Hubungan Kesesuaian Program Csr Pt Holcim Indonesia Tbk Dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat Di Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor

i

HUBUNGAN KESESUAIAN PROGRAM CSR PT HOLCIM
INDONESIA TBK DENGAN TINGKAT PARTISIPASI
MASYARAKAT DI KECAMATAN KLAPANUNGGAL
KABUPATEN BOGOR

TAZKIYAH SYAKIRA ALKAFF
I34120088

DEPARTEMEN
SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

ii

iii


PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Hubungan
Kesesuaian Program CSR PT Holcim Indonesia Tbk dengan Tingkat Partisipasi
Masyarakat di Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor” adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2016

Tazkiyah Syakira Alkaff
NIM I34120088

iv


v

ABSTRAK

TAZKIYAH SYAKIRA ALKAFF. Hubungan Kesesuaian Program CSR PT
Holcim Indonesia Tbk dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat di Kecamatan
Klapanunggal Kabupaten Bogor. Di bawah bimbingan MURDIANTO.
Agar suatu perusahaan dapat terus sustain, keseimbangan perusahaan
dengan pihak lain harus tetap dijaga. Salah satunya melalui hubungan antarpihak
yang baik melalui implementasi program CSR dengan mempertimbangkan
kesesuaian program tersebut dengan kebutuhan masyarakat. Selain itu, dibutuhkan
partisipasi aktif dari stakeholders yaitu masyarakat sebagai sasaran program.
Dengan menerapkan falsafah triple-bottom line diharapkan agar keberadaan PT
Holcim dapat bermanfaat dan dapat dirasakan oleh pemangku kepentingan dari
semua kalangan. Penelitian ini dilakukan guna menganalisis kesesuaian program
dan hubungannya dengan tingkat partisipasi masyarakat, dan bagaimana
kemanfaatan program itu sendiri bagi masyarakat. Pendekatan yang digunakan
pada penelitian ini ialah pendekatan kuantitatif yang didukung oleh pendekatan
kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program CSR PT Holcim
Indonesia Tbk memiliki kesesuaian yang tinggi, begitu pula dengan tingkat

partisipasi masyarakatnya. Selain itu, diketahui pula bahwa program tersebut
memberikan manfaat yang sedang bagi masyarakat, di bidang ekonomi maupun
sosial. Terdapat hubungan di antara kesesuaian lokasi pelaksanaan program
dengan tingkat partisipasi pada tahap perencanaan, dan hubungan antara
kesesuaian materi program dengan tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan.
Sementara itu, kesesuaian program dengan tingkat partisipasi tahapan lainnya
tidak terdapat hubungan. Pada kemanfaatan sosial program terdapat hubungan
hanya dengan tingkat partisipasi tahap evaluasi saja. Kemudian pada kemanfaatan
ekonomi program, tidak terdapat hubungan antara tingkat partisipasi dengan tahap
apapun.
Kata kunci:

Corporate Social Responsibility, kesesuaian program, partisipasi,
kemanfaatan program

ABSTRACT
TAZKIYAH SYAKIRA ALKAFF. The relation of PT Holcim Indonesia Tbk
CSR program’s compatibility with community participation level at Klapanunggal
district. Under guidance of MURDIANTO.
In order to keep the sustainability of a company, the balance between the

company and other’s needs to be maintained. This can be done by many ways, one
of them is by keeping good relation among all parties through the CSR
implementation with a brief consideration between the program’s suitability with
community’s needs. Moreover, an active participation from the stakeholders, in
this case; the community as the program’s target, is an essential matter. By

vi

implementing triple-bottom line’s philosophy, PT Holcim expected to be
beneficial and perceived by all kind of stakeholder. This study was conducted to
analyze the compatibility of the program and its relationship with the level of
community participation, and how beneficial the program to the society. A
quantitative research approach is used in this study, supported by qualitative
approach. This study results indicate that PT Holcim Indonesia Tbk CSR
program’s compatibility is high, as well as community’s participation level.
Moreover, the program’s provide a moderate benefit towards community, in
economic sector nor social. There’s a relation between program’s location
compatibility with planning stage of participation, and relation between
program’s material compatibility with implementation stage of participation.
Meanwhile, the compatibility of the program with other stage of participation has

no relation at all. In program’s social benefit, there is a relation with only
evaluation stage of participation. Thereafter, the program’s economic benefit has
no relation with any stage of participation.
Keywords:

Corporate Social Responsibility,
participation, program’s benefit

program’s

compatibility,

vii

HUBUNGAN KESESUAIAN PROGRAM CSR PT HOLCIM
INDONESIA TBK DENGAN TINGKAT PARTISIPASI
MASYARAKAT DI KECAMATAN KLAPANUNGGAL
KABUPATEN BOGOR

TAZKIYAH SYAKIRA ALKAFF

I34120088

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN
SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

viii

x

xi


PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi berjudul “Hubungan Kesesuaian Program CSR PT Holcim
Indonesia Tbk dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat di Kecamatan
Klapanunggal Kabupaten Bogor” ini dengan baik. Skripsi ini ditujukan untuk
memenuhi syarat perolehan gelar sarjana pada Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Penerapan Corporate Social Responsibility di Indonesia sudah diatur oleh
regulasi melalui UU No. 40 sejak tahun 2007. Meskipun begitu, masih terdapat
simpang siur mengenai bagaimana sebenarnya praktek CSR harusnya dilakukan.
Anggapan bahwa CSR dapat menganggu sistem finansial perusahaan, membuat
implementasi CSR tidak berjalan efektif. Implementasi yang dilakukan oleh
perusahaan harusnya kembali lagi ke esensi dasar tujuan penerapan CSR itu
sendiri, yaitu sebagai bentuk tanggung jawab atas dampak yang dihasilkan
perusahaan terhadap lingkungan maupun sistem sosial sekitarnya.
Skripsi ini membahas mengenai gambaran CSR yang dilaksanakan oleh
PT Holcim Indonesia Tbk, serta bagaimana implementasi program CSR yang
dilakukan perusahaan tersebut. Skripsi ini juga menjelaskan bagaimana

kesesuaian program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia Tbk yang
dilakukan serta hubungannya dengan tingkatan partisipasi masyarakat yang
berujung kepada manfaat yang dihasilkan oleh program itu sendiri.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ir Murdianto, Msi selaku
dosen pembimbing, dosen penguji, teman satu bimbingan Dijako dan Debby,
SKPM 49, Kiciwuhuy (Inez Kania, Riza Ryanda, Almira Devina, Nadya Apriella,
Hana Hilaly, Andi Putri, dan Meliani) serta Syafirah Alhadar, Fina Windayani,
Gita Permatasari, Fajarina Nurin, dan Hamzah Nasution atas saran, masukan, dan
semangat selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi. Semoga skripsi ini
nantinya akan senantiasa bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Agustus 2016

