Intersepsi Radiasi Matahari dan Pertumbuhan Tanaman Cabai Merah pada Kondisi Tanpa Naungan dan Ternaungi

INTERSEPSI RADIASI MATAHARI DAN PERTUMBUHAN
TANAMAN CABAI MERAH PADA KONDISI TANPA
NAUNGAN DAN TERNAUNGI

ENDA ULINATA

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Intersepsi Radiasi Matahari
dan Pertumbuhan Tanaman Cabai Merah pada Kondisi Tanpa Naungan dan Ternaungi
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis
lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2014

Enda Ulinata
NIM G24090026

ABSTRAK
ENDA ULINATA. Intersepsi Radiasi Matahari dan Pertumbuhan Tanaman Cabai
Merah pada Kondisi Tanpa Naungan dan Ternaungi. Dibimbing oleh IMPRON dan
BREGAS BUDIANTO
Aplikasi naungan memodifikasi jumlah radiasi yang sampai ke tanaman.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh naungan paranet
50% dan 75% terhadap indeks luas daun (ILD), efisiensi penggunaan radiasi surya
(RUE) dan produksi pada tanaman cabai. Selama penelitian selama ... hari, total radiasi
global di atas tajuk tanaman pada area terbuka adalah 1778 MJ/m², di atas tajuk
tanaman di dalam naungan paranet 50 % adalah 1629 MJ/m² dan di dalam naungan
paranet 75% adalah 1364 MJ/m². Pada tanaman tanpa naungan, nilai ILD maksimum
3.18 dan ILD minimum 0.75, sedangkan RUE maksimum 2.8 g/MJ dan RUE minimum

1.5 g/MJ. Pada ternaungani paranet 50%, nilai ILD maksimum 2.75 dan ILD minimum
0.64, RUE maksimum 2.7 g/MJ dan RUE minimum 1.4 g/MJ. Tanaman yang ternaungi
oleh paranet 75% nilai ILD maksimum 2.58 dan ILD minimum 0.60, RUE maksimum
2.6 g/MJ dan RUE minimum 1.3 g/MJ. Tanaman pada kondisi ternaungi paranet 75%
hanya menghasilkan 7% dari biomassa tanpa naungan.

Kata kunci: Intersepsi, naungan, pertumbuhan, tanaman cabai

ABSTRACT
ENDA ULINATA. Solar Radiation Interception and Plant Growth in Red Pepper under
Shading and Non-Shading Conditions. Supervised by IMPRON and BREGAS
BUDIANTO
Applications of shading modifes the amount of radiation reaching the plants. This study
was aimed to determine the influence of shading by paranet 50% and 75% on leaf area
index (LAI), solar radiation use efficiency (RUE) and production of red pepper. For the
duration of filed experiment of 127 days, total global radiation above the plant canopy
in open areas was 1778 MJ/m², above the plant canopy in the shading by paranet 50%
was 1629 MJ/m² and above the plant canopy in the shading by 75% was 1364 MJ/m². In
plants without shading, the maximum value of LAI was 3.18 and the minimum was
0.75, while the maximum RUE was 2.8 g/MJ and minimum RUE was 1.5 g / MJ. In

shading by paranet 50%, the maximum LAI was 2.75 and minimum LAI was 0.64,
maximum RUE was 2.7 g/MJ and minimum RUE was 1.4 g/MJ. In plants with shading
by paranet 75%, the maximum value of LAI was 2.58 and the minimum was 0.60, while
the maximum RUE was 2.6 g/MJ and minimum RUE was 1.3 g/MJ. Plants under
shading by paranet 75% only produced 7% of the biomass of plants without shading.
Keyword: Interception, paranet shading, plant growth, red pepper

INTERSEPSI RADIASI MATAHARI DAN PERTUMBUHAN TANAMAN
CABAI MERAH PADA KONDISI TANPA NAUNGAN DAN TERNAUNGI

ENDA ULINATA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Geofisika dan Meteorologi

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Intersepsi Radiasi Matahari dan Pertumbuhan Tanaman Cabai Merah
pada Kondisi Tanpa Naungan dan Ternaungi
Nama
: Enda Ulinata
NIM
: G24090026

Disetujui oleh

Dr. Ir. Impron, M. Agr. Sc
Pembimbing I

Ir. Bregas Budianto, Ass.Dpl.
Pembimbing II

Diketahui oleh


Dr. Ir. Tania June. MSc.
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi
Nama
NIM

Intersepsi Radiasi Matahari dan Pertumbuhan Tanaman Cabai Merah
pada Kondisi Tanpa Naungan dan Temaungi
Enda Ulinata
G24090026

Disetujui oleh

Dr. II. Impron, M. Agr. Sc
Pembimbing I


Dr. Ir. Tania June. MSc.
K¢tua Qepartemen

Tanggal Lulus:

0 5 MAR 2014

1.

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Intersepsi Radiasi Matahari dan
Pertumbuhan Tanaman Cabai Merah pada Kondisi Tanpa Naungan dan Ternaungi.
Penulis telah melibatkan banyak pihak dalam penyelesaian penelitian ini, oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak (Natanail Perangin-angin Sp), mamak (Terulin Barus), adik-adik (Ade Putri,
Boy Tamal, Tohir) yang telah memberikan cinta, kasih sayang, doa, dan segalanya.
2. Dr. Ir. Impron, M.Agr.Sc dan Ir. Bregas Budianto, Ass.Dpl. atas bantuan, saran,
nasihat dan bimbingan yang telah diberikan.
3. Seluruh Staf Departemen Geofisika dan Meteorologi IPB yang telah membantu dari

awal sampai akhir studi .
4. Pak Budi yang telah membantu selama penelitian di lapangan.
5. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dramaga, Bogor atas
penyediaan lahaan dan pemberian data pendukung dalam penelitian kali ini.
6. Bang Nowa, Kresna “Gendut”, Rijal dan Ika sebagai teman penelitian dan satu
pembimbing yang telah membantu penelitian baik di lahan maupun dalam
pengolahan, serta kritik dan saran yang diberikan.
7. GFM 46 tercinta.
8. Keluarga di Bogor Bang Melling, Kak Damaris dan Bang Andi Barus atas
semangat, nasehat dan kesabaran selama tinggal di Bogor.
9. Ika Farah sebagai teman mulai masuk IPB sampai sekarang.
10. Kosan qyu-qyu (May, Rikson, Bagindo, Criss,Murdhani, Dika, Yan, Bima, Gunarto,
Kak Atin, Bang Hansen, Bang Boy) yang selalu memberikan kebersamaan, bantuan
ke lahan, semangat.
11. KosanTomcat Malabar 20(Ade, Henny, Ira, Icha, Wina, Ria, Dame, Dani, Parni,
Igha, Inos, Kori, Leo) yang memberi warna baru tinggal di Baranangsiang.
12. Senior GFM dan adik GFM 47serta 48 yang telah membantu penelitian.
Bogor,Maret 2014

Enda Ulinata


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN

vii
viii
xv
1

Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

1
1
2


TINJAUAN PUSTAKA

2

Karakteristik Tanaman Cabai
Cabai Besar Varietas Seloka IPB

2
3

Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum L.)
Naungan
Intersepsi dan Efisiensi Pemanfaatan Radiasi Surya

3
3
3

METODE
Waktu dan Tempat

Bahan
Alat
Metode Pelaksanaan
Prosedur Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan umum lokasi penelitian
Pertumbuhan tanaman cabai merah
Tinggi tanaman
Berat Kering Total tanaman
Indeks luas daun
Koefisien Pemadaman
Spesifik Leaf Area
Radiasi Surya Total
Intersepsi Radiasi Surya
Efisiensi Pemanfaatan Radiasi Surya
Biomassa total tanaman
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran


4
4
4
4
4
6
9
9
10
10
11
12
13
13
14
14
16
16
17
16
17

DAFTAR PUSTAKA

18

LAMPIRAN

19

DAFTAR TABEL
1 Pengaruh naungan terhadap tinggi tanaman cabai
2 Pengaruh naungan terhadap bobot kering total tanaman cabai
3 Pengaruh naungan terhadap indeks luas daun

