STRATEGI KABUPATEN BANJARNEGARA DALAM MENINGKATKAN INVESTASI ASING (Strategy of Banjarnegara in Rising Foreign Investment)

(1)

STRATEGI KABUPATEN BANJARNEGARA DALAM MENINGKATKAN INVESTASI ASING

(Strategy of Banjarnegara in Rising Foreign Investment) SKRIPSI

Disusun oleh : Mulia Nur Oktaviani

20120510316

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

iv

MOTTO

Kesuksesan adalah hasil usaha kerja keras, ketekunan, kesabaran, kebenaran dalam tindak dan berfikir. Akhirnya menyerahkan segala sesuatu Kepada Yang Maha

Kuasa. (R.A. Kartini)

Kita perlu memiliki rencana, gambaran besar. Kita boleh saja menyimpang dari rencana yang telah dibuat atau mengubah seluruhnya, tetapi paling tidak rencana itu

telah memberikan sesuatu bagi kita untuk dikerjakan. (Shannun Miller)

Tidak ada orang yang dapat mengubah jalan kita selain diri kita sendiri. Orang lain hanya bisa membantu sebisanya.


(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillah ya Allah SWT

Dengan segala kerendahan hati dan syukur aku bersimpuh dihadapanmu atas segala rahmat, karunia, dan hidayah yang telah Engkau berikan kepada hambamu yang

penuh dengan kekurangan ini. Sebuah tahapan akhir dalam jenjang pendidikan Strata 1 (S1) ku sekarang ini telah aku selesaikan dengan sebaik – baiknya.

Sebuah karya sebagai akhir dari apa yang aku dapatkan dalam pendidikan selama ini aku persembahkan kepada kedua orang tuaku yang sangat saya cintai Bapak Nuri

Hidayat dab Ibu Sutijah yang senantiasa mengiringi langkahku dengan segenap kasih sayang dan doa, terima kasih semua pengorbanan Ibu dan Bapak selama ini.

Serta Kakak – kakak ku Karlina Septi Nur Setiana, Eduardus Historya Octavianto dan Yolanda Diah Nur Megawati yang selalu memberikan motivasi kepada ku. Tak lupa untuk keponakan ku Razita Eshal Adena yang selalu menberikan keceriaan


(6)

vi

Terimakasih ku persembahkan kepada:

 Keluarga besar saya yang tak henti – hentinya memberikan support

kepada saya

 Thanks to Fani Aprilia Perdani, S.IP dan Nisrina Ainun Nisa, S.IP

yang selalu ada, selalu mendukung, selalu membantu, selalu menyemangati di situasi apapun dari susah maupun senang.

 Thanks to grup “Grup apa ya” yang sekarang udah diganti menjadi “Grup siap dipinang” wkwkwk. Ada Kinan, Ivani, Ahid, Rafi, Rilo,

Wahyu, Oni dan Wahid. Jangan lupa kalo nikah undang – undang.

Hahaha. Oiya, buat Wahid makasih ye pak udah bantuin skripsi ku sampai titik darah penghabisan wkwkwk.

 Untuk Sonya Jihani Syahira S.IP makasih udah melengkapi dan

membantu selama aku kuliah di Jogja. Sampai pada tahap kritis pembuatan skripsi pun Onya san selalu ngebantuin. Diskusi sampai tengah malam dilakuin, makasih juga buat teman Onya san, ada Beje, Bang Tanok, sama Arip.

 Terimakasih kepada teman – teman ku Della Fransisca, Ajeng

Tsaniya, Eky Pratiwi. Tak lupa juga sist Indah (ichagoo), Mbak Wiwiek, Firda, Nanda Putri dan Sofwan.

 Thanks to HI UMY 2012, terutama kelas F ada Husnil Ma’sum, Asep Suryana, Fani, Ainun, Ayu Venus, Mbak Dian, Umi, Melia, dan semuanya. Maaf gak bisa sebut satu per satu hehe

 Thanks to KKN-051 Anak Kandang yaitu Agung, Fadli, Dika, Rudi,

Fani, Ainun, Ratna, Dian, Anindhita, Rita, Miftah, Farah, Tari, Kiki, Dedi, Uki, Teguh dan Badra.

 Thanks to sahabat – sahabatku dari SMA, ada Noveria Anggoro

(Cungkring), Ika Prawita (Utuy), Effi Muharyati (Bluek), Yeni Sefriyani (Yeye), dan Kartikasari (Karti).


(7)

vii

 Thanks to Mabes, ada Hap (Hatta Pengong), Kalingga, Mas Erwin,

Anbie, Cahyo, Mas Wim, Ricky, Toni.

 Terimakasih kepada KAMU yang selalu memberikan support, selalu

menjadi pendengar setia keluh kesahku, dan penenangku saat aku sering nangis gegara skripsi ini. Semoga takdir akan membawa kita ke jalan kebahagian. Aamiin

Dan kepada seluruh pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu – persatu.