Tazkiyah Syakira Alkaff
NIM. I34120088

xii

xiii


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviii
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
Latar Belakang
1
Masalah Penelitian
3
Tujuan Penelitian
4
Ruang Lingkup Penelitian
4
Kegunaan Penelitian
4
PENDEKATAN TEORITIS ................................................................................ 5
Tinjauan Pustaka
5
Corporate Social Responsibility dan Implementasinya .................................. 5
ISO 26000 sebagai Standar Penerapan CSR .................................................. 7

Kesesuaian Program Corporate Social Responsibility ................................... 8
Kebutuhan Masyarakat dalam Kesesuaian Program ...................................... 9
Partisipasi Masyarakat ................................................................................ 10
Hubungan Kesesuaian Program dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat ...... 13
Manfaat Corporate Social Responsibility .................................................... 14
Hubungan Tingkat Partisipasi Masyarakat dengan Kemanfaatan Program ... 15
Hasil Penelitian Sebelumnya ....................................................................... 16
Kerangka Pemikiran
17
Hipotesis Penelitian
19
PENDEKATAN LAPANG ................................................................................ 21
Metode Penelitian
21
Lokasi dan Waktu Penelitian
21
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
21
Teknik Penentuan Responden dan Informan
22

Teknik Pengolahan dan Analisis Data
23
Definisi Operasional
24
PROFIL LOKASI PENELITIAN....................................................................... 29
PT Holcim Indonesia Tbk
29
Sejarah PT Holcim Indonesia Tbk ............................................................... 29
Visi dan Misi Perusahaan PT Holcim Indonesia Tbk ................................... 30
Struktur Organisasi ..................................................................................... 30
CSR PT Holcim Indonesia Tbk ................................................................... 30
Program Pemberdayaan Ekonomi
32
Koperasi Wanita Mandiri
33
Profil Desa Kembang Kuning
35
Karakteristik Responden
35
KESESUAIAN PROGRAM, TINGKAT PARTISIPASI, DAN
KEMANFAATAN PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI .................... 37
Tingkat Kesesuaian Program Pemberdayaan Ekonomi
37
Materi Program ........................................................................................... 38
Metode Program ......................................................................................... 38
Media Program ........................................................................................... 39
Waktu Pelaksanaan Program ....................................................................... 40
Lokasi Pelaksanaan Program....................................................................... 41

xiv

Tingkat Partisipasi pada Program Pemberdayaan Ekonomi
42
Tahap Perencanaan ..................................................................................... 42
Tahap Pelaksanaan ...................................................................................... 43
Tahap Evaluasi ........................................................................................... 43
Tahap Pemanfaatan Hasil ............................................................................ 44
Kemanfaatan Program Pemberdayaan Ekonomi
45
Kemanfaatan Ekonomi ................................................................................ 45
Kemanfaatan Sosial .................................................................................... 46
HUBUNGAN KESESUAIAN PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI
DENGAN TINGKAT PARTISIPASI ................................................................ 47
Hubungan Kesesuaian Materi Program dengan Tingkat Partisipasi
47
Hubungan Kesesuaian Metode Program dengan Tingkat Partisipasi
51
Hubungan Kesesuaian Media Program dengan Tingkat Partisipasi
54
Hubungan Kesesuaian Waktu Pelaksanaan Program dengan Tingkat
Partisipasi
58
Hubungan Kesesuaian Lokasi Pelaksanaan Program dengan Tingkat
Partisipasi
61
HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI DENGAN KEMANFAATAN
PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI ................................................... 67
Hubungan Tingkat Partisipasi pada Tahap Perencanaan dengan Kemanfaatan
Program
67
Hubungan Tingkat Partisipasi pada Tahap Pelaksanaan dengan Kemanfaatan
Program
69
Hubungan Tingkat Partisipasi pada Tahap Evaluasi dengan Kemanfaatan
Program
70
Hubungan Tingkat Partisipasi pada Tahap Pemanfaatan Hasil dengan
Kemanfaatan Program
72
SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 75
Simpulan
75
Saran
76
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 77
LAMPIRAN ...................................................................................................... 81
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... 93

xv

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

Karakteristik tanggung jawab sosial perusahaan
Manfaat keterlibatan komunitas perusahaan
Jenis dan metode pengumpulan data
Hasil rangkuman penelitian sebelumnya
Definisi operasional kesesuaian program
Definisi operasional tingkat partisipasi
Definisi operasional kemanfaatan ekonomi program
Definisi operasional kemanfaatan sosial program
Jumlah dan persentase anggota Kopwama menurut usia pada
program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa
Kembang Kuning tahun 2016
Jumlah dan persentase anggota Kopwama menurut usia pada
program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa
Kembang Kuning tahun 2016
Jumlah dan persentase anggota Kopwama menurut kesesuaian
materi pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim
Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Jumlah dan persentase anggota Kopwama menurut kesesuaian
metode pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim
Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Jumlah dan persentase anggota Kopwama menurut kesesuaian
media program pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim
Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Jumlah dan persentase anggota Kopwama menurut kesesuaian
waktu pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia
di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Jumlah dan persentase anggota Kopwama menurut kesesuaian
lokasi pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia
di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Jumlah dan persentase anggota Kopwama menurut tingkat
partisipasi tahap perencanaan pada program pemberdayaan
ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun
2016
Jumlah dan persentase anggota Kopwama menurut tingkat
partisipasi tahap pelaksanaan pada program pemberdayaan
ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun
2016
Jumlah dan persentase anggota Kopwama menurut tingkat
partisipasi tahap evaluasi pada program pemberdayaan ekonomi
PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Jumlah dan persentase anggota Kopwama menurut tingkat
partisipasi tahap pemanfaatan hasil pada program pemberdayaan
ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun
2016

