Hubungan program pendampingan posdaya dengan perilaku peserta: kasus desa Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor

(1)

PERILAKU PESERTA

(Kasus Desa Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor)

PARTHOGI S SIALLAGAN

DEPARTEMEN SAINS

KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011


(2)

Society empowerment constitutes a remedial process that is attributed to give ability to whoever to be able to does something worthwhile. One of effort to hasten fix up 's process in society empowerment is assistance. The objective of the study was to determine 1) to what extent is the relation of assistance program Posdaya to participant knowledge. 2) to what extent is the relation of assistance program Posdaya to participant attitude. 3) to what extent is the relation of assistance program Posdaya to participant skill. The respondents of this study consist of 65 participantsin program jambu kristal development, rabbit breed, and compost makings. Conclusion of this study show that Training performing concerning significantly with knowledge, attitude, and skill. . In which affected to participant behavior, the higher the training performing, the higher the knowledge, attitude, and skill participant program Posdaya. Counselling performing unconcerning significantly with knowledge and attitude, but its concerning with skill participant. Counseling activity not given influenced to much for knowledge and attituted, because the counseling activity don’t get character of participant.

Keywords: assistance program, participant behavior, knowledge, attitude, training, counseling


(3)

PARTHOGI S SIALLAGAN. HUBUNGAN PROGRAM PENDAMPINGAN POSDAYA DENGAN PERILAKU PESERTA. kasus di Desa Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor (Dibawah bimbingan Dr. Ir. Saharuddin, MSi).

Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses perbaikan yang ditujukan untuk memberikan kemampuan kepada siapapun agar mampu melakukan sesuatu yang bermanfaat. Salah satu upaya untuk mempercepat proses perbaikan dalam pemberdayaan masyarakat adalah pendampingan. Pendampingan pada dasarnya merupakan upaya untuk menyertakan masyarakat dalam mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki sehingga mampu mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik. Program pemberdayaan masyarakat di Desa Cikarawang melalui Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga) merupakan program pendampingan dengan empat bidang utama yaitu ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lingkungan. Pelaksanaan program Posdaya di Cikarawang adalah untuk menyegarkan modal sosial melalui potensi sumber daya yang ada.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis: 1) Hubungan Program Pendampingan Posdaya dengan Pengetahuan peserta dalam melaksanakan program Posdaya di Desa Cikarawang. 2) Hubungan Program Pendampingan Posdaya dengan Sikap peserta dalam melaksanakan program Posdaya di Desa Cikarawang. 3) Hubungan Program Pendampingan Posdaya dengan Keterampilan peserta dalam melaksanakan program Posdaya di Desa Cikarawang.

Penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) sesuai dengan kriteria penelitian dan program yang dilaksanakan. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta program Posdaya dari tiga bidang program, yaitu pengembangan jambu Kristal, ternak kelinci, dan pembuatan pupuk kompos yang berjumlah 65 orang. Sampel pada penelitian ini berjumlah tiga puluh peserta dengan menggunakan teknik quota sampling dimana dari masing-masing program diambil sebanyak 15 orang untuk program jambu Kristal, 5 orang untuk ternak kelinci dan 10 orang untuk pupuk kompos. Analisis data


(4)

menghubungkan antar variabel kategori (nominal atau ordinal) dimana analisis crosstabs yang digunakan adalah analisis Pearson.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara manfaat pelatihan yang diperoleh dengan tingkat peningkatan pengetahuan peserta menunjukkan hubungan signifikan. Hubungan antara manfaat pelatihan yang diperoleh dengan penentuan sikap peserta menunjukkan hubungan signifikan. Hubungan antara manfaat pelatihan yang diperoleh dengan tingkat keterampilan peserta menunjukkan hubungan signifikan. Hubungan antara manfaat penyuluhan dengan tingkat pengetahuan peserta tidak menunjukkan adanya hubungan signifikan. Hubungan antara manfaat penyuluhan dengan sikap peserta tidak menunjukkan adanya hubungan signifikan. Hubungan antara manfaat penyuluhan dengan tingkat keterampilan peserta menunjukkan hubungan signifikan.  


(5)

PERILAKU PESERTA

(Kasus Desa Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor)

Oleh

Parthogi S Siallagan I34062263

SKRIPSI

Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SAINS

KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011


(6)

KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh:

Nama Mahasiswa : Parthogi S Siallagan NIM : I34062263

Mayor : Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Judul Skripsi : Hubungan Program Pendampingan Posdaya Dengan

Perilaku Peserta (Kasus Desa Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor)

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Saharuddin, MSi

NIP. 19641203 199303 1 001

Mengetahui, Ketua Departemen Sains

Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS

NIP. 19550630 198103 1 003


(7)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “HUBUNGAN PROGRAM PENDAMPINGAN POSDAYA DENGAN PERILAKU PESERTA” BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Maret 2011


(8)

Penulis bernama Parthogi S Siallagan yang dilahirkan pada tanggal 10 Maret 1988 di Bogor. Penulis adalah anak kedua dari Empat bersaudara dari pasangan Bapak Horas Saragih dan Ibu Sri Maryani. Pendidikan yang pertama kali ditempuh adalah Taman Kanak-kanak Baptis Bogor pada tahun 1993-1994. Kemudian penulis melanjutkan di Sekolah Dasar Budi Mulia Bogor pada tahun 1994-2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Budi Mulia Bogor pada tahun 2000-2003, dan Sekolah Menengah Umum Negeri 4 Bogor pada tahun 2003-2006.

Pada tahun 2006, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Saringan Masuk IPB) dan memilih Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Selama menjadi mahasiswa di IPB, penulis selain kuliah juga aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, khususnya menjadi Anggota Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia tahun 2008. Selain itu, berkat ijin Allah SWT, penulis juga dapat mengukir prestasi lainnya yaitu Juara Lomba Theater Se-IPB pada Tahun 2009.


(9)

Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan nikmat-Nya, penulisan skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya dan Insya Allah memuaskan. Selama penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak dukungan moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Ir. Saharuddin, MSi selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, dan sarannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Rilus A Kinseng, MA sebagai dosen penguji utama yang telah memberikan kritik dan saran sehingga penulis dapat melengkapi skripsi ini menjadi lebih baik

3. Ir. Yatri Indah Kusumastuti, MS sebagai dosen penguji wakil departemen yang telah memberikan kritik dan saran shingga naskah skripsi dapat memenuhi standar penulisan skripsi

4. Pak Nur Ali dan seluruh warga Desa Cikarawang yang telah membantu peneliti dalam kelengkapan data.

5. Papah, Mamah, Ka Bunga, Ade Wili, Ade Zori yang selalu mencurahkan kasih sayang, perhatian, dan dukungannya. Terima kasih atas doanya. 6. Sahabatku Azis, Cecep, Hendra, Untung, Yayan, Kapten, Adha, Bedhil,

Arif, Bayu, Ipung, Adji, Andris, Tia, Iren dan Dea.

7. Seluruh staf pengajar KPM yang telah memberikan ilmu dan berbagi pengalaman.

8. KPM’ers, angkatan 43-45. Semoga semangat dan sukses selalu mengiringi kita semua. Amin.

Semoga kita semua dapat meraih kesuksesan di dunia dan bahagia di akhirat. Amin.


(10)

DAFTAR TABEL ... xiii 

DAFTAR GAMBAR ... xv 

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi 

BAB I PENDAHULUAN ... 1 

1.1.  Latar Belakang ... 1 

1.2.  Rumusan Masalah ... 2 

1.3.  Tujuan Penelitian ... 3 

1.4.  Kegunaan Penelitian ... 3 

BAB II PENDEKATAN TEORITIS ... 5 

2.1.  Tinjauan Pustaka ... 5 

2.1.1.  Konsep Pemberdayaan ... 5 

2.1.2.  Pendampingan ... 7

2.1.3. Pelatihan ... 8

2.1.4. Penyuluhan ... 9

2.1.5. Posdaya ... 10

2.1.6. Perilaku ... 11

2.1.7. Faktor-faktor yang Membentuk Perilaku ... 13 

2.2.  Kerangka Pemikiran ... 18 

2.3.  Hipotesis Uji ... 20 

2.4  Definisi Operasional ... 20 

BAB III PENDEKATAN LAPANG ... 24 

3.1.  Metode Penelitian ... 24 

3.2.  Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24 

3.3.  Populasi dan Teknik Sampling ... 24 


(11)

4.2.  Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian ... 28 

4.3.  Gambaran Kegiatan Posdaya Desa Cikarawang (Posdaya Mandiri Terpadu) ... 29 

4.4.  Profil Program Pengembangan Jambu Kristal ... 30

4.5.  Profil Program Ternak Kelinci ... 30 

4.6.  Profil Program Pembuatan Pupuk Kompos ... 31 

4.7.  Karakteristik Peserta Pendampingan Desa Cikarawang ... 32 

BAB V PENGARUH PROGRAM PENDAMPINGAN POSDAYA TERHADAP PERILAKU BERPOSDAYA PESERTA ... 35 

5.1.   Deskripsi Input Program Pendampingan Posdaya ... 35 

5.1.1. Pelatihan ... 35 

5.1.2. Penyuluhan ... 36 

5.2. Deskripsi Faktor Pembentuk Perilaku ... 37 

5.2.1. Pengetahuan ... 37

5.2.2. Sikap ... 38 

5.2.3. Keterampilan ... 39 

5.3. Hubungan antara Input Program dengan Faktor Pembentuk Perilaku . 39  5.3.1.Hubungan Manfaat Pelatihan dengan Tingkat Pengetahuan Peserta ... 39

5.3.2.Hubungan Manfaat Pelatihan dengan Sikap Peserta ... 42 

5.3.3. Hubungan Manfaat Pelatihan dengan Tingkat Keterampilan Peserta ... 45 

5.3.4. Hubungan Manfaat Penyuluhan dengan Tingkat Pengetahuan Peserta ... 47 


(12)

6.1.  Kesimpulan ... 54 

6.2.  Saran ... 56 

DAFTAR PUSTAKA ... 58 


(13)

2009 ...28 Tabel 2. Sebaran Responden menurut Jenis Kelamin di Desa Cikarawang, 2011 32 Tabel 3. Sebaran Responden menurut Usia di Desa Cikarawang, 2011 ...32 Tabel 4. Sebaran Responden menurut Pendidikan Terakhir di Desa

Cikarawang, 2011 ...33 Tabel 5. Sebaran Responden menurut Mata Pencaharian di Desa

Cikarawang, 2011 ...34 Tabel 6. Sebaran Responden menurut Pendapatan di Desa Cikarawang, 2011 ...34 Tabel 7. Sebaran Peserta yang Mengikuti Program Pendampingan

Posdaya Menurut Manfaat Pelatihan, Desa Cikarawang, 2011

(dalam Absolut dan Persen) ...36 Tabel 8. Sebaran Peserta yang Mengikuti Program Pendampingan

Posdaya Menurut Manfaat Penyuluhan, Desa Cikarawang, 2011

(dalam Absolute dan Persen) ...37 Tabel 9. Sebaran Peserta yang Mengikuti Program Pendampingan

