Sistem Pengelolaan dan Kontribusi Kebun Campuran terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Desa Sukadamai, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa barat.

(1)

Kebun Campuran terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Desa Sukadamai, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa barat. Dibawah bimbingan Dr.Ir.Iin Ichwandi, MSc.F.Trop dan Soni Trison, S.Hut.MSi.

Agroforestry adalah salah satu bentuk hutan rakyat yang merupakan kombinasi antara kehutanan dengan usaha tani secara terpadu dan merupakan nama kolektif untuk sistem penggunaan lahan dan teknologi, dimana tanaman keras berkayu (pohon-pohonan, perdu, jenis-jenis palem, bambu, dan sebagainya) ditanam bersamaan dengan tanaman pertanian atau hewan untuk suatu tujuan tertentu. Kebun campuran merupakan salah satu bentuk agroforestry yang dilakukan masyarakat secara tradisional yang dibagi menjadi homegarden dan garden (pekarangan dan tegalan). Pengelolaan kebun campuran banyak dilakukan masyarakat desa sekitar Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) dengan jenis tanaman yang diusahakan yaitu tanaman kayu, buah, dan pertanian. Minimnya potensi kayu yang terdapat di sekitar dapat menimbulkan tekanan terhadap kelestarian HPGW. Identifikasi sistem pengelolaan serta kontribusi pendapatan rumah tangga perlu dilakukan sebagai bahan pertimbangan kebijakan yang diambil dalam usaha pemberdayaan masyarakat sekitar HPGW.

Penelitian dilaksanakan di Desa Sukadamai, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat pada bulan April sampai Mei tahun 2009 dengan unit contoh dibagi menjadi dua, yaitu petani (35 jiwa) dan kebun campuran (4 plot) yang dikelompokan menurut luas kebun campuran yang dimiliki. Data diolah dan dianalisis menggunakan metode kualitatif (pengumpulan data, mengelompokkan, dan identifikasi karakteristik responden dan kebun campuran) dan metode kuantitatif (perhitungan jumlah tanaman dan kontribusi pendapatan). Informasi yang diperoleh selanjutnya dikelompokan dan disajikan dalam bentuk tabulasi angka dan gambar sesuai hasil yang diperoleh.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui faktor petani mengelola kebun campuran yaitu faktor budaya (31 %), ekonomi (60 %), teknik pengelolaan (6 %), dan ekologi (3 %). Tahapan kegiatan pengelolaan kebun campuran yaitu pemilihan jenis tanaman; pengolahan tanah (penyiangan dan pendangiran); pengadaan benih dan bibit; penanaman; pemeliharaan (pembersihan lahan, pemupukan, dan pemberantasan hama/penyakit); pemanenan; dan pemasaran. Kontribusi kebun campuran terhadap pendapatan rumah tangga yaitu sebesar Rp. 6.933.274/tahun (60,6 %) dengan pendapatan dari jenis tanaman kayu sebesar Rp. 1.289.464/tahun (16,3 %). Permasalahan utama yang dihadapi petani dalam kegiatan pengelolaan kebun campuran adalah modal (70 %), pembentukan organisasi/lembaga (23 %), keamanan (6 %), dan hama dan penyakit (1%). Perlu dilakukan pembentukan lembaga (kelompok tani/koperasi) oleh pihak berwenang dan penelitian lebih lanjut mengenai strategi pengembangan untuk meningkatkan pendapatan dari jenis tanaman kayu.

Kata kunci : Kontibusi pendapatan, kebun campuran, Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW).


(2)

Orchard Contribution Towards Farmers Income at Sukadamai Village, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, West Java. Under supervision Dr.Ir.Iin Ichwandi, MSc.F.Trop and Soni Trison, S.Hut.MSi. INTRODUCTION.Agroforestry is one of community forest design which is combining forestry and agriculture sector in a solid management. Agroforestry also the name that stands for land use system and technology where solid wood plant (trees, perdu, palm-trees, bamboo, etc) planting together with agriculture crops or animals for distinctive goals. Mixed planting is one of agroforestry construction that traditionally implement by society that also can divided into homegarden and garden. Mixed orchard management that organized by society around Gunung Walat Educational Forest (HPGW) including solid wood plants, fruits plants and agriculture crops. Wood potency with minimum quantity is belief will be a leading factor towards forest sustainability in HPGW. Management system identification and income contribution of farmers from mixed orchard need to ensure as strong consideration from policy that will be taken in order to establish society empowerment around HPGW.

METHOD.Research is taken place at Sukadamai Village, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, West Java on April through Mai 2009 with two different plot samplings, which is farmers (35 people) and mixed orchard (4 plots) which grouped according to spacious of mixed orchard. Data is analyzed with qualitative method (data gathering, grouping, farmer’s characteristic identification and income contribution). After that, data is grouped and presented in a tabulation of numbers and images based on gathered data information.

RESULTS.According to the research result, custom is the factors for farmers to manage their mixed orchards (31 %), technique of management (6 %), economy (60 %) and ecology (3 %). Mixed orchard management that farmers accomplished are; land management (weeding and land fertilizing); seed foundation; planting; breeding (land cleaning, fertilizing and cleaning of pest/disease); cutting; and marketing. The contribution of mixed orchard is Rp. 6.933.274/year (60,6 %) with the income of solid wood plant is Rp.1.289.464/year (16,3 %). The capital problems of mixed orchard management in Sukadamai Village are economy (70 %), establishment the organization (23 %), security (6 %), and pest/disease attack (1 %).

CONCLUSIONS.Organization establishment and forwarding research about strategy to improvingfarmer’s wood income in Sukadamai Village.

Keywords: Income contribution, mixed orchard, Gunung Walat Educational Forest (HPGW).


(3)

1.1. Latar Belakang

Agroforestry adalah salah satu bentuk hutan rakyat yang merupakan kombinasi antara kehutanan dengan usaha tani secara terpadu. Agroforestry merupakan suatu nama kolektif untuk sistem-sistem penggunaan lahan dan teknologi, dimana tanaman keras berkayu (pohon-pohonan, perdu, jenis-jenis palem, bambu, dan sebagainya) ditanam bersamaan dengan tanaman pertanian atau hewan untuk suatu tujuan tertentu. Salah satu bentuk agroforestry yang banyak dilakukan masyarakat desa pada lahan milik di wilayah sekitar Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) adalah kebun campuran.

Kebun campuran merupakan salah satu bentuk agroforestry yang dilakukan masyarakat desa secara tradisional yang dapat dibagi menjadi homegarden dan garden (pekarangan dan tegalan). Foresta et al. (2000) menyatakan bahwaagroforestry dalam bentuk kebun merupakan sumber inspirasi dan model yang sangat menarik untuk pengembangan pola kehutanan dan pertanian berkelanjutan yang memadukan manfaat ekonomi, perlindungan kesuburan tanah, dan pelestarian keanekaragaman hayati.

Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) yang terletak di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat dibangun sejak tahun 1950an dan dikelola Fakultas Kehutanan IPB sejak tahun 1970an telah berhasil menjadikan areal berhutan yang memberikan banyak manfaat. HPGW yang terletak di Desa Hegarmanah secara langsung berbatasan dengan beberapa desa seperti Desa Cicantayan, Desa Sukadamai, Desa Sekarwangi, Desa Batununggal, dan Desa Sukamulya. Sebagai sistem produksi skala kecil, pengelolaan kebun campuran dilakukan juga oleh masyarakat desa sekitar HPGW yang dijadikan sumber pendapatan dan menyediakan berbagai kebutuhan, yaitu kebutuhan nutrisi (sayur-sayuran dan buah-buahan), tanaman obat-obatan, bahan baku untuk perumahan dan pagar, serta kayu bakar. Minimnya potensi kayu yang terdapat di daerah sekitar HPGW karena sedikitnya jumlah


(4)

tanaman kayu yang diusahakan masyarakat desa sekitar menimbulkan tekanan terhadap HPGW. Pencurian dan perambahan yang dilakukan masyarakat desa sekitar HPGW dalam skala kecil maupun besar secara langsung dapat mengancam kelestarian HPGW.

Desa Sukadamai yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu desa yang berada di sekitar HPGW. Seluas 281,325 ha wilayah Desa Sukadamai merupakan wilayah kebun milik masyarakat. Sistem pengelolaan kebun campuran dilakukan oleh sebagian besar masyarakat desa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Identifikasi sistem pengelolaan kebun campuran serta besarnya kontribusi yang diberikan terhadap pendapatan rumah tangga perlu dilakukan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan dalam usaha pemberdayaan masyarakat desa sekitar HPGW agar optimalisasi lahan dapat dilakukan sehingga tekanan terhadap HPGW dapat berkurang.

1.2. Perumusan Masalah

Pengelolaan kebun campuran yang dilakukan oleh petani di Desa Sukadamai termasuk ke dalam pola agroforestry dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sumber pendapatan, baik sumber pendapatan utama maupun sebagai pendapatan tambahan. Hasil yang diperoleh dari kebun campuran dapat berupa kayu, buah-buahan dan hasil pertanian lainnya. Kajian mengenai sistem pengelolaan dan kontribusi kebun campuran terhadap pendapatan rumah tangga masyarakat dibutuhkan guna mengkaji bagaimana sistem pengelolaan kebun campuran yang dilakukan dan seberapa besar kontribusinya terhadap pemenuhan kebutuhan petani pengelola kebun campuran.

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana sistem pengelolaan dilakukan dan permasalahan yang terjadi dalam usaha pengelolaan kebun campuran yang dilakukan petani?

2. Besarnya kontribusi pendapatan dari kegiatan pengelolaan kebun campuran terhadap pendapatan rumah tangga petani?


(5)

1.3. Kerangka Pemikiran

Kegiatan pengelolaan kebun campuran merupakan salah satu bentuk pola agroforestry yang dilakukan masyarakat sebagai sumber pendapatan dan pemenuhan kebutuhan, baik kebutuhan yang bersifat jangka pendek maupun kebutuhan yang bersifat jangka panjang. Pengambilan hasil dilakukan masyarakat dari kebun campuran yang mereka miliki dapat berupa kayu, buah-buahan dan hasil pertanian lainnya. Hasil kayu yang diperoleh dapat berupa kayu gelondongan sebagai bahan bangunan maupun kayu bakar sebagai bahan bakar.

Studi mengenai sistem pengelolaan kebun campuran dan kontribusinya terhadap pendapatan perlu dilakukan guna mengetahui lebih jauh mengenai kegiatan pengelolaan kebun campuran yang dilakukan sebagai alat pemenuhan kebutuhan. Analisis sistem pengelolaan dilakukan untuk memberikan informasi mengenai bagaimana sistem pengelolaan kebun campuran dan permasalahan yang terjadi, meliputi tahapan kegiatan pengelolaan yang dilakukan petani. Sedangkan analisis kontribusi pendapatan dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi pendapatan yang berasal dari kebun campuran terhadap pendapatan total rumah tangga petani hutan rakyat di Desa Sukadamai.

Gambar 1 Diagram alir kerangka pemikiran penelitian. Kebun Campuran

Tanaman Kayu

Tanaman Pertanian Pengelolaan dan

Pemanfaatan Lahan

Rumah Tangga Petani

Analisis Kontribusi Pendapatan Analisis Sistem

Pengelolaan

Tanaman Buah


(6)

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian mengenai “Sistem Pengelolaan dan Kontribusi Kebun Campuran terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Desa Sukadamai, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat” antara lain:

1. Identifikasi sistem pengelolaan kebun campuran dan permasalahan yang terjadi dalam kegiatan pengelolaan kebun campuran yang dilakukan petani di Desa Sukadamai, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat.

