Dampak Kehadiran Ritel Modern Terhadap Omzet Pedagang Pasar Tradisional Di Kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah

DAMPAK KEHADIRAN RITEL MODERN TERHADAP
OMZET PEDAGANG PASAR TRADISIONAL DI KOTA
SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH

HARDYANI SASIKIRANA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Kehadiran
Ritel Modern terhadap Omzet Pedagang Pasar Tradisional di Kota Surakarta
Provinsi Jawa Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Hardyani Sasikirana
NIM H14100057

ABSTRAK
HARDYANI SASIKIRANA. Dampak Kehadiran Ritel Modern terhadap Omzet
Pedagang Pasar Tradisional di Kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah. Dibimbing
oleh SAHARA.
Kehadiran ritel modern kian meningkat. Keberadaannya memberi ancaman
bagi pedagang pasar tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
dampak kehadiran ritel modern terhadap omzet pedagang pasar tradisional di Kota
Surakarta. Ritel modern yang termasuk pada penelitian ini terdiri atas
supermarket, hypermarket, dan department store. Penelitian dilakukan pada tiga
pasar tradisional di Kota Surakarta, yaitu Pasar Nusukan dan Pasar Hardjodaksino
sebagai pasar perlakuan (pasar yang jaraknya dekat dengan ritel modern) dan
Pasar Jongke sebagai pasar kontrol (pasar yang jaraknya jauh dengan ritel
modern). Metode yang digunakan adalah t-test, chi-square test, uji korelasi dan
ordinal logistic regression. Hasil penelitian diperoleh bahwa faktor-faktor yang

memengaruhi omzet pedagang pasar tradisional adalah ukuran kios, komoditas
utama berupa produk segar dan komoditas utama berupa produk olahan,
sedangkan jarak tidak memengaruhi omzet pedagang pasar tradisional di Kota
Surakarta.
Kata kunci: omzet, pasar tradisional, ritel modern

ABSTRACT
HARDYANI SASIKIRANA. The Impact of the Modern Retail Presence for
Traditional Market Traders Turnover in Surakarta Central Java. Supervised by
SAHARA.
The presence of modern retail is increasing over time. Its presence gives
threat to traditional market traders. This study aims to analyze the impact of
modern retail presence on the turnover of traditional traders in Surakarta. Modern
retail included in this study consists of supermarkets, hypermarkets, and
department stores. The study is conducted on the three traditional markets in
Surakarta, which are Nusukan market and Hardjodaksino market as treatment
markets (markets that are located close to the modern retail) and Jongke market as
control market (distant market with modern retail). The methods used in the study
are the t-test, chi-square test, correlation test and ordinal logistic regression. The
results show that the factors affecting the turnover of traditional market traders are

the size of the stall, the main commodities such as fresh products and processed
products, while the distance does not affect the turnover of traditional traders in
Surakarta.
Keywords: modern retail, traditional market, turnover

DAMPAK KEHADIRAN RITEL MODERN TERHADAP
OMZET PEDAGANG PASAR TRADISIONAL DI KOTA
SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH

HARDYANI SASIKIRANA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2014

PRAKATA
Puji dan syukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya
sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang dilaksanakan sejak
bulan Maret 2014 ini memiliki judul Dampak Kehadiran Ritel Modern terhadap
Omzet Pedagang Pasar Tradisional di Kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan mengingat
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki selama proses
pembuatan skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini tak terlepas dari bantuan, doa, dan
bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, tak lupa penulis ucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua penulis, Eko Priyoutomo dan Sri Hardani, atas doa,
dorongan moral dan materi bagi penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.
Kakak penulis, Pradana Hardasulistya serta seluruh keluarga besar yang
memberikan semangat dan dukungan tanpa henti.
2. Terima kasih penulis ucapkan kepada Sahara, Ph.D. selaku dosen
pembimbing yang telah membimbing dan memberikan saran serta kritik
selama proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan

baik.
3. Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc.Agr selaku Dosen Penguji dan Laily Dwi
Arsyianti, S.E, M.Sc selaku Komisi Pendidikan, yang telah memberikan
saran, kritikan dan ilmu yang bermanfaat dalam penyempurnaan skripsi ini.
4. Seluruh dosen khususnya dosen Ilmu Ekonomi IPB yang telah memberikan
ilmu serta pengalaman selama penulis menjadi mahasiswi.
5. Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta, Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kota Surakarta, Lurah pasar dan staf, serta pedagang pada Pasar
Harjodaksino, Pasar Nusukan, dan Pasar Jongke atas bantuan dan
kerjasamanya dalam proses pencarian data.
6. Teman-teman penulis Rahayu, Nabilah, Farisa, Anastasia, Irene, Wuri,
Andita, Anisa, Fauzani, Amalia, Elis, Fitria, Selly, Nindya, Meliana, Penny,
Uke dan Nita atas semua momen, semangat dan dukungannya selama ini.
7. Teman-teman satu bimbingan skripsi (Fitria, Selly, Elis, Ratna, Triana, Fira,
Ezik) atas kerja sama, semangat, dan dukungan kepada penulis selama ini.
8. Seluruh Keluarga Ilmu Ekonomi angkatan 47 dan HIPOTESA khususnya
Divisi INTEL atas momen dan pelajaran hidup yang sangat berharga.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, September 2014

Hardyani Sasikirana

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

ix

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

3

Manfaat Penelitian

4

Ruang Lingkup Penelitian

4

TINJAUAN PUSTAKA


4

METODE PENELITIAN

10

Lokasi dan Waktu Penelitian

10

Jenis dan Sumber Data

11

Metode Penentuan Sampel

11

Metode Analisis


12

GAMBARAN UMUM

14

HASIL DAN PEMBAHASAN

21

Persaingan dan Kinerja Pedagang Pasar Tradisional di Kota Surakarta

21

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Omzet Pedagang Pasar Tradisional di Kota
Surakarta
25
Pengaruh Jarak Ritel Modern dan Pasar Tradisional di Kota Surakarta terhadap
Omzet

