Evaluasi Pemberian Pakan Pada Itik Dengan Sistem Pemeliharaan Intensif Dan Semi Intensif Di Peternakan Rakyat

EVALUASI PEMBERIAN PAKAN PADA ITIK DENGAN
SISTEM PEMELIHARAAN INTENSIF DAN SEMI
INTENSIF DI PETERNAKAN RAKYAT

BONITHA GUSTIN TUMANGGOR

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Evaluasi
Pemberian Pakan pada Itik dengan Sistem Pemeliharaan Intensif dan Semi
intensif di Peternakan Rakyat adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di
bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor,

Oktober 2015

Bonitha Gustin Tumanggor
NIM D24110026

ABSTRAK
BONITHA GUSTIN TUMANGGOR. Evaluasi Pemberian Pakan pada Itik
dengan Sistem Pemeliharaan Intensif dan Semi intensif di Peternakan Rakyat.
Dibimbing oleh DWI MARGI SUCI dan SRI SUHARTI.
Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh pemberian pakan pada sistem
pemeliharaan intensif dan semi intensif terhadap kualitas pakan, kualitas telur dan
produksi telur. Penelitian ini menggunakan 100 ekor itik (intensif) dan 100 ekor itik
semi intensif (sawah 50 ekor, sungai 50 ekor) yang berumur enam bulan. Penelitian
ini dilaksanakan di peternakan Rakyat, Ciherang, Kabupaten Bogor. Peubah yang
diukur yaitu kandungan nutrisi pakan, produksi telur dan kualitas fisik telur. Produksi
dan kualitas fisik telur dianalisis dengan menggunakan anova. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa sistem intensif diberi pakan komersial yang mengandung PK
12.89%, SK 9.94%, LK 2.87%, Ca 4.35%, dan P 0.20% sedangkan sistem semi
intensif diberi pakan komersial dan ditambah pakan dari sawah seperti gabah,
rumput, dan bahan tidak dikenal yang mengandung PK 12.03%, SK 10.66%, LK
2.93%, Ca 4.41%, dan P 0.16% dan pakan dari sungai seperti keong, kepiting kecil,
pasir, dan batuan kecil yang mengandung PK 11.76%, SK 11.81%, LK 3.03%, Ca
4.57%, dan P 0.18%. Sistem pemeliharaan itik untuk kualitas fisik telur tidak berbeda
nyata. Produksi dan skor warna kuning telur pada sistem semi intensif (di sawah)
lebih tinggi dibanding sistem intensif (P0.05) antara intensif dan semi intensif baik
yang di sawah maupun aliran sungai. Nilai haugh unit tersebut dikategorikan
sebagai telur yang berkualitas AA. Nilai haugh unit lebih dari 72 dikategorikan
sebagai telur berkualitas AA, haugh unit 60 – 72 sebagai telur berkualaitas A,
haugh unit 31 – 60 sebagai telur berkualitas B dan nilai haugh unit kurang dari 31
dikategorikan sebagai telur berkualitas C (Yuwanta 2004). Berdasarkan standar
klasifikasi United State Department of Agriculture (USDA) rataan nilai haugh
unit dari kedua sistem pemeliharaan tersebut termasuk dalam kelas yang terbaik
(Mountney, 1976). Tingginya nilai haugh unit dari kedua sistem tersebut karena
pengamatan dilakukan pada saat telur masih dalam keadaan segar. Pengukuran
haugh unit pada penelitian ini dilakukan pada masa penyimpanan dan suhu yang
relatif sama yakni ±24 jam pada suhu 27 – 30ºC sehingga hasilnya cenderung

