berarti dapat diindikasikan terjadi pemalsuan (rendahnya kohesi).
B. Bagian Dan Hasil Olahan Padi Yang Dijadikan Bahan Pakan Ternak
Gambar 4. Jerami padi
Bagian tanaman padi selain beras dan dedak yang merupakan unsur utama, ada beberapa bagian yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan dan pakan ternak. Bagian tersebut yaitu jerami padi, gabah kering, nasi aking bahkan kulit ari. Padi mempunyai komposisi, 70-72% endosperma, 20% sekam padi, 7-8.5% dedak padi, dan 2-3% embrio (bekatul).
Selama ini penggunaan jerami padi hanyalah diberikan langsung kepada ternak saja. Selain kandungan nutrisinya yang rendah, jerami padi juga termasuk pakan hijauan yang sulit dicerna karena kandungan serat kasarnya tinggi sekali. Daya cerna yang rendah itu terutama disebabkan oleh struktur jaringan jerami yang sudah tua. Jaringan-jaringan pada jerami telah mengalami proses lignifikasi Selama ini penggunaan jerami padi hanyalah diberikan langsung kepada ternak saja. Selain kandungan nutrisinya yang rendah, jerami padi juga termasuk pakan hijauan yang sulit dicerna karena kandungan serat kasarnya tinggi sekali. Daya cerna yang rendah itu terutama disebabkan oleh struktur jaringan jerami yang sudah tua. Jaringan-jaringan pada jerami telah mengalami proses lignifikasi
Selain oleh adanya proses lignifikasi, rendahnya daya cerna ternak terhadap jerami disebabkan oleh tingginya kandungan silikat. Lignifikasi dan silifikasi tersebut bersama-sama mempengaruhi rendahnya daya cerna jerami padi. Rendahnya protein kasar dan mineral pada jerami padi juga membawa efek langsung, yaitu jerami padi sulit dicerna kalau hanya diberikan secara tunggal untuk pakan ternak.
Rendahnya kandungan nutrisi jerami padi tersebut dan sulitnya daya cerna jerami maka pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak ruminansia perlu diefektifkan. Hal ini bisa dilakukan dengan cara penambahan suplemen atau bahan tambahan lain agar kelengkapan nilai nutrisinya dapat memenuhi kebutuhan hidup ternak secara lengkap sekaligus meningkatkan daya cerna pakan.
Penambahan suplemen tersebut bisa menggunakan starbio atau urea atau pakan tambahan lainnya. Salah satu contoh urea, urea ini dapat memperbaiki nilai gizi jerami padi. Pemberian sedikit urea pada jerami dapat meningkatkan kandungan nitrogen pada jerami, jumlah jerami yang dikonsumsi, dan daya cerna jerami. Urea yang masuk rumen dihidrolisa/dipecah dengan cepat oleh enzim urease dan mikroba rumen menjadi amonia. Dan amonia ini akan digunakan oleh mikroba rumen untuk aktivitas sintesis protein sehingga bisa membuat jerami padi menjadi lebih baik untuk dikonsumsi dan daya cernanya yang tinggi. Kandungan Nutrisi Bagian Tanaman Padi dan Olahannya dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Kandungan Nutrisi Bagian Tanaman Padi dan Olahannya
Lemak Serat Ca P Hasil Olahan
Dedak Padi dan
Kasar Kasar
Beras Jawa Barat
1,16 2,21 0,04 0,09 Jerami Padi
6,36 9,68 0,07 0,65 Gabah Kering Fermentasi
Jawa Tengah
0,51 3,46 0,02 0,21 Hasil Polesan
Sumatera Beras
0,99 29,44 0,34 0,1 DKI Jakarta
2,41 24,85 0,27 0,26 Jerami Padi
Jawa Tengah
1,05 40,79 0,12 0,08 Timur Sulawesi
Tenggara Rata-rata
Menir Jabar
3,61 3,00 0,04 0,42 Nasi Bekas
0,41 1,28 0,01 0,04 Kulit Ari
0,32 1,20 0,33 0,11 Nasi Aking
Keterangan :* Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil Lab. Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2011-2012
II.1.3. Gandum (Triticum sativum lank)
Gambar 5. Pohon Gandum dan Pollard
Pemakaian gandum (> 50%) dalam formulasi pakan adalah hal yang sangat umum dilakukan di Eropa Utara, Kanada dan Australia. Namun, di pasar Asia penggunaannya terbatas dalam pakan karena adanya beberapa hambatan. Hal ini terutama berkaitan dengan fakta bahwa nilai gizi yang melekat pada gandum lebih bervariasi dibandingkan dengan jagung sehingga, penggunaannya memberikan risiko dalam mempertahankan produktivitas ternak.