10
11
12

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Tube solarimeter
Jarak tanam setelah pemasangan mulsa dan jarak bedengan
Pembagian petak perlakuan
Hubungan waktu dengan tinggi tanaman cabai
Hubungan waktu dengan bobot kering total tanaman cabai
Hubungan waktu dengan indeks luas daun (ILD) tanaman cabai
Spesifik leaf area rata-rata semua ulangan
Intensitas radiasi global harian
Radiasi intersepsi rata-rata
Korelasi berat kering total dengan akumulasi intersepsi radiasi surya
rata-rata semua perlakuan

5
5
9
10
11
12
13
14
15
16

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Deskripsi cabai besar varietas seloka IPB
Proporsi bobot kering total organ tanaman setiap perlakuan
Data panen buah cabai merah
Data indeks luas daun (ILD) rata-rata setiap minggu setelah tanam (MST)
Data pengukuran
Pertumbuhan tanaman cabai
Kondisi lahan penelitian sebelum dan sesudah tanam
Penyakit tanaman cabai
Data tinggi tanaman cabai setiap minggu setelah tanam (MST)
Data kalibrasi alat solarimeter

19
21
22
22
22
25
27
27
28
28

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman cabai merupakan komoditas hortikultura yang sering digunakan
sebagai bumbu masak, bahan makanan, maupun sebagai bahan mentah dalam industri
farmasi. Buah cabai mengandung gizi yang sangat tinggi, terutama vitamin A dan
vitamin C. Selain kaya vitamin A dan vitamin C, cabai juga mengandung atsiri yang
sangat bermanfaat sebagai bahan baku obat-obatan yang dapat menyembuhkan berbagai
penyakit seperti sesak napas, pegal-pegal, rematik dan gatal-gatal. Zat capsaicin
(C18H27NO3) yang terdapat dalam buah cabai dapat merangsang burung untuk
mengoceh dan lebih menarik. Dengan demikian, buah cabai juga dimanfaatkan sebagai
campuran bahan makanan ternak dan juga dimanfaatkan industri makanan dan minuman
untuk menggantikan fungsi lada dan untuk memancing selera
Faktor iklim mempunyai pengaruh terhadap respon pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Pada umumnya, tanpa faktor iklim pertumbuhan dan
perkembangan tanaman akan tertahan, meskipun ada beberapa jenis tanaman yang dapat
menyesuaikan diri dengan ketidaksesuaian unsur-unsur iklim. Radiasi matahari
diperlukan tanaman sebagai sumber energi terutama dalam proses fotosintesis.
Intensitas radiasi sangat mempengaruhi sifat tanaman. Intersepsi radiasi surya adalah
selisih antara radiasi yang diterima di atas tajuk dan di bawah tajuk tanaman. Kuantitas
radiasi matahari ditentukan oleh beberapa hal, diantaranya adalah tajuk tanaman dan
indeks luas daun (ILD). Radiasi yang diintersepsikan digunakan tanaman untuk
menghasilkan biomassa. Setiap tanaman memiliki nilai efisiensi pemanfaatan radiasi
yang berbeda-beda sesuai dengan susunan daun, ILD, serta ketersediaan air dan hara.
Tanaman dapat tumbuh, berkembang, dan berproduksi dengan baik apabila
iklim mikro disekitar tanaman dapat dikontrol dengan baik. Menurut Koesmaryono
(1996) interaksi antara suhu udara dan radiasi matahari dapat mempengaruhi suhu daun
yang kemudian dapat berpengaruh pada proses fotosintesis tanaman. Salah satu cara
mengontrol iklim mikro adalah dengan menggunakan naungan disekitar tanaman.
Naungan digunakan untuk mengurangi intensitas cahaya matahari yang berlebih.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini yaitu :
1. Menduga dan menganalisis intersepsi radiasi surya dan efisiensi pemanfaatan
radiasi surya tanaman cabai merah ( Capsicum annum L.) pada kondisi naungan
yang berbeda.
2. Mengamati pengaruh naungan yang berbeda terhadap pertumbuhan dan
biomassa tanaman cabai merah (Capsicum annum L.).

2

TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Tanaman Cabai
Cabai merupakan tanaman berkayu dengan panjang batang utama berkisar antara
20-28 cm dan diameter batang antara 1.5-2.5 cm dan memiliki klasifikasi sebagai
berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Tubiflorae (Solanales)
Familia
: Solanaceae
Genus
: Capsicum
Spesies
: Capsicum annum L.
Percabangan batang berwarna hijau dengan panjang mencapai 5-7 cm dengan
diameter cabang dikotom sekitar 0.5-1 cm. Bentuk percabangan menggarpu dengan
posisi daun berselang-seling, daun berbentuk hati, lonjong atau agak bulat telur
(Dermawan 2010). Bunga cabai berbentuk seperti terompet atau bintang dengan warna
bunga umumnya putih, namun ada beberapa jenis cabai yang memiliki warna bunga
ungu. Bunga cabai termasuk bunga sempurna, karena mempunyai struktur bunga yang
lengkap seperti tangkai, dasar, kelopak, mahkota bunga, alat kelamin jantan dan alat
kelamin betina. Buah cabai berbentuk kerucut memanjang, lurus atau bengkok. Bagian
ujung buah meruncing, mempunyai permukaan yang licin dan mengkilap, posisi buah
menggantung pada cabang tanaman. Buah cabai mempunyai bentuk dan warna yang
beragam, namun setelah masak sebagian besar berwarna merah. Tanaman cabai
memiliki sistem perakaran yang dangkal, diawali dengan akar tunggang (akar primer)
kemudian tumbuh akar rambut ke samping (akar lateral/akar sekunder).

Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum L.)
Tanaman cabai dapat tumbuh optimal dengan intensitas cahaya matahari
sekurang-kurangnya selama 10-12 jam untuk fotosintesis, pembentukan bunga dan buah,
serta pemasakan buah (Wiryanta 2002). Cabai merah dapat tumbuh dengan baik pada
daerah dengan suhu rata-rata 30 0C. Suhu ideal untuk perkecambahan benih cabai yaitu
25-30 0C. Suhu optimum untuk pertumbuhannya adalah 24-32 0C (Kunri 2010). Jika
suhunya terlalu rendah atau tinggi pertumbuhan tanaman dan perkembangan bunga akan
tehambat dan mengakibatkan kualitas buah menjadi rendah. Menurut Prajnanta (2007),
cabai memerlukan curah hujan 1500-2500 mm/tahun. Cabai dapat tumbuh dan
berproduksi dengan baik pada iklim A, B, C, dan D berdasarkan tipe iklim menurut
Scmidt dan Ferguson.

3
Cabai Besar Varietas Seloka IPB
Cabai merah varietas Seloka IPB merupakan hasil persilangan antara cabai merah
besar IPB C2 dan IPB C5. Cabai Seloka IPB adalah varietas cabai bersari bebas yang
memiliki produktivitas tinggi dan cocok ditanam pada dataran rendah hingga menengah.
Cabai merah ini beradaptasi dengan baik di dataran rendah dengan ketinggian 100 – 250
mdpl. Produktivitas cabai merah ini mencapai 11.59 ton/ha dengan potensi produktivitas
sebesar 0.92 kg/tanaman (Wibowo et al. 2010). Jumlah buah pada setiap tanaman
berkisar 51 – 80 buah. Rasa buah cabai merah Seloka IPB sangat pedas dengan kadar
capsaicin 917.25 – 979.15 ppm. Cabai ini memiliki umur mulai berbunga 25 – 29 hari
setelah tanam (HST) dan umur mulai panen 71 – 78 HST.
Naungan
Naungan pada dasarnya adalah suatu kondisi untuk yang dapat mengurangi
intensitas radiasi surya yang sampai ke tanaman. Menurut Hale dan Orcutt (1987),
adaptasi tanaman terhadap naungan antara lain dengan meningkatkan luas daun dan
mengurangi jumlah cahaya yang diteruskan dan dipantulkan daun, sehingga daun
tersebut menjadi lebih tipis dan luas. Berdasarkan Salisbury dan Ross (1995), daun
tumbuhan dikotil yang ternaungi akan lebih tipis dan lebih besar daripada yang tidak
ternaungi. Ini karena tanaman tersebut membentuk lapisan palisade yang lebih panjang
daripada daun tanaman yang daunnya tidak ternaungi.
Kondisi kekurangan cahaya ataupun radiasi surya mengakibatkan terganggunya
metabolisme, sehingga menyebabkan pula menurunnya laju fotosintesis dan sintesis
karbohidrat (Sopandie et al. 2003). Soepandi (2003) lebih lanjut menjelaskan bahwa
pada kondisi kekurangan cahaya, tanaman berupaya untuk mempertahankan agar tetap
terjadi fotosintesis. Keadaan ini dapat dicapai apabila respirasi juga efisien.