27
SIMPULAN DAN SARAN

27

Simpulan

27

Saran

28

DAFTAR PUSTAKA

28

LAMPIRAN

31


RIWAYAT HIDUP

65

DAFTAR TABEL
1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Harga Konstan 2000
menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) Kota Surakarta Tahun 20082012
2 Perbandingan Pasar Tradisional dan Ritel modern di Indonesia
3 Jarak Pasar Tradisional dengan Ritel Modern Terpilih
4 Daftar Pasar Tradisional di Kota Surakarta
5 Komoditas Utama Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota
Surakarta dengan Chi-square Test (%)
6 Karakteristik Pedagang pada Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota
Surakarta dengan t-test
7 Karakteristik Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota
Surakarta dengan Chi-square Test (%)
8 Karakteristik Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota
Surakarta berdasarkan pendidikan dengan Chi-square Test (%)
9 Karakteristik Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota
Surakarta Berdasarkan Presentase Segmentasi Pembeli dan Nilai
Pembelian dengan t-test
10 Karakteristik Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota
Surakarta Berdasarkan Omzet dan Keuntungan dengan Chi-square test
(%)
11 Sumber Modal Usaha Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di
Kota Surakarta dengan Chi-square Test (%)
12 Pemasok Utama Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota
Surakarta dengan Chi-square Test (%)
13 Metode Pembayaran Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di
Kota Surakarta dengan Chi-square Test (%)
14 Pesaing Terberat Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota
Surakarta dengan Chi-square Test (%)
15 Strategi Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta
dengan Chi-square Test (%)
16 Kinerja Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta
Dilihat dari Perubahan Omzet dan Keuntungan Sebelum dan Sesudah
Keberadaan Ritel Modern dengan Paired Sample t-test
17 Penyebab Kelesuan Usaha Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota
Surakarta dengan Chi-square Test (%)
18 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Omzet Pedagang Pasar Tradisional di
Kota Surakarta

2
6
12
15
17
18
19
19
20
20
21
22
22
23
23
24
25
26

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka Pemikiran Penelitian

10

DAFTAR LAMPIRAN
1 Peta Lokasi Pasar Tradisional serta Ritel Modern Terpilih di Kota
Surakarta
2 Ritel Modern Kota Surakarta Tahun 2014
3 Output Chi-square Test Komoditas Utama yang Dijual Pedagang Pasar
Tradisional di Kota Surakarta
4 Output t-test Karakteristik Pedagang Pada Pasar Perlakuan dan Pasar
Kontrol di Kota Surakarta
5 Output Chi-square Test Karakteristik Pedagang Pada Pasar Perlakuan
dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta berdasarkan Pendidikan
6 Output Chi-square Test Karakteristik Pedagang Pada Pasar Perlakuan
dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta berdasarkan Jenis Kelamin
7 Output Chi-square Test Karakteristik Pedagang Pada Pasar Perlakuan
dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta berdasarkan Letak Kios
8 Output Chi-square Test Karakteristik Pedagang Pada Pasar Perlakuan
dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta berdasarkan Status Tempat Usaha
9 Output T-test Karakteristik Pedagang Pada Pasar Perlakuan dan Pasar
Kontrol di Kota Surakarta berdasarkan Segmentasi Pembeli
10 Output Chi-square Test Karakteristik Pedagang Pada Pasar Perlakuan
dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta Berdasarkan Omzet dan Keuntungan
11 Output Chi-square Test Sumber Modal Usaha Pedagang Pasar Perlakuan
dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta
12 Output Chi-square Test Pemasok Utama Pedagang Pasar Perlakuan dan
Pasar Kontrol di Kota Surakarta
13 Output Chi-square Test Metode Pembayaran Pedagang Pasar Perlakuan
dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta
14 Output Chi-square Test Pesaing Terberat Pedagang Pasar Perlakuan dan
Pasar Kontrol di Kota Surakarta
15 Output Chi-square Test Strategi Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar
Kontrol di Kota Surakarta
16 Output T-test Keuntungan Sebelum dan Sesudah Keberadaan Ritel
Modern Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta
17 Output T-test Omzet Sebelum dan Sesudah Keberadaan Ritel Modern
Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta
18 Output Chi-square Test Penyebab Kelesuan Pedagang Pasar Perlakuan
dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta
19 Output Uji Regresi Logistik Ordinal
20 Output Uji Kolerasi Kendall's tau Antar Variabel Independen
21 Kuesioner

31
32
33
35
36
37
38
39
40
42
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang terlibat dan mendukung
liberalisasi perdagangan, bahkan sejak orde baru Indonesia sudah berorientasi
kebijakan ekonomi yang bersifat liberal dan pro pasar (Ardiansyah 2011).
Liberalisasi perdagangan telah membuka pintu investasi asing masuk ke dunia
industri ritel. Peritel asing aktif untuk melakukan investasi terutama dalam skala
besar seperti hypermarket dan department store (KPPU 2008). Dampaknya, ritel
modern di Indonesia menjadi kian meningkat.
Dalam periode enam tahun terakhir, dari tahun 2007–2012, jumlah gerai
ritel modern di Indonesia mengalami pertumbuhan rata-rata 17.57% per tahun.
Pada tahun 2007, jumlah usaha ritel di Indonesia masih sebanyak 10 365 gerai,
kemudian pada tahun 2011 mencapai 18 152 gerai tersebar di hampir seluruh kota
di Indonesia. Pertumbuhan jumlah gerai tersebut tentu saja diikuti dengan
pertumbuhan penjualan. Pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia antara 10%–15%
per tahun. Penjualan ritel pada tahun 2006 masih sebesar Rp 49 triliun, dan
melesat hingga mencapai Rp 120 triliun pada tahun 2011. Sedangkan pada tahun
2012, pertumbuhan ritel diperkirakan masih sama, yaitu 10%–15%, atau mencapai
Rp 138 triliun. Jumlah pendapatan terbesar merupakan kontribusi dari
hypermarket, kemudian disusul oleh minimarket dan supermarket
(marketing.co.id 2013). Dilihat dari fakta tersebut diperoleh bahwa pertumbuhan
ritel modern terbilang cepat.
Adanya ritel modern ini akan menimbulkan persaingan dengan pasar
tradisional. Jika dulu masyarakat terbiasa berbelanja di pasar tradisional, maka
saat ini masyarakat, khususnya di perkotaan, lebih memilih belanja di ritel modern.
Pola kehidupan masyarakat kota yang lebih modern membuat mereka lebih
memilih berbelanja di ritel modern. Hal ini juga dipengaruhi tingkat konsumsi
masyarakat perkotaan yang semakin meningkat, sehingga masyarakat lebih
memilih berbelanja di ritel modern.
Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 237 000 000 jiwa dengan total
konsumsi sekitar Rp 3 600 triliun merupakan pasar potensial bagi bisnis ritel
modern. Ini didukung oleh perilaku berbelanja penduduk Indonesia yang sudah
mulai bergeser, dari berbelanja di pasar tradisional menuju ritel modern
(marketing.co.id 2013).
Kehadiran ritel modern semakin bertambah di kota-kota besar Indonesia, tak
terkecuali di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Kota Surakarta atau dikenal sebagai
Kota Solo merupakan salah satu kota tujuan wisata di Indonesia. Industri batik
yang sudah menjadi ciri khas Kota Solo menjadi salah satu daya tarik wisatawan.
Sebagai tujuan kota wisata membuat Kota Surakarta menjadi sasaran yang cukup
potensial untuk mengembangkan bisnis para peritel khususnya ritel modern. Hal
ini juga akan berpengaruh pada sektor perdagangan Kota Surakarta. Terlihat pada
Tabel 1 bahwa sektor perdagangan menjadi penyumbang terbesar Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Surakarta.

