Dampak Kehadiran Ritel Modern terhadap Profitabilitas Pedagang Pasar Tradisional di Provinsi DKI Jakarta

DAMPAK KEHADIRAN RITEL MODERN TERHADAP
PROFITABILITAS PEDAGANG PASAR TRADISIONAL
DI PROVINSI DKI JAKARTA

ELIS MAISARI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Kehadiran
Ritel Modern terhadap Profitabilitas Pedagang Pasar Tradisional di Provinsi DKI
Jakarta adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Elis Maisari
NIM H14100118

ABSTRAK
ELIS MAISARI. Dampak Kehadiran Ritel Modern terhadap Profitabilitas
Pedagang Pasar Tradisional di Provinsi DKI Jakarta. Dibimbing oleh SAHARA.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak ritel kehadiran
modern terhadap profitabilitas pedagang pasar tradisional di Provinsi DKI Jakarta.
Penelitian dilakukan pada tiga pasar tradisional di Provinsi DKI Jakarta, dimana
Pasar Jembatan Besi dan Pasar Menteng Pulo sebagai pasar perlakuan (pasar
tradisional yang dekat dengan ritel modern), Pasar Lenteng Agung sebagai pasar
kontrol (pasar tradisional yang jauh dengan ritel modern). Penelitian ini
menggunakan metode uji t (t-test), uji khi-kuadrat (chi-square test) dan ordinal
logistic regression. Keberadaan ritel modern memengaruhi perubahan keuntungan
pedagang pasar tradisional di Provinsi DKI Jakarta. Semakin dekat jarak pasar
tradisional terhadap ritel modern maka pedagang pasar tradisional semakin
berpeluang untuk menurunkan keuntungan.

Kata kunci: karakteristik, keuntungan, kinerja, ordinal logistic regression,
uji khi-kuadrat, uji t

ABSTRACT
ELIS MAISARI. The Impact of Modern Retail on The Profitability Level
of Traditional Market Traders in DKI Jakarta. Supervised by SAHARA.
The aims of this research are to analyze the impact of modern retail on the
profitability level of traditional market traders in DKI Jakarta. The research was
conducted on the three traditional markets in DKI Jakarta, which are Jembatan
Besi Market and Menteng Pulo Market as treatment markets (traditional market
which is close to the modern retail), Lenteng Agung Market as control market
(traditional markets which is far from modern retail). This research uses t-test,
chi-square test and ordinal logistic regression. The existence of modern retail
affect the profit of traditional market traders changes in DKI Jakarta. The closer
distance the traditional market to the modern retail, the more chance of traditional
market traders to decrease their profit.
Keywords: characteristics, performance, profit, ordinal logistic regression,
chi-square test, t-test

DAMPAK KEHADIRAN RITEL MODERN TERHADAP

PROFITABILITAS PEDAGANG PASAR TRADISIONAL
DI PROVINSI DKI JAKARTA

ELIS MAISARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi dan Manajemen

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Dampak Kehadiran Ritel Modern terhadap Profitabilitas Pedagang
Pasar Tradisional di Provinsi DKI Jakarta
Nama

: Elis Maisari
NIM
: H14100118

Disetujui oleh

Sahara, Ph.D.
Pembimbing

Diketahui oleh,
Ketua Departemen

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec.
NIP. 19641022 198903 1 003

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wa ta’ala
atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil

diselesaikan. Tidak lupa penulis juga memanjatkan shalawat serta salam ke
hadirat Nabi Besar Muhammad SAW. Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan
Februari 2014 ini, berjudul Dampak Kehadiran Ritel Modern terhadap
Profitabilitas Pedagang Pasar Tradisional di Provinsi DKI Jakarta. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini terdapat
banyak kekurangan mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang
penulis miliki. Namun pada akhirnya, penelitian ini berhasil penulis selesaikan
atas bantuan, doa, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah subhanahu wa ta’ala atas segala rahmat dan karunia-Nya.
2. Kedua orang tua penulis, Ismail Abdul Manaf dan Asmani, atas doa, kasih
sayang, dorongan moral dan materi bagi penulis untuk menyelesaikan
penelitian ini. Kakak, adik, serta seluruh keluarga besar yang memberikan
semangat dan dukungan tanpa henti.
3. Terima kasih penulis ucapkan kepada Sahara, Ph.D. selaku dosen pembimbing
yang dengan sabar telah membimbing dan memberikan saran serta kritik
selama proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
4. Dr. Ir. Wiwiek Rindayanti selaku Dosen Penguji dan Dr. Muhammad Findi,

M.E. selaku Komisi Pendidikan, yang telah memberikan saran, kritikan dan
ilmu yang bermanfaat dalam penyempurnaan skripsi ini.
5. Seluruh dosen khususnya dosen Ilmu Ekonomi IPB yang telah memberikan
ilmu serta pengalaman selama penulis menjadi mahasiswi.
6. PD Pasar Jaya, Biro Perekonomian Provinsi DKI Jakarta, serta pengelola
pasar dan pedagang Pasar Jembatan Besi, Pasar Menteng Pulo, dan Pasar
Lenteng Agung atas bantuan dan kerjasamanya dalam proses pencarian data.
7. Sahabat-sahabat penulis Selly Efriani, Fitria Permata Sari, Meliana, Fithri
Tyas, Ria Rosmayanti, Dwi Laksono Raharjo, Luqman Azis, Cynthia P.,
Ratna Wulandari, Rini Anggraeni, Sasha, Nindya, Penny, Anggo, Aki dan
Pangrio atas semua momen, semangat dan dukungannya selama ini.
8. Teman-teman satu bimbingan skripsi (Fitria, Selly, Sasha, Ratna, Triana, Fira,
Ezik) atas kerja sama, semangat, dan dukungan kepada penulis selama ini.
9. Seluruh Keluarga Ilmu Ekonomi angkatan 47 dan HIPOTESA khususnya
Divisi INTEL atas momen dan pelajaran hidup yang sangat berharga.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juni 2014
Elis Maisari


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

ix

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

4

Manfaat Penelitian

4

Ruang Lingkup Penelitian

4

TINJAUAN PUSTAKA

5


METODE PENELITIAN

12

Lokasi dan Waktu Penelitian

12

Jenis dan Sumber Data

12

Metode Penentuan Sampel

13

Metode Analisis

15


GAMBARAN UMUM

18

Pasar Tradisional di Provinsi DKI Jakarta

18

Ritel Modern di Provinsi DKI Jakarta

18

Deskripsi Pasar Tradisional Sampel

19

Komoditas Utama yang Dijual oleh Pedagang Pasar Tradisional di Provinsi
DKI Jakarta
HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Pedagang Pasar Tradisional di Provinsi DKI Jakarta

20
21
21

Persaingan dan Kinerja Pedagang Pasar Tradisional di Provinsi DKI Jakarta 23
Faktor-faktor yang Memengaruhi Perubahan Keuntungan Pedagang Pasar
Tradisional Provinsi DKI Jakarta
SIMPULAN DAN SARAN

