Penambahan Biskuit Mengandung Daun Carica papaya – Indigofera sp. dengan Sumber Lemak Berbeda terhadap Produksi dan Kualitas Susu Kambing

PENAMBAHAN BISKUIT MENGANDUNG DAUN Carica papayaIndigofera sp. DENGAN SUMBER LEMAK BERBEDA TERHADAP
PRODUKSI DAN KUALITAS SUSU KAMBING

DYAH RETNO PEMBAYU

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Penambahan Biskuit
Mengandung Daun Carica papaya - Indigofera sp. dengan Sumber Lemak
Berbeda terhadap Produksi dan Kualitas Susu Kambing adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015
Dyah Retno Pembayu
NIM D251130406

RINGKASAN
DYAH RETNO PEMBAYU. Penambahan Biskuit Mengandung Daun
Carica papaya - Indigofera sp. dengan Sumber Lemak Berbeda terhadap Produksi
dan Kualitas Susu Kambing. Dibimbing oleh YULI RETNANI dan IDAT G
PERMANA.
Biskuit mengandung daun pepaya dan leguminosa Indigofera (Carica
pepaya - Indigofera sp.) atau disingkat BPI, merupakan produk pakan sebagai
solusi alternatif mengatasi kekurangan pakan ternak (underfeeding) pada musim
kering. Penambahan sumber lemak seperti crude palm oil (CPO) dan minyak ikan
dalam formulasi biskuit BPI diharapkan dapat meningkatkan asupan energi untuk
meningkatkan produksi dan kualitas susu serta mengubah profil asam lemak susu
kambing. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevalusi pengaruh penambahan
biskuit BPI dengan sumber lemak berbeda terhadap produksi, kualitas, dan profil
asam lemak susu kambing.
Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 ekor kambing

Peranakan Etawah (PE) laktasi berumur 1–2 tahun, berperiode lewat puncak
produksi susu atau pertengahan hingga akhir laktasi (masa laktasi 3-5 bulan),
rataan produksi susu awal 350.38±34.64 g ekor-1 hari-1 dan rataan bobot badan
33.02±4.17 kg ekor-1. Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah
pakan konvensional (rumput lapang, ampas tahu) dan biskuit pakan.Biskuit pakan
yang digunakan ada 3 jenis, yaitu biskuit mengandung daun Carica pepayaIndigofera sp. (BPI), biskuit BPI dengan CPO, dan biskuit BPI dengan minyak
ikan.
Rancangan percobaan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap
(RAL), menggunakan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang digunakan
adalah R0 (pakan konvensional), R1 (pakan konvensional + biskuit BPI), R2
(pakan konvensional + biskuit BPI dengan CPO), dan R3 (pakan konvensional +
biskuit BPI dengan minyak ikan). Peubah yang diukur adalah pertambahan bobot
badan harian, produksi susu, kualitas susu, efisiensi produksi susu, income over
feed cost of milk (IOFC of milk) atau pendapatan penerimaan susu atau biaya
pakan, profil asam lemak susu, dan pengelompokkan asam lemak susu. Data
efisiensi produksi susu, income over feed cost of milk, profil asam lemak susu dan
pengelompokkan asam lemak susu dianalisis dengan analisis varian (Anova),
sedangkan data pertambahan bobot badan harian, produksi dan kualitas susu
dianalisis dengan analisis kovarian (Ancova). Analisis data yang berbeda nyata
dilanjutkan dengan uji selang berganda Duncan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian biskuit mengandung daun
pepaya (Carica pepaya) dan Indigofera sp. (BPI) pada kambing perah dengan
kondisi underfeeding, dapat meningkatkan produksi susu kambing sebesar 1739%. Pemberian biskuit BPI dengan CPO tidak optimal dalam meningkatkan
produksi susu kambing dibandingkan biskuit BPI serta biskuit BPI dengan minyak
ikan. Penambahan minyak ikan sebesar 5% ke dalam biskuit BPI meningkatkan
kualitas susu kambing meliputi kadar protein (3.92%) dan kadar laktosa susu
(5.89%). Rataan IOFC of milk tertinggi dicapai oleh ternak yang mendapatkan
perlakuan biskuit BPI. Penambahan biskuit BPI dengan minyak ikan dapat

meningkatkan sekresi asam lemak omega 3 susu kambing sebesar 50% dan asam
lemak omega 6 susu kambing sebesar 22%.
Simpulan dari penelitian ini adalah biskuit mengandung daun Carica
pepaya - Indigofera sp. (BPI) dapat diaplikasikan pada peternakan rakyat selama
musim kering, karena dapat meningkatkan produksi dan kualitas susu, serta
pendapatan peternak. Khusus pada peternakan yang berorientasi menghasilkan
susu berkualitas dengan kadar asam omega lebih tinggi dapat menggunakan
biskuit BPI dengan minyak ikan.
Kata kunci: biskuit, kualitas, lemak, produksi, susu kambing

SUMMARY

DYAH RETNO PEMBAYU. The Addition of Biscuits Containing Leaves
of Carica papaya - Indigofera sp. with Different Fat Sources on Production and
Quality of Dairy Goat Milk. Supervised by YULI RETNANI and IDAT G
PERMANA
Biscuits containing papaya leaves and leguminosa Indigofera sp. (Carica
papaya - Indigofera sp.) or abbreviated as BPI is a feed product as an alternative
solution to overcome insufficiency of feed for dairy goat (underfeeding) during
the dry season. The addition of fat sources such as crude palm oil (CPO) and fish
oil to the formulation of biscuits is expected to increase energy intake of feed to
increase the production and quality of milk and alter the fatty acid profile of dairy
goat milk. The purpose of this study was to evaluate the effect of the addition of
biscuits BPI with different fat sources (CPO and fish oil) on production, quality,
and fatty acid profile of dairy goat milk.
This study used twelve Peranakan Etawah (PE) lactating goats with the
range of age of 1-2 years, the range of lactation period of 3-5 months, the average
of initial milk production of 350.38±34.64 g head-1 day-1, and the average of initial
body weight of 33.02±4.17 kg head-1 day-1. The feed used in this study was
conventional feed (native grass and tempeh waste) and biscuits. There were 3
types of biscuits that used in this study: biscuits BPI, biscuits BPI with CPO, and
biscuits BPI with fish oil.

