Hubungan Antara Tingkat Partisipasi Anggota Dengan Kelancaran Program Tabur Puja Di Posdaya Sejahtera, Kota Bogor

i

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA
DENGAN KELANCARAN PROGRAM TABUR PUJA
DI POSDAYA SEJAHTERA, KOTA BOGOR

ANNISA NOVIANI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
PERNYATAAN
MENGENAI
SKRIPSIBOGOR
DAN
INSTITUT
PERTANIAN
SUMBER INFORMASI SERTA
PELIMPAHAN HAK CIPTA
BOGOR
2015


ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan antara
Tingkat Partisipasi Anggota dengan Kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya
Sejahtera, Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor,

Agustus 2015


Annisa Noviani
NIM I34110118

iv

v

ABSTRAK
ANNISA NOVIANI. Hubungan antara Tingkat Partisipasi Anggota dengan
Kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, Kota Bogor. Di bawah
bimbingan PUDJI MULJONO
Program Tabungan dan Kredit Pundi Sejahtera atau Tabur Puja adalah program
dana bergulir yang dikelola oleh Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Program ini
diperuntukkan untuk masyarakat khususnya anggota Posdaya yang ingin membuka
usaha dan juga menambah modal usaha. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis
apakah terdapat hubungan antara faktor internal, faktor eksternal dan tingkat
partisipasi anggota Program Tabur Puja dengan tingkat kelancaran program
tersebut. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yang didukung dengan data
kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel yang memiliki
hubungan adalah tingkat interaksi anggota dan pengelola program dengan tingkat

partisipasi anggota pada tahap evaluasi, tingkat partisipasi anggota pada tahap
pelaksanaan dengan tingkat kelancaran pemanfaatan program dan tingkat
partisipasi anggota pada tahap menikmati hasil dengan tingkat kelancaran
penyaluran, pemanfaatan dan pengembalian program.
Kata kunci: faktor eksternal, faktor internal, kelancaran program, partisipasi,
posdaya

ABSTRACT
ANNISA NOVIANI. The Relationship between The Level of Participation of
Members with Smoothness of The Tabur Puja’s Program at Posdaya Sejahtera,
Bogor City. Supervised by PUDJI MULJONO
Saving and credit programs coffers prosperous or Tabur Puja is a revolving
fund’s program managed by microfinance institution (LKM). This program is
intended for the public, especially members of Posdaya who want to open a
business and also increase business capital. The purpose of this study was to
determine whether there is a relationship buffer between internal factors, external
factors, the level of participation in the smoothness’s program rate. This Research
uses quantitative data supported by qualitative data. The result of this study
showed that variables that have a relationship is level of interaction of members
and program managers with the level of participation of members in the

evaluation stage, the level of participation of members in the implementation stage
with a level of smoothnees of utilization of the program, and the level of
participation of members in the stage of enjoying the result with the level of
smoothness’s program of distribution, utilization, and returns.
Keywords: external factors, internal factors, participation, posdaya, smoothness’s
program

vi

vii

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA
DENGAN KELANCARAN PROGRAM TABUR PUJA DI
POSDAYA SEJAHTERA, KOTA BOGOR

ANNISA NOVIANI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

viii

ix

Judul Skripsi

Nama
NIM

: Hubungan antara Tingkat Partisipasi Anggota dengan
Kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, Kota
Bogor

: Annisa Noviani
: I34110118

x

xi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya ilmiah berjudul “Hubungan antara Tingkat Partisipasi Anggota dengan
Kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, Kota Bogor” ini dengan
baik. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 dengan mengangkat topik
partisipasi anggota dalam program dana bergulir dengan lokasi penelitian di
Posdaya Sejahtera, Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor,
Jawa Barat.
Penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Ucapan syukur penulis
sampaikan kepada Allah SWT dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Dr Ir Pudji Muljono, MSi selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian
karya ilmiah ini.
2. Ibu Sri Wintarsih dan Bapak Maji selaku orangtua tercinta yang selalu
memberikan saran, masukan, dukungan dan doa yang sangat bermanfaat untuk
penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
3. Bapak Dr Ir Dwi Sadono MSi selaku dosen penguji utama dan Ir Murdianto
MSi selaku dosen penguji akademik.
4. Ayi Sopandi yang telah memberikan dukungan, bantuan dan doa ketika proses
penelitian.
5. Teman satu bimbingan yaitu Nidia, Vani dan Linda yang telah membantu
dalam pelaksanaan penelitian dan berbagi pengetahuan.
6. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para teman suka
duka dan seperjuangan yaitu Fauziah Fikriani Riadisti Ramadhan, Nadia Itona
Siregar, Amanda Yunita, Indah Oktavia Putri dan teman-teman asrama yang
telah memberikan dukungan baik moril maupun materil dalam proses
penyelesaian karya ilmiah ini.
7. Ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada Ibu Masamah selaku
Kader Posdaya Sejahtera dan Bapak Madsai selaku ketua Posdaya Sejahtera
yang telah membantu selama proses pengumpulan data di lapangan.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini belum dikatakan sempurna. Maka
dari itu, penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat menyempurnakan
penelitian selanjutnya. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.

Bogor,

Agustus 2015

Annisa Noviani

xii

xiii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah Penelitian
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Posdaya
Partisipasi
Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi
Konsep Dana Bergulir
Lembaga Keuangan Mikro (LKM)
Kelancaran Program
Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian
Definisi Operasional
PENDEKATAN LAPANG
Metode Penelitian
Lokasi dan Waktu
Teknik Penentuan Responden dan Informan

Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Lokasi Penelitian
Gambaran Umum Posdaya Sejahtera
Gambaran Umum Program Tabur Puja
Faktor Internal
Usia
Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendapatan
Lama Tinggal di Suatu Lingkungan Sosial
Faktor Eksternal
Tingkat Interaksi Anggota dan Pengelola Program
Tingkat Pelayanan Pengelola Program
Tingkat Partisipasi Anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera
Tingkat Partisipasi Anggota pada Tahap Pengambilan Keputusan
Tingkat Partisipasi Anggota pada Tahap Pelaksanaan
Tingkat Partisipasi Anggota pada Tahap Evaluasi
Tingkat Partisipasi Anggota pada Tahap Menikmati Hasil
Tingkat Kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera

Tingkat Kelancaran Penyaluran

xv
xvii
xvii
1
1
2
3
3
5
5
5
6
8
10
11
13
14
16
16
21
21
21
21
22
23
25
25
25
27
28
28
29
29
30
31
31
32
32
33
33
34
35
35
36

xiv

Tingkat Kelancaran Pemanfaatan
Tingkat Kelancaran Pengembalian
Hubungan antara Faktor Internal dengan Tingkat Partisipasi Anggota
Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera
Hubungan antara Usia dengan Tingkat Partisipasi Anggota
Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Partisipasi
Anggota
Hubungan antara Tingkat Pendapatan dengan Tingkat Partisipasi
Anggota
Hubungan antara Lama Tinggal di Suatu Lingkungan Sosial dengan
Tingkat Partisipasi Anggota
Hubungan antara Faktor Eksternal dengan Tingkat Partisipasi Anggota
Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera
Hubungan antara Tingkat Interaksi Anggota dan Pengelola Program
dengan Tingkat Partisipasi Anggota
Hubungan antara Tingkat Pelayanan Pengelola Program dengan
Tingkat Partisipasi Anggota
Hubungan antara Tingkat Partisipasi Anggota dengan
Tingkat Kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera
Hubungan antara Tingkat Partisipasi Anggota pada Tahap
Pengambilan Keputusan dengan Tingkat Kelancaran Program
Hubungan antara Tingkat Partisipasi Anggota pada Tahap Pelaksanaan
dengan Tingkat Kelancaran Program
Hubungan antara Tingkat Partisipasi Anggota pada Tahap Evaluasi
dengan Tingkat Kelancaran Program
Hubungan antara Tingkat Partisipasi Anggota pada Tahap Menikmati
Hasil dengan Tingkat Kelancaran Program
Ikhtisar
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

36
37
38
39
40
41
43
44
44
46
48
48
49
51
52
54
57
57
57
59
71

xv

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6
7

8

9

10

11

12

13

14

15
16
17
18

Angka persentase jumlah penduduk miskin tahun 2009-2013
Metode pengumpulan data
Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan klasifikasi usia
di Posdaya Sejahtera tahun 2015
Data peserta Program Pendidikan Usia Dini (PAUD) Pelangi
di Posdaya Sejahtera tahun 2015
Jumlah dan persentase anggota Program Tabur Puja di
Posdaya Sejahtera menurut usia, tahun 2015
Jumlah dan persentase anggota Program Tabur Puja di
Posdaya Sejahtera menurut tingkat pendidikan, tahun 2015
Jumlah dan persentase anggota Program Tabur Puja di
Posdaya Sejahtera menurut tingkat pendapatan per bulan,
tahun 2015
Jumlah dan persentase anggota Program Tabur Puja di
Posdaya Sejahtera menurut lama tinggal di suatu lingkungan
sosial, tahun 2015
Jumlah dan persentase anggota Program Tabur Puja di
Posdaya Sejahtera menurut tingkat interaksi anggota dan
pengelola program, tahun 2015
Jumlah dan persentase anggota Program Tabur Puja di
Posdaya Sejahtera menurut tingkat pelayanan pengelola
program, tahun 2015
Jumlah dan persentase tingkat partisipasi anggota Program
Tabur Puja di Posdaya Sejahtera pada tahap pengambilan
keputusan, tahun 2015
Jumlah dan persentase tingkat partisipasi anggota Program
Tabur Puja di Posdaya Sejahtera pada tahap pelaksanaan,
tahun 2015
Jumlah dan persentase tingkat partisipasi anggota Program
Tabur Puja di Posdaya Sejahtera pada tahap evaluasi, tahun
2015
Jumlah dan persentase tingkat partisipasi anggota program
Tabur Puja di Posdaya Sejahtera pada tahap menikmati hasil,
tahun 2015
Jumlah dan persentase tingkat kelancaran penyaluran pada
Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun 2015
Jumlah dan persentase tingkat kelancaran pemanfaatan pada
Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun 2015
Jumlah dan persentase tingkat kelancaran pengembalian pada
Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun 2015
Jumlah dan persentase anggota menurut usia dengan tingkat
partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera,
tahun 2015

1
23
25
26
28
29

29

30

31

32

33

34

34
35

36
37
38
39

xvi

19
20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

Koefisien korelasi Spearman (rs) antara usia dengan tingkat
partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera
Jumlah dan persentase anggota menurut tingkat pendidikan
dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di
Posdaya Sejahtera, tahun 2015
Koefisien korelasi Spearman (rs) antara tingkat pendidikan
dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di
Posdaya Sejahtera
Jumlah dan persentase anggota menurut tingkat pendapatan
dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di
Posdaya Sejahtera, tahun 2015
Koefisien korelasi Spearman (rs) antara tingkat pendapatan
dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di
Posdaya Sejahtera
Jumlah dan persentase anggota menurut tingkat lama tinggal
di suatu lingkungan sosial dengan tingkat partisipasi anggota
Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun 2015
Koefisien korelasi Spearman (rs) antara lama tinggal di suatu
lingkungan sosial dengan tingkat partisipasi anggota Program
Tabur Puja di Posdaya Sejahtera
Jumlah dan persentase anggota menurut tingkat interaksi
anggota dan pengelola program dengan tingkat partisipasi
anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun 2015
Koefisien korelasi Spearman (rs) antara tingkat interaksi
anggota dan pengelola program dengan tingkat partisipasi
anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera
Jumlah dan persentase anggota menurut tingkat pelayanan
pengelola dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur
Puja di Posdaya Sejahtera, tahun 2015
Koefisien korelasi Spearman (rs) antara tingkat pelayanan
pengelola program dengan tingkat partisipasi anggota Program
Tabur Puja di Posdaya Sejahtera
Jumlah dan persentase anggota menurut tingkat partisipasi
anggota pada tahap pengambilan keputusan dengan tingkat
kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun
2015
Koefisien korelasi Spearman (rs) antara tingkat partisipasi
anggota pada tahap pengambilan keputusan dengan tingkat
kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera
Jumlah dan persentase anggota menurut tingkat partisipasi
anggota pada tahap pelaksanaan dengan tingkat kelancaran
Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun 2015
Koefisien korelasi Spearman (rs) antara tingkat partisipasi
anggota pada tahap pelaksanaan dengan tingkat kelancaran
Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera
Jumlah dan persentase anggota menurut tingkat partisipasi
anggota pada tahap evaluasi dengan tingkat kelancaran
Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun 2015

39

40

41

42

42

43

43

45

45

47

47

48

49

50

50

51

xvii

Koefisien korelasi Spearman (rs) antara tingkat partisipasi
anggota pada tahap evaluasi dengan tingkat kelancaran
Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera
Jumlah dan persentase anggota menurut tingkat partisipasi
anggota pada tahap menikmati hasil dengan tingkat kelancaran
Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun 2015
Koefisien korelasi Spearman (rs) antara tingkat partisipasi
anggota pada tahap menikmati hasil dengan tingkat kelancaran
Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera

35

36

37

52

52

53

DAFTAR GAMBAR
1
2

Jenjang tingkat partisipasi (Wilcox 1988)
Kerangka pemikiran hubungan antara tingkat partisipasi
dengan kelancaran program

7
15

DAFTAR LAMPIRAN

1
2
3

Sketsa lokasi penelitian
Kerangka sampling
Catatan harian

65
66
69

xviii

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kemiskinan menjadi pembahasan yang sangat penting di setiap negara
yang ada di dunia. Di Indonesia, pemerintah menempatkan isu kemiskinan dalam
prioritas utama. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah dengan berbagai
program pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat dari segala
sektor untuk mengurangi angka kemiskinan. Program-program pengentasan
kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat tersebut seperti PPK (Program
Pengembangan Kecamatan) yang dilaksanakan Departemen Dalam Negeri, P2KP
(Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan) yang dilaksanakan
Departemen Pekerjaan Umum, P4K (Proyek Peningkatan Pendapatan Petani dan
Nelayan Kecil) yang dilaksanakan Departemen Pertanian, PEMP (Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakat Pesisir) yang dilaksanakan Departemen Kelautan dan
Perikanan, KUBE (Kelompok Usaha Bersama) yang dilaksanakan Departemen
Sosial dan lain-lain. Kebijakan suatu negara yang sedang membangun pada
hakikatnya diarahkan untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan seluruh
masyarakatnya. Sasaran tersebut dapat diwujudkan di antaranya dengan
memberdayakan dan memandirikan masyarakat dalam kehidupan ekonominya.
Upaya tersebut merupakan salah satu pilihan kebijakan yang dilaksanakan
yaitu memberi peluang yang lebih besar kepada masyarakat untuk dapat
mengakses aset produksi. Salah satu aset produksi yang paling mendasar dalam
kegiatan ekonomi adalah dana atau modal. Setiap tahunnya pemerintah
menyediakan alokasi dana yang cukup besar untuk program-program tersebut.
Jika dilihat hasilnya, upaya pemerintah selama ini dapat dikatakan cukup berhasil.
Hasil laporan Badan Pusat Statistik (BPS), data lima tahun terakhir menunjukkan
persentase angka penduduk miskin di Indonesia mengalami penurunan tiap
tahunnya. Pada Tabel 1 disajikan angka persentase jumlah penduduk miskin di
Indonesia tahun 2009-2013.
Tabel 1 Angka persentase jumlah penduduk miskin tahun 2009-2013
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013

Penduduk Miskin
Jumlah
32,53
31,02
29,89
28,59
28,07

Persentase
14,15
13,33
12,36
11,66
11,37

Sumber :www.bps.go.id

Hal ini menunjukkan, meski angka penduduk miskin mengalami
penurunan tetapi tidak menunjukkan penurunan angka yang signifikan.

2

Penyebabnya dikarenakan masih rendahnya kelancaran program yang
dilaksanakan dan banyaknya kendala- kendala yang belum dapat diatasi.
Semua program yang dilaksanakan oleh berbagai departemen di
pemerintahan tersebut, rata-rata menggunakan konsep dana bergulir. Konsep dana
bergulir yaitu meminjamkan dana bantuan atau dana pinjaman yang harus
dikembalikan kepada pemerintah untuk masyarakat agar dapat membantu
memperkuat modal usaha guna pengembangan koperasi, usaha mikro, kecil,
menengah dan usaha lainnya dalam upaya penanggulangan kemiskinan,
pengangguran dan pengembangan ekonomi nasional.
Di sisi lain walaupun masyarakat mendapatkan bantuan modal untuk
usaha, tetapi masih ada beban yang ditanggung karena harus mengembalikan dana
pinjaman tersebut. Faktanya masih banyak masyarakat yang menjadi lebih miskin
dibanding sebelumnya dikarenakan tidak dapat mengembalikan dana bergulir
yang sudah digunakan. Hal ini terkadang membuat masyarakat berfikir ulang
untuk berpartisipasi dalam program. Tidak adanya partisipasi masyarakat dalam
sebuah program secara tidak langsung akan mempengaruhi kelancaran program
itu sendiri, banyak program yang partisipasinya tinggi tetapi pengembalian dana
masih tetap mengalami kemacetan. Penelitian mengenai partisipasi banyak
dilakukan untuk menganalisis pengaruh partisipasi dalam sebuah program,
partisipasi dianggap penting dalam keberhasilan suatu program. Selain itu,
partisipasi masyarakat dalam sebuah program dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Umumnya masyarakat yang berpartisipasi dalam sebuah program
khususnya dana bergulir merupakan masyarakat yang tergolong ekonomi rendah,
maka dari itu dengan mengikuti program tersebut masyarakat berharap agar dapat
menambah penghasilan mereka. Pada beberapa penelitian mengenai program dana
bergulir pada partisipasi masyarakatnya tinggi, tetapi terkadang masalah mindset
masyarakat yang menganggap dana yang dipinjamkan merupakan dana hibah
yang tidak perlu dikembalikan. Selain itu, partisipasi masyarakat dalam sebuah
program dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor intrinsik maupun
faktor ekstrinsik.

Masalah Penelitian

1. Setiap individu dalam masyarakat mempunyai karakteristik atau ciri yang
berbeda setiap orangnya. Dengan perbedaan-perbedaan yang ada pada
individu masyarakat itu sendiri apakah akan mempengaruhi tingkat partisipasi
itu sendiri, seperti misalnya pada masyarakat yang lebih tinggi pendidikannya
apakah tingkat partisipasinya juga akan berbeda dengan yang berpendidikan
lebih rendah. Menurut Pangestu seperti dikutip Berampu (2014), karakteristik
individu termasuk dalam faktor internal yang mempengaruhi partisipasi
masyarakat untuk dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu mencakup usia,
tingkat pendidikan, jumlah pendapatan dan lama tinggal di suatu lingkungan
sosial. Maka dari itu, sejauhmana faktor internal berhubungan dengan tingkat
partisipasi anggota dalam program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera ?