Posdaya Menurut Tingkat Pengetahuan, Desa Cikarawang, 2011

(dalam Absolute dan Persen) ...38 Tabel 10 Sebaran Peserta yang Mengikuti Program Pendampingan

Posdaya Menurut Sikap, Desa Cikarawang, 2011

(dalam Absolute dan Persen) ...38 Tabel 11. Sebaran Peserta yang Mengikuti Program Pendampingan

Posdaya Menurut Tingkat Keterampilan, Desa Cikarawang, 2011 (dalam Absolute dan Persen) ...39 Tabel 12. Hubungan Antara Manfaat Pelatihan dengan Tingkat

Pengetahuan Peserta, Desa Cikarawang, 2011 ...40 Tabel 13. Hubungan Antara Manfaat Pelatihan dengan Sikap Peserta,


(14)

Pengetahuan Peserta, Desa Cikarawang, 2011 ...48 Tabel 16. Hubungan Antara Manfaat Penyuluhan dengan Sikap Peserta,

Desa Cikarawang, 2011 ...50 Tabel 17. Hubungan Antara Manfaat Penyuluhan dengan Tingkat


(15)

(16)

Panduan Pertanyaan ... 77  Hasil Pengolahan Data ... 78 


(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Maret 2006 menyebutkan bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2006 sebanyak 39,05 juta atau 17,75 persen dari total 222 juta penduduk. Penduduk miskin bertambah empat juta orang dibanding yang tercatat pada Februari 2005. Angka pengangguran berada pada kisaran 10,8% sampai dengan 11% dari tenaga kerja yang masuk kategori sebagai pengangguran terbuka. Masalah pengangguran dan kemiskinan akan berdampak negatif terhadap stabilitas sosial dan kemasyarakatan. Oleh karena itu, perlu adanya kegiatan pemberdayaan yang ditujukan kepada masyarakat yang menganggur dan miskin.

Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses perbaikan yang ditujukan untuk memberikan kemampuan kepada siapapun agar mampu melakukan sesuatu yang bermanfaat. Ife (1995) dikutip Nasdian (2003), menerangkan bahwa pemberdayaan masyarakat berarti melengkapi masyarakat dengan sumberdaya, kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam menentukan masa depan mereka sendiri dan untuk turut berpartisipasi dalam memberi pengaruh pada kehidupan masyarakat mereka. Oleh karena itu, proses dalam pemberdayaan masyarakat selalu bersumber pada keswadayaan lokal serta mengandung unsur partisipasi dan kemandirian warga. Salah satu upaya untuk mempercepat proses perbaikan dalam pemberdayaan masyarakat adalah pendampingan. Pendekatan melalui pendampingan timbul dengan adanya kesadaran baru bahwa masyarakat bukanlah pihak yang tidak tahu dan tidak mau maju sebaliknya saat ini mulai dikenali bahwa masyarakat adalah pihak yang mau, memiliki pengetahuan lokal, mempunyai potensi besar serta kearifan tradisional.

Pendampingan pada dasarnya merupakan upaya untuk menyertakan masyarakat dalam mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki sehingga mampu mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik. Kegiatan ini dilaksanakan untuk memfasilitasi pada proses pengambilan keputusan berbagai kegiatan yang


(18)

terkait dengan kebutuhan masyarakat, membangun kemampuan dalam meningkatkan pendapatan, melaksanakan usaha yang berskala bisnis serta mengembangkan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan yang partisipatif.

Dalam Pelaksanaan Program pendampingan ini diperlukan ketersediaan sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu berperan sebagai fasilitator, komunikator dan dinamisator selama program berlangsung dan berfungsi sebagai konsultan sewaktu diperlukan oleh kelompok dalam pelatihan dan penyuluhan. Program pemberdayaan masyarakat di Desa Cikarawang melalui Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga) merupakan program pendampingan dengan empat bidang utama yaitu ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lingkungan. Pelaksanaan program Posdaya di Cikarawang adalah untuk menyegarkan modal sosial melalui potensi sumber daya yang ada. Program Posdaya merupakan wadah program pemberdayaan dalam mewujudkan kemandirian dan pemanfaatan sumber daya serta potensi lokal sebagai sumber segala solusi dengan ciri bottom up melalui proses pendampingan. Oleh karena itu, peneliti merasa penting untuk mengetahui dan menganalisis Hubungan Program Pendampingan Posdaya Terhadap Perilaku Peserta di Desa Cikarawang.

1.2. Rumusan Masalah

Pemberdayaan merupakan upaya untuk memperkuat posisi seseorang melalui penumbuhan kesadaran dan kemampuan individu yang bersangkutan untuk mengidentifikasi persoalan yang dihadapi dan memikirkan langkah-langkah mengatasinya. Inti dari kegiatan pemberdayaan adalah motivasi untuk memahami kondisi dan situasi kerja sehari-hari dalam menumbuhkan kemampuan serta keberanian untuk bersikap kritis terhadap kondisi yang di hadapi. Adapun input utama dari program Posdaya yang menjadi bagian penelitian adalah Pelatihan dan Penyuluhan, dan untuk Perilaku akan dilihat dari hubungan input program dengan unsur-unsur perilaku, yaitu Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan. Berdasarkan hal ini, penulis merasa penting untuk mengetahui dan menganalisis:

1. Sejauh mana Hubungan Program Pendampingan Posdaya dengan Pengetahuan peserta dalam melaksanakan program Posdaya di Desa Cikarawang?


(19)

2. Sejauh mana Hubungan Program Pendampingan Posdaya dengan Sikap peserta dalam melaksanakan program Posdaya di Desa Cikarawang?

3. Sejauh mana Hubungan Program Pendampingan Posdaya dengan Keterampilan peserta dalam melaksanakan program Posdaya di Desa Cikarawang?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis: 1. Hubungan Program Pendampingan Posdaya dengan Pengetahuan peserta

dalam melaksanakan program Posdaya di Desa Cikarawang

2. Hubungan Program Pendampingan Posdaya dengan Sikap peserta dalam melaksanakan program Posdaya di Desa Cikarawang

3. Hubungan Program Pendampingan Posdaya dengan Keterampilan peserta dalam melaksanakan program Posdaya di Desa Cikarawang

1.4. Kegunaan Penelitian

Kajian tentang Hubungan Program Pendampingan Posdaya dengan Perilaku Peserta di Desa Cikawarang diharapkan dapat bermanfaat bagi semua kalangan masyarakat. Dengan demikian, selain akan menjadi sumber pengetahuan ataupun informasi, juga di harapkan akan memotivasi masyarakat dalam mengikuti dan melaksanakan program pendampingan Posdaya. Adapun kegunaan penelitian ini antara lain adalah :

1. Bagi Peneliti: dapat mengetahui dan menganalisis bagaimana Hubungan Program Pendampingan Posdaya dengan Perilaku peserta di Desa Cikarawang.

2. Bagi Akademisi: dapat dijadikan sebagai sumber informasi ataupun referensi bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya. Disamping itu juga, dapat menambah khasana ilmu pengetahuan untuk yang membacanya.

3. Bagi masyarakat: kegunaannya antara lain adalah ; bagi masyarakat setempat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang program pendampingan bagi kehidupan mereka, terutama sebagai media untuk


(20)

menambah pengetahuan dan informasi tentang program Posdaya. Sementara bagi masyarakat umum, penelitian ini diharapkan akan berkontribusi dalam memberikan informasi tentang manfaat dari adanya program pemberdayaan. 4. Bagi pemerintah: penelitian ini dapat dijadikan informasi yang diharapkan

akan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dalam menentukan kebijakan pembangunan. Dengan demikian, diharapkan kebijakan tersebut akan selaras dan memperhatikan pelaksanaan program pemberdayaan yang tepat di suatu wilayah Di Indonesia.


(21)

BAB II

PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Konsep Pemberdayaan

Suharto (2005) mengungkapkan bahwa pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang/kelompok/masyarakat yang rentan dan lemah, sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam: a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, kebodohan, dan kesakitan, b) menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan, c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.

Pemberdayaan adalah “membantu” komunitas dengan sumberdaya, kesempatan, keahlian, dan pengetahuan agar kapasitas komunitas meningkat sehingga dapat berpartisipasi untuk menentukan masa depan warga komunitas (Nasdian, 2006). Berarti pemberdayaan adalah bagaimana membuat komunitas bisa bekerja sendiri berdasarkan kemampuan yang telah mereka miliki. Tetapi sebelumnya kemampuan komunitas harus ditingkatkan agar mereka dapat berpartisipasi dan menyesuaikan diri dalam memenuhi kebutuhan sekarang dan nanti. Sehingga mereka dapat menentukan dan mereancang masa depan mereka sendiri.

Konsep pemberdayaan masyarakat mencakup pengertian community development (pembangunan masyarakat dan community-based development (pembangunan yang bertumpu pada masyarakat), dan tahap selanjutnya muncul istilah community driven development yang diterjemahkan sebagai pembangunan yang diarahkan masyarakat atau diistilahkan pembangunan yang digerakkan masyarakat (Randy dan Riant, 2007).

Pemberdayaan adalah sebuah proses menjadi, bukan sebuah proses instan. Artinya, perlu ada suatu tahapan dimana setiap tahap terjadi proses perkembangan


(22)

menuju perbaikan. Proses tersebut memerlukan waktu yang relatif lama dan partisipasi menyeluruh dari komunitas itu sendiri. Tidak bisa dijadikan dalam waktu sehari atau hanya sekedar mengenalkan program ke komunitas, kemudian hilang sampai program berikutnya datang. Sebagai proses, pemberdayaan mempunyai tiga tahapan : penyadaran, pengkapasitasan, pendayaan.

Gambar 1. Tahapan Pemberdayaan (Randy dan Riant, 2007)

Pemberdayaan merupakan proses “pemetaan” dari hubungan atau relasi subyek dengan obyek. Proses ini mementingkan adanya pengakuan subyek akan kemampuan atau daya yang dimiliki obyek. Secara garis besar proses ini melihat pentingnya mengalirkan daya (kuasa) (flow of power) dari subyek ke obyek. Dalam pengertian yang lebih luas, mengalirnya daya ini merupakan upaya atau cita-cita untuk mensinerjikan masyarakat miskin ke dalam aspek kehidupan yang lebih luas. Hasil akhir dari pemberdayaan adalah “beralihnya fungsi individu atau kelompok yang semula sebagai obyek menjadi subyek (yang baru)”, sehingga relasi sosial yang ada nantinya hanya akan dicirikan dengan relasi antar “subyek” dengan subyek yang lain. Dengan demikian, proses pemberdayaan mengubah pola relasi lama subyek-obyek menjadi subyek-subyek (Nasution, 2006).

Berdasarkan konsep-konsep di atas, dari berbagai pengertian yang ada mengenai pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Melalui upaya pemberdayaan masyarakat, diharapkan mereka dapat memiliki kemampuan dan kekuatan untuk memenuhi kebutuhan pokok juga dapat menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan bagi mereka untuk meningkatkan pendapatan, pengetahuan dan keterampilan, serta ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan.