28
29

Simpulan

29

Saran

30

DAFTAR PUSTAKA

31

LAMPIRAN

33

RIWAYAT HIDUP

78

DAFTAR TABEL
1 Jarak Ritel Modern ke Pasar Tradisional di Provinsi DKI Jakarta
Berdasarkan Rekomendasi PD Pasar Jaya
2 Jarak Ritel Modern ke Pasar Tradisional Terpilih di Provinsi DKI
Jakarta
3 Komoditas Utama yang Dijual dan Proporsi Pedagang Pasar
Tradisional di Provinsi DKI Jakarta
4 Karakteristik Pedagang Pada Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di
Provinsi DKI Jakarta dengan Menggunakan Uji t (t-test)
5 Karakteristik Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi
DKI Jakarta dengan Menggunakan Uji Khi-Kuadrat (Chi-square Test)
6 Karakteristik Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi
DKI Jakarta Dilihat dari Segmentase Pembeli Terbanyak dengan
Menggunakan Uji t (t-test)
7 Metode Pembayaran Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di
Provinsi DKI Jakarta dengan Menggunakan Uji Khi-Kuadrat (Chisquare Test)
8 Pemasok Utama Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di
Provinsi DKI Jakarta dengan Menggunakan Uji Khi-Kuadrat (Chisquare Test)
9 Sumber Modal Usaha Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di
Provinsi DKI Jakarta dengan Menggunakan Uji Khi-Kuadrat (Chisquare Test)
10 Pesaing Terberat Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di
Provinsi DKI Jakarta dengan Menggunakan Uji Khi-Kuadrat (Chisquare Test)
11 Penyebab Kelesuan Usaha Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol
di Pasar Tradisional Provinsi DKI Jakarta
12 Strategi Utama Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi
DKI Jakarta dengan Menggunakan Uji Khi-Kuadrat (Chi-square Test
13 Kinerja Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI
Jakarta dilihat dari Perubahan Omset dan Keuntungan Sebelum dan
Sesudah Keberadaan Ritel Modern Menggunakan Paired Samples t-test
14 Faktor-faktor yang Memengaruhi Perubahan Keuntungan Pedagang
Pasar Tradisional Provinsi DKI Jakarta

14
20
21
22
22

23

24

24

25

25
26
27

28
29

DAFTAR GAMBAR
1 Rekapitulasi Ritel Modern Di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014
2 Kerangka Pemikiran Operasional

3
12

DAFTAR LAMPIRAN
1 Peraturan Mengenai Usaha Ritel di Indonesia: Tingkat Nasional dan
Provinsi DKI Jakarta
2 Peta Lokasi Usaha Ritel di Provinsi DKI Jakarta
3 Tabel Rincian Rekapitulasi Ritel Modern Di Provinsi DKI Jakarta
Tahun 2014
4 Tabel Pasar Tradisional Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014
5 Tabel Ritel Modern Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014
6 Output Uji Khi-Kuadrat Komoditas Utama yang
Dijual Pedagang Pasar Tradisional di Provinsi DKI Jakarta Jakarta
7 Output Independent t-test Karakteristik Pedagang Pada Pasar Perlakuan
dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta
8 Output Uji Khi-Kuadrat Karakteristik Pedagang Pasar Perlakuan dan
Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta dilihat dari Jenis Kelamin
9 Output Uji Khi-Kuadrat Karakteristik Pedagang Pasar Perlakuan dan
Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta dilihat dari Status Tempat Usaha
10 Output Uji Khi-Kuadrat Karakteristik Pedagang Pasar Perlakuan dan
Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta dilihat dari Letak Kios
11 Output Independent t-test Karakteristik Pedagang Pasar Perlakuan
dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta Dilihat dari
Segmentase Pembeli Terbanyak
12 Output Uji Khi-Kuadrat Metode Pembayaran Pedagang Pasar
Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta
13 Output Uji Khi-Kuadrat Pemasok Utama Pedagang Pasar Perlakuan
dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta
14 Output Uji Khi-Kuadrat Sumber Modal Usaha Pedagang Pasar
Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta
15 Output Uji Khi-Kuadrat Pesaing Terberat Pedagang Pasar
Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta
16 Output Uji Khi-Kuadrat Penyebab Kelesuan Usaha Pedagang Pasar
Perlakuan dan Pasar Kontrol di Pasar Tradisional Provinsi DKI Jakarta
17 Output Uji Khi-Kuadrat Strategi Utama Pedagang Pasar Perlakuan
dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta
18 Output Paired Samples t-test Omzet Sebelum dan Sesudah
Keberadaan Ritel Modern Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar
Kontrol di Provinsi DKI Jakarta
19 Output Paired Samples t-test Keuntungan Sebelum dan Sesudah
Keberadaan Ritel Modern Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar
Kontrol di Provinsi DKI Jakarta
20 Output Uji Regresi Logistik Ordinal
21 Ouput Uji Kolerasi Antar Variabel Independen
22 Kuesioner Turun Lapang

33
34
35
36
44
47
49
50
51
52

53
55
56
57
58
59
60

61

62
63
64
78

1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan ritel modern di Indonesia dimulai dari berdirinya Sarinah Building
dibilangan Thamrin Jakarta pada tahun 1964. Kondisi ekonomi yang buruk, harga
yang tidak stabil, kemerosotan produksi serta situasi politik yang tidak stabil membuat
Sarinah gagal menjadi pelopor yang dicita-citakan. Tahun 1979 masyarakat mulai
diperkenalkan kembali pada pola dasar ritel modern dengan berdirinya pusat-pusat
perbelanjaan berbasis modern di Indonesia, khususnya Jakarta, seperti Aldiron Plaza
di kawasan Blok M. Bersamaan dengan itu bisnis eceran mulai menampakkan
pertumbuhan dengan hadirnya supermarket dan departement store (Foster 2008).
Indonesia mengalami krisis moneter tahun 1998 yang mengharuskan
diberlakukannya kebijakan liberalisasi. Kebijakan liberalisasi perdagangan di
Indonesia dimulai sejak pemerintah Indonesia membuka lebar masuknya ritel asing
pada tahun 1998 setelah menandatangani LOI (Letter of Intent) dengan IMF
(International Monetary Fund). Keputusan meliberalisasi masuknya investasi asing ke
Indonesia sebagai konsensus memberi bantuan dana utang untuk mengatasi krisis
yang terjadi, pemerintah memberikan peluang besar kepada investasi asing untuk
masuk di Indonesia (Harvey 2009).
Liberalisasi semakin mendapat tempat dengan diterbitkannya Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang semakin memberikan peluang kepada
investor asing untuk membuka usaha ritel diseluruh Indonesia (Harvey 2009). Sejak
saat itu peritel asing mulai berdatangan dan meramaikan industri ritel Indonesia.
Peritel asing sangat aktif untuk melakukan investasi terutama dalam skala besar dalam
bentuk hypermarket dan department store, seperti Continent, Carrefour, Hero,
Walmart, Yaohan, Lotus, Mark & Spencer, Sogo, Makro, Seven Eleven, dan
sebagainya (KPPU 2008).
Berdasarkan data AC Nielsen (2008), diketahui bahwa pertumbuhan ritel
modern setiap tahunnya mencatat kisaran angka 10 % hingga 30 %. Ritel modern
tumbuh sejalan dengan pergeseran minat belanja, perkembangan kebutuhan dan pola
hidup masyarakat yang semakin menginginkan kenyamanan belanja, kepastian harga
dan keanekaragaman barang kebutuhan yang ada dalam satu toko. Indonesia memiliki
sekitar 250 juta penduduk yang menjadikan Indonesia sebagai pasar potensial bagi
bisnis ritel modern. Maraknya pembangunan ritel modern di kota-kota besar menarik
peritel besar untuk membuka gerainya hingga ke wilayah pelosok daerah. Pola
sebaran ritel modern masih terkonsentrasi di wilayah tertentu khususnya kota-kota
besar seperti seperti Provinsi DKI Jakarta (Foster 2008).
Provinsi DKI Jakarta dengan jumlah penduduk sebanyak 10 090 300 jiwa
merupakan pangsa pasar yang besar bagi peritel modern dan menjadikannya sasaran
potensial untuk mengembangkan bisnis di wilayah Provinsi DKI Jakarta. Pasar
tradisional dikhawatirkan akan semakin terdesak dengan bermunculannya ritel
modern yang menawarkan lebih banyak komoditi, harga serta kenyamanan yang
dianggap lebih baik. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu dikaji secara lebih
mendalam mengenai keberadaan ritel modern di Provinsi DKI Jakarta yang disinyalir
akan berdampak terhadap pasar tradisional termasuk pelaku usaha didalamnya.

