Kompetensi penyuluh dalam pembangunan pertanian di Provinsi Jawa Barat

KOMPETENSI PENYULUH DALAM
PEMBANGUNAN PERTANIAN
DI PROVINSI JAWA BARAT

Bambang Gatut Nuryanto

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Kompetensi Penyuluh
dalam Pembangunan Pertanian di Provinsi Jawa Barat adalah karya saya
sendiri dengan arahan Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun pada Perguruan Tinggi mana pun. Bahan rujukan yang berasal atau
dikutip dari karya yang telah diterbitkan ataupun yang tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Februari 2008


Bambang Gatut Nuryanto
P.061040041

ABSTRACT

BAMBANG GATUT NURYANTO. The Competencies of the Agricultural
Extention Agents in Agriculture Development in West Java Province. Under
direction of SUMARDJO, PANG S. ASNGARI, DJOKO SUSANTO.
The objectives of this research were (1) to explore the competencies level of the
agriculture extention agents in agricultural development, (2) to analyze the
determinant factors which influence the competencies of the agricultural extention
agents, (3) to analyze the determinant factors which influence the perfomance of
the agricultural extention agents, (4) to formulate the competencies of developing
strategies for the agricultural extention agents in agricultural development in West
Java Province. The population were the agricultural extention agents in West Java
Province. The respondents were the agricultural extention agents graduated from
universities in four regencies in West Java Province consist of Subang,
Sumedang, Bogor, and Garut. They were selected by sensus and the amount of
them are 264. Colletion of the data was done by distributed the structure

quesioner with respondents. Data analysis was done by descriptive, correlation,
regresion and path analysis. The results of the research showed that (1) the
competencies level of the agricultural extention agents were low, (2) the
determinant factors for the competencies of the agricultural extention agents were
trainning, self development and motivation of the agricultural extention agents,
(3) the determinant factors for the perfomance of the agricultural extention agents
in agricultural development were the competencies, cosmopolitant and the
environmental characteristics level of the agricultural extention agents, and (5) the
competencies development strategy of the agricultural extention agents in
agricultural development could be carried out by increasing the training
effectivities, self development and motivation of the agricultural extention agents.
Key word: competence, agricultural extention agents

RINGKASAN
BAMBANG GATUT NURYANTO.
Kompetensi Penyuluh dalam
Pembangunan Pertanian di Provinsi Jawa Barat. Di bawah bimbingan
SUMARDJO, PANG S. ASNGARI, DJOKO SUSANTO.
Kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan bertindak yang dimiliki
oleh seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan, yang didasari oleh pengetahuan,

keterampilan dan sikap sesuai dengan unjuk kerja yang ditetapkan. Dengan
adanya standar kompetensi yang
dikuasai maka seorang akan mampu;
mengerjakan sesuatu tugas atau pekerjaan dengan terampil, mengorganisasikan
pekerjaan yang dilaksanakan dengan cermat, bisa bertindak bila terjadi
penyimpangan, dan menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk
memecahkan masalah atau melaksanakan tugas dengan kondisi yang berbeda.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan gambaran tingkat kompetensi
Penyuluh Sarjana dalam pembangunan pertanian, (2) menganalisis faktor-faktor
determinan yang mempengaruhi kompetensi penyuluh, (3) menganalisis faktorfaktor determinan yang mempengaruhi kinerja penyuluh, dan (4) merumuskan
model/strategi pengembangan kompetensi Penyuluh Sarjana dalam pembangunan
pertanian di Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini merupakan penelitian survei.
Populasi adalah seluruh Penyuluh Pertanian yang ada di Provinsi Jawa Barat dan sampel
adalah Penyuluh Sarjana di empat kabupaten terpilih yaitu Kabupaten Subang,
Sumedang, Garut dan Bogor dengan jumlah 264 orang. Data yang dikumpulkan terdiri

dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi karakteristik pribadi,
karakteristik lingkungan, efektivitas pelatihan, pengembangan diri, kompetensi
dan kinerja penyuluh, yang diperoleh secara langsung dari responden melalui
pengisian kuesioner sebagai alat pengukur. Data primer juga diperoleh dari

informan lain seperti atasan langsung penyuluh, penyelenggara pelatihan
penyuluhan, petani, dan unsur-unsur Pemda yang terkait dengan penelitian. Data
sekunder diperoleh dari studi berbagai literatur, hasil penelitian dan data lain
yang relevan dengan penelitian. Hasil uji validitas diperoleh nilai korelasi (r)
berkisar antara 0.531 s/d 0.825 dan nilai reliabilitas dengan nilai r = 0.790.
Analisis data dengan menggunakan analisis statistik deskripsi, korelasi, regresi,
analisis lintas (path analysis) dan sidik ragam dengan program SPSS versi 12.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) tingkat kompetensi Penyuluh Sarjana
dalam pembangunan pertanian di empat kabupaten lokasi penelitian berada pada
kategori rendah, (2) faktor-faktor determinan yang berpengaruh sangat nyata

terhadap rendahnya kompetensi penyuluh adalah rendahnya efektivitas pelatihan
penyuluh, rendahnya tingkat pengembangan diri penyuluh dan rendahnya
motivasi penyuluh, (3) faktor-faktor determinan yang berpengaruh sangat nyata
terhadap rendahnya kinerja penyuluh adalah rendahnya tingkat kompetensi
penyuluh, rendahnya tingkat kekosmopolitan penyuluh dan rendahnya dukungan
karakteristik lingkungan penyuluh, dan (4) Strategi pengembangan kompetensi
Penyuluh Sarjana secara akademik dinilai layak dilakukan
melalui: (a)
peningkatan efektivitas pelatihan penyuluhan melalui perencanaan yang sesuai

dengan kebutuhan kompetensi penyuluh dan pelaksanaan pelatihan yang
didukung oleh widyaswara yang profesional dan komitmen penyelenggara
terhadap kelancaran pelatihan; (b) pengembangan diri penyuluh melalui
peningkatan kemandirian belajar seperti pengayaan sumber-sumber belajar dan
peningkatan interaksi penyuluh dengan sumber-sumber belajar serta
pengembangan karir penyuluh dengan memberikan kesempatan-kesempatan
belajar terkait dengan tugas-tugas di masa mendatang dan; (c) menumbuhkan dan
membangun motivasi penyuluh dengan memberikan dorongan pada diri penyuluh
untuk bekerja lebih berprestasi, memperjelas karir, sistem penghargaan sesuai
dengan prestasi dan peningkatan imbalan sesuai dengan beban pekerjaan
penyuluh.
Kata kunci : kompetensi, penyuluh pertanian