Saya menyampaikan rasa terimakasih dan penghargaan yang setinggi –

tingginya kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi saya. Semoga kebaikan kalian dibalas oleh Allah SWT dengan pahala yang berlipat ganda. Aamiin Aamiin Ya Robbal’alamin.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua umat manusia, serta shalawat dan salam kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW. Atas kehendak-Nya, semua usaha dan doa setiap umat di dunia ini terlaksana. Dengan penuh rasa syukur, penulisan skripsi yang berjudul, “Strategi Kabupaten Banjarnegara dalam Meningkatkan Investasi Asing” dapat terselesaikan.

Bagi setiap umat manusia, sebuah perjuangan dalam meraih cita-cita dan tujuan merupakan langkah kehidupan yang harus dijalankan dengan penuh kesungguhan. Tanpa kesungguhan, manusia tidak akan bisa meraih cita-cita dan tujuan hidupnya. Skripsi ini tidak akan bisa selesai tanpa adanya kesungguhan dan ridha dari Allah SWT dan dukungan dari orang-orang disekitar. Oleh sebab itu saya ingin menyampaikan terimakasih kepada:

1. Prof. Bambang Cipto, M.A selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta

2. Dr. Ali Muhammad, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

3. Dr. Nur Azizah selaku Ketua Program Studi Ilmu Hubungan Internasional

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk turut serta berkonstribusi kepada jurusan


(9)

ix

4. Siti Muslihati, S.IP, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Hubungan

Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

5. Drs. Djumadi M. Anwar, M.Si selaku pembimbing yang telah mencurahkan

pikiran dan tenaganya untuk membimbing saya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini

6. Ade Marup Wirasenjaya,S.IP.,M.A. selaku Dosen Penguji Skripsi I,

terimakasih atas masukan dan saran semoga bisa bermanfaat kedepannya.

7. Grace Lestariana W., S.IP., M.Si selaku Dosen Penguji Skripsi II, terimakasih

atas masukan dan saran semoga bisa bermanfaat kedepannya

8. Drs. Husni Amriyanto Putra, M.Si. selaku Wali Akademik, terimakasih atas

kerjasamanya semoga dapat berlanjut dikesempatan yang akan datang.

9. Seluruh rekan rekan civitas akademika HI UMY, bapak dan ibu dosen HI

UMY yang telah memberikan saya pengetahuan dan pembelajaran buat saya, administrasi TU HI Pak Jumari, Pak Waluyo, dan Pak Ayub yang membantu proses administrasi dijurusan berjalan lancar, dan teman - teman HI UMY angkatan 2012 yang senantiasa memberikan dukungan sehingga susah dan senang masa studi dapat terlewati.

10.Seluruh pegawai Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten

Banjarnegara, terutama Ibu Siti Zubaedah, Ibu Tuti dan Bapak Amrulloh yang telah mebantu dan berkenan menerima saya dalam penelitian skripsi. Terimakasih atas kerjasamanya semoga dapat berlanjut dikesempatan yang akan datang


(10)

x

11.Seluruh keluarga besar saya yang tanpa lelah memberikan dorongan dan

semangat sehingga saya dapat menyelesaikan studi ini

12.Terimakasih kepada seluruh teman - teman yang tidak bisa sebutkan satu per

satu telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Mengakhiri kata pengantar ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih perlu banyak masukan dan saran, maka dari itu penulis mengharapkan masukan dan saran dari pembaca. Semoga Skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak serta perkembangan ilmu pengetahuan dan pembangunan bangsa.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb

Yogyakarta, 7 September 2016


(11)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii

MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Kerangka Dasar Pemikiran ... 8

D. Hipotesa ... 17

E. Metode Penelitian ... 17

F. Batasan Penelitian ... 18

G. Tujuan Penelitian ... 18

H. Sistematika Penulisan ... 19

BAB II KONDISI UMUM DAN POTENSI WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA ... 21

A. Kondisi Umum Wilayah Kabupaten Banjarnegara ... 21


(12)

xiii

C. Potensi Wilayah Kabupaten Banjarnegara ... 26

D. Landasan Hukum Investasi ... 29

BAB III PELUANG INVESTASI ASING DI KABUPATEN BANJARNEGARA 32 A. Sejarah Investasi ... 32

B. Peluang Investasi ... 32

C. Ancaman Investasi ... 46

D. Kekuatan Pendukung Investasi ... 47

E. Hambatan Dalam Berinvestasi ... 50

F. Investasi Asing Yang Ada Di Banjarnegara ... 51

BAB IV STRATEGI KABUPATEN BANJARNEGARA DALAM MENINGKATAN INVESTASI ASING ... 53

A. Strategi eksternal Kabupaten Banjarnegra ... 54

B. Strategi internal Kabupaten Banjarnegara ... 59

BAB V KESIMPULAN ... 67 LAMPIRAN


(13)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Data Peluang Investasi Kawasan Peruntukan Pertanian Kabupaten