2. Analisis kontribusi pendapatan kebun campuran terhadap pendapatan rumah tangga petani yang meliputi sumber-sumber pendapatan, pendapatan total yang diperoleh, biaya total yang dikeluarkan, dan pendapatan bersih petani.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai sistem pengelolaan dan kontribusi kebun campuran terhadap pendapatan rumah tangga petani dalam usaha pemenuhan kebutuhan sesuai dengan keberadaan dan prinsip kelestarian hutan untuk dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan dalam kebijakan yang diambil pihak-pihak terkait dalam usaha pemberdayaan masyarakat desa sekitar HPGW melalui optimalisasi lahan.


(7)

2.1.Agroforestry

2.1.1. DefinisiAgroforestry

Agroforestry adalah suatu nama kolektif untuk sistem-sistem penggunaan lahan teknologi, dimana tanaman keras berkayu (pohon-pohonan, perdu, jenis-jenis palem, bambu, dsb) ditanam bersamaan dengan tanaman pertanian, dan/atau hewan, dengan suatu tujuan tertentu dalam suatu bentuk pengaturan spasial atau urutan temporal, dan di dalamnya terdapat interaksi-interaksi ekologi dan ekonomi diantara berbagai komponen yang bersangkutan (Nair 1993).

Menurut Satjapradja (1981)agroforestry adalah suatu sistem penggunaan lahan yang merupakan perpaduan kegiatan kehutanan, pertanian, peternakan dan/atau perikanan, ke arah usaha tani terpadu sehingga tercapai optimalisasi dan diversifikasi penggunaan lahan. Pengembangan sistem agroforestry diharapkan dapat memecahkan masalah penggunaan lahan seperti kebutuhan manusia yang beraneka macam diantaranya pangan, sandang, papan, obat-obatan, kayu dan lingkungan hidup yang sehat dapat terpenuhi

Andayani (2002) mengatakan bahwa agroforestry merupakan salah satu bentuk pola tanam ganda diversifikasi jenis, dapat terdiri atas kombinasi jenis tanaman yang termasuk dalam kategori tanaman semusim dan tanaman tahunan/keras. Agroforestry sebagai suatu sistem usaha tani diduga dapat memberikan manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan.

2.1.2. Ciri-ciriAgroforestry

Beberapa ciri pentingagroforestry yang dikemukakan dalam Hairiah et al. (2003) yaitu :

a. Agroforestry biasanya tersusun dari dua jenis tanaman atau lebih (tanaman dan/atau hewan). Paling tidak satu diantaranya tanaman berkayu. b. Siklus sistemagroforestry selalu lebih dari satu tahun.


(8)

c. Ada interaksi (ekonomi dan ekologi) antara tanaman berkayu dengan tanaman tidak berkayu.

d. Selalu memiliki dua macam produk atau lebih (multi product), misalnya pakan ternak, kayu bakar, buah-buahan, dan obat-obatan.

e. Minimal memiliki satu fungsi pelayanan jasa (service function), misalnya pelindung angin, penaung, penyubur tanah, peneduh sehingga dijadikan pusat berkumpulnya keluarga/masyarakat.

f. Untuk sistem pertanian masukan rendah di daerah tropis, agroforestry tergantung pada penggunaan dan manipulasi biomassa tanaman terutama dengan mengoptimalkan penggunaan sisa panen.

g. Sistem agroforestry yang paling sederhana pun secara biologis (struktur dan fungsi) maupun ekonomis jauh lebih kompleks dibandingkan sistem budidaya monokultur.

2.1.3. Unsur-unsurAgroforestry

Sistem-sistemagroforestry dipandang dari segi ekologi dan ekonomi lebih kompleks daripada sistem-sistem monokultur. Suatu sistem agroforestry produksinya selalu beraneka ragam, yang saling bergantung satu sama lainnya. Sekurang-kurangnya satu komponen merupakan tanaman keras berkayu, sehingga siklusnya selalu lebih dari satu tahun. Sistem agroforestry juga bersifat lokal, karena harus cocok dengan kondisi-kondisi ekologi dan sosial ekonomi setempat (Kartasubrata 1991).

Unsur-unsur dalam agroforestry yang dikemukakan oleh Hairiah et al. (2003) adalah :

a. Penggunaan lahan atau sistem penggunaan oleh manusia. b. Penerapan teknologi.

c. Komponen tanaman semusim, tanaman tahunan, dan/atau ternak atau hewan.

d. Waktu bisa bersamaan atau bergiliran dalam suatu periode tertentu. e. Ada interaksi ekologi, ekonomi, dan sosial.


(9)

2.1.4. Jenis-jenisAgroforestry

Sistem agroforestry di Indonesia menurut Foresta dan Michon (1991) dalam Foresta et al. (2000) terbagi menjadi dua macam yaitu sistemagroforestry sederhana dan sistem agroforestry kompleks. Sistem agroforestry sederhana adalah perpaduan-perpaduan konvensional yang terdiri atas sejumlah kecil unsur, menggambarkan apa yang kini dikenal dengan skemaagroforestryklasik. Contoh yang paling sering ditemui yaitu sistem tumpangsari antara jati dengan palawija. Sedangkan sistem agroforestry kompleks merupakan sistem-sistem yang terdiri dari sejumlah besar unsur pepohonan, perdu, tanaman musiman dan atau rumput. Penampakan fisik dan dinamika di dalamnya mirip dengan ekosistem hutan alam primer atau sekunder. Contohnya adalah kebun pepohonan campuran, hutan buatan atau hutan rakyat, dan aneka kebun pekarangan.

Satjapradja (1981) dalam rangka diversifikasi dan optimalisasi penggunaan lahan, terdapat berbagai bentuk agroforestry yang dalam pelaksanaannya perlu disesuaikan dengan keadaan fisik-ekologis dan sosial ekonomis setempat. Paling sedikit ada lima jenis agroforestry yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Agrisilvikultur

Agrisilvikultur adalah salah satu bentuk agroforestry tradisional yang merupakan campuran kegiatan kehutanan dan pertanian. Di Perhutani salah satu bentuk dan sistem ini lebih dikenal dengan nama tumpangsari, suatu cara pengelolaan tanah dimana para petani dapat mengusahakan lahan kehutanan dengan jenis tanaman pangan seperti padi, jagung, kayu, kol, dan kentang, di samping tanaman pokok kehutanan seperti jati, pinus, dan rasamala.

b. Silvopastural

Silvopastural adalah salah satu bentuk agroforestry yang merupakan campuran kegiatan kehutanan dan peternakan, dimana di bawah tegakan hutan seperti Agathis sp., Pinus sp., dan Paraserienthes sp. ditanami rumput-rumputan dan hijauan makanan ternak lainnya secara bersama-sama, tanpa merusak tegakan hutan. Bentuk silvopastural ini cocok


(10)

dikembangkan di daerah peternakan dan padang penggembalaan jadi masalah.

c. Silvofishery

Silvofishery adalah salah satu jenis agroforestry yang merupakan campuran kegiatan kehutanan daerah pantai atau hutan payau dengan usaha perikanan. Beberapa pola penggunaan lahan yang termasuk sistem silvofishery antara lain pembuatan tambak yang memelihara udang dan ikan di hutan payau sekaligus menghutankan kembali dan merehabilitasi hutan payau.

d. Agrosilvopastural

Agrosilvipastural adalah salah satu jenis agroforestry yang merupakan campuran kegiatan kehutanan, pertanian, dan peternakan dalam suatu lahan secara bersamaan. Dalam lahan tersebut terdapat tanaman berkayu beserta jenis tanaman pertanian lain dan rumput-rumputan atau hijauan sebagai bahan makanan ternak.

e. Agrosilvofishery

Agrosilvofishery adalah salah satu jenis agroforestry yang merupakan campuran kegiatan kehutanan, pertanian, dan usaha perikanan.

2.2. Kebun Campuran

2.2.1. Sistem Pengelolaan Kebun Campuran

Menurut salah satu penelitian LP IPB (1990) mengemukakan bahwa sistem pengelolaan kebun campuran, hutan rakyat maupun lahan hak milik masyarakat pada dasarnya bertolak dari tiga sub sistem yang saling berkaitan yaitu sub sistem produksi, sub sistem pengelolaan hasil dan sub sistem pemasaran. Kebun campuran merupakan sebuah perubahan dari konsep lahan pertanian menjadi sebuah hutan atau kebun, namun dalam hal ini merupakan hutan hak milik. Hutan hak milik dalam pengertian menurut peraturan perundang-undangan (UU No. 41 tahun 1999), adalah hutan yang tumbuh di atas tanah dan dibebani hak milik. Definisi ini diberikan untuk membedakannya dari hutan negara, yaitu hutan yang tumbuh di atas tanah yang tidak dibebani hak milik atau tanah negara.


(11)

Michon, Mary dan Bompard (1986) dalam Foresta et al. mengemukakan bahwa dalam mengelola kebun para petani sesungguhnya menerapkan praktik pertanian (menanam, menyiangi, memupuk dan memanen) dan berusaha mengintegrasikan proses alami bahan organik, perputaran unsur hara, dan regenerasi vegetasi. Faktor penentu utama dalam pengelolaan kebun adalah interaksi fungsional antar tanaman, antara tanaman dan tanah, dan antara siklus biologi masing-masing tanaman.

Sistem kebun pekarangan di Pulau Jawa merupakan contoh pengelolaan lahan yang berasal dari daerah tropika. Sebagaimana kebun pekarangan lain di dunia, pekarangan di Pulau Jawa tetap bertahan sampai masa ini sebagai sistem produksi skala kecil yang memadukan berbagai fungsi ekologi, ekonomi dan sosial. Kebun-kebun tradisional menghasilkan dan berkembang secara alami, dan hanya memerlukan perawatan minimal. Praktik pengelolaannya sederhana, dan hampir-hampir tidak mengganggu proses-proses alami. Petani mengarahkan proses produksi semata-mata hanya untuk kebutuhan sendiri (buah atau kayu). Pengelolaan kebun tradisional tidak secara langsung memberikan perlakukan semaian dan pohon, yaitu pemangkasan pohon untuk meningkatkan hasil buah, pemilihan anakan pohon, penjarangan kanopi agar cahaya matahari masuk atau penyiangan tumbuhan bawah secara selektif untuk merangsang tumbuhnya spesies yang berharga (Michon dan Mary 1994 dalam Forestaet al.).

2.2.2. Manfaat Kebun Campuran

Sudiyono (1994) mengemukakan bahwa walaupun hutan hak seperti hutan rakyat dan kebun campuran di Indonesia hanya merupakan sebagian kecil dari luasan total hutan, namun tetap penting karena selain fungsinya untuk perlindungan tata air pada lahan-lahan masyarakat, juga penting bagi pemiliknya sebagai sumber penghasil kayu maupun sumber pendapatan rumah tangga, disamping hasil-hasil lain seperti buah-buahan, daun, kulit kayu, biji dan sebagainya.

Salah satu penelitian Michon dan Mary (1994) dalam Foresta et al. di Cibitung, Jawa Barat mengungkapkan bahwa kebun pekarangan campuran masyarakat secara komersil dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sebesar


(12)

15– 25 % dari pendapatan total tahunan melalui produksi buah komersil seperti durian, petai dan juga produksi tanaman ekspor seperti cengkeh, pala, dan kopi.

Nurhayati (2005) mengemukakan bahwa manfaat kebun campuran yang dirasakan banyak sekali, terutama dapat menambah pendapatan petani. Pola penanaman dengan sistem kebun campuran yang dilakukan dapat berperan sebagai pelindung tanaman lain, sebagai pakan ternak, dapat memperkuat tanah, sehingga tidak terjadi longsor, hasil pemangkasan dari tanaman pelindung (tajuk tinggi) maupun daun-daun yang berguguran juga dapat menyuburkan tanah bila sudah membusuk dan dapat mengurangi intensitas kegiatan penyiangan yang dilakukan karena penutupan tajuk relatif rapat. Masyarakat juga memanfaatkan pekarangan yang ada untuk budidaya sayuran dan beberapa tanaman obat yang juga bermanfaat sebagai bahan makanan dan bumbu masak.