The design of the experiments in this study was completely randomized
design (CRD), using 4 treatments and 3 replications. The treatments used were R0
(conventional feed), R1 (conventional feed + biscuits of BPI), R2 (conventional
feed + biscuits BPI with CPO), and R3 (conventional feed + biscuits BPI with
fish oil). The variables measured were daily body weight gain, milk production,
milk quality, milk production efficiency, income over feed cost of milk (IOFC of
milk), fatty acid profile of milk, and category of milk fatty acid. The data of milk
production efficiency, IOFC of milk, fatty acid profile and category of milk fatty
acid were analyzed by analysis of variance (Anova), while the data of daily body
weight gain, milk production and milk quality were analyzed by analysis of
covariance (Ancova). Analysis of different data would be tested further using
Duncan’s multiple range tests.
The results showed that the addition of biscuits containing papaya leaves
(Carica papaya) and Indigofera sp. (BPI) in dairy goats with underfeeding
condition, could increasemilk production of dairy goat milk by 17-39%. Addition
biscuit of BPI with CPO was not optimal in increasing the production of dairy
goat milk compared biscuit BPI and biscuit BPI with fish oil. The addition of fish
oil by 5% into biscuit BPI improved the quality of dairy goat milk included
protein content (3.92%) and lactose content (5.89%). The highest mean of IOFC
of milk was achieved by dairy goat that given biscuit BPI without adding fat

source. The addition of biscuit BPI with fish oil could increase the secretion of
omega-3 fatty acids of milk by 50% and the secretion of omega-6 fatty acids of
milk by 22%.
The conclusions of this study were biscuits containing papaya leaves and
Indigofera sp. (BPI) could be applied to dairy goat in traditional farms during the

dry season, because it couldincrease the production and quality of milk, as well as
the income of farmers. For the farms that specifically oriented to produce quality
milk with higher levels of omega-3 fatty acids might use the biscuits of BPI with
fish oil.
Keywords: biscuits, dairy goat milk, fat, production, quality

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

x

PENAMBAHAN BISKUIT MENGANDUNG DAUN Carica papayaIndigofera sp. DENGAN SUMBER LEMAK BERBEDA TERHADAP
PRODUKSI DAN KUALITAS SUSU KAMBING

DYAH RETNO PEMBAYU

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Nutrisi dan Pakan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


xi

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Sri Suharti, SPt MSi

xii

Judul Tesis : Penambahan Biskuit Mengandung Daun Carica papaya –
Indigofera sp. dengan Sumber Lemak Berbeda terhadap Produksi
dan Kualitas Susu Kambing
Nama
: Dyah Retno Pembayu
NIM
: D251130406

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Yuli Retnani, MSc
Ketua


Dr Ir Idat G Permana, MScAgr
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Nutrisi dan Pakan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dwierra Evvyernie A, MS MSc

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 02 Maret 2015

Tanggal Lulus:

xiii


PRAKATA
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT
atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema
yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak tahun 2014 ini adalah
biskuit pakan peningkat produksi dan kualitas susu kambing, dengan judul
Penambahan Biskuit Mengandung Daun Carica papaya - Indigofera sp. dengan
Sumber Lemak Berbeda terhadap Produksi dan Kualitas Susu Kambing. Sebagian
isi karya ilmiah ini telah disajikan pada Simposium Internasional Tanaman Obat
dan Obat Tradisional di Tawangmangu-Solo, Jawa Tengah pada tahun 2014
dengan judul Quality And Hedonic Test Of Dairy Goat Milk Fed With Biscuit Of
Carica papaya L. Leaf - Indigofera sp.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Yuli Retnani, MSc dan Dr
Ir Idat G Permana, MScAgr selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, saran, dan motivasi sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan.
Kepada Dr Sri Suharti, SPt MSi selaku penguji dari luar komisi pada ujian tesis
atas saran sehingga tesis ini lebih baik. Kepada Dr Ir Dwierra Evvyernie A, MS
MSc, dan Prof Dr Ir Sumiati, MSc, selaku ketua dan wakil program studi
Pascasarjana Ilmu Nutrisi dan Pakan, serta kepada dosen dan pegawai
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, atas bimbingan dan bantuannya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional yang telah memberikan dana penelitian
melalui Dana Hibah Strategi Nasional dalam satu payung penelitian Biskuit
Biosuplemen Pakan untuk Meningkatkan Produktivitas Kambing Perah yang
diketuai oleh Prof Dr Ir Yuli Retnani, MSc, serta telah memberikan beasiswa
Fresh Graduate untuk penulis selama menjalani masa studi. Penghargaan penulis
sampaikan kepada penyuluh peternakan di UPT Laladon, Ibu Taryati, Bapak
Wardi, Bapak Khaerul beserta segenap karyawan peternakan kambing perah
Pondok Pesantren Modern Sahid, Bapak Nurlaha dan Ibu Santi, serta Ibu Ani
beserta segenap teknisi Laboratorium Kimia Terpadu, IPB.
Ungkapan terima kasih yang dalam penulis sampaikan kepada Abi Ganief
Cahyono, Umi Siti Mariyam serta seluruh keluarga atas semua do’a dan kasih
sayang yang menguatkan dan memotivasi penulis selama menuntut ilmu. Terima
kasih atas semua dukungan, motivasi, inspirasi, dan kenangan berharga dari
teman-teman INP 2012, INP 2013, teman-teman Program Fast track angkatan I,
serta Irfan Nurhidayat. Terima kasih atas bantuan dari semua pihak yang tidak
dapat penulis sebutkan satu-persatu. Semoga Allah selalu membalas amal baiknya
dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Aamiin.
Bogor, Maret 2015
Dyah Retno Pembayu

xiv

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

xv

DAFTAR GAMBAR

xv

DAFTAR LAMPIRAN

xv

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian

1
1
2

METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Lokasi
Materi
Metode

2
2
2
3

HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Gambaran Umum Lokasi Penelitian dan Pemberian Pakan Kambing Perah 6
Karakterisasi CPO dan Minyak Ikan
9
Produksi Susu, Efisiensi Produksi Susu, Income over Feed Cost of Milk,
Pertambahan Bobot Badan Harian Kambing Perah
9
Kualitas Susu Kambing Perah
12
Profil Asam Lemak Susu Kambing
14
Pengelompokkan Asam Lemak Susu Kambing
17
SIMPULAN