3

2. Faktor eksternal meliputi hubungan yang terjalin antara pihak pengelola
proyek dengan sasaran, hubungan ini dapat mempengaruhi partisipasi karena
sasaran akan dengan sukarela terlibat dalam suatu proyek jika sambutan pihak
pengelola positif dan menguntungkan mereka (Pangestu dikutip Berampu
2014). Keterikatan hubungan antara pihak pengelola program dengan sasaran
tentu akan membuat kepercayaan (trust) partisipan terhadap program menjadi
lebih kuat, masyarakat sendiri tidak akan ragu-ragu untuk berpartisipasi dalam
proyek tersebut. Oleh karena itu penting diketahui sejauhmana faktor eksternal
berhubungan dengan tingkat partisipasi anggota dalam program Tabur Puja di
Posdaya Sejahtera ?
3. Dengan adanya faktor internal dan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi
partisipasi, tentu hal itu akan berdampak pada kelancaran program itu sendiri.
Partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dapat
mempengaruhi kemampuan atau pengetahuannya. Dengan manfaat yang
diperoleh, bagaimana hubungan tingkat partisipasi anggota dalam program
Tabur Puja dengan kelancaran program itu sendiri?

Tujuan Penelitian

1. Menganalisis sejauhmana faktor internal berhubungan dengan tingkat
partisipasi anggota dalam program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera.
2. Menganalisis sejauhmana faktor eksternal berhubungan dengan tingkat
partisipasi anggota dalam program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera.
3. Menganalisis bagaimana hubungan tingkat partisipasi anggota dengan tingkat
kelancaran program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera.

Kegunaan Penelitian

1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan
kajian untuk penelitian selanjutnya serta menambah khasanah penelitian
mengenai program dana bergulir.
2. Bagi masyarakat, memberi manfaat bagi masyarakat dalam mengoptimalkan
program yang diberikan pemerintah demi kebaikan masyarakat itu sendiri.
3. Bagi pemerintah, keberhasilan atau kegagalan program dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam membuat kebijakan baru atau memperbaiki kebijakan
yang sudah ada untuk kesejahteraan masyarakat.
4. Bagi swasta, sebagai bahan pertimbangan dalam membuat suatu program
masyarakat.

4

5

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Posdaya
Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga) adalah sebuah gerakan untuk
menghidupkan modal sosial dan membangkitkan kembali budaya gotong royong
di masyarakat serta saling peduli antar tetangga dalam membangun kehidupan
berkeluarga, dilakukan secara swadaya serta terbuka untuk kemitraan menuju
masyarakat yang mandiri. Tujuan dibentuknya Posdaya adalah untuk
menghidupkan kembali semangat kebersamaan dan kegotongroyongan dalam
suatu wadah sosial di masyarakat dan membangkitkan ide-ide kreatif dari proses
interaksi antar warga, sehingga anggota masyarakat dapat berpartisipasi dan saling
membantu serta saling bersinergi dalam mengatasi masalah yang dialami
warganya terutama pada bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, lingkungan dan
agama. Posdaya sendiri terbentuk di tingkat RW (Rukun Warga), tetapi ada juga
yang terbentuk di tingkat dusun atau dukuh dan bahkan di tingkat Kelurahan atau
Desa (P2SDM LPPM IPB dikutip Muljono et al. (2014)).
Satriani dan Muljono (2012) menyatakan bahwa Posdaya merupakan
pemberdayaan dari, oleh dan untuk masyarakat. Pengertian ini memiliki maksud
bahwa Posdaya sebagai sebuah program yang dibentuk oleh masyarakat,
dijalankan oleh masyarakat dan diperuntukkan untuk masyarakat sehingga
merupakan program yang bersifat bottom up atau bottom up programe. Posdaya
juga dibentuk untuk menumbuhkan kembali semangat gotong royong yang telah
memudar, keterlibatan secara langsung dari masyarakat atau pihak-pihak
berkepentingan sangat dibutuhkan agar kegiatan dalam Posdaya dapat berjalan
dan menumbuhkan kemandirian masyarakat.
Metode pengembangan Posdaya menurut Suyono dan Haryanto dikutip
Nuryanti (2013), dilakukan melalui beberapa bentuk kegiatan yaitu (1) pelatihan,
dilakukan untuk membekali pengurus dan Kader Posdaya dengan program
motivasi dan keterampilan, (2) rapat koordinasi, dilakukan untuk mengetahui
perkembangan masing-masing Posdaya, saling berbagi antar pengurus atau kader
dan sosialisasi program dan (3) pendampingan, dimaksudkan untuk mengadakan
teman diskusi di Posdaya, sumber informasi dan motivator pengembangan
Posdaya. Dalam penelitian Muljono et al. dikutip Nuryanti (2013), analisis kinerja
Posdaya dilakukan untuk mengukur dampak keberadaan Posdaya sebagai gerakan
pemberdayaan masyarakat terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
Kinerja Posdaya dapat dikategorikan baik, karena telah menghasilkan beberapa
perubahan yaitu (1) Posdaya mampu mempengaruhi cara pandang masyarakat
terhadap bentuk-bentuk intervensi pembangunan, (2) Posdaya mampu
mendinamisasikan kehidupan masyarakat melalui meningkatnya partisipasi dan
komitmen masyarakat dalam pembangunan, (3) kualitas keluarga-keluarga miskin
yang ada di wilayah Posdaya mengalami perubahan yang cukup signifikan seperti
mampu mengubah mindset bahwa pendidikan itu penting, berani mengemukakan

6

ide atau pendapat dalam musyawarah, pentingnya kesehatan dan jumlah balita
kurang gizi berkurang, selain itu (4) mulai muncul kegiatan ekonomi masyarakat
seperti usaha-usaha kecil dibidang pangan, kerajinan, maupun jasa dan yang
terakhir (5) masyarakat mulai menilai penting menjaga kebersihan dan kelestarian
lingkungan.

Partisipasi
Theresia et al. (2014), menyimpulkan bahwa partisipasi atau peranserta
pada dasarnya merupakan suatu bentuk keterlibatan dan keikutsertaan secara aktif
dan sukarela, baik karena alasan-alasan dari dalam (intrinsik) maupun dari luar
(ekstrinsik) dalam keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan, yang
mencakup pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian
(pemantauan, evaluasi, pengawasan), serta pemanfaatan hasil-hasil kegiatan yang
dicapai. Uphoff et al. dikutip Ainiya (2014), mendefinisikan partisipasi sebagai
keterlibatan masyarakat mulai dari pembuatan keputusan, penerapan keputusan,
penikmatan hasil dan evaluasi. Keempat tahapan partisipasi sebagaimana yang
dijabarkan sebagai berikut:
1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan
masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud
disini yaitu perencanaan kegiatan.
2. Tahap pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan,
sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata partisipasi
pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk
sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi dan bentuk tindakan sebagai
anggota proyek.
3. Tahap menikmati hasil dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi
masyarakat pada tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan proyek. Selain itu
dengan melihat posisi masyarakat sebagai subyek pembangunan, maka
semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil
mengenai sasaran.
4. Tahap evaluasi dianggap penting karena partisipasi masyarakat pada tahap ini
dianggap sebagai umpan balik yang dapat member masukan demi perbaikan
pelaksanaan proyek selanjutnya.
Dusseldorp dikutip Theresia et al. (2014), mengidentifikasi beragam
bentuk-bentuk kegiatan partisipasi yang dilakukan oleh setiap warga masyarakat
dapat berupa:
1. Menjadi anggota kelompok-kelompok masyarakat.
2. Melibatkan diri pada kegiatan diskusi kelompok.
3. Melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan organisasi untuk menggerakkan
sumberdaya masayarakat.
4. Menggerakkan sumberdaya masyarakat.
5. Memanfaatkan hasil-hasil yag dicapai dari kegiatan masyarakatnya.