©Hak cipta milik IPB, tahun 2008
Hak cipta dilindungi Undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah

b. Pengutipan tidak mengindahkan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

KOMPETENSI PENYULUH DALAM
PEMBANGUNAN PERTANIAN
DI PROVINSI JAWA BARAT

Bambang Gatut Nuryanto

DISERTASI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

Judul Disertasi

Nama
NIM

: Kompetensi Penyuluh dalam Pembangunan
Pertanian di Provinsi Jawa Barat
: Bambang Gatut Nuryanto
: P.061040041

Disetujui
Komisi Pembimbing

Prof.Dr.Ir. Sumardjo, M.S.
Ketua

Prof (Riset) Dr. Ign. Djoko Susanto, SKM
Anggota

Prof.Dr. Pang S Asngari
Anggota


Diketahui
Ketua Departemen Komunikasi
dan Pengembangan Masyarakat

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, M.S.
M.S.

Prof. Dr. Ir. Khairil, A. Notodiputro,

Tanggal Ujian : 22 Januari 2008

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2007 ini ialah kompetensi, dengan
judul ”Kompetensi Penyuluh dalam Pembangunan Pertanian di Provinsi Jawa
Barat.”

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Sumardjo, M.S,
selaku ketua komisi pembimbing, Prof. Dr. Pang S. Asngari, dan Prof.(Ris).Dr.
Ign. Djoko Susanto, SKM selaku anggota komisi pembimbing.. Di samping itu,
ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada:
1. Rektor IPB beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan dan
pelayanan selama penulis mengikuti perkuliahan.
2. Dekan Fakultas Ekologi Manusia IPB beserta jajarannya yang telah
memberikan pelayanan selama penulis mengikuti perkuliahan.

3. Ketua Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat IPB beserta
jajarannya yang telah memberikan pelayanan selama penulis mengikuti
perkuliahaan.
4. Ketua Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan, Dr.Ir. Siti Amanah,
M.Sc atas segala arahan dan bimbingannya.
5. Prof. Dr. H.R Margono Slamet selaku penguji luar komisi pada sidang tertutup
yang telah banyak memberi saran perbaikannya.
6. Dr. Basita G Sugihem, M.A selaku penguji luar dari IPB pada sidang terbuka
atas segala saran perbaikannya.
7.


Dr.Ir. Momon Rosmono, M.S selaku penguji luar dari Pusat Pengembangan
Pendidikan Pertanian, Badan Pengembangan SDM Pertanian, Departemen
Pertanian pada sidang terbuka atas segala saran perbaikannya.

8. Dr. Ato Suprato, Kepala Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia
Pertanian Departemen Pertanian, yang telah memberikan kesempatan tugas
belajar dan beasiswa pendidikan pascasarjana.
9. Dr.Ir.Drs.H. Nasir N, M.S. selaku Kepala Pusat Pelatihan Manajemen dan
Kepemimpinan Pertanian Ciawi Bogor atas batuan moril dan materil selama
mengikuti perkulihaan
10. Ketua Yayasan Damandiri yang telah memberikan bantuan penelitian.
11. Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor beserta staf, Kepala
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor beserta staf, Kepala Kantor
Penyuluhan dan Pelatihan Kabupaten Subang beserta staf, Kepala Kantor
Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian dan Ketahanan Pangan
Kabupaten Garut beserta staf, Kepala Kantor Penyuluhan Pertanian dan
Ketahanan Pangan Kabupaten Sumedang beserta staf, Kepala Kantor
Penyuluhan Pertanian Kabupaten Sukabumi beserta staf yang telah
memberikan izin dan membantu selama pengumpulan data.
12. Para Dosen pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan sekolah

Pascasarjana IPB atas segala bimbingannya.
13. Teman-teman senasib dan seperjuangan pada Program Studi Ilmu Penyuluhan
Pembangunan sekolah Pascasarjana IPB atas dukungan dan kerjasamanya.

14. Istri dan anak-anak tercinta serta seluruh keluarga, atas segala doa dan
partisipasinya.
15. Semua pihak yang tidak disebutkan namanya, atas segala bantuan dan doa
restunya selama penulis mengikuti perkulihaan di IPB.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Pebuari 2008

Bambang Gatut Nuryanto

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Malang pada tanggal 23 Mei 1961 sebagai anak ke
ketujuh dari dua belas bersaudara dari pasangan Bapak Poerwodiprodjo
Soedarman (almarhum) dan Ibu Misti Sumiati (almarhumah). Pendidikan Sarjana
ditempuh di Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
Malang lulus pada tahun 1985. Pada tahun 1997, penulis diterima di Program
Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan pada Program
Pascasarjana IPB dan menamatkannya pada tahun 1999. Kesempatan untuk
melanjutkan ke program doktor pada

Program Studi Ilmu Penyuluhan

Pembangunan dan pada Perguruan Tinggi yang sama dimulai pada tahun 2004.
Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Badan Pengembangan
Sumberdaya Pertanian Departemen Pertanian Republik Indonesia.
Penulis

bekerja

sebagai

Penyuluh/Fasilitator

di

Pusat

Pelatihan

Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian, Badan Pengembangan Sumberdaya
Manusia Pertanian Departemen Pertanian dan di tempatkan di Ciawi Bogor.
Bidang spesialisasi yang menjadi tanggung jawabnya ialah penyuluhan pertanian.
Beberapa karya ilmiah berjudul Penguatan Kelembagaan Penyuluhan dan
Ketenagaan Penyuluh Pertanian dan Perikanan di Era Otonomi Daerah telah
disajikan pada Seminar Hasil Penelitian Pertanian, Perikanan dan Kelautan di
Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta pada bulan September 2004. Artikel lain
berjudul Strategi Pengembangan Kompetensi Penyuluh Pertanian di Kabupaten
Subang dan artikel Kompetensi Penyuluh Ahli dalam Pembangunan Pertanian di
Provinsi Jawa Barat masing-masing akan diterbitkan pada Jurnal Penyuluhan
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor dan Jurnal Penyuluhan pada
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pertanian SPs IPB pada tahun 2008. Karyakarya ilmiah tersebut merupakan bagian dari Program S3 penulis.