18

SARAN

19

DAFTAR PUSTAKA

19

LAMPIRAN

22

RIWAYAT HIDUP

31

xv

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

Formulasi biskuit pakan
3
Kandungan nutrien pakan konvensional dan biskuit pakan
3
Waktu dan jumlah pemberian pakan selama penelitian
4
Perbandingan pemberian pakan konvensional di Peternakan Ponpes
Sahid dengan kebutuhan pakan kambing perah
7
5 Pemberian pakan selama 30 hari penelitian
8
6 Profil asam lemak CPO dan minyak ikan lemuru
9
7 Produksi susu, pertambahan bobot badan harian, efisiensi produksi susu,
serta income over feed cost of milk kambing perah selama 30 hari
penelitian
10
8 Kualitas susu kambing selama 30 hari penelitian
12
9 Profil asam lemak susu kambing penelitian
15
10 Pengelompokkan asam lemak susu kambing hasil penelitian
17

DAFTAR GAMBAR
1 Desain rancangan percobaan
2 Biskuit BPI, biskuit BPI+CPO, biskuit BPI+MI
3 Metabolisme asam linoleat (LA) menjadi asam arakidonat (AA)

5
7
16

DAFTAR LAMPIRAN
Perhitungan Income over feed cost of milk
Pengaruh pemberian biskuit pakan terhadap PBBH kambing perah
Pengaruh pemberian biskuit pakan terhadap produksi susu kambing
Uji lanjut pemberian biskuit pakan terhadap produksi susu kambing
Pengaruh pemberian biskuit pakan terhadap kadar lemak susu kambing
Pengaruh pemberian biskuit pakan terhadap kadar protein susu kambing
Uji lanjut pemberian biskuit pakan terhadap kadar protein susu kambing
Pengaruh pemberian biskuit pakan terhadap kadar laktosa susu kambing
Uji lanjut pemberian biskuit pakan terhadap kadar laktosa susu kambing
Pengaruh pemberian biskuit pakan terhadap asam kaproat susu kambing
Pengaruh pemberian biskuit pakan terhadap asam kaprilat susu kambing
Pengaruh pemberian biskuit pakan terhadap asam kaprat susu kambing
Pengaruh pemberian biskuit pakan terhadap asam laurat susu kambing
Pengaruh pemberian biskuit pakan terhadap asam laurat susu kambing
Pengaruh pemberian biskuit pakan terhadap asam miristat susu kambing
Pengaruh pemberian biskuit pakan terhadap asam miristoleat susu
kambing
17 Pengaruh pemberian biskuit pakan terhadap asam pentadekanoat susu
kambing

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

22
22
22
22
23
23
23
23
23
24
24
24
24
24
24
25
25

xvi

18 Pengaruh pemberian biskuit pakan terhadap asam palmitat susu kambing
19 Pengaruh pemberian biskuit pakan terhadap asam palmitoleat susu
kambing
20 Pengaruh pemberian biskuit pakan terhadap asam heptadekanoat susu
kambing
21 Pengaruh pemberian biskuit pakan terhadap asam heptadekanoat-sis-10
susu kambing
22 Pengaruh pemberian biskuit pakan terhadap asam stearat susu kambing
23 Pengaruh pemberian biskuit pakan terhadap asam oleat susu kambing
24 Pengaruh pemberian biskuit pakan terhadap asam linoleat susu kambing
25 Pengaruh pemberian biskuit pakan terhadap asam arakidat susu kambing
26 Uji lanjut pemberian biskuit pakan terhadap asam arakidat susu kambing
27 Pengaruh pemberian biskuit pakan terhadap asam gamma-linoleat susu
kambing
28 Pengaruh pemberian biskuit pakan terhadap asam eikosenoat-cis-11 susu
kambing
29 Pengaruh pemberian biskuit pakan terhadap asam linolenat susu
kambing
30 Pengaruh pemberian biskuit pakan terhadap asam heneikosanoat susu
kambing
31 Pengaruh pemberian biskuit pakan terhadap asam eikosedienoat-cis11,14 susu kambing
32 Uji lanjut pemberian biskuit pakan terhadap asam eikosedienoat-cis11,14 susu kambing
33 Pengaruh pemberian biskuit pakan terhadap asam behenat susu kambing
34 Pengaruh pemberian biskuit pakan terhadap asam eikosetrienoat-cis8,11,14 susu kambing
35 Pengaruh pemberian biskuit pakan terhadap asam arakidonat susu
kambing
36 Pengaruh pemberian biskuit pakan terhadap asam trikosanoat susu
kambing
37 Pengaruh pemberian biskuit pakan terhadap asam lignoserat susu
kambing
38 Pengaruh pemberian biskuit pakan terhadap asam EPA susu kambing
39 Pengaruh pemberian biskuit pakan terhadap asam DHA susu kambing
40 Uji lanjut pemberian biskuit pakan terhadap asam DHA susu kambing