2
Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Harga Konstan 2000
menurut Lapangan Usaha (%) Kota Surakarta Tahun 2008-2012
Lapangan Usaha
Pertanian,
Peternakan,
Kehutanan dan
Perikanan
Pertambangan
dan Penggalian
Industri
Pengolahan
Listrik, Gas dan
Air Bersih
Bangunan
Perdagangan,
Hotel dan
Restoran
Pengakutan dan
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan dan
Jasa Perusahaan
Jasa-Jasa
PDRB
Sumber: BPS (2013)

2008

2009

2010

2011

2012

0.063

0.060

0.057

0.054

0.051

0.042

0.039

0.036

0.033

0.031

26.391

25.653

25.024

24.260

23.507

2.265

2.312

2.335

2.377

2.397

12.817

12.985

13.165

13.252

13.331

26.624

26.735

26.799

27.104

27.330

9.891

10.063

10.079

10.158

10.199

9.891

10.004

10.168

10.493

10.716

12.017

12.148

12.336

12.269

12.438

100.000

100.000

100.000

100.000

100.000

Berkaitan dengan hal tersebut, Pasar Tradisional di Kota Surakarta
dikhawatirkan kian terdesak dengan keberadaan ritel modern. Perlu diteliti secara
lebih mendalam tentang kehadiraan ritel modern yang dikhawatirkan berdampak
bagi pasar tradisional terutama para pedagang.
Perumusan Masalah
Kehadiran ritel modern di Kota Solo kian banyak. Menurut Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta, pada tahun 2013 jumlah ritel
modern mencapai 52 gerai yang terdiri atas 24 minimarket dan 28 lainnya
termasuk supermarket, hypermarket, mall dan pusat perbelanjaan. Berbeda halnya
dengan Pasar tradisional yang hanya mencapai 43 unit (Dinas Pengelolaan Pasar
2014). Pemerintah Kota Surakarta sebenarnya sudah membatasi ritel modern yang
masuk. Namun kenyataannya pembangunan ritel modern semakin menjamur di
Kota Surakarta.
Alasan pemerintah Kota Surakarta mempertahankan pasar tradisional
ditengah maraknya ritel modern karena pasar tradisional sebenarnya menjadi
tempat para petani, nelayan, dan pengrajin kecil untuk memamerkan produk yang
mereka hasilkan (Basri et al. 2012). Pasar tradisional menjadi tempat untuk
pedagang-pedagang kecil menengah ke bawah untuk berjualan. Salah satu upaya
yang dilakukan pemerintah setempat untuk mempertahankan eksistensi pasar
tradisional di Kota Surakarta adalah melakukan revitalisasi. Sampai dengan tahun
2013, sebanyak 19 bangunan pasar tradisional telah direvitalisasi (Dinas
Pengelolaan Pasar 2014).

3
Namun, para pedagang pasar tradisional tetap merasa cemas akan
keberadaan ritel modern yang semakin menjamur dan akan berdampak buruk
terhadap usahanya. Adanya kesamaan produk-produk yang dijual baik di pasar
tradisional maupun di ritel modern merupakan ancaman bagi para pedagang
tradisional. Berbagai keunggulan yang dimiliki ritel modern membuat masyarakat
cenderung memilih berbelanja di sana.
Menurut Purnomo et al. (2013), keunggulan yang dimiliki ritel modern
sehingga dapat menarik minat masyarakat berbelanja di ritel modern tersebut
antara lain:
a) Ritel modern dikelola oleh manajemen yang modern dan profesional.
b) Ritel modern menawarkan wisata belanja yang nyaman, aman, dan bersih.
c) Harga barang di ritel modern sudah pasti sehingga pembeli tidak perlu lagi
tawar menawar. Harga yang pasti juga berguna untuk membandingkan
harga di tempat lain.
d) Ritel modern didukung fasilitas yang memadai seperti pendingin ruangan,
tangga berjalan, ruang parkir yang luas, kamar mandi yang bersih,
pelayanan yang baik, dan lain-lain.
e) Ritel modern umunya memiliki modal besar, sehingga mampu memberi
diskon dan hadiah kepada konsumen.
f) Sebagian masyarakat merasa bergengsi dan lebih mengikuti zaman, bila
berbelanja di ritel modern.
Beberapa penelitian terdahulu memperoleh hasil bahwa ritel modern
berdampak negatif terhadap pedagang pasar tradisional. Penelitian yang dilakukan
Agustina (2009) menunjukkan bahwa pertumbuhan pasar modern di Kota Bogor
berdampak negatif terhadap pertumbuhan pasar tradisional pada tahun 2003-2008.
Kemudian, Kusyuniarti (2012) menunjukkan bahwa minimarket menjadi salah
satu penyebab penurunan omzet pedagang eceran tradisional. Namun, berdasarkan
penelitian Suryadharma et al (2007) diperoleh bahwa kelesuan yang terjadi di
pasar tradisional kebanyakan bersumber dari masalah internal pasar tradisional
yang memberikan keuntungan pada supermarket. Maka dari itu, perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan akan
keberadaan ritel modern yang semakin menjamur di Kota Surakarta terhadap
pasar tradisional di sekitarnya.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan masalah dalam
penelitian ini:
1. Bagaimana persaingan dan kinerja pedagang di pasar tradisional Kota
Surakarta?
2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi omzet pedagang di pasar
tradisional Kota Surakarta?
3. Bagaimana pengaruh jarak ritel modern dan pasar tradisional di Kota
Surakarta terhadap omzet?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Menganalisis persaingan dan kinerja pedagang di pasar tradisional Kota
Surakarta.

4
2. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang memengaruhi omzet pedagang di
pasar tradisional Kota Surakarta.
3. Menganalisis pengaruh jarak ritel modern dan pasar tradisional di Kota
Surakarta terhadap omzet.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis, penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberi wawasan baru
mengenai dampak keberadaan ritel modern terhadap pedagang pasar
tradisional Kota Surakarta.
2. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberi informasi
mengenai dampak keberadaan ritel modern terhadap pedagang pasar
tradisional Kota Surakarta dan sebagai bahan masukan untuk membuat
kebijakan yang sesuai.
3. Bagi kalangan mahasiswa, bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan
dan dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan rujukan bagi penelitian
selanjutnya.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini meliputi pasar tradisional di Kota Surakarta Provinsi Jawa
Tengah. Pasar tradisional yang dijadikan sampel adalah yang berjarak kurang dari
lima kilometer dengan ritel modern dan yang berjarak lebih dari lima kilometer
dengan ritel modern. Pasar tradisional di Kota Surakarta yang terpilih adalah
Pasar Harjodaksino, Pasar Nusukan, dan Pasar Jongke. Penelitian ini membahas
persaingan dan kinerja pedagang di pasar tradisional Kota Surakarta, faktor-faktor
yang memengaruhi omzet pedagang di pasar tradisional Kota Surakarta dan
pengaruh jarak ritel modern dan pasar tradisional di Kota Surakarta terhadap
omzet. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Pasar
Menurut Basri et al. (2012), pasar didefinisikan sebagai tempat bertemunya
penjual berbagai kebutuhan masyarakat dan pembeli yang ingin memenuhi
kebutuhannya. Pasar dibagi menjadi 2 jenis, yaitu pasar tradisional dan ritel
modern.