Secara morfologi, biji gandum terdiri dari tiga bagian yaitu bagian kulit (bran), bagian endosperma, dan bagian lembaga (germ). Bagian kulit dari biji gandum sebenarnya tidak mudah dipisahkan karena merupakan satu kesatuan dari biji gandum tetapi bagian kulit ini biasanya dapat dipisahkan melalui proses penggilingan. Pada umumnya, kernel berbentuk ofal dengan panjang 6 –8 mm dan diameter 2 –3 mm. Seperti jenis serealia lainnya, gandum memiliki tekstur yang keras.
Pollard merupakan hasil ikutan dari penggilingan dari gandum menjadi terigu. Angka konversi pollard dari bahan baku sekitar 25- 26%. Pollard tidak mempunyai antinutrisi, tetapi penggunaan pollard perlu dibatasi mengingat adanya sifat pencahar yang ada pada pollard. Karena adanya sifat pencahar, maka pollard akan bernilai apabila diberikan pada ternak yang baru lahir atau setelah melahirkan. Pollard juga akan bernilai sangat baik apabila diberikan pada ternak dara.
Bulky density pollard yang baik adalah 208,7 g/l. Kualitas protein pollard cukup tinggi, yang membuatnya sebagai salah satu sumber protein. Pollard kaya akan phospor (P), ferrum (Fe) tetapi miskin akan Bulky density pollard yang baik adalah 208,7 g/l. Kualitas protein pollard cukup tinggi, yang membuatnya sebagai salah satu sumber protein. Pollard kaya akan phospor (P), ferrum (Fe) tetapi miskin akan
Pollard merupakan salah satu bahan pakan ternak yang popular karena kandungan protein dan kecernaan nilai zat. Pemberian pollard biasanya dicampur dengan butiran dan bahan pakan yang kaya protein seperti bungkil -bungkilan. Pollard mempunyai nilai yang tinggi ketika dipakai lebih 25% dari bagian konsentrat. Kandungan Nutrisi Pollard dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Kandungan Nutrisi Pollard Propinsi
Kasar Ca P
Serat
Bangka Belitung 13,25
6,46 0,08 0,76 DKI Jakarta
3,87 0,19 0,45 Jawa Barat
10,93 0,07 0,83 Jawa Tengah
9,71 0,09 0,53 Jawa Timur
7,95 0,09 0,82 Kalimantan Barat
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2011-2012
II.1.4. Shorgum (Shorgum bicolor)
Gambar 6. Pohon Shorgum
Sorghum (Sorghum spp) adalah tanaman serbaguna yang dapat digunakan sebagai sumber pangan, pakan ternak dan bahan baku industri. Sorgum berada pada urutan ke-5 pada bahan pangan dunia Sorghum (Sorghum spp) adalah tanaman serbaguna yang dapat digunakan sebagai sumber pangan, pakan ternak dan bahan baku industri. Sorgum berada pada urutan ke-5 pada bahan pangan dunia
Kualitas shorgum hampir mirip dengan jagung, walaupun ukuran butirannya lebih kecil. Proteinnya umumnya lebih tinggi daripada jagung, tapi lemaknya lebih rendah. Kandungan methioninnya hampir sama dengan jagung, namun lisinnya lebih rendah.
Kandungan serat kasar shorgum cukup rendah sehingga dapat diberikan pada unggas, tapi bila pengunaannya menggantikan jagung perlu diperhatikan karena shorgum tidak mempunyai xanthophyl. Penggunaan shorgum perlu mendapatkan perhatian karena kandungan tanin yang tinggi. Diduga kandungan tannin ini dapat menyebabkan gangguan pada ternak.
Tanaman sorgum mempunyai keunggulan yang tak kalah dari tanaman pangan lain, seperti : daya adaptasi luas, tahan terhadap kekeringan, sangat cocok untuk dikembangkan di daerah marginal dan seluruh bagian tanaman mempunyai nilai ekonomis. Kandungan Nutrisi Shorgum dan Hasil Pengolahannya dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Kandungan Nutrisi Shorgum dan Hasil Pengolahannya Shorgum
Lemak Serat Dan Hasil
Kasar Kasar Ca P
Ikutannya
2,40 0,03 0,30 Fermentasi
Shorgum Fermentasi
Jawa Barat
2,46 5,72 2,19 Tepung Ikan Jawa Tengah 6,85
Shorgum dan Jawa Barat
DKI Jakarta
Tahun 2011-2012
II.1.5. Kedelai (Glycine max)
A. Deskripsi
Gambar 7. Pohon Kedelai dan Kacang Kedelai
Kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar dari banyak makanan di Asia Timur seperti kecap, tahu, dan tempe. Kedelai merupakan sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia. Penghasil kedelai utama dunia adalah Amerika Serikat meskipun kedelai praktis baru dibudidayakan masyarakat di luar Asia setelah tahun 1910.
Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai kedelai yang kita kenal sekarang (Glycine max (L) Merril)yang berasal dari daerah Manshukuo (Cina Utara). Di Indonesia, kedelai mulai dibudidayakan pada abad ke-17 sebagai tanaman pangan dan pupuk hijau. Penyebaran kedelai ke Indonesia berasal dari Manshukuo menyebar ke Mansyuria (Jepang) dan ke negara-negara lain di Amerika dan Afrika.
Kedelai yang dibudidayakan terdiri atas dua spesies: Glycine max (kedelai putih), yang bijinya bisa berwarna kuning, agak putih, atau hijau) dan Glycine soja (kedelai hitam, berbiji hitam). G. max merupakan tanaman asli daerah Asia subtropik seperti RRC dan Jepang Selatan, sementara G. soja merupakan tanaman asli Asia tropis di Asia Tenggara. Tanaman ini telah menyebar ke Jepang, Korea, Asia Tenggara dan Indonesia.
pemupukan serta cuaca. Biji kedelai sangat disukai ternak. Pemakaian yang terlalu tinggi tanpa diikuti dengan penambahan hijauan berkualitas baik akan berdampak negatif pada kandungan vitamin A dan warna kuning lemak mentega yang dihasilkan.
Biji kedelai mengandung zat penghambat protease yang bila bergabung dengan trypsin akan membentuk senyawa kompleks yang tidak aktif. Penghambat ini dapat menyebabkan hipertropy pada pankreas. Mode aksi dari penghambat ini adalah dihambatnya sekresi enzym pankreas. Perlakuan pemanasan pada temperatur yang tepat (250 o
F selama 2,5-3,5 menit) dapat menghancurkan bahan ini. Anti vitamin B-12 merupakan cara yang terbaik untuk menanggulangi masalah ini. Goitrogens merupakan bahan yang menghambat penyerapan yodium.
Secara kualitatif kualitas tepung kedelai dapat diuji dengan menggunakan bulk density ataupun uji apung. Bulk density tepung kedelai tidak dikuliti yang baik adalah 642.3 g/l. Makin banyak bahan yang mengambang pada uji apung menandakan, makin banyak biji yang rusak yang terdapat pada biji kedelai tersebut. Selain itu uji organoleptik seperti tekstur, rasa, warna dan bau dapat dipakai untuk mengetahui kualitas tepung kedelai yang baik. Kandungan Nutrisi Kedelai dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Kandungan Nutrisi Biji Kedelai Propinsi
Air
Abu Protein Lemak
Kasar
Kasar Ca P
7,04 0,21 0,48 Jawa Barat
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
B. Hasil Olahan Kedelai Yang Dijadikan Bahan Pakan Ternak
1) Bungkil Kedelai
Gambar 8. Bungkil Kedelai
Bungkil kedelai merupakan sisa hasil olahan dari industri minyak biji kedelai. Bungkil ini sangat disukai oleh ternak. Namun penggunaannya perlu diperhatikan karena zat penghambat trypsin mungkin masih tersisa pada bungkil kedelai yang diproduksi dengan pemakaian suhu yang rendah.
Secara kualitatif kualitas bungkil kedelai dapat diuji dengan menggunakan bulk density ataupun uji apung. Bulk density bungkil kedelai yang baik adalah 594.1-610.2 gr/l. Selain itu uji organoleptik seperti tekstur, rasa, warna dan bau dapat dipakai untuk mengetahui kualitas bungkil kedelai yang baik. Uji sekam dengan larutan flouroglusinol dapat juga dilakukan untuk mengevaluasi kualitas bungkil kedelai.
2) Ampas Kecap
Gambar 9. Ampas Kecap
Bahan baku untuk membuat kecap adalah biji kedelai. Ampas kecap dihasilkan sebesar 59.7% dari bahan baku kedelai. Ampas ini cukup disukai oleh ternak. Ampas kecap berasal dari kedelai dan oleh karena itu anti nutrisi yang terdapat pada ampas kecap adalah sama dengan kedelai hanya konsentrasinya lebih sedikit karena
telah mengalami pengolahan. Ampas kecap tidak mempunyai sifat pencahar. Tetapi perlakuan yang tidak baik terhadap ampas kecap khususnya ampas kecap segar
dapat mengakibatkan tumbuhnya jamur yang selanjutnya dapat mengakibatkan menurunnya nilai nutrisi ampas tersebut.
Secara kualitatif kualitas ampas kecap dapat diuji dengan menggunakan bulk density ataupun uji apung. Selain itu uji organoleptik seperti tekstur, rasa, warna dan bau dapat dipakai untuk mengetahui kualitas ampas kecap yang baik.
Ampas kecap masih mempunyai nilai gizi yang baik. Oleh karena itu dibeberapa daerah ampas kecap masih dipergunakan untuk makanan manusia. Ampas kecap mempunyai kandungan protein berkisar antara 21-34% tergantung pada proses pengolahan dan kualitas bahan baku yang digunakan
3) Ampas Tahu
Gambar 10. Ampas Tahu
Ampas tahu merupakan hasil ikutan dari pabrik tahu yang jumlahnya bervariasi tergantung dari proses pembuatan. Jumlah ampas tahu yang dihasilkan berselang dari 25% sampai 67% dengan rata-rata adalah 39.2%. Ampas ini cukup disukai ternak terutama yang masih segar.