25
25
25
26
26
26
26
26
27
27
27
27
27
28
28
28
28
28
29
29
29
29
29

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Produksi dan kualitas susu kambing sangat dipengaruhi oleh kuantitas dan
kualitas pakan. Pakan yang tersedia serta bernutrisi dibutuhkan ternak laktasi
untuk memenuhi kebutuhan energi ternak dalam memproduksi susu, sayangnya
kedua hal tersebut tidak selalu dapat disediakan oleh peternak sepanjang tahun.
Ketika musim kering, kuantitas dan kualitas pakan menurun, sehingga
menyebabkan keterbatasan pakan. Keterbatasan pakan kemudian menyebabkan
peternak mengurangi jumlah pemberian pakan sehingga tidak terpenuhinya
kebutuhan pakan (underfeeding) pada ternak. Ketika kondisi seperti ini,
diperlukan adanya pakan tambahan yang memanfaatkan teknologi pengolahan
pakan, sehingga bahan pakan dapat awet disimpan dan tersedia selama musim
kering. Selain itu, teknologi pengolahan pakan memudahkan dalam proses
pengangkutan dan pemberian kepada ternak.
Salah satu produk teknologi pengolahan pakan yang dapat dijadikan sebagai
pakan tambahan untuk kambing laktasi adalah adalah biskuit pakan (Retnani et al.
2014). Biskuit pakan memanfaatkan daun Carica papaya dan leguminosa
Indigofera sp. sebagai stimulan sintesis air susu (laktogogum) sehingga dapat
meningkatkan produksi susu (Kharisma et al. 2011). Daun pepaya mengandung
alkaloid karpain sebagai stimulan hormon prolaktin (Kharisma et al. 2011),
sedangkan daun Indigofera sp. merupakan sumber protein bagi ternak laktasi
(Apdini 2011). Potensi biskuit pakan sebagai tambahan pakan kambing perah
sudah pernah diteliti sebelumnya. Biskuit ini dapat awet disimpan selama 3 bulan
serta memiliki uji fisik, uji in vitro, dan uji palatabilitas ternak yang baik
(Dianingtyas 2013; Retnani et al. 2014). Pemberian biskuit pakan pada ternak
kambing perah di peternakan DAY Farm dapat meningkatkan produksi susu
kambing di akhir penelitian (Hendriawan 2014), namun tidak memengaruhi
kualitas susu kambing walaupun susu kambing yang dihasilkan disukai konsumen
berdasarkan rasa dan aromanya (Pembayu 2013).
Tidak optimalnya peningkatan produksi susu serta tidak adanya perubahan
kualitas susu kambing pada penelitian sebelumnya, memunculkan koreksi untuk
meningkatkan kandungan energi dalam biskuit pakan melalui penambahan sumber
lemak dalam formulasi biskuit. Densitas energi lemak yang tinggi dengan heat
increament yang rendah diharapkan dapat meningkatkan energi untuk
memproduksi susu serta mensintesis komponen susu tanpa menyebabkan ternak
mengalami heat stress. Selain itu, penambahan sumber lemak dalam pakan
diharapkan dapat memengaruhi profil asam lemak susu. Menurut Chilliard et al.
(2003), penambahan sumber lemak dalam pakan dapat mengubah komposisi asam
lemak susu yang berpengaruh positif atau negatif terhadap karakteristik fisik susu,
kualitas gizi bagi kesehatan, serta rasa dan aroma produk susu.
Sumber lemak yang dapat ditambahkan dalam pakan bervariasi jenisnya,
namun sumber lemak yang digunakan dalam penelitian ini adalah CPO (crude
palm oil) dan minyak ikan. Menurut penelitian sebelumnya, pemberian CPO dan
minyak ikan secara terpisah dapat meningkatkan produksi susu (Mosley et al.
2007; Fatahnia et al. 2008), namun keduanya memiliki karakterisasi yang berbeda

2

berdasarkan sumber, harga, serta profil asam lemak sehingga menimbulkan
dampak yang berbeda pula terhadap produktivitas kambing perah. Pemberian
sumber lemak dalam biskuit mengandung daun Carica papaya-Indigofera sp.
sebagai salah satu produk teknologi pakan belum pernah diketahui sebelumnya
sehingga penelitian ini menarik untuk dilakukan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penambahan biskuit
mengandung daun Carica papaya-Indigofera sp. (BPI) dengan sumber lemak
berbeda terhadap produksi, kualitas, dan profil asam lemak susu kambing.

METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Lokasi
Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli–Oktober 2014. Pembuatan
biskuit pakan dilakukan di Laboratorium Industri Pakan, Fakultas Peternakan IPB
sedangkan pengujian biskuit pakan secara biologis dilakukan di peternakan
kambing perah rakyat Pondok Pesantren Modern Sahid Desa Gunung Menyan
Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Analisis kualitas
susu dan profil asam lemak susu kambing masing-masing dilakukan di
Laboratorium Ilmu Ternak Perah dan Laboratorium Kimia Terpadu, IPB.

Materi
Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 ekor kambing
peranakan etawah laktasi berumur 1–2 tahun, berperiode lewat puncak produksi
susu atau pertengahan hingga akhir laktasi (masa laktasi 3-5 bulan), rataan
produksi susu awal 350.38±34.64 g ekor-1 hari-1 dan rataan bobot badan
33.02±4.17 kg ekor-1. Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah
pakan konvensional (rumput lapang, ampas tahu) dan biskuit pakan. Pakan
konvensional merupakan pakan yang biasa diberikan peternak di Peternakan
Ponpes Sahid.
Biskuit pakan yang digunakan ada 3 jenis, yaitu biskuit mengandung daun
Carica pepaya-Indigofera sp. (BPI), biskuit BPI dengan CPO (BPI+CPO), dan
biskuit BPI dengan minyak ikan (BPI+MI). Biskuit BPI tersusun atas daun
pepaya, daun Indigofera sp., bungkil kelapa, bungkil kedelai, corn gluten meal
(CGM), molases dan kapur. Biskuit BPI+sumber lemak menggunakan bahan
pakan yang sama dengan biskuit BPI, namun sebagian penggunaan molases
diganti dengan sumber lemak sebesar 5%. Analisis kualitas susu menggunakan
alat analisis susu ultrasonik (Milkotester, Master Eco, Milkotester Ltd, Bulgaria).

3

Formulasi biskuit pakan serta kandungan nutrien pakan konvensional dan biskuit
pakan masing-masing disajikan oleh Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1 Formulasi biskuit pakan
Bahan Makanan
Daun indigofera
Daun pepaya
Bungkil kelapa
Bungkil kedelai
CGM
Molases
Kapur
CPO
Minyak ikan
Jumlah

Biskuit BPI

Biskuit BPI+CPO

Biskuit BPI+MI

15
15
25
20
15
9
1
0
0
100

15
15
25
20
15
4
1
5
0
100

15
15
25
20
15
4
1
0
5
100

Biskuit BPI: biskuit mengandung daun pepaya-Indigofera sp., biskuit BPI+CPO: biskuit BPI
dengan CPO, biskuit BPI+MI: biskuit BPI dengan minyak ikan.