Banjarnegara ... 36

Tabel 3. 2 Data potensi pertambangan Kabupaten Banjarnegara ... 40

Tabel 4. 1 Data Pameran/ Expo Tahun 2012 ... 56

Tabel 4. 2 Data Pameran/ Expo Tahun 2013 ... 57

Tabel 4. 3 Data Pameran/ Expo Tahun 2014 ... 57

Tabel 4. 4 Data Pameran/ Expo Tahun 2015 ... 58

Tabel 4. 5 Rekapitulasi Penanaman Modal di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2012 – 2015 ... 66


(14)

(15)

xi

ABSTRACT

The purpose of this research is to know how the strategy Banjarnegara region government in increasing foreign investment. In globalization era, the economic growth of a region become an important topic in any discussion on the state, whether it is in developed countries and in developing countries. Indonesia is a developing country which continues to boost economic growth. One way to promote economic growth is by way of foreign investment. Indonesia has imposed regional autonomy which each region can manage their own regions. Banjarnegara region government is one of the places that local autonomy, but today still lack the capital to be able to improve the economic growth. To raise capital, Banjarnegara continue to increase foreign investment. Banjarnegara region government uses two strategies to increase foreign investment. The intended strategy is a strategy of external and internal strategies.


(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Adanya globalisasi mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi topik penting dalam pembahasan setiap negara maju maupun negara berkembang. Salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi adalah investasi. Investasi atau penanaman modal merupakan langkah awal kegiatan produksi. Pada posisi semacam ini investasi pada hakekatnya juga merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika investasi mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi dan mencerminkan marak atau lesunya perekonomian. Dalam menciptakan iklim yang dapat menggairahkan investasi. Sasaran yang dituju bukan hanya masyarakat atau kalangan

swasta dalam negeri, tetapi juga investor asing.1

Secara garis besar, investasi asing terhadap pembangunan bagi negara sedang berkembang dapat diperinci menjadi lima. Pertama sebagai sumber dana eksternal, modal asing dapat dimanfaatkan oleh negara sedang berkembang sebagai dasar untuk mempercepat investasi dan pertumbuhan ekonomi. Kedua, pertumbuhan ekonomi yang meningkat perlu diikuti dengan perpindahan struktur produksi dan perdagangan. Ketiga, investasi asing dapat berperan penting dalam memobilisasi dana maupun transformasi struktural. Keempat, kebutuhan akan investasi asing menjadi menurun segera setelah perubahan struktural benar-benar terjadi meskipun modal asing di masa selanjutnya lebih produktif. Kelima, bagi negara-negara sedang berkembang

1


(17)

2

yang tidak mampu memulai membangun industri-industri berat dan industri strategis, adanya investasi asing akan sangat membantu untuk dapat mendirikan pabrik-pabik baja, alat-alat mesin, pabrik elektronik, industri kimia dasar dan sebagainya.

Selama ini investor domestik di negara sedang berkembang enggan melakukan usaha yang beresiko tinggi seperti eksploitasi sumber-sumber daya alam yang belum dimanfaatkan dan membuka lahan-lahan baru, maka hadirnya investor asing akan sangat mendukung merintis usaha. Hal ini menunjukkan bahwa investasi asing cenderung menaikkan tingkat produktifitas, kinerja dan pendapatan nasional.

Dengan masuknya investasi asing, pemerintah dapat melakukan

pembangunan. Pembangunan tersebut diantaranya perbaikan infrastruktur. Modal pembangunan infrastruktur tersebut diperoleh dari penerimaan pajak. Pajak tersebut diperoleh dari deviden dan bunga obligasi yang yang diterima oleh investor asing yang melakukan investasi di Indonesia baik investasinya secara langsung maupun investasi tidak langsung yaitu berupa penanaman saham korporasi, surat obligasi, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan Surat Utang Negara (SUN). Hal ini sudah diatur dalam undang-undang. Besarnya pajak yang sudah diatur pemerintah tersebut akan masuk ke APBN dan dapat digunakan untuk pembangunan infrastruktur di Indonesia. Jika infrastruktur di Indonesia baik maka akan berpengaruh pada mudahnya akses industri di Indonesia dan industri Indonesia mendapatkan modal yang cukup sehingga mampu memproduksi barang sesuai permintaan konsumen.

Investasi asing atau penanaman modal asing sebagai salah satu komponen aliran modal yang masuk ke suatu daerah dianggap sebagai aliran modal yang relatif stabil dan mempunyai resiko yang kecil dibandingkan dengan aliran modal lainnya,


(18)

3

misalnya investasi portofolio maupun utang luar negeri. Investasi asing lebih banyak mempunyai kelebihan diantaranya sifatnya yang permanen (jangka panjang), banyak memberikan andil dalam alih teknologi, alih keterampilan managemen dan membuka lapangan kerja baru.