5
Pasar Tradisional
Menurut Peraturan Presiden Nomor 112 (2007), pasar tradisional adalah
pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah,
swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) termasuk kerja sama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko,
kios, los, dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, pedagang
menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal
kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.
Sistem pasar tradisional terbangun atas beberapa subsistem yang saling
berinteraksi dan memengaruhi, antara lain:
1. Pengelola pasar
Pengelola pasar merupakan perusahaan daerah/swasta yang membangun
infrastruktur pasar, menyediakan fasilitas, mengatur dan mengelola segala
kegiatan ekonomi dalam pasar tradisional.
2. Pedagang
Pedagang pada pasar tradisional umumnya meneruskan usaha orang tua di
tempat (pasar) yang sama dengan barang dagangan yang sama pula. Hanya
beberapa yang membuka usaha sendiri tanpa faktor turunan.
3. Pemasok
Sebagian pemasok yang ada di pasar tradisional adalah agen yang mengambil
barang dari produsen.
4. Pembeli
Pembeli di pasar tradisional mayoritas adalah masyarakat yang tinggal di
sekitar pasar pada level kelurahan dan kecamatan.
Ritel Modern
Ritel modern adalah pasar yang umumnya berlokasi di kawasan perkotaan
dan dikelola dengan manajemen modern dan profesional, yang berfungsi sebagai
penyedia barang/jasa dengan mutu dan pelayanan yang prima kepada konsumen
yang umumnya tergolong kelas menengah ke atas.
Ritel modern terdiri atas toko modern dan pusat perbelanjaan. Toko modern
adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, sistem harga pasti, menjual
berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket, supermarket,
department store, hypermarket, speciality store, dan grosir yang berbentuk
perkulakan. Sedangkan, pusat perbelanjaan adalah suatu area tertentu yang terdiri
atas satu atau beberapa bangunan yang didirikan secara vertikal maupun
horizontal, yang dijual atau disewakan kepada pelaku usaha atau dikelola sendiri
untuk melakukan kegiatan perdagangan barang (Peraturan Presiden Nomor 112
2007).
Penelitian ini memilih ritel modern yang terdiri atas supermarket,
hypermarket, dan department store. Menurut Purnomo et al. (2013) definisi
supermarket, hypermarket, dan department store sebagai berikut:
1. Supermarket adalah toko modern yang menjual segala macam kebutuhan
sehari-hari seperti makanan, minuman, pasta gigi, sabun mandi dan lain-lain.
Supermarket memiliki luas lantai penjualan 400 m2 hingga 5 000 m2.

6
2. Hypermarket adalah jenis toko modern yang memiliki luas lantai penjualan
lebih dari 5 000 m2 sehingga lebih luas dibandingkan supermarket. Jumlah
jenis barang yang dijual di hypermarket sangat besar (lebih dari 50 000 item)
dan meliputi banyak jenis produk.
3. Department store adalah toko eceran modern yang berskala besar yang
pengelolaannya dipisah dan dibagi menjadi bagian-bagian yang menjual
pakaian wanita, pakaian pria, pakaian anak-anak dan lain-lain. Department
store mempunyai luas lantai penjualan di atas 400 m2.
Perbandingan pasar tradisional dan ritel modern disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Perbandingan Pasar Tradisional dan Ritel modern di Indonesia
Jenis Pasar
Ciri Utama
Bentuk Pasar
Pasar
 Manajemen belum profesional
Tradisional
 Skala kecil
 Modal kecil
Pasar
tradisional
 Harga tawar-menawar
skala kecil, pasar
 Transaksi tunai
tradisional
skala
 Jarang ada program promosi
sedang, pasar desa
 Dikelola pemerintah
dan pasar antar desa.
 Tersebar di kota dan di desa
 Kondisi bangunan kurang terawat
 Konsumen menengah bawah
Ritel modern
 Manajemen modern
 Teknologi modern
Toko
modern
 Modalnya kuat
(hypermarket,
 Harga pasti
supermarket,
 Fasilitas canggih
minimarket,
department store dan
 Pembayaran dapat menggunakan
perkulakan/grosir)
kartu kredit atau debit
dan
pusat
 Banyak promosi
perbelanjaan (mall,
 Umunya dikelola swasta
plaza, square dan
 Di daerah perkotaan
trade centre)
 Bangunan terawat
 Konsumen menengah atas
Sumber: Purnomo et al. (2013)

Teori Lokasi
Menurut Alfred Weber pemilihan lokasi industri berdasarkan atas prinsip
minimisasi biaya, setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan
tenaga kerja dimana penjumlahan keduanya harus minimum (Priyarsono et al.
2007). Weber memiliki beberapa asumsi antara lain:
1. Unit telaahan adalah suatu wilayah yang terisolasi, iklim homogen, konsumen
terkonsentrasi pada beberapa pusat, dan kondisi pasar adalah persaingan
sempurna.

7
2. Beberapa sumberdaya alam seperti air, pasir, dan batu bata tersedia di manamana dalam jumlah yang memadai.
3. Material lainnya seperti bahan bakar mineral dan tambang tersedia secara
sporadis dan hanya terjangkau pada beberapa tempat terbatas.
4. Tenaga kerja tidak menyebar secara merata tetapi berkelompok pada beberapa
lokasi dengan mobilitas terbatas.
Berdasarkan asumsi tersebut terdapat tiga faktor yang memengaruhi lokasi
yaitu biaya transportasi, upah tenaga kerja, dan kekuatan aglomerasi atau
deaglomerasi. Biaya transportasi dan upah tenaga kerja merupakan faktor umum
yang secara fundamental menentukan pola lokasi. Kekuatan aglomerasi atau
deaglomerasi merupakan kekuatan lanjutan yang berpengaruh menciptakan
konsentrasi atau pemencaran berbagi kegiatan dalam ruang (Priyarsono et al.
2007).
Berbeda dengan Alfred Weber, August Losch menyatakan lokasi penjual
sangat berpengaruh pada jumlah konsumen. Semakin jauh dari tempat penjual,
konsumen semakin enggan membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi
tempat penjual semakin mahal. Produsen harus memilih lokasi yang menghasilkan
penjualan terbesar yang identik dengan penerimaan besar (Priyarsono et al. 2007).
Berdasarkan teori lokasi yang telah dipaparkan, terdapat kesamaan teori
pemilihan lokasi untuk menentukan lokasi baik pasar tradisional maupun ritel
modern. Lokasi yang berdekatan akan menimbulkan persaingan karena mereka
berebut konsumen untuk mendapatkan omzet yang lebih besar.
Omzet
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kata omzet adalah jumlah uang
hasil penjualan barang (dagangan) tertentu selama suatu masa jual. Menurut
Wijayanti (2011), omzet adalah keseluruhan jumlah penjualan barang/jasa dalam
kurun waktu tertentu, yang dihitung berdasarkan jumlah uang yang diperoleh.
Seorang pengelola usaha dituntut untuk selalu meningkatkan omzet penjualan dari
hari ke hari, dari minggu ke minggu, dari bulan ke bulan dan dari tahun ke tahun.
Penelitian ini melihat omzet pedagang tradisional perhari. Omzet tersebut
adalah omzet sebelum adanya kehadiran ritel modern terpilih yaitu tahun 2008
dan setelah kehadiran ritel modern tersebut yaitu tahun 2013.
Penelitian Terdahulu
Suryadarma et al. (2007) menganalisis dampak supermarket terhadap pasar
dan pedagang ritel tradisional di daerah perkotaan di Indonesia. Studi ini
mengukur dampak supermarket pada pasar tradisional di daerah perkotaan di
Indonesia secara kuantitatif dengan menggunakan metode difference in-difference
(DiD) dan metode ekonometrik, serta secara kualitatif dengan menggunakan
metode wawancara mendalam. Hasil melalui metode kuantitatif secara statistik
tidak menemukan dampak signifikan pada pendapatan dan keuntungan, tetapi
terdapat dampak siginifikan supermarket pada jumlah pegawai pasar tradisional.
Berdasarkan penelitian, menunjukkan bahwa kelemahan yang terjadi di pasar