Intersepsi dan Efisiensi Pemanfaatan Radiasi Surya
Radiasi surya diperlukan tanaman sebagai sumber energi terutama dalam proses
fotosintesis. Lebih jauh lagi, radiasi surya memberikan cahaya yang
dibutuhkan untuk perkecambahan
biji, perluasan
daun,
pertumbuhan batang
dan tunas, pembungaan, pembuahan. Radiasi surya juga memainkan peran
penting sebagai regulator dan pengendali pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Intersepsi radiasi surya adalah besarnya radiasi surya yang tertahan oleh tajuk atau
kanopi tanaman yang tidak sampai ke permukaan tanah di bawah tajuk atau kanopi
tanaman tersebut (Sitaniapessy 1985). Pengertian lain yang disampaikan oleh Handoko
(1994) menyatakan bahwa intersepsi radiasi surya adalah selisih antara radiasi yang
diterima di atas tajuk dengan di bawah tajuk tanaman.
Efisiensi pemanfaatan radiasi surya adalah nisbah antara energi yang digunakan
untuk membentuk bahan kering dengan total energi surya yang diterima selama masa
pertumbuhan (Sitianapessy 1985). Dengan kata lain, efisiensi radiasi surya pada
tanaman dapat merupakan perbandingan antara energi yang diperlukan untuk
menghasilkan bahan atau materi organik pada tanaman dengan total energi yang
diterima oleh tanaman

4
Biomassa
Biomassa adalah jumlah total dari materi organik tanaman yang hidup diatas tanah
yang diekspresikan sebagai berat kering tanaman per unit areal (Brown 1997). Biomassa
atau bahan organik merupakan suatu bagian yang dapat dipergunakan sebagai sumber
energi untuk kegitan fotosintesis. Biomassa merupakan berat bahan organik suatu
ogranisme persatuan unit area pada suatu saat, berat bahan organic umumnya
dinyatakan dengan satuan berat kering (dry weight), atau kadang-kadang dalam berat
kering bebas abu (Chapman 1976). Jumlah total biomassa tumbuhan bertambah karena
menyerap CO2 dari udara dan mengubah zat tersebut menjadi bahan organic melalui
proses fotosintesis. Laju peningkatan biomassa disebut produktifitas primer bruto. Hal
ini tergantung pada luas daun yang terkena sinar matahari, intensitas penyinaran, suhu
dan ciri-ciri jenis tumbuhan masing-masing. Sisa dari hasil respirasi yang dilakukan
disebut produksi primer bersih.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2013 sampai Agustus 2013 di lahan
milik Stasiun Klimatologi Klas 1 BMKG Dramaga Kabupaten Bogor dan Laboratorium
Agrometeorologi, Departemen Geofisika dan Meteorologi, Institut Pertanian Bogor

Bahan
Bahan yang digunakan untuk penelitian antara lain: benih cabai merah, pupuk
(kompos, urea, KCl, NPK, dan TSP), abu sekam, fungisida, larutan atonik, Furadan 3G.
paranet 50 % dan 75 %, mulsa plastik, kayu atau bambu penyangga paranet,
Alat
Alat yang digunakan untuk penelitian antara lain: tube solarimeter, digital
multimeter, amplifier (penguat arus), kabel, baterai 1,5 V, alat pengolah tanah (cangkul,
kored, tugal, ajir, gembor), sprayer, oven pengering, timbangan digital, seperangkat
komputer dengan software MS. Excel, MS. Word, MS. Office Picture Manager, Paint,
dan SPSS17.
Metode Pelaksanaan
Penyemaian benih
Kegiatan penyemaian benih cabai untuk penanaman di lahan dilakukan dengan
menggunakan potray, kemudian tanaman dipindahkan ke lahan setelah berumur 30-40
hari (tanaman memiliki 4-5 helai daun).

5
Pengolahan lahan
Pengolahan lahan dilakukan untuk pembersihan gulma, penggemburan tanah,
pengolahan tanah, pembuatan bedengan, pemberian pupuk dasar dan pemasangan mulsa
pada setiap bedengan
Pemasangan naungan
Naungan yang digunakan adalah paranet 50% dan 75%. Posisi naungan berada di
atas tanaman (menutupi semua tanaman) dengan tiang penyangga yang terbuat dari
bambu atau kayu dengan tinggi 2 m. Banyaknya tiang penyangga disesuaikan dengan
kondisi lapangan dan ukuran lahan. Naungan dipasang sejak awal penanaman.
Penanaman
Cabai merah di tanaman pada bedng bermulsa plastik. Jarak antar bedengan yaitu
50 cm dan jarak antar baris yaitu 40 cm x 50 cm. Satu bedengan berisi dua baris
tanaman, dimana setiap baris memiliki 27 tanaman (9 baris tiap ulangan). Posisi
bedengan mengarah pada arah barat dan timur agar sinar matahari merata ketika
menyinari tanaman. Penanaman cabai merah di lahan maupun di dalam pot dilakukan
selama 3 – 3.5 bulan.

Gambar 2 Jarak tanam setelah pemasangan mulsa dan jarak bedengan
Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi pengairan (penyiraman), pemasangan
ajir, pemupukan, dan pengendalian hama penyakit tanaman (setiap 2 minggu sekali atau
sesuai kebutuhan). Pemasangan ajir pada tanaman cabai dilakukan pada saat tanaman
berumur 4 MST dan bertujuan untuk menopang batang dan buah tanaman ketika
tanaman sudah tumbuh besar. Ajir yang digunakan terbuat dari bilah bambu dengan
tinggi 10-125 cm, lebar sekitar 4 cm, dan tebalnya 2 cm. Ajir diikat dengan tanaman
menggunakan tali raffia. Bentuk ikatan bukan ikatan mati. Pemupukan untuk tanaman
cabai merah terdiri dari pemupukan awal dan pemupukan tambahan dengan dosis
tertentu.
Pemanenan
Kegiatan pemanenan merupakan tahap akhir dari budidaya cabai. Cabai merah di
dataran rendah pada umumnya dipanen pada umur 75-80 HST dengan tingkat
kemasakan 85% sampai dengan 90%. Pemanenan dilakukan dengan memetik buah
tanaman cabai merah. Pemanenan dapat dilakukan ketika warna buah cabai sudah
dominan berwarna merah