6
15
21
16
24
25
27
27

36

36

38

39

40

40

41

42

43

44

44

xvi

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

Jumlah dan persentase anggota Kopwama menurut kemanfaatan
ekonomi program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia di
45
Desa Kembang Kuning tahun 2016
Jumlah dan persentase anggota Kopwama menurut kemanfaatan
sosial program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia di
46
Desa Kembang Kuning tahun 2016
Hubungan antara kesesuaian materi dengan tingkat partisipasi
tahap perencanaan pada program pemberdayaan ekonomi PT
47
Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Hubungan antara kesesuaian materi program dengan tingkat
partisipasi tahap pelaksanaan pada program pemberdayaan
ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun
49
2016
Hubungan antara kesesuaian materi dengan tingkat partisipasi
tahap evaluasi pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim
Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
49
Hubungan antara kesesuaian materi dengan tingkat partisipasi
tahap pemanfaatan hasil pada program pemberdayaan ekonomi PT
51
Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Hubungan antara kesesuaian metode dengan tingkat partisipasi
tahap perencanaan pada program pemberdayaan ekonomi PT
Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
51
Hubungan antara kesesuaian metode program dengan tingkat
partisipasi tahap pelaksanaan pada program pemberdayaan
ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun
2016
52
Hubungan antara kesesuaian metode dengan tingkat partisipasi
tahap evaluasi pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim
53
Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Hubungan antara kesesuaian metode dengan tingkat partisipasi
tahap pemanfaatan hasil pada program pemberdayaan ekonomi PT
Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
54
Hubungan antara kesesuaian media dengan tingkat partisipasi
tahap perencanaan pada program pemberdayaan ekonomi PT
55
Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Hubungan antara kesesuaian media dengan tingkat partisipasi
tahap pelaksanaan pada program pemberdayaan ekonomi PT
Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
56
Hubungan antara kesesuaian media dengan tingkat partisipasi
tahap evaluasi pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim
Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
57
Hubungan antara kesesuaian media program dengan tingkat
partisipasi tahap pemanfaatan hasil pada program pemberdayaan
ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun
58
2016
Hubungan antara kesesuaian waktu pelaksanaan dengan tingkat
partisipasi tahap perencanaan pada program pemberdayaan
ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016 59

xvii

35

36

37

38

39

40

41

42

43

44

45

46

47

48

Hubungan antara kesesuaian waktu pelaksanaan dengan tingkat
partisipasi tahap pelaksanaan pada program pemberdayaan
ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun
2016
Hubungan antara kesesuaian waktu pelaksanaan dengan tingkat
partisipasi tahap evaluasi pada program pemberdayaan ekonomi
PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Hubungan antara kesesuaian waktu pelaksanaan dengan tingkat
partisipasi tahap pemanfaatan hasil pada program pemberdayaan
ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun
2016
Hubungan antara kesesuaian lokasi pelaksanaan dengan tingkat
partisipasi tahap perencanaan pada program pemberdayaan
ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun
2016
Hubungan antara kesesuaian lokasi pelaksanaan dengan tingkat
partisipasi tahap pelaksanaan pada program pemberdayaan
ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun
2016
Hubungan antara kesesuaian lokasi pelaksanaan dengan tingkat
partisipasi tahap evaluasi pada program pemberdayaan ekonomi
PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Hubungan antara kesesuaian lokasi pelaksanaan dengan tingkat
partisipasi tahap pemanfaatan hasil pada program pemberdayaan
ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun
2016
Hubungan antara tingkat partisipasi tahap perencanaan dengan
kemanfaatan ekonomi pada program pemberdayaan ekonomi PT
Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Hubungan antara tingkat partisipasi tahap perencanaan dengan
kemanfaatan sosial pada program pemberdayaan ekonomi PT
Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Hubungan antara tingkat partisipasi tahap pelaksanaan dengan
kemanfaatan ekonomi pada program pemberdayaan ekonomi PT
Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Hubungan antara tingkat partisipasi tahap pelaksanaan dengan
kemanfaatan sosial pada program pemberdayaan ekonomi PT
Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Hubungan antara tingkat partisipasi tahap evaluasi dengan
kemanfaatan ekonomi pada program pemberdayaan ekonomi PT
Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Hubungan antara tingkat partisipasi tahap evaluasi dengan
kemanfaatan sosial pada program pemberdayaan ekonomi PT
Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016
Hubungan antara tingkat partisipasi tahap pemanfaatan hasil
dengan kemanfaatan ekonomi pada program pemberdayaan
ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun
2016

59

60

61

62

63

64

64

67

68

69

70

71
72

73

xviii

49

Hubungan antara tingkat partisipasi tahap pemanfaatan hasil
dengan kemanfaatan sosial pada program pemberdayaan ekonomi
PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016

74

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Tingkatan partisipasi
Kerangka pemikiran hubungan kesesuaian program, tingkat partisipasi,
dan kemanfaatan program CSR PT Holcim Indonesia Tbk
Struktur organisasi PT Holcim Indonesia Tbk
Struktur organisasi Koperasi Wanita Mandiri

13
18
29
31

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Hasil uji reliabilitas
Hasil uji statistik hubungan antara kesesuaian program dengan
tingkat partisipasi
Hasil uji statistik hubungan antara tingkat partisipasi dengan
kemanfaatan program
Catatan tematik
Dokumentasi