2.2.3. Kontribusi Kebun Campuran Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Hernanto (1991) mengemukakan bahwa salah satu cara dalam menentukan ukuran pendapatan petani adalah jumlah penerimaan penjualan hasil ditambah penerimaan yang diperhitungkan dengan kenaikan nilai inventaris, dikurangi dengan pengeluaran tunai dan pengeluaran yang diperhitungkan termasuk bunga modal. Pendapatan rumah tangga petani dapat berasal dari pendapatan usaha tani dan pendapatan non-usaha tani.

Menurut salah satu penelitian LP IPB (1990) mengenai hutan rakyat, menerangkan bahwa pada dasarnya pengelolaan hutan rakyat merupakan upaya menyeluruh dari kegiatan-kegiatan merencanakan, membina, mengembangkan dan menilai serta mengawasi pelaksanaan kegiatan produksi, pengolahan hasil dan pemasaran secara terencana dan berkesinambungan. Tujuan akhir dari pengelolaan hutan rakyat ini adalah peningkatan peran kayu rakyat terhadap peningkatan pendapatan pemilik atau pengusahanya secara terus-menerus selama daur.

2.2.4. Faktor Sistem Pengelolaan Kebun Campuran yang Berpengaruh Terhadap Pendapatan Rumah Tangga

Menurut Michon, Mary dan Bompard (1986) dalam Foresta et al. mengemukakan bahwa dalam sistem agroforestry kebun parak di Maninjau,


(13)

Sumatera Barat, hanya tenaga keluarga yang dipakai. Masa paling sibuk dalam pekerjaan yaitu pada musim panen durian, dan pada masa panen kulit manis. Tenaga kerja laki-laki bertugas menebang pohon sementara tenaga kerja perempuan mengupas kulit dan mengeringkannya di desa. Sebagian besar kegiatan pengelolaan agroforestry parak tidak tertentu waktunya dan bila perlu dapat diatur bergiliran. Pengumpulan kayu bakar dan penyiangan biasanya dilakukan oleh perempuan, penanaman oleh laki-laki, sedangkan pemetikan buah-buahan dikerjakan oleh seluruh anggota keluarga. Menebang dan menggergaji kayu dilakukan oleh pekerja khusus yang dibayar dengan barang atau uang tunai.

Berdasarkan survei intensif yang dilakukan Suyanto et al. (2001) dalam Otsuka dan Place (2001) di Jambi terhadap para pemilik lahan kayu manis, memperlihatkan bahwa tenaga kerja, terutama tenaga kerja yang berasal dari keluarga, merupakan komponen biaya utama dalam produksi kayu manis. Penggunaan tenaga kerja pada tahun pertama penanaman kayu manis biasanya lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun-tahun berikutnya. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga lebih banyak digunakan pada tiga tahun awal, yang mana tenaga kerja luar keluarga (hired labor) biasanya digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan sederhana.

Menurut Kasryno (1984), besar kecilnya bagian yang diterima oleh buruh tani dipengaruhi oleh :

a. Perkembangan teknologi (yang diukur dengan produktifitas tanah) b. Luas tanah garapan.

c. Tingkat pertambahan penduduk.

d. Persentase rumah tangga tak bertanah dan petani bertanah sempit. e. Kesempatan kerja di luar sektor pertanian dan perpindahan. f. Tingkat pendapatan rumah tangga.


(14)

2.2.5. Input-input Produksi Sistem Pengelolaan Kebun Campuran

Pengelolaan kebun campuran masyarakat dapat dibagi menjadi empat input produksi, yaitu :

a. Pemilihan jenis tanaman

Jenis tanaman dapat dipilih berdasarkan kriteria tertentu, misalnya tanaman bersifat intoleran/toleran atau pinir atau sebagainya. Juga dapat menguntungkan baik dari segi ekologi dan ekonomi. Sedangkan dalam pertumbuhannya tanaman tersebut dipengaruhi oleh iklim, kondisi tanah, suhu dan kesesuaian lahan (Jumin 1994).

b. Pengolahan tanah

Secara umum pengolahan tanah bertujuan untuk menyediakan lahan agar siap tanam dengan meningkatkan kondisi fisik tanah dengan cara merubahnya. Hal ini dilakukan karena tanah merupakan faktor lingkungan yang merupakan sarana hubungan timbal balik dengan tanaman yang tumbuh padanya. Faktor lingkungan tanah meliputi faktor fisik (air, udara, struktur tanah, suhu) dan faktor kimiawi (kemampuan tanah dalam penyediaan nutrisi) (Jumin 1994).

c. Pemupukan

Pemupukan merupakan kegiatan penambahan energi bentuk kimia ke dalam tanah di sekitar tanaman budidaya agar tanaman dapat tumbuh sebaik dan setinggi mungkin. Terdapat dua jenis pupuk yang biasa digunakan,yaitu pupuk organik dan pupuk buatan. Penambahan pupuk yang mengandung unsur-unsur penting bagi pertumbuhan tanaman hakekatnya ialah menambahkan nutrisi (Soedyanto 1981).

d. Pemasaran

Produk yang dihasilkan oleh sejumlah besar petani kecil yang tersebar, dikumpulkan, diangkut, disimpan, diolah dan disalurkan melalui berbagai jalur sebelum sampai pada para konsumen yang beraneka ragam tingkat penghasilan, selera dan kesukaannya. Produk-produk itu dihasilkan mengikuti musim, mudah rusak dan bervolume besar. Pemasaran hasil-hasil pertanian dapat melalui pemasaran langsung, pedagang dan pertanian kontrak.


(15)

2.3. Penelitian-penelitian Terdahulu

Menurut penelitian Riva (1997) yang dilakukan di Kampung Naga, Kecamatan Selawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat menyimpulkan bahwa hasil usaha tani kebun campuran memberikan pendapatan rata-rata bagi petani sebesar Rp. 650.417/tahun atau sekitar 47,20 % dari pendapatan total petani.

Kristiani (2001) melalui penelitiannya menyimpulkan bahwa hasil usaha tani berupa kebun campuran di Desa Jlarem, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah memberikan kontribusi perdapatan terbesar kedua setelah pendapatan lain-lain dengan kontribusi rata-rata pada tahun 2001 yaitu sebesar Rp. 2.019.050/tahun atau sekitar 27,92 % dari pendapatan total.

Ika dalam penelitiannya di Desa Babakan, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat pada tahun 2006 menyimpulkan bahwa kontribusi kebun campuran adalah sebesar Rp. 11.203.358/tahun (45,34%) terhadap pendapatan total rumah tangga petani. Kontribusi lainnya berasal dari dari usaha non-tani sebesar Rp. 6.385.968/tahun (35,84%), hasil pekarangan sebesar Rp. 4.569.502/tahun (18,49 %), sawah sebesar 2.322.850/tahun (9,40 %) dan ternak Rp. 228.957/tahun (0,93 %).

Penelitian mengenai kontribusi kebun campuran juga dilakukan oleh Hutomo Tri di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi pada tahun 2007. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kontribusi kebun campuran terhadap pendapatan total rumah tangga adalah 48,67 % dengan pendapatan bersih rata-rata dari kebun campuran sebesar Rp. 2.308.367/ha/tahun. Sedangkan pendapatan total dari lahan monokultur sebesar 14,15 %, pekarangan 0,71 %, ternak 7,6 % dan pendapatan off farm sebesar 28,87 %.


(16)

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Sukadamai, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat pada bulan April sampai Mei tahun 2009.

3.2. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner, alat hitung, kompas, meteran, alat tulis kantor, kamera digital, dan komputer.

3.3. Batasan Operasional Penelitian

Batasan operasional diperlukan untuk memberikan pengertian yang seragam mengenai penelitian yang dilakukan. Batasan operasional tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Kebun campuran adalah salah satu bentuk agroforestry di lahan milik petani yang merupakan campuran antara kegiatan kehutanan dan pertanian.

2. Pendapatan total kebun campuran adalah seluruh pendapatan yang diperoleh petani dari komoditas kebun campuran per tahun, meliputi hasil dari hasil kayu, buah-buahan dan tanaman pertanian.

3. Biaya pengelolaan kebun campuran adalah seluruh biaya yang dikeluarkan petani untuk pengelolaan kebun campuran per tahun, meliputi bahan (pupuk, obat dan bibit), tenaga kerja dan pajak lahan.

4. Pengeluaran total rumah tangga petani adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk mencukupi kebutuhan yang meliputi biaya pengelolaan kebun campuran, biaya pangan, sandang, pendidikan, transportasi, pajak dan lainnya.


(17)

5. Pendapatan bersih kebun campuran adalah hasil pengurangan pendapatan total kebun campuran dengan biaya pengelolaan kebun campuran.

6. Pendapatan total petani adalah pendapatan bersih yang diperoleh dari seluruh kegiatan termasuk sumber-sumber diluar pertanian. Sumber pendapatan petani antara lain usaha kebun campuran, sawah, ladang kolam, ternak, gaji karyawan/PNS, upah buruh, dagang, PNS dan jenis pekerjaan lain.

3.4. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu data sekunder dan data primer. Data sekunder meliputi kondisi umum wilayah penelitian, batas administratif wilayah, kondisi fisik, suhu dan iklim, penggunaan lahan, dan data demografi penduduk diperoleh dari Buku Monografi Desa Sukadamai Tahun 2008, Peta Rupabumi Kabupaten Sukabumi dan website Pemerintah Kabupaten Sukabumi.

Data primer terdiri dari dua, yaitu karakteristik responden dan karakteristik sistem pengelolaan kebun campuran. Karakteristik responden meliputi nama, umur, jumlah tanggungan keluarga, kepemilikan lahan, pekerjaan pokok, pendapatan kebun campuran, biaya pengelolaan kebun campuran, pendapatan total rumah tangga, dan biaya total rumah tangga. Sedangkan karakteristik sistem pengelolaan kebun campuran responden meliputi : tahapan kegiatan pengelolaan, jenis tanaman yang diusahakan, dan permasalahan kegiatan pengelolaan kebun campuran. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada responden menggunakan kuisioner dan pengamatan langsung di kebun campuran responden.

Jenis, sumber dan teknik pengambilan data selengkapnya disajikan pada Tabel 1.


(18)

Tabel 1 Jenis data, sumber data dan teknik pengambilan data Jenis

Data Parameter Sumber Data

Teknik Pengambilan

Data Sekunder - Kondisi umum wilayah

desa

- Batas administratif wilayah

- Penggunaan lahan - Data demografi

penduduk Buku Monografi Desa Sukadamai, Peta Rupabumi danwebsite Pemerintah Kabupaten Sukabumi Studi literatur dan pencatatan data sekunder.

Primer - Karakteristik responden (umur, tingkat

pendidikan pekerjaan pokok, pendapatan kebun campuran, biaya pengelolaan kebun campuran, pendapatan total rumah tangga, dan biaya total rumah tangga.

- Karakteristik kebun campuran responden (sistem pengelolaan, jenis tanaman, dan permasalahan. Responden dan kebun campuran responden. Wawancara, observasi dan pengukuran langsung di lapangan menggunakan plot

3.5. Metode Pengambilan Contoh

Unit contoh yang digunakan pada penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu unit contoh responden dan unit contoh kebun campuran. Pengambilan unit contoh responden dilakukan terhadap petani pemilik kebun campuran yang berjumlah 35 jiwa yang selanjutnya dikelompokkan menurut kategori luas kebun campuran yang dimiliki. Jumlah responden yang diambil berbeda tiap kategori disesuaikan


(19)

dengan proporsi jumlah pemilik kebun campuran di Desa Sukadamai untuk menjamin keterwakilan tiap kategori. Jumlah responden yang diambil tiap kategori luas kebun campuran dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah responden tiap kategori luas kebun campuran

No. Kategori Luas

Kebun Campuran

Jumlah Responden (jiwa)

1. < 0,25 ha 15

2. 0,25–< 0,5 ha 10

3. 0,5–< 1 ha 7

4. ≥1 ha 3

Total 35

Pengambilan unit contoh kebun campuran dilakukan melalui pengukuran langsung yang dilakukan di kebun campuran responden menggunakan plot berukuran 20 x 50 m (Gambar 2). Jumlah total plot yang dibuat adalah satu tiap kategori luas kebun campuran untuk memberikan gambaran mengenai komposisi jenis tanaman, pola penanaman, dan pembagian strata tajuk tiap kategori luas kebun campuran. Pengukuran yang dilakukan untuk jenis tanaman pertanian hanya meliputi jenis, sedangkan untuk jenis tanaman kayu dan tanaman buah meliputi jenis, jumlah masing-masing jenis, diameter, dan tinggi pohon.