(23)

2.1.2. Pendampingan

Konsep pendampingan memberikan gambaran umum sebuah pendampingan bagi peneliti secara teoritis. Peneliti dapat memanfaatkannya sebagai pembanding dengan kenyataan di lapangan. Menurut Sumodiningrat (1999), pemberdayaan yang bertahan lama dapat dicapai dengan pendampingan. Begitu juga menurut Bachtiar (2009), salah satu faktor pendukung keberhasilan pemberdayaan masyarakat adalah pendampingan. Implementasi yang mampu menggerakkan dan berlangsung kontinu memerlukan adanya pendampingan.

Pendampingan berarti bantuan dari pihak luar, baik perorangan maupun kelompok untuk menambahkan kesadaran dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan pemecahan permasalahan kelompok. Pendampingan diupayakan untuk menumbuhkan keberdayaan dan keswadayaan agar masyarakat yang didampingi dapat hidup secara mandiri. Jadi pendampingan merupakan kegiatan untuk membantu individu maupun kelompok yang berangkat dari kebutuhan dan kemampuan kelompok yang didampingi dengan mengembangkan proses interaksi dan komunikasi dari, oleh, dan untuk anggota kelompok serta mengembangkan kesetiakawanan dan solidaritas kelompok dalam rangka tumbuhnya kesadaran sebagai manusia yang utuh, sehingga dapat berperan dalam kehidupan masyarakat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

Oleh sebab itu, pemberdayaan melalui pendampingan ini dilakukan untuk membantu masyarakat memiliki akses terhadap pasar, teknologi yang efektif dan efisien, serta kemudahan pada sarana produksi dan sumber pembiayaan yang nantinya dapat dijadikan modal usaha. Menurut Supriatna dalam Sumodiningrat (1999), hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses pendampingan yaitu:

1. Pembinaan penduduk miskin dilakukan dengan cara membentuk kelompok-kelompok kecil, misalnya kelembagaan kelompok-kelompok tani.

2. Kelompok yang telah terbentuk tersebut kemudian dibimbing menyusun rencana kegiatan dan rencana kebutuhan dana untuk membiayai kegiatan usaha anggota.

3. Pemberian motivasi kepada anggota kelompok agar aktif menabung dengan cara menyisihkan sebagian hasil usahanya.


(24)

4. Dana yang terkumpul dari kegiatan menabung dihimpun untuk dijadikan alat bantu.

5. Pendamping membantu dalam proses pengelolaan kegiatan kelompok mulai dari penyusunan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK), pengawasan, dan pengembangan usaha.

6. Pembinaan kelompok untuk meningkatkan produksi, mempelajari strategi pemasaran, dan pendistribusian hasil produksi anggota kelompok.

2.1.3. Pelatihan

Kirkpatrick (1994) mendefinisikan pelatihan sebagai upaya meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan perilaku, serta mengembangkan keterampilan. Pelatihan sering dianggap sebagai aktivitas yang paling umum dan para pimpinan mendukung adanya pelatihan karena melalui pelatihan, para pekerja akan menjadi lebih trampil dan karenanya akan lebih produktif sekalipun manfaat-manfaat tersebut harus diperhitungkan dengan waktu yang tersita ketika pekerja sedang dilatih” .

Pelatihan menurut Strauss dan Syaless di dalam Notoatmodjo (1998) berarti mengubah pola perilaku, karena dengan pelatihan maka akhirnya akan menimbulkan perubahan perilaku. Pelatihan adalah bagian dari pendidikan yang menyangkut proses belajar, berguna untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu relatif singkat dan metodenya mengutamakan praktek daripada teori. Menurut Pusat Pendidikan dan Pelatihan (2002), pelatihan adalah proses pembelajaran yang lebih menekankan pada praktek daripada teori yang dilakukan seseorang atau kelompok dengan menggunakan pelatihan orang dewasa dan bertujuan meningkatkan kemampuan dalam satu atau beberapa jenis keterampilan tertentu. Sedangkan pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta dengan lingkungannya yang mengarah pada pencapaian tujuan pendidikan dan pelatihan yang telah ditentukan terlebih dahulu. Pelatihan merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia. Peserta program pemberdayaan perlu mengikuti pelatihan karena adanya tuntutan peningkatan keterampilan yang


(25)

dapat disesuaikan dengan perubahan lingkungan kerja, strategi, dan lain sebagainya. Menurut Garry Dessler, pelatihan memberikan seseorang keterampilan yang mereka butuhkan untuk melaksanakan pekerjaan. Ada beberapa manfaat yang diperoleh dengan adanya pendidikan dan latihan yakni: a) membantu individu untuk dapat membuat keputusan dan pemecahan masalah secara lebih baik; b) internalisasi dan operasionalisasi motivasi kerja, prestasi, tanggung jawab, dan kemajuan; c) mempertinggi rasa percaya diri dan pengembangan diri; d) membantu untuk mengurangi rasa takut dalam menanggapi tugas-tugas baru (Justine Sirait, 2006)

2.1.4. Penyuluhan

Penyuluhan bukanlah sekedar penerapan tentang kebijakan penguasa, bukan hanya diseminasi teknologi, bukan program charity yang bersifat darurat, dan bukan program untuk mencapai tujuan yang tak merupakan kepentingan pokok kelompok sasaran. Tetapi adalah program pendidikan luar sekolah yang bertujuan memberdayakan sasaran, meningkatkan kesejahteraaan sasaran secara mandiri dan membangun masyarakat madani; pembelajaran yang berfungsi secara berkelanjutan dan tidak bersifat adhoc, serta program yang menghasilkan perubahan perilaku dan tindakan sasaran yang menguntungkan sasaran dan masyarakatnya.

Penyuluhan juga merupakan pendidikan bagi petani dan keluarganya agar berubah perilakunya untuk bertani lebih baik (better farming), berusahatani lebih menguntungkan (better bussines), hidup lebih sejahtera (better living), dan bermasyarakat lebih baik (better community) serta menjaga kelestarian lingkungannya (better environment). Metode penyuluhan dapat diartikan sebagai cara atau teknik penyampaian materi penyuluhan oleh para penyuluh kepada para petani beserta keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung, agar mereka tahu, mau dan mampu menerapkan inovasi (teknologi baru). Sedangkan teknik penyuluhan pertanian dapat didefinisikan sebagai keputusan-keputusan yang dibuat oleh sumberatau penyuluh dalam memilih serta menata ehavi dan


(26)

isi pesan menentukan pilihan cara dan frekuensi penyampaian pesan serta menentukan bentuk penyajian pesan. (Slamet 2000).

Menurut Kartasapoetra (1994) dalam Alim (2010) penyuluhan adalah proses aktif yang memerlukan interaksi antara penyuluh dan yang disuluh agar terbangun proses perubahan “perilaku” ( behavior) yang merupakan perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan seseorang yang dapat diamati oleh orang/pihak lain, baik secara langsung (berupa ucapan, tindakan, bahasa-tubuh, dll) maupun tidak langsung (melalui kinerja dan atau hasil kerjanya).

2.1.5. Posdaya

Pembangunan ekonomi yang akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi perlu melibatkan partisipasi masyarakat agar pembangunan yang dilakukan seimbang dan mencapai sasaran. Pembangunan ekonomi harus diimbangi dengan peningkatan partisipasi sosial. Sosial advokasi juga perlu dilakukan agar komitmen pembangunan lebih kuat. Dalam menumbuhkan partisipasi masyarakat dapat dibahas dalam sebuah forum yang disebut “Posdaya” (Pos Pemberdayaan Keleuarga dan Masyarakat).

Posdaya itu sendiri dapat dibentuk di antara kalangan keluarga maupun antar keluarga, sehingga Posdaya dapat saja memiliki basis pribadi, basis kelompok, misalnya Posdaya berbasis masjid, Posdaya berbasis tanaman, atau Posdaya berbasis pendidikan, dan lainnya. Mengenai program utama Posdaya terbagi dalam empat hal yang pokok. Pertama, pengentasan kemiskinan, pendidikan, kesehatan, kewirausahaan, dan lingkungan. Pengentasan kemiskinan diarahkan bukan untuk memberi uang, tetapi lebih ditonjolkan kepada pemberian pekerjaan. Program pendidikan yang dimaksudkan adalah untuk memberikan dorongan kepada masyarakat agar semua anak usia sekolah mengenyam pendidikan. Solusinya dapat dicarikan orangtua asuh atau donatur. Sedangkan bidang kesehatan lebih ditonjolkan upaya-upaya hidup sehat. Dan kewirausahaan diartikan dapat diawali dengan pembentukkan koperasi dalam melakukan pembangunan usaha kecil. Pembangunan lngkungan pun tidak hanya menyulap sekitar rumah tangga menjadi ijo royo-royo, tetapi suasana itu yang dapat juga


(27)

dimanfaatkan masyarakat. Bukan tanaman obat saja yang menghiasi rumah namun ada produk yang dapat langsung dimanfaatkan, misalnya sayuran.

Posdaya adalah forum silahturahmi, advokasi, komunikasi, informasi, edukasi dan sekaligus bisa dikembangkan menjadi wadah koordinasi kegiatan penguatan fungsi-fungsikekeluargaan secara terpadu (Suyono dan Rohadi, 2007). Penguatan fungsi-fungsi utama tersebut diharapkan memungkinkan setiap keluarga makin mampu membangun dirinya menjadi keluarga sejahtera, keluarga yang mandiri dan keluarga yang sanggup menghadapi tantangan di masa depan dengan lebih baik.

Posdaya merupakan gagasan baru guna menyambut anjuran pemerintah untuk membangun sumberdaya manusia melalui partisipasi keluarga secara aktif. Proses pemberdayaan itu diprioritaskan pada peningkatan kemampuan keluarga untuk bekerja keras mengentaskan kebodohan, kemalasan, dan kemiskinan dalam arti luas. Sasaran kegiatan yang dituju adalah terselenggaranya upaya bersama agar setiap keluarga mempunyai kemampuan melaksanakan delapan fungsi keluarga. Dalam rangka pelaksanaan MDGs, pengembangan fungsi keluarga tersebut diarahkan kepada lima prioritas sasaran utama, yaitu komitmen pada pimpinan dan sesepuh tingkat desa dan pendukuhan, kecamatan dan kabupaten, pengembangan fungsi keagaman, fungsi KB dan kesehatan, fungsi pendidikan, fungsi kewirausahaan dan fungsi lingkungan hidup yang memberi makna terhadap kehidupan keluarga yang bahagia dan sejahtera.