80
80
82
84
89

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menurut data BPS (2015), kemajuan industri di Indonesia pada tahun 2015
terjadi peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2014. Hal ini berimplikasi
pada kerusakan lingkungan oleh aktivitas perusahaan serta kerugian yang
dirasakan oleh masyarakat. Keterpisahan (enclavism) antara masyarakat dengan
perusahaan inilah yang kemudian menyebabkan hubungan antara keduanya
menjadi tidak harmonis dan diwarnai berbagai konflik (Tanudjaja 2006).
Keberadaan perusahaan ditengah-tengah kehidupan masyarakat yang
menimbulkan eksternalitas dapat merugikan dan berpotensi konflik, sehingga
harus diperbaiki melalui hubungan yang baik dan memiliki timbal balik.
Hubungan tersebut dapat diwujudkan melalui implementasi program
Corporate Social Responsibility (kemudian akan disebut CSR). CSR merupakan
tanggung jawab suatu perusahaan atas operasionalnya, yang bertujuan agar
terwujudkan pembangunan yang berkelanjutan. CSR didefinisikan sebagai
tanggung jawab perusahaan kepada para pemangku kepentingan untuk berlaku
etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang
mencakup aspek ekonomi sosial dan lingkungan dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan (Wibisono 2007).
Implementasi program CSR di Indonesia didukung oleh adanya regulasi
perundang-undangan UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Hal ini
disebutkan pada Pasal 1 angka 3, yaitu:
“Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen
Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan
lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri,
komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.”
Berlakunya hukum pada konteks dampak akibat aktivitas perusahaan
berperan penting dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Adanya regulasi
yang sah diharapkan dapat mengedepankan keadilan sebab hakikat dan inti dari
hukum ialah keadilan (gerechtigeid) dan peranan tersebut akan tercapai hanya jika
substansi hukum berpihak kepada kepentingan masyarakat luas (Suhardin 2007).
Seperti apa yang diharapkan pemerintah melalui penegakan regulasi tersebut,
bahwa perseroan harusnya dapat berperanserta pada pembangunan berkelanjutan
bagi komunitas setempat maka diharapkan aktualisasi CSR berbentuk
pengembangan masyarakat atau Comunity Development (Achda 2006).
Salah satu prinsip dalam ISO 26000 ialah penghormatan pada kepentingan
stakeholder. Masyarakat sebagai salah satu stakeholder yang mengalami
perubahan besar atas hadirnya suatu perusahaan, tidak bisa disepelekan.
Disebutkan dalam Suatama (2011) bahwa penerapan prinsip tersebut diartikan
sebagai suatu bentuk penghormatan dan tanggapan atas kepentingan seluruh
stakeholder. Hal tersebut dilakukan dengan cara mengidentifikasi dan
menanggapi kebutuhan stakeholdernya.
Pada kenyataannya, masih banyak perusahaan-perusahaan di Indonesia
yang belum optimal dalam melakukan praktek CSR. Bila ditinjau dari bagaimana

2

hubungan perusahaan dengan masyarakat sekitarnya, Mutmainna dan Sumarti
(2014) menyebutkan bahwa hal tersebut didorong oleh beberapa faktor, yang di
antaranya ialah ketidaksesuaian program dengan kebutuhan masyarakat, dan tidak
dapat meningkatkan partisipasi masyarakat untuk ikut menyukseskan program
tersebut.
Salah satu penyebab kurang optimalnya suatu program CSR ialah karena
belum melakukan identifikasi terhadap apa yang dibutuhkan masyarakat dalam
melakukan program tersebut sehingga tidak terjadinya kesesuaian antara kondisi
masyarakat dengan apa yang perusahaan coba untuk lakukan (Satwari 2015).
Ketidaksesuaian antara kebutuhan masyarakat dengan program CSR
menyebabkan tidak dapat dirasakannya hasil program sebagaimana tujuan
program tersebut dirumuskan.
Palupi (2006) berpendapat bahwa dalam melaksanakan sebuah program
CSR tidak cukup hanya menghadirkan sebuah program sosial tanpa adanya
analisa secara mendalam. Analisa tersebut dilakukan untuk meningkatkan
kesesuaian program tersebut dengan misi dan tujuan perusahaan, yang akan
berakhir baik bagi kedua belah pihak. Menambahkan, hasil penelitian oleh
Supriadinata dan Goestaman (2013) menyatakan bahwa program CSR yang
direncanakan dan diimplementasikan berdasarkan kebutuhan dapat dijadikan
sebagai salah satu penyelesaian masalah sosial yang ada di lingkungan.
Sementara itu, masyarakat kadangkala belum siap untuk berpartisipasi
aktif dalam implementasi program CSR yang dilakukan perusahaan. Masyarakat
masih berpola pikir bahwa implementasi CSR hanyalah berupa sumbangan, dan
hanya ingin mendapatkan bantuan berupa kucuran dana dari perusahaan. Tidak
hanya
menyebabkan ketidaksuksesan program CSR, namun juga dapat
menimbulkan konflik sosial yang dapat mengancam pada eksistensi perusahaan
itu sendiri.
Aktualisasi CD dalam implementasi program CSR dapat memberdayakan
masyarakat melalui dua elemen pokok, yakni kemandirian dan partisipasi
stakeholders. Stakeholders yang dimaksud ialah semua pihak baik internal
maupun eksternal yang memiliki hubungan baik bersifat mempengaruhi maupun
dipengaruhi, bersifat langsung maupun tidak langsung oleh perusahaan (Hadi
2011). Ndraha (2007) memaparkan apa saja yang menjadi sasaran pembangunan
masyarakat, yaitu sebagai berikut :
1. Peningkatan tarap hidup masyarakat.
2. Partisipasi masyarakat.
3. Kemampuan masyarakat untuk berkembang secara mandiri dapat
ditumbuhkan melalui intensifikasi partisipasi masyarakat dalam
pembangunan
Implementasi CSR, tentu akan membutuhkan keterlibatan pihak
stakeholders sebagai objek maupun subjek program, terutama masyarakat sebagai
sasaran. Nasdian (2014) menyatakan bahwa dibutuhkan adanya bentuk partisipasi
yang baik sehingga membentuk satu kelembagaan berkelanjutan pada aras
masyarakat, menciptakan sinergitas dan jejaring, serta mengurangi ketergantungan
masyarakat terhadap stakeholders lainnya (kemandirian).
Pada penelitian Nasdian dan Rosyida (2011), didapatkan hasil bahwa
terdapat hubungan di antara tingkat partisipasi dalam implementasi program CSR
terhadap dampak sosial maupun ekonomi masyarakat itu sendiri. Hal tersebut