Indonesia telah memberlakukan adanya otonomi daerah. Pemerintah pusat memberikan wewenang kepada masing-masing kepala daerah tingkat kabupaten dan provinsi di seluruh Indonesia untuk mengurus rumah tangganya sendiri. Dalam konsep otonomi daerah, pemerintah dan masyarakat di suatu daerah memiliki peranan yang penting dalam peningkatan kualitas pembangunan di daerahnya masing-masing. Hal ini dikarenakan dalam otonomi daerah terjadi peralihan kewenangan yang pada awalnya diselenggarakan oleh pemerintah pusat kini menjadi urusan pemerintahan daerah masing-masing. Meskipun demikian, beberapa daerah-daerah di Indonesia masih mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah. Salah satu penyebab rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi di beberapa daerah Indonesia adalah kelangkaan modal dan untuk memperoleh modal, pemerintah berusaha menarik pihak-pihak asing untuk mengalihkan dan mengembangkan usaha ke beberapa daerah di Indonesia.

Sejak kebijakan otonomi daerah diberlakukan tanggal 1 Januari 2001 diharapkan akan dapat mempercepat pertumbuhan dan pembangunan daerah. Kebijaksanaan otonomi daerah tersebut diatur dalam undang-undang, yaitu Undang-Undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang- Undang-Undang No.25


(19)

4

Tahun 1999 tentang perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah. Guna mendukung kedua undang-undang tersebut, pemerintah telah menerbitkan beberapa peraturan pemerintah tambahan untuk mempercepat pelaksanaan kebijakan tentang otonomi daerah.

Sejauh ini kedua undang-undang tersebut secara pokok memberikan sebuah kebebasan bertindak seluas-luasnya kepada daerah namun tetap dalam kerangka otonomi daerah yang bertanggung jawab untuk melakukan pengaturan dan pemerintahan atas wilayahnya secara mandiri tanpa ada campur tangan dari pemerintah pusat berdasarkan prakarsa dan aspirasi masyarakat daerah tersebut sesuai dengan kondisi dan potensi daerahnya masing-masing.

Keberadaan kedua undang-undang tersebut dapat dipandang sebagai dampak positif dari proses reformasi yang bergulir sejak terjadinya krisis ekonomi yang menandai adanya perubahan paradigma, yaitu perubahan sistem pemerintahan dari sistem sentralisasi menjadi desentralisasi.

Tujuan utama dari Undang-Undang No.22 Tahun 1999 adalah untuk meletakkan dasar bagi pelaksanaan otonomi daerah melalui pemberian keleluasaan kebebasan bertindak kepada daerah untuk menjadi sebuah daerah yang otonom dalam upaya menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945. Pelaksanaan otonomi daerah secara luas didasarkan pada prinsip demokrasi, tanggung jawab, partisipasi masyarakat, kesetaraan dan keadilan serta pertimbangan atas potensi dan diversifikasi daerah. Sementara tujuan utama Undang-Undang No.25 Tahun 1999 adalah untuk secara efektif meningkatkan kemampuan ekonomi daerah, untuk menciptakan sebuah sistem


(20)

5

keuangan daerah yang adil dan realisasi sistem perimbangan keuangan antara pusat dan daerah.

Dalam pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah kota dan pemerintah kabupaten akan memiliki kewenangan yang cukup untuk melakukan identifikasi, perencanaan dan evaluasi pembangunan di daerah mereka. Dengan demikian, pemerintah kota dan pemerintah kabupaten harus siap menyiapkan program pembangunannya secara konseptual dan operasional. Menyadari kedudukan pemerintah kota dan pemerintah kabupaten sebagai basis pembangunan negara berdaulat, hal demikian dapat dikatakan bahwa keberhasilan otonomi daerah akan banyak tergantung pada seberapa jauh partisipasi pemerintah kota dan pemerintah daerah dalam kegiatan pembangunan di wilayah mereka. Itu berarti bahwa masyarakat kota dan kabupaten tersebut harus diberikan kepercayaan dan kewenangan yang cukup untuk mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi dan sumber daya setempat. Otonomi daerah diharapkan lebih menopang negara kesatuan agar dapat berperan dalam era globalisasi dan memberi kemudahan dalam dunia usaha dan penanaman modal.

Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang melaksanakan otonomi daerah, sehingga masyarakat dan pemerintah daerah Kabupaten Banjarnegara diharapkan dapat mengurus daerahnya sendiri. Kabupaten Banjarnegara memiliki berbagai potensi untuk dikembangkan dalam


(21)

6

rangka pembangunan yang berkaitan dengan kebijaksanaan pengembangan wilayah

melalui pendekatan pusat pertumbuhan.2

Kabupaten Banjarnegara mempunyai Pendapatan Asli Daerah (PAD) tahun 2013 sebesar Rp. 76.518.412.000. Pada tahun 2014 sebesar Rp. 103.502.350.000.