2.1.6. Perilaku

Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terbentuk dalam wujud pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain perilaku manusia merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini bersifat pasif dan aktif (tindakan: berfikir, berpendapat, bersikap). Sumardi et al. (1997) menyatakan bahwa perilaku seseorang terhadap keberadaan suatu obyek, dalam hal ini sumber daya. Perilaku merupakan reaksi dari hasil interaksi antar individu dengan rangsangannya atau lingkungannya. Lutfiyah


(28)

(2007) mengatakan perilaku adalah sesuatu yang benar-benar dilakukan oleh seseorang. Perilaku individu meliputi segala sesuatu yang meliputi pengetahuannya (knowledge) yang menjadi sikapnya (attitude) dan yang bisa dikerjakan (action). Perilaku muncul sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya dan benar-benar dilakukan seseorang dalam bentuk tindakan. Perilaku menurut Sukanto (2000) dalam Panduwinata (2009) adalah jawaban atau tanggapan seseorang terhadap suatu keadaan. Sementara menurut Sarwono (1992), dalam Budhiarty (2004), mengartikan perilaku sebagai perbuatan-perbuatan manusia baik yang kasat mata (memukul, menendang) atau yang tidak kasat mata (sikap, minat, dan emosi).

Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah reaksi atau tindakan nyata yang terjadi dari hasil interaksi dengan rangsangan atau lingkungannya dan yang benar-benar dilakukan oleh seseorang dalam bentuk tindakan.

Dalam perilaku menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (1998) terbagi tiga teori yaitu :

1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keterampilan, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai tradisi.

2. Faktor pemungkin (enabling factor) adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan .Artinya faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku.

3. Faktor-faktor penguat (reinforcing) adalah faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku berawal dari adanya faktor-faktor yang mempermudah untuk terjadinya perilaku. Adapun faktor-faktor tersebut adalah pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan, perilaku yang akan diteliti adalah perilaku peserta dalam menerima dan melaksanakan program Posdaya.


(29)

2.1.7. Unsur-unsur Pembentuk Perilaku Peserta

Perilaku peserta pendampingan Posdaya dapat terbentuk oleh adanya fakto-faktor pendukung, yaitu faktor Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan. Adapun penjelasan dari masing-masing faktor tersebut, adalah sebagai berikut:

1. Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (1998), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan/ perilaku seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih sulit untuk diubah dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan kelangsungan hidupnya. Pengetahuan ini mampu dikembangkan disebabkan dua hal utama yaitu:

a) Manusia mempunyai bahasa dan jalan fikiran yang melatar belakangi informasi tersebut.

b) Manusia mempunyai kemampuan berfikir menurut suatu alur kerangka tertentu.

Notoadmojo (1998) membagi domain pengetahuan menjadi 6 tingkatan yaitu:

a) Tahu

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk kedalam tingkatan ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu adalah tingkat pengetahuan tingkat rendah.


(30)

b) Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan cara benar tentang objek yang diketahui yang dapat diimplementasikan materi tersebut secara benar.

c) Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau pada kondisi yang sebenarnya.

d) Analisis

Analisis atau kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama yang lain.

e) Sintesis

Sintesis menunjukkan pada suatu komponen untuk menetapkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruh yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f) Evaluasi

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang ada.

Penelitian tentang pengetahuan yang dilakukan oleh Rogers (1974) dalam Notoadmojo (1998) yang mengungkapkan bahwa perilaku yang didasari pengetahuan, dan sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi urutan proses :

a) Adoption, yakni penerapan perilaku sesuai dengan pengetahuan kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

b) Awareness (kesadaran) yakni kesadaran terhadap stimulus (objek) c) Evaluation (evaluasi) perpindahan terhadap baik tidaknya stimulus bagi

dirinya.


(31)

e) Trial, yakni mencoba melakukan sesuatu dengan apa yang di kehendaki oleh stimulus.

2. Sikap

Sikap atau attitude adalah suatu konsep paling penting dalam psikologi sosial. Pembahasan yang berkaitan dengan psikologi (sosial) hampir selalu menyertakan unsur sikap baik sikap individu maupun sikap kelompok. Menurut hasil penelitian Wismanto (2002), bahwa terdapat hubungan antara sikap dan perilaku. Sarwono (2002) menyatakan bahwa ciri khas dari sikap adalah mempunyai obyek tertentu (orang, perilaku, situasi, benda) juga mengandung penilaian setuju atau tidak setuju, suka tidak suka. Perbedaan terletak pada proses selanjutnya dan penerapan konsep tentang sikap mengenai proses terjadinya, sebagian besar pakar berpendapat bahwa sikap adalah sesuatu yang dipelajari (bukan bawaan). Oleh karena itu sikap lebih dapat dibentuk, dikembangkan, dipengaruhi dan diubah. Peter dan Olson (1996) dalam Wismanto (2002) mengartikan sikap sebagai evaluasi umum konsumen terhadap suatu obyek. Sedangkan Winkel (1991) mendefinisikan sikap adalah kecenderungan subyek menerima atau menolak suatu obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek itu sebagai hal yang berguna (sikap positif) atau berguna (sikap negatif). Berdasarkan uraian Suranto (1997), sikap merupakan suatu kesiapan atau kecenderungan untuk bereaksi atau bertindak terhadap suatu obyek lingkungan tertentu berdasarkan penilaian atau penghayatan terhadap obyek yang bersangkutan. Jadi sikap dalam hal ini sebagai suatu kesiapan seseorang untuk merespon sesuatu. Dengan demikian sikap belum merupakan suatu tindakan atau perilaku melainkan berupa “pre-disposisi” tingkah laku. Selanjutnya dengan melihat adanya satu kesatuan serta hubungan atau keseimbangan dari sikap dan tingkah laku, maka kita harus melihat sikap sebagai suatu sistem atau hubungan diantara komponen-komponen sikap.

Sikap memiliki komponen-komponen, dalam hal ini jika dilihat dari strukturnya, menurut Sears (1988), Azwar (1988), Winkel (1991), dan Rakhmat (1986) dalam Suranto (1997), sikap terdiri dari tiga komponen yang saling


(32)

menunjang, yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif. Selanjutnya dijelaskan bahwa komponen kognitif berupa kepercayaan (seluruh kognisi) seseorang mengenai obyek sikap, komponen afektif merupakan komponen perasaan yang menyangkut aspek emosional seseorang terhadap obyek, dan komponen konatif merupakan kecenderungan berperilaku terhadap obyek.

Demikian halnya Secord dan Backman (1964) serta Rosernborg (Gibson et al 1984) dalam Suranto 1997 mengemukakan bahwa sikap mengandung tiga komponen meliputi :

1. Komponen kognitif yang mencakup pengetahuan, persepsi, kepercayaan, dan sebagainya. Kepercayaan evaluatif diwujudkan dalam bentuk kesan baik atau tidak baik, yang dimiliki seseorang terhadap suatu obyek.

2. Komponen afektif yaitu komponen emosional yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang. Rasa senang bersifat positif sedangkan rasa tidak senang bersifat negatif.

3. Komponen konatif berhubungan dengan kecenderungan seseorang untuk bertindak terhadap suatu obyek.

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkannya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor pendukung lain. Tingkat-tingkat tindakan/praktek, yaitu :

1. Persepsi (perseption)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respons Terpimpin (guided respons)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.


(33)

3. Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

4. Adaptasi (adaptation)

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan tersebut sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

3. Keterampilan

Keterampilan adalah kemampuan seseorang menerapkan pengetahuan kedalam bentuk tindakan. Keterampilan seorang diperoleh melalui pendidikan dan latihan. Keterampilan juga merupakan kemampuan untuk memperoleh kompetensi cekat, cepat dan tepat dalam menghadapi permasalahan. Dalam hal ini, pembelajaran keterampilan dirancang sebagai proses komunikasi belajar untuk mengubah perilaku, melalui proses pembelajaran dan praktek. Perilaku terampil ini dibutuhkan dalam keterampilan hidup manusia di masyarakat (Notoadmojo, 1998).

Keterampilan merupakan kemampuan dalam menghubungkan sebab-akibat, mentransformasi, serta menemukan hubungan dan memberikan kualifikasi, pemecahan masalah, membuat keputusan, berpikir kritis dan berpikir kreatif (Presseisen, 1985 dalam Ikhsanuddin dan Widhiyanti, 2007). Keterampilam digunakan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan apa yang harus dilakukan, untuk menganalisis informasi dan memunculkan wawasan terhadap tiap-tiap makna dan interpretasi, untuk mengembangkan pola penalaran yang kohesif dan logis, memahami asumsi dan bias yang mendasari proses belajar (Liliasari, 2005 dalam Ikhsanuddin dan Widhiyanti, 2007). Indikator keterampilan dibagi menjadi lima kelompok (Presseisen, 1985 dalam Ikhsanuddin dan Widhiyanti, 2007) yaitu: memberikan penjelasan sederhana dalam praktek, membangun keterampilan dasar, menyimpulkan hasil dalam praktek, membuat penjelasan lebih lanjut, serta mengatur strategi dan taktik.


(34)

2.2. Kerangka Pemikiran

Program pemberdayaan ditujukan untuk membantu masyarakat memperoleh kemampuan dalam pengambilan keputusan dan menentukan tindakan (perilaku) yang akan dilakukan terkait dengan kebutuhan dalam diri mereka, termasuk mengurangi hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan potensi yang dimiliki, antara lain melalui potensi sumber daya lokal yang dapat dimanfaatkan. Dalam proses ini masyarakat dibantu untuk mengkaji kebutuhan, masalah dan peluang dalam peningkatan kualitas hidup mereka.

Proses pemberdayan masyarakat dilakukan melalui input-input yang berfungsi meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat, serta mengubah sikap mereka. Adapun input tersebut adalah pelatihan dan penyuluhan. Pelatihan merupakan rangkaian aktifitas pembelajaran yang diberikan dalam proses pemberdayaan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, serta mengubah sikap masyarakat dalam melaksanakan program (dalam hal ini pelaksanaan program Posdaya). Proses pelatihan ini akan membantu masyarakat dalam menentukan tindakan (perilaku) yang akan dilakukan.

Sedangkan penyuluhan merupakan pembelajaran sosial sebagai proses peyebarluasan informasi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai kegiatan penerangan yang tidak saja terbatas pada memberikan penerangan, tetapi juga menjelaskan mengenai segala informasi yang ingin disampaikan kepada kelompok-sasaran yang akan menerima manfaat penyuluhan, dan juga proses pembentukan tindakan (perilaku) yang merupakan perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Melaui penyuluhan masyarakat diberikan informasi dan pengetahuan tentang program yang sedang mereka laksanakan, sehingga masyarakat dapat menentukan bermanfaat atau tidaknya program yang mereka lakukan dalam kehidupan mereka. Faktor penyuluhan ini juga sangat berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan dan tindakan (perilaku) yang dilakukan oleh masyarakat dalam menyikapi program pemberdayaan. Sehingga dapat


(35)

disimpulkan bahwa pelatihan dan penyuluhan merupakan faktor dalam pembentukkan perilaku dalam masyarakat terkait dengan program pemberdayaan.

Perilaku dipandang sebagai reaksi atau respons terhadap suatu stimulus yang terjadi karena adanya motivasi atau dorongan (drive) dan kebutuhan yang mengarahkan individu untuk bertindak sesuai dengan kepentingan atau tujuan yang ingin dicapai. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang, dalam hal ini pengetahuan peserta akan program pendampingan Posdaya dapat mendorong mereka untuk melaksanakan program. Perilaku juga muncul karena adanya sikap (kecenderungan) terhadap suatu obyek. Sikap peserta terhadap program Posdaya akan menentukan tindakan mereka sebagai respon dalam melaksanakan program tersbut. Selain itu, faktor penting lain dalam pembentukkan tindakan adalah keterampilan. Keterampilan dalam menggunakan dan menerapkan pengetahuan yang dimiliki dapat menentukan arah tindakan yang akan dilakukan. Peserta yang memiliki keterampilan yang cukup akan lebih termotivasi dalam melaksanakan program Posdaya.