3

mempertegas bahwa tingkat partisipasi merupakan hal yang penting dalam
kaitannya dengan kehidupan masyarakat.
PT Holcim Indonesia Tbk adalah salah satu perusahaan semen terbesar di
Indonesia yang memiliki target untuk menjadi pelopor dalam memimpin
perubahan paradigma bisnis semen di Indonesia, dari produsen semen menjadi
penyedia solusi bahan bangunan yang terintegrasi melalui konsep “Membangun
Bersama”. PT Holcim Indonesia Tbk merupakan perusahaan yang menjalankan
industri semen dan bersinggungan dengan beragam stakeholders terutama
masyarakat sekitar operasional perusahaan. Dengan menerapkan falsafah triplebottom line diharapkan agar keberadaan PT Holcim dapat bermanfaat, serta dapat
dirasakan oleh pemangku kepentingan dari semua kalangan.
Pelaksanaan tanggungjawab sosial oleh PT Holcim Indonesia Tbk
berdasarkan atas 5 pilar program, di antaranya ialah pemberdayaan ekonomi yang
didalamnya termasuk melakukan kemitraan dengan kelompok atau lembaga yang
ada di dalam masyarakat dengan melakukan pendanaan serta pemberdayaan.
Dalam menentukan kelompok ataupun lembaga tersebut, dilakukan identifikasi
atas masalah maupun kebutuhan dari kelompok tersebut agar pelaksanaan
program dapat membuahkan hasil.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti ingin
menganalisis bagaimana hubungan kesesuaian program terhadap tingkat
partisipasi peserta pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim?
Masalah Penelitian
Hasil penelitian yang berjudul Efektivitas Program CSR/CD dalam
Pengentasan Kemiskinan oleh Hilarius dan Prayogo (2012) menyatakan bahwa
kesesuaian program menjadi salah satu aspek penting dalam mencerminkan upaya
korporasi dalam mengentaskan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan
masyarakat sekitar. Oleh karena itu, menjadi penting untuk meneliti bagaimana
kesesuaian program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia Tbk?
Tiga penggolongan dari delapan tahapan berpartisipasi oleh Arnstein
(2007) yaitu menjadi non-participation, tokenism, dan yang paling baik ialah
citizen power. Partisipasi aktif dari masyarakat pada seluruh tahap kegiatan
merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan CSR suatu
perusahaan, sehingga perlu untuk diketahui bagaimana tingkat partisipasi
peserta pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim?
Program CSR yang didasarkan atas prinsip-prinsip pelaksanaan CSR tentu
akan memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat. Dengan begitu, maka
perusahaan tersebut dinilai berhasil dalam melakukan tanggung jawab atas
dampak operasionalnya. Maka dari itu, perlu untuk dikaji lebih lanjut untuk
mengetahui
bagaimana
kemanfaatan
yang
dihasilkan
program
pemberdayaan ekonomi PT Holcim?
Perusahaan yang bekerja dengan mengedepankan prinsip moral dan etis
akan memberikan manfaat terbesar bagi masyarakat (Rahmi 2011). Namun,
kemanfaatan itu sendiri hanya akah dirasakan jika masyarakat terlibat aktif dalam
susunan kegiatan CSR. Oleh karena itu, perlu untuk dikaji lebih lanjut mengenai
bagaimana hubungan tingkat partisipasi masyarakat dengan kemanfaatan
program pemberdayaan ekonomi PT Holcim?

4

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan, maka secara
umum penelitian ini dilakukan untuk meneliti hubungan antara tingkat kesesuaian
program dengan tingkat partisipasi masyarakat. Sementara tujuan khusus dari
penelitian ini dirumuskan untuk mengidentifikasi serta menganalisa:
1. Kesesuaian program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia Tbk
2. Tingkat partisipasi peserta program pemberdayaan ekonomi PT Holcim
Indonesia Tbk
3. Kemanfaatan program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia Tbk
4. Hubungan tingkat partisipasi dengan kemanfaatan program pemberdayaan
ekonomi PT Holcim Indonesia Tbk
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini terfokus pada penerapan corporate social responsibility
(tanggung jawab sosial) yang dilakukan oleh suatu perusahaan, kemudian
bagaimana kesesuaian pelaksanaannya dengan kebutuhan masyarakat, serta
partisipasi masyarakat sekitar. Perusahaan yang dimaksud ialah PT Holcim
Indonesia Tbk yang seiring dengan dilakukannya aktivitas operasional pabrik,
namun juga tetap menyeimbangkan dampak yang dihasilkan dengan pelaksanaan
praktek corporate social responsibility. Penelitian ini dilakukan di Desa Kembang
Kuning, Klapanunggal, Bogor sebagai mitra desa binaan oleh PT Holcim
Indonesia Tbk Pabrik Narogong dengan responden yaitu anggota Koperasi
Wanira Mandiri Desa Kembang Kuning.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi berbagai
pihak, yaitu:
1. Civitas Akademika, untuk memperoleh pengetahuan dan melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai tingkat partisipasi stakeholders dalam
implementasi program CSR suatu perusahaan.
2. Bagi masyarakat, dapat memberikan pemahaman tentang bagaimana peran
yang dilakukan perusahaan dalam program CSR sebagai bentuk kepedulian
terhadap masyarakat sekitar. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah
pengetahuan serta memberi manfaat bagi masyarakat dalam mengoptimalkan
peran program CSR perusahaan.
3. Bagi perusahaan, sebagai sarana membentuk paradigma baru terhadap apa
dan bagaimana seharusnya bentuk tanggungjawab sosial perusahaan terhadap
masyarakat, serta untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan data untuk
mengevaluasi penerapan program CSR yang telah dilaksanakan.
4. Pemerintah, diharapkan dapat menentukan arah kebijakan dan peraturan
mengenai CSR yang lebih bermanfaat bagi masyarakat.