Penguji Luar Komisi
Penguji Ujian Tertutup : Prof. Dr. H.R. Margono Slamet
Penguji Ujian Terbuka : 1. Dr.Ir. Momon Rusmono, M.S
2. Dr. Basita Ginting S, M.A

Judul Penelitian
Nama
NIP
Program Studi

: Kompetensi Penyuluh Ahli dalam Pembangunan
Pertanian di Provinsi Jawa Barat
: Bambang Gatut Nuryanto
: P.061040041
: Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Komisi Pembimbing

:

Ketua
Anggota

: Prof. Dr. Ir. Sumardjo M.S
: 1. Prof.Dr. Pang S Asngari
2. Prof..(Riset). Dr. Ign. Djoko Susanto SKM

Penguji Luar Komisi
Penguji Ujian Tertutup : Prof. Dr. H.R. Margono Slamet
(Staf Pengajar Pascasarjana Program Studi Ilmu
Penyuluhan
Pembangunan Institut Pertanian Bogor)
Penguji Ujian Terbuka : 1. Dr.Ir. Momom Rusmono, M.S (Kepala Pusat
Pengembangan Pendidikan Pertanian Departemen
Pertanian)
2. Dr. Basita Ginting Sn M.A (Staf Pengajar
Pascasarjana
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan
Institut
Pertanian Bogor)

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL…………………………………………………………..………
xiv
DAFTAR GAMBAR………………………………………………….....…………
xvi

PENDAHULUAN……………………………………………………………….…
1
Latar Belakang…………………………………………………...…………..
1
Masalah Penelitian………………………………………………...…………
4
Tujuan Penelitian……………………………………………………...……..
6
Kegunaan Penelitian………………………………………………………....
6
Definisi Istilah…………………………………………………...….………..
6
TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………............
8
Pembangunan Pertanian dan Tantangannya…………………….……..…….
8
Kebijakan Pemerintah dalam Pembangunan Pertanian…………...................
10
Konsep Kompetensi…………………………………...……………..………
12
Pengertian Kompetensi…………………………..........………………..
12
Jenis-jenis Kompetensi............................................................................
15
Keefektifan
Komunikasi...............................................................
18
Pemanfaatan
Media
Internet
.............................................................19
Membangun Jejaring Kerja................................................................
21
Akses
Informasi……………..............................................................22
Penguasaan
Inovasi.............................................................................23
Kerjasama
Tim....................................................................................24
Analisis
Masalah.................................................................................25
Berpikir Sistem /Logis.......................................................................
27
Pemahaman Potensi Wilayah............................................................
29
Pemahaman Kebutuhan Petani..........................................................
30
Faktor – faktor yang Berpengaruh terhadap Kompetensi………....................
34

Pelatihan……………………………………………………....…..........
34
Pengembangan Diri………………………………………….................
37
Karakteristik Pribadi Penyuluh…………………….…....………..........
41
Karakteristik Lingkungan Penyuluh………………….…....……..........
43
Kebijakan Pemda……………………………………...……...........
44
Struktur Organisasi……………………………………....…...........
44
Dukungan Teknologi........................................................................
45
Dukungan Sarana.............................................................................
45
Pola Kepemimpinan.........................................................................
46
Konsep Penyuluhan ...............…………………………………..…....……....
47
Pengertian Penyuluhan ………………………………….……....…......
47
Falsafah Penyuluhan …….…………………………..…………..….....
48
Prinsip – Prinsip Penyuluhan Pertanian…………………......................
49
Perkembangan Penyuluhan Pertanian…....…………………………………
50
Penyuluh Pertanian………………………....………………………………
58
Kedudukan dan Tugas Penyuluh……...……………………………...
59
Peran
Penyuluh…………………………………………………….........59
Teori Belajar…………………………………..……………………………
62
Konsep Pengembangan SDM…………………...…………………………..
65
Konsep
Kinerja…………………………………..…………………………. 66
KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS……………...………………………
73
Kerangka Berpikir…………………………………………………………..
73
Hubungan antar Peubah………………………...…………………..
77
Hipotesis Penelitian…………………………………...……………………
77

METODE PENELITIAN………………………………………...…………………
80
Lokasi Penelitian….………………………………………...……………...
80
Populasi dan Sampel ………………………………………………………
80
Rancangan Penelitian…….…………………………………………………
82
Peubah, Definisi Operasional, dan Pengukurannya………………….……..
82
Peubah Penelitian……………………………………………….…..
82
Definisi Operasional, dan Pengukurannya………………………….
83
Data dan Intrumentasi……………………………………………...……….
106
Data ………………………………………………………...………
106
Intrumentasi…………………………………………………...……
107
Validitas dan Reliabilitas Instrumen…………………………………...…...
107
Validitas Instrumen……..………………………………………......
107
Reliabilitas Intrumen………………………………………………..
109
Pengumpulan Data……………………………...…………………………..
111
Analisis Data……………………………………...………………………...
111
HASIL PEMBAHASAN……………………………………...……………………
116
Gambaran Umum Lokasi Penelitian……………………...………………….
116
Gambaran Umum Penyuluh………………………………...………………..
120
Sebaran
Jumlah
Penyuluh......................................................................120
Ketidakseimbangan antara Jumlah Penyuluh dengan Jumlah
Desa.......121
Sebaran Pendidikan Formal dan Non Formal Penyuluh..……………
122
Sebaran Jenis Kelamin Penyuluh.……………………………………
123
Sebaran Jabatan Fungsional Penyuluh……………………………….
124