(36)

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

2.3. Hipotesis Uji

1. Terdapat hubungan signifikan antara manfaat Pelatihan dan Penyuluhan dengan Pengetahuan, sehingga membentuk Perilaku

2. Terdapat hubungan signifikan antara manfaat Pelatihan dan Penyuluhan dengan Sikap, sehingga membentuk Perilaku

3. Terdapat hubungan signifikan antara manfaat Pelatihan dan Penyuluhan dengan Keterampilan, sehingga membentuk Perilaku

2.4. Definisi Operasional

Dalam mengukur variabel-variabel yang akan digunakan untuk penelitian ini, maka perumusan dari masing-masing variabel akan dijabarkan dan dibatasi secara operasional. Perilaku peserta pendampingan terbentuk oleh adanya unsur Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan, yang dihubungkan dengan input Program Pemberdayaan yaitu pelatihan dan penyuluhan. Adapun Definisi Operasional

Program Posdaya :

1. Pengembangan Jambu Kristal 2. Pembuatan Pupuk Kompos 3. Ternak Kelinci

Sikap terhadap program Input Program: 1. Manfaat Pelatihan 2. Manfaat Penyuluhan

Perilaku Peserta Pengetahuan Tentang

Program Posdaya yang dilaksanakan peserta

Keterampilan dalam melaksanakan progam


(37)

Penelitian ini adalah

1. Pengetahuan peserta pendampingan adalah hasil dari proses pembelajaran melalui Pelatihan dan penyuluhan dalam membentuk Perilaku. Total pernyataan dari faktor Pengetahuan adalah 19 pernyataan. Setiap pernyataan dibagi dalam dua kategori Benar dan Salah dengan bobot Benar = 2 dan Salah = 1. Hasil pengolahan dari jawaban responden untuk setiap pernyataan diperoleh nilai faktor Pengetahuan sebagai berikut; nilai minimal = 30, nilai maksimal = 34, nilai rata-rata = 32,7 dengan standar deviasi = 1,3. Kriteria faktor Pengetahuan dalam hubungannya dengan Pelatihan dan Penyuluhan peserta diukur dengan skala ordinal dan sebagai berikut:

a. Baik : Apabila skor total variabel berada pada rentang 32,8 - 34 b. Sedang : Apabila skor total variabel berada pada rentang 31,4 - 32,7 c. Kurang Baik : Apabila skor total variabel berada pada rentang 30 - 31,3

2. Sikap peserta pendampingan, yaitu kesiapan atau kecenderungan peserta terhadap penerimaan dan pelaksanaan program pendampingan Posdaya. Total pernyataan dari faktor Sikap adalah 28 pernyataan. Setiap pernyataan dibagi dalam dua kategori Ya dan Tidak dengan bobot Ya = 2 dan Tidak = 1.

Hasil pengolahan dari jawaban responden untuk setiap pernyataan diperoleh nilai faktor Sikap sebagai berikut; nilai minimal = 49, nilai maksimal = 56, nilai rata-rata = 53,7 dengan standar deviasi = 2,3. Kriteria faktor Sikap dalam hubungannya dengan Pelatihan dan Penyuluhan peserta diukur dengan skala ordinal dan sebagai berikut:

a. Baik : Apabila skor total variabel berada pada rentang 53,8 - 56 b. Sedang : Apabila skor total variabel berada pada rentang 51,4 - 53,7 c. Kurang baik : Apabila skor total variabel berada pada rentang 49 - 51,3

3. Keterampilan peserta pendampingan yaitu bentuk tindakan yang dilakukan dan diterapkan oleh peserta setelah mendapat pelatihan dan penyuluhan dalam pendampingan Posdaya. Total pernyataan dari faktor Keterampilan adalah 21 pernyataan. Setiap pernyataan dibagi dalam dua kategori Ya dan Tidak dengan bobot Ya = 2 dan Tidak = 1.


(38)

Hasil pengolahan dari jawaban responden untuk setiap pernyataan diperoleh nilai faktor Keterampilan sebagai berikut; nilai minimal = 33, nilai maksimal = 42, nilai rata-rata = 37,3 dengan standar deviasi = 3,6. Kriteria Keterampilan peserta diukur dengan skala ordinal dan sebagai berikut:

a. Baik : Apabila skor total variabel berada pada rentang 37,4 - 42 b. Sedang : Apabila skor total variabel berada pada rentang 36,7 - 37,3 c. Kurang baik : Apabila skor total variabel berada pada rentang 33 - 36,6

4. Pelatihan Pendampingan Posdaya adalah suatu proses pembelajaran untuk meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan peserta, serta merubah Sikap dalam melaksanakan program Posdaya. Total pernyataan dari faktor pelatihan adalah 25 pernyataan. Setiap pernyataan dibagi dalam dua kategori Ya dan Tidak dengan bobot Ya = 2 dan Tidak = 1.

Hasil pengolahan dari jawaban responden untuk setiap pernyataan diperoleh nilai faktor Pelatihan sebagai berikut; nilai minimal = 48, nilai maksimal = 50, nilai rata-rata = 49,3 dengan standar deviasi = 0,6. Kriteria faktor Pelatihan dalam hubungannya dengan faktor pembentuk Perilaku peserta diukur dengan skala ordinal dan sebagai berikut:

a. Banyak : Apabila skor total variabel berada pada rentang 49,4 - 50 b. Sedang : Apabila skor total variabel berada pada rentang 48,7 – 49,3 c. Sedikit : Apabila skor total variabel berada pada rentang 48 – 48,6

5. Penyuluhan Pendampingan Posdaya adalah proses pemberdayaan masyarakat melalui pembelajaran dalam melaksanakan program. Total pernyataan dari faktor Penyuluhan adalah 10 pernyataan. Setiap pernyataan dibagi dalam dua kategori Ya dan Tidak dengan bobot Ya = 2 dan Tidak = 1.

Hasil pengolahan dari jawaban responden untuk setiap pernyataan diperoleh nilai faktor Penyuluhan sebagai berikut; nilai minimal = 16, nilai maksimal = 20, nilai rata-rata = 18,7 dengan standar deviasi = 1,3. Kriteria faktor Penyuluhan dalam hubungannya dengan faktor pembentuk Perilaku peserta diukur dengan skala ordinal dan sebagai berikut:


(39)

a. Banyak : Apabila skor total variabel berada pada rentang 18,8 - 20 b. Sedang : Apabila skor total variabel berada pada rentang 17,4 – 18,7 c. Sedikit : Apabila skor total variabel berada pada rentang 17,3 – 16

6. Perilaku Peserta yaitu bentuk reaksi atau tindakan nyata yang terjadi dari hasil interaksi dengan rangsangan atau lingkungannya dan yang benar-benar dilakukan oleh seseorang dalam bentuk tindakan dalam hal ini hasil dari hubungan antara input program (Pelatihan dan Penyuluhan) dengan faktor pembentuk Perilaku (Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan)


(40)

BAB III

PENDEKATAN LAPANG

3.1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survai, dengan pendekatan kuantitatif yang bermaksud untuk penjelasan, yaitu menjelaskan hubungan kausal antar variabel-variabel melalui pengujian hipotesa. Dalam metode survai ini, informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer berupa kuesioner dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi. (Singarimbun dan Effendi, 1986).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) sesuai dengan kriteria penelitian dan program yang dilaksanakan. Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan selama 2 bulan mulai Januari 2011 hingga Febuari 2011. Kurun waktu penelitian yang dimaksud mencakup waktu semenjak penelitian intensif berada di lokasi penelitian, sehingga penjajagan tidak termasuk dalam kurun waktu tersebut.

3.3. Populasi dan Teknik Sampling

Populasi dalam penelitian ini adalah peserta program Posdaya dari tiga bidang program, yaitu pengembangan jambu Kristal, ternak kelinci, dan pembuatan pupuk kompos yang berjumlah 65 orang. Sampel pada penelitian ini berjumlah tiga puluh peserta dengan menggunakan teknik quota sampling dimana dari masing-masing program diambil sebanyak 15 orang untuk program jambu Kristal, 5 orang untuk ternak kelinci dan 10 orang untuk pupuk kompos. Pemilihan responden dalam penelitian ini berdasarkan pertimbangan bahwa responden merupakan peserta yang mengikuti dan melaksanakan program pendampingan, sehingga dapat berpikir kritis dan memiliki persepsi mengenai


(41)

program pendampingan. Selain itu, responden dapat dengan mudah untuk ditemui secara langsung. Informan dalam penelitian ini adalah peserta pendampingan itu sendiri. Penentuan informan dengan teknik snowball (teknik bola salju). Selain itu, informan tidak dibatasi guna menambah gambaran yang lebih mendalam.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan sumber data pertama dimana sebuah data dihasilkan, yaitu data yang didapat peneliti melalui pengisian kuesioner oleh responden dan wawancara mendalam dengan informan. Data sekunder adalah sumber data kedua yang didapat sesudah data primer. Data diperoleh melalui dokumen, data atau studi kepustakaan yang berkaitan dengan penelitian. Pernyataan dalam kuesioner juga berkaitan langsung dengan hipotesis dan tujuan penelitian. Pernyataan-pernyatan dalam kuesioner disusun berdasarkan hasil penjajagan peneliti ke lapangan. Dengan melakukan penjajagan terlebih dahulu, peneliti lebih mudah dalam menyusun kuesioner dan mendapatkan gambaran akurat mengenai perilaku peserta dalam melaksanakan program Posdaya.

3.5. Teknik Analisis Data

Data yang telah didapatkan dari kuesioner yang berupa Raw data kemudian dikelompokkan berdasarkan variabelnya dalam bentuk transfer sheet. Adapun variabel yang dikelompokkan yaitu input program (pelatihan dan penyuluhan) dan unsur-unsur pembentuk perilaku peserta yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan. Selanjutnya data yang terkumpul diolah dengan menghitung jumlah dan persentase responden menurut kategori variabel-variabel tersebut. Pengolahan data dengan menggunakan software SPSS 15.

Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui input program (pelatihan dan penyuluhan) dengan unsur-unsur pembentuk perilaku peserta yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan adalah analisis crosstabs yang menunjukkan hubungan kausal antara dua variabel. Analisis crosstabs merupakan analisis dasar untuk menghubungkan antar variabel kategori (nominal atau ordinal) dimana analisis crosstabs yang digunakan adalah analisis Pearson. Hasil uji Pearson


(42)

ditampilkan dalam bentuk tabel silang antara variabel pengaruh; pelatihan, penyuluhan, motivasi dan sikap dengan variabel terpengaruh; perilaku peserta pendampingan. Tabel silang dari uji Pearson membantu peneliti dalam mendeskripsikan apakah hasil penelitian sesuai dengan hipotesis yang diajukan.