7

Partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan merupakan
perwujudan dari kesadaran dan kepedulian serta tanggung jawab masyarakat
terhadap pentingnya pembangunan yang bertujuan untuk memperbaiki mutu
hidup mereka. Artinya melalui partisipasi yang diberikan, berarti benar-benar
menyadari bahwa kegiatan pembangunan bukanlah sekedar kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh pemerintah sendiri, tetapi juga menuntut keterlibatan
masyarakat yang akan diperbaiki mutu hidupnya.
Menurut Koentjaraningrat dikutip Mushofiah (2002), partisipasi
masyarakat dalam pembangunan pembangunan dibagi menjadi dua tipe dengan
prinsip yang berbeda, yaitu:
1. Partisipasi dalam aktivitas-aktivitas bersama pada proyek pembangunan
khusus. Pada tipe ini masyarakat diajak, dipersuasi, diperintahkan atau dipaksa
oleh pihak lain dari berbagai instansi pemerintah. Keikutsertaan masyarakat
yang berdasarkan keyakinan bahwa hal tersebut akan member manfaat bagi
dirinya, maka keikutsertaannya dilakukan dengan semangat dan spontan tanpa
mengharapkan sesuatu, akan tetapi jika masyarakat diperintah dan dipaksa,
maka keikutsertaannya dinilai sebagai bentuk kerja rodi. Contohnya adalah
partisipasi masyarakat dalam pelebaran jalan, membuat saluran irigasi,
membuat jembatan desa dan sebagainya.
2. Partisipasi sebagai individu diluar aktivitas–aktivitas bersama dalm
pembangunan. Pada tipe ini keikutsertaan masyarakat timbul tanpa adanya
unsur paksaan atau diperintah oleh atasan, tetapi atas dasar kemauan mereka
sendiri. Contoh dari tipe ini adalah partisipasi Bimas, menjadi akseptor KB,
menabung uang di Tabanas dan sebagainya.
Dilihat dari tingkatan atau tahapan partisipasi, Wilcox dikutip Theresia et al.
(2014) mengemukakan adanya 5 (lima) tingkatan, seperti yang disajikan pada
Gambar 1.
Supporting

Degree
of
control

Acting together

Substantial
Participation

Deciding together

Consultation

Information

Gambar 1 Jenjang tingkat partisipasi (Wilcox 1988)

1. Memberikan informasi (Information).
2. Konsultasi (Consultation), yaitu menawarkan pendapat, sebagai pendengar
yang baik untuk memberikan umpan-balik, tetapi tidak terlibat dalam
implementasi ide dan gagasan tersebut.

8

3. Pengambilan keputusan bersama (Deciding together), dalam arti memberikan
dukungan terhadap ide, gagasan, pilihan-pilihan, serta mengembangkan
peluang yang diperlukan guna pengambilan keputusan.
4. Bertindak bersama (Acting together), dalam arti tidak sekadar ikut dalam
pengambilan keputusan, tetapi juga terlibat dan menjalin kemitraan dalam
pelaksanaan kegiatannya.
5. Memberikan dukungan (Supporting independent community interest), dimana
kelompok-kelompok lokal menawarkan.
Slamet dikutip Theresia et al. (2014), menyatakan bahwa tumbuh
kembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, sangat ditentukan oleh
tiga unsur pokok, yaitu:
1. Adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi.
Beberapa kesempatan yang dimaksud disini adalah (a) kemauan politik dari
penguasa untuk melibatkan masyarakat dalam pembangunan, baik dalam
pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi,
pemeliharaan dan pemanfaatan pembangunan sejak ditingkat pusat sampai
jajaran birokrasi bawah, (b) kesempatan untuk memeroleh informasi
pembangunan, (c) kesempatan memanfaatkan dan memobilisasi sumber daya
(alam dan manusia) untuk pelaksanaan pembangunan, (d) kesempatan untuk
memperoleh dan menggunakan teknologi yang tepat, termasuk
peralatan/perlengkapan penunjangnya, (e) kesempatan untuk berorganisasi,
termasuk memperoleh dan menggunakan peraturan, perijinan dan prosedur
kegiatan yang dilaksanakan dan (f) kesempatan mengembangkan
kepemimpinan yang mampu menumbuhkan bahkan menggerakkan dan
mengembangkan serta memelihara partisipasi masyarakat.
2. Adanya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi, yang dimaksud dengan
kemampuan disini adalah (a) kemampuan untuk menemukan dan memahami
kesempatan untuk membangun, atau pengetahuan tentang peluang untuk
membangun, (b) kemampuan untuk melaksanakan pembangunan, yang
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki dan (c)
kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan menggunakan
sumber daya dan kesempatan (peluang lain) yang tersedia optimal.
3. Adanya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi. Kemauan untuk
berpartisipasi utamanya ditentukan sikap mental yang dimiliki masyarakat
untuk membangun atau memperbaiki kehidupannya yang menyangkut: (a)
sikap untuk meninggalkan nilai-nilai yang menghambat pembangunan, (b)
sikap terhadap penguasa atau pelaksana pembangunan pada umumnya, (c)
sikap untuk selalu memperbaiki mutu hidup dan tidak cepat puas diri, (d)
sikap kebersamaan untuk dapat memecahkan masalah dan tercapainya tujuan
pembangunan dan (e) sikap kemandirian atau percaya diri atas kemampuannya
untuk memperbaiki mutu hidupnya.

Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi
Berdasarkan Handayani dikutip Radjabaycolle (2013), menyatakan bahwa
faktor internal individu terdiri dari usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan,
jumlah anggota keluarga dan lama tinggal. Faktor eksternal yaitu dukungan tokoh

9

masyarakat, tingkat dukungan masyarakat sekitar, tingkat ketersediaan fasilitas,
sumber informasi/komunikasi. Dalam penelitian Nuryanti (2013), faktor internal
yang mempengaruhi partisipasi yaitu usia, tingkat pendidikan, tingkat
penghasilan, pengalaman berposdaya, motivasi berposdaya dan kekosmpolitan.
Faktor eksternal yang mempengaruhi partisipasi yaitu peran media massa, peran
tokoh masyarakat, peran pendamping. Fitriyanti (2014), menyatakan faktor
internal yaitu meliputi usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jenis
pekerjaan. Faktor eksternal yaitu keaktifan pemimpin formal dan informal,
intensitas komunikasi, intensitas sosialisasi kegiatan, keaktifan fasilitator.
Menurut Pangestu dikutip Berampu (2014), suatu program dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Faktor Internal, yaitu mencakup karakteristik individu yang dapat
mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
Karakteristik individu mencakup usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan
dan lama tinggal di suatu lingkungan sosial.
 Usia
Usia merupakan lama hidup seseorang terhitung dari tahun dilahirkan
hingga tahun saat ini ia hidup. Usia diharapkan dapat mempengaruhi
partisipasi individu atau kelompok untuk menyampaikan pendapat atau
idenya. Usia juga menentukan seseorang untuk dapat mengambil
keputusan. Usia tua dianggap memiliki pengalaman yang lebih banyak
sehingga cenderung memiliki pendapat yang lebih besar (Ainiya
2014).
 Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan proses pembelajaran yang diterima seseorang
yang memberikan tambahan ilmu pengetahuan serta pengalaman baik
secara formal maupun informal. Tingkat pendidikan juga
mempengaruhi partisipasi, karena pengetahuan yang luas yang dimiliki
individu cenderung memberikan pendapat yang lebih banyak, sehingga
tingkat pendidikan mempengaruhi seseorang untuk berpartisipasi
(Ainiya 2014).
 Tingkat Pendapatan
Pendapatan merupakan hasil yang diperoleh individu setelah bekerja.
Pendapatan dibagi menjadi pendapatan harian, mingguan dan bulanan.
Tingkat pendapatan seseorang mempengaruhi partisipasi, karena
tingkat pendapatan yang tinggi cenderung akan memberikan partisipasi
berupa dana, sementara individu yang memiliki pendapatan rendah
cenderung akan ikut berpartisipasi dalam bentuk tenaga atau pikiran.
Individu yang memiliki pendapatan rendah cenderung memiliki
partisipasi yang tinggi dalam kegiatan yang bertujuan untuk
mensejahterakan dirinya (Ainiya 2014).
 Lama Tinggal di Suatu Lingkungan Sosial
Murray dan Lappin dikutip Aprianto (2008), menyatakan bahwa faktor
internal lain yang mempengaruhi partisipasi yaitu lama tinggal.
Semakin lama tinggal disuatu tempat, semakin besar rasa memiliki dan
perasaan dirinya sebagai bagian dari lingkungannya, sehingga timbul
keinginan untuk selalu menjaga dan memelihara lingkungan dimana
dia tinggal.

10

2. Faktor eksternal, meliputi hubungan yang terjalin antara pihak pengelola
proyek dengan sasaran, hubungan ini dapat mempengaruhi partisipasi karena
sasaran akan dengan sukarela terlibat dalam suatu proyek jika sambutan pihak
pengelola positif dan menguntungkan mereka. Selain itu, bila didukung
dengan pelayanan pengelola kegiatan yang positif dan tepat dibutuhkan oleh
sasaran, maka tidak akan ragu-ragu untuk berpartisipasi dalam proyek
tersebut.
Menurut Arifah dikutip Aprianto (2008), faktor eksternal yang
mempengaruhi partisipasi selain pelayanan yaitu metode kegiatan. Metode
kegiatan yang dua arah atau interaktif dapat lebih meningkatkan partisipasi
seseorang. Hal ini dikarenakan dengan metode yang dua arah antar penyuluh dan
yang disuluh akan lebih terjalin hubungan erat, sehingga akan dapat meningkatkan
partisipasi dalam suatu kegiatan.

Konsep Dana Bergulir
Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 218/PMK.05/2009 tentang
Pedoman Pengelolaan Dana Bergulir pada Kementerian Negara/Lembaga, dana
bergulir adalah dana yang dialokasikan oleh Kementerian Negara/Lembaga/
Satuan Kerja Badan Layanan Umum untuk kegiatan perkuatan modal usaha bagi
koperasi, usaha mikro, kecil, menengah dan usaha lainnya yang berada dibawah
pembinaan Kementerian Negara/Lembaga.
Dalam Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 07
dijelaskan bahwa Dana Bergulir merupakan dana yang dipinjamkan untuk
dikelola dan digulirkan kepada masyarakat oleh pengguna anggaran atau kuasa
pengguna anggaran yang bertujuan meningkatkan ekonomi rakyat dan tujuan
lainnya. Adapun karakteristiknya adalah sebagai berikut:
1. Dana tersebut merupakan bagian dari keuangan negara/daerah. Dana bergulir
dapat bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBN/APDB) dan luar APBN/APBD seperti dari masyarakat atau hibah dari
luar negeri. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, dana bergulir yang berasal dari luar APBN, diakui sebagai
kekayaan negara/daerah jika dana itu diberikan dan/atau diterima atas nama
pemerintah/pemerintah daerah.
2. Dana tersebut dicantumkan dalam APBN/APBD dan/atau laporan keuangan.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara menyatakan semua pengeluaran negara/daerah dimasukkan dalam
APBN/APBD. Oleh sebab itu alokasi anggaran untuk dana bergulir dapat
dicantumkan dalam APBN/APBD awal atau revisi APBN/APBD (APBN-P
atau APBD Perubahan).
3. Dana tersebut harus dikuasai, dimiliki dan/atau dikendalikan oleh Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA). Pengertian dikuasai dan/atau
dimiliki mempunyai makna luas yaitu PA/KPA mempunyai hak kepemilikan
atau penguasaan atas dana bergulir, sementara dikendalikan maksudnya adalah
PA/KPA mempunyai kewenangan dalam melakukan pembinaan, monitoring,
pengawasan atau kegiatan lain dalam rangka pemberdayaan dana bergulir.