2
Berdasarkan penjelasan tersebut, judul penelitian ini adalah Dampak Kehadiran Ritel
Modern terhadap Profitabilitas Pedagang Pasar Tradisional di Provinsi DKI Jakarta.

Perumusan Masalah
Dalam menghadapi persaingan ritel modern saat ini, pasar tradisional dituntut
untuk dapat berjalan berdampingan dengan ritel modern yang pertumbuhannya
semakin tinggi. Di Indonesia terdapat lebih kurang 13 450 pasar tradisional. Jumlah
tersebut mampu menampung sekitar 13 juta pedagang kios dan lebih dari sembilan
juta pedagang yang berstatus pedagang kaki lima (PKL). Meskipun demikian, kini
hampir 90% pasar tersebut tidak dikelola dengan baik. Bahkan menurut data yang
berasal dari Asosiasi Pedagang Pasar Tradisional Seluruh Indonesia (APPSI) pada
tahun 2005 menyebutkan bahwa sekitar 400 toko di pasar tradisional harus tutup
usaha setiap tahunnya (Malano 2011).
Selain itu, tahun 2010 AC Nielsen menyebutkan adanya penurunan pangsa pasar
tradisional menjadi 70% - 67%, sedangkan ritel modern meningkat 30% - 37%. Fakta
tersebut berbanding terbalik dengan pertumbuhan ritel modern yang terus menerus
bertambah dan semakin merata pola penyebarannya diseluruh penjuru wilayah. Pasar
tradisional dituntut untuk dapat bersaing dengan ritel modern yang berkembang pesat.
Kehadiran ritel modern, terutama supermarket, hypermarket dan department store
dianggap oleh berbagai kalangan telah menyudutkan keberadaan pasar tradisional di
perkotaan.
Menurut Rumaru (2011), terdapat persaingan antara pasar tradisional dan ritel
modern dari segi perang harga yang diberlakukan, kualitas barang yang
diperjualbelikan, kenyamanan konsumen saat berbelanja, dan lokasi pasar. Lokasi
pasar tradisonal yang cenderung tidak tertata mebuat pasar tradisional kalah bersaing
dengan ritel modern yang semakin tersebar disegala penjuru wilayah. Kondisi fisik
pasar tradisional yang pada umumnya becek, kotor, tidak memiliki lahan parkir yang
memadai, serta terbatasnya sarana dan pra sarana membuat pasar tradisional semakin
kalah bersaing dengan ritel modern.
Selain itu, jam operasi yang lebih panjang dibandingkan dengan pasar
tradisional dan konsep one stop shopping yang diusung oleh ritel modern, membuat
ritel modern lebih unggul dibandingkan dengan pasar tradisional. Konsep tersebut
sangat cocok dan diminati oleh kalangan masyarakat global masa kini yang tergolong
masyarakat dengan mobilitas tinggi. Pasar tradisional dan ritel modern rata-rata
mempunyai spesifikasi barang dagangan yang hampir sama sehingga berpeluang
mengakibatkan terjadi persaingan.
Hingga kini ritel tradisional masih menguasai pasar sekitar 70%, hal ini
menunjukkan peluang bisnis ritel modern masih cukup menjanjikan. Selalu akan
muncul dan berdiri gerai baru ritel di seluruh Indonesia, karena para pengusaha ritel
makin gencar melebarkan jaringannya hingga ke berbagai daerah sampai ke bagian
pelosok. Membaiknya perekonomian Indonesia, makin membaik pula tingkat daya
beli dan konsumsi masyarakat Indonesia, dan hal ini juga akan mengubah gaya hidup
masyarakat.
Perubahan gaya hidup akibat globalisasi mendorong perubahan pola konsumsi
yang menyebabkan tingkat permintaan (demand) barang dan atau jasa semakin
meningkat. Masyarakat menginginkan tempat belanja yang lebih nyaman, aman,

3
bersih dengan produk yang lebih berkualitas dimana hal tersebut lebih cenderung
tersedia pada ritel modern. Oleh karena itu, sangat memungkinkan pasar tradisional
akan tergerus dengan keberadaan ritel modern jika tidak ada perubahaan yang
dilakukan terhadap ritel tradisional. Berdasarkan hal tersebut, pertumbuhan ritel
modern yang semakin pesat dan semakin unggul dibandingkan dengan pasar
tradisional khususnya dikota-kota besar seperti Provinsi DKI Jakarta dikhawatirkan
akan memengaruhi pedagang pasar tradisional.
Gambar 1 Rekapitulasi Ritel Modern Di Provinsi DKI Jakarta
2500