20 m

50 m

Gambar 2 Plot contoh penelitian.

Soerianegara dan Indrawan (1982) menyatakan bahwa terdapat lima lapisan (stratum) tajuk pada hutan hujan tropis, yaitu lapisan A,B,C,D, dan E. Lapisan A,B, dan C merupakan lapisan tajuk dari tingkat pohon, lapisan D merupakan lapisan perdu dan semak, sedangkan lapisan E adalah lapisan


(20)

tumbuh-tumbuhan penutup tanah (ground cover). Ciri dan kriteria masing-masing lapisan adalah :

1. Lapisan A

a. Lapisan teratas

b. Tinggi total pohon > 30 m

c. Pohon tinggi,lurus dan batang bebas cabang tinggi d. Semi-toleran

2. Lapisan B

a. Lapisan kedua

b. Tinggi total pohon 20– 30 m c. Tajuk kontinu (rapat)

d. Pohon banyak cabang, batang bebas cabang tidak terlalu tinggi dan jenis toleran.

3. Lapisan C

a. Lapisan ketiga

b. Tinggi pohon 4– 20 m c Tajuk kontinu (rapat)

d. Rendah kecil dan banyak cabang 4. Lapisan D

a. Perdu dan semak b. Tinggi 1– 4 m 5. Lapisan E

a. Tumbuhan penutup tanah b. Tinggi 0 - 1 m

3.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode analisis kualitatif dilakukan dengan melakukan pengumpulan data, mengelompokkan, dan identifikasi karakteristik responden dan kebun campuran responden. Sedangkan metode analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan perhitungan dalam hubungannya dengan jumlah jenis tanaman, dan kontribusi kebun campuran


(21)

terhadap pendapatan rumah tangga. Beberapa analisis yang digunakan dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Analisis Deskriptif

Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai sistem pengelolaan kebun campuran yang meliputi latar belakang pengelolaan kebun campuran, tahapan kegiatan pengelolaan, jenis tanaman, latar belakang pemilihan jenis tanaman, dan permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kebun campuran. Informasi yang diperoleh selanjutnya dikelompokan dan disajikan dalam bentuk tabulasi angka dan gambar sesuai dengan hasil yang diperoleh.

2. Analisis Kuantitatif

Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai komposisi tanaman kebun campuran yang meliputi jumlah jenis dan jumlah tanaman, dan kontribusi pendapatan kebun campuran terhadap pendapatan rumah tangga responden yang meliputi sumber-sumber pendapatan dan pengeluaran responden dari kebun campuran dan di luar kebun campuran. Informasi selanjutnya dikelompokkan dan dilakukan perhitungan untuk kemudian disajikan dalam bentuk tabulasi angka dan gambar sesuai dengan hasil yang diperoleh.


(22)

4.1. Kondisi Umum Tempat Penelitian 4.1.1. Letak Administratif Wilayah

Desa Sukadamai merupakan desa pemekaran dari Desa Cicantayan yang diresmikan tanggal 3 Oktober 2005 oleh Bupati Sukabumi dan secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. Desa Sukadamai berada di bagian timur Kabupaten Sukabumi yang sebelah Utara berbatasan langsung dengan wilayah Desa Cicantayan, sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Desa Bojong, sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Desa Hegarmanah, dan sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Desa Sirnaresmi. Desa Sukadamai berjarak 30 km dari ibukota kecamatan (Cikembar) dan 85 km dari ibukota kabupaten (Pelabuhan Ratu) (Buku Monografi Desa Sukadamai Tahun 2008).

Sumber : Peta Rupa Bumi Kabupaten Sukabumi.


(23)

4.1.2. Topografi dan Iklim

Desa Sukadamai memiliki topografi berbukit-bukit dan merupakan kawasan campuran dan industri dengan kemiringan lahan mencapai 15˚. Desa Sukadamai terletak pada ketinggian 400 – 1.000 mdpl dengan suhu rata-rata harian sebesar 35˚ C. Berdasarkan klasifikasi tipe iklim menurut Schmidt dan Ferguson, Desa Sukadamai termasuk ke dalam tipe iklim A yang memiliki curah hujan rata-rata sebesar 3.306 mm/tahun dengan bulan kering rata-rata 2,7 dan bulan basah rata-rata 9,8. Jumlah bulan hujan di Desa Sukadamai adalah 6 bulan per tahunnya (Buku Monografi Desa Sukadamai Tahun 2008).

4.1.3. Luas Wilayah dan Pola Penggunaan Lahan

Luas Desa Sukadamai secara keseluruhan adalah 409,628 ha yang terbagi menjadi 4 dusun yang terdiri dari 16 rukun warga dan 29 rukun tetangga. Sebesar 371,743 ha atau sekitar 91 % wilayah Desa Sukadamai merupakan lahan milik individu yang terdiri dari 281,325 ha atau sekitar 68 % berupa kebun; 50,360 ha atau sekitar 12 % berupa persawahan; 40,058 atau sekitar 10 % berupa pemukiman; dan 12,285 ha atau sekitar 3 % adalah tanah kosong. Penggunaan lahan kebun yang relatif besar menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Desa Sukadamai merupakan lahan yang sangat cocok untuk kegiatan pengelolaan kebun campuran karena didukung oleh topografi dan iklim yang baik. Luas dan persentase penggunaan lahan di Desa Sukadamai selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Luas dan persentase penggunaan lahan di Desa Sukadamai

Penggunaan Lahan Luas

(ha)

Persentase (%)

Pemukiman 40,058 10

Persawahan 50,360 12

Kebun 281,325 68

Perkantoran 2,720 1

Tanah kosong 12,285 3

Prasarana umum 22,880 6

Total 409,628 100


(24)

4.1.4. Keadaan Sosial dan Ekonomi Penduduk

Jumlah penduduk di Desa Sukadamai seluruhnya adalah 4.272 jiwa yang terbagi menjadi 1.279 KK dengan jumlah penduduk laki-laki adalah 2.125 jiwa dan jumlah penduduk perempuan adalah 2.147 jiwa.

Tingkat pendidikan penduduk di Desa Sukadamai masih tergolong rendah. Hal ini terlihat dari hanya sekitar 37 % atau sebanyak 1.583 penduduk yang mengenyam pendidikan sampai tingkat menengah ke atas (SMP/SMU dan Perguruan Tinggi). Sebanyak 23 % atau sebanyak 983 penduduk memiliki tingkat pendidikan tidak sekolah dan sebanyak 40 % atau sebanyak 1.713 penduduk adalah tamatan Sekolah Dasar (SD). Pengelompokkan penduduk menurut tingkat pendidikan selengkapnya disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah dan persentase penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Sukadamai

Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk (jiwa)

Persentase (%)

Tidak sekolah 983 23

SD 1.713 40

SMP/SMU 1.366 32

Perguruan Tinggi 217 5

Total 4.279 100

Sumber : Monografi Desa Sukadamai Tahun 2008.

Jenis pekerjaan pokok yang dipilih penduduk sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimiliki. Penduduk yang memiliki tingkat pendidikan rendah akan memilih tani dan buruh tani sebagai pekerjaan pokok karena jenis pekerjaan ini relatif mudah dilakukan dan tidak memerlukan keterampilan yang tinggi. Di beberapa wilayah tertentu, tanah di Desa Sukadamai mengandung belerang dan sangat baik sebagai bahan baku pembuatan bata merah. Hal ini yang menyebabkan sebanyak 175 jiwa (7 %) penduduk mendirikan industri pembuatan bata dalam usaha kecil dan menengah. Bata yang dihasilkan dari desa ini dikenal memiliki kekuatan yang lebih baik dibandingkan produk dari daerah lain sehingga pendistribusiannya sudah sampai ke Kota Sukabumi, Cianjur, Tangerang, Bogor, dan Jakarta.


(25)

Terdapatnya beberapa pabrik garmen di sekitar Desa Sukadamai menyebabkan jenis pekerjaan pokok sebagai buruh swasta relatif tinggi (24 %). Sedangkan yang tergolong pekerjaan pokok yang termasuk ke dalam jenis pekerjaan lainnya (3 %) antara lain tukang ojek, montir, TNI/Polri, peternak, guru dan lain-lain. Pengelompokkan penduduk berdasarkan jenis pekerjaan pokok penduduk disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 5 Jumlah dan persentase penduduk menurut jenis pekerjaan pokok di Desa Sukadamai

Pekerjaan Pokok Jumlah Penduduk

(jiwa)

Persentase (%)

Tani 817 32

Buruh tani 321 12

Dagang 329 13

Pengrajin 241 9

Buruh swasta 620 24

PKM 175 7

Lainnya 72 3

Total 2.575 100

Sumber : Monografi Desa Sukadamai tahun 2008.

4.2. Karakteristik Responden

Responden yang diteliti dalam penelitian ini adalah para pemilik kebun campuran yang bertempat tinggal di Desa Sukadamai, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Hasil rekap kuisioner yang meliputi umur, tingkat pendidikan, pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan, jumlah tanggungan keluarga, dan kepemilikan lahan selengkapnya disajikan pada Lampiran 1.

Responden yang diteliti berjumlah 35 orang dengan kisaran umur antara 35 - 73 tahun. Menurut Bakir dan Maning (2005), kisaran umur produktif penduduk di negara berkembang adalah antara 15 - 55 tahun, jadi dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden termasuk kedalam usia produktif (68 %). Pengelompokan responden berdasarakan kelompok umur selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6.


(26)

Tabel 6 Jumlah dan persentase responden menurut kelompok jenis umur Kelompok Umur

(tahun)

Jumlah Responden (jiwa)

Persentase (%)

35– 44 13 37

45– 49 7 20

50– 54 4 11

55– 59 7 20

60– 64 1 3

65– 69 1 3

70– 74 2 6

Total 35 100

Sumber : Data Primer Penelitian.

Jumlah responden yang memiliki tingkat pendidikan sampai tingkat menengah ke atas (SMP/SMU dan Perguruan Tinggi) hanya sebanyak 12 jiwa atau sekitar 34 %. Sebagian besar responden yang memiliki tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 14 jiwa atau sekitar 40 %. Sedangkan penduduk yang tidak bersekolah sebanyak 7 jiwa atau sekitar 20 % responden.

Tingkat pendidikan responden yang relatif rendah disebabkan karena pendidikan belum menjadi prioritas. Pendidikan dinilai sebatas dapat membaca, menulis, dan berhitung. Biaya pendidikan yang tidak sedikit juga menjadi pertimbangan dalam menentukan sejauh mana tingkat pendidikan yang dapat dicapai responden. Pengelompokan responden berdasarkan tingkat pendidikan selengkapnya disajikan dalam Tabel 7.

Tabel 7 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah Responden

(jiwa)

Persentase (%)

Tidak sekolah 7 20

SD 14 40

SMP/SMU 12 34

Perguruan Tinggi 2 6

Total 35 100


(27)

Pekerjaan pokok adalah pekerjaan yang dilakukan dimana intensitas kegiatan yang dilakukan lebih tinggi dibanding pekerjaan lain. Pekerjaan lain dilakukan untuk menambah pendapatan dan termasuk ke dalam jenis pekerjaan sampingan. Pada umumnya pekerjaan pokok responden berhubungan langsung dengan lahan yang mereka miliki, baik sebagai petani ataupun buruh tani karena tingkat pendidikan yang dimiliki relatif rendah.