(43)

BAB IV

GAMBARAN UMUM DESA CIKARAWANG

4.1. Letak dan Keadaan Fisik

Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Letak Desa Cikarawang tidak terlalu terpencil karena hanya berjarak 10 km dari kota kecamatan dan dapat ditempuh selama 45 menit dengan kendaraan umum. Desa Cikarawang relatif lebih dekat dengan Kota Bogor dibanding Kabupaten Bogor, karena merupakan desa perbatasan dengan Kota Bogor. Jarak ke ibukota kabupaten kurang lebih 40 km dan harus ditempuh selama 1-2 jam. Desa Cikarawang terdiri dari 3 dusun, salah satunya adalah Dusun Cangkrang yang memiliki permasalahan dalam bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan lingkungan. Dusun Cangkrang termasuk dalam wilayah RW 01 Desa Cikarawang dan mempunyai 5 RT, dimana RT 1 dan 2 terletak di sepanjang aliran irigasi teknis sehingga dekat dengan lahan pertanian sedangkan RT 3 – 5 di bagian lain yang dipisahkan dengan RT 1 dan 2 oleh jalan raya.

Secara geografis Desa Cikarawang berbatasan langsung dengan Sungai Cisadane di sebelah Utara, Sungai Ciapus di sebelah Selatan, Kelurahan Situ Gede, Bogor Barat, Kota Bogor di sebelah Timur dan Sungai Cisadane/Ciapus disebelah Barat. Desa Cikarawang memiliki ketinggian tanah sebesar 700 m dari permukaan laut, termasuk daerah bertopografi atau berdataran tinggi, dengan suhu rata-rata yaitu berkisar antara 250-300C. Desa Cikarawang meliputi wilayah seluas 263 hektar. Sebagian besar wilayah Desa Cikarawang merupakan persawahan dan perkebunan. Areal yang berfungsi untuk persawahan meliputi lahan seluas 194,6 hektar atau lebih kurang 73 % dari seluruh luas wilayah Desa Cikarawang, sedangkan perkebunan rakyat meliputi wilayah seluas 18,2 hektar (6,9 %) dan perkebunan negara seluas delapan hektar (3 %). Kawasan permukiman penduduk meliputi kawasan seluas 37,9 hektar (14,4 %) dan 4,3 hektar (2,7 %) sisa lahan digunakan untuk fasilitas umum lainnya misalnya kawasan perkantoran, sekolah, pemakaman dan lain-lain. Dengan lahan untuk pertanian seluas 194,6 hektar,


(44)

Desa Cikarawang memiliki potensi terutama untuk komoditas padi sawah dan palawija yang sangat besar. Komoditas palawija yang banyak dibudidayakan oleh petani Cikarawang adalah ubi jalar dan kacang tanah.

4.2. Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian

Hingga September 2009, penduduk Desa Cikarawang berjumlah 8227 jiwa yang terdiri atas 4199 orang laki-laki dan 4028 orang perempuan. Sebagian besar penduduk termasuk dalam kelompok usia produktif yaitu 15 – 55 tahun. Penduduk yang tergolong dalam kelompok usia produktif berjumlah ± 4721 orang (57%) dari total jumlah penduduk. Untuk di Dusun Cangkrang, Dari total KK yang ada (400 KK), 87,5 persen diantaranya (350 KK) merupakan KK miskin. Proporsi tingkat pendidikan penduduk terbesar adalah Tidak Tamat dan Tamat SD (32%) disusul Tamat SMP dan Tamat SMA. Adapun jenis pekerjaan penduduk Desa Cikarawang pada umumnya adalah sebagai buruh bangunan, petani, supir dan pedagang. Kelompok tani yang sudah terdaftar di kantor kecamatan Dramaga berjumlah empat kelompok, yaitu Kelompok Tani Hurip, Mekar, Setia, dan Subur Jaya. Secara lengkap Tabel 1 menyajikan berbagai jenis profesi penduduk Desa Cikarawang.

Tabel 1. Sebaran Penduduk menurut Mata Pencaharian di Desa Cikarawang, 2009

No Mata Pencaharian Persentase

1. Petani dan Buruh Tani 20,8

2. Buruh Tani 15,1

3. Pembantu Rumah Tangga 20,1

4. Karyawan Swasta 14,8

5. Pensiunan PNS/TNI/POLRI 14,1

6. PNS 11,7

7. Lain-lain 3,4


(45)

4.3. Gambaran Kegiatan Posdaya Desa Cikarawang (Posdaya Mandiri Terpadu)

Sejak tahun 2007 P2SDM LPPM IPB telah mengembangkan posdaya di kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga) adalah sebuah upaya pemberdayaan masyarakat dengan menghidupkan modal sosial kegotongroyongan pemberdayaan dan kemandirian di masyarakat. Posdaya bertujuan untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) melalui empat bidang utama kegiatan, yaitu Pendidikan, Kesehatan, Kewirausahaan dan Lingkungan. Bentuk kerjasama kemitraan untuk pengembangan masyarakat.

Pada tahun 2009, P2SDM LPPM IPB bekerjasama denagan PT. AkzoNobel Car Refinishes Indonesia (ANCRI) melaksanakan program pemberdayaan masyarakat melalui posdaya di Desa Cikarawang berbasis kelompok tani. Kelompok tani dianggap memiliki peran yang sangat penting dan strategis untuk memberdayakan masyarakat di Desa Cikarawang. Kelompok tani menjadi wadah bagi para petani untuk belajar, berdiskusi, bertukar pengalaman dan untuk menyalurkan aspirasi para petani.

Posdaya Mandiri Terpadu dibentuk melalui lokakarya mini yang dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober 2009 di Balai Desa Cikarawang yang dihadiri oleh 85 peserta berasal dari P2SDM LPPM IPB, aparat desa, tokoh masyarakat, dan berbagai perwakilan kelembagaan yang ada di masyarakat (kelompok tani, PAUD, Posyandu, pemuda, dan DKM). Posdaya dibentuk dengan nama Mandiri Terpadu. Sumber dana untuk pelaksanaan kegiatan di Posdaya Mandiri Terpadu berasal dari keswadayaan anggota-anggota dan bantuan donator-donatur. Unsur kepengurusan Posdaya Mandiri Terpadu meliputi Koordinator Umum, Sekretaris dan Bendahara. Dikarenakan cakupan wilayah kegiatan yang luas, maka koordinator umum dibantu oleh koordinator dari masing-masing dusun. Koordiantor Dusun dibantu oleh 4 orang koordinator bidang yang menjadi focus kegiatan Posdaya.

Adapun beberapa kegiatan Posdaya Mandiri Terpadu Desa Cikarawang yaitu, Intensifikasi Pertanian ubi jalar, pengembangan varietas unggul, pengembangan alat pengupas ubi jalar, pengembangan pertanian organik ubi jalar


(46)

dan pembentukan koperasi. Selain itu, terdapat beberapa program lain yang termasuk dalam empat bidang utama program Posdaya, diantaranya 1) bidang Kesehatan yaitu pelatihan kader Posyandu dan Posbindu Lansia, 2) bidang Pendidikan yaitu pelatihan guru PAUD, Asosiasi PAUD Cikarawang, APE, Pembinaan Remaja dan Perpustakaan Warga, 3) bidang Lingkungan yaitu saung Posdaya, lanjutan komposting, pelatihan pengolahan sampah plastic, komposting skala RT, Gerakan Lingkungan Sehat, Kebun Bergizi, pengembangan pertania organik dan TOGA, 4) bidang Ekonomi yaitu pembinaan potensi kerajinan dan usaha ekonomi mikro, pengembangan koperasi dan pertanian, peternakan, dan perikanan.

4.4. Profil Progam Pengembangan Jambu Kristal

Desa Cikarawang tidak akan terkenal seperti sekarang ini bila tidak ada jambu kristal. Namun, buah yang dikenal hanya ada di desa ini pun tidak akan banyak diketahui orang bila Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) tidak terbentuk. Sejak dibentuk Posdaya Mandiri Terpadu, warga Desa Cikarawang yang enggan menanam jambu kristal jadi tertarik. Jambu kristal yang menjadi salah satu produk unggulan Posdaya Mandiri Terpadu sebenarnya berasal dari Taiwan. Dari 13 orang penanam jambu kristal, kini sudah ada sekitar 35 orang dengan 7.000 pohon. Jambu kristal tak ubahnya jambu Bangkok. Disebut kristal, karena jambu ini memiliki keistimewaan yang unik. Kulit permukaannya putih dan lapisan dalamnya pun putih, bahkan hampir tanpa biji. Sehingga semuanya bisa dimakan tanpa harus ada yang dibuang. Harga jambu kristal untuk 1 kg yang bias berisi 1 – 3 buah sebesar Rp 45.000 – Rp 50.000. Program pengembangan jambu Kristal ini diketuai oleh Bapak Nur Ali yang sekaligus sebagai ketua Posdaya. Adapun anggota yang mengikuti program ini telah mencapai 35 orang. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini adalah pelatihan dan penyuluhan.

4.5. Profil Progam Ternak Kelinci

Banyak kreatifitas masyarakat yang tumbuh untuk mencari peluang usaha dengan menggali potensi diri dan potensi sumberdaya yang ada di wilayah


(47)

masing-masing. Posdaya melalui salah satu programnya yakni ternak kelinci berusaha untuk meningkatkan pendapatan peserta yang mengikuti program ini. Program ini diketuai oleh bapak Ujang dengan jumlah anggota adalah 10 orang. Para peserta yang melaksanakan program ini menunjukan keingintahuan yang tinggi dalam budidaya kelinci karena sebagian besar peserta tidak memiliki pengalaman tentang pemeliharaan kelinci sehingga diharapkan mereka mampu mempraktikan budidaya kelinci setelah. Adapun jumlah kelinci yang saat ini dibudidayakan mencapai kurang lebih 13 ekor. Jumlah ini mengalami pengurangan karena banyaknya kelinci yang mati. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini adalah pelatihan dan penyuluhan.

4.6. Profil Progam Pembuatan Pupuk Kompos

Pupuk Kompos merupakan suatu proses penguraian yang terjadi secara biologis dari senyawa-senyawa organik yang terjadi karena adanya kegiatan mikroorganisme yang bekerja pada suhu tertentu didalam atau wadah tempat pengomposan berlangsung. Peningkatan produksi pertanian, tidak terlepas dari penggunaan bahan kimia, seperti pupuk buatan/anorganik dan pestisida. Penggunaan pupuk buatan/kimia dan pestisida saat ini oleh petani kadang kala sudah berlebihan melebihi takaran dan dosis yang dianjurkan, sehingga menggangu keseimbangan ekosistem, disamping itu tanah cendrung menjadi tandus, organisme-organisme pengurai seperti zat-zat renik, cacing-cacing tanah menjadi habis. Pemakaian pupuk pada waktu yang bersamaan (awal musim hujan) oleh petani, mengakibatkan sering terjadi kelangkaan pupuk di pasaran, walaupun ada harganya sangat tinggi, sehingga sebagian petani tidak sanggup membeli, akibatnya tanaman tidak dipupuk, produksi tidak optimal. Perlu ada trobosan untuk mengatasi hal tersebut, salah satu diantaranya adalah pembuatan pupuk organik (kompos). Program ini diketuai oleh Bapak Dedi, dengan jumlah anggota sebanyak 17 orang. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini adalah pelatihan dan penyuluhan.