2104

2000
1500
1000
500

135

34

133

5

81

153

Jumlah

0

Sumber: Biro Perekonomian Provinsi DKI Jakarta, 2014

Berdasarkan data yang diperoleh dari Biro Perekonomian Provinsi DKI Jakarta
tahun 2014, Provinsi DKI Jakarta merupakan pusat penyebaran ritel modern
terbanyak di Indonesia dengan jumlah gerai terbesar, yakni 135 pasar swalayan, 34
hypermarket, 133 toko serba ada, 5 perkulakan, 81 pusat perbelanjaan, dan 2104
minimarket yang tersebar diseluruh wilayah provinsi DKI Jakarta. Pasar tradisional di
Provinsi DKI Jakarta hanya berjumlah 153 pasar dan pertumbuhannya cenderung
menurun menggambarkan kondisi yang sangat jauh berbeda dengan pertumbuhan ritel
modern yang semakin berkembang pesat. Berdasarkan APPSI ritel modern tumbuh
sekitar 30% per tahun, sementara pasar tradisional tumbuh -8% per tahun. Fenomena
yang terjadi mengindikasikan terdapat pengaruh dari pertumbuhan ritel modern
terhadap pertumbuhan pasar tradisional.
Beberapa penelitian telah menemukan bukti pengaruh negatif dari ritel modern
terhadap pedagang pasar tradisional seperti pada penelitian Aramiko (2011) yang
berjudul Dampak Pasar Ritel Modern terhadap Pasar dan Pedagang Pasar Tradisional
di Kota Tangerang Selatan dan Upaya Penanggulangannya, menyebutkan
supermarket menjadi penyebab utama penurunan omzet pedagang pasar tradisional.
Penelitian Suryadharma, et al (2007) yang berjudul Dampak Supermarket terhadap
Pasar dan Pedagang Ritel Tradisional di Daerah Perkotaan di Indonesia, belum
menemukan bukti bahwa ritel modern merupakan penyebab utama kelesuan yang
dialami oleh pedagang pasar tradisional. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha
membuktikan apakah terdapat dampak yang ditimbulkan dari kehadiran ritel modern
terhadap profitabilitas pedagang pasar tradisional di Provinsi DKI Jakarta.

4
Berdasarkan uraian tersebut, perumusan masalah penelitian ini antara lain
sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik pedagang di pasar tradisional Provinsi DKI Jakarta?
2. Bagaimana persaingan dan kinerja pedagang di pasar tradisional Provinsi DKI
Jakarta?
3. Faktor-faktor apa saja yang memegaruhi perubahan keuntungan pedagang di
pasar tradisional Provinsi DKI Jakarta?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dijabarkan maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Menganalisis karakteristik pedagang di pasar tradisional Provinsi DKI Jakarta.
2. Menganalisis persaingan dan kinerja pedagang di pasar tradisional Provinsi DKI
Jakarta.
3. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang memegaruhi perubahan keuntungan
pedagang di pasar tradisional Provinsi DKI Jakarta.

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini antara lain:
1. Pemerintah
Sebagai bahan pertimbangan bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta serta
pengelola pasar tradisional Provinsi DKI Jakarta untuk menentukan kebijakan terkait
dengan dampak yang akan ditimbulkan dari kehadiran ritel modern terhadap
profitabilitas pedagang pasar tradisional di Provinsi DKI Jakarta.
2. Peneliti dan pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan
secara umum bagi peneliti dan pembaca mengenai bagaimana dampak kehadiran ritel
modern terhadap profitabilitas pedagang pasar tradisional di Provinsi DKI Jakarta.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada analisis dampak kehadiran ritel
modern terhadap pedagang pasar tradisional di Provinsi DKI Jakarta dengan megukur
karakteristik pedagang, persaingan dan kinerja pedagang serta faktor-faktor apa yang
memengaruhi keuntungan pedagang pasar tradisional tersebut. Pasar Tradisional yang
dijadikan sampel penelitian adalah pasar tradisional yang dikelola oleh Pemerintah
bekerjasama dengan pengelola pasar tradisional di Provinsi DKI Jakarta, PD Pasar Jaya.
Indikator yang digunakan untuk melihat dampak kehadiran ritel modern terhadap
profitabilitas pedagang pasar tradisional di Provinsi DKI Jakarta adalah data
karakteristik pedagang, persaingan dan kinerja pedagang, serta data omzet dan
keuntungan pedagang pasar tradisional di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2008 dan
2013. Adapun objek penelitian ini difokuskan terhadap pedagang di pasar tradisional
Provinsi DKI Jakarta dan data yang digunakan berupa data primer dan sekunder.

5

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Ritel
Ritel (penjualan eceran) merupakan salah satu rantai saluran distribusi yang
memegang peranan penting dalam penyampaian barang dan jasa kepada konsumen
akhir. Menurut Dunne, Lush, and Griffith (2002), ritel merupakan langkah-langkah
yang dibutuhkan untuk menyediakan barang dan jasa untuk konsumen akhir. Kotler
(2003) menyebutkan bahwa ritel merupakan meliputi semua kegiatan yang melibatkan
penjualan barang atau jasa secara langsung pada konsumen akhir untuk penggunaan
pribadi dan bukan bisnis. Jadi, inti dari perdagangan eceran adalah segala aktivitas
perdagangan barang atau jasa kepada konsumen akhir untuk digunakan sendiri, bukan
untuk diperdagangkan lagi (Foster 2008).
Pengertian ritel modern berdasarkan Perpres Nomor 112 Tahun 2007 tentang
Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern
adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara
eceran yang berbentuk minimarket, supermarket, department store, hypermarket
ataupun grosir yang berbentuk perkulakan. Setiap toko modern atau ritel modern
wajib memperhitungkan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar, serta jarak antara
toko modern dengan pasar tradisional.
Batasan luas lantai penjualan Toko Modern adalah sebagai berikut:
a. Minimarket, kurang dari 400 m2;
b. Supermarket, 400 m2 sampai dengan 5 000 m2;
c. Hypermarket, diatas 5 000 m2;
d. Department Store, diatas 400 m2;
e. Perkulakan, diatas 5 000 m2.
Sistem penjualan dan jenis barang dagangan Toko Modern adalah sebagai
berikut:
a. Minimarket, supermarket dan hypermarket menjual secara eceran barang
konsumsi terutama produk makanan dan produk rumah tangga lainnya;
b. Department store menjual secara eceran barang konsumsi utamanya produk
sandang dan perlengkapannya dengan penataan barang berdasarkan jenis kelamin
atau tingkat usia konsumen; dan
c. Perkulakan menjual secara grosir barang konsumsi.
Pendirian Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern wajib:
a. Memperhitungkan kondisi sosial ekonomi masyarakat, keberadaan Pasar
Tradisional, Usaha Kecil dan Usaha Menengah yang ada di wilayah yang
bersangkutan;
b. Memperhatikan jarak antara hypermarket dengan Pasar Tradisional yang telah ada
sebelumnya;
c. Menyediakan areal parkir paling sedikit seluas kebutuhan parkir satu unit
kendaraan roda empat untuk setiap 60 m2 luas lantai penjualan Pusat Perbelanjaan
atau Toko Modern; dan
d. Menyediakan fasilitas yang menjamin Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern yang
bersih, sehat (hygienis), aman, tertib dan ruang publik yang nyaman.

6
Definisi Pasar Tradisional
Berdasarkan Perpres Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan
Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, pasar adalah area tempat jual
beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat
perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun
sebutan lainnya. Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan
Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa
toko, kios, los dan tenda yang dimiliki atau dikelola oleh pedagang kecil, menengah,
swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan
proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.
Ciri khas sebuah pasar adalah adanya kegiatan transaksi atau jual beli. Transaksi
adalah kesepakatan dalam kegiatan jual beli. Syarat terjadinya transaksi adalah ada
barang yang diperjual belikan, ada pedagang, ada pembeli, ada kesepakatan harga
barang, dan tidak ada paksaan dari pihak manapun. Para konsumen datang ke pasar
untuk berbelanja dengan membawa uang untuk membayar harganya. Faktor-faktor
yang menunjang terjadinya pasar, yakni keinginan, daya beli, dan tingkah laku dalam
pembelian.