5

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Corporate Social Responsibility dan Implementasinya
Pergerakan industrialisasi yang berkembang begitu pesat diiringi dengan
laju kebutuhan akan sumberdaya, yang cepat atau lambat akan mengganggu
keseimbangan sumberdaya tersebut. Suatu bentuk tanggung jawab perusahaan
atas sumberdaya yang telah diserap serta dampak yang dihasilkan menjadi perlu
untuk dilakukan; yaitu melalui implementasi Corporate Social Responsibility
(CSR). CSR adalah sebuah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan
kepedulian sosial dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan
para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan
kemitraan (Nuryana 2005). Sementara, Menurut Budimanta (2003) CSR
merupakan komitmen perusahaan untuk membangun kualitas kehidupan yang
lebih baik bersama, utamanya dengan para pihak yang terkait, masyarakat di
sekelilingnya dan lingkungan sosial dimana perusahaan tersebut berada, yang
dilakukan terpadu dengan kegiatan usahanya secara berkelanjutan.
CSR dalam ISO 26000 adalah tanggung jawab sebuah organisasi terhadap
dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada
masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan
dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan
masyarakat, mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan
hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional, serta terintegrasi
dengan organisasi secara menyeluruh. Untuk dapat memahami bagaimana CSR
bekerja, terdapat model Triple Bottom Line (3P) oleh Elkington (2004), yaitu :
Profit, People, Planet. Profit dimaksudkan untuk laba bagi perusahaan, people
untuk kesejahteraan karyawan dan masyarakat, serta planet untuk meningkatkan
kualitas lingkungan.
Regulasi yang melatarbelakangi implementasi CSR di Indonesia ialah UU
No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang dijelaskan di Pasal 1 angka
3 sebagai berikut:
“Tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen
perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan
lingkungan yang bermanfaat baik bagi perseroan sendiri,
komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya”
Terdapat tiga tahapan atau karakteristik yang berbeda dalam menjelaskan
tanggung jawab sosial perusahaan oleh Zaidi (2003), yaitu: (1). Corporate charity,
dorongan amal berdasarkan keagamaan, (2). Corporate philantrophy, dorongan
kemanusiaan yang bersumber dari norma dan etik universal untuk menolong
sesama dan memperjuangkan pemerataan sosial, dan (3). Corporate citizenship,
motivasi kewargaan demi mewujudkan keadilan sosial berdasarkan prinsip
keterlibatan sosial. Pengertian secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 1.

6

Tabel 1 Karakteristik tanggung jawab sosial perusahaan
Tahapan

Motivasi

Charity
Agama, tradisi,
adat

Norma, etika dan
hukum universal,
redistribusi
kekayaan
Mencari dan
mengatasi akar
masalah
Terencana,
terorganisir,
terprogram
Yayasan (dana
abdi), profesional
Masyarakat luas

Corporate
Citizenship
Pencerahan diri dan
rekonsiliasi dengan
ketertiban sosial

Memberikan
kontribusi kepada
masyarakat
Jangka pendek,
Terinternalisasi
menyelesaikan
dalam kebijakan
Pengelolaan
masalah sesaat
perusahaan
Kepanitiaan
Keterlibatan dalam
Pengorganisasian
pendanaan
Penerima
Orang miskin
Masyarakat luas
Manfaat
dan perusahaan
Hibah sosial
Hibah
Hibah dan
Kontribusi
pembangunan
keterlibatan sosial
Kewajiban-----------------------------------------------Kepentingan
Inspirasi
Bersama
Sumber: Zaidi, 2003.
Perencanaan program menjadi penting karena dapat dijadikan arah untuk
melaksanakan (implementasi) pelaksanaan program (Wibisono 2007). Ia pun
mengemukakan perusahaan-perusahaan yang telah berhasil dalam menerapkan
CSR menggunakan tahapan implementasi CSR sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan: Tahap ini terdiri dari tiga langkah utama, yaitu
Awareness Building, CSR Assesment, dan CSR Manual Building. Awareness
Building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran perusahaan
mengenai arti penting CSR dan komitmen manajemen, upaya ini dapat
dilakukan melalui seminar, lokakarya, dan lain-lain. CSR Assesment
merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasi
aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah
yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi
penerapan CSR secara efektif. Pada tahap membangun, CSR manual,
dilakukan melalui benchmarking, menggali dari referensi atau meminta
bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. Pedoman ini diharapkan
mampu memberikan kejelasan dan keseragaman pola pikir dan pola tindak
seluruh elemen perusahaan guna tercapainya pelaksanaan program yang
terpadu, efektif, dan efisien.
2. Tahap Pelaksanaan: Pada tahap ini terdapat beberapa poin yang harus
diperhatikan seperti pengorganisasian sumber daya, penyusunan untuk
menempatkan orang sesuai dengan jenis tugas, pengarahan, pengawasan,
pelaksanaan, pekerjaan sesuai dengan rencana, serta penilaian untuk
mengetahui tingkat pencapaian tujuan.
Misi

Mengatasi
masalah sesaat

Philantrophy

7

3.

4.

Tahap Pemantauan dan Evaluasi: Tahap ini perlu dilakukan secara konsisten
dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauhmana efektivitas penerapan CSR
sehingga membantu perusahaan untuk memetakan kembali kondisi dan
situasi serta capaian perusahaan dalam implementasi CSR sehingga dapat
mengupayakan perbaikan-perbaikan yang perlu berdasarkan rekomendasi.
Tahap Pelaporan: Pelaporan perlu dilakukan untuk membangun sistem
informasi, baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun
keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan.