8
tradisional kebanyakan bersumber dari masalah internal pasar tradisional yang
memberikan keuntungan pada supermarket. Karena itu, untuk menjamin
keberlangsungan pasar tradisional diperlukan perbaikan sistem pengelolaan pasar
tradisional yang memungkinannya dapat bersaing dan tetap bertahan bersama
kehadiran supermarket.
Penelitian yang telah dilakukan Agustina (2009) menganalisis tentang
pertumbuhan ritel modern di Kota Bogor pada tahun 1998-2003 yang lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan ritel modern di Kabupaten Bogor. Sedangkan pada
tahun 2003-2008, pertumbuhan ritel modern di Kota Bogor lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan ritel modern di Kabupaten Bogor. Jumlah pasar
tradisional di Kota Bogor pada periode tahun 1998-2003 mengalami pertumbuhan
positif sedangkan di Kabupaten Bogor mengalami pertumbuhan yang stagnan atau
tidak terjadi pertumbuhan pasar tradisional. Namun pada periode tahun 2003-2008
pertumbuhan pasar tradisional di Kota Bogor mengalami pertumbuhan yang
negatif. Faktor yang berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ritel modern di Kota dan Kabupaten Bogor adalah populasi
penduduk, jumlah rumah tangga dan tingkat pendapatan per kapita.
Kusyuniarti (2012) melakukan penelitian mengenai dampak pendirian
minimarket terhadap perubahan omzet pedagang eceran tradisional dan tingkat
pengeluaran masyarakat (kasus: kecamatan dramaga kabupaten bogor). Penelitian
ini menunjukan bahwa pendirian kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) di
Kecamatan Dramaga menjadi peluang bagi para pengusaha untuk menawarkan
barang dan jasanya untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa-mahasiswa tersebut
dalam bentuk usaha ritel modern, yaitu minimarket. Lokasi minimarket dengan
jarak yang sangat berdekatan di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor tentu akan
memunculkan persaingan di wilayah tersebut.
Penelitian ini menggunakan uji-t berpasangan, metode regresi linear
berganda dan metode regresi logit yang didukung dengan uji crosstab.
Berdasarkan hasil penelitian, tingkat pengeluaran masyarakat antara sebelum
pendirian minimarket berbeda nyata dengan sesudahnya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan omzet pedagang eceran akibat berdirinya minimarket
adalah jarak antara lokasi usaha pedagang eceran tradisional dengan minimarket
dan tingkat pendidikan. Selain itu, faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
tingkat pengeluaran masyarakat akibat pendirian minimarket adalah usia dan jarak
antara tempat tinggal responden dengan minimarket.
Widiandra dan Sasana (2013) menganalisis dampak keberadaan pasar
modern terhadap keuntungan usaha pedagang pasar tradisional di Kecamatan
Banyumanik Kota Semarang. Penelitian ini menggunakan metode regresi linier
berganda yang digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas, yaitu
kenyamanan, jarak, diversifikasi produk, dan harga terhadap variabel terikat yaitu
keuntungan usaha. Hasil penelitian diperoleh rendahnya tingkat kenyamanan
pasar tidak memengaruhi keuntungan usaha pedagang pasar tradisional, jarak
pasar yang lebih strategis menyebabkan keuntungan usaha akan meningkat dan
diversifikasi produk yang lebih beragam mengakibatkan keuntungan usaha akan
meningkat. Namun, apabila harga pasar relatif lebih terjangkau maka tidak
memengaruhi keuntungan usaha.

9
Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah
1. Persaingan pedagang pasar tradisional di Kota Surakarta diduga akan
meningkat setelah kehadiran ritel modern, sedangkan kinerja pedagang pasar
tradisonal di Kota Surakarta diduga akan menurun setelah kehadiran ritel
modern.
2. Ukuran kios diduga berpengaruh terhadap omzet pedagang secara signifikan
setelah kehadiran ritel modern.
3. Umur diduga berpengaruh terhadap omzet pedagang secara signifikan setelah
kehadiran ritel modern.
4. Lama berdagang diduga berpengaruh terhadap omzet pedagang secara
signifikan setelah kehadiran ritel modern.
5. Pendidikan diduga berpengaruh terhadap omzet pedagang secara signifikan
setelah kehadiran ritel modern.
6. Dummy jarak diduga berpengaruh terhadap omzet pedagang secara signifikan
setelah kehadiran ritel modern.
7. Dummy diversifikasi produk diduga berpengaruh terhadap omzet pedagang
secara signifikan setelah kehadiran ritel modern.
8. Dummy komoditi utama produk segar diduga berpengaruh terhadap omzet
pedagang secara signifikan setelah kehadiran ritel modern.
9. Dummy komoditi utama produk olahan diduga berpengaruh terhadap omzet
pedagang secara signifikan setelah kehadiran ritel modern.
10. Dummy letak kios diduga berpengaruh terhadap omzet pedagang secara
signifikan setelah kehadiran ritel modern.
11. Jarak ritel modern dan pasar tradisional diduga berpengaruh terhadap omzet
pedagang pasar tradisional.
Kerangka Pemikiran
Liberalisasi perdagangan memberi dampak ritel modern menjadi kian
meningkat. Tahun 2007–2012, jumlah gerai ritel modern di Indonesia mengalami
pertumbuhan rata-rata 17.57% per tahun. Pada tahun 2007, jumlah usaha ritel di
Indonesia masih sebanyak 10 365 gerai, kemudian pada tahun 2011 mencapai 18
152 gerai tersebar di hampir seluruh kota di Indonesia (marketing.co.id 2013).
Ditambah dengan pola belanja masyarakat yang berubah ke modern menjadi lebih
memilih berbelanja di ritel modern.
Kehadiran ritel modern lama kelamaan menggeser pasar tradisional sebagai
tujuan utama berbelanja bagi masyarakat, khususnya di kota-kota besar seperti
Kota Surakarta. Menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta,
pada tahun 2013 jumlah ritel modern Kota Surakarta mencapai 52 gerai. Pasar
tradisional hanya mencapai 43 unit (Dinas Pengelolaan Pasar 2014). Hal ini
dikhawatirkan akan menjadi ancaman bagi para pedagang pasar tradisional.
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dampak
kehadiran ritel modern terhadap omzet pedagang pasar tradisional di Kota
Surakarta Provinsi Jawa Tengah. Adapun analisis yang dilakukan melalui
persaingan dan kinerja pedagang pasar tradisional Kota Surakarta, faktor-faktor