6
Pengamatan
Kondisi iklim makro
Kondisi iklim makro dideskripsikan dengan menggunakan data sekunder dari
Stasiun Klimatologi Klas 1 BMKG Dramaga Kabupaten Bogor.
Pengukuran radiasi matahari
Pengukuran neraca radiasi matahari dilakukan pada setiap perlakuan pada petak
percobaan. Radiasi matahari diukur menggunakan tube solarimeter yang diletakkan di
bawah dan di atas tajuk. Pengukuran radiasi matahari dan suhu udara dilakukan pada
pukul 07.00, 13.00, dan 17.00 WIB atau disesuaikan dengan waktu pengukuran yang
dilakukan oleh stasiun pengamatan cuaca. Data radiasi di atas tajuk tanaman tanpa
naungan, divalidasi dengan data BMKG.
Pengukuran radiasi surya dilakukan menggunakan tube solarimeter hanya
menghasilkan data intensitas radiasi sesaat. Stasiun meteorologi terdekat pun tidak
menyediakan data radiasi total. Oleh karena itu, dilakukan perhitungan radiasi total
dalam satu hari menggunakan rumus penurunaan sinus dai intensitas radiasi sesaat.
Kemudian untuk validasi data yang didapat dibandingkan dengan stasiun klimatlogi
terdekat.
Prosedur Analisis Data
Data diolah dengan software MS. Excel dan SPSS 16.
Tinggi tanaman
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan pada beberapa tanaman contohyang dipilih
secara acak dari setiap ulangan perlakuan. Tinggi tanaman diukur mulai dasar tanaman
(permukaan tanah) sampai pucuk tanaman.
Indeks luas daun (ILD)
Daun tanaman hasil contoh destruktif kemudian di-scan dan disimpan dalam file
berekstensi *.jpg. Data tersebut diolah menggunakan perangkat lunak Paint dan MS.
Office Picture Manager untuk mengatur ukuran pikselnya, kemudian menggunakan
program GetPixels untuk mendapatkan warna tiap piksel dalam bentuk angka. Angkaangka tersebut dihitung menggunakan MS.Excel dan diperoleh persentase luas daun
untuk dibandingkan dengan ukuran luas scanner sehingga didapat luas daunnya.
Indeks Luas Daun (ILD) ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut:
ILD (m2 m-2) = (luas daun per tanaman x jumlah tanaman) / luas lahan
Luas daun spesifik (SLA)
SLA (Specific Leaf Area) ditentukan menggunakan persamaan:
SLA (cm2 gram-1) = luas daun / berat kering daun

7
Koefisien pemadaman
Koefisien pemadaman (k) dihitung menggunakan persamaan:
k = ln(Q0/Qt) / ILD
Keterangan:
Qt
: Radiasi matahari di bawah tajuk (MJ m-2)
Q0
: Radiasi matahari di atas tajuk (MJ m-2)
ILD : Indeks luas daun
Nilai k dipengaruhi oleh sifat optik tanaman. Sifat optik tanaman relatif tetap dari
awal hingga akhir pengamatan

Intersepsi radiasi surya
Intersepsi radiasi surya adalah besar radiasi surya yang tertahan oleh tajuk atau
kanopi tanaman yang tidak sampai ke permukaan tanah di bawah tajuk atau kanopi
tanaman tersebut (Sitaniapessy 1985). Pengertian lain yang disampaikan oleh Handoko
(1994) menyebutkan bahwa intersepsi radiasi surya adalah selisih antara radiasi yang
diterima di atas tajuk dan di bawah tajuk tanaman. Dari pengertian tersebut maka
persamaan untuk menghitung intersepsi radiasi surya adalah sebagai berikut:
Qint = Q0 – Qtran
Trans = (Qtran/Q0) x 100%
Keterangan:
Qint
: Intersepsi radiasi surya (MJ/m2)
Qtran : Transmisi radiasi surya (MJ/m2)
Tran : Persentase radiasi transmisi (%)
Q
: Radiasi yang diterima di bawah tajuk (MJ/m2)
Q0
: Radiasi yang diterima di atas tajuk (MJ/m2)
Persamaan lain yang dapat digunakan untuk menduga intersepsi radiasi adalah
persamaan dari Hukum Beer:
Qint = Q0 x (1 - exp(-k x ILD))
k
ILD

: Koefisien pemadaman
: Indeks luas daun

Radiasi yang dihitung merupakan radiasi global hasil observasi pada lahan
percobaan.

Efisiensi pemanfaatan radiasi surya
Efisiensi pemanfaatan radiasi surya adalah nisbah antara energi yang digunakan
untuk membentuk bahan kering dengan total energi surya yang diterima selama masa
pertumbuhan (Sitaniapessy 1985). Menurut Liu et al (20120, nilai RUE juga dapat
ditentukan berdasarkan kemiringan garis linear hasil plotting akumulasi.

8
Nilai pfisiensi remanfaatan radiasi (RUE) atau ε ditentukan berdasarkan
kemiringan garis hasil plotting akumulasi intersepsi radiasi (MJ m-2) dan penambahan
berat kering (biomassa) tanaman (g m-2). Handoko (1994) menyatakan bahwa efisiensi
radiasi surya pada tanaman dapat dihitung dari persamaan sebagai berikut:
ε = dw / Qint
ε

: Efisiensi pemanfaatan radiasi surya (g MJ -1)

dw

: Penambahan biomassa tanaman (g m-2)

Bobot kering tanaman
Parameter produksi yang diamati meliputi: bobot basah daun, bobot basah batang,
bobot basah akar. Komponen yang dihasilkan ditimbang tanpa dikeringkan terlebih
dahulu kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 110 0C Selama 8 jam kemudian
ditimbang.
Rancangan percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan tiga perlakuan. Ukuran petak percobaan seluruhnya adalah 13 m x 10 m, jarak
antar bedengan dan perlakuan adalah 50 cm. Kultivar cabai yang digunakan hanya satu
jenis dan tiap tanaman ditanam dengan jarak tanam 50 cm x 40 cm dan tiga kali ulangan.
Jumlah tanaman secara keseluruhan adalah 600 tanaman dimana setiap perlakuan
naungan menggunakan 162.
Perlakuan naungan (N) sebagai petak utama, dengan tiga taraf yaitu :
N0 = tanpa naungan
N1 = naungan paranet 50 %
N2 = naungan paranet 75 %
Model linear yang digunakan adalah:

Yij     i   ij atau Yij  i   ij
dimana:
Yij
:
µ
:
τ
:
εij
:
i
:
j
:

i=1, 2, …, t dan j=1, 2, …,r
Nilai pengamatan untuk perlakuan ke i pada ulangan ke j
Rata-rata atau nilai harapan
Pengaruh perlakuan ke-i pada ulangan ke j
Kesalahan percobaan pada perlakuan ke i pada ulangan ke j
Perlakuan
Ulangan

9

Gambar 3 Pembagian petak perlakuan
Keterangan:
N0
: Tanpa Naungan
N50
: Naungan 50%
N75
: Naungan 75%

U1
U2
U3

: Ulangan 1
: Ulangan 2
: Ulangan 3

Analisis statistik
Data yang diperoleh dianalisis dengan secara statistik untuk melihat ada tidaknya
perbedaan intensitas radiasi matahari akibat pengaruh perlakuan naungan. Analisis sidik
ragam ANOVA (Analysis of Variance) dengan taraf nyata (α) 5% dilakukan
menggunakan software SPSS 16. Pengujian dilakukan menggunakan uji F. Pengaruh
perlakuan dikatakan nyata apabila F hitung lebih besar dari Ftabel.
F hitung
Selanjutnya digunakan uji lanjut Duncan (Rp) untuk mengetahui beda nilai tengah
hasil pengamatan antara setiap perlakuan (p) yang dapat ditentukan melalui persamaan:
Rp = rα; p; dbg
KTG : Kuadrat Total Galat]
R
: Jumlah ulangan
rα; p; dbg : Nilai tabel Duncan pada taraf nyata α, jarak peringkat dua perlakuan p
dan derajat bebas galat sebesar dbg.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Lahan penelitian Stasiun Klimatologi Klas 1 BMKG Dramaga, Kabupaten Bogor
terletak pada 06º31' LS dan 106º44' BT dengan ketinggian tempat 207 mdpl. Penelitian
dilakukan pada tanggal 22 Februari 2013 sampai dengan 30 Juni 2013. Kelembaban
udara rata-rata sebesar 79% dan curah hujan selama penelitian sebesar 931 mm dengan
hari hujan sebanyak 75 hari. Suhu udara rata-rata lokasi penelitian diluar naungan,
naungan 50% dan 75% secara berturut-turut 27.4, oC, 27.2 oC dan 27.1 oC