seragam.
Rataan tebal kerabang telur yang dipelihara secara intensif dan semi intensif
relatif sama. Berdasarkan analisis statistik yang dilakukan menunjukkan tidak
berbeda nyata (P>0.05) antara intensif dan semi intensif baik yang di sawah
maupun aliran sungai. Kualitas tebal kerabang dari dua sistem pemeliharaan ini
cukup baik karena tebalnya lebih besar dari 0.33 mm yaitu 0.35 - 0.37 sehingga
dapat dipertahankan keutuhannya dari keretakan selama proses pengumpulan
telur. Tingginya kualitas tebal kerabang telur pada sistem intensif dan semi
intensif dikarenakan kandungan Ca dan P dalam ransum cukup, yaitu 4.35%
untuk pakan komersil, 4.76% untuk bahan pakan yang diperoleh dari analisis
tembolok dan gizzard yang digembalakan di sawah dan 5.60% yang
digembalakan di aliran sungai dan kandungan P yaitu 0.20% untuk pakan
komersil, 0.03% untuk bahan pakan yang diperoleh dari analisis tembolok dan
gizzard yang digembalakan di sawah dan 0.12% yang digembalakan di aliran
sungai. Kandungan Ca dan P berperan terhadap kualitas kerabang telur karena
dalam pembentukan kerabang telur diperlukan ion-ion karbonat dan kalsium yang
cukup untuk membentuk CaCO3 kerabang telur, sedangkan yang digembalakan
di sungai dikarenakan keong dikonsumsi dalam keadaan utuh bersama dengan
cangkangnya. Cangkang keong ini merupakan sumber kalsium dalam pakan itik.
Menurut Leeson dan Summers (2005), bahwa zat nutrisi utama yang

mempengaruhi tebal kerabang telur adalah kalsium, fosfor dan vitamin D3.

11

Menurut Clunies et al. (1992), semakin tinggi konsumsi kalsium maka kualitas
kerabang telur semakin baik.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Sistem intensif hanya diberi pakan komersial dengan kandungan nutrien
pakan yaitu kadar air 9.85%, lemak 2.87%, protein 12.89%, serat kasar 9.94%,
abu 7.56%, Ca 4.35%, dan P 0.20%. Pemeliharaan itik semi intensif diberikan
pakan komersial dan pakan yang diperoleh dari analisis isi tembolok dan gizzard
seperti gabah, rumput, keong, kepiting kecil, pasir, batuan kecil, dan bahan tak
dikenal dengan kandungan nutrien kadar air 9.56%, lemak 2.93%, protein
12.03%, serat kasar 10.66%, abu 12.66%, Ca 4.41%, P 0.16% untuk yang
digembalakan di sawah dan kadar air 9.99%, lemak 3.03%, protein 11.76%, serat
kasar 11.81%, abu 12.14%, Ca 4.57%, P 0.18% untuk yang digembalakan di
aliran sungai.
Rataan produksi telur itik dengan pemeliharaan sistem semi intensif yang

digembalakan di sawah lebih tinggi dibandingkan itik dengan pemeliharaan
sistem intensif yaitu 14.85% untuk yang digembalakan di sawah dan 11.07% yang
digembalakan di aliran sungai, dan sistem intensif yaitu sebesar 11.85%. Skor
warna kuning telur untuk itik yang dipelihara secara semi intensif, yang
digembalakan di sawah, lebih tinggi dibandingkan dengan itik yang digembalakan
di aliran sungai dan itik yang dipelihara secara intensif.
Saran
Para peternak intensif yang berada di Desa Ciherang perlu memperhatikan
kualitas dari pakan komersial yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA
Amrullah IK. 2003. Nutrisi Ayam Petelur. Cetakan Ketiga. Bogor (ID). Lembaga
Satu. Gunungbudi, Bogor.
Abubakar AR, Setioko A, Lasmini APS. 1992. Pengujian kualitas dan daya tetas
telur itik yang berasal dari itik gembala dan terkurung. Majalah Ilmu dan
Peternakan. 5(2):70-72.
Bell DD, Weaver WW. 2002. Commercial Chicken Meat and Egg Production. 5th
Ed. Kluwer Academic Publishers, Norwell, MA. New York (US).
Budiman, Rukmiasih. 2007. Karakteristik putih telur itik tegal. Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner, Fakultas Peternakan Institut Pertanian

Bogor, kampus IPB Dramaga, Bogor 16680.
Castan MP, Hirschler EM, Samsa AR. 2005. Skin Pigmentation Evaluation in
Broilers Fed Natural and Synthetic Pigments. Poult Sci Association Inc,
(NZ).
Chaves, Lasmini A. 1992. Perbandingan performans itik-itik pribumi Indonesia.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Bogor (ID).