10
yang memengaruhi omzet pedagang pasar tradisonal di kota Surakarta, serta
pengaruh jarak ritel modern dan pasar tradisional di Kota Surakarta terhadap
omzet. Selanjutnya penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk menetapkan strategi
dan kebijakan yang dapat dilakukan Pemerintah Kota Surakarta. Kerangka
pemikiran digambarkan sebagai berikut:
Liberalisasi Perdagangan

Peningkatan Ritel Modern di Indonesia

Dampak Kehadiran Ritel Modern terhadap Omzet Pedagang Pasar
Tradisional di Kota Surakarta

Persaingan dan
kinerja pedagang
di pasar
tradisional Kota
Surakarta

Faktor-faktor yang
memengaruhi omzet
pedagang di pasar
tradisional Kota
Surakarta

Pengaruh jarak
ritel modern dan
pasar tradisional
di Kota Surakarta
terhadap omzet

Rekomendasi strategi dan
kebijakan yang dapat dilakukan
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah.
Pemilihan dengan pertimbangan wilayah tersebut merupakan wilayah cukup
potensial untuk mendirikan ritel modern, sehingga perlu diteliti dampak yang akan
ditimbulkan kedepannya. Keberadaan ritel modern ini akan mengancam para
pedagang tradisional. Penelitian ini dilaksanakan pada tiga pasar tradisional, yaitu
Pasar Hardjodaksino, Pasar Nusukan, dan Pasar Jongke. Penelitian ini dilakukan
mulai dari bulan Maret 2014 hingga Juni 2014. Selama periode tersebut peneliti

11
melakukan pengumpulan data dan analisis dalam rangka menjawab tujuan
penelitian.
Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder dan data primer. Data sekunder
diperoleh dari Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta, Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah dan Badan Pusat Statistik
serta beberapa literatur yang tekait sebagai penunjang penelitian ini seperti jurnal,
skripsi, internet dan buku-buku.
Data primer dalam penelitian ini berasal dari wawancara mendalam berupa
kuisioner terhadap pedagang pasar tradisional yang menjadi responden sehingga
dapat mengetahui pengaruh keberadaan ritel modern terhadap pedagang pasar
tradisional. Data yang ditanyakan kepada pedagang berdasarkan tahun 2008 dan
tahun 2013. Jenis data pada penelitian ini adalah cross section.
Metode Penentuan Sampel
Metode penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive
sampling. Purposive sampling merupakan prosedur memilih contoh berdasarkan
pertimbangan tentang beberapa karakteristik yang cocok berkaitan dengan
anggota contoh yang diperlukan untuk menjawab tujuan penelitian (Juanda 2009).
Karakteristik dalam penelitian ini ditentukan dari beberapa kriteria. Kriteria
sampel pasar tradisional yang dipilih adalah pasar tradisional yang menjual
produk yang sama pada ritel modern yaitu produk segar, produk olahan, dan
sandang. Kriteria selanjutnya adalah pasar tradisional yang berjarak kurang dari
lima kilometer dari ritel modern terdekat dan pasar tradisional yang berjarak lebih
dari lima kilometer dengan ritel modern. Ritel modern pada penelitian ini yang
mulai beroperasi antara tahun 2008 hingga 2013. Ritel modern dalam penelitian
ini hanya meliputi supermarket, hypermarket, dan department store.
Setelah memiliki kriteria tersebut, penentuan sampel dilakukan berdasarkan
tahapan berikut:
1. Melakukan pencarian data sekunder pada Dinas Pengelolaan Pasar Kota
Surakarta dan Dinas Perindustrian Perdagangan Kota Surakarta mengenai
pasar tradisional dan ritel modern. Hasil pencarian diperoleh bahwa jumlah
pasar tradisional 43 unit dan ritel modern 52 unit.
2. Mengidentifikasi pasar tradisional berdasarkan kriteria yang telah
disebutkan sebelumnya. Setelah mengidentifikasi berdasarkan jenis barang
yang diperdagangkan, jumlah pasar tradisional mengerucut menjadi 29 unit.
3. Mengukur jarak antara pasar tradisional dengan ritel modern yang berdiri
minimal tahun 2008 untuk menentukan pasar perlakuan dan pasar kontrol.
Pasar tradisional yang dipilih menjadi pasar perlakuan yaitu pasar
tradisional yang berjarak kurang dari lima kilometer dengan ritel modern,
sedangkan pasar kontrol yang dipilih merupakan pasar tradisional yang
berjarak lebih dari lima kilometer dengan ritel modern. Maka, terpilih tiga

12
pasar tradisional yang diteliti yaitu Pasar Nusukan dan Pasar Hardjodaksino
sebagai pasar perlakuan serta Pasar Jongke sebagai pasar kontrol.
4. Tahap selanjutnya adalah menentukan responden dengan memilih pedagang
yang telah berdagang minimal lima tahun sebanyak 30 pedagang pada tiaptiap pasar yang terdiri atas 10 pedagang produk segar, 10 pedagang produk
olahan dan 10 pedagang sandang. Total keseluruhan responden adalah 90
pedagang.
Tabel 3 Jarak Pasar Tradisional dengan Ritel Modern Terpilih
Tahun
Nama Pasar
Ritel Modern
Beroperasi
Nusukan
Solo Paragon
2012
Lotte Mart
2011
Luwes Nusukan
2008
Harjodaksino
Carrefour Solo Baru
2008
Lotte Mart
2011
Hartono Mall
2012
Jongke
Hartono Mall
2012
Palur Plaza
2010