10
Pertumbuhan Tanaman Cabai Merah
Tinggi tanaman
Hasil rata-rata dari semua perlakuan menunjukkan bahwa tanaman yang berada di
dalam naungan cenderung lebih tinggi daripada yang berada di luar naungan.
Nilai rata-rata tinggi tanaman yang ternaungi mengalami peningkatan pada
minggu ke 8 (Gambar 4). Memasuki umur tanaman pada minggu ke 9 pertambahan
tinggi tanaman relatif konstan. Hal ini dikarenakan tanaman sudah membentuk bunga
dan buah. Jumlah cahaya yang kurang menyebabkan tanaman tumbuh bertambah tinggi
lebih cepat karena mengalami etiolasi. Kekurangan cahaya yang diterima mendorong
tumbuhan untuk mengejar atau memperoleh cahaya matahari yang cukup untuk
melakukan fotosintesis. Efek dari etiolasi pada tanaman di dalam naungan adalah
tanaman menjadi lebih tinggi, tetapi mudah patah dan mudah rebah.
140

Tinggi rata-rata (cm)

120
100
80
60

40
20
0
0

2

4

6

8

10

12

14

MST

Gambar 4 Hubungan waktu dengan tinggi tanaman cabai. ▲= Tanpa naungan, ■ =
Naungan paranet 50%, ♦ = Naungan paranet 75%
Tabel 1

Pengaruh naungan terhadap tinggi tanaman cabai N0 = Tanpa naungan
paranet, N50 = Naungan paranet 50, N75 = Naungan paranet 75%

MST
2
4
6
8
10
12

N0
35.0a
51.4a
67.9a
89.5a
94.5a
95.5a

Naungan (%)
N50
25.2a
47.0a
68.9a
95.1a
101.7a
103.0a

N75
36.9a
56.4a
75.9a
79.7a
85.6a
86.8a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama, berbeda nyata
pada uji Duncan taraf kesalahan 5%

11

Bobot kering total (g/tan)

Berat Kering Total per Tanaman
Bobot kering tanaman cabai meningkat dengan bertambahnya umur tanaman
cabai (Gambar 5). Peningkatan bobot kering tanaman disebabkan tanaman cabai terus
melakukan fotosintesis.
12
10
8
6
4
2

0
0

2

4

6

8

10

12

MST

Gambar 5 Hubungan waktu dengan bobot kering total (BK) per tanaman. ▲ Tanpa
naungan, ■ =Naungan paranet 50%, ♦ = Naungan paranet 75%
Berat kering masing-masing tanaman menunjukkan bahwa setiap perlakuan
memiliki karakteristik yang sama hingga tanaman berumur 4 MST. Berat kering
tanaman yang tanpa naungan dan yang teraungi paranet 50% meningkat pesat sampai
umur 4 MST. Namun pada tanaman di naungan 75% memiliki nilai bobot kering
dengan peningkatan relatif kecil.
Radiasi yang cukup pada tanaman tanpaa naungan menyebabkan pertumbuhan
tanaman lebih cepat, sehingga tanaman cabai di tanpa naungan paranet dapat
menghasilkan buah cabai yang lebih banyak. Jumlah bobot tanaman dapat dibuktikan
dengan jumlah nilai bobot buah cabai yang dihasilkan. Sedangkan bobot tanaman cabai
semakin menurun dengan pemakaian naungan paranet. Menurunnya bobot tanaman
cabai sejalan dengan semakin rendahnya radiasi yang diterima oleh tanaman.
Tabel 2

Pengaruh naungan paranet terhadap Bobot kering total tanaman N0 =Tanpa
naungan paranet, N50 = Naungan paranet 50%, N75 = Naungan paranet
75%
MST
2
4
6
8
10
12

N0
2.3a
12.4b
13.9b
15.4b
16.9b
18.4b

Naungan (%)
N50
2.6b
11.2b
14.1b
17.0b
20.0c
22.9c

N75
3.9b
3.3a
4,6a
5.9a
7.2a
8.5a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama, berbeda nyata
pada uji Duncan taraf kesalahan 5%

12
Indeks Luas Daun (ILD)
Nilai ILD semakin meningkat seiring dengan bertambahnya umur tanaman yang
disebabkan oleh perubahan bentuk morfologi tanaman menjadi besar dan rimbun.
Semakin besar ILD maka semakin banyak radiasi yang jatuh pada tajuk tanaman.
Hubungan minggu setelah tanam (MST) dengan indeks luas daun (ILD) dapat dilihat
pada Gambar 6

Indeks luas daun (ILD)

4
3
2
1
0
2

4

6

8

10

12

(MST)

Gambar 6 Hubungan MST dengan indeks luas daun (ILD) tanaman cabai. ▲= Tanpa
naungan, ■ =Naungan paranet 50%, ♦ = Naungan paranet 75%
Nilai ILD meningkat hingga mencapai maksimum pada 8 MST di ketiga
perlakuan. Peningkatan nilai ILD ini disebabkan oleh pertumbuhan daun yang semakin
besar, terutama di awal masa tanam spada periode vegetatif. Pembungan pada ketiga
perlakuan mulai terjadi pada 7 MST. Setelah pembungaan, mulai terbentuk buah yang
diiringi pengguguran daun oleh tanaman cabai. Hal ini yang menyebabkan nilai ILD
semakin menurun setelah 8 MST hingga menjelang panen.
Tabel 3

Pengaruh naungan paranet terhadap indeks luas daun (ILD) , N0 = Tanpa
naungan paranet, N50 = Naungan paranet 50%, N75 = Naungan paranet
75%
MST
2
4
6
8
10
12

N0
0.5a
1.4a
2.0a
2.5a
2.4a
2.5a

Nungan (%)
N50
0.6a
1.5ab
2.2ab
2.7a
2.6a
2.6a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang
pada uji Duncan taraf kesalahan 5%

N75
0.7a
1.7b
2.5a
3.1a
2.9a
2.9a
sama, berbeda nyata

13
Secara umum, nilai ILD pada tanaman dengan naungan paranet 75% (N75)
memiliki nilai yang lebih besar dibanding kedua perlakuan lain pada keseluruhan masa
tanam. Sedangkan tanaman tanpa naungan (N0) dan tanaman dengan naungan paranet
50% (N50) tidak memiliki perbedaan nilai ILD yang cukup signifikan. Perbedaan nilai
ILD pada setiap naungan disebabkan oleh perbedaan jumlah radiasi yang diterima
tanaman. Tanaman N75 memiliki bentuk daun yang paling lebar diantara ketiga
perlakuan. Hal ini disebabkan radiasi terhambat oleh naungan, sehingga daun tumbuh
lebar tetapi tipis agar dapat menerima radiasi lebih banyak. Hal yang sebaliknya berlaku
pada tanaman N0.
Koefisien Pemadaman (k)
Kemampuan tanaman untuk mengintersepsi radiasi matahari dipengaruhi oleh
nilai koefisien pemadaman (k) (Boer dan Las 1994). Setiap tanaman memiliki nilai k
yang berbeda-beda. Menurut Bey (1991), nilai k berkisar antara 0.3-0.5 pada tanaman
yang memiliki daun tegak. Sedangkan nilai k berkisar 0.6-1.0 untuk tanaman yang
memiliki daun lebar dan horizontal. Kecilnya nilai k menandakan kecilnya radiasi yang
diintersepsi
Tanaman cabai merupakan tanaman yang memiliki daun yang lebar dan
horizontal. Berdasarkan data pada penelitian ini, nilai koefisien pemadaman pada
tanaman cabai adalah 0.72. Nilai koefisien pemadaman tanaman cabai pada penelitian
ini didapatkan dari rata-rata nilai koefisien pemadaman pada umur tanaman yang sudah
dewasa. Pada kondisi tanaman dewasa, tanaman memiliki tajuk tebal dan rimbun,
sehingga nilai koefisien pemadaman yang dihasilkan cukup valid.