11

4. Dana tersebut merupakan dana yang disalurkan kepada masyarakat ditagih
kembali dari masyarakat dengan atau tanpa nilai tambah, selanjutnya dana
disalurkan kembali kepada masyarakat/kelompok masyarakat demikian
seterusnya (bergulir).
5. Satuan kerja melakukan pengelolaan dana melakukan pengendalian penagihan
dana dari masyarakat, menyalurkan kembali dana tersebut kepada
masyarakat/kelompok masyarakat, melaporkan dan mempertanggungjawabkan
dana tersebut.
Setiawan dan Rejekiningsih (2009), menjelaskan bahwa kegiatan dana
bergulir dibagi menjadi empat pola pelaksanaan yaitu:
1. Pola Subsidi Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM (PKPS-BBM)
yang dilakukan sejak tahun 2000-2003.
2. Pola Agribisnis yang meliputi dua subpola yaitu:
a. Subpola Pengembangan Komoditas Unggulan dengan plafon dana masingmasing sebesar 1 miliar yang dilakukan sejak tahun 2005.
b. Subpola Peningkatan Produksi dengan plafon masing-masing sebesar 50 juta
yang dilakukan sejak tahun 2005.
3. Pola Modal Awal Padanan (MAP) merupakan stimulan terhadap UKM melalui
sentra-sentra produksi. Pola ini disalurkan melalui KSP dan telah dilaksanakan
sejak tahun 2000-2004 dengan besaran plafon 150 juta sampai 250 juta.
4. Pola Syariah yang dilakukan sejak tahun 2003 sampai tahun 2004. Pola ini
merupakan kelanjutan dari eksP2KER melalui BMT/Kopontren yang
dilakukan sejak tahun 2000 dengan plafon masing-masing sebesar 50 juta.
Fokus pola ini adalah pemberdayaan dan pengentasan kemiskinan
Nugraha (2014), menjelaskan gagasan pemberdayaan masyarakat dengan
menggunakan dana bergulir mulai dipikirkan ketika muncul kesadaran bahwa
masyarakat miskin itu bukan the have not (tidak memiliki) melainkan the have
little (sedikit memiliki). Mereka adalah economically active poor yang lebih
memerlukan aksebilitas pada service provider (dalam hal ini lembaga keuangan)
daripada belas kasihan.
Mahfudz (2006), menyatakan upaya pemerintah untuk meningkatkan
akses pembiayaan serta mempercepat proses income generating dan
pengembangan usaha mikro dan usaha kecil dituangkan melalui peluncuran
program penguatan finansial dengan berbasis pada partisipasi masyarakat melalui
berbagai dana bergulir (revolving fund). Dana bergulir tersebut ada yang bersifat
kelola individual maupun kelompok (sistem tanggung renteng). Dalam konteks
penjabaran pengucuran dana bergulir dilapangan tidak terlepas peran aktif
Koperasi Simpan Pinjam/Unit Simpan Pinjam Koperasi (KSP/USP Koperasi) dan
Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Artinya, dana-dana bergulir yang dikucurkan
melalui program ini cenderung melibatkan KSP/USP Koperasi dan LKM sebagai
executive agent, bahkan melakukan fungsi consulting dan controling.

Lembaga Keuangan Mikro (LKM)
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro
(LKM) didefinisikan sebagai lembaga keuangan yang khusus didirikan untuk
memberikan jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat, baik

12

melalui pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada anggota dan
masyarakat, pengelola simpanan, maupun pemberi jasa konsultasi pengembangan
usaha yang tidak semata-mata mencari keuntungan (Baskara dikutip Ainiya
(2014)).
Ismail et al. (2014), menyatakan secara umum Lembaga Keuangan Mikro
(LKM) didefinisikan sebagai lembaga penyedia pelayanan usaha ekonomi
masyarakat berpenghasilan rendah (miskin), yang tidak memiliki akses pada
perbankan berskala besar. Di Indonesia, LKM memiliki bentuk yang beragam dan
heterogen. Dalam hal ini LKM dapat digolongkan ke dalam bentuk formal, semiformal dan informal. LKM formal adalah lembaga keuangan mikro yang
beroperasi di bawah aturan main perbankan, seperti Bank Perkreditan Rakyat
(BPR). LKM semi-formal dikenal dengan lembaga keuangan mikro yang
beroperasi di bawah peraturan pemerintah selain aturan perbankan, seperti
koperasi, BMT, pegadaian dan berbagai program kredit pemerintah. Dan LKM
informal adalah lembaga keuangan mikro yang beroperasi di luar aturan main
pemerintah, seperti rentenir, kelompok simpan-pinjam dan arisan.
Keunggulan LKM dibandingkan dengan perbankan besar adalah
fleksibilitas dalam pelayanan keuangan terhadap nasabah kecil. Fleksibilitas ini
mencakup ketentuan pemberian jasa pelayanan keuangan yang cepat, sering kali
tanpa agunan dan persyaratan administrasi yang sederhana. Sifat operasional yang
dekat nasabah kecil memungkinkan LKM dapat menilai kelayakan usaha mikro
secara baik sehingga mampu memberikan kredit tanpa agunan. Namun, ada
beberapa permasalahan yang dihadapi oleh LKM. Pertama, keterbatasan
kemampuan LKM dalam memobilisasi tabungan masyarakat sehingga membatasi
mereka dalam penyaluran kredit kepada usaha mikro. Masalah kesulitan dalam
memobilisasi tabungan ini terutama akibat kerangka hukum LKM yang
berbenturan dengan peraturan perbankan. Kedua, masih rendahnya
profesionalisme dan tata kelola bisnis sehingga menghambat perkembangan
LKM.
Ismawan dan Budianto dikutip Ismail et al. (2014), mengemukakan bahwa
terdapat empat model pendekatan lembaga keuangan mikro di antaranya sebagai
berikut:
1. Saving Led Microfinance
Model ini bertumpu dari mobilisasi keuangan (tabungan) yang mendasarkan
diri pada kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat miskin (pengusaha
mikro) itu sendiri. Bentuk ini bertumpu pada anggota dan keanggotaan dan
partisipasinya terhadap kelembagaan mempunyai makna yang sangat penting.
Aspek yang menonjol dalam pendekatan ini adalah soal pendidikan dan
kemandirian, yaitu anggota dididik untuk menggunakan uang secara hati-hati
dan terencana melalui tabungan. Dengan kata lain model pendekatan ini
sumber modalnya berasal dari tabungan para anggota, seperti koperasi dan
BMT.
2. Credit Led Microfinance
Sumber pendanaan dari model pendekatan LKM ini terutama bukan diperoleh
dari mobilisasi tabungan masyarakat miskin, melainkan berasal dari sumbersumber lain yang memang ditujukan untuk pengembangan usaha mikro. Hal
ini dikarenakan pengumpulan tabungan dari masyarakat miskin membutuhkan
waktu yang lama. Dengan ketersediaan dana yang mencukupi memungkinkan