Ampas tahu berasal dari kedelai dan oleh karena itu anti nutrisi yang terdapat pada ampas tahu adalah sama dengan kedelai hanya konsentrasinya lebih sedikit karena telah mengalami pengolahan.
Ampas tahu tidak mempunyai sifat pencahar. Akan tetapi penanganan ampas tahu segar harus sebaik mungkin. Penanganan yang tidak baik terhadap ampas tahu segar dapat mengakibatkan penurunan nilai nutrisi dan juga menurunkan palatabilitas.
Secara kualitatif ampas tahu dapat diuji dengan bulk density. Selain itu uji oragnoleptik seperti tekstur, rasa, warna dan bau dapat dipakai untuk mengetahui kualitas ampas tahu yang baik. Kandungan Nutrisi Hasil Ikutan Dari Pengolahan Kedelai dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Kandungan Nutrisi Hasil Ikutan Dari
Pengolahan Kedelai
Hasil Pengolahan
Protein Lemak Serat Ca P Kedelai
Kasar Kasar
9.91 6,56 0,25 0,64 Kecap
Ampas Jawa Barat
Jawa Tengah
12,5 5,24 0,95 0,3 Jawa Tengah
5,07 19,97 0,52 0,32 Ampas Tahu
14,54 19,24 0,78 0,42 Sulawesi Tengah
Jawa Barat
Jawa Barat
7,195 4,14 0,615 0,49 Jawa Tengah
5,07 19,97 0,52 0,32 Jawa Barat
Sulawesi Tengah
DKI Jakarta
6 0,29 0,69 Sulawesi Utara
2,41 2,83 - - Lampung
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012 Keterangan : * hasil uji dikonversikan ke bahan kering kecuali kadar air berdasarkan
hasil lab.
II.2. Limbah Industri Perkebunan
II.2.1. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis)
Gambar 11. Pohon dan Buah Sawit
A. Deskripsi
Kelapa sawit (Elaeis guineensis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari dua jenis: Elaeis guineensis dan Elaeis oleifera. Elaeis guineensis adalah yang pertama kali dan terluas dibudidayakan sedangkan Ela eis oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula untuk menambah keanekaragaman sumber daya genetik. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, dan Sulawesi. Minyak sawit digunakan dalam berbagai industri. Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah.
Ada dua tahap pengolahan kelapa sawit. Tahap pertama pengolahan sawit dari buah sawit yang menghasilkan minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil), inti kelapa sawit, serat kelapa sawit dan lumpur kelapa sawit. Tahap kedua adalah pengolahan inti kelapa sawit yang akan menghasilkan minyak inti sawit dan bungkil kelapa sawit. Kandungan Nutrisi Bungkil Kelapa Sawit dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Kandungan Nutrisi Bungkil Kelapa Sawit Propinsi
Serat Ca P
Sumatera Utara
14,70 0,28 0,61 Sumatera Selatan
18,17 0,49 0,66 Bangka Belitung
15,10 0,30 0,57 Jawa Barat
23,20 0,47 0,51 Jawa Tengah
18,67 0,39 0,55 Kalimantan Barat
10,20 0,08 0,51 Jawa Tengah
18,67 0,39 0,55 Sulawesi Selatan
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
B. Hasil Ikutan Pengolahan Sawit
Gambar 12. Bungkil dan Solid Sawit
Tiga jenis limbah industri kelapa sawit yang dapat dimanfaatkan oleh ternak adalah, bungkil kelapa sawit, lumpur kelapa sawit dan serat kelapa sawit. Angka konversi dari lumpur sawit adalah 30% dan serat 20%, sedangkan bungkil inti sawit 40-60% dari inti.
Komposisi bungkil inti kelapa sawit sangat bervariasi dalam kandungan serat kasar dan lemak kasar, tergantung pada cara pengolahan dan bahan baku yang dipakai. Dibandingkan dengan bungkil kelapa, bungkil kelapa sawit mempunyai kadar protein yang rendah. Kadar Komposisi bungkil inti kelapa sawit sangat bervariasi dalam kandungan serat kasar dan lemak kasar, tergantung pada cara pengolahan dan bahan baku yang dipakai. Dibandingkan dengan bungkil kelapa, bungkil kelapa sawit mempunyai kadar protein yang rendah. Kadar
Bungkil kelapa sawit bisa diberikan sebanyak 20% pada unggas dan babi, dan 30 - 40% pada ruminansia. Serat kelapa sawit mengandung kadar serat kasar yang tinggi sehingga hanya dapat digunakan untuk ransum ternak ruminansia. Serat kelapa sawit dapat diberikan pada ruminansia sebanyak 15-35% dari ransum. Kandungan Nutrisi Hasil Ikutan Sawit dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Kandungan Nutrisi Hasil Ikutan Sawit Hasil Ikutan
Lemak Serat Sawit
Kasar Kasar Ca P
Daun Kelapa Kalimantan
3,47 25,79 0,56 0,15 Sawit
Timur Pelepah Sawit
0,99 46,69 0,88 0,04 Pelepah Sawit dan
2,64 33,64 0,80 0,08 Ampas Tahu Sumatera
6,04 35,44 0,29 0,11 Solid/Lumpur
Serat Sawit Utara
14,85 36,80 1,37 0,24 Keterangan : Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil Lab.