Luas Daun Spesifik
Nilai luas daun spesifik atau Specific Leaf Area (SLA) menunjukkan besarnya
indeks ketebalan daun. Semakin besar nilai SLA mengindikasikan daun semakin tipis
dan luasnya semakin besar.
300

SLA (cm2/g)

250
200
150
100
50
0
0

2

4

6

8

10

12

14

MST

Gambar 7 Specific Leaf Area (SLA) rata – rata semua ulangan. ▲= Tanpa naungan,
■ =Naungan paranet 50%, ♦ = Naungan paranet 75%

14
Gambar 7 menunjukkan perkembangan nilai SLA dari mulai penanaman hingga
panen. Nilai SLA mengalami peningkatan pada awal masa tanam hingga mencapai
maksimum pada 4 MST. Setelah 4 MST, nilai SLA turun hingga 8 MST dan kemudian
naik kembali. Perubahan nilai ini dapat disebabkan oleh faktor luar, seperti iklim.
Tanaman N50 dan N75 cenderung memiliki nilai SLA yang lebih besar dibanding
tanaman N0 di awal masa tanam. Hal ini menunjukkan bahwa daun tanaman cabai di
bawah naungan cenderung lebih lebar dan lebih tipis dibanding tanaman cabai tanpa
naungan. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Orcutt (1987) yang mengemukakan bahwa
daun tanaman di bawah naungan cenderung lebih tipis dan lebih luas.
Daun tanaman tanpa naungan memiliki bentuk yang lebih kecil dan tebal karena
tanaman ini memperolah radiasi yang paling tinggi. Bentuk daun yang kecil dan tebal
dapat merupakan bentuk adaptasi untuk mengurangi penguapan pada daun,

Radiasi Surya Total
Intensitas radiasi total di atas tajuk tanaman cabai di luar naungan adalah 1778
MJ/m², sedangkan di atas tajuk tanaman di dalam naungan paranet 50 % adalah 1629
MJ/m² dan di atas tajuk tanaman di dalam naungan paranet 75% adalah 1364 MJ/m².
Pengaruh radiasi baur merupakan faktor utama yang menyebabkan hanya sedikit saja
energi radiasi yang mampu di tahan oleh naungan paranet.

Qo (MJ/m²/hari)

25
20
15
10

5
0
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

MST

Gambar 8 Intensitas radiasi global harian selama percobaan

Intersepsi Radiasi Surya
Nilai radiasi matahari yang mengenai tajuk tanaman akan mengalami
pengurangan dalam perjalanannya menuju ke permukaan tanah. Sebagian radiasi akan
diintersepsi oleh tajuk tanaman (Gambar 9). Pada minggu 3-7 nilai intersepsi radiasi
merupakan nilai tertinggi. Hal ini dipengarui oleh pada masa minggu ke 3 sampai
dengan minggu ke 8 pertumbuhan tanaman cabai berada pada fase vegetatif yang
optimum. Hal tersebut sesuai dengan nilai ILD pada minggu 7-8 mengalami
peningkatan. Pada minggu ke 9 nilai ILD cenderung menurun dan nilai intersepsi juga
mulai menurun sampai dengan akhir panen. Penurunan nilai tersebut dikarenakan fase
tanaman yang mulai muncul bunga dan buah.

15
160
Qint (MJ/m²/minggu)

140
120
100
80

60
40
20
0
0

2

4

6

8

10

12

14

MST

(a)

Qint (MJ/m²/minggu)

200
150
100
50
0
0

5

10

15

MST

(b)

Gambar 9 Radiasi intersepsi rata-rata, dihitung berdasarkan hukum Beer (a) dan
berdasarkan selisih antara radiasi yang di atas tajuk dan di bawah tajuk (b).
▲= Tanpa naungan, ■=Naungan paranet 50%, ♦= Naungan paranet 75%
Perbandingan nilai dari kedua metode perhitungan nilai intersepsi (yaitu yang
dihitung berdasarkan hukum Beer dan yang dihitung berdasarkan selisih antara radiasi
yang di atas tajuk dan di bawah tajuk) pada naungan 50% dan tanpa naungan relaif
sama. Pada naungan paranet 75% pada Grafik 9b dan Grafik 9a sedikit berbeda
Pemakaian naungan paranet menyebabkan nilai radiasi datang kecil, sehingga radiasi
yang sampai ke permukaan tanah juga kecil. Faktor lain yang menyebabkan nilai radiasi
transmisi adalah bentuk tajuk. Tajuk pada tanaman cabai di bawah naungan relatif tebal
daripada tanpa naungan paranet.

16
Efisiensi Pemanfaatan Radiasi Surya (RUE)
Pada penelitian ini nilai RUE diperoleh dari gradien garis korelasi akumulasi
radiasi intersepsi dan penambahan BKT (Gambar 10). Hasil analisis menunjukkan
bahwa tanaman di luar naungan lebih efisien daripada tanaman di dalam naungan
1,400

BKT (g/m²)

1,200

ΔBKT▲ = 0.949 Qint

ΔBKT■= 0.79Qint

1,000
800
600
400
200

ΔBKT= 0.4061Qint

0
0

200

400

600

800

1000

1200

Akumulasi Qint (MJ/m²)

Gambar 10 Korelasi antara berat kering total dengan akumulasi intersepsi radiasi surya
rata- rata semua perlakuan. ▲= Tanpa naungan, ■=Naungan paranet, ♦=
Naungan paranet 75%

Biomassa Total Tanaman
Komponen panen tanaman cabai yang dihitung adalah jumlah biomassa daun,
akar, batang, dan buah (Lampiran 2). Biomassa pada tanaman tanpa naungan relatif
lebih besar dibandingkan dengan tanaman yang ternaungi. Selain itu, tanaman ternaungi
juga memiliki jumlah cabang yang sedikit. Biomassa semakin menurun dengan
pemakaian paranet.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pertumbuhan tanaman cabai akan lebih optimal bila ditanam tanpa adanya
pemakaian naungan. Pertumbuhan tanaman cabai pada perlakuan tanpa naungan
menghasilkan nilai ILD, RUE, Qint dan biomassa yang lebih besar dibandingkan dengan
tanaman ternaungi. Intensitas radiasi total di atas tajuk tanaman cabai diluar naungan
adalah 1778 MJ/m², sedangkan di atas tajuk tanaman di dalam naungan paranet 50 %
adalah 1629 MJ/m² dan di atas tajuk tanaman di dalam naungan paranet 75% adalah
1364 MJ/m². Pada tanaman tanpa naungan nilai ILD maksimum 3.18 dan ILD
minimum 0.75, RUE maksimum 2.8 g/MJ dan RUE minimum 1.5 g/MJ. Pada tanaman
ternaungi paranet 50 %, nilai ILD maksimum 2.75 dan ILD minimum 0.64, RUE

17
maksimum 2.7 g/MJ dan RUE minimum 1.4 g/MJ. Tanaman yang ternaungi oleh
paranet 75% nilai ILD maksimum 2.58 dan ILD minimum 0.60, RUE maksimum 2.6
g/MJ dan RUE minimum 1.3 g/MJ. Biomassa tanaman pada kondisi ternaungi dan
tanpa naungan memiliki nilai yang sangat berbeda. Tanaman pada kondisi ternaungi
paranet 75% hanya menghasilkan 7% dari biomassa tanpa naungan. Pada penelitian ini,
penanaman cabai tanpa naungan merupakan metode yang lebih efisien dan optimal
untuk mendapatkan hasil yang baik.

Saran
Penentuan pengamatan intensitas matahari perlu disesuaikan dengaan fase
pertumbuhan tanaman. Upaya pengendalian hama dan penyakit tanaman serta
pemeliharaan tanaman seperti pemberian pupuk harus diperhatikan lagi dosisnya agar
pertumbuhan tanaman menjadi lebih optimal. Penelitian mengenai neraca radiasi
tanaman perlu dilakukan karena hal tersebut sangat berkaitan dengan proses fotosintesis
yang berhubungan langsung dengan pertumbuhan tanaman.