Menurut hasil wawancara yang dilakukan diperoleh hasil sebanyak 29 jiwa atau sekitar 82 % responden memiliki pekerjaan pokok yang berhubungan langsung dengan lahan yang dimiliki, yaitu sebagai petani (54 %) dan buruh tani (28 %). Hanya sebanyak 6 jiwa atau sekitar 18 % responden memiliki pekerjaan pokok di luar tani, yaitu sebagai pedagang (9 %), peternak (3 %), dan pekerjaan lainnya (6 %). Jenis pekerjaan pokok responden yang tergolong pekerjaan lainnya adalah sebagai pengrajin dan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Pengelompokan responden menurut jenis pekerjaan pokok selengkapnya disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Jumlah dan persentase responden menurut jenis pekerjaan pokok

Pekerjaan Pokok Jumlah Responden

(jiwa)

Persentase (%)

Tani 19 54

Buruh tani 10 28

Dagang 3 9

Peternak 1 3

Lainnya 2 6

Total 35 100

Sumber : Data Primer Penelitian.

4.3. Sistem Pengelolaan Kebun Campuran 4.3.1. Latar Belakang Kegiatan Pengelolaan

Sistem pengelolaan kebun campuran merupakan salah bentukagroforestry yang termasuk ke dalam jenisagrisilvikultur. Agrisilvikulturmerupakan salah satu bentuk agroforestry tradisional yang merupakan campuran kegiatan kehutanan dan pertanian dimana tanaman pertanian dan tanaman kehutanan dikelola bersamaan dalam suatu lahan milik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan


(28)

sebagai sumber pendapatan. Petani dapat mengusahakan lahan kehutanan dengan jenis tanaman buah dan tanaman pangan seperti manggis, padi, jagung, tomat, kelapa, singkong dan ubi jalar, di samping tanaman kehutanan seperti sengon, suren dan afrika. Bentuk pola agrisilvikultur ini lebih dikenal dengan nama tumpangsari.

Kegiatan pengelolaan kebun campuran yang terdapat di Desa Sukadamai telah dilakukan sejak dahulu dan masih dilakukan secara turun temurun sampai saat ini oleh petani kebun campuran karena besarnya manfaat yang diperoleh. Manfaat yang diperoleh antara lain manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan. Kebun campuran selain merupakan sumber penghasil kayu maupun sumber pendapatan rumah tangga, disamping hasil-hasil lain seperti buah-buahan, daun, dan bahan makanan lainnya, juga penting bagi lingkungan sebagai pelindung tata air pada lahan-lahan petani.

Orientasi petani melakukan usaha pengolahan kebun campuran adalah bertujuan untuk memperoleh pendapatan materi (uang). Faktor lainnya yaitu disebabkan oleh kebutuhan keluarga, kesesuaian lahan, pengetahuan yang dimiliki, waktu dan modal (Suharjito 2002).

Faktor yang melatarbelakangi petani dalam melakukan kegiatan pengelolaan kebun campuran antara lain faktor budaya, faktor ekonomi, faktor teknik pengelolaan, dan faktor ekologi. Faktor budaya merupakan latar belakang kegiatan pengelolaan kebun campuran responden yang disebabkan karena turunan/warisan dari orang tua mereka. Petani akan tetap melakukan kegiatan pengelolaan kebun campuran untuk menghormati dan melanjutkan usaha yang telah dijalankan.

Faktor ekonomi berhubungan erat dengan tingkat pendapatan yang ingin diperoleh dan menjadi alasan utama sebagian besar petani kebun campuran. Hal ini sangat dipengaruhi oleh luas lahan yang dimiliki petani karena berpengaruh terhadap jumlah jenis dan jarak antar tanaman. Untuk luas kebun campuran yang besar petani dapat memperbanyak jenis tanaman dengan tetap memperhatikan jarak antar tanaman agar dapat menghasilkan pendapatan yang maksimal. Sedangkan untuk luas kebun campuran yang kecil petani akan memaksimalkan


(29)

pendapatan dengan tetap memperbanyak jumlah jenis tanaman tanpa memperhatikan jarak antar tanaman.

Faktor teknik pengelolaan berkaitan dengan keunggulan teknis pengelolaan kebun campuran. Keunggulan teknis yang dimaksud antara lain pengelolaan yang mudah untuk dilakukan karena tidak membutuhkan tingkat keterampilan yang tinggi dan dapat dijadikan sebagai kegiatan atau usaha sambilan. Sedangkan faktor-faktor yang berhubungan dengan manfaat yang diperoleh, kondisi fisik lahan meliputi tingkat struktur tanah, tingkat kecukupan unsur hara, kemiringan lahan dan tingkat kecuraman lereng merupakan faktor ekologi yang menjadi latar belakang kegiatan pengelolaan kebun campuran.

Faktor ekonomi merupakan alasan utama petani melakukan kegiatan pengelolaan kebun campuran yaitu sebesar 60 %. Sebesar 31 % responden melakukan kegiatan pengelolaan kebun campuran karena faktor budaya turun temurun. Pengelompokan responden berdasarkan latar belakang pengelolaan kebun campuran disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Latar belakang responden melakukan pengelolaan kebun campuran

Latar Belakang Jumlah Responden

(jiwa)

Persentase (%)

Faktor budaya 11 31

Faktor ekonomi 21 60

Faktor teknik pengelolaan 2 6

Faktor ekologi 1 3

Total 35 100

Sumber : Data Primer Penelitian.

4.3.2. Tahapan Kegiatan Pengelolaan

Teknik pengelolaan kebun campuran di Desa Sukadamai pada dasarnya telah dikuasai oleh para petani walaupun secara sederhana. Hal ini dapat diartikan bahwa kebun campuran yang terdapat di Desa Sukadamai merupakan kebun campuran tradisional yang secara umum masih dikelola menggunakan alat dan pengetahuan yang sederhana. Pengetahuan yang dimiliki petani, dalam hubungannya dengan kegiatan pengelolaan kebun campuran sebagian besar diperoleh dari pengalaman orang tua mereka. Pemilik lahan akan mengelola


(30)

kebun campuran yang dimilikinya sendiri atau dengan bantuan keluarganya. Penggunaan jasa tenaga kerja (buruh) untuk kegiatan pengelolaan lahan akan dilakukan apabila pemilik lahan memiliki kesibukan lain yang dianggap dapat menghasilkan pendapatan lebih besar atau lahan yang dimiliki luas.

Tahapan kegiatan pengelolaan yang dilakukan meliputi pemilihan jenis tanaman, pengolahan tanah, pengadaan benih dan bibit, penanaman, pemeliharaan, pemanenan hasil, dan pemasaran hasil. Tahapan kegiatan pengelolaan kebun campuran antara lain dijelaskan sebagai berikut :

4.3.2.1. Pemilihan Jenis Tanaman

Jenis tanaman yang terdapat di kebun campuran petani dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu tanaman kayu, tanaman buah, dan tanaman pertanian. Sebagian besar petani memilih sengon sebagai tanaman keras penghasil kayu, baik kayu bakar sebagai bahan bakar maupun kayu gelondongan sebagai bahan baku furniture dan bangunan. Jenis sengon banyak dipilih karena budaya turun temurun yang diwariskan orang tua. Terdapat juga beberapa petani yang menanam tanaman kayu jenis afrika dan suren di kebun campuran yang mereka miliki karena nilai jual yang lebih tinggi.

Jenis tanaman penghasil buah yang banyak terdapat di kebun campuran petani adalah manggis, pisang, dan kelapa. Sebagian besar petani memilih tanaman manggis sebagai pilihan utama karena harga jual yang relatif stabil dan banyaknya tengkulak yang membantu memasarkan hasil panen mereka. Sampai saat ini Desa Sukadamai merupakan salah satu desa penghasil manggis terbesar setelah Desa Hegarmanah dengan hasil buah mencapai lebih dari 5.000 ton/ha/tahun (Buku Monografi Desa Sukadamai 2008). Sedangkan untuk jenis tanaman pisang dan kelapa dipilih petani karena hasilnya dapat dipanen beberapa kali dalam satu tahun.

Jenis tanaman pertanian yang menjadi komoditas yang paling utama dipilih petani adalah singkong. Hal ini disebabkan karena mudahnya kegiatan pemasaran hasil karena banyaknya industri kecil pembuatanenyé-enyédan kripik singkong di wilayah Desa Sukadamai. Tanaman pertanian lain yang banyak ditanam petani antara lain ubi jalar, cabai, tomat, kacang merah, kacang buncis, kacang panjang, serai, dan petai. Jenis-jenis ini ditanam petani untuk memenuhi


(31)

kebutuhan sehari-hari rumah tangga sebagai bahan makanan dan tanaman obat-obatan. Apabila dirasa telah cukup atau hasil panen besar petani akan menjual hasil dari jenis tanaman pertanian ke pasar, tengkulak, dan industri pengolahan.

Sumber : Dokumentasi Penelitian.

Gambar 4 Berbagai jenis tanaman kebun campuran responden

Faktor utama pemilihan jenis tanaman kebun campuran adalah faktor budaya, faktor ekonomi, faktor teknik pemeliharaan tanaman, dan faktor morfologi tanaman. Berdasarkan penelitian sebesar 23 % responden memilih jenis tanaman karena faktor budaya, yaitu merupakan warisan turun temurun dari orang tua mereka. Jenis tanaman yang banyak dipilih responden karena faktor ini adalah sengon, manggis, dan singkong.

Faktor ekonomi sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan yang ingin diperoleh yang dipengaruhi oleh nilai jual, biaya pengelolaan dan waktu panen dan merupakan faktor tertinggi dalam memilih jenis tanaman (64 %). Sebagian besar responden memilih jenis tanaman buah dan tanaman pertanian karena harga jual yang tinggi dan dapat dipanen minimal 1 kali/tahun. Sebesar 9 % responden memilih jenis tanaman yang akan ditanam karena teknis pemeliharaan tanaman yang mudah. Tanaman tidak membutuhkan perlakuan pemeliharaan intensif agar tumbuh dengan baik. Jenis tanaman ini adalah sengon, manggis, pisang, kelapa, cabai, tomat, jahe, lengkuas, serai, dan petai.

Faktor morfologi tanaman berhubungan dengan sifat fisik tanaman yang meliputi bentuk batang dan tajuk. Tanaman yang memiliki batang cukup besar dan penutupan tajuk renggang digunakan sebagai pelindung tanaman lain terhadap


(32)

angin dan sinar matahari yang berlebih. Jenis tanaman buah seperti manggis, mangga, dan alpukat yang memiliki batang besar dan penutupan tajuk tinggi dimanfaatkan sebagai tempat berteduh. Pengelompokan responden berdasarkan latar belakang pemilihan jenis tanaman disajikan dalam Tabel 10.

Tabel 10 Latar belakang responden dalam memilih jenis tanaman

Latar Belakang Jumlah Responden

(jiwa)

Persentase (%)

Faktor budaya 8 23

Faktor ekonomi 22 62

Faktor teknik pemeliharaan 3 9

Faktor morfologi tanaman 2 6

Total 35 100

Sumber : Data Primer Penelitian.