(48)

4.7. Karakteristik Peserta Pendampingan Desa Cikarawang

Wilayah yang menjadi fokus penelitian adalah Desa Cikarawang, dimana pada wilayah ini dilaksanakan program pemberdayaan melalui Posdaya Mandiri Terpadu. Adapun program pemberdayaan dari Posdaya yang menjadi pilihan penelitian adalah program Pengembangan Jambu Kristal, program Ternak Kelinci, dan program Pembuatan Pupuk Kompos. Jumlah reponden yang menjadi fokus penelitian adalah 30 orang peserta yang masing-masing mengikuti tiga program tersebut. Tabel 2 menunjukkan persentase responden yang mengikuti program berdasark jenis kelamin. Semua peserta yang menjadi fokus penelitian adalah laki-laki dengan persentase 100%. Hal ini membuktikan bahwa ketiga program diatas banyak dikerjakan oleh laki-laki. Berikut ini adalah data yang menyajikan jenis kelamin responden di Desa Cikarawang :

Tabel 2. Sebaran Responden menurut Jenis Kelamin di Desa Cikarawang, 2011 Jenis Kelamin Responden (%)

Laki-laki 100,0 Perempuan 0,0

Total (%) 100,0

Tabel 3 menunjukkan persentase responden berdasarkan usia. Responden terbagi menjadi tiga kelompok usia, yaitu sebesar 13,3 persen respon berusia antara 20 sampai dengan 30 tahun. Sebesar 23,3 persen responden yang melaksanakan program berusia antara 31 sampai dengan 40 tahun, dan sebagian besar responden berada pada usia 41 – 50 tahun yaitu sebesar 63,3 persen. Hal ini membuktikan bahwa usia rata-rata diatas 40 tahun memiliki minat yang lebih besar dalam mengikuti dan melaksanakan program pemberdayaan. Berikut ini adalah data yang menyajikan usia responden di Desa Cikarawang :

Tabel 3. Sebaran Responden menurut Usia di Desa Cikarawang, 2011 Usia (Tahun) Responden (%)

20 – 30 13,3

31 – 40 23,3

41 – 50 63,3


(49)

Tabel 4 menunjukkan persentase responden berdasarkan pendidikan terakhir yang dijalani. Adapun sebagian besar responden merupakan lulusan SMA/ sederajat yaitu sebesar 46,7 persen. Pendidikan terakhir responden yang tersisa adalah sebesar 6,7 persen merupakan lulusan SD/ sederajat, 36,7 persen merupakan lulusan SMA/ sederajat, dan 10,0 persen merupakan lulusan S1/ sederajat. Hal ini menunujukkan pula bahwa pendidikan peserta yang mengikuti program pemberdayaan dalam Posdaya sudah dapat dikatakan sangat baik. Karena secara umum, masyarakat desa yang memiliki akses terbatas terhadap pendidikan sebagian besar hanya dapat mengenyam pendidikan sampai dengan setingkat SLTA. Bahkan tidak sedikit masyarakat yang tidak tamat SD atau tidak pernah sama sekali duduk di bangku sekolahan. Berikut ini adalah data yang menyajikan pendidikan terakhir responden di Desa Cikarawang :

Tabel 4. Sebaran Responden menurut Pendidikan Terakhir di Desa Cikarawang, 2011

Pendidikan Terakhir Responden (%)

SD/ Sederajat 6,7

SMP/ Sederajat 36,7

SMA/ Sederajat 46,7

S1/ Sederajat 10,0

S2/ Sederajat 0,0

Total (%) 100,0

Tabel 5 menunjukkan responden peserta pendampingan di Desa Cikarawang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani yaitu sebesar 36,7 persen. Berdasarkan data yan telah diperoleh, yang berprofesi sebagai petani dan buruh tani sebagian besar adalah kaum laki-laki. Sementara perempuan lebih banyak bekerja sebagai ibu rumah tangga. Mata pencaharian yang kedua adalah sebagai pegwai atau karyawan swasta yaitu sebesar 20,0 persen. Sementara Pensiunan PNS/TNI/POLRI menempati peringkat ketiga yaitu sebesar 13,3 persen. Responden yang memiliki pekerjaan sebagai PNS juga cukup banyak yaitu sebesar 10 persen. Responden yang tersisa yaitu sebesar 20,0 persen memiliki pekerjaan yang beragam (lain-lain). Data juga menunjukan bahwa


(50)

ternyata buruh tani jumlahnya relatif lebih banyak dari pada petani pemilik. Berikut ini akan disajikan tabel yang menunjukan mata pencaharian responden: Tabel 5. Sebaran Responden menurut Mata Pencaharian di Desa Cikarawang,

2011

No Mata Pencaharian Responden (%)

1. Petani dan Buruh Tani 36,7

2. Karyawan Swasta/ Pegawai 20,0

3. Pensiunan PNS/TNI/POLRI 13,3

4. PNS 10

5. Lain-lain 20,0

Jumlah (%) 100,0

Tabel 6 menunujukkan responden peserta pendampingan di Desa Cikarawang sebagian besar memiliki pendapatan antara Rp. 150.000 sampai dengan Rp. 500.000 yaitu sebesar 43,3 persen. Pendapatan yang kedua adalah kurang dari Rp. 150.000 yaitu sebesar 30,0 persen. Sementara pendapatan antara Rp. 510.000 sampai dengan Rp. 1.000.000 menempati peringkat ketiga yaitu sebesar 20 persen. Pendapatan diantara Rp. 1.100.000 sampai dengan Rp. 2.000.000 yaitu sebesar 6,7 persen. Dan tidak terdapat responden yang memiliki pendapatan diatas Rp. 2.000.000. Data juga menunjukan bahwa ternyata pendapatan yang dimiliki oleh sebagian besar responden terbilang cukup kecil untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari. Berikut ini akan disajikan tabel yang menunjukan jumlah pendapatan responden:

Tabel 6. Sebaran Responden menurut Pendapatan di Desa Cikarawang, 2011

No Pendapatan (Rp) Responden (%)

1. < 150.000,- 30,0

2. 150.000,- - 500.000,- 43,3

3. 510.000,- - 1.000.000,- 20,0

4. 1.100.000,- - 2.000.000,- 6,7

5. > 2.000.000,- 0,0


(51)

BAB V

HUBUNGAN PROGRAM PENDAMPINGAN POSDAYA DENGAN PERILAKU PESERTA

Penyajian data dimulai dengan mendeskripsikan variabel-variabel yang akan diuji. Deskripsi variabel faktor tersebut terbagi menjadi dua yaitu Input Program (Pelatihan dan Penyuluhan) dan faktor Pembentuk Perilaku (Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan) yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang sebaran peserta yang mengikuti program pendampingan Posdaya menurut variabel faktor tersebut. Setelah setiap variabel faktor yang akan diuji dideskripsikan, maka penyajian data berikutnya adalah penjelasan mengenai hubungan antara variabel faktor Input terhadap variabel faktor pembentuk perilaku peserta. Dimulai dari uji statistik Pearson hingga penjelasan mendalam mengenai hubungan antar variabel faktor-faktor tersebut.

5.1. Deskripsi Input Program Pendampingan Posdaya

5.1.1. Pelatihan

Pelatihan merupakan bagian kegiatan yang dilakukan dalam program pemberdayaan Posdaya di Cikarawang untuk mengisi bidang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci, dan pembuatan pupuk kompos. Berdasarkan tabel 7 terlihat sebanyak 53,3% peserta memperoleh manfaat yang banyak dari pelatihan, 26,7% memperoleh manfaat yang sedang dari pelatihan, dan 20% lainnya memperoleh manfaat yang sedikit dari pelatihan pengembangan jambu Kristal, ternak kelinci, dan pembuatan pupuk kompos. Artinya sebagian peserta memperoleh manfaat yang banyak dari pelatihan, baik itu pengetahuan maupun keterampilan. Kegiatan pelatihan ini ditujukan untuk dapat lebih mendorong timbulnva aktivitas, kreativitas dan pemikiran inovatif peserta dalam menyelesaikan permasalahan yang timbul di lapangan saat mereka melaksanakan program, dalam hal ini program pengembangan jambu Kristal, ternak kelinci, dan pembuatan pupuk kompos.


(52)

Tabel 7. Sebaran Peserta yang Mengikuti Program Pendampingan Posdaya Menurut Manfaat Pelatihan bagi peserta, Desa Cikarawang, 2011 (dalam Absolute dan Persen)

Manfaat Pelatihan bagi Peserta

Peserta (n) Persentase (%)

Sedikit 6 20,0

Sedang 8 26,7

Banyak 16 53,3

Total 30 100,0

5.1.2. Penyuluhan

Penyuluhan merupakan salah satu input program yang dapat membentuk perilaku peserta pendampingan. Penggunaan metode Penyuluhan yang efektif akan mempermudah peserta untuk memahami permasalahan dalam melaksanakan program. Penyuluhan merupakan proses pembelajaran yang diberikan kepada peserta agar dapat merangsang terjadinya proses pembentukan perilaku yang dilakukan melalui proses pendidikan atau kegiatan belajar. Manfaat penyuluhan bagi peserta yang akan dilihat meliputi manfaat penyuluhan tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos. Berdasarkan tabel 8 terlihat sebanyak 46,7% peserta memperoleh manfaat yang banyak dari penyuluhan, 26,7% memperoleh manfaat yang sedang dari penyuluhan, dan 26,7% lainnya memperoleh manfaat yang sedikit dari penyuluhan pengembangan jambu kristal, ternak kelinci, dan pembuatan pupuk kompos. Artinya sebagian besar peserta pendampingan telah memperoleh manfaat yang banyak dari penyuluhan. Melalui aktivitas penyuluhan akan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan membuka wawasan peserta untuk merespon atau menerima ide-ide baru.


(53)

Tabel 8. Sebaran Peserta yang Mengikuti Program Pendampingan Posdaya Menurut Manfaat Penyuluhan bagi Peserta, Desa Cikarawang, 2011 (dalam Absolute dan Persen)

Manfaat Penyuluhan bagi Peserta

Peserta (n) Persentase (%)

Sedikit 8 26,7

Sedang 8 26,7

Banyak 14 46,7

Total 30 100,0

5.2. Deskripsi Unsur Pembentuk Perilaku 5.2.1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan faktor penting dalam pembentukan perilaku. Melalui peningkatan pengetahuan, peserta pendampingan Posdaya dapat mengembangkan ide-ide baru untuk mendukung dalam pelaksanaan program. Pengetahuan juga dapat menjadi dorongan bagi peserta dalam melaksanakan program, karena peserta akan memahami cara pengimplementasian program, dapat menggunakan pengetahuan yang dimiliki pada saat praktek, dapat memecahkan masalah yang kemudian menyusun formulasi pemecahannya memutuskan tindakan yang akan dilakukan. Pengetahuan peserta yang akan dianalisis meliputi pengetahuan tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos. Berdasarkan Tabel 9 terlihat sebanyak 53,3% peserta mempunyai tingkat pengetahuan yang baik, 26,7% berada pada kategori pengetahuan sedang, dan 20% lainnya berada dalam kategori kurang baik. Artinya sebagian besar peserta pendampingan tidak hanya tahu dan memahami tentang program Posdaya yang mereka laksanakan, tetapi juga dapat melakukan penilaian tentang apa yang harus dilakukan dalam pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos berdasarkan pengetahuan yang dimiliki.