18

DAFTAR PUSTAKA
Brown S. 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forests. A primer.
FAO, Forestry Paper 134.
Chapman SB. 1976. Methods in plant ecologi.2nd edition. Blackwell Scientific Publisher.
Oxford. 145-120 p
Dermawan R. 2010. Budidaya Cabai Unggul. Jakarta (ID): Penebar Swadaya
Feng BL, Chai Y, Gao JF. 2001. Progress and prospect of buckwheat cultivation in
China. 1: 8-10. Didalam Wang Y. dan Campbell CG. 2004. Buckwheat
Production, Utilization, and Research in China. Review Paper. Fagopyrum
21: 23-133
George RAT. 2010. Vegetable Seed Production 3rd Edition. Wallingford UK: CAB
International.
Hale MG, and Orcutt DM. 1987. The Physioligy of Plant Under Stress. John Wiley and
Sons. Singapore. 206p.
Koesmaryono Y. 1996. Studies on photosynthesis growth and yield of soybean (Glycine
max (L) Merr.) in relation to climatological environment [disertasi]. Matsuyama
(JP): Ehime University.
Kunri S. 2010. Red Chilli De-Hydration Plant. Pakistan: Sindh Board of Investment.
Kusandriani Y. 1996. Pengaruh naungan kasa terhadap hasil beberapa kultur cabai . J.
Hort 6(1):10-16
Prajnanta F. 2007. Agribisnis Cabai Hybrida. Jakarta: Penebar Swadaya
Rubatzky VE dan Yamaguchi M. 1998. Sayuran Dunia 1 Prinsip, Produksi, dan Gizi
Edisi Kedua. Jilid 1. Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Samadi B. 1997. Budidaya Cabai Merah Secara Komersial. Yayasan PustakaNusatama.
Yogyakarta
Salisbury FB dan Ross CW. 1995. Fisiologi Tanaman. Jilid 3. Institut Teknologi
Bandung, Bandung.
Setiadi. 2008. Bertanam Cabai. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sitaniapessy PM. 1985. Pengaruh Jarak Tanam dan Besarnya Populasi Tanaman
Terhadap Absorbsi Radiasi Surya dan Produksi Tanaman Jagung (Zea Mays L.).
Thesis. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sopandie D. 2003. Keefektifan Uji Ruang Gelap untuk Seleksi Ketenggangan
terhadap Naungan pada Padi Gogo. Hayati Vol. 10 No.3, September 2003, hlm.
91-95.
Sumarni N. 1996. Budidaya tanaman cabai merah, p.36-47. Dalam: AS Duriat,
Widjaya, WH Thomas dan L Prabaningrum (Eds.). Teknologi Produksi Cabai
Merah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Lembang.
Syukur M, Yunianti R, Dermawan R. 2012. Sukses Panen Cabai tiap Hari. Jakarta :
Penerbit Swadaya
Valenzuela H. 2010. Farm and Foresty Production and Marketing Profile for Chili
Pepper (Capsicum annuum). USA: Permanent Agriculture Resources.
Wibowo MH, Noviana D, Siregar IZ. Varietas Unggul IPB. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Wiryanta BTW. 2002. Bertanam Cabai pada Musim Hujan. Jakarta: Agromedia
Pustaka.

19

LAMPIRAN
Lampiran 1 Deskripsi Cabai Besar Varietas Seloka IPB

Cabai merah Varietas Seloka IPB (Capsicum annum L ).
(Sumber: dokumen pribadi)
Asal
Silsilah

Golongan varietas
Tinggi tanaman
Bentuk penampang batang
Diameter batang
Warna batang
Warna daun
Bentuk daun
Ukuran daun
Bentuk bunga
Warna kelopak bunga
Warna mahkota bunga
Warna kepala putik
Warna benangsari
Umur mulai berbunga
Umur mulai panen
Bentuk buah
Ukuran buah
Warna buah muda
Warna buah tua
Tebal kulit buah

: dalam negeri
: seleksi bulk dimodifikasi
hasil persilangan IPB C2 x
IPB C5
: bersari bebas
: 45,09 – 76,87 cm
: bulat
: 0,99 – 1,72 cm
: hijau
: hijau
: oval
: panjang 7,66 – 11,91 cm
lebar 2,78 – 3,79 cm
: intermediate
: hijau
: putih
: putih
: biru
: 25 – 29 hari setelah tanam
: 71 – 78 hari setelah tanam
: memanjang
: panjang 12,07-15,77 cm
diameter 1,49-1,88 cm
: hijau
: merah
: 0,11-0,19 cm

20
Rasa buah
Bentuk biji
Warna biji
Berat 1.000 biji
Berat per buah
Jumlah buah per tanaman
Berat buah per tanaman
Daya simpan buah
Hasil buah per hektar
Populasi per hektar
Kebutuhan benih per hektar
Penciri utama

Keunggulan varietas

Wilayah adaptasi
Pemohon

Pemulia
Peneliti

: sangat pedas dengan kadar
capsaicin 917,25-979,15 ppm
: pipih
: kuning jerami
: 5,0-5,2 g
: 10,33-12,57 g
: 51 – 80 buah
: 482,16 g (320,97 – 695,66 g)
: 8-10 HST (pada suhu 27-28 oC)
: 11,59 ton (7,34 – 17,49 ton)
: 25.000 tanaman
: 200-300 g
:perubahan warna buah muda hingga
buah matang : hijau tua – coklat –
merah, daun tua mengarah ke bawah,
bentuk tajuk melebar, ujung buah agak
melengkung
:umur panen genjah (62,42 – 86,87 hari
setelah tanam), tingkat kepedasan sangat
tinggi (939,13 – 1.000,98 ppm),
produktifitas tinggi (dapat mencapai 17
ton/ha)
:beradaptasi dengan baik di dataran rendah
dengan ketinggian 100 – 250 m dpl
:Pusat Kajian Hortikultura Tropika Institut
Pertanian Bogor, Departemen Agronomi
dan Hortikultura Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
:Muhamad Syukur, Sriani Sujiprihati,
Rahmi Yuniati
:Widodo, Undang, Abdul Hakim, Tiara
Yudilastari, Arya Widura Ritonga, Vitria P.
Rahadi(Wibowo et al. 2010)

21
Lampiran 2

Proporsi berat kering total organ tanaman setiap perlakuan ■=akar,
■=batang, ■=daun, ■= buah

40

Tanpa naungan

Berat kering (gr)

30

20

10

0
1

2

3

MST

4

5

6

5

6

Berat Kering (gr)

(a)
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

Naungan paranet 50%

1

2

3

MST

4

Berat Kering (gr)

(b)
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0

Naungan paranet 75%

1

2

3

(c)

MST

4

5

6

22
Lampiran 3 Data Panen buah cabai merah
Tanggal
12 Juni 2013
16 Juni 2013
20 Juni 2013
28 Juni 2013
1 Juli 2013
5 Juli 2013
9 Juli 2013
15 Juli 2013

N0
1
2
3
4
5
6
7
8

Panen ke
N50
**
**
**
1
2
3
4
5

N75
**
**
**
**
1
2
3
4

N0
6.97
6.59
6.23
12.16
4.28
5.32
2.79
1.58

Produksi panen
N50
****
****
****
5.09
2.16
4.38
4.79
2.13

N75
****
****
****
****
0.54
0.87
0.24
1.35

Lampiran 4 Data indeks luas daun (ILD) rata-rata tiap minggu setelah tanam (MST)
Rata-rata ILD pada MST keUlangan
U01
U02
U03
U501
U502
U503
U751
U752
U753