Kemudian pada tahun 2015 sebesar Rp. 135.071.000.000.3 Untuk konstribusi PAD

dari sektor perizinan (industri) pada tahun 2013 tercatat sebesar Rp. 837.378.518. Dari data tersebut menunjukan dari tahun 2013-2015 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Banjarnegara mengalami peningkatan. Namun Kabupaten Banjarnegara mengalami defisit anggaran sebesar Rp. 128,69 Milyar pada tahun 2015. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Banjarnegara masih mengalami kekurangan modal untuk meningkatkan perekonomian.

Pertumbuhan ekonomi Banjarnegara pada tahun 2013 berdasarkan pada angka prediksi dari BPS menunjukan angka sebesar 5,38 persen, dimana laju pertumbuhan ekonomi yang ada lebih cepat apabila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2012 sebesar 5,25 persen. Namun meskipun mengalami kenaikan, pencapaian tersebut masih lebih rendah bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi

Jawa Tengah pada tahun yang sama yaitu sebesar 5,81 persen.4

2

Refika Ardila, Analisis pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banjarnegara. Jurnal:Economics Development Analysis Journal diakses dari:

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj/article/viewFile/482/512, pada tanggal 13 November 2015

3

Ringkasan Penjabaran APBD 2012 – 2015, http://www.banjarnegarakab.go.id/v3/index.php/rb-284/apbd/tahun-2013 diakses pada 2 September 2016

4

http://www.banjarnegarakab.go.id/v3/index.php/berita-165/sosial-budaya/1878-laju-pertumbuhan-ekonomi-banjarnegara-meningkat-5-25-persen, diakses pada tangal 13 November 2015


(22)

7

Dalam hal untuk meningkatkan perekonomian di Kabupaten Banjarnegara dibutuhkan peran serta penanaman modal asing yang merupakan salah satu komponen penting dalam pembiayaan pembangunan daerah, oleh sebab itu pemerintah menetapkan sebuah dasar kebijkan dalam penanaman modal yang mendorong terciptanya iklim usaha yang kondusif bagi penanam modal untuk memperkuat daya saing perekonomian, dan mempercepat peningkatan penanaman

modal asing.5

Kabupaten Banjarnegara menyadari dengan adanya modal sebagai salah satu prasyarat pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu Kabupaten Banjarnegara menggunakan otonomi daerahnya seperti yang dijelaksan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomer 10 Seri E Tahun 2014 “Bahwa penanaman modal merupakan salah satu faktor penggerak perekonomian Daerah, pembiayaan pembangunan Daerah serta menciptakan lapangan kerja yang potensial, sehingga perlu diberikan berbagai kemudahan pelayanan untuk meningkatkan realisasi penanaman modal dan kesejahteraan masyarakat dengan menjadikan Kabupaten Banjarnegara sebagai Daerah yang menarik dan kondusif bagi penanaman modal.”6

Sejak tahun 2010 pemerintah Kabupaten Banjarnegara semakin fokus membangun daerahnya dengan mengundang investor untuk menanamkan modalnya

5

Wawancara dengan Siti Zubaedah (Kasi II Perizinan) KP2T Kabupaten Banjarnegara pada tanggal 2 November 2015 pukul 10.00 WIB

6

Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomer 10 Seri E Tahun 2014, Tentang Penanaman Modal, diakses dari:

http://www.jdih.setjen.kemendagri.go.id/files/KAB_BANJARNEGARA_10_2014.pdf pada tangal 13 November 2015


(23)

8

yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.7

Hal ini ditandai dengan masuknya beberapa investor asing dan investor dalam negeri yang menanamkan modalnya melalui beberapa sektor industri seperti perhiasan imitasi, wig, bulu mata, dan tekstile. Bahkan, kini banyak pengusaha yang mencari lahan ratusan hektare untuk memenuhi tujuan usaha mereka. Karena itu, Pemerintah Kabupaten Banjarnegara telah banyak melakukan persiapan untuk bisa menyikapi potensi investasi ini dengan regulasi yang memadai, agar jangan sampai investasi tersebut justru merugikan daerah.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian diatas maka rumusan permasalahan yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut : Bagaimana Strategi Kabupaten Banjarnegara dalam meningkatkan investasi asing?

C. Kerangka Dasar Pemikiran

Untuk menjawab rumusan masalah di atas, penulis memerlukan kerangka dasar pemikiran. Kerangka pemikiran ini digunakan sebagai landasan teoritis yang relevan dengan permasalahan yang diangkat oleh penulis. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori kerjasama internasional dan konsep penanaman modal untuk melihat Strategi Kabupaten Banjarnegara dalam meningkatkan investasi asing.