Bangka Sawit
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
Gambar 13. Batang dan Tepung Sagu
Sagu adalah butiran atau tepung yang diperoleh dari teras batang pohon sagu atau rumbia (Metroxylon sago Rottb.). Tepung sagu memiliki ciri fisik yang mirip dengan tepung tapioka. Dalam resep masakan, tepung sagu yang relatif sulit diperoleh sering diganti dengan tepung tapioka, meskipun keduanya sebenarnya berbeda.
Sagu merupakan makanan pokok bagi masyarakat Maluku dan Papua. Sebagai sumber karbohidrat, sagu memiliki potensi untuk dijadikan sebagai bahan pakan.
Sagu memiliki keunikan karena diproduksi di daerah rawa-rawa. Kondisi ini memiliki keuntungan ekologis tersendiri, walaupun secara ekonomis kurang menguntungkan. Kandungan Nutirisi dan Hasil Ikutan Sagu dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Kandungan Nutirisi dan Hasil Ikutan Sagu Sagu dan
Hasil Ikutan Propinsi
Kasar Ca P
Tepung Sagu Bengkulu
11,39 0,29 0,03 Sulawesi Barat
11,08 0,84 0,2 Sulawesi Tenggara
11,15 0,72 0,03 Ampas Sagu
Kep. Riau
8,17 0,2 - Riau
1,94 0,05 0,02 Sumatera Utara
9,36 0,44 0,07 Sulawesi Barat
3,71 - - Sagu
Kep Riau
9,82 0,29 0,02 DKI Jakarta
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2011-2012
II.2.3. Kelapa (Cocos nucifera)
Gambar 14. Pohon Kelapa dan Bungkil Kelapa (Kopra)
Kelapa (Cocos nucifera) adalah satu jenis tumbuhan dari suku aren-arenan atau Arecaceae dan adalah anggota tunggal dalam genus Cocos. Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan serba guna, khususnya bagi masyarakat pesisir . Kelapa adalah buah yang dihasilkan tumbuhan ini yang berkulit keras dan berdaging warna putih. Pohonnya bisa mencapai ketinggian 30 Kelapa (Cocos nucifera) adalah satu jenis tumbuhan dari suku aren-arenan atau Arecaceae dan adalah anggota tunggal dalam genus Cocos. Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan serba guna, khususnya bagi masyarakat pesisir . Kelapa adalah buah yang dihasilkan tumbuhan ini yang berkulit keras dan berdaging warna putih. Pohonnya bisa mencapai ketinggian 30
Limbah industri kelapa yang dapat dimanfaatkan ternak terutama adalah bungkil kelapa. Kualitas bungkil kelapa bervariasi tergantung pada cara pengolahan dan mutu. Berdasarkan komposisi kimianya, bungkil kelapa termasuk sumber protein untuk ternak. Dalam pemakaian terutama untuk monogastrik perlu diperhatikan keseimbangan asam aminonya, karena bungkil kelapa kekurangan asam amino lisin dan histidin. Bungkil kelapa bisa digunakan untuk unggas sebaiknya tidak lebih dari 20%, babi 40-50% dan ruminansia 30%.
Bungkil kelapa sangat baik diberikan pada sapi perah sebab dapat meningkatkan kadar lemak susu sehingga meningkatkan kualitas susu. Dapat diberikan juga pada kuda hanya dalam jumlah sedikit dan dicampur dengan gabah atau dedak, sebab apabila terlalu banyak dapat menyebabkan diare.