Fungsi Pasar
a.

Fungsi Distribusi
Pasar berfungsi untuk mendekatkan jarak antara konsumen dengan produsen
dalam melakukan transaksi. Contohnya, jika ingin mengonsumsi permen konsumen
tidak perlu mencarinya di pabrik permen, tetapi cukup pergi ke warung atau toko
terdekat untuk mendapatkannya.
b.
Fungsi Pembentukan Harga
Pada pasar telah terjadi proses tawar-menawar. Dalam proses tawar menawar itu
keinginan kedua pihak digabungkan untuk menentukan harga kesepakatan atau harga
pasar.
c.
Fungsi Promosi
Pasar berfungsi mengenalkan secara luas kepada masyarakat, salah satunya
dengan promosi.
Teori Lokasi
Teori Lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan
ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang
langka, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam
usaha atau kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial (Tarigan 2007).
Menurut Adisasmita (2005), pemilihan lokasi suatu industri atau unit produksi
pada umumnya dikaitkan dengan lokasi sumber bahan mentah dan wilayah pasarnya.
Kriteria penentuan yang digunakan bermacam-macam, yaitu biaya transportasi yang
terendah, sumber tenaga kerja yang relatif murah, ketersediaan sumber daya air,
energi atau daya tarik lainnya berupa penghematan-penghematan lokasional dan
penghematan-penghematan aglomerasi.

7
Menurut Sjafrizal (2012), terdapat enam faktor ekonomi utama yang
memengaruhi pemilihan lokasi suatu kegiatan ekonomi dan sosial, yakni: 1) Ongkos
angkut; 2) Perbedaan antarwilayah; 3) Keuntungan aglomerasi; 4) Konsentrasi
Permintaan; 5) Kompetisi antarwilayah; 6) Harga sewa tanah.
Teori lokasi dapat dikelompokkan atas tiga bagian besar, yaitu:
1. Bid-Rent Theories, yaitu kelompok teori lokasi yang mendasarkan analisis
pemilihan lokasi kegiatan ekonomi pada kemampuan membayar sewa tanah
(bid-rent) yang berbeda dengan harga pasar sewa tanah (land-rent). Berdasarkan
hal ini, lokasi kegiatan ekonomi ditentukan oleh nilai bid-rent yang tertinggi
yang dapat dibayarkan oleh pengguna tanah. Kelompok teori lokasi ini
dipelopori oleh Von Thunen (1854).
2. Least Cost Theories, yaitu teori lokasi yang mendasarkan analisisnya pada
pemilihan lokasi kegiatan industri yang didasarkan pada prinsip biaya minimum
(least cost). Dalam hal ini, lokasi yang terbaik (optimal) adalah pada tempat di
mana biaya produksi dan ongkos angkut yang harus dibayar adalah paling kecil.
Bila hal ini dapat dicapai maka tingkat keuntungan diperoleh perusahaan akan
menjadi maksimum. Kelompok teori lokasi ini dipelopori oleh Alfred Weber
(1929).
3. Market Area Theories, yaitu kelompok teori lokasi yang mendasarkan analisis
pemilihan lokasi kegiatan ekonomi pada prinsip luas pasar (market area)
terbesar yang dapat dikuasai perusahaan. Luas pasar yang dikuasai adalah yang
terbesar maka tingkat keuntungan perusahaan menjadi maksimum dan demikian
pula sebaliknya. Kelompok teori lokasi ini dipelopori oleh August Losch (1954).
Pemilihan lokasi untuk setiap bentuk kegiatan dalam proses produksi sangat
menentukan efektifitas dan efesiensi keberlangsungan kegiatan tersebut. Suatu lokasi
yang optimal secara ekonomis akan mengurangi beban biaya yang ditanggung oleh
suatu bentuk kegiatan. Dalam pemilihan lokasi industri yang tepat akan berkaitan
dengan analisa ekonomi karena akan memengaruhi biaya total proses produksi, selain
faktor ekonomi juga dipengaruhi faktor ruang (spatial factor). Lokasi
yang ideal sering kali sulit ditemukan, oleh karena itu faktor yang paling menentukan
berdirinya industri biasanya diorientasikan terhadap bahan mentah, pasar dan sumber
bahan baku.
Teori LokasiAugust Losch (Teori Lokasi Market Area)
August Losch memelopori Teori Lokasi Market Area yang mendasarkan
analisia pemilihan lokasi optimal pada luas pasar yang dapat dikuasai (Market Area)
dan kompetisi antar tempat. Berdasarkan pandangan ini, sebuah perusahaan akan
memilih suatu tempat sebagai lokasi yang optimal berdasarkan pada kekuatan
persaingan antar tempat dan luas pasar yang dikuasainya. Akan terlihat bahwa
permintaan dan penawaran antar tempat merupakan unsur penting dalam menentukan
lokasi optimal sari suatu perusahaan (Sjafrizal 2012). Pada teori lokasi ini juga
dikemukakan demand (permintaan), diasumsikan bahwa lokasi optimal dari suatu
industri adalah dimana yang bersangkutan dapat menguasai wilayah pasar yang
terluas sehingga dapat menghasilkan paling banyak keuntungan. Unit-unit produksi
pada umumnya ditetapkan pada pusat-pusat pasar yang juga merupakan pusat urban.
Perusahaan akan memilih lokasinya pada suatu tempat dimana terdapat permintaan
maksimum (Adisasmita 2005)

8
Berdasarkan Tarigan (2007), August Losch cenderung menyarankan agar lokasi
produksi
berada
di
pasar
atau
dekat
pasar.
Lokasi penjual juga
sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang dapat diserap. Semakin jauh dari
tempat penjual, konsumen makin enggan membeli karena biaya transportasi
untuk mendatangi tempat penjual semakin mahal. Teori lokasi August Losch
bertujuan untuk menemukan pola lokasi industri, sehingga ditemukan keseimbangan
spasial antar lokasi. Losch berpendapat bahwa dalam lokasi industri yang tampak
tidak teratur dapat diketemukan pola keberaturan. Teori Losch berasumsi suatu daerah
yang homogen dengan distribusi sumber bahan mentah dan sarana angkutan yang
merata serta selera konsumen yang sama. Kegiatan ekonomi yang terdapat di daerah
tersebut merupakan pertanian berskala kecil yang pada dasarnya ditujukan bagi
pemenuhan kebutuhan petani masing-masing.
Berdasakan Syafrizal (2012), asusmsi dasar Teori Lokasi Market Area yaitu:
1. Konsumen tersebar secara relatif merata antar tempat, artinya teori ini cocok
diberlakukan di daerah perkotaan dimana konsentrasi penduduk dan industri
relatif merata dibandingkan dengan daerah pedesaan atau pedalaman.
2. Produk homogen sehingga persaingan akan sangat ditentukan oleh harga dan
ongkos angkut.
3. Ongkos angkut per kesatuan jarak (ton/km) adalah sama.