7

Wawancara dengan Siti Zubaedah (Kasi II Perizinan) KP2T Kabupaten Banjarnegara pada tanggal 2 November 2015 pukul 09.30 WIB


(24)

9 1. Teori Kerjasama Internasional

Saat ini kerjasama internasional menjadi penting dan menjadi salah satu keharusan setiap negara untuk merepresentasikan kepentingannya. KJ. Holsti mendefinisikan kerjasama internasional adalah sebagai berikut :

“Sebagian besar transaksi atau interaksi negara dalam sistem internasional

sekarang ini bersifat rutin dan bebas dari konflik. Berbagai jenis masalah nasional, regional, dan global bermunculan, hal tersebut memerlukan perhatian dari berbagai negara. Banyaknya kasus yang terjadi sehingga pemerintah saling berhubungan atau melakukan pembicaraan mengenai masalah yang dihadapi dan mengemukakan berbagai bukti teknis untuk menyelesaikan permasalahan tertentu, beberapa

perjanjian yang memuaskan semua pihak ini disebut dengan kerjasama”8

Pada era globalisisasi ini dengan seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara global yang menjadikan dunia lebih maju dan modern, maka semakin pelik pula permasalahan yang akan dihadapi setiap negara. Hal ini tanpa disadari juga menyebabkan meningkatnya interaksi dan interdependesi antar negara dan antar bangsa, dan di sisi yang lain, meningkat pula hubungan internasional yang diwarnai dengan kerjasama dalam berbagai bidang guna mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh masing-masing setiap negara.

Proses kerjasama internasional tercipta dikarenakan adanya rasa saling membutuhkan satu sama lain. Hal ini dikarenakan dalam hidup tatanan masyarakat internasional tidak terlepas dari hubungan antara satu dengan lainnya. Hubungan

8


(25)

10

yang terjadi inilah yang biasa disebut dengan interaksi. Interaksi ini sendiri dapat merupakan suatu hubungan sosial yang dinamis antar orang-perorangan, antar kelompok maupun antar negara dalam lingkup internasional. Di era globalisasi, frekuensi interaksi yang terjadi bertambah tinggi yang disebabkan oleh perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan. Interaksi tersebut menyebabkan terbentuknya suatu kerjasama baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial-budaya dan lain sebagainya.

Kerjasama internasional pada masa sekarang sudah berkembang. Aktor dalam melakukan kerjasama internasional tidak lagi hanya antar Negara. Hal ini dikarenakan adanya pergesaran peran aktor dalam hubungan transnasional yang tidak

lagi bersifat state centric. Pergeseran tersebut tidak serta merta menghapuskan

makna utama kedaulatan Negara, namun untuk mendorong kepada pengaturan yang lebih komprehensif. Sehingga tiap aktor dalam kerjasama internasional, baik itu aktor Negara maupun aktor non Negara dapat melakukan kerjasama internasional yang lebih luas.

Sebelum ada otonomi daerah, setiap daerah yang ingin melakukan kerjasama dengan pihak lain diluar negeri sering terkendala oleh tidak adanya kewenangan untuk hubungan/bekerjasama dengan negara asing karena hubungan luar negeri masih menjadi wewenang pihak pemerintah Pusat. Oleh karena itu, pemerintah pusat

undang – undang yang berisi tentang Otonomi Daerah yang didalamnya memuat

kewenangan daerah untuk melakukan hubungan luar negeri/kerjasama luar negeri yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan potensi dan sumber daya yang ada


(26)

11

sehingga dapat dipergunakan untuk kesejahteraan masyarakat serta bertujuan untuk dapat mencapai visi misi daerah tersebut.

Dengan adanya otonomi daerah, aktor hubungan internasional tidak hanya negara namun juga provinsi dan kabupaten atau kota. Hal ini mempunyai implikasi terhadap pola hubungan internasional yaitu pemerintah pusat dalam hal ini BKPM RI menempatkan aparatur disetiap provinsi atau pemerintah kabupaten dan kota dapat membentuk bidang/bagian yang mengurusi hubungan/kerjasama luar negeri secara otonom.

Otonomi berasal dari bahasa Yunani, autos yang berarti sendiri dan nomos berarti perintah. Otonomi bermakna memerintah sendiri. Sedangkan otonomi daerah memiliki arti wewenang hak dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus rumah

tangga sendiri sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.9

Meskipun sebagian wewenang pusat dilimpahkan kedaerah namun kedaulatan, politik luar negeri, mata uang, hukum, undang-undang tetap menjadi wewenang pusat. Namun demikian, meskipun Politik luar negeri masih menjadi wilayah pemerintah pusat, adanya tekanan diplomasi dan arah kebijakan luar negeri akan diikuti oleh unsur-unsur kepentingan nasional dan daerah, dimana hubungan ekonomi internasional menjadi semakin peka terhadap ekonomi dalam negeri. Dengan demikian otonomi Daerah telah memungkinkan suatu daerah atau provinsi dapat mengadakan hubungan luar negeri.