Jenis tanaman yang terdapat pada berbagai macam kategori luas kebun campuran responden relatif sama dengan jumlah jenis tanaman rata-rata sebanyak 14 jenis tanaman dengan jumlah jenis tanaman rata-rata tertinggi berasal dari kategori ≥ 1 ha (16 jenis tanaman). Sedangkan jumlah jenis tanaman rata-rata terendah berasal dari kategori luas kebun campuran 0,25 - < 0,5 ha (12 jenis tanaman). Jumlah jenis tanaman rata-rata tertinggi berasal dari jenis tanaman pertanian, yaitu sebanyak 8 jenis tanaman. Jumlah jenis tanaman kayu rata-rata hanya sebanyak 1 jenis tanaman sedangkan jumlah jenis tanaman buah rata-rata sebanyak 5 jenis tanaman. Pengelompokan responden menurut jumlah jenis tanaman yang terdapat selengkapnya disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Rata-rata jumlah jenis tanaman menurut kategori luas kebun campuran Jumlah Jenis Tanaman Rata-rata

Kategori Luas

Kebun Campuran Tanaman

Kayu

Tanaman Buah

Tanaman Pertanian

Total

< 0,25 ha 1 5 7 13

0,25 - < 0,5 ha 1 4 7 12

0,5 - < 1 ha 1 4 8 13

≥ 1 ha 2 5 9 16

Rata-rata 1 5 8 14


(33)

4.3.2.2. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah dilakukan petani untuk mempersiapkan kebun campuran agar siap tanam. Para petani melakukan pengolahan tanah menggunakan alat yang sederhana seperti cangkul, parang, dan golok. Kegiatan pengolahan tanah biasanya dilakukan paling lambat seminggu sebelum kegiatan penanaman dilakukan. Para pemilik kebun campuran, khususnya pemilik lahan yang luas, biasa mempekerjakan minimal satu orang buruh untuk mempercepat proses pengolahan tanah agar lahan dapat segera ditanam. Upah yang diberikan sebesar Rp 25.000/HOK untuk waktu kerja 6 - 7 jam dalam satu harinya.

Kegiatan pengolahan tanah dilakukan pada seluruh lahan baik untuk penanaman jenis tanaman kayu, tanaman buah, maupun tanaman pertanian. Pengolahaan tanah yang dilakukan adalah penyiangan dan pendangiran. Penyiangan dilakukan dengan cara membersihkan rumput-rumput liar yang dapat menggangu tanaman dan menutup permukaan tanah untuk memberi ruang pada tanaman yang akan ditanam agar tumbuh dengan baik tanpa adanya gangguan dari tanaman lain. Setelah dilakukan penyiangan, selanjutnya dilakukan kegiatan pendangiran. Pendangiran dilakukan dengan cara mencangkul tanah secara bolak-balik. Hal ini dilakukan agar tanah menjadi gembur sehingga sirkulasi udara dalam tanah dapat berlangsung dengan baik.

4.3.2.3. Pengadaan Benih dan Bibit

Sebagian besar petani kebun campuran memperoleh benih dan bibit dari sekitar wilayah kebun campuran yang mereka miliki. Benih dan bibit yang akan ditanam di kebun biasanya didapatkan dari lahan kebun mereka sendiri atau dengan cara menemukan di lingkungan sekitar kebun, meminta atau membeli kepada petani lain. Jenis bibit dan benih yang biasa diperoleh petani dari lahan sendiri atau lingkungan sekitar kebun antara lain cabai, tomat, pisang, mangga, manggis, dan kelapa. Sedangkan bibit dan benih yang diperoleh dengan cara membeli atau meminta kepada petani lain adalah sengon, afrika, dan durian.

Jenis benih dan bibit yang ditanam adalah jenis tanaman cepat tumbuh dan lambat tumbuh, tetapi keduanya sudah memiliki pasar. Pemilihan jenis tananam didasari atas kebutuhan petani dan petani dapat mengganti beberapa atau bahkan


(34)

seluruh jenis tanaman apabila dianggap tanaman pengganti memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Pengadaan benih dan bibit untuk jenis tanaman buah dan tanaman pertanian biasa dilakukan sendiri oleh para petani dengan memaksimalkan tanaman yang sudah terlebih dahulu ditanam untuk menekan biaya pengelolaan kebun campuran yang dikeluarkan. Cara yang dilakukan untuk memperbanyak jenis tanaman buah, seperti manggis dan mangga yaitu dengan cara mencangkok pohon induk terpilih untuk kemudian ditanam di tempat lain. Sedangkan bibit untuk jenis tanaman singkong petani diperoleh dengan cara menyetek tanaman induk.

Bibit untuk jenis tanaman kayu, seperti sengon, afrika, dan suren biasanya diperoleh petani dengan terlebih dahulu menyemaikan benih dalam polibag. Penanaman bibit dapat dilakukan setelah tanaman mencapai tinggi kurang dari 30 cm. Cara lain yang dilakukan yaitu dengan membeli bibit siap tanam.

Pengadaan benih dan bibit yang dilakukan petani kebun campuran selengkapnya disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12 Asal benih dan bibit berbagai jenis tanaman kebun campuran

Jenis Tanaman Asal Benih dan Bibit Cara Memperoleh

Kayu Petani lain, pasar, kebun

sendiri dan sekitarnya

Menyemai, membeli atau meminta Buah

Pertanian

Kebun sendiri dan sekitarnya

Mengambil biji, cangkok, dan stek

Sumber : Data Primer Penelitian.

4.3.2.4. Penanaman

Kegiatan penanaman dilakukan petani kebun campuran untuk menambah jenis-jenis tananam tertentu guna meningkatkan pendapatan dan mengganti tanaman yang sudah mati atau telah dipanen. Kegiatan penamanan dalam intensitas besar akan dilakukan apabila petani telah memiliki benih dan bibit untuk ditanam minimal 1 minggu setelah panen besar untuk memberikan waktu istirahat bagi tanah agar unsur hara tetap terjaga. Sedangkan untuk kegiatan penamanan dalam intensitas yang kecil dapat dilakukan setiap saat apabila benih dan bibit telah tersedia.


(35)

Kegiatan penanaman untuk jenis tanaman kayu seperti sengon, afrika, dan suren diawali dengan pembuatan lubang tanam setelah tanah terlebih dahulu diolah. Lubang tanam yang dibuat berukutan 30 x 30 x 30 cm atau sesuai dengan ukuran polibag dengan jarak antar tanaman 10 x 10 m. Penanaman untuk jenis tanaman buah, seperti manggis, mangga, dan durian dilakukan dengan diawali pembuatan lubang tanam berukuran 10 x 10 x 10 cm dengan jarak antar tanaman minimal 5 x 5 m. Sedangkan untuk jenis tanaman pertanian, penanaman dilakukan pada lahan yang masih terbuka setelah tanah digemburkan terlebih dahulu dengan jarak antar tanaman maksimal 1 x 1 m.

Kegiatan penanaman kebun campuran yang dilakukan petani tidak dapat dilakukan secara rutin. Hal ini disebabkan karena jumlah bibit yang dimiliki para petani sehingga rencana penanaman yang dilakukan tidak dapat dilakukan. Petani hanya akan melakukan kegiatan penanaman apabila bibit telah tersedia. Pola penanaman untuk jenis tanaman kayu dan tanaman buah yang memiliki batang besar dan penutupan tajuk lebar, seperti manggis dan sengon dilakukan petani di sekitar tanaman pertanian sebagai pelindung dari angin dan sinar matahari yang berlebih. Untuk tanaman pisang penanaman dilakukan petani di sela-sela pepohonan yang tajuknya belum rindang. Jenis tanaman yang digunakan sebagai tanaman pagar biasanya adalah kelapa, selain buahnya juga diambil untuk dijual. Gambaran umum pola penanaman kebun campuran di Desa Sukadamai selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 5.

Sumber : Dokumentasi Penelitian.

Gambar 5 Pola penanaman kebun campuran di Desa Sukadamai.

Tingkat kerapatan tegakan pada tiap kategori luas kebun campuran terlihat berbeda. Kerapatan tertinggi terlihat pada kategori luas kebun campuran < 0,25 ha


(36)

yaitu sebesar 170 pohon/ha dengan jumlah pohon/ha tertinggi berasal dari jenis tanaman buah rata-rata sebesar 140 pohon/ha. Hal ini disebabkan karena jenis tanaman buah memiliki harga jual yang tinggi dan relatif stabil

Kayu gelondongan yang diperoleh dari jenis tanaman kayu yang terdapat di kebun campuran hanya akan diambil apabila telah berumur 5 – 7 tahun atau terdapat kebutuhan yang sangat mendesak. Oleh karena itu jumlah tanaman kayu di kebun campuran relatif sedikit. Jumlah pohon/ha rata-rata yaitu sebesar 37 pohon/ha dengan jumlah pohon terendah pada kategori < 0,25 ha (30 pohon/ha). Jumlah pohon/ha jenis tanaman kayu dan tanaman buah berbagai kategori luas kebun campuran selengkapnya disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13 Jumlah pohon/ha jenis tanaman kayu dan tanaman buah berbagai kategori luas kebun campuran

Jumlah Pohon/ha Kategori Luas

Kebun Campuran Tanaman Kayu Tanaman Buah Total

< 0,25 ha 30 140 170

0,25 - < 0,5 ha 40 120 160

0,5 - < 1 ha 40 120 160

≥ 1 ha 40 130 170

Rata-rata 37 128 165

Sumber : Data Primer Penelitian.

Secara umum tanaman kebun campuran di Desa Sukadamai ditanam secara tidak beraturan sedangkan untuk jenis tanaman relatif sama. Petani kurang memperhatikan jarak tanam sebagai ruang tumbuh bagi perkembangan tanaman. Sebagian besar petani beranggapan bahwa dengan menanam semakin banyak tanaman yang ditanam dengan tanpa memperhatikan jarak antar tanaman maka mereka akan memperoleh pendapatan yang tinggi. Hal ini menyebabkan tidak meratanya pembagian sinar matahari yang diperoleh tanaman.

Berdasarkan pembagian lapisan strata tajuk menurut Soerianegara dan Indrawan (1982) di atas, kebun campuran di Desa Sukadamai memiliki lapisan tajuk C, D dan E dengan jenis tanaman yang termasuk ke dalam lapisan tajuk C adalah sengon, manggis, kelapa, dan bambu. Sedangkan jenis tanaman yang termasuk ke dalam lapisan D adalah pisang, dan singkong. Untuk lapisan tajuk E


(37)

jenis tanamannya adalah ubi jalar dan rumput sebagai tanaman penutup tanah (Gambar 6). Pembagian strata tajuk berdasarkan kategori luas kebun campuran selengkapnya disajikan pada Lampiran 2.

C

4 m

D

1 m E

Sumber : Data Primer Penelitian.

Gambar 6 Pembagian strata tajuk di kebun campuran.

4.3.2.5. Pemeliharaan Tanaman

Kegiatan pemeliharaan tanaman, baik jenis tanaman kayu, tanaman buah, maupun tanaman pertanian yang dilakukan petani kebun campuran adalah pembersihan lahan, pemupukan, dan pemberantasan hama dan penyakit. Kegiatan pembersihan lahan atau yang biasa disebut “ngored” dilakukan untuk membersihkan lahan dari tumbuhan bawah agar dapat mengurangi atau membatasi perkembangan tumbuhan liar yang tidak dikehendaki sehingga merangsang tumbuhnya jenis tanaman yang dinilai lebih berharga. Kegiatan ini biasa dilakukan sendiri oleh pemilik atau dengan menggunakan jasa buruh dengan frekuensi dua sampai empat kali dalam satu tahunnya. Sebagai pembasmi rumput pengganggu biasanya digunakan herbisida jenisRound up.

Kegiatan pemupukan dilakukan untuk meningkatkan kesuburan tanah agar tanaman dapat tumbuh optimal. Pupuk yang biasa digunakan adalah jenis pupuk kandang yang dicampur dengan pupuk kompos, Urea, TSP dan KCL dengan frekuensi pemupukan satu smpai empat kali dalam satu tahunnya. Pupuk yang diperoleh dapat berasal dari ternak peliharaan milik sendiri atau membeli dari petani lain. Jenis tanaman yang biasanya diberikan pupuk adalah tanaman buah dan tanaman pertanian. Kegiatan pemberantasan hama dan penyakit dilakukan untuk mengurangi kerusakan tanaman yang tumbuh di kebun campuran para


(38)

petani dengan frekuensi satu sampai empat kali dalam satu tahun. Jenis obat yang biasa dipakai adalahDecis karena harganya yang murah. Decis juga mengandung kadar residu yang rendah sehingga tidak terlalu membahayakan bagi petani tetapi cukup ampuh untuk mematikan hama. Harga pupuk dan obat-obatan yang biasa digunakan petani selengkapnya disajikan pada Lampiran 3.