(54)

Tabel 9. Sebaran Peserta yang Mengikuti Program Pendampingan Posdaya Menurut Tingkat Pengetahuan, Desa Cikarawang, 2011 (dalam Absolute dan Persen)

Tingkat Pengetahuan Peserta

Peserta (n) Persentase (%)

Kurang Baik 6 20,0

Sedang 8 26,7

Baik 16 53,3

Total 30 100,0

5.2.2. Sikap

Sikap merupakan salah satu unsur kepribadian yang perlu dimiliki oleh peserta pendampingan dalam menentukan tindakan terhadap program Posdaya yang dilaksanakan peserta. Sikap memiliki komponen kognisi (kepercayaan), afeksi (penilaian baik atau buruk) dan konasi (kecenderungan bertingkah laku) yang berhubungan dengan penerapan program pendampingan. Peserta pendampingan yang memiliki ide-ide baru dalam hal pengembangan program diharapkan dapat meningkatkan produktivitasnya, yang dalam hal ini merupakan sikap mental dan upaya untuk membuat lebih baik dari sebelumnya. Sikap peserta yang akan dianalisis meliputi sikap tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos. Berdasarkan Tabel 10 terlihat sebanyak 53,3% peserta mempunyai sikap yang baik, 30% berada pada kategori sikap sedang, dan 16,7% lainnya berada dalam kategori kurang baik. Artinya peserta pendampingan yang melaksanakan program pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos telah memiliki kesan yang baik, perasaan senang terhadap program yang dilaksanakan dan kecenderungan untuk terus melaksanakan program.

Tabel 10 Sebaran Peserta yang Mengikuti Program Pendampingan Posdaya Menurut Sikap, Desa Cikarawang, 2011 (dalam Absolute dan Persen) Sikap Peserta Peserta (n) Persentase (%)

Kurang Baik 5 16,7

Sedang 9 30,0

Baik 16 53,3


(1)

LAMPIRAN II PANDUAN PERTANYAAN

PANDUAN PERTANYAAN WAWANCARA MENDALAM

Pengaruh Program Pendampingan Terhadap Perilaku Peserta

(Kasus Desa Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor)

Informan : Pihak masyarakat yang mengikuti program Pendampingan

Hari/tanggal

:

Lokasi wawancara

:

Nama

:

Jabatan :

Keikutsertaan dalam Pendampingan : Ya/Tidak

Jenis Pendampingan :

Pertanyaan Penelitian

1.

Apa saja permasalahan desa terkait dengan demografinya?(informasi, modal,

dan pekerjaan)

2.

Apakah Bapak/Ibu mengikuti program Pendampingan yang dilakukan?

3.

Program Pendampingan Apa yang Bapak/Ibu ikuti?

4.

Kapan program pendampingan mulai dilaksanakan di desa ini?

5.

Apakah dalam penetapan jenis program pendampingan Bapak/Ibu

diikutsertakan?

6.

Apakah dalam pelaksanaan program pendampingan Bapak/Ibu aktif dalam

mengemukakan permasalahan yang dihadapi?

7.

Sejauhmana Pendamping mengikutsertakan Bapak/Ibu dalam pelaksanaan

program?

8.

Apakah menurut Bapak/Ibu program Pendampingan ini sesuai dengan

kebutuhan masyarakat sekitar?

9.

Apakah terdapat proses survai sebelum melakukan program Pendampingan?

Bagaimana prosesnya?

10.

Apakah terdapat sosialisasi sebelum melaksanakan program Pendampingan?

11.

Apakah program Pendampingan masih berjalan sampai saat ini?

12.

Apakah kebutuhan utama yang diperlukan warga dapat terpenuhi dari

program pendampingan?

13.

Apa yang Bapak/Ibu rasakan setelah dilakukannya program Pendampingan?

14.

Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program Pendampingan?

15.

Apakah terdapat perubahan perilaku dari masyarakat sebelum dan setelah

dijalankan program pendampingan?

16.

Siapa yang mengajak Anda untuk mengikuti program Pendampingan ini?

17.

Apakah program ini memperbaiki pola hidup dan pola pikir Anda?

18.

Sejauhmana ketergantungan usaha Anda terhadap program ini?

19.

Apa harapan Bapak/Ibu terhadap program Pendampingan ini?


(2)

LAMPIRAN III HASIL PENGOLAHAN DATA

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Manfaat Pelatihan *

Tingkat Pengetahuan 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%

Manfaat Pelatihan * Tingkat Pengetahuan Crosstabulation Count

Tingkat Pengetahuan Total kurang baik sedang baik kurang baik Manfaat

Pelatihan

sedikit 0 0 6 6

Sedang 1 0 7 8

banyak 2 5 9 16

Total 3 5 22 30

Directional Measures

Value

Asymp. Std. Error(a)

Approx.

T(b) Approx. Sig.

Ordinal by Ordinal Somers' d Symmetric -.359 .116 -2.708 .007

Manfaat Pelatihan

Dependent -.435 .147 -2.708 .007

Tingkat Pengetahuan

Dependent -.305 .112 -2.708 .007

a Not assuming the null hypothesis.

b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Manfaat Pelatihan *

Sikap Peserta 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%

Manfaat Pelatihan * Sikap Peserta Crosstabulation Count

Sikap Peserta Total

kurang baik Sedang baik kurang baik Manfaat

Pelatihan

sedikit 0 2 4 6

Sedang 0 1 7 8

banyak 5 6 5 16


(3)

Directional Measures

Value

Asymp. Std. Error(a)

Approx.

T(b) Approx. Sig.

Ordinal by Ordinal Somers' d Symmetric -.410 .133 -3.004 .003

Manfaat Pelatihan

Dependent -.413 .130 -3.004 .003

Sikap Peserta Dependent -.408 .142 -3.004 .003

a Not assuming the null hypothesis.

b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

Symmetric Measures

Value

Asymp. Std. Error(a)

Approx.

T(b) Approx. Sig.

Interval by Interval Pearson's R -.431 .125 -2.526 .017(c)

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -.459 .145 -2.730 .011(c)

N of Valid Cases 30

a Not assuming the null hypothesis.

b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c Based on normal approximation.

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Manfaat Pelatihan *

Tingkat Keterampilan 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%

Manfaat Pelatihan * Tingkat Keterampilan Crosstabulation Count

Tingkat Keterampilan Total kurang baik sedang baik kurang baik Manfaat

Pelatihan

sedikit 2 2 2 6

Sedang 3 4 1 8

banyak 1 3 12 16

Total 6 9 15 30

Directional Measures

Value

Asymp. Std. Error(a)

Approx.

T(b) Approx. Sig.

Ordinal by Ordinal Somers' d Symmetric .439 .149 2.984 .003

Manfaat Pelatihan

Dependent .434 .144 2.984 .003

Tingkat Keterampilan

Dependent .445 .155 2.984 .003


(4)

b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

Symmetric Measures

Value

Asymp. Std. Error(a)

Approx.

T(b) Approx. Sig.

Interval by Interval Pearson's R .433 .163 2.541 .017(c)

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .482 .161 2.908 .007(c)

N of Valid Cases 30

a Not assuming the null hypothesis.

b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c Based on normal approximation.

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Manfaat Penyuluhan *

Tingkat Pengetahuan 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%

Manfaat Penyuluhan * Tingkat Pengetahuan Crosstabulation Count

Tingkat Pengetahuan Total kurang baik sedang baik kurang baik Manfaat

Penyuluhan

sedikit 0 0 8 8

Sedang 2 1 5 8

baik 1 4 9 14

Total 3 5 22 30

Directional Measures

Value

Asymp. Std. Error(a)

Approx.

T(b) Approx. Sig.

Ordinal by Ordinal Somers' d Symmetric -.230 .130 -1.702 .089

Manfaat Penyuluhan

Dependent -.288 .168 -1.702 .089

Tingkat Pengetahuan

Dependent -.191 .110 -1.702 .089

a Not assuming the null hypothesis.

b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

Symmetric Measures

Value

Asymp. Std. Error(a)

Approx.

T(b) Approx. Sig.

Interval by Interval Pearson's R -.231 .127 -1.259 .219(c)

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -.264 .144 -1.447 .159(c)


(5)

a Not assuming the null hypothesis.

b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c Based on normal approximation.

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Manfaat Penyuluhan *

Sikap Peserta 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%

Manfaat Penyuluhan * Sikap Peserta Crosstabulation Count

Sikap Peserta Total

kurang baik Sedang baik kurang baik Manfaat

Penyuluhan

sedikit 1 2 5 8

Sedang 0 2 6 8

baik 4 5 5 14

Total 5 9 16 30

Directional Measures

Value

Asymp. Std. Error(a)

Approx.

T(b) Approx. Sig.

Ordinal by Ordinal Somers' d Symmetric -.269 .162 -1.662 .096

Manfaat Penyuluhan

Dependent -.279 .166 -1.662 .096

Sikap Peserta Dependent -.260 .159 -1.662 .096

a Not assuming the null hypothesis.

b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

Symmetric Measures

Value

Asymp. Std. Error(a)

Approx.

T(b) Approx. Sig.

Interval by Interval Pearson's R -.277 .177 -1.524 .139(c)

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -.297 .178 -1.644 .111(c)

N of Valid Cases 30

a Not assuming the null hypothesis.

b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c Based on normal approximation.

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Manfaat Penyuluhan *


(6)

Manfaat Penyuluhan * Tingkat Keterampilan Crosstabulation Count

Tingkat Keterampilan Total kurang baik sedang baik kurang baik Manfaat

Penyuluhan

sedikit 3 3 2 8

Sedang 2 2 4 8

baik 1 4 9 14

Total 6 9 15 30

Directional Measures

Value

Asymp. Std. Error(a)

Approx.

T(b) Approx. Sig.

Ordinal by Ordinal Somers' d Symmetric .321 .146 2.169 .030

Manfaat Penyuluhan

Dependent .326 .148 2.169 .030

Tingkat Keterampilan

Dependent .316 .145 2.169 .030

a Not assuming the null hypothesis.

b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

Symmetric Measures

Value

Asymp. Std. Error(a)

Approx.

T(b) Approx. Sig.

Interval by Interval Pearson's R .369 .161 2.101 .045(c)

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .360 .162 2.041 .051(c)

N of Valid Cases 30

a Not assuming the null hypothesis.

b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c Based on normal approximation.