9

Sarundajang, Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama , 2000, hal 42


(27)

12

Kerjasama internasional dalam bentuk investasi asing yang dilakukan oleh kedua belah pihak dapat dikategorikan sebagai gagasan yang melewati lintas batas negara tanpa dikendalikan oleh pusat. Kerjasama internasional sangat perlu dilakukan tidak hanya terbatas oleh Negara tetapi juga oleh semua sektor masyarakat yang ada. Sebelum diberlakukannya UU Nomor 32 tahun 2004, kewenangan melakukan kerjasama internasional telah dimulai sejak diberlakukannya UU tentang Pemerintah Daerah tahun 1999 atau yang lebih dikenal sebagai UU otonomi daerah. Dalam UU Nomor 32 tahun 2004, kewenangan daerah otonom untuk melakukan kerjasama luar negeri ini tetap berlaku sebagaimana terdapat dalam pasal 42 ayat (1), bahwa DPRD mempunyai tugas dan wewenang untuk memberikan persetujuan terhadap rencana

kerjasama internasional yang dilakukan oleh pemerintah daerah.10

Dalam sistem internasional, khususnya dalam kehidupan bernegara tentunya sebuah negara tidak dapat terlepas dari negara lain. Kepentingan dasar negara untuk menjalin hubungan internasional dengan negara lain adalah merupakan keharusan yang tidak dapat ditawar-tawar. Dalam memenuhi kebutuhannya, setiap negara tentu harus mengadakan hubungan dengan negara

lain yang diwujudkan dalam suatu bentuk kerjasama.

Kerjasama Kabupaten Banjarnegara merupakan kerjasama internasional yang dilakukan oleh aktor non negara yaitu aktor yang merupakan bagian-bagian dari birokrasi Pemerintah Pusat bisa berupa pemerintah kota atau negara bagian, provinsi dan juga kabupaten yang telah diberi wewenang atau hak otonomi sebagai bagian dari

10

Takdir Ali Mukti, Paradiplomacy Kerjasama Luar Negeri oleh Pemda Di Indonesia. Yogyakarta: The Phinisi Press, 2013, hal 3


(28)

13

birokrasi Pemerintah Pusat. Salah satu contoh kerjasama yang diwujudkan dengan masuknya beberapa perusahaan asing yang menanamkan modalnya di Kabupaten Banjarnegara sebagai aktor non Negara yang termasuk diantaranya adalah Korea dengan Perusahaan PT. Cosmoprof di tahun 2010 melakukan kerjasama dalam bidang industri bulu mata. Badan Koordinasi Penanaman Modal RI (BKPM) sebagai unsur pemerintah pusat, kemudian diteruskan oleh Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KP2T) dalam kedudukannya sebagai local government yaitu pemerintah Kabupaten Banjarnegara. Secara kewenangan, Pemerintah Indonesia berperan sebagai fasilitator dan Kabupaten Banjarengara menjadi implementator proyek kegiatan hubungan kerjasama dengan beberapa perusahaan asing.

2. Konsep Penanaman Modal

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2007 tentang penanaman modal. Penanaman Modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Republik Indonesia. Penanaman Modal dalam Negeri adalah kegiatan menanam untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunanakan

modal dalam negeri.11 Penanaman Modal Asing adalah kegiatan menanamkan modal

untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh

11

http://pusdiklat.bkpm.go.id/asset/media/UU%20No%2025%20Tahun%202007%20Ttg%20PM.pdf, Undang‐undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, hal. 2-3, diakses pada tanggal 13 November 2015


(29)

14

penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun patungan dengan penanam modal dalam negeri.

Ada beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli dalam kaitanya dengan berbagai faktor yang mempengaruhi penananman modal asing atau investasi asing disuatu negara. Dalam Teori Penanaman Modal yang dikemukakan oleh Alan M.Rugman menyatakan bahwa Penanaman Modal Asing (PMA) dipengaruhi oleh dua faktor yaitu: variabel lingkungan dan variabel internalisasi.12 Pertama, variabel lingkungan, variabel lingkungan sering dikenal dengan istilah keunggulan spesifik Negara atau spesifik lokasi.