Bungkil kelapa sangat mudah didapatkan. Harganya pun jauh lebih murah bila dibandingkan dengan bungkil kacang tanah. Kadar proteinnya paling rendah diantara bungkil-bungkil yang lain, namun nilai nutrien makanannya cukup tinggi karena zat-zat yang dikandung bungkil kelapa mudah dicerna. Kandungan Nutrisi Kelapa dan Hasil Ikutannya dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13.Kandungan Nutrisi Kelapa dan Hasil Ikutannya Nama
Protein Lemak Serat Provinsi
Ca P Bahan
Kasar Kasar
Kelapa Maluku Utara
12,37 - 0,18 0,36 DKI Jakarta
10,5 15,58 0,02 0,51 Jawa Barat
9,72 12,05 0,1 0,54 Jawa Tengah
12,72 13,77 0,08 0,53 Jawa Timur
1,02 12,83 0,13 0,58 Kalimantan Barat
10,58 11,27 0,06 0,5 Kalimantan barat
Kalimantan Selatan
Kepulauan Riau
7,52 13,4 0,13 0,56 Sulawesi Tenggara
13,29 5,73 0,13 0,6 Sulawesi Utara
9,31 13,81 0,11 0,57 Sumatera Barat
8,7 11,9 0,06 0,55 Sumatera Selatan
10,03 13,13 0,08 0,54 Sumatera Barat
Kelapa Kalimantan Barat
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
II.2.4. Tebu (Saccharum officinarum)
A. Deskripsi
Limbah indusri gula dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak adalah seperti pucuk tebu, tetes, ampas tebu (bagasse) dan blotong. Pucuk tebu digunakan sebagai hijauan pakan ternak pengganti rumput gajah tanpa ada pengaruh negatif pada ternak ruminansia. Ampas tebu (bagasse) merupakan hasil limbah kasar setelah tebu digiling yang mengandung serat kasar yang tinggi yang terdiri dari sellulosa, pentosan dan lignin. Mengingat tingginya serat kasar. Ampas tebu hanya bisa digunakan untuk ternak ruminansia sebanyak 25%.
Gambar 15. Pohon Tebu
B. Hasil Ikutan Pengolahan Tebu (Tetes/Molases)
Tetes (Molases) bisa diberikan pada ternak secara langsung setelah melalui proses pengolahan menjadi protein sel tunggal dan asam amino. Keuntungan tetes untuk pakan ternak adalah kadar karbohidratnya tinggi (48 – 60% sebagai gula), kadar mineral dan rasanya disukai ternak.
Gambar 16. Tetes (Molases)
Tetes juga mengandung vitamin B kompleks dan unsur mikro yang dibutuhkan ternak seperti cobalt, boron, iodium, tembaga, mangan dan seng. Kelemahannya adalah kadar kaliumnya yang tinggi dapat menyebabkan diare jika dikonsumsi terlalu banyak. Tetes dapat digunakan dalam ransum unggas sebesar 5-6% serta babi dan ruminansia sebesar 15%. Kandungan Nutrisi Tetes (Molases) dan Pucuk Tebu dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Kandungan Nutrisi Tetes (Molases)
dan Pucuk Tebu
Ikutan Propinsi
Kasar Kasar Tebu
Kasar
1,54 32,77 0,57 0,08 Pucuk
Jawa Timur
Tebu Sumatera Utara 24,49 8,60
0,62 - 0,54 0,04 Molases
Jawa Barat
Jawa Timur
0,67 - - -
1,6 34,82 0,35 0,17 Keterangan : Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil Lab. Tebu Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2012
Cokol Jawa Tengah
II.2.5. Coklat (Theobroma cacao)
Gambar 17. Pohon Coklat
Limbah industri coklat adalah kulit buah, kulit biji dan Lumpur coklat. Kulit buah merupakan 71% dari buah sedangkan kulit biji coklat sekitar 15%. Limbah industri coklat merupakan sumber protein yang baik untuk ternak ruminansia karena tidak mudah untuk didegradasi dalam rumen. Namun bahan ini mengandung zat racun.
Kulit coklat buah mengandung protein rendah dan serat kasar yang tinggi sehingga penggunaannya terbatas hanya untuk ruminansia. Akan tetapi kulit biji coklat mengandung protein yang cukup tinggi sehingga bisa digunakan untuk semua jenis ternak. Penggunaan kulit buah coklat pada ungas dan babi bisa sekitar 10-24%, sedangkan pada ruminansia bisa sekitar 30-40%. Kandungan Nutrisi Hasil Ikutan Pengolahan Coklat dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Kandungan Nutrisi Hasil Ikutan
Hasil Ikutan
Ca Coklat
Protein Lemak Serat
Kasar
Kasar Kasar P
18,42 0,61 0,35 Kulit Coklat
Jawa Barat
DKI Jakarta
13,43 20,56 - - NTB
37,45 0,24 0,34 Keterangan : Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil Lab.