Penelitian Terdahulu
Pada penelitian Suryadarma, et al (2007), penelitian ini mengukur dampak
supermarket pada pasar tradisional di daerah perkotaan di Indonesia secara kuantitatif
dengan menggunakan metode differencein-difference (DiD) dan metode ekonometrik,
serta secara kualitatif dengan menggunakan metode wawancara mendalam. Kerangka
metode DiD ditunjukkan dengan: Dampak = (T2 – T1) – (C2 – C1), dimana T1 dan T2
merupakan kondisi pedagang di pasar tradisional sebelum dan sesudah hadirnya
supermarket dekat pasar tradisional, sedangkan C1 dan C2 merupakan keadaan para
pedagang di pasar tradisional di mana tidak terdapat supermarket di dekatnya selama
periode yang sama seperti kelompok perlakuan.
Model ekonometrik digunakan untuk mengontrol kondisi-kondisi lain yang
turut menyumbang pada hasil. Untuk kondisi yang terukur mencakup tingkat
pendidikan pedagang, jenis komoditas yang dijual, dan lokasi kios. Untuk mengontrol
keadaan yang tidak teramati, disertakan juga variabel boneka lokasi dalam beberapa
variabel khusus. Model ekonometrik pada penelitian ini terdapat dua model, yakni
Ci Xi Si i dan C´ i ´ ´ Xi ´ Xi ´ Si ´ i, dimana Ci
adalah perubahan proporsional dalam indikator kinerja pedagang i. Indikator kinerja
yang kita pakai adalah keuntungan, omzet, dan jumlah karyawan. Xi adalah variabel
kontrol, Xi adalah perubahan dalam variabel kontrol, dan Si adalah variabel yang
membedakan kelompok kontrol dari kelompok perlakuan, di mana digunakan dua
indikator yang berbeda: variabel boneka dan jarak pada supermarket terdekat. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan supermarket membawa dampak
terhadap pasar tradisional. Analisis dampak kuantitatif mengungkapkan hasil analisis
stasitistik untuk berbagai indikator kinerja pasar tradisional, seperti keuntungan,
omzet, dan jumlah pegawai. Jumlah pegawai yang dipekerjakan oleh pedagang pasar
tradisional menjadi berkurang bila keberadaan pasar dekat dengan supermarket, dan

9
demikian sebaliknya. Selain itu, hasil penelitian juga menyebutkan kelesuan yang
terjadi di pasar tradisional kebanyakan bersumber dari masalah internal pasar
tradisional yang memberikan keuntungan pada supermarket.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Widiandra dan Sasana, Universitas
Diponegoro, pada tahun 2013 mengenai Analisis Dampak Keberadaan Terhadap
Keuntungan Usaha Pedagang Pasar Tradisional (Studi Kasus di Pasar Tradisional
Kecamatan Banyumanik Kota Semarang), menggunakan regresi linier berganda,
yakni pengujian hipotesis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel
bebas, yaitu kenyamanan (X1), jarak (X2), diversifikasi produk (X3), harga (X4)
terhadap variabel terikat yaitu keuntungan usaha (Y). Sehingga model analisis
berganda pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Y= a + b1x1 + b2x2 +
b3x3 + b4x4 + e. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendahnya tingkat kenyamanan
pasar tidak memengaruhi keuntungan usaha pedagang pasar tradisional. Jarak pasar
memengaruhi, jika jarak pasar lebih strategis maka keuntungan usaha akan
meningkat. Apabila diversifikasi produk lebih beragam maka keuntungan usaha akan
meningkat. Berbeda dengan harga pasar relatif, jika lebih terjangkau tidak
memengaruhi keuntungan usaha.
Berdasarkan penelitian Safitri (2010), Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta mengenai Dampak Retail Modern terhadap Kesejahteraan
Pedagang Pasar Tradisional Ciputat, Tangerang Selatan dengan objek penelitian yakni
pedagang sayur, pedagang buah dan pedagang pakaian. Penelitian ini menggunakan
analisis dampak menggunakan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Metode
kuantitatif yang dimaksud ialah metode analisis SWOT dan metode analisis
differencein-difference (DiD) dengan persamaan Dampak = (T2 – T1) – (C2 – C1).
Sedangkan metode analisis kualitatif dilakukan dengan wawancara mendalam dengan
pengelola pasar tradisional dan pedagang pasar tradisional. Penelitian ini mengungkap
bahwa keberadaan retail modern merupakan salah satu dampak dari turunnya jumlah
pendapatan dan kondisi kesejahteraan pedagang di Pasar Ciputat. Pada pedagang
pakaian, keberadaan retail modern disekitar pasar tradisional sangat berpengaruh.
Begitu pula dengan pedagang buah, keberadaan retail modern berpengaruh terhadap
pendapatan pedagang pasar tradisional, pengaruh lain berasal dari kenaikan harga
bahan bakar minyak (BBM), manajemen pasar yang kurang baik, dan persaingan
harga dengan pedagang pasar lainnya. Pada pedagang sayur, retail modern tidak
terlalu berpengaruh, penurunan pendapatan dikarenakan oleh kenaikan harga bahan
bakar minyak (BBM), manajemen pasar yang kurang baik, dan persaingan harga
dengan pedagang pasar lainnya. Ketidakberfungsian aturan mengenai anti monopoli
dan persaingan pasar merupakan episentrum dari menurunnya kondisi kesejahteraan
pedagang pasar tradisional yang diukur melallui jumlah pendapatannya.
Pada penelitian Aramiko, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, pada tahun 2011, dengan judul Dampak Pasar Ritel Modern terhadap Pasar
dan Pedagang Pasar Tradisional di Kota Tangerang Selatan dan Upaya
Penanggulangannya bertujuan untuk mengetahui dampak supermarket terhadap pasar
dan pedagang ritel tradisional di Kota Tangerang Selatan, serta mengidentifikasi
perilaku pedagang ritel tradisional di Kota Tangerang Selatan setelah bersaing dengan
supermarket. Penelitian ini menggunakan serangkaian metode ekonometrik berupa uji
linieritas untuk mengetahui apakah model merupakan regresi linear atau tidak, uji
normalitas dengan melakukan uji Kolmogorov-Sminov, regresi berganda dengan
persamaan Y = ax+b (Y = pendapatan, a = konstanta, x = jumlah supermarket di Kota