Tabel 2 Kandungan nutrien pakan konvensional dan biskuit pakan
Rumput
Ampas
Biskuit
Biskuit
Biskuit
Nutrien (%)
a
a
b
b
lapang
tahu
BPI
BPI+CPO
BPI+MI b
Bahan kering
18.19
11.16
90.16
88.64
88.78
Abu
8.58
3.58
8.96
12.84
11.77
Protein kasar
4.67
19.27
36.76
23.32
23.26
Serat kasar
36.01
22.67
6.62
7.49
7.20
Lemak kasar
0.93
10.48
4.44
8.78
12.92
BETN
49.81
43.82
43.22
47.57
44.85
TDN*
64.90
81.65
81.41
79.37
84.30
a

Dianalisis di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, IPB (2014), dengan
pengolahan; bDianalisis di Laboratorium Pusat Antar Universitas, IPB (2014), dengan pengolahan;
Biskuit BPI: biskuit mengandung daun pepaya-Indigofera sp., biskuit BPI+CPO: biskuit BPI
dengan CPO, biskuit BPI+MI: biskuit BPI dengan minyak ikan; BETN: bahan ekstrak tanpa
nitrogen, TDN: total digestible energy; *Rumus perhitungan TDN menurut Wardeh (1981) : TDN
rumput lapang dan ampas tahu = 1.6899 + 1.3844 (%protein kasar) + 0.7526 (%BETN) + 0.8279
(%lemak kasar) + 0.5133 (%serat kasar), TDN biskuit = -37.3039 + 1.3045 (%protein kasar) +
1.3630 (%BETN) + 2.1302 (%lemak kasar) + 0.3618 (%serat kasar).

Metode
Pembuatan Biskuit Pakan (Retnani et al. 2014)
Daun pepaya dan daun Indigofera sp. dijemur hingga kering dibawah sinar
matahari. Setelah kering, kedua daun tersebut digiling dengan mesin grinder dan
kemudian dicampur dengan bahan penyusun biskuit yang lain seperti bungkil
kelapa, bungkil kedelai, CGM, molases, kapur dan sumber lemak (minyak ikan
atau CPO). Hasil campuran dicetak dan ditekan dengan mesin pencetak biskuit

4

kemudian didinginkan. Ketiga jenis biskuit pada penelitian ini dibuat pada
campuran yang terpisah sejak awal pembuatan, sehingga menimbulkan hasil
analisis kadar nutrien yang cukup berbeda yaitu pada protein kasar (Tabel 2),
seharusnya biskuit dibuat dari 1 campuran yang sama baru kemudian dipisahkan
menurut jenis biskuitnya, sehingga biskuit memiliki hasil analisis yang tidak jauh
berbeda.
Pemeliharaan dan Analisis Kualitas Susu
Ternak dipelihara selama 6 minggu, yaitu 2 minggu pertama sebagai masa
pendahuluan (preliminary period) dan 4 minggu berikutnya sebagai masa
perlakuan. Proporsi pemberian pakan berupa rumput lapang : ampas tahu : biskuit
pakan adalah 37:45:18. Waktu dan jumlah pemberian pakan menyesuaikan
dengan kebiasaan peternak di peternakan Ponpes Sahid, peneliti hanya
menambahkan biskuit pakan sebanyak 150 g ekor-1 hari-1 pada pukul 06.00 WIB.
Waktu dan jumlah pemberian pakan selama penelitian disajikan oleh Tabel 3.
Tabel 3 Waktu dan jumlah pemberian pakan selama penelitian
Jenis pakan
Rumput lapang
Ampas tahu
Biskuit pakan

Waktu pemberian pakan
(waktu Indonesia barat)
06.30, 10.00, 14.30
08.00, 13.30
06.00

Jumlah pemberian pakan asfed
(g ekor-1 hari-1)
1500
3000
150

Jumlah pemberian dan sisa pakan dihitung setiap hari sedangkan
pengukuran bobot badan dilakukan setiap minggu. Pemerahan dilakukan 2 kali
sehari yaitu pagi hari pukul 06.00–07.00 WIB dan sore hari pukul 15.00–16.00
WIB. Susu hasil pemerahan diukur produksinya menggunakan gelas ukur. Sampel
susu diambil setiap minggu selama penelitian sebanyak 50 mL ekor-1 untuk
analisis kualitas susu. Sebelum dianalisis, tiap sampel susu pagi dan sore hari
dihomogenisasi kemudian disaring.
Analisis Profil Asam Lemak Susu
Sampel susu yang digunakan untuk keperluan analisis profil asam lemak
susu, diambil pada akhir penelitian sebanyak 100 mL/individu. Sampel ini adalah
sampel susu pagi dan sore hari yang telah dihomegenisasi dan disaring
sebelumnya. Profil asam lemak kemudian ditentukan sebagai fatty acid methyl
ester (FAME) oleh kromatografi gas (IUPAC 1987).
Pembentukan FAME dari susu didahului dengan hidrolisis, dilanjutkan
dengan metilasi kemudian ekstraksi. Sampel susu ditimbang sebanyak 20–30 mg
dalam tabung bertutup teflon, kemudian ditambahkan 1 mL NaOH 0.5 N dalam
metanol, kemudian dipanaskan dalam penangas air selama 20 menit. Campuran
ditambahkan 2 mL BF3 20% dan dipanaskan kembali selama 20 menit. Setelah
dingin, campuran ditambahkan 2 mL NaCl jenuh dan 1 mL heksan atau isooktan,
kemudian dikocok. Lapisan heksan atau isooktan kemudian dipindahkan dengan
bantuan pipet tetes ke dalam tabung yang berisi sekitar 0.1 g Na2SO4 anhidrat dan

5

dibiarkan selama 15 menit. Fase cair selanjutnya dipisahkan dan siap untuk
diinjeksikan ke kromatografi gas.
Campuran standar FAME sebanyak 1 μL diinjeksikan terlebih dahulu ke
dalam kromatografi gas. Bila semua puncaknya sudah keluar, sampel yang telah
dipreparasi sebelumnya diinjeksikan sebanyak 1 μL. Waktu retensi dan puncak
masing-masing komponen diukur, kemudian dibandingkan dengan standar untuk
mendapatkan informasi mengenai jenis dari komponen-komponen dalam sampel.
Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Rancangan percobaan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap
(RAL), menggunakan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang digunakan
disajikan oleh Gambar 1. Data efisiensi produksi susu, IOFC of milk, dan profil
asam lemak susu dianalisis dengan analisis varian (Anova), sedangkan data
pertambahan bobot badan harian, produksi susu dan kualitas susu dianalisis
dengan analisis kovarian (Ankova). Analisis data yang berbeda dilanjutkan
dengan uji selang berganda Duncan.
(R1) Pakan konvensional + Biskuit BPI
Pakan konvensional
(R0)