Fermentasi Sumatera Kulit Kakao
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2012
II.2.7. Kopi (Coffea)
Gambar 18. Pohon kopi dan Biji Kopi
Kopi adalah sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan dan ekstraksi biji tanaman kopi . Dari sekian banyak jenis biji kopi yang dijual di pasaran, hanya terdapat 2 jenis varietas utama, yaitu kopi arabika (Coffea arabica) dan robusta (Coffea robusta). Kopi arabika merupakan tipe kopi tradisional dengan cita rasa terbaik. Sebagian besar kopi yang ada dibpasaran dibuat biji kopi jenis ini. Kopi ini berasal dari Etiopia dan sekarang telah dibudidayakan di berbagai belahan dunia, mulai dari Amerika Latin , Afrika Tengah, Afrika Timur, India , dan Indonesia . Secara umum, kopi ini tumbuh di negara-negara ber iklim tropis atau subtropis .
ternak adalah kandungan serat kasarnya yang tinggi (33,14%), sehingga tingkat kecernaannya sangat rendah. Dengan proses amoniasi, tingkat kecernaan kulit kopi bisa ditingkatkan. Bukan hanya itu, amoniasi kulit kopi juga dapat meningkatkan kadar protein serta menghilangkan aflatoksin. Kandungan Nutrisi Kulit Kopi dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16.Kandungan Nutrisi Kulit Kopi Hasil
Ikutan Propinsi
Kasar Kasar Ca P Kopi
Air
Abu
Protein Lemak Serat
Kasar
4,31 38,67 1,73 0,48 Kulit Kopi
Fermentasi Sumatera Barat
0,78 36,96 0,47 0,06 Jawa Barat
1,33 30,17 0,55 0,15 Kulit Kopi NTB
0,35 42,43 42,43 0,19 Sumatera Utara
1,24 60,04 0,32 0,03 DI Yogyakarta
Keterangan : Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil Lab. Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
II.1.8. Kacang Tanah (Arachis hypogea)
A. Deskripsi
Gambar 19. Kacang Tanah (Arachis hypogea)
Produksi per hektar tergantung pada jenis kacang tanah, jenis tanah, pemupukan dan cuaca. Kacang ini disukai ternak dan merupakan pakan suplementasi protein dari tumbuhan yang secara luas dipakai untuk ternak. Goitrogens adalah antinutrisi yang terdapat pada kacang tanah. Anti nutrisi ini dapat mengakibatkan thyroid membesar. Perlakuan panas dan pemberian yodium (I) yang cukup merupakan metode yang baik untuk menanggulangi masalah anti nutrisi ini. Selain itu kacang tanah mempunyai sifat pencahar, sehingga perlu pembatasan penggunaannya dalam ransum.
Untuk uji organoleptik seperti tekstur, rasa, warna dan bau dapat dipakai untuk mengetahui kualitas kacang tanah yang baik. Kacang tanah mempunyai TDN yang tinggi karena tingginya kandungan lemak (36%). Kandungan Nutrisi Kacang Tanah dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Kandungan Nutrisi Kacang Tanah Protein Lemak Serat
Ca P Kasar Kasar Kasar
DKI Jakarta
2,46 7,50 0,28 0,50 Jawa Barat
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
B. Hasil Ikutan Pengolahan Kacang Tanah
Bungkil kacang tanah merupakan limbah dari pengolahan minyak kacang tanah. Bungkil kacang tanah disukai ternak dan merupakan suplemen protein tumbuhan yang berkualitas baik. Tapi bungkil ini mempunyai anti nutrisi yang dapat mengakibatkan kelenjar thyroid membesar dan juga mempunyai sifat pencahar, tapi pengaruhnya lebih randah dibandingkan dengan kacang tanah.
Secara kualitatif kualitas bungkil kacang tanah dapat diuji dengan uji bulk density ataupun uji apung. Bulk density bungkil kacang tanah adalah 465.6 g/l. Selain itu juga uji organoleptik seperti tekstur, rasa, warna dan bau dapat dipakai untuk mengetahui kualitas bungkil kacang tanah yang baik. Uji sekam dengan flouroglucinol dapat juga dilakukan.
Bungkil kacang tanah mengandung protein sekitar 46.62% dan serat kasar 5.5%. Bila serat kasar lebih tinggi maka telah terjadi pemalsuan sekam dan karena itu produk tersebut tidak dapat disebut bungkil kacang tanah tetapi bungkil kacang tanah dan sekam.
Bungkil kacang tanah mempunyai protein tercerna (DP) 42.4% dan TDN 84.5%. Nilai ini lebih tinggi dari bungkil kedelai. Bungkil kacang tanah dan sekam mengandung protein kasar (PK) 41%, protein tercerna 36.6% dan total nutrien tercerna (TDN) 73.3% lebih tinggi dari PK, DP dan TDN bungkil biji kapas.
Gambar 20. Bungkil Kacang Tanah
Kualitas protein bungkil kacang tanah adalah baik dan hampir sama dengan bungkil kedelai. Tetapi bungkil kacang tanah biasanya mengandung lisin yang lebih rendah daripada bungkil kedelai. Bungkil kacang tanah mengandung kalsium (Ca) yang rendah dan kandungan phospornya (P) adalah setengah dari kandungan bungkil biji kapas.