10
Tangerang Selatan, b=koefisien regresi), serta uji korelasi. Selain itu penelitian ini
menggunakan metode analisis deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
dampak yang ditimbulkan oleh keberadaan supermarket terhadap pasar ritel
tradisional di Kota Tangerang Selatan adalah sangat signifikan. Hal itu terlihat dari
menurunnya omzet para pedagang pasar tradisional setelah adanya supermarket.
Namun beberapa faktor juga disebutkan sebagai faktor pendukung yang memengaruhi
omzet pedagang pasar tradisional, diantaranya infrastruktur, fasilitas umum dan cara
pembayaran kepada pemasok.
Penelitian Hadiwiyono (2011) dengan judul Analisis Kinerja Pasar Tradisional
di Era Persaingan Global di Kota Bogor, menemukan bahwa penyelengaraan pasar
tradisional Kota Bogor dilakukan oleh pemerintah maupun kerjasama dengan pihak
swasta, sistem tata kelola pedagang yang cenderung stagnan. Secara umum kondisi
pedagang di kedua pasar umumnya mengandalkan penjualan harian ke pelanggan non
rumah tangga secara grosir, sistem pemasok menggunakan agen dengan pembayaran
tunai, modal dari pedagang sendiri dan strategi klaim kualitas dan sikap baik sebagai
cara mendapatkan konsumen. Sebanyak 67% responden mengalami penurunan omset
dan keuntungan harian, diikuti oleh penurunan jumlah pembeli harian dan penurunan
jam aktif transaksi pasar menjadi indikasi kelesuan pasar tradisional. Masalah
buruknya infrastruktur, fluktuasi harga, persaingan tidak sehat, dan permasalahan
struktural juga menjadi penyebab kelesuan pasar tradisional. Menjamurnya ritel
modern di Kota Bogor diklaim pedagang Pasar Tradisional belum berpengaruh
terhadap pergerakan omset karena masih jelasnya segmentasi pasar. Persaingan tidak
sehat justru terjadi antara pedagang Pasar Baru Bogor dengan PKL. Metode analisis
yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan deskriptif kualitatif.

Hipotesis
Hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini untuk menganalisis dampak
kehadiran ritel modern terhadap profitabilitas pedagang pasar tradisional di Provinsi
DKI Jakarta yaitu:
1. Terdapat keterkaitan antara jenis kelamin pedagang, letak kios dan status tempat
usaha antara pasar perlakuan dengan pasar kontrol.
2. Terdapat perbedaan rata-rata antara jumlah pembeli dan nilai penjualan pada
pasar perlakuan dan pasar kontrol.
3. Terdapat keterkaitan antara metode pembayaran utama, pemasok utama, sumber
modal utama, pesaing terberat, penyebab kelesuan, dan strategi yang digunakan
pedagang pada pasar perlakuan dengan pasar kontrol.
4. Ukuran kios memengaruhi perubahan keuntungan pedagang secara signifikan.
Semakin besar ukuran kios yang dimiliki pedagang maka akan meningkatkan
keuntungan pedagang.
5. Lama berdagang memengaruhi perubahan keuntungan pedagang secara
signifikan. Semakin lama pedagang berdagang maka akan meningkatkan
keuntungan pedagang.
6. Jumlah pembeli memengaruhi perubahan keuntungan pedagang secara
signifikan. Semakin banyak jumlah pembeli maka akan meningkatkan
keuntungan pedagang.

11
7.

Pendidikan memengaruhi perubahan keuntungan pedagang secara signifikan.
Semakin tinggi tingkat pendidikan pedagang maka akan mampu meningkatkan
keuntungannya.
8. Dummy jarak memengaruhi perubahan keuntungan pedagang secara signifikan.
Semakin jauh jarak pasar tradisional dengan ritel modern maka peluang
pedagang untuk meningkatkan keuntungan lebih besar.
9. Dummy diversifikasi produk memengaruhi perubahan keuntungan pedagang
secara signifikan. Semakin banyak jenis produk yang dijual oleh pedagang
maka peluang pedagang untuk meningkatkan keuntungan lebih besar.
10. Dummy komoditi utama produk segar memengaruhi perubahan keuntungan
pedagang secara signifikan. Pedagang yang menjual komoditi produk segar
mempunyai peluang yang lebih besar untuk meningkatkan keuntungannya
dibandingkan dengan peluang pedagang yang menjual komoditi produk
sandang.
11. Dummy komoditi utama produk olahan memengaruhi perubahan keuntungan
pedagang secara signifikan. Pedagang yang menjual komoditi produk olahan
mempunyai peluang yang lebih besar untuk meningkatkan keuntungannya
dibandingkan dengan peluang pedagang yang menjual komoditi produk
sandang.

Kerangka Pemikiran
Liberalisasi perdagangan pada tahun 1998 semakin membuat peta industri ritel
di Indonesia mengalami pertumbuhan yang sangat cepat. Sejak saat itu semakin
banyak investor asing yang menanamkan modalnya di Indonesia ke dalam sektor
industri ritel, pertumbuhan ritel modern berbanding lurus dengan keadaan tersebut.
Perkembangan ritel modern tumbuh tersebar di kota-kota besar Indonesia seperti
Provinsi DKI Jakarta.
Kondisi Provinsi DKI Jakarta yang dianggap strategis untuk keberlangsungan
bisnis jangka panjang membawa peritel asing masuk untuk mendirikan industri ritel
modern seperti supermarket, hypermarket dan departemment store. Keadaan seperti
itu membuat perkembangan industri ritel modern di Indonesia mengalami
pertumbuhan yang positif setiap tahunnya, sedangkan pasar tradisional mengalami
keadaan yang sebaliknya. Perkembangan pasar tradisional terus menerus dibayangbayangi oleh perkembangan ritel modern yang semakin lebih unggul pasar tradisional.
Pasar tradisional di Provinsi DKI Jakarta dikhawatirkan akan terkena dampak dari
kehadiran ritel modern yang semakin menjamur di Provinsi DKI Jakarta. Dampak
yang ditimbulkan akan berdampak baik langsung maupun tidak langsung terhadap
pelaku ekonomi didalamnya terutama bagi para pedagang pasar tradisional tersebut.
Dampak dari keberadaan ritel modern dapat dianalisis melalui karakteristik
pedagang, persaingan dan kinerja pedagang di pasar tradisional Provinsi DKI Jakarta
serta faktor-faktor yang memegaruhi perubahan keuntungan pedagang di pasar
tradisional Provinsi DKI Jakarta. Selanjutnya penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta guna menetapkan strategi dalam kebijakan ekonomi
dalam rangka menciptakan perkonomian dan iklim persaingan yang lebih baik, adil
dan sehat. Kerangka pemikiran penelitian digambarkan sebagai berikut:

12
Industri Ritel di Indonesia
Liberalisasi Perdagangan
Masuknya Investor Asing

Perkembangan
Pasar Tradisional di
Provinsi DKI
Jakarta

Perkembangan Ritel
Modern di Provinsi
DKI Jakarta

Dampak Keberadaan Ritel
Modern di Provinsi DKI
Jakarta

Analisis karakteristik
pedagang di pasar
tradisional Provinsi DKI
Jakarta

Analisis persaingan
dan kinerja pedagang
di pasar tradisional
Provinsi DKI Jakarta

Analisis faktor yang
mempegaruhi perubahan
keuntungan pedagang di
pasar tradisional
Provinsi DKI Jakarta

Strategi Pengembangan Pasar
Tradisional untuk Pembangunan
Ekonomi Provinsi DKI Jakarta
Gambar 2 Kerangka Pemikiran Operasional

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ialah tiga pasar tradisional terpilih di Provinsi DKI Jakarta
dimana dua pasar perlakuan dan satu pasar sebagai pasar kontrol. Pasar perlakuan
merupakan pasar tradisional yang terdapat ritel modern dalam radius maksimal lima
kilometer, sedangkan pasar kontrol merupakan pasar tradisional dalam radius lima
kilometer tanpa keberadaan ritel modern di sekitarnya. Waktu penelitian dan
pengolahan data dimulai dari bulan Februari 2014 sampai dengan Bulan Mei 2014.
Data pada penelitian ini menggunakan data cross section pada tahun 2008 dan 2013.

Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan statistik inferensia. Data
yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari

13
wawancara terhadap pedagang pasar tradisional terpilih dan PD Pasar Jaya. Data
sekunder diperoleh dari PD Pasar Jaya, Badan Pusat Statistik, Biro Perekonomian
Provinsi DKI Jakarta, serta data-data penunjang yang relevan dengan penelitian
seperti laporan hasil penelitian terkait, jurnal, bulletin, internet, dan sumber-sumber
lainnya. Objek penelitian ialah pedagang produk segar, produk olahan, dan produk
sandang (pakaian, tas, sepatu) yang sudah melakukan keguatan usaha pada pasar
tradisional minimal selama lima tahun. Untuk pengambilan data penunjang dilakukan
wawancara mendalam kepada pihak pengelola pasar di Provinsi DKI Jakarta, yakni
PD Pasar Jaya, baik pusat maupun unit dari masing-masing pasar yang dipilih menjadi
sampel penelitian. Selain itu wawancara juga dilakukan terhadap Biro Perekonomian
pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Metode Penentuan Sampel
Pada penelitian ini populasi pedagang di pasar tradisional terpilih dibagi
menjadi dua bagian, yakni pedagang di pasar tradisional perlakuan dan pedagang di
pasar tradisional kontrol. Pasar tradisional yang menjadi lokasi penelitian dipilih
berdasarkan beberapa syarat. Pasar tradisional merupakan pasar tradisional di Provinsi
DKI Jakarta yang menjual produk yang sama dengan ritel modern yakni berupa
produk segar, produk olahan dan produk sandang. Pasar tradisional yang dipilih
untuk pasar perlakuan ialah pasar tradisional di Provinsi DKI Jakarta dimana terdapat
ritel modern berupa supermarket, hypermarket atau department store dalam radius
maksimal lima kilometer dari pasar tradisional dan beroperasi minimal sejak tahun
2008. Pasar tradisional yang dijadikan pasar kontrol ialah pasar tradisional Provinsi
DKI Jakarta yang dalam radius lima kilometer tidak terdapat ritel modern berupa
supermarket, hypermarket atau pun department store.
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling.
Penentuan pasar perlakuan dan pasar kontrol yang akan dipilih sebagai sampel
penelitian menggunakan judgement sample, dimana pasar perlakuan dan pasar kontrol
dipilih setelah mendapatkan saran, masukan, dan pertimbangan dari instansi yang
berkaitan langsung dengan pengelolaan pasar tradisional di Provinsi DKI Jakarta, PD
Pasar Jaya. Adapun tahapan dalam menentukan sampel adalah sebagai berikut:
1. Menentukan ritel modern (supermarket, hypermarket atau department store)
yang beroperasi minimal tahun 2008;
2. Melakukan wawancara kepada pihak PD Pasar Jaya untuk mendapatkan
rekomendasi pasar tradisional yang memenuhi syarat, hal ini dilakukan
mengingat banyaknya jumlah pasar tradisional di Provinsi DKI Jakarta yang
tersebar diseluruh wilayah;
3. Melakukan observasi lapang ke pasar tradisional yang telah direkomendasikan
oleh PD Pasar Jaya dan melakukan pengukuran jarak antara pasar tradisional
dengan ritel modern yang beroperasi tahun 2008 yang berada disekitar pasar
tradisional;
4. Memilih pasar tradisional yang sesuai dengan syarat dan kriteria yang telah
ditentukan.
Berdasarkan tahap-tahap tersebut, terdapat tujuh pasar tradisional rekomendasi
yang diberikan oleh PD Pasar Jaya untuk dijadikan pasar perlakuan dan satu pasar
tradisional yang diusulkan untuk menjadi pasar kontrol dari 153 pasar di Provinsi DKI

14
Jakarta. Pasar perlakuan yang disarankan oleh PD Pasar Jaya ialah Pasar Jemabatan
Besi, Pasar Pondok Bambu, Pasar Kedoya, Pasar Jembatan Dua, Pasar Bata Putih,
Pasar Kebayoran Lama dan Pasar Menteng Pulo. PD Pasar Jaya hanya mengusulkan
satu pasar untuk dijadikan pasar kontrol yakni Pasar Lenteng Agung, alasannya
karena untuk menemukan pasar yang dalam radius lima kilometer tidak terdapat ritel
modern disekitarnya sangat sulit, mengingat kondisi pertumbuhan ritel modern yang
sangat pesat di Provinsi DKI Jakarta.
Tabel 1

Jarak Ritel Modern ke Pasar Tradisional di Provinsi DKI Jakarta
Berdasarkan Rekomendasi PD Pasar Jaya
Nama Pasar
Tahun
Nama
Jarak (km)
Tradisional
Beroperasi
Pasar Jembatan Besi
Season City
0.90
2009
Emporium Pluit Mall
3.20
2009
Mall Ciputra Jakarta
3.30
1993
Central Park
4.70
2009
Mall Taman Anggrek
4.80
1996
Mall Pluit Village
4

Dokumen yang terkait

Dampak pasar ritel modern terhadap pasar dan pedagang ritel tradisional di Kota Tangerang Selatan dan upaya penanggulangannya

3 21 98

Dampak Kehadiran Ritel Modern Terhadap Omzet Pedagang Pasar Tradisional Di Kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah

1 13 77

Dampak Ritel Modern terhadap Omzet Pedagang Pasar Tradisional di Kota Bogor

2 9 58

Dampak Kehadiran Ritel Modern terhadap Profitabilitas Pedagang Pasar Tradisional di Kota Bekasi

1 5 74

Dampak Kehadiran Pasar Ritel Modern terhadap Omzet Pedagang di Pasar Tradisional Kota Bandar Lampung

0 11 80

ANALISIS DAMPAK KEBERADAAN RITEL MODERN TERHADAP KEUNTUNGAN USAHA RITEL TRADISIONAL DI DAERAH Analisis Dampak Keberadaan Ritel Modern Terhadap Keuntungan Usaha Ritel Tradisional Di Daerah Gemolong Kecamatan Gemolong.

0 3 13

ANALISIS DAMPAK KEBERADAAN RITEL MODERN TERHADAP KEUNTUNGAN USAHA RITEL TRADISIONAL DI DAERAH Analisis Dampak Keberadaan Ritel Modern Terhadap Keuntungan Usaha Ritel Tradisional Di Daerah Gemolong Kecamatan Gemolong.

0 2 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dampak Kehadiran Ritel Modern Indomaret terhadap Keberlangsungan Usaha Ritel Tradisional di Kota Pemalang

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dampak Kehadiran Ritel Modern Alfamart terhadap Ritel Tradisional di Sekitar Alfamart, Jalan Pemuda Pati

0 0 14

DAMPAK SOSIAL EKONOMI KEBERADAAN RITEL MODERN BERJARINGAN TERHADAP PEDAGANG RITEL TRADISIONAL DI DESA SRUWEN KECAMATAN TENGARAN

0 0 125