12

Clunies, Parks MD, Lesson S. 1992. Calcium and phosphorus metabolism and egg
shell formation of hens fed different amounts of calcium. Poult Sci. 71: 482489.
Hardianto, Suarjana IGK, Rudyanto MD. 2012. Pengaruh suhu dan lama
penyimpanan terhadap kualitas telur ayam kampung ditinjau dari angka
lempeng total bakteri. Indon Medic Veter 1(1) : 71-84.
Juliambarwati M, Ratriyanto A, Hanifa A. 2012. Pengaruh penggunaan tepung
limbah udang dalam ransum terhadap kualitas telur itik. Sains Petern 10 (1):
1-6.
Leeson S, Summers JD. 2005. Commercial Poultry Nutrition. 3rd Ed. Department of
Animal and Poultry Science, University of Guelph. University Books,
Canada (US)

Mountney GI. 1976. Poultry Technology. Connectiut (NZ). The Avi Pubishing, Inc
Wesport.
Price CJ, Reed JE. 1971. Poultry Husbandry. United Nations Development
Program. FAO of the United Nation. Rome (RM).
Setioko AR, Iskandar S, Raharjo YC, Soedjana TD, Murtisari T, Purba M,
Estuningsih SE, Sunandar N, Pramono D. 2000. Model usaha ternak itik
dalam sistem pertanian IP padi 300. Jurnal Ilmu Ternak. 5(1):38-45.
Setioko AR, Hetzel DJS, Evans AJ. 1985. Duck production in Indonesia. In Duck
Production Science and World Practice. Edited by David J, Farrel, Paul
Stapleton. The University of New England, p 418-427.
BSN. 2000. Kandungan ransum itik. SNI 01-3910-2000. Direktorat Bina Produksi.
Jakarta (ID). Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian.
Srigandono. 1991. Ilmu Unggas Air. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
Steel RG, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Suatu Pendekatan
Biometrik. Terjemahan. Edisi Kelima. PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Susilorini TE, Sawitri ME, Muharlien. 2008. Budi Daya Ternak Ternak Potensial.
Jakarta (ID). Penebar Swadaya.
Tanujaya R. 1992. Daya tetas dan produksi telur itik lokal yang dipelihara secara
intensif. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Wahyu J. 1985. Ilmu Nutrisi Unggas. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University
Press.
Yuwanta T. 2004. Dasar Ternak Unggas.Yogyakarta(ID). Kanisius.

Lampiran 1 Hasil analisis statistik pengaruh perlakuan terhadap bobot telur
SK
JK
db
KT
F
P
Perlakuan
19.906
2
9.953
3.661
0.069
Galat
24.466
9

2.718
Total
44.373
11
JK : jumlah kuadrat; db : derajat bebas; KT: kuadrat tengah
Lampiran 2 Hasil analisis statistik pengaruh perlakuan terhadap bobot kuning telur
SK
JK
db
KT
F
P
Perlakuan
0.215
2
0.107
0.014
0.986
Galat
70.087

9
7.787
Total
70.302
11

13

Lampiran 3 Hasil analisis statistik pengaruh perlakuan terhadap bobot putih telur
SK
JK
db
KT
F
P
Perlakuan
16.686
2
8.343
1.332

0.311
Galat
56.376
9
6.264
Total
73.062
11
Lampiran 4 Hasil analisis statistik pengaruh perlakuan terhadap kerabang telur
SK
JK
db
KT
F
P
Perlakuan
0.001
2
9.953
3.661
0.069
Galat
24.466
9
2.718
Total
44.373
11
Lampiran 5 Hasil analisis statistik pengaruh perlakuan terhadap Haugh unit
SK
JK
db
KT
F
P
Perlakuan
2.705
2
1.353
0.068
0.934
Galat
177.889
9
19.765
Total
180.594
11
Lampiran 6 Hasil analisis statistik pengaruh perlakuan terhadap skor warna
kuning telur
SK
JK
db
KT
F
P
Perlakuan
19.906
2
9.581
5.301
0.030
Galat
16.268
9
1.808
Total
35.429
11
Lampiran 7 Uji lanjut duncan pengaruh perlakuan terhadap skor warna kuning
telur (P