Jarak
3.6 km
4.1 km
200 m
4.3 km
1.8 km
3.4 km
7.3 km
11 km

Metode Analisis
Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah analisis deskriptif dan
statistik inferensia. Analisis deskriptif diuji dengan menggunakan independent
sample t-test, paired sample t-test, dan chi-square test. Adapun statistik inferensia
dilakukan dengan menggunakan ordinal logistic regression. Sebelum melakukan
pemodelan, dilakukan uji korelasi terhadap variabel independent. Metode ini
dilakukan dengan bantuan program software Microsoft Excel 2010 dan SPSS
version 16.0.
Uji-t (T-Test)
Uji-t yang digunakan pada penelitian ini adalah independent sample t-test
dan paired sample t-test. Independent sample t-test merupakan uji-t untuk dua
sampel independent atau bebas. Pada prinsipnya akan membandingkan rata-rata
dari dua grup yang tidak berhubungan satu dengan yang lain, dengan tujuan
apakah kedua grup tersebut memiliki rata-rata yang sama atau tidak (Sujarweni
2014). Independent sample t-test digunakan untuk meneliti karakteristik
responden dan segmentasi pembeli antara pasar perlakuan dan pasar kontrol
dalam penelitian ini.
Paired sample t-test merupakan uji-t untuk dua sample yang berpasangan.
Penggunaan uji ini untuk menentukan ada tidaknya perbedaan rata-rata dua
sampel bebas. Dua sampel yang dimaksud adalah sampel yang sama namun
mempunyai dua data (Sujarweni 2014). Uji ini digunakan untuk meneliti omzet
dan keuntungan responden pada tahun 2008 dan 2013.
Hipotesis untuk uji-t ini sebagai berikut:
H0: Rata-rata variabel antara dua kelompok adalah sama

13
H1: Rata-rata variabel antara dua kelompok adalah berbeda
Jika t-statistic < α , maka tolak H0 yang artinya rata-rata variabel antara dua
kelompok adalah berbeda. Jika t-statistic > α, maka terima H0 yang artinya ratarata variabel antara dua kelompok adalah sama (Sujarweni 2014).
Chi-square Test
Menurut Sujarweni (2014), analisis chi-square sebenarnya merupakan
statistik non parametrik karena data untuk pengujiannya adalah data kategori. Chisquare test dilakukan untuk mencari ada hubungan atau tidak, namun tidak dapat
untuk melihat seberapa besar hubungannya.
Adapun rumus hipotesisnya sebagai berikut:
H0: Tidak terdapat hubungan antara kedua variabel
H1: terdapat hubungan antara kedua variabel
Jika P-value < α atau Chi-square hitung > Chi-square tabel, maka tolak H0.
Sedangkan, P-value > α maka sebaliknya menjadi terima H0. Dalam penelitian ini,
Chi-square test digunakan untuk melihat hubungan karakteristik pedagang,
strategi pedagang, metode pembayaran, dan pemasok barang dagangan pedagang.
Uji Korelasi
Korelasi merupakan salah satu statistik inferensia yang akan menguji
apakah dua variabel atau lebih yang ada mempunyai hubungan atau tidak. Uji
korelasi bertujuan untuk menguji hubungan antara dua variabel, jika ada
hubungannya maka akan dicari seberapa kuat hubungan tersebut. Keeretan
hubungan ini dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi (Sujarweni 2014).
Terdapat tiga penggolongan berdasarkan jenis data dalam uji korelasi yaitu:
1. Jika data semua variabel merupakan data nominal maka digunakan uji
koefisien Cramer.
2. Jika data semua variabel merupakan merupakan data ordinal atau dapat juga
satu variabel merupakan data ordinal dan lainnya data rasio maka digunakan
uji Kendall, dapat juga uji Spearman.
3. Jika data semua variabel merupakan data rasio maka digunakan uji Kendall
atau uji Spearman.
Adapun hipotesis untuk uji korelasi adalah
H0: Tidak terdapat hubungan antara kedua variabel
H1: Terdapat hubungan antara kedua variabel
Jika nilai probability < α, maka tolak H0 yang artinya terdapat hubungan
antara kedua variabel. Sebaliknya jika nilai probability > α maka terima H0 yang
artinya tidak terdapat hubungan antara dua variabel.
Metode Ordinal Logistic Regression
Apabila peubah respon dalam analisis regresi berupa peubah kategorik,
maka analisis regresi yang dapat digunakan antara lain analisis regresi logistik
(Firdaus et al. 2011). Berdasarkan tipe peubah kategorik peubah responnya,
analisis regresi logistik dibagi menjadi tiga:
1. Biner : regresi logistik biner
2. Nominal : regresi logistik nominal
3. Ordinal : regresi logistik ordinal

14
Metode ordinal logistik regression memungkinkan untuk membuat model,
membuat prediksi, dan mengevaluasi tingkat kepentingan berbagai variabel
prediksi pada kasus-kasus dimana variabel tergantungnya berskala ordinal
(Sarwono 2013). Penelitian ini memiliki peubah respon berupa tiga kategorik
bersifat urutan sehingga penelitian ini menggunakan metode ordinal logistik
regression.
Dalam penelitian ini, metode ini digunakan untuk menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi omzet pedagang. Persamaan untuk penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Yi = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5 D1 + β6D2 + β7D3 + β8D4 + β9D5 + ei
Dimana:
Yi
= Omzet pedagang (nilai “1” jika kurang dari Rp 1 000 000; nilai “2” jika
Rp 1 001 000 sampai Rp 5 000 000 dan nilai “3” jika lebih dari Rp 5
000 000) perhari
β0
= Intersep
β1
= Koefisien regresi
X1
= Ukuran kios (m2)
X2
= Umur (tahun)
X3
= Lama berdagang (tahun)
X4
= Pendidikan (nilai “1” jika tidak sekolah/lulus SD, nilai “2” jika lulus
SD, nilai “3” jika lulus SMP, nilai “4” jika lulus SMA, nilai “5” jika
lulus universitas)
D1
= Jarak (nilai “0” jika berjarak lebih dari lima kilometer dengan ritel
modern, nilai “1” jika berjarak kurang dari lima kilometer dengan ritel
modern)
D2
= Diversifikasi produk (nilai “0” jika satu jenis produk, nilai “1” jika
lebih dari satu jenis produk)
D3
= Komoditi utama (nilai “0” jika menjual produk lainnya, nilai “1” jika
menjual produk segar)
D4
= Komoditi utama (nilai “0” jika menjual produk lainnya, nilai “1” jika
menjual produk olahan)
D5
= Letak kios (nilai “0” jika letak kios berada di bagian belakang pasar,
nilai “1” jika letak kios berada di bagian depan pasar)
ei
= error

GAMBARAN UMUM
Kondisi Pasar Tradisional Kota Surakarta
Menurut Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta, hingga tahun 2014
jumlah pasar tradisional Kota Surakarta sebanyak 43 pasar. Dimana terdiri atas 14
pasar khusus dan 29 pasar tradisional biasa. Pasar khusus yang dimaksud adalah

15
pasar tradisional yang menjual satu jenis produk dalam satu pasar, seperti tekstil,
barang antik, ayam, bunga, perkakas rumah tangga, dan besi tua.
Pasar tradisional di Kota Surakarta banyak yang telah mengalami
revitalisasi. Menurut Dinas Pengelolaan Pasar, hingga tahun 2013 jumlah pasar
tradisional yang telah mengalami revitalisasi sebanyak 19 unit. Bahkan untuk
kedepannya akan semakin bertambah pasar yang akan di revitalisasi. Hal ini
merupakan salah satu bentuk upaya pemeritah Kota Surakarta dalam melestarikan
pasar tradisional.
Pasar tradisional di Kota Surakarta umumnya sudah berusia tua. Beberapa
diantaranya telah berdiri sebelum kemerdekaan Indonesia. Tabel 4 menunjukkan
daftar pasar tradisional di Kota Surakarta dengan alamat dan tahun beroperasi
masing-masing pasar.
Tabel 4 Daftar Pasar Tradisional di Kota Surakarta
No.