Sebaran Bidang Spesialisasi Penyuluh………………………………
125
Pelatihan Penyuluh yang Diselenggarakan Lembaga Diklat .........................
126
Kecenderungan Kebutuhan Pelatihan bagi Penyuluh......................................
127
Sebaran Karakteristik Pribadi Penyuluh..........................................................
128
Sebaran Pendapat Penyuluh tentang Karakteristik Lingkungan......................
131
Pendapat Penyuluh tentang Efektivitas Pelatihan..........................................
133
Pendapat Penyuluh tentang Pengembangan Diri ...........................................
135
Jenis-jenis Kompetensi yang Diperlukan Penyuluh........................................
136
Tingkat Kompetensi Penyuluh .......................................................................
138
Kompetensi Penyuluh Berkomunikasi secara Efektif......................................
140
Kompetensi Penyuluh Memanfaatkan Media Internet....................................
142
Kompetensi Penyuluh Membangun Jejaring Kerja.........................................
143
Kompetensi Penyuluh Mengakses Informasi..................................................
145
Kompetensi Penyuluh dalam Penguasaan Inovasi...........................................
147
Kompetensi Penyuluh Bekerjasama dalam Tim..............................................
149
Kompetensi Penyuluh Menganalisis Masalah.................................................
150
Kompetensi Penyuluh Berpikir Secara Sistem...............................................
152
Kompetensi Penyuluh Memahami Potensi Wilayah........................................
154
Kompetensi Penyuluh Memahami Kebutuhan Petani.....................................
155
Tingkat Kinerja Penyuluh................................................................................
157
Faktor

Faktor
yang
Mempengaruhi
Kompetensi
Penyuluh.........….………
160
Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh..................................
164
Model Pengembangan Kompetensi Penyuluh.................................................
167
Model Pengembangan Kinerja Penyuluh........................................................
173
Strategi Pengembangan Kompetesi Penyuluh dalam Pembangun –

an Pertanian……….........…………………………………….…………..…..
178
Implikasi Hasil Penelitian terhadap Undang-Undang No.16 Tahun 2006......
182
Keterkaitan antara Kompetensi dengan Pelatihan Penyuluh.............
182
Pengembangan Diri sebagai Alternatif Peningkatan Kompetensi Penyuluh...................................................................
188
Menumbuhkan Motivasi Penyuluh....................................................
190
Menuju Penyuluh Profesional............................................................
191
KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………. ..…….
196
Kesimpulan……………………………………………………………..……
196
Saran…………………………………………...………………………...…..
197
DAFTAR PUSTAKA…………………..…………………………………..............
199
LAMPIRAN – LAMPIRAN……………..…………………………………………
209

DAFTAR TABEL

Halaman
1. Ciri-ciri Kompetensi Penyuluh yang Memberdayakan Petani……………….....
32
2. Ciri-ciri Pelatihan Penyuluh Penyuluh yang
Efektif………………..…………..36
3. Ciri-ciri Pengembangan Diri Penyuluh Menuju Kemandirian Belajar…………
40
4. Ciri-ciri Kinerja Penyuluh yang Bermutu dan yang Cenderung Kurang
Berhasil…………………………………………………………………71
5. Sebaran Responden di Empat Kabupaten
Penelitian……………........................81
6. Indikator dan Parameter Karateristik Pribadi
Penyuluh…………………….......86
7. Indikator dan Parameter Karateristik Lingkungan Penyuluh……………….......
88
8. Indikator dan Parameter Efektifitas Pelatihan
Pernyuluh……………………….90
9. Indikator dan Parameter Pengembangan Diri Penyuluh…………………..........
92
10. Indikator dan Parameter Keefektifan Komunikasi
Penyuluh……………...........94
11. Indikator dan Parameter Pemanfaatan Media
Internet…………….....................95
12. Indikator dan Parameter Membangum Jejaring
Kerja……………………..........96
13. Indikator dan Parameter Akses
Informasi……………………………………….97
14. Indikator dan Parameter Penguasaan
Inovasi……………………………………98
15. Indikator dan Parameter Tingkat Kerjasama…………………………................
99
16. Indikator dan Parameter Analisis
Masalah………………...................................100
17. Indikator dan Parameter Berpikir
Sistem…………………….............................101

18. Indikator dan Parameter Pemahaman Potensi
Wilayah…………………............102
19. Indikator dan Parameter Peahaman Kebutuhan Petani…………………............
103
20. Indikator dan Parameter Kinerja Penyuluh………………………………..........
105
21. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Instrumen………………………….............110
22. Sebaran Jumlah Penyuluh di Empat Kabupaten Lokasi
Penelitian………..........121
23. Perbandingan antara Jumlah Penyuluh dengan JumlahDesa Di Empat Kabupaten Lokasi
Penelitian......................................................121
24. Jumlah Penyuluh menurut Pendidikan Formal dan non Formal …….……........
123
25. Sebaran Jenis Kelamin Penyuluh………………………………………….........
124
26. Sebaran Jabatan Fungsional Penyuluh………………………………………….
124
27. Sebaran Bidang Spesialisasi Penyuluh…………………………………………
125
28. Jenis Pelatihan Penyuluhan yang DiselenggarakanLembaga/ Balai Pelatihan Tahun 2006…………………………………………
126
29. Kecenderungan Kebutuhan Pelatihan Bagi Penyuluh………………………….
127
30. Sebaran Persentase Karakteristik Pribadi Penyuluh……………………………
129
31. Sebaran Pendapat dan Rataan Skor Penyuluh Tentang Karakteristik Lingkungan Penyuluh....................................................................
132
32. Sebaran Pendapat dan Rataan Skor Penyuluh Tentang Efektifitas Pelatihan......
133
33. Pendapat Responden Tentang Pengembangan Diri……………….....................
136
34. Rataan Tingkat Kompetensi Penyuluh dalam Pembangunan Pertanian.….........
139
35. Sebaran dan Rataan Skor Kemampuan Penyuluh Berkomunikasi Secara Efektif Ditinjau dari Aspek Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan.......
140
36. Sebaran dan Rataan Skor Kemampuan Penyuluh dalam Pemanfaatan Media
Internet Ditinjau dari Aspek Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan ...............
142
37. Sebaran dan Rataan Skor Kemampuan Penyuluh dalam MembangunJejaring Kerja Ditinjau dari Aspek Pengetahuan, Sikap, dan
Keterampilan........144