(R2) Pakan konvensional + Biskuit BPI+CPO
(R3) Pakan konvensional + Biskuit BPI+MI
Gambar 1 Desain rancangan percobaan

Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati meliputi:
1. Pertambahan bobot badan harian (PBBH)
PBBH (g ekor-1 hari-1) = Bobot badan akhir (g) – bobot badan awal (g)
Lama pemeliharaan (30 hari)
Bobot badan ternak dicari dengan pendekatan rumus lingkar dada (LD)
(Herman et al. 1985)
Bobot badan (kg) = -6.25 + (0.104  LD) + (0.0046  LD2)
2. Produksi susu harian
Produksi susu harian (g hari-1) = produksi susu pagi + produksi susu sore
3. Kualitas susu meliputi kadar lemak, protein, dan laktosa susu
4. Efisiensi produksi susu (EPS)
EPS (%) = Produksi susu (g) 100%
Konsumsi BK (g)
5. Income Over Feed Cost of Milk (IOFC of milk); pendapatan susu atas biaya
pakan (Perkins 2012)
IOFC of milk (Rp ekor-1 hari-1) = Penerimaan penjualan susu – biaya pakan
6. Profil
asam
lemak
susu
kambing,
meliputi
C6:0,
C8:0,
C10:0,C12:0,C13:0,C14:0,C14:1,C15:0,C16:0,C16:1,C17:0,C17:1,C18:0, C18:1n9c, C18:2n6c,
C20:1, C18:3n3, C21:0, C20:2n6, C22:0, C20:3n6, C20:4n6, C23:0, C24:0, C20:5n3, dan C22:6n3.

6

8. Pengelompokkan asam lemak susu kambing (Puppel et al. 2012), meliputi:
 Asam lemak tak jenuh tunggal = Σ C10:1, C12:1, C14:1, C15:1, C16:1, C17:1, C18:1,
C20:1;
 Asam lemak tak jenuh majemuk = Σ C18:2n6, C18:3n6, C20:3n6, C18:3n3, C20:2n6,
C20:4n6, C20:5n3, C22:6n3;
 Asam lemak tak jenuh = Σ Asam lemak tak jenuh tunggal + Asam lemak tak
jenuh majemuk;
 Asam lemak jenuh = Σ C4:0, C6:0, C8:0, C10:0, C12:0, C14:0, C15:0, C16:0, C17:0,
C18:0, C20:0, C21:0, C22:0;
 Asam lemak rantai pendek = Σ C6:0, C8:0, C10:0;
 Asam lemak rantai panjang = Σ C18:0,C18:1,C18:2n6, C18:3n6, C18:3n3,C20:1,
C20:2n6C20:4n6,C20:3n6, C20:5n3, C22:6n3 ;
 Asam lemak rantai sedang) = Σ C12:0, C12:1, C14:0, C14:1, C15:0, C15:1, C16:0,
C16:1, C17:0, C17:1;
 Omega-3 = Σ C18:3n3, C20:5n3, C22:6n3;0
 Omega-6 = Σ C18:2n6, C18:3n6, C20:3n6, C20:2n6, C20:4n6.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian dan Pemberian Pakan Kambing Perah
Peternakan Ponpes Modern Sahid berlokasi di kaki Gunung Salak berada
pada ketinggian 400 m di atas permukaan laut dengan curah hujan sekitar 3500
mm/tahun, dengan suhu lingkungan dan kelembaban harian masing-masing 20
sampai 30 oC dan 50 sampai 90%. Jenis pakan konvensional yang digunakan di
peternakan Ponpes Modern Sahid adalah rumput lapang serta ampas tahu. Rumput
lapang merupakan hijauan yang terdiri atas beberapa hijauan lokal. Jenis hijauan
lokal yang digunakan pada peternakan Ponpes Modern Sahid diantaranya
Pennisetum purpureum (rumput gajah), Pennicetum purpureum cv Mott (rumput
odot), Gliricida sepium (gamal), Leucaena leucocephala (daun lamtoro), Mimosa
pudica (daun putri malu), dan daun pakis. Rumput lapang didapatkan dari kebun
rumput di sekitar lingkungan peternakan sedangkan ampas tahu didapatkan dari
Koperasi Peternak Sapi (KPS) di Kelompok Usaha Peternakan (Kunak), Bogor.
Tabel 4 menunjukkan perbandingan pemberian pakan konvensional di
peternakan Ponpes Modern Sahid dengan kebutuhan pakan kambing perah
berdasarkan NRC (2006), dengan pencirian ternak yang hampir mirip dengan
ternak yang diteliti. Pakan konvensional atau pakan yang sehari-hari digunakan
peternak Ponpes Modern Sahid masih belum mencukupi kebutuhan ternak
(underfeeding) meliputi bahan kering dan TDN pakan (g BK ekor-1 hari-1),
sementara pemberian protein pakan sudah mencukupi kebutuhan ternak. Pakan
yang dikonsumsi ternak laktasi digunakan sebagai energi untuk hidup pokok dan
produksi susu. Pemberian pakan dalam jumlah terbatas, hanya dapat mencukupi
energi untuk kebutuhan hidup pokok saja, bukan untuk memproduksi susu,
sehingga produksi susu menjadi rendah. Produksi susu kambing dalam penelitian

7

ini memang tergolong rendah yaitu 330–457 g ekor-1 hari-1 (Tabel 7). Menurut
Budiarsana dan Sutama (2001) produksi susu kambing PE di Indonesia pada
periode tengah hingga akhir laktasi berkisar antara 500 hingga 1000 g ekor-1 hari1
, sehingga pada peternakan ini perlu adanya perbaikan manajemen pakan untuk
meningkatkan kuantitas dan kualitas pakan. Perbaikan manajemen pakan
diperlukan peternak terutama pada skala rakyat untuk menghasilkan produksi susu
yang optimal sesuai jenis ternak dan periode laktasinya.
Tabel 4

Perbandingan pemberian pakan konvensional di peternakan Ponpes
Modern Sahid dengan kebutuhan pakan kambing perah (NRC 2006)

Pembanding

Ciri ternak

Pemberian pakan konvensional
di Peternakan Ponpes Sahid

Kebutuhan pakan kambing
perah (NRC 2006)

 laktasi tengah hingga akhir
 laktasi tengah hingga akhir
 rataan bobot badan 33 kg
 bobot badan ternak 30 kg
 rataan produksi susu 350 g  produksi susu 380-690 g
ekor-1 hari-1
ekor-1 hari-1

Bahan kering pakan
(g BK ekor-1 hari-1)
Protein pakan
(g BK ekor-1 hari-1)
TDN pakan
(g BK ekor-1 hari-1)

606.35

1050

77.19

64

449.62

560

TDN: total digestible nutrient.