13

melakukan kegiatan pelayanan mikro kepada pengusaha mikro lebih banyak
dan cepat. Oleh sebab itu, dalam rangka mengumpulkan dana secara cepat dan
lebih banyak, LKM model pendekatan ini mencari investor yang bersedia
memberikan pendanaan. Pendekatan ini berbeda dengan pendekatan model
Saving Led Microfinance, dimana sumber modal awal yang digunakan bukan
berasal dari tabungan anggotanya.
3. Micro Banking
Model pendekatan dari LKM ini adalah sector perbankan yang didesain untuk
melakukan pelayanan keuangan mikro. Contoh dari model ini adalah Bank
Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
4. Linkage Model
Model pendekatan melalui linkage yang pada prinsipnya memanfaatkan
kelembagaan yang telah ada. Dalam hal ini ada dua macam linkage, pertama
linkage antar-lembaga keuangan (perbankan atau lembaga pembiayaan lain)
yang berhubungan dengan LKM. Contohnya linkage antara bank-bank umum
dan BPR, linkage antara Permodalan Nasional Madani (PNM) dan BPR.
Kedua, antara lembaga keuangan (bank) dan kelompok swadaya masyarakat.
Linkage ini biasa disebut Pola Hubungan Bank dan Kelompok Swadaya
Masyarakat (PHBK-SM). PHBK-SM merupakan terobosan yang
memungkinkan bank melayani masyarakat kecil (melalui kelompok) yang
tidak memiliki jaminan fisik dan kelembagaan formal.

Kelancaran Program
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dikutip Kuryono (2012), lancar
adalah tidak tersendat-sendat atau tidak tersangkut-sangkut. Kelancaran memiliki
arti yang sangat penting dalam setiap pelaksanaan suatu tugas atau pekerjaan.
Suatu tugas atau pekerjaan akan terlaksana apabila ada kelancaran pekerjaan
tersebut. Kelancaran merupakan keadaan yang dapat menyebabkan pelaksanaan
terlaksana dengan baik dan maksimal.
Menurut Setiawan dan Rejekiningsih (2009), program dana bergulir
dianggap sukses jika mencapai Tri Sukses, yaitu sukses penyaluran, sukses
pemanfaatan, sukses pengembalian, serta terwujudnya peningkatan dan
pengembangan usaha ekonomi produktif masyarakat. Mahfudz (2006), sukses
penyaluran sendiri dapat dilihat dari pemerataan distribusi penyaluran dana
bergulir dimana distribusi penyaluran dana terhadap anggota harus
mempertimbangkan aspek pemerataan, kecepatan prosedur penyaluran dana
bergulir, ketepatan sasaran penyaluran dana bergulir, keberlanjutan penyaluran
dan bergulir dan perkembangan dana bergulir yang disalurkan. Sukses
pemanfaatan dilihat dari kehadiran dana bergulir dalam menstimulasi peningkatan
dan perkembangan usaha, dalam bentuk peningkatan produksi, peningkatan
penjualan, peningkatan pendapatan, atau peningkatan penyerapan tenaga kerja.
Sedangkan Sukses pengembalian dapat dilihat ketepatan pelunasan anggota,
keterjangkauan angsuran pengembalian dan adanya sanksi yang diberikan kepada
anggota yang menunggak.
Pada penelitian Usman (2013), menunjukkan bahwa faktor internal yang
menyebabkan kemacetan pinjaman bergulir dalam PNPM Mandiri meliputi

14

pengambilan keputusan, data keuangan, serta analisis kredit yang menunggak.
Faktor utamanya kemacetan dalam faktor internal yaitu pemantauan kredit yang
buruk, disposisi kredit yang premature dan data keuangan dan jaminan yang
lemah. Sedangkan faktor eksternal yang memiliki pengaruh dalam menyebabkan
kemacetan pinjaman bergulir PNPM Mandiri yaitu kegagalan dalam pengelolaan
manajemen dan usaha, karakter dan itikat yang buruk dan penyalahgunaan tujuan
kredit. Penyalahgunaan tujuan kredit memiliki kontribusi terbesar yang menjadi
penyebab kemacetan pinjaman.

Kerangka Pemikiran

Partisipasi atau peranserta adalah suatu bentuk keterlibatan dan
keikutsertaan secara aktif dan sukarela, baik karena alasan-alasan dari dalam
(intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik) dalam keseluruhan proses kegiatan yang
bersangkutan, yang mencakup pengambilan keputusan dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian, serta pemanfaatan hasil-hasil kegiatan yang dicapai.
Partisipasi masyarakat dalam suatu program berhubungan dengan beberapa faktor,
faktor tersebut adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah
faktor yang ada dalam diri anggota program yang dapat mempengaruhi individu
untuk berpartisipasi.
Faktor internal yang diduga berhubungan dengan partisipasi, yaitu
mencakup karakteristik individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut
untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu mencakup usia,
tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan lama tinggal disuatu lingkungan
sosial. Dari perbedaan-perbedaan yang terdapat pada anggota Program Tabur Puja
ini dilihat apakah ada hubungan dengan tingkat partisipasi anggota terhadap
program tersebut.
Faktor eksternal yang diduga berhubungan dengan partisipasi, meliputi
tingkat interaksi anggota dan pengelola program dan tingkat pelayanan pengelola
program. Hubungan positif yang terjalin antara anggota program dengan
pengelola program diduga dapat mempengaruhi partisipasi karena anggota
program akan dengan sukarela terlibat dalam program tersebut. Hal ini dapat
dilihat apakah faktor eksternal dan faktor internal memiliki hubungan dengan
tingkat partisipasi anggota program.
Partisipasi anggota Program Tabur Puja diukur dengan empat tahapan
partisipasi, yaitu tahap pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi
dan tahap menikmati hasil. Tingkat partisipasi anggota program dilihat pada
masing-masing tahapan. Diduga semakin tinggi tingkat partisipasi pada setiap
tahapan maka semakin tinggi pula tingkat partisipasi pada program, dari tingkat
partisipasi anggota terhadap program dapat dilihat hubungan dengan kelancaran
program itu sendiri. Kelancaran sebuah program dana bergulir dapat dilihat dari
tingkat kelancaran program tersebut, yaitu lancar penyaluran, lancar pemanfaatan
dan lancar pengembalian.
Kelancaran program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera diukur dengan
ke