Menurut hasil wawancara langsung kepada responden diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden melakukan kegiatan pembersihan lahan, baik lahan untuk jenis tanaman kayu, tanaman buah, maupun tanaman pertanian. Pembersihan untuk jenis tanaman pertanian dilakukan oleh hampir seluruh responden (33 jiwa). Berbeda dengan jenis tanaman kayu dan buah, jenis tanaman pertanian memerlukan kegiatan pembersihan lahan yang intensif guna menjaga tanaman tumbuh dengan baik. Sama halnya dengan kegiatan pembersihan lahan, kegiatan pemupukan dan pemberantasan hama dan penyakit untuk jenis tanaman pertanian lebih banyak dilakukan daripada jenis tanaman kayu dan buah. Hal ini dilakukan karena jenis tanaman pertanian memerlukan kegiatan pemeliharaan yang lebih intensif dibandingkan dengan jenis tanaman kayu dan buah. Pengelompokan responden berdasarkan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada berbagai jenis tanaman kebun campuran selengkapnya disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14 Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan responden pada berbagai jenis tanaman kebun campuran

Jumlah Responden dalam Kegiatan Pemeliharaan Jenis

Tanaman

Pembersihan Lahan

(jiwa)

% Pemupukan

(jiwa) %

Pemberantasan Hama/Penyakit

(jiwa)

%

Kayu 11 31,4 6 17,1 8 22,9

Buah 15 42,9 9 25,7 7 20

Pertanian 33 94,3 27 77,1 19 54,3

Ket : Jumlah responden = 35 Sumber : Data Primer Penelitian.

4.3.2.6. Pemanenan Hasil

Pemanenan hasil dari kebun campuran tidak dapat dilakukan pada waktu yang bersamaan karena kebun campuran merupakan kebun yang ditanami berbagai jenis tanaman dengan waktu pemanenan yang berbeda-beda. Kegiatan


(39)

pemanenan yang dilakukan pun berbeda untuk tiap jenis tanaman. Pemanenan untuk jenis tanaman kayu, baik kayu gelondongan maupun kayu bakar akan dilakukan bila petani sangat membutuhkan saja. Kayu gelondongan ditebang dengan sistem tebang pilih setelah pohon berumur lima sampai sepuluh tahun atau diameter minimal 7 cm menggunakan golok atau kapak. Petani kebun campuran hanya akan menjual pohon apabila sudah ada penawaran dari petani lain atau tengkulak sebagai pengumpul. Sedangkan untuk kayu bakar petani akan mengambil sesuai dengan kebutuhan dengan memotong ranting pohon menggunakan golok atau kapak atau mengumpulkan ranting yang telah jatuh.

Hasil yang diperoleh dari jenis tanaman buah antara lain buah, kayu, dan daun. Hasil buah dan daun dari jenis tanaman buah ini tidak dapat dilakukan secara menyeluruh walaupun buah berasal dari pohon yang sama. Hal ini disebabkan karena tingkat kematangan buah yang tidak sama. Dengan begitu, petani akan mengambil hasil buah secara bertahap. Sedangkan untuk hasil kayu biasa dilakukan dengan menebang pohon buah yang dianggap sudah tidak produktif atau terkena penyakit. Kayu yang diperoleh dapat digunakan untuk membuat jembatan, berbagai macamfurniture, dan bahan bakar.

Sebagian besar petani melakukan kegiatan pemanenan hasil tanaman pertanian sendiri oleh pemilik lahan atau menggunakan jasa tenaga kerja minimal 1 orang buruh untuk mempercepat proses pemanenan dengan upah Rp 25.000,-/HOK. Penggunaan jasa buruh banyak dilakukan pada waktu panen singkong dan ubi jalar. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan parang, cangkul, dan golok.

4.3.2.7. Pemasaran Hasil

Petani kebun campuran di Desa Sukadamai sebagian besar merupakan petani kecil. Produk yang dihasilkan pun beragam dan tersebar hampir di seluruh wilayah desa. Proses pengumpulan dan pengangkutan dibutuhkan guna memudahkan kegiatan pemasaran dan menekan biaya transportasi. Tengkulak adalah pengumpul hasil panen petani kebun campuran untuk kemudian disalurkan ke pasar, industri pengolahan, dan atau ke konsumen langsung.

Kegiatan pemasaran hasil kebun campuran dari jenis tanaman buah dan tanaman pertanian yang banyak dilakukan petani adalah penjualan ke tengkulak


(40)

langsung setelah proses tawar-menawar. Tengkulak datang langsung ke kebun campuran petani dengan tujuan agar dapat melihat dengan jelas jumlah dan kondisi hasil kebun campuran yang selanjutnya akan dipasarkan. Namun terdapat sebagian kecil petani yang langsung memasarkan hasil kebun campuran yang dimilikinya dengan cara menjualnya di warung sendiri dan pasar. Saluran pemasaran hasil kebun campuran di Desa Sukadamai selengkapnya disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7 Saluran pemasaran hasil kebun campuran.

Selain sistem pembayaran secara langsung, beberapa sistem pembayaran yang biasa digunakan oleh para petani sebelum kegiatan pemanenan adalah sistem tebasan, sistem kontrak, dan sistem borongan. Sistem tebasan yaitu petani menawarkan kepada pembeli pohon jenis tanaman buah-buahan atau tanaman pertanian ketika tanaman tersebut sedang berbunga sedangkan sistem kontrak yaitu petani menawarkan kepada pembeli untuk mengontrak tanamannya tanpa melihat apakah tanaman tersebut berbunga atau tidak. Kedua sistem ini kerap dipakai karena petani sudah memperoleh uang sebelum panen dilakukan sehingga petani dapat menggunakan uang yang telah diperoleh untuk keperluan lain. Pemasaran hasil untuk jenis tanaman kayu biasanya tengkulak sudah memesan ketika masih berumur muda karena jumlah pohon yang terdapat di kebun campuran responden terbatas. Sistem borongan biasa dilakukan petani untuk jenis tanaman manggis, pisang, kelapa, mangga, dan alpukat. Sistem borongan yang dilakukan yaitu pembeli akan menawarkan suatu harga tertentu dengan penilaian menurut hasil yang dapat diperoleh secara keseluruhan dari tiap pohon.

Petani Kebun Campuran

Pengumpul

Pasar atau Konsumen


(41)

4.4. Kontribusi Pendapatan

Kontribusi pendapatan kebun campuran adalah besarnya pendapatan total tiap kategori luas kebun campuran responden dibandingkan dengan jumlah pendapatan total rumah tangga yang diterima responden. Pendapatan total kebun campuran adalah jumlah seluruh pendapatan dari seluruh kategori luas kebun campuran yang diperoleh dari hasil tanaman kayu, tanaman buah, dan tanaman pertanian. Sedangkan pendapatan total rumah tangga adalah jumlah seluruh pendapatan yang diperoleh dari berbagai sumber pendapatan, baik dari lahan (kebun campuran, sawah, ladang, dan kolam) maupun yang berasal dari pekerjaan lainnya (dagang, ternak, karyawan/PNS, buruh dan pengrajin). Harga jual ratar-rata dan hasil rekap kuisioner yang meliputi pendapatan, pengeluaran, dan pendapatan bersih responden selengkapnya disajikan pada Lampiran 4 dan Lampiran 5.

4.4.1. Kebun Campuran

4.4.1.2. Biaya Pengelolaan Kebun Campuran

Kegiatan pengelolaan kebun campuran yang dilakukan responden pada umumnya dilakukan secara sederhana. Kegiatan pengelolaan yang dilakukan walaupun terlihat sederhana namun membutuhkan biaya. Para petani mengalami kesulitan ketika menjelaskan mengenai besarnya biaya pengelolaan kebun campuran setiap tahunnya karena tidak pernah dilakukan perhitungan secara rinci.

Biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pengelolaan kebun campuran dibagi menjadi dua, yaitu biaya investasi dan biaya variabel pengelolaan. Biaya investasi meliputi biaya pembelian lahan dan alat. Biaya kegiatan pengelolaan kebun campuran yang dihitung dalam penelitian ini adalah biaya total yang dikeluarkan petani yang berasal dari biaya variabel pengelolaan, meliputi pembelian bahan (bibit, pupuk dan obat-obatan), penggunaan jasa tenaga kerja, dan pengeluaran pajak lahan yang sebelumnya tidak diperhitungkan oleh petani.

Menurut hasil wawancara dan perhitungan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa biaya pengelolaan kebun campuran pada masing-masing kategori luas kebun campuran memiliki nilai yang bervariasi dengan biaya pengeluaran rata-rata total Rp. 3.023.135/tahun dimana biaya pengelolaan


(1)

Lampiran 1 Hasil rekap kuisioner dan kepemilikan lahan responden

Pekerjaan Luas Kepemilikan Lahan (ha)

No. Umur

(tahun) Pendidikan Pokok Sampingan

Tanggungan

Keluarga Kebun Campuran Sawah Ladang Kolam Lainnya

1 37 tamat SMP/SMU Buruh Tani 3 0,2 - - -

-2 42 tamat SD Tani Lainnya 4 0,1 0,2 - -

-3 38 tamat SMP/SMU Buruh Tani 3 0,2 - - -

-4 55 tamat SMP/SMU Tani Dagang 3 0,2 0,1 - -

-5 42 Perguruan Tinggi Tani Dagang 2 0,1 - - -

-6 44 tamat SD Buruh Tani 3 0,1 - - - 0,25

7 73 tidak sekolah Tani Lainnya 2 0,2 - - -

-8 46 tamat SMP/SMU Tani Peternak 5 0,1 - - 0,1

-9 54 tamat SMP/SMU Tani Dagang 4 0,1 0,2 0,05 -

-10 57 tamat SD Buruh Tani 3 0,2 0,1 - -

-11 69 tidak sekolah Tani Lainnya 3 0,1 - 0,01 - 0,2

12 43 tamat SD Buruh Tani 4 0,2 0,5 - -

-13 57 tidak sekolah Tani Peternak 1 0,1 - - -

-14 58 tidak sekolah Tani Lainnya 2 0,2 - - -

-15 62 tidak sekolah Tani Dagang 2 0,1 - - 0,05

-16 39 tamat SD Tani Lainnya 3 0,25 - - -

-17 44 tamat SD Tani Dagang 4 0,25 0,25 - -

-18 47 tamat SD Buruh Tani 2 0,3 - 0,05 -

-19 53 tamat SD Dagang Tani 3 0,25 - - 0,05

-20 41 Perguran Tinggi Tani Dagang 3 0,25 0,5 - -

-21 44 tamat SD Buruh Tani 4 0,25 - -

-22 55 tamat SMP/SMU Tani Dagang 4 0,3 - - - 0,25

23 73 tidak sekolah Dagang Tani 5 0,4 0,25 - -

-24 45 tamat SD Tani Dagang 3 0,3 - - -

-25 51 tamat SMP/SMU Tani Lainnya 3 0,25 - 0,1 -

-26 56 tidak sekolah Tani Dagang 2 0,5 - - - 0,1

27 45 tamat SMP/SMU Tani Dagang 4 0,5 - - -

-28 48 tamat SD Buruh Lainnya 3 0,5 - 0,2 -

-29 56 tamat SMP/SMU Buruh Dagang 3 0,8 - - -

-30 38 tamat SD Peternak Buruh 3 0,5 0,25 - -

-31 35 tamat SMP/SMU Buruh Dagang 4 0,5 - - -

-32 45 tamat SMP/SMU Lainnya Tani 2 0,6 - - -

-33 46 tamat SD Tani Lainnya 3 1 0,1 - -

-34 44 tamat SMP/SMU Dagang Tani 2 1,5 - - -

-35 52 tamat SD Lainnya Peternak 5 1 - - -

-total 12 2 0,41 0,20 1


(2)

Lampiran 2 Profil vertikal berbagai kategori luas kebun campuran

< 0,25 ha

0,25 - < 0,5 ha


(3)

Lampiran 3 Harga pupuk dan obat-obatan kebun campuran di Desa Sukadamai

No.