2
0.6
0.5
0.6
0.7
0.6
0.6
0.5
0.9
0.8

4
1.2
1.6
1.7
1.6
1.6
1.5
1.8
1.9
1.8

6
1.8
2.2
2.3
2.3
2.2
2.1
2.3
2.8
2.6

8
2.4
2.5
2.8
2.9
2.8
2.6
2.6
3.7
3.3

10
2.3
2.4
2.7
2.7
2.6
2.5
2.5
3.4
3.1

12
2.3
2.5
2.7
2.7
2.6
2.5
2.6
3.2
3.0

Lampiran 5 Data pengukuran radiasi matahari di lahan (MJ/m2/hari)
HST

MST
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Tanggal
1 28-Mar
29-Mar
30-Mar
31-Mar
01-Apr
02-Apr
03-Apr
2 04-Apr
05-Apr
06-Apr
07-Apr
08-Apr
09-Apr

0

BMKG
Qo
17
17
11
18
16
13
14
14
18
6
11
14
16

Qt
27
27
19
28
26
22
23
24
29
13
20
23
26

Qo
24
24
16
25
22
19
20
20
26
10
16
19
23

50
Qt
25
26
18
26
24
21
22
22
27
12
18
21
24

Qo
23
23
16
24
21
19
20
20
24
11
16
19
22

75
Qt
21
22
15
22
20
17
18
19
23
10
15
18
20

19
20
13
20
18
16
17
17
21
9
14
16
19

23
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52

10-Apr
3 11-Apr
12-Apr
13-Apr
14-Apr
15-Apr
16-Apr
17-Apr
4 18-Apr
19-Apr
20-Apr
21-Apr
22-Apr
23-Apr
24-Apr
5 25-Apr
26-Apr
27-Apr
28-Apr
29-Apr
30-Apr
01-May
6 02-May
03-May
04-May
05-May
06-May
07-May
08-May
7 09-May
10-May
11-May
12-May
13-May
14-May
15-May
8 16-May
17-May
18-May

10
16
12
8
17
14
17
17
11
17
17
9
7
14
14
14
12
15
15
14
14
13
9
17
15
13
13
13
13
14
15
14
9
7
13
9
13
13
10

18
26
21
15
27
24
26
27
18
26
27
17
13
23
22
20
20
23
25
23
23
25
18
26
24
22
21
21
22
25
21
23
16
14
21
19
20
21
17

15
22
18
11
24
20
23
24
14
22
23
13
9
19
18
15
16
19
22
19
19
24
14
22
20
18
18
17
19
24
16
20
12
10
18
17
15
17
14

16
24
19
14
25
22
25
26
16
23
24
15
12
21
20
17
18
21
23
20
20
26
16
24
22
20
19
19
21
25
17
21
15
12
19
19
17
19
16

15
21
18
12
23
20
22
23
15
21
22
13
10
19
18
15
16
19
21
18
18
23
15
21
20
18
17
17
19
23
16
19
13
11
17
17
15
17
14

14
20
16
11
21
18
21
22
14
20
21
12
9
17
17
14
15
18
20
17
17
22
13
20
19
17
16
16
17
21
15
18
12
10
16
16
14
16
13

13
18
15
10
20
17
19
20
13
18
19
11
9
16
16
13
14
16
18
16
16
20
12
18
17
16
15
15
16
19
13
16
11
9
15
14
13
15
12

53
54
55
56
57
58
59

19-May
20-May
21-May
22-May
9 23-May
24-May
25-May

12
15
8
12
12
16
8

20
24
16
15
18
26
15

17
20
12
7
13
22
11

19
22
14
9
15
24
13

17
19
13
8
13
22
12

16
18
12
7
12
20
11

14
17
11
7
11
18
10

24
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95

10

11

12

13

26-May
27-May
28-May
29-May
30-May
31-May
01-Jun
02-Jun
03-Jun
04-Jun
05-Jun
06-Jun
07-Jun
08-Jun
09-Jun
10-Jun
11-Jun
12-Jun
13-Jun
14-Jun
15-Jun
16-Jun
17-Jun
18-Jun
19-Jun
20-Jun
21-Jun
22-Jun
23-Jun
24-Jun
25-Jun
26-Jun
27-Jun
28-Jun
29-Jun
30-Jun

20
7
7
16
14
11
15
15
7
12
11
6
16
14
17
14
10
6
7
12
11
14
6
8
11
7
12
15
16
16
17
14
14
14
10
11

31
14
14
24
26
21
25
24
14
21
17
13
26
23
26
23
18
13
16
21
19
22
22
20
20
26
26
30
28
26
23
23
26
25
23
24

27
10
11
20
24
18
21
21
10
17
12
9
24
20
23
19
15
10
12
17
16
18
25
19
16
31
27
30
27
22
17
20
25
23
22
24

28
12
13
22
25
20
23
22
12
19
14
11
25
21
24
21
17
12
15
19
17
19
26
21
18
32
28
31
28
24
19
22
26
24
24
25

26
11
11
20
23
18
20
20
11
17
12
10
23
19
22
19
15
11
13
17
16
17
24
19
16
29
26
28
25
21
17
19
23
22
21
23

24
10
10
18
21
17
19
19
10
16
11
9
21
18
20
18
14
10
12
16
14
16
22
17
15
27
24
27
24
20
16
18
22
21
20
21

22
9
10
17
20
16
18
17
9
15
10
8
19
16
19
16
13
9
11
14
13
15
20
16
14
25
22
24
22
18
15
17
20
19
18
19

25
Lampiran 6 Gambar pertumbuhan tanaman cabai pada beberapa hari setelah tanam
(HSS)

 5 HSS

 9 HSS

 49 HSS
 56 HSS

 63 HSS

 68 HSS

26

 73 HSS
 70 HSS

 90 HSS
 78 HSS

 100 HSS
 105 HSS

27



108 HSS
 111 HSS

Lampiran 7 Kondisi lahan penelitian ketika masa (a) semai dan (b) tanam

(a)

(b)

Lampiran 8 Penyakit tanaman cabai merah (a) antraknosa (b) keriting daun

(a)

(b)

28
Lampiran 9 Data tinggi tanaman (cm)

U175A
U175B
U275A
U275B
U375A
U375B
U150A
U150B
U250A
U250B
U350A
U350B
U10A
U10B
U20A
U20B
U30A
U30B

Tingggi tanaman pada pengamatan minggu setelah tanam (MST) ke2
4
6
8
10
12
38.4
56.7
75
75.4
80.9
82
38.5
57.3
76.1
74.9
80.5
81.7
29.9
49.3
68.7
77.2
83
84.2
31.4
51.2
71
77.9
83.8
85
42.1
62.3
82.5
94.6
100.6
101.8
41.1
61.6
82.1
78.7
84.9
86.1
19
40.5
62
97
103.5
104.8
22.3
43.2
64.1
68
74.3
75.5
38.6
60.4
82.2
83.2
89.8
91.1
37.3
60.2
83.1
97
103.9
105.3
11.5
35
58.5
124
131.1
132.5
22.5
43
63.5
101.5
107.7
108.9
31
50
69.1
75
80.7
81.9
30.6
51
71.4
111
117.1
118.3
35.1
53
71
71
76.4
77.5
25.1
46
66.9
115
121.3
122.5
34.5
48.6
62.8
92.5
96.7
97.6
54
60.3
66.7
73
74.9
75.3

Lampiran 10 Data kalibrasi alat solarimeter
WAKTU kontrol
Sensor 1 Sensor 2 Sensor 3 Sensor 4 Sensor 5 Sensor 6
08:00
2
23
24
24
25
24
24
08:20
2
22
23
24
23
22
22
08:40
2
24
25
25
25
25
24
09:00
2
22
24
24
24
23
23
09:20
2
24
25
25
25
24
24
09:40
2
21
23
24
23
23
22
10:00
2
24
26
26
27
26
25
10:20
2
24
25
27
26
25
25
10:40
2
23
25
25
25
24
24
11:00
1
22
25
23
23
22
22
11:20
1
19
20
21
20
20
20
11:40
1
18
19
19
19
19
18
12:00
2
20
21
21
20
19
18
12:20
1
19
19
20
20
19
19
12:40
1
19
20
20
20
19
18
13:00
1
19
20
20
19
19