Nama Pasar

1.
2.
3.
4.
5.

11.
12.
13.
14.
15.
16.

Legi
Klewer
Singosaren
Gede
Nusukan
Turisari
(nongko)
Harjodaksino
Jongke
Notoharjo
Taman Pasar
Burung Depok
Gading
Rejosari
Pucangsawit
Purwosari
Panggungrejo
Ngarsopuro

17.

Sidodadi

18.
19.
20.

Cinderamata
Ayu Balapan
Mojosongo

21.

Ledoksari

22.
23.
24.
25.
26.

Kadipolo
Tanggul
Kabangan
Penumping
Ayam

27.

Kliwon

28.

Jebres

29.

Kembang

6.
7.
8.
9.
10.

Alamat
Jl. Jend. S. Parman, Stabelan, Banjarsari
Jl Dr. Radjiman, Pasar Kliwon
Jl. Gatot Subroto, Kemlayan, Serengan
Jl. Jend. Urip Sumoharjo Sudiroprajan, Jebres
Jl. Kapten P. Tendean, Nusukan, Banjarsari

Tahun
Beroperasi
1936
1970
1989
1930
1958

Jl. RM. Said Mangkubumen, Banjarsari

1986

Jl. Kom. Yos Sudarso, Danukusuman, Serengan
Jl. Dr. Rajiman, Pajang Laweyan
Jl. Serang, Semanggi, Pasar Kliwon
Jl.
Balekembang
Lor/Depok,
Manahan,
Banjarsari
Jl. Veteran, Pasar Kliwon
Jl. Sindutan Purwodiningratan, Jebres
Jl. Ir. Juanda, Pucangsawit, Jebres
Jl. Brigjen Slamet Riyadi, Sondakan, Laweyan
Jl. Surya Utama, Jebres
Jl. Ronggowarsito, Timuran
Jl. Brigjen Slamet Riyadi, Karangasem,
Laweyan
Barat Alun-alun Utara
Jl. Monginsidi, Kestalan, Banjarsari
Jl. Brigjen Katamso, Mojosongo, Jebres
Jl. Jend. Urip Sumoharjo, Purwodiningratan,
Jebres
Jl. Dr. Radjiman, Penularan, Laweyan
Jl. RE. Martadinata, Sewu, Jebres
Jl. Dr. Radjiman, Sondakan, Laweyan
Jl. Sutowijoyo, Penumping, Laweyan
Jl Serang, Semanggi, Pasar Kliwon
Jl. Kapten Mulyadi, Kedunglumbu, Pasar
Kliwon
Jl. Prof. W. Z. Yohanes, Purwodiningratan,
Jebres
Jl. Dr. Rajiman, Sriwedari, Laweyan

1987
1992
2006
1984
1981
1989
1993
1978
2009
1967
1941
2004
1986
1976
1986
1980
1983
1974
1979
1980
1957
1967

16
No.

Nama Pasar

30.
31.
32.
33.
34.
35.

Mebel
Triwindu
Ngemplak
Bangunharjo
Sidomulyo
Elpabes

36.

Sangkrah

37.
38.

Tunggulsari
Jurug
Mojosongo
Perumnas
Ngumbul
Bambu
Besi
Joglo

39.
40.
41.
42.
43.

Alamat
Jl. A. Yani, Gilingan, Banjarasari
Jl. Diponegoro, Keprabon, Banjarsari
Jl. A. Yani, Gilingan, Banjarasari
Jl. KS. Tubun, Manahan, Banjarsari
Jl. S. Parman, Gilingan, Banjarsari
Jl. R. Saleh, Banjarsari
Barat Stasiun KA. Sangkrah, Sangkrah, Pasar
Kliwon
Jl. Untung Suropati, Semanggi, Pasar Kliwon
Jl. KH. Maskur, Jebres

Tahun
Beroperasi
2003
1949
1985
1966
1951
2000
1949
1989
1982

Komplek Jl. Sibela, Mojosongo, Jebres

2002

Jl. RM. Said, Manahan, Banjarsari
Jl. Tentara Genie Pelajar, Nusukan, Banjarsari
Jl. Serang, Semanggi, Pasar Kliwon
Jl. Kol. Sugiyono, Kadipiro, Banjarsari

1993
2005
1996
1956

Sumber: Dinas Pengelolaan Pasar (2014)

Pasar Harjodaksino
Pasar Harjodaksino menjadi pasar perlakuan dalam penelitian ini. Pasar
Harjodaksino terletak di Jl. Kom. Yos Sudarso, Kelurahan Danusuman,
Kecamatan Serengan Kota Surakarta yang menempati lahan seluas 8 997 m2.
Pasar ini diresmikan pertama kali pada tanggal 15 Juni 1987. Pasar tersebut
sebelumnya adalah pindahan dari Pasar Gemblegan yang berada di bekas
Terminal Bus Gemblegan yang merupakan pelabuhan dari Pasar Dawung dan
Pasar Gading.
Pasar ini terdiri atas 71 kios, 857 los dan 161 plataran. Pada tahun 2006
Pasar Harjodaksino melakukan pembangunan kios baru bagian depan. Di samping
menyediakan kebutuhan sehari-hari, Pasar Harjodaksino juga menyediakan
berbagai barang kebutuhan upacara (ubo rampe) perkawinan atau temanten.
Pasar Nusukan
Pasar Nusukan juga merupakan pasar perlakuan dalam penelitian ini, sama
halnya dengan Pasar Harjodaksino. Pasar Nusukan yang terletak di Jl. Kapten
Piere Tendean, Kelurahan Nusukan, Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta ini
didirikan pada tahun 1958. Pasar Nusukan menempati lahan seluas 6 531 m2.
Pasar Nusukan memiliki 107 kios, 553 los dan 187 plataran.
Pada tahun 2004 Pasar Nusukan mengalami musibah kebakaran dan
dibangun kembali pada tahun 2006. Pada tahun ini juga Pemerintah Kota
Surakarta mengalokasikan dana yang diperuntukkan sebagai bantuan subsidi
kepada pedagang lama Pasar. Pasar Nusukan menyediakan berbagai macam
kebutuhan sehari-hari, baik kebutuhan pangan maupun sandang. Aktivitas pasar
dimulai dari din