Jenis Pupuk dan Obat

Satuan

Harga Satuan

(Rp)

1.

Urea

Kg

1.500,-2.

KCl

Kg

2.500,-3.

TSP

Kg

2.000,-4.

Pupuk kandang

Karung

3.000,-5.

Decis

Botol

10.000,-6.

Round Up

Liter

40.000,-Lampiran 4 Harga jual rata-rata berbagai komoditas hasil kebun campuran

No.

Jenis Komoditas

Satuan

Harga Jual

(Rp)

1.

Pisang

tandan

5.000

2.

Kelapa

buah

1.000

3.

Manggis

kg

6.000

4.

Durian

buah

3.000 - 6.000

5.

Padi

kg

1.000 - 2.000

6.

Singkong

kg

100 - 500

7.

Sengon

pohon

90.000 - 100.000

8.

Kacang buncis

kg

500 - 600

9.

Kacang panjang

kg

1.000

10.

Cabai

kg

3.000 - 7.000

11.

Timun

kg

1.500

12.

Kacang tanah

kg

2.500 - 4.000

13.

Kunyit

kg

1.000 - 1.500

14.

Lengkuas

kg

1.000 - 1.500

15.

Serai

kg

1.000 - 1.500

16.

Petai

papan

500 - 1.500

17.

Mangga

kg

3.500 - 5.000

18.

Kacang merah

kg

1.000 - 1.500

19.

Jagung

kg

2.000 - 5.000

20.

Tomat

buah

100 - 500

21.

Ubi jalar

kg

500 - 1.500

22.

Bambu

buah

3.000 - 10.000

23.

Talas

kg

500

24.

Alpukat

kg

2.000 - 3.500

25.

Rumput

karung

8.000

26.

Afrika

pohon

90.000


(4)

Lampiran 5 Pendapatan, pengeluaran, dan pendapatan bersih responden

Jenis Tanaman Pendapatan (Rp/tahun)

No. Luas

Kayu Buah-buahan Pertanian Kayu Buah-buahan Pertanian Lainnya Total

1 0,2 Sengon Manggis,Kelapa Singkong,Ubi 200000 2000000 500000 2500000 5200000

2 0,1 Sengon Manggis,Pisang Singkong 100000 1050000 250000 4000000 5400000

3 0,2 Sengon Pisang Singkong 300000 500000 250000 4000000 5050000

4 0,2 Sengon,Suren Manggis,Pisang Singkong,Jagung 500000 1800000 500000 5000000 7800000

5 0,1 Sengon Manggis Singkong 300000 1500000 1500000 2500000 5800000

6 0,1 Sengon Kelapa Singkong,Tomat 200000 500000 1500000 2500000 4700000

7 0,2 Sengon Manggis,Pisang,Kelapa Singkong 300000 2000000 500000 2400000 5200000

8 0,1 Sengon Manggis Tomat,Jagung 100000 1500000 1000000 7000000 9600000

9 0,1 Sengon Manggis,Pisang Ubi jalar 300000 2200000 1500000 7000000 11000000

10 0,2 Sengon Pisang Singkong,Padi 200000 1000000 1500000 2800000 5500000

11 0,1 Sengon Manggis,Pisang Singkong,Cabai 100000 1500000 500000 4100000 6200000

12 0,2 Sengon Manggis,Pisang,Durian Bambu,Padi 400000 800000 1500000 3000000 5700000

13 0,1 Sengon Manggis Cabai,Tomat 300000 1200000 0 4000000 5500000

14 0,2 Sengon Pisang,Kelapa Singkong 500000 750000 1500000 7200000 9950000

15 0,1 Sengon Manggis Kacang2an 300000 1500000 1500000 3500000 6800000

16 0,25 Sengon Manggis,Pisang Singkong,Cabai 500000 3000000 2000000 3000000 8500000

17 0,25 Sengon Kelapa,Mangga Singkong,Jagung,Petai,Padi 400000 2500000 3000000 3500000 9400000

18 0,3 Sengon Manggis,Kelapa,Pisang Singkong 1000000 3000000 2000000 1500000 7500000

19 0,25 Sengon,Suren Manggis Cabai,Kacang2an, 300000 1800000 2300000 6000000 10400000

20 0,25 Sengon Alpukat,Manggis, Singkong,Padi 400000 3000000 2000000 1200000 6600000

21 0,25 Sengon,Afrika Manggis,Kelapa,Pisang Singkong,Cabai,Bambu 650000 2500000 2500000 1500000 7150000

22 0,3 Sengon Manggis,Pisang Singkong,Jagung 1000000 3000000 3000000 4000000 11000000

23 0,4 Sengon,Afrika Manggis,Kelapa,Pisang Singkong,Ubi jalar,Padi 1500000 3000000 3000000 3500000 11000000

24 0,3 Sengon Kelapa,Pisang Singkong 500000 2500000 2500000 2400000 7900000

25 0,25 Sengon Manggis,Pisang Rumput 500000 3500000 4000000 600000 8600000

26 0,5 Sengon Manggis,Pisang,Kelapa,Mangga Singkong 1500000 4600000 3500000 1200000 10800000

27 0,5 Sengon,Afrika Manggis,Pisang Singkong,Ubijalar,Kacang2an 1900000 3750000 4000000 3300000 12950000

28 0,5 Sengon Pisang Singkong,Tomat,Cabai 1000000 4000000 4500000 2200000 11700000

29 0,8 Sengon,Suren Pisang,Kelapa Ubi jalar,Cabai,tomat 2400000 4800000 3500000 2400000 13100000

30 0,5 Sengon Manggis Singkong,Padi,Kacang2an 1000000 1800000 3000000 10000000 15800000

31 0,5 Sengon Manggis,Kelapa,Pisang,Alpukat Singkong,Ubi jalar 2000000 4200000 3000000 3150000 12350000

32 0,6 Sengon Manggis,Pisang,Mangga Singkong 1000000 3800000 2500000 3600000 10900000

33 1 Sengon Manggis,Pisang Singkong,Ubi jalar 2000000 3500000 2500000 5000000 13000000

34 1,5 Sengon,Afrika Manggis,Kelapa,Duria,Alpukat Singkong,Tomat,Cabai,Ubi 3500000 5400000 4000000 5400000 18300000

35 1 Sengon Manggis Singkong 2500000 4500000 3000000 6500000 16500000


(5)

…lanjutan Lampiran 5

Biaya Pengelolaan (Rp/tahun) Pengeluaran Rumah Tangga (Rp/tahun) Pendapatan bersih (Rp/tahun) Bahan Tenaga Kerja Pajak Total Pangan Sandang Pendidikan Transport Lainnya Total Kebun Campuran Rumah Tangga

250000 0 33000 283000 3600000 500000 0 240000 0 4340000 2417000 577000

200000 0 45000 245000 3600000 300000 0 0 3900000 1155000 1255000

0 0 42000 42000 3600000 250000 0 0 0 3850000 1008000 1158000

500000 0 47800 547800 4800000 1000000 500000 500000 0 6800000 2252200 452200

300000 0 33200 333200 3600000 500000 0 1000000 0 5100000 2966800 366800

0 0 35400 35400 2400000 300000 1000000 500000 0 4200000 2164600 464600

500000 750000 53200 1303200 2000000 500000 0 300000 0 2800000 1496800 1096800

250000 0 73300 323300 6000000 750000 0 1200000 0 7950000 2276700 1326700

300000 750000 77100 1127100 4800000 500000 500000 1200000 0 7000000 2872900 2872900

0 0 48300 48300 3600000 300000 0 240000 0 4140000 2651700 1311700

0 0 52000 52000 3600000 0 0 0 0 3600000 2048000 2548000

500000 0 63200 563200 3600000 500000 500000 300000 0 4900000 2136800 236800

0 1500000 28400 1528400 2400000 500000 0 0 0 2900000 1500000 1071600

500000 4800000 32000 5332000 3600000 500000 0 0 0 4100000 2250000 518000

0 1500000 37500 1537500 3600000 300000 0 600000 0 4500000 1762500 762500

500000 1500000 47500 2047500 3600000 500000 1000000 500000 0 5600000 3452500 852500

1000000 0 68700 1068700 6000000 500000 0 1200000 0 7700000 831300 631300

500000 750000 52300 1302300 2400000 300000 1000000 1200000 0 4900000 4697700 1297700

0 750000 45000 795000 3600000 500000 1000000 600000 2000000 7700000 3605000 1905000

1000000 0 74300 1074300 3600000 400000 0 0 0 4000000 4325700 1525700

500000 750000 42050 1292050 3600000 500000 500000 600000 0 5200000 4357950 657950

750000 1500000 55400 2305400 6000000 1000000 500000 600000 500000 8600000 4694600 94600

1000000 750000 53350 1803350 6000000 1000000 1000000 500000 0 8500000 5696650 696650

0 0 48350 48350 3600000 500000 0 1200000 1000000 6300000 5451650 1551650

750000 750000 46700 1546700 3600000 300000 500000 600000 550000 5550000 6453300 1503300

1500000 1500000 56850 3056850 3600000 500000 500000 1000000 0 5600000 6543150 2143150

1500000 2250000 53400 3803400 5000000 1000000 500000 500000 0 7000000 5846600 2146600

2000000 1500000 55100 3555100 4800000 500000 1000000 600000 0 6900000 5944900 1244900

1500000 1500000 73350 3073350 3600000 500000 2500000 1200000 1200000 9000000 7626650 1026650

0 4500000 68300 4568300 3600000 500000 3500000 2400000 0 10000000 1231700 1231700

1500000 1500000 66500 3066500 4800000 500000 1500000 1200000 0 8000000 6133500 1283500

1000000 1500000 56100 2556100 3600000 500000 1000000 2400000 0 7500000 4743900 843900

2000000 3000000 77150 5077150 3600000 500000 500000 1200000 0 5800000 2922850 2122850

3250000 6000000 82100 9332100 3600000 300000 0 2400000 0 6300000 3567900 2667900

2000000 3000000 74600 5074600 4800000 1000000 2500000 2400000 0 10700000 4925400 725400


(6)

Dokumen yang terkait

Kontribusi Pepohonan Terhadap Rumah Tangga pada Sistem Pekarangan (Studi Kasus di Desa Katelan, Kecamatan Tangen, Kabupaten Sragen, Propinsi Jawa Tengah)

0 20 58

Kajian Sistem Pengelolaan dan Kontribusi Kebun Campuran Terhadap Pendapatan Rumah Tangga pada Masyarakat Desa Jlarem, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah

0 9 73

Dimensi Gender dalam Agroforestry Kajian pada Komunitas Petani di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat

0 18 7

Potensi Reprodulsi dan Distribusi dalam Pengembangan Kambing PE di Desa Hegarmanah Kecamatan Cicantayan Kabupaten Sukabumi Jawa Barat

0 4 7

Sistem Pengelolaan dan Kontribusi Hutan Rakyat Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani (Kasus di Kecamatan Jatirogo, Kabupaten Tuban, Propinsi Jawa Timur)

0 19 97

Sistem Pengelolaan Kebun Campuran dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Di Desa Babakan, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta

0 7 154

Sistem Pengelolaan Kebun Campuran dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan rumah Tangga di Desa Babakan Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta

0 10 82

Kontribusi pengelolaan agroforestri terhadap pendapatan rumah tangga petani (Studi Kasus: Desa Bangunjaya, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

0 3 110

Kontribusi Pengelolaan Agroforestri Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani (Studi Kasus Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 4 36

Peranan Istri Petani Dalam Meningkatkan Pendapatan Rumah Tangga Di Desa Bojonggenteng Sukabumi Jawa Barat

2 27 126