ISO 26000 sebagai Standar Penerapan CSR
Program-program Corporate Social Responsibility perlu diorganisir dan
dikelola dengan hati-hati agar suatu perusahaan dapat bertanggung jawab sosial
sesuai dengan pendekatan tanggapan sosial seutuhnya (Hurriyati dan Sofyani
2010). Penerapan CSR harus dilakukan secara matang, dengan pertimbangan atas
aturan-aturan yang berlaku. ISO 26000 merupakan sebuah standar internasional
dalam penerapan corporate social responsibility. ISO 26000 juga bersifat sebagai
pedoman bagi perusahaan dalam menentukan strategi dan program CSR yang
akan dilakukannya. Pedoman tersebut menekankan pada pentingnya hasil dan
perbaikan kinerja praktek CSR. Meskipun hanya berupa panduan atau pedoman,
namun pedoman tersebut tidak bisa dikesampingkan begitu saja, Suatama (2011)
menyatakan bahwa terdapat dua resiko yang akan dihadapi suatu perusahaan jika
mengabaikan ISO 26000. Pertama, investor perusahaan dalam bekerja sama akan
mempertanyakan bagaimana penerapan CSR perusahaan tersebut apakah sesuai
dengan prinsip dan core subject pada ISO 26000. Kedua, dalam proses
operasional perusahaan akan mendapat gangguan yang menghambat
perkembangan perusahaan.
Ada tujuh isu utama dalam ISO 26000 dalam merencanakan CSR, sebagai
berikut:
1. Organizational governance : merupakan tata kelola organisasi yang meliputi
kepatuhan pada hukum, akuntabilitas, transparansi, kode etik, pengenalan
profil, dan minat stakeholder
2. Human rights : merupakan praktek CSR yang menjunjung hak asasi manusia
dimana meliputi hak sipil dan politik, hak sosial, ekonomi, budaya, dan hak
dasar dalam kerja
3. Labour practices : hak pekerja dalam suatu perusahaan yang meliputi
hubungan antar pekerja, kondisi kerja dan perlindungan sosial, kesehatan,
keamanan kerja dan sumber daya manusia.
4. The environment : praktek CSR yang memperhatikan aspek lingkungan yaitu
dengan cara preventtif polusi, konsumsi berkelanjutan, adaptasi dan mitigasi
perubahan iklim, proteksi dan restorasi lingkungan alam.
5. Fair operating practices : aktivitas operasi yang adil dengan cara anti
korupsi, anti suap, pelibatan tanggung jawab poitik, kompetisi yang adil, dan
perhatian pada hak
6. Consumer issues : isu konsumen yang mencakup pemasaran yang adil,
praktik perjanjian, perlindungan dan keamanan konsumen, pengembangan
produk dan jasa yang memberi manfaat sosial dan lingkungan, serta layanan
konsumen

8

7. Contribution in community and society : merupakan bentuk kontribusi pada
komunitas dan masyarakat yang meliputi pelibatan komunitas, kontribusi pada
pengembangan ekonomi dan kontribusi pada pengembangan sosial.
Dengan disusunnya ISO 26000 sebagai panduan (guideline) atau dijadikan
rujukan utama dalam pembuatan pedoman SR yang berlaku umum, sekaligus
menjawab tantangan kebutuhan masyarakat global termasuk Indonesia (Rahmi
2011). ISO 26000 menjadi jawaban atas masalah ketidakseragaman dalam
penerapan CSR diberbagai negara menimbulkan adanya kecenderungan yang
berbeda dalam proses pelaksanaan CSR itu sendiri di masyarakat.
Adapun pandangan Moratis dan Cochius (2011) menjelaskan prinsip CSR
dalam ISO 26000, sebagai standar penerapan CSR yang berlandaskan beberapa
prinsip, di antaranya:
1. Akuntabilitas; tanggung jawab perusahaan atas efek yang ditimbulkan CSR
pada lingkungan dan masyarakat serta akuntabel atas efek tersebut;
2. Transparansi; pengorganisasi tanggung jawab sosial perusahaan harus
transparan dalam pengambilan keputusan serta aktivitas terkait komunitas dan
lingkungan;
3. Perilaku etis; terkait sikap yang harus dimiliki perusahaan dalam CSR seperti
kesamaan dan integritas;
4. Respek terhadap kebutuhan stakeholders; terkait bagaimana perusahaan
menghargai, mempertimbangkan dan merespon kepentingan setiap
stakeholder yang ada dalam aktivitas CSR;
5. Respek terhadap peraturan hukum; terkait bahwa setiap CSR harus mengikuti
hukum yng berlaku sebagai dasar dari kegiatan CSR;
6. Respek terhadap norma perilaku intenasional; terkait kegiatan CSR yang
dilakukan tidak boleh melanggar norma yang ada di dunia internasional; dan
7. Respek terhadap HAM; terkait kegiatan CSR yang harus menghargai HAM
serta mengakui dan menyadari pentingnya HAM.
Ketujuh prinsip pelaksanaan CSR oleh ISO 26000 yang telah disebutkan di
atas dijadikan sebagai indikator dalam mengukur kesesuaian program CSR PT
Holcim.
Kesesuaian Program Corporate Social Responsibility
Keberhasilan suatu program diharapkan dapat membuahkan outcome yaitu
berupa manfaat bagi peserta yang terlibat. Dalam mengukur keberhasilan suatu
program, Hilarius dan Prayogo (2012) mengemukakan beberapa variabel proses
yang dalam artiannya ialah variabel yang digunakan korporasi dalam
berpartisipasi dalam pembangunan lokal. Variabel tersebut ialah di antaranya: (1)
efectivity (manfaat), (2) relevance (kesesuaian), (3) sustainability (keberlanjutan),
(4) impact (dampak), (5) empowerment (pemberdayaan), dan (6) participation
(partisipasi).
Salah satu variabel yang digunakan dalam mengukur keberhasilan
program yaitu kesesuaian program. Kesesuaian program ialah program terhadap
pemenuhan kebutuhan dan peningkatan akses pelayanan bagi peserta program
berdasarkan kemampuan dan potensi lokal (Hilarius dan Prayogo 2012).
Kesesuaian tersebut dapat dilihat dengan menilai apakah tujuan suatu program
sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh komunitas. Pertimbangan dalam
menentukan tujuan suatu program, harus dikaitkan dengan need, desires, wants,