Biskuit pakan merupakan salah satu produk teknologi pakan yang dapat
diberikan kepada ternak dalam rangka meningkatkan kuantitas dan kualitas pakan.
Biskuit merupakan produk pakan kering yang memiliki daya simpan lama pada
kondisi normal serta mudah disimpan. Biskuit pakan berbentuk silindris, dibuat
menggunakan bantuan panas dan tekanan dengan waktu pengoperasian singkat
dan produksi banyak sehingga produksi efisien. Biskuit pakan yang digunakan
dalam penelitian ini (Gambar 2) memiliki nilai rataan bobot 53.16±6.40 g, tebal
2.98±0.29 cm, diameter 5.64±0.03 cm, dan kerapatan 0.71±0.05 g cm-3. Ada 3
jenis biskuit pakan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu biskuit
mengandung daun Carica pepaya-Indigofera sp. (BPI), biskuit BPI dengan CPO
(BPI+CPO), dan biskuit BPI dengan minyak ikan (BPI+MI). Karakter ketiga
biskuit tersebut yaitu (1) biskuit BPI yaitu berwarna coklat tanah dan beraroma
harum campuran bungkil kelapa dan gula terbakar, (2) biskuit BPI+CPO berwarna
coklat kekuningan dan beraroma harum bungkil kelapa namun agak sedikit tengik,
dan (3) biskuit BPI+MI berwarna coklat tanah dan beraroma harum bungkil
kelapa namun berbau amis.

1
2
3
Gambar 2 (1) Biskuit BPI, (2) biskuit BPI+CPO,(3) biskuit BPI+MI

8

Ketiga jenis biskuit pakan tersebut memiliki palatabilitas yang baik
sehingga biskuit yang diberikan habis dimakan oleh ternak. Senada dengan
penelitian Retnani et al. (2014), bahwa kambing PE memiliki palatabilitas tinggi
terhadap biskuit BPI. Adanya kandungan molases dalam biskuit membuat biskuit
beraroma harum dan memiliki rasa yang manis, sehingga cenderung mengurangi
rasa pahit yang ditimbulkan oleh daun pepaya. Ternak ruminansia sendiri
diketahui menyukai pakan dengan rasa yang manis.
Pemberian pakan (g BK ekor-1 hari-1) selama masa perlakuan disajikan oleh
Tabel 5. Pemberian biskuit pakan sebanyak 150 g ekor-1 hari-1 secara efektif
meningkatkan pemberian bahan kering pakan sebesar 22%, protein kasar sebesar
40–64%, serat kasar sebesar 5–6%, lemak kasar sebesar 16–46%, bahan ekstrak
tanpa nitrogen sebesar 20-22%, dan TDN sebesar 23–25%. Peningkatan jumlah
pemberian pakan diharapkan berdampak positif bagi produksi susu serta sintesis
komponen susu. Peningkatan produksi susu dan komponen susu dapat
meningkatkan nilai jual susu sehingga dapat meningkatkan pendapatan peternak.
Tabel 5 Pemberian pakan selama 30 hari penelitian
Nutrien
R0
R1
R2
( g BK ekor-1 hari-1 )
Bahan kering
606.4
740.73
739.10
Protein kasar
77.19
126.86
108.18
Serat kasar
173.68
182.33
183.57
Lemak kasar
37.64
43.63
49.31
Beta-N
281.95
339.98
345.10
TDN
449.62
559.15
555.01

R3
739.24
108.15
183.17
54.84
341.54
561.70

R0: pakan konvensional, R1: pakan konvensional+biskuit BPI, R2: pakan konvensional+biskuit
BPI+CPO, R3: pakan konvensional+biskuit BPI+MI; Beta-N: bahan ekstrak tanpa nitrogen, TDN:
total digestible energy.

Pada penelitian ini, adanya penambahan biskuit pakan secara deskriptif tidak
memengaruhi respon konsumsi ternak, yaitu ternak menghabiskan seluruh biskuit
yang diberikan, hal ini diduga karena ternak dalam kondisi tidak tercukupi
kebutuhan pakannya (underfeeding). Adanya biskuit pakan dengan sumber lemak
pun tidak memengaruhi konsumsi pakan pada ternak. Selain karena kondisi ternak
yang underfeeding, penambahan sumber lemak dalam biskuit pakan memang
hanya 5% saja dalam biskuit pakan, yang berarti hanya sekitar 1% saja per
konsumsi bahan kering ternak, sehingga tidak menimbulkan efek negatif terhadap
konsumsi pakan. Hal ini senada dengan penelitian Donovan et al. (2000) dan
Whitlock et al. (2002), bahwa penambahan sumber lemak berupa minyak ikan
sebanyak 1% ke dalam pakan tidak berpengaruh terhadap konsumsi pakan, namun
pada pemberian minyak ikan sebanyak 2% dan 3% bersifat menurunkan konsumsi
pakan dengan penurunan masing asing 18% dan 29%, yang dapat berefek
terhadap penurunan sintesis air susu dan komponen susu.
Karakterisasi CPO dan minyak ikan
Sumber lemak yang ditambahkan dalam pakan (biskuit BPI) dalam
penelitian ini adalah CPO dan minyak ikan lemuru. Keduanya memiliki