38. Sebaran dan Rataan Skor Kemampuan Penyuluh Mengakses InformasiDitinjau dari Aspek Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan...............................
145
39. Sebaran dan Rataan Skor Kemampuan Penyuluh dalam PenguasaanInovasi Ditinjau dari Aspek Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan..................
147
40. Sebaran dan Rataan Skor Kemampuan Penyuluh Bekerjasama dalam Tim Ditinjau dari Aspek Pengetahuan, Sikap, dan
Keterampilan.............149
41. Sebaran dan Rataan Skor Kemampuan Penyuluh Menganalisis MasalahDitinjau dari Aspek Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan...............................
151
42. Sebaran dan Rataan Skor Kemampuan Penyuluh Berpikir sistem Secara Efektif Ditinjau dari Aspek Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan.......
152
43. Sebaran dan Rataan Skor Kemampuan Penyuluh Memahami Potensi Wilayah Secara Efektif Ditinjau dari Aspek Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan.................................................................................................
154
44. Sebaran dan Rataan Skor Kemampuan Penyuluh Memahami KebutuhanPetani Ditinjau dari Aspek Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan....................
156
45. Sebaran dan Rataan Skor Kinerja Penyuluh........................................................
157
46. Nilai Koefisien Korelasi (r) Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Kompetensi
Penyuluh...........................................................................................161
47. Nilai Koefisien Regresi Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap
Kompetensi Penyuluh..........................................................................................
162
48. Nilai Koefisien Korelasi (r) Faktor-faktor yang Berhubungan denganKinerja
Penyuluh..................................................................................................164
49. Nilai Koefisien Regresi Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap
Kinerja
Penyuluh..................................................................................................165
50. Nilai Koefisien Lintas Peubah Bebas dengan Peubah
tidak Bebas (Kompetensi Penyuluh) ...................................................................
168
51. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Faktor – faktor yang
mempengaruhi Kompetensi Penyuluh.................................................................
173
52. Nilai Koefisien Lintas Peubah Bebas dengan Peubah
tidak Bebas (Kinerja Penyuluh) ..........................................................................
174
53. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Faktor – faktor yang
mempengaruhi Kinerja Penyuluh........................................................................
177

54. Standar Kompetensi Penyuluh Sarjana dalam Pembangunan
Pertanian..............184

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.
2.
3.

4.

5.

6.

7.
8.

Konsep Kompetensi Model Ice Berg
…………………………………
Bagan Sederhana Pendekatan Sistem
......................................................
Konsep Kerangka Berpikir Kompetensi dan Kinerja Penyuluh dalam
Pembangunan
Pertanian...........................................................................
Hubungan antar Peubah Penelitian Kompetensi dan Kinerja
Penyuluh dalam Pembangunan
Pertanian................................................................
Hubungan antara Karakteristik Pribadi dan Karakteristik Lingkungan
Penyuluh, Efektifitas Pelatihan dan Pengembangan Diri Penyuluh
dengan Kompetensi Penyuluh
.................................................................
Hubungan antara Karakteristik Pribadi dan Karakteristik Lingkungan
Penyuluh, Efektifitas Pelatihan, Pengembangan Diri Penyuluh, dan
Kompetensi Penyuluh dengan Kinerja
Penyuluh.....................................
Model Pengembangan Kompetensi
Penyuluh..........................................
Model Pengembangan Kinerja
Penyuluh.................................................

15
28

78
79

114

115

168
175

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kabinet Bersatu pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah
menetapkan program pembangunan dengan strategi tiga jalur (triple track
strategy) yang berazas pro- growth, pro-employment dan pro-poor. Operasional
konsep strategi tiga jalur tersebut dirancang melalui:(1) peningkatan pertumbuhan
ekonomi di atas 6,5 % per tahun melalui percepatan insvestasi dan ekspor, (2)
pembenahan sektor rill untuk mampu menyerap tambahan angkatan kerja dan
menciptakan lapangan kerja baru, dan (3) revitalisasi sektor pertanian dan
pedesaan untuk berkontribusi pada pengentasan kemiskinan.

Untuk menajamkan kebijakan program pembangunan pertanian berupa
revitalisasi pertanian tersebut, Departemen Pertanian telah mengoperasionalkan
tiga program sebagai berikut; (1) program peningkatan ketahanan pangan, (2)
program peningkatan pengembangan agribisnis, dan (3) program peningkatan
kesejahteraan petani. Dalam pelaksanaannya program pembangunan pertanian
tersebut, dihadapkan pada dua tantangan besar yaitu (1) perubahan lingkungan
strategis

(perdagagan

bebas/globalisasi

dan

perubahan

penyelenggaraan

pemerintahan/otonomi daerah), dan (2) tuntutan kebutuhan masyarakat yang
semakin meningkat.
Di bidang pertanian implikasi dari perdagangan bebas (globalisasi) adalah
penghapusan berbagai kemudahan yang selama ini telah menjadi implementasi
dalam pembangunan pertanian seperti proteksi dan subsidi.

Selain itu juga

menuntut produk-produk pertanian Indonesia bisa bersaing dengan produk luar
negeri dan mempunyai nilai jual yang tinggi.

Keadaan tersebut, merupakan

tantangan dan sekaligus peluang bagi sektor pertanian khususnya bagi para pelaku
pembangunan pertanian di Indonesia.
Lahirnya otonomi daerah memunculkan perubahan-perubahan dalam
penyelenggaraan pemerintahan.
urusan

pemerintahan,

Slamet (2003) mengemukakan bahwa dulu

kelembagaan/dinas-dinas,

peraturan-peraturan

dan

kebijaksanaan yang berlaku berada dalam keseragaman, sekarang yang terjadi
adalah keragaman.

Sekarang pemerintah daerah memiliki lebih kewenangan

untuk mengatur dan membangun daerahnya masing-masing. Perubahanperubahan yang terjadi tersebut, akan memunculkan berbagai permasalahan dalam
pembangunan pertanian termasuk dalam penyelenggaraan penyuluhan.
Sumardjo (2006:2) mengidentifikasi beberapa permasalahan penyuluhan di
era otonomi daerah di antaranya; (1) adanya kesalahan persepsi bagi para
penyelenggara penyuluhan di daerah, (2) citra penyuluhan dianggap masih kurang
baik, (3) apriori di kalangan masyarakat tertentu (NGO) terhadap penyuluhan, (4)
dimasa lalu penyuluhan terwarnai oleh muatan politik organisasi politik tertentu,
dan (5) di era otonomi penyuluhan ditinggalkan oleh sebagian penguasa di daerah
karena tidak jelas dan tidak tampak secara langsung. Untuk mengatasi berbagai
permasalahan yang ada, telah lahir Undang-Undang Nomor 16 tahun 2006 tentang

Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan.