9

dan juga interest komunitas (Rahman 2009). Semakin tinggi tingkat kesesuaian
dengan kebutuhan masyarakat, menjadikan sebuah program bermanfaat bagi
masyarakat (Hilarius dan Prayogo 2012).
Korten dan Syahrir (1980) mengemukakan Model Kesesuaian atau yang
biasa disebut sebagai “The Fit Model”. Model tersebut berintikan mengenai
kesesuaian di antara tiga aspek, yaitu pelaksana program, kelompok sasaran
program, dan program itu sendiri. Model ini didasarkan dari suatu proses
pembelajaran yang menyatakan keterkaitan di antara ketiga aspek tersebut.
Pertama, kesesuaian antara pelaksana program dan kelompok sasaran, yaitu
kesesuaian antara syarat uang diputuskan oleh organisasi (perusahaan) untuk
dapat memperoleh output program dengan apa yang dapat dilakukan oleh
kelompok sasaran program. Kedua, kesesuaian antara program dengan pelaksana
program, yaitu kesesuaian antara tugas yang disyaratkan program dengan
kemampuan organisasi pelaksana. Ketiga, kesesuaian program dengan kelompok
sasaran, yaitu kesesuaian antara apa yang ditawarkan oleh program dengan apa
yang dibutuhkan oleh kelompok sasaran program (pemanfaat).
Kesesuaian di antara ketiga aspek tersebut perlu dicapai agar program
berjalan efektif, sesuai tujuan yang direncanakan, dan hasilnya dapat
dimanfaatkan oleh kelompok sasaran. Agar suatu program dapat menghasilkan
output, maka baiknya program tersebut direncakan sesuai dengan kebutuhan
kelompok sasarannya (Akib dan Tarigan 2008).
Pengukuran kesesuaian program pada penelitian diukur melalui penilaian
peserta program mengenai pemenuhan kebutuhan, peningkatan akses pelayanan
dan apakah program didasarkan pada kemampuan dan potensi lokal, yang dengan
mempertimbangan prinsip-prinsip CSR dalam ISO 26000 serta ditinjau melalui
faktor pendukung efektivitas penyuluhan oleh Setiana (2005). Lima faktor
tersebut digunakan sebagai indikator untuk mengukur pencapaian tujuan dan
sasaran agar lebih efektif dan efisien, yang mencakup:
1. Materi; yaitu segala sesuatu yang disampaikan dalam kegiatan, dimana materi
yang baik dalam suatu program adalah yang sesuai dengan kebutuhan
sasaran, menarik, dapat memperbaiki kehidupan, meningkatan pendapatan,
dan dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh sasaran program.
2. Metode; yaitu cara ataupun teknik yang digunakan berdasarkan tujuan khusus
yang ingin dicapai. Metode yang baik dinilai berdasarkan pendekatannya,
teknik komunikasinya, dan indera penerima.
3. Media; yaitu alat bantu yang digunakan apakah sudah sesuai dengan pesan
yang dibutuhkan agar informasi atau pesan yang disampaikan menjadi lebih
jelas, nyata, dan mudah dimengerti oleh sasaran.
4. Waktu pelaksanaan; yaitu kesesuaian waktu pelaksanaan dengan kebutuhan
dan jadwal harian sasaran program, dan
5. Lokasi pelaksanaan; yaitu kesesuaian tempat pelaksanaan program dengan
lokasi sasaran.
Kebutuhan Masyarakat dalam Kesesuaian Program
Salah satu poin dalam ISO 26000 menyebutkan bahwa hak asasi manusia
merupakan salah satu isu utama dalam perencanaan CSR. Dijelaskan dalam buku
Panduan Perencanaan CSR oleh Rachman et al. (2011) bahwa yang termasuk hak
asasi manusia dalam konteks pelaksanaan CSR ialah hak-hak sipil, sosial,

10

ekonomi, budaya, serta hak dasar dalam kerja. Pemenuhan kebutuhan manusia,
merupakan rantai nilai dalam keterlibatan antara perusahaan atas dampak
kehadirannya terhadap komunitas lokal.
Agar manfaat program dapat terwujudkan maka upaya yang dilakukan
harus (Ndraha 2007) : 1) disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang nyata
(felt needs); 2) dijadikan stimulasi terhadap masyarakat yang berfungsi
mendorong timbulnya jawaban (response) yang dikehendaki; 3) dijadikan
motivasi terhadap masyarakat yang berfungsi membangkitkan tingkahlaku
(behavior) yang dikehendaki secara berkelanjutan. Penentuan kebutuhan
masyarakat menjadi penting dalam perencanaan suatu program, karena memiliki
peran yang besar dalam menentukan keberhasilan program itu sendiri.
Marnelly (2012) juga menyatakan bahwa assessment yang merupakan
identifikasi masalah dan kebutuhan masyarakat sebagai dasar perumusan program
dapat dijadikan sebagai salah satu dari lima poin dalam panduan perumusan
program CSR. Ia juga menambahkan bahwa proses tersebut dapat dilakukan
berdasarkan needs-based (aspirasi masyarakat) atau dapat juga dilakukan
berdasarkan rights-based approach (konvensi internasional atau standar normatif
hak-hak sosial masyarakat).
Secara umum, kebutuhan masyarakat dalam konteks CSR menurut
Hilarius dan Prayogo (2012) bertumpu pada aspek ekonomi, pendidikan,
kesehatan, serta secara sosial kegiatan bermasyarakat. Akses pelayanan terkait
pemenuhan kebutuhan tersebut juga menjadi hal yang perlu diperhatikan. Definisi
kemiskinan menurut Hilarius dan Prayogo (2012) ialah kondisi dimana kurangnya
tingkat dan akses kesejahteraan, yang mencakup aspek-aspek kebutuhan
(ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan sosial) serta pelayanan publik lainnya. CSR
merupakan bukti keterlibatan perusahaan atas kehadirannya terhadap komunitas
lokal yang tentu saja memberikan dampak tertentu. Suatu program akan efektif
jika perumusannya disesuaikan dengan kebutuhan sasarannya, dan juga jika
didukung dengan adanya peningkatan pelayanan akses akan kebutuhan tersebut.
Partisipasi Masyarakat
Nasdian (2014) mendefinisikan partisipasi sebagai proses aktif, inisiatif
diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka
sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme)
dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Nasdian (2014) juga
memaparkan bahwasanya partisipasi dalam pengembangan komunitas harus
menciptakan peranserta yang maksimal dengan tujuan agar semua orang dalam
masyarakat tersebut dapat dilibatkan secara aktif pada proses dan kegiatan
masyarakat.
Partisipasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut Pangestu
(1995), yaitu:
1. Faktor internal, mencakup karakteristik individu yang dapat mempengaruhi
individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik
individu mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah beban keluarga, jumlah
pendapatan, pengalaman berkelompok.
2. Faktor eksternal, meliputi hubungan yang terjalin antara pihak pengelola
proyek dengan sasaran yang dapat mempengaruhi partisipasi karena sasaran
akan dengan sukarela terlibat dalam suatu proyek, jika sam butan pihak

11

pelayanan pengelola positif dan menguntungkan m