9

karakteristik yang berbeda, yaitu meliputi sumber, harga, serta profil asam lemak.
Karakteristik yang berbeda diantara keduanya dapat menimbulkan respon
produktivitas yang berbeda pada ternak. CPO atau minyak sawit kasar merupakan
hasil pengepresan daging buah sawit (mesocarp) (Ketaren 2008), sedangkan
minyak ikan lemuru merupakan produk utama industri pembuatan minyak ikan
lemuru dengan produk sampingnya adalah tepung ikan. Harga CPO pada bulan
Juli 2014 di Kabupaten Bogor yaitu Rp10 000,00/kg, sedangkan harga minyak
ikan lemuru pada pembelian di bulan dan tahun yang sama relatif lebih mahal
yaitu Rp15 000,00/kg. Profil asam lemak CPO terdiri atas 50% asam lemak jenuh
dan 50% asam lemak tak jenuh dengan proporsi asam palmitat dan asam oleat
yang mendominasi (Basiron 2005), sedangkan minyak ikan lemuru terdiri atas
75% asam lemak tak jenuh dengan kandungan EPA dan DHA yang mendominasi
(Lubis 1993). Profil asam lemak keduanya disajikan oleh Tabel 6.
Tabel 6 Profil asam lemak CPO dan minyak ikan lemuru
Jenis asam lemak

Sumber lemak
a

Minyak ikan lemurub

CPO

%
Asam lemak jenuh
C14:0 miristat
C10:0 kaprat
C12:0 laurat
C14:0 miristat
C16:0 palmitat
C18:0 stearat
Asam lemak tak jenuh
C16:1 palmitoleat
C18:1 oleat
C18:2 linoleat
C18:3 linolenat
C20:4n6arakidonat
C20:5n-3 EPA
C22:6n-3 DHA
a

1-3
0.1-1
0.9-1.5
41.8-46.8
4.2-5.1

12.5
9.5
0.8

0.1-0.3
37.3-40.8
9.1-11.0
0-0.6
0.2-0.7
-

3.9
1.1
0.7
1.6
34.7
27.1

Basiron (2005); bLubis (1993).

Produksi Susu, Efisiensi Produksi Susu (EPS), Income Over Feed Cost of Milk
(IOFC of milk), dan Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) Kambing
Perah
Tabel 7 menunjukkan bahwa perlakuan biskuit pakan secara nyata (P0.05), namun apabila diamati pola datanya,
secara deskriptif dapat dikatakan bahwa kambing dengan perlakuan biskuit
memiliki pertambahan bobot badan harian yang lebih rendah dibandingkan
dengan perlakuan kontrol. Diduga energi pakan yang dikonsumsi dari biskuit
lebih diprioritaskan untuk sintesis air susu dibanding disimpan sebagai cadangan
energi tubuh. Tidak terpengaruhinya pertambahan bobot badan harian kambing
perah senada dengan laporan Hendriawan (2014) yang meneliti pemberian biskuit
pakan pada peternakan DAY Farm, Kabupaten Bogor.
Perlakuan biskuit pakan dalam penelitian ini memberikan hasil yang sama
terhadap nilai efisiensi produksi susu (EPS) (P>0.05). EPS merupakan ukuran
sederhana untuk menentukan seberapa besar kemampuan ternak mengubah nutrisi
pakan menjadi susu. Nilai EPS yang sama pada semua perlakuan (P>0.05)
menunjukkan biskuit pakan menghasilkan efisiensi produksi susu yang relatif

12

sama dengan perlakuan kontrol, walaupun secara rataan terlihat nilai yang berbeda
yaitu rataan EPS perlakuan biskuit BPI dan BPI+MI lebih besar, dikarenakan
dengan biskuit BPI dan BPI+MI sebanyak 150 g ekor-1 hari-1 saja, secara efektif
menstimulasi sekresi air susu lebih banyak. Nilai rataan EPS perlakuan biskuit
BPI+CPO justru lebih rendah daripada kontrol, karena produksi susu tidak
meningkat terlalu banyak walaupun diberi tambahan biskuit pakan.
Perlakuan biskuit pakan secara statistik tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata (>0.05), namun secara deskriptif terlihat kecenderungan (P = 0.085)
adanya peningkatkan pendapatan kasar peternak (direpresantifkan oleh nilai
Income over feed cost of milk atau IOFC of milk), dengan nilai rataan pendapatan
kasar tertinggi dicapai oleh perlakuan biskuit BPI. Diantara ketiga jenis biskuit
pakan, yang emberi rataan pendapatan kasar terendah adalah biskuit BPI+CPO,
mengindikasikan biskuit BPI+CPO memang tidak disarankan untuk digunakan
sebagai pakan tambahan kambing perah. Nilai IOFC of milk didapatkan dari
perhitungan selisih penerimaan susu ekor-1 hari-1 dengan biaya pakan ekor-1 hari-1
pada kambing laktasi (Perkins 2012). Analisis ini berguna untuk menduga
pendapatan secara kasar dari produksi susu yang dihasilkan setiap ekor dari seekor
kambing laktasi, sehingga dapat diketahui pendapatan atas penerimaan susu
dengan adanya pengeluaran biaya pakan. Perhitungan IOFC of milk pada
penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

Kualitas Susu Kambing Perah
Penambahan biskuit pakan memberikan hasil yang sama (P>0.05) terhadap
kadar lemak susu kambing, namun secara nyata meningkatkan (P4%). Tingginya kadar lemak susu

13

kambing dalam penelitian ini dimungkinkan karena masa laktasi ternak yang
mendekati akhir sehingga terjadinya efek dilusi dengan produksi susu, selain itu
tingginya kadar lemak susu kambing diduga karena penelitian dilakukan pada
musim kering.
Kadar lemak susu kambing tidak dipengaruhi oleh perlakuan biskuit pakan
(P>0.05), namun secara deskriptif pola data kadar lemak menurun apabila diberi
biskuit pakan. Penurunan kadar lemak susu kambing, diduga karena adanya
perubahan kinetika fermentasi dalam rumen setelah biskuit pakan ditambahkan
yang merupakan sumber karbohidrat mudah tercerna. Hal ini senada dengan Poore
et al. (1993) yang meneliti tentang karbohidrat mudah tercerna berupa sorghum
yang diberikan kepada ternak laktasi. Poore et al. (1993) menyatakan pH rumen
dan produksi asetat menurun, sedangkan produksi propionat meningkat.
Penurunan pH rumen akibat adanya fermentasi secara cepat menyebabkan bakte