Undang-undang

tersebut diharapkan bisa dijadikan payung hukum dalam penyelenggaraan
penyuluhan.
Pada sisi lain, pelaksanaan pembangunan pertanian juga dihadapkan pada
tuntutan kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat.

Permintaan dan

konsumsi masyarakat terhadap komoditas-komoditas tertentu seperti hortikultura,
produk peternakan, perikanan dan perkebunan semakin meningkat baik secara
kuantintas maupun kualitas.

Selain itu, perkembangan kondisi petani dan

keluarganya saat ini ditandai dengan semakin meningkat wawasan, pengetahuan,
ketrampilan dan sikap kritis terhadap pembangunan pertanian. Sebagai akibat dari
perubahan lingkungan strategis, para petani dan pelaku usaha pertanian lain
menjadi lebih dinamis dan memerlukan pelayanan penyuluhan pertanian yang
lebih bermutu sesuai dengan tuntutan perubahan yang ada.
Semua kondisi di atas, menuntut adanya peningkatan kompetensi
penyuluh pertanian untuk dapat merespon perubahan lingkungan strategis yang
ada. Sayangnya, kondisi di lapangan menggambarkan bahwa tingkat kompetensi
penyuluh pertanian dalam melaksanakan tugas penyelenggraan penyuluhan
pertanian masih belum sesuai dengan yang diharapkan petani. Hasil penelitian
Puspadi (2002:114) mengungkapkan bahwa tingkat kompetensi penyuluh
pertanian di tiga provinsi yaitu Provinsi Lampung, Jawa Timur dan Nusa
Tenggara Barat berada pada kategori tingkat rendah. Hal senada, diungkapkan
Suryaman (2001:60) melalui hasil penelitiannya di Provinsi Nusa Tenggara Barat,
Nusa Tenggara Timur, Jawa Timur dan Jawa Barat yang menunjukkan tingkat
kompetensi dan kinerja penyuluh pertanian masih rendah.
Slamet (1995:26) mengemukan bahwa program penyuluhan pembangunan
yang efektif dan efisien dapat dikembangkan oleh tenaga-tenaga profesional di
bidang penyuluhan pembangunan. Hal ini hanya memungkinkan apabila program
penyuluhan diwadahi oleh sistem kelembagaan penyuluhan yang jelas dan
pelaksanaannya didukung oleh tenaga-tenaga yang kompeten di bidang
penyuluhan. Peningkatan kompetensi penyuluh dalam pembangunan pertanian,
bisa dikondisikan melalui berbagai upaya seperti; (1) meningkatkan efektivitas
pelatihan bagi penyuluh, (2) meningkatkan pengembangan diri penyuluh melalui

peningkatan kemandirian belajar dan pengembangan karir penyuluh, (3)
meningkatkan dukungan terhadap penyelenggaraan penyuluhan seperti dukungan
kebijakan pemda terhadap pendanaan penyuluhan, dukungan peran kelembagaan,
dukungan teknologi dan sarana penyuluhan, pola kepemimpinan yang berpihak
pada petani, dan (4) memotivasi pribadi penyuluh untuk selalu meningkatkan
prestasi kerja dan mengikuti perubahan lingkungan strategis yang ada.
Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang
kedudukannya berdekatan dengan ibu kota negara. Provinsi tersebut, sebagai
penyangga dan memiliki kedudukan yang strategis dalam konteks pembangunan
pertanian secara nasional, sehingga keberadaannya perlu didukung oleh sumber
daya manusia khususnya penyuluh yang kompeten dan profesional dalam
menjalankan tugasnya.
Secara umum gambaran kompetensi Penyuluh Pertanian pada saat ini
(termasuk di Provinsi Jawa Barat) adalah sebagai berikut : (1) penyebaran dan
kompetensi tenaga penyuluh pertanian masih bias kepada sub sektor pangan,
khususnya padi, (2) banyak alih tugas penyuluh pertanian ke jabatan lain yang
tidak sesuai dengan kompetensi penyuluh pertanian, (3) rekrutmen dan pembinaan
karir penyuluh pertanian belum sepenuhnya berpedoman pada SK.
Menkowasbang. PAN. No.19/1999, dan (4) peningkatan kompetensi dan
profesionalisme penyuluh pertanian, terutama melalui pendidikan dan pelatihan
sudah jarang dilakukan, hal ini menyebabkan rendahnya kemampuan dan kinerja
penyuluh dalam menjalankan tugasnya (DPR, 2005:15)
Berdasarkan dari konsep pemikiran yang telah diuraikan, dapat
dimunculkan pertanyaan sebagai berikut; (1) Bagaimana gambaran tingkat
kompetensi penyuluh dalam pembangunan pertanian?, (2) Faktor-faktor
determinan apa saja yang berpengaruh terhadap kompetensi penyuluh dalam
pembangunan pertanian?. (3) Faktor-faktor determinan apa saja yang berpengaruh
terhadap kinerja penyuluh dalam pembangunan pertanian?, dan (4) Bagaimana
model pengembangan kompetensi penyuluh dalam pembangunan pertanian?.
Penelitian ini akan menjawab permasalahan-permasalahan tersebut, terkait dengan
pengembangan kompetensi penyuluh dalam pembangunan pertanian khususnya di
Provinsi Jawa Barat.

Masalah Penelitian
Sejalan dengan perubahan lingkungan strategis yang ditunjukkan dengan
berlakunya perdagangan bebas antar negara (era globalisasi) dan perubahan
penyelenggaraan pemerintahan (otonomi daerah), tuntutan kebutuhan masyarakat
dan petani juga semakin meningkat. Kondisi petani pada masa kini menunjukkan
adanya peningkatan wawasan, pengetahuan, kemampuan dan sikap kritis terhadap
pembangunan pertanian.

Hal ini ditunjukkan oleh tuntutan mereka terhadap

pelayanan penyuluhan yang lebih bermutu sesuai dengan kebutuhannya. Selain
itu, sebagian petani sudah bisa menyelenggarakan kegiatan penyuluhan dan
pelatihan sendiri untuk keperluan pembangunan pertanian.
Untuk menghadapi perubahan lingkungan strategis, salah satunya
diperlukan adanya penyuluh pertanian yang berkompeten. Sayangnya, kondisi
kompetensi penyuluh pertanian yang ada sekarang, masih belum sesuai dengan
yang diharapkan petani atau pada tingkat rendah.