Selain itu bungkil kacang tanah kurang karotin, vitamin D, thiamin, riboflavin,tetapi kaya akan
niacin dan asam pantotenat. Direkomendasikan untuk memberikan bungkil kacang tanah ke ternak sebanyak kurang lebih 25% dari total konsentrat. Kandungan Nutrisi Hasil Ikutan Kacang Tanah dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Kandungan Nutrisi Hasil Ikutan Kacang Tanah Protein Lemak
Serat Hasil Ikutan
Kasar Kasar Ca P
17,46 0,43 0,17 Batang Kacang
Akar Kacang Tanah
Jawa Barat
Tanah DKI Jakarta
27,07 - - Daun dan Batang
35,14 1,22 0,32 Jerami Kacang
Jawa Tengah
29,57 1,85 0,23 Daun Kacang
Tanah Jawa Tengah
Kep Bangka Tanah
Belitung
31,13 1,84 0,28 DKI Jakarta
36,30 0,52 - Jawa Barat
16,08 0,56 - Kulit Kacang
16,08 0,56 - Tanah
Jawa Tengah
57,93 0,35 - Tenggara
8,21 0,24 0,39 Tepung Kacang
Kacang Hijau NTB
25,36 0,63 0,13 Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT tahun 2009-2012 Hijau
Jawa Barat
II.3. Umbi-umbian
II.3.1. Singkong (Manihot utilisima)
Gambar 21. Umbi Singkong
A. Deskripsi
Singkong, yang juga dikenal sebagai ketela pohon atau ubi kayu, adalah pohon tahunan tropika dan subtropika dari keluarga Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran. Merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan fisik rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis singkong yang ditanam. Daging umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi singkong tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Produksi ubi kayu segar 10-40 ton/ha/tahun.
Kandungan protein ubi kayu sangat rendah dibandingkan dengan jagung. Apabila ubi kayu digunakan sebagai sumber energi dalam ransum, harus diimbangi dengan sumber protein yang lebih tinggi. Kadar kalsium dan phosfor cukup, akan tetapi karena kandungan asam
(0.1-0.31%) sehingga akan mempengaruhi penyerapan Ca dan Zn.
oksalat
yang tinggi yang tinggi
Pada proses detoksifikasi asam sianida dalam tubuh ternak diperlukan sulfur yang dapat dari asam amino tersebut akan meningkat. Sulfur untuk detoksifikasi ini dapat juga berasal dari sulfur inorganik. Penggunaan ubi kayu dalam ransum berdasarkan beberapa peneliti untuk unggas 5-10%, babi 40-70% dan rumiansia 40-90%. Kandungan Nutrisi Singkong dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Kandungan Nutrisi Singkong Provinsi
Lemak Serat
Kasar
Kasar
Kasar Ca P
Jawa Tengah
5,17 0,12 0,13 Jawa Barat
3,49 0,09 0,12 Sumatera Utara
1,52 0,05 0,04 Kalimantan Barat
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
B. Hasil Ikutan Singkong
1. Onggok
Onggok merupakan limbah pabrik tapioka dan gula. Angka konversi ubi kayu menjadi onggok berkisar antara 60-65%. Sebagai sumber energi, onggok lebih rendah dibandingkan dengan jagung dan ubi kayu akan tetapi lebih tinggi dari pada dedak.
Walaupun komposisi tepung ubi kayu lebih tinggi daripada gaplek akan tetapi kadar HCN tepung ubi kayu lebih tinggi daripada onggok. Penggunaan onggok dalam ransum unggas paling tinggi 5% dari ransum, untuk babi 25-30% dan untuk ruminansia 40% dari ransum.
Gambar 22. Onggok
2. Daun Ubi Kayu
Dari tanaman ubi kayu sebanyak bagiannya 10-40% terdiri dari daun. Sebanyak 75% dari protein daun adalah murni dan mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi. Asam amino daun ubi kayu ternyata hampir sama dengan bungkil kedelai walaupun jumlahnya berbeda. Daun ubi kayu defisien asam amino esensial yang mengandung sulfur yaitu methionin dan sistin. Kelemahan lain adalah adanya racun HCN dan kandungan serat kasar yang tinggi. Kandungan HCN pada daun muda berkisar antara 427-542 mg/kg, sedangkan pada daun tua kandungannya lebih rendah yaitu berkisar antara 343-379 mg/kg. Kandungan Nutrisi Hasil Ikutan Singkong dapat dilihat pada Tabel 20.
Gambar 23. Daun Singkong
Tabel 20. Kandungan Nutrisi Hasil Ikutan Singkong
Hasil Ikutan Lemak Serat Singkong
Kasar Ca P
Batang dan Daun Sumatera Singkong *
33,74 1,03 0,32 DKI Jakarta
Jawa Tengah
Pucuk Singkong Sulawesi
Selatan Lampung
DKI Jakarta
Jawa Barat
13,11 0,31 0,11 Jawa Barat
Jawa Tengah
13,73 0,425 0,11 Sumatera Selatan
12,80 0,26 0,03 Tepung Tapioka Maluku Utara
Keterangan :* * Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil Lab. * Hasil Uji berdasarkan as fed Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012