Hasil penelitian Puspadi

(2002:114) di tiga provinsi yaitu Provinsi Lampung, Jawa Timur dan Nusa
Tenggara Barat menunjukkan bahwa tingkat kompetensi penyuluh pertanian
berada pada kategori rendah.
Lebih jauh, dikemukakan bahwa rendahnya tingkat kompetensi penyuluh
pertanian

disebabkan

antara

lain;

rendahnya

motivasi

penyuluh

untuk

meningkatkan kompetensinya, sistem pembinaan penyuluh kurang sejalan dengan
perkembangan petani, kualitas teknologi dan informasi kurang dimiliki penyuluh,
dan kepribadian penyuluh yang belum sesuai dengan posisinya sebagai pejabat
fungsional untuk mengembangkan kompetensinya secara mandiri. Kondisi ini
semua ditunjukkan oleh materi penyuluhan yang cenderung disesuaikan dengan
program pemerintah dan kurang sesuai dengan kebutuhan petani.
Permasalahan-permasalahan rendahnya tingkat kompetensi penyuluh
pertanian yang ada saat ini perlu diupayakan pemecahannya. Salah satu upaya
yang bisa dilakukan adalah dengan mengidentifikasi dan menganalisis
sejauhmana faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan kompetensi
penyuluh.

Beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap kompetensi

penyuluh dalam pembangunan pertanian diantaranya; (1) efektivitas pelatihan

penyuluh, (2) tingkat pengembangan diri penyuluh, (3) karakteristik pribadi
penyuluh, dan (4) karakteristik lingkungan penyuluh. Selain faktor-faktor yang
berpengaruh, juga perlu dirumuskan jenis kompetensi yang diperlukan oleh
penyuluh pertanian dalam pembangunan pertanian. Baik kompetensi maupun
fator-faktor yang berpengaruh terhadap kompetensi, pada akhirnya akan
berpengaruh terhadap kinerja seorang penyuluh dan pelayanan yang diberikan
kepada petani. Untuk itu, faktor-faktor yang berpengaruh tersebut perlu dianalisis
keterkaitannya dan pengaruhnya terhadap kompetensi dan kinerja penyuluh.
Selanjutnya berdasarkan analisis tersebut, perlu dimunculkan model untuk
merumuskan strategi pengembangan kompetensi dalam pembangunan pertanian.
Berdasarkan dari uraian tersebut,

maka dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut :
(1) Bagaimana

gambaran

tingkat

kompetensi

Penyuluh

Sarjana

dalam

pembangunan pertanian di Provinsi Jawa Barat ?
(2) Faktor-faktor determinan apa saja yang berpengaruh penting terhadap
kompetensi Penyuluh Sarjana dalam pembangunan pertanian di Provinsi Jawa
Barat ?
(3) Faktor-faktor determinan apa saja yang berpengaruh penting terhadap kinerja
Penyuluh Sarjana dalam pembangunan pertanian di Provinsi Jawa Barat ?
(4) Bagaimana model pengembangan kompetensi Penyuluh Sarjana dalam
pembangunan pertanian di Provinsi Jawa Barat ?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang telah dikemukan, dapat
dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut :
(1) Mendeskripsikan tingkat kompetensi Penyuluh Sarjana dalam pembangunan
pertanian di Provinsi Jawa Barat.
(2) Menganalisis faktor-faktor determinan yang berpengaruh terhadap kompetensi
Penyuluh Sarjana dalam pembangunan pertanian di Provinsi Jawa Barat.
(3) Menganalisis faktor-faktor determinan yang berpengaruh terhadap kinerja
Penyuluh Sarjana dalam pembangunan pertanian di Provinsi Jawa Barat

(4) Merumuskan model pengembangan kompetensi Penyuluh Sarjana dalam
pembangunan pertanian di Provinsi Jawa Barat.

Kegunaan Penelitian
Ada dua kegunaan dalam penelitian ini yaitu kegunaan secara teoritis dan
kegunaan secara praktis.
(1) Kegunaan teoritis, sebagai sumbangan khasanah keilmuan di bidang
penyuluhan pembangunan yang berkaitan dengan pengembangan kompetensi
penyuluh dalam pembangunan pertanian dan mendorong peneliti lain untuk
melakukan penelitian serupa atau lanjutan di bidang pertanian dan non
pertanian.
(2) Kegunaan praktis, sebagai sumbangan pemikiran bagi penentu kebijakan baik
di tingkat pusat maupun tingkat daerah dalam merencanakan pengembangan
sumber daya manusia, khususnya yang berkaitan dengan peningkatan
kompetensi penyuluh dalam pembangunan pertanian melalui efektivitas
pelatihan dan pengembangan diri penyuluh.

Definisi Istilah
(1) Penyuluh Pertanian adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas,
tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang
berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian untuk melakukan
kegiatan penyuluhan pertanian.
(2) Penyuluh Sarjana adalah Penyuluh Pertanian Pegawai Negeri (PNS)
berpendidikan minimal sarjana S1 atau diploma IV (D4) yang diberi tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh
berwenang

oleh pejabat yang

pada satuan organisasi lingkup pertanian untuk melakukan

kegiatan penyuluhan pertanian.
(3) Kompetensi adalah kemampuan dan kewenangan bertindak yang dimiliki oleh
seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan yang didasari oleh pengetahuan,
sikap dan ketrampilan sesuai dengan tugas pekerjaan yang ditetapkan.

(4) Pelatihan adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk memperbaiki dan
mengembangkan pengetahuan, sikap, ketrampilan dan perilaku seseorang
sesuai dengan tujuan organisasi atau upaya untuk memperbaiki perfomansi
seseorang yang menjadi tanggung jawabnya.
(5) Pengembangan diri adalah kesempatan-kesempatan belajar yang yang
diberikan oleh organisasi kepada seseorang/karyawan, melalui pembinaan
karir dan peningkatan kemandirian belajar guna membantu dalam kelancaran
pelaksanaan tugas yang berorientasi pada masa depan.
6) Kemandirian belajar adalah upaya sadar dan aktif seseorang untuk
meningkatkan sendiri kualitas perilakunya sesuai dengan kemampuan atau
kekuatan yang dimilikinya.
(7) Pengembangan karir adalah gambaran mengenai jalur-jalur karir di masa
datang organisasi dan menandakan kepentingan jangka panjang dari organisasi
terhadap para pegawainya.
(8) Karakteristik pribadi adalah bagian dari individu dan melekat pada diri
seseorang yang mendasari tingkah laku seseorang dalam situasi kerja maupun
situasi lainnya.
(9) Karakteristik lingkungan adalah faktor-faktor di luar diri atau individu yang
mempengaruhi dalam kehidupannya.

TINJAUAN PUSTAKA
Pembangunan Pertanian dan Tantangannya
Dewasa ini bangsa Indonesia tengah menghadapi sejumlah cobaan dan
tantangan berat berupa krisis ekonomi dan monoter serta globalisasi yang
diakselerasikan oleh perdagangan bebas dan ketidakseimbangan transformasi
struktural.

Perdagangan bebas merupakan kenyataan yang sulit untuk

dihindarkan, karena sudah meliputi kecenderungan internasional, sehingga
mengharuskan bangsa Indonesia untuk mempersiapkan diri menghadapi
lingkungan baru tersebut (Solahuddin, 1999:1).
Sejalan dengan krisis ekonomi yang telah berlangsung, dalam beberapa
tahun terakhir bangsa Indonesia juga dihadapkan pada berbagai tekanan secara
beruntun seperti adanya bencana gempa bumi di beberapa daerah, terjadinya
kekeringan dan kebakaran hutan yang luas, terjadinya banjir di sejumlah daerah
sehingga mengakibatkan pemerintah melakukan impor beras. Kondisi semua ini,
tidak hanya menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik tetapi juga
mengakibatkan rendahnya ketersediaan kebutuhan bahan pangan rakyat.
Permasalahan kebutuhan pangan merupakan masalah yang sangat serius,
karena dengan jumlah penduduk yang sangat besar (sekitar 203 juta orang pada
tahun 1998 dan diperkirakan akan mencapai 220 juta orang pada tahun 2020)
kebutuhan pasokan pangan akan bertambah besar pula. Solahuddin (1999:20)
mengemukakan bahwa

sejarah pembangunan Indonesia menunjukkan bahwa

masalah keamanan pangan sangat erat kaitannya dengan stabilitas sosial politik
nasional. Dengan demikian swasembada pangan mutlak harus dilaksanakan untuk
memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri.

Implikasi dari perdagangan bebas adalah menuntut produk-produk dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari masing-masing negara untuk
saling berkompetisi dalam merebut dan menguasai pangsa pasar baik lokal
maupun global.

Di bidang pertanian implikasinya adalah produk-produk

pertanian Indonesia harus bisa bersaing dengan prooduk-produk luar negeri dan
mempunyai nilai jual yang tinggi.

Kondisi ini merupakan tantangan dalam

menghadapi pembangunan pertanian masa depan.
Sejalan dengan era globalisasi, pemerintah telah memberlakukan UndangUndang No. 22 tahun 1999 yang diperbaharuhi dengan Undang-undang No32
tahun 2004 tentang Otonomi Daerah. Dengan diberlakukannya undang-undang
tersebut, mengakibatkan terjadi perubahan-perubahan dalam penyelenggaraan
pemerintahan, termasuk dalam hal ini penyelenggaraan penyuluhan pertanian
yang telah mengalami perubahan paradigma.
Penyelenggaraan

penyuluhan

pertanian

yang

dulunya

menjadi

kewenangan pemerintah pusat menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota,
pendekatan penyuluhan pertanian yang dahulu bersifat top down menjadi
pendekatan bottom up, pendekatan penyuluhan yang bersifat intruksi menjadi
pendekatan penyuluhan yang bersifat partisipatif dan pembangunan pertanian
yang berorientasi produksi berubah menjadi pembangunan pertanian yang
berorientasi agribisnis. Adanya perubahan-perubahan tersebut, menuntut adanya
kesiapan sumberdaya manusia yang berkualitas, khususnya para petani dan
penyuluh pertanian sebagai pelaku utama pembangunan pertanian..
Dengan bergulirnya era otonomi daerah ini, Sumardjo (2006:2)
mengidentifikasi beberapa kendala penyuluhan pertanian yaitu (1) citra
penyuluhan di mata para penyelenggara penyuluhan di daerah menjadi kurang
baik, (2) pemahaman filosofi penyuluhan dari para penyelenggara penyuluhan
cukup beragam, sehingga penyuluhan dianggap bertentangan dengan paradigma
reformasi pembangunan, (3) penyuluhan di anggap sebagai penerangan,
propaganda, indoktrinasi dan yang lebih fatal lagi adalah penyuluhan semakin
ditinggalkan karena tidak tampak secara langsung meningkatkan pendapatan asli
daerah (PAD).

Sejalan dengan era globalisasi dan otonomi daerah, perkembangan dan
tuntutan petani juga semakin meningkat.

Kondisi petani pada masa kini

menunjukkan adanya peningkatan wawasan, pengetahuan, kemampuan dan sikap
kritis terhadap pembangunan. Sebagian petani telah dapat menyelenggarakan
penyuluhan pertanian sendiri yang ditandai dengan munculnya pusat pelatihan
yang dimiliki oleh petani yang menyebar di seluruh Indonesia.
Pada sisi lain, sebagian kondisi petani juga masih banyak yang
memprihatinkan.

Data BPS (2003) menunjukkan bahwa dari aspek sosial

ekonomi, tingkat pendidikan sebagian besar petani Indonesia sangat rendah yaitu
45% tamat SD, tidak tamat SD dan 12% tidak sekolah. Mereka berusia tua, di
mana 76,2% berumur antara 50-4 tahun, dan 21,46% berusia di atas 56 tahun.
Selain itu, mereka berlahan sempit (di jawa kurang dari 0,25 hektar/KK),
bermodal kecil dan memiliki produktivitas yang rendah dengan tingkat
pendapatan rata-rata hanya mencapai Rp.2,33 juta/kapita/tahun.
Melihat uraian dari pembangunan pertanian dan tantangannya seperti telah
dijelaskan terdahulu, maka pembangunan pertanian, dala