Ada tiga unsur yang membangun variabel lingkungan yaitu: ekonomi, non ekonomi, dan modal pemerintah. Variabel ekonomi membangun fungsi produksi suatu bangsa secara kolektif, yang secara definitif meliputi semua input faktor yang ada di masyarakat, antara lain tenaga kerja, modal (dana), teknologi dan tersedianya

sumber daya alam dan ketrampilan manajemen yang disebut human capital.13

Adapun variabel non ekonomi yang memotifasi masuknya modal asing adalah keseluruhan kondisi politik, hukum dan sosial budaya yang melekat pada suatu Negara. Adapun pengamat yang juga memasukan faktor pemerintahan yang bersih berwibawa pada suatu negara (clean goverment and good governance) baik tuan rumah (host country) ataupun pemerintah asal penanam modal itu. Selain sikap pemerintah yang lebih terbuka dengan segala kebijakan yang tidak memberatkan para

12

Sidik Jatmika, Otonomi Daerah Dalam Perspektif Hubungan Internasional . Yogyakarta:Bigraf Publishing, 2001, hal 78

13


(30)

15

investor asing yang ingin menanamkan modalnya juga menjadi salah satu faktor yang menentukan dalam penanaman modal asing disuatu lokasi. Kedua, varibel Internalisasi atau keunggulan spesifik perusahaan. Ini merupakan yang kadang juga

disebut sebagai faktor spesifik pemilikan.14

Dalam konsep Penanaman Modal yang dikemukakan oleh Alan M. Rugman menyatakan bahwa Penanaman Modal Asing (PMA) dipengaruhi oleh dua faktor

yaitu variabel lingkungan dan variabel internalisasi.15 Dalam hal ini kabupaten

Banjarnegara secara umum sebagai tuan rumah (host country) harus memperhatikan faktor-faktor yang sangat mempengaruhi penanaman modal asing diantaranya adalah variabel lingkungan. Jadi dengan adanya konsep penanaman modal Pemerintah daerah Banjarnegara diharapkan bisa mengetahui bagaimana cara berinvestasi yang menguntungkan kedua belah pihak, kabupaten Banjarnegara berupaya untuk mencari ciri khas yang membedakan dengan kabupaten lain serta upaya meningkatkan daya saing iklim investasi, dan bagaimana cara meningkatkan investor asing yang akan menanamkan modalnya di suatu negara.

Adapun keunggulan spesifik lokasi atau variabel lingkungan yang terdapat di Kabupaten Banjarnegara adalah karena mempunyai banyak potensi, peluang dan sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan para investor untuk menanamkan modalnya di Kabupaten Banjarnegara. Sehingga pemerintah melakukan penyebaran informasi dan potensi daerah melalui promosi investasi dan kerjasama. Variabel non

14

Alan M. Rugman. Bisnis Internasional I. Jakarta: PT. Intermasa, 1993, hal 147 15


(31)

16

ekonomi yang memotifasi masuknya modal asing adalah keseluruhan kondisi politik, hukum dan sosial budaya di Kabupaten Banjarnegara yang cukup kondusif untuk melakukan kerjasama atau proses investasi. Faktor pemerintah yang bersih dan berwibawa dimana sikap pemerintah yang lebih terbuka dengan segala kebijakan yang tidak memberatkan para investor asing yang ingin menanamkan modalnya juga menjadi salah satu faktor yang menentukan dalam penanaman modal asing disuatu lokasi.

Dengan adanya konsep penanaman modal Kabupaten Banjarnegara diharapkan bisa mengetahui bagaimana cara berinvestasi yang menguntungkan kedua belah pihak, Kabupaten Banjarnegara berupaya mencari ciri khas yang membedakan dengan daerah lain serta upaya meningkatkan daya saing iklim investasi, dan bagaimana cara meningkatkan investor asing yang mau menanamkan modalnya disuatu negara.


(32)

17 D. Hipotesa

Dengan melihat permasalahan yang telah diuraikan di atas dan didukung oleh teori dan konsep yang dianggap dapat membantu analisa, maka penulis mengajukan hipotesa bahwa Kabupaten Banjarnegara dalam meningkatkan Investasi Asing melaui dua cara yaitu:

1. Melakukan strategi ekstenal berupa mempromosikan kerjasama internasional

khususnya dengan perusahaan – perusahaan Korea Selatan

2. Melakukan strategi internal berupa meningkatkan kualitas pelayanan publik

dengan kemudahan berinvestasi

E. Metode Penelitian

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik library

research yaitu dengan cara mengumpulkan data dari literatur yang berhubungan dengan investasi Asing di Kabupaten Banjarnegara serta data-data yang mendukung dalam menganalisis masalah yang telah disebutkan sebelumnya. Data-data tersebut berupa buku-buku, dokumen, artikel, jurnal dan surat kabar atau majalah yang

menunjang penelitian yang dilakukan. Selain itu, observasi lapangan secara langsung

juga menjadi salah satu teknik pengumpulan data yang akan dilakukan. Adapun, langkah-langkah observasi yang dilakukan dalam penelitian ini melalui metode wawancara terhadap orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi yang dibutuhkan bersangkutan dengan judul yang diangkat untuk diteliti dan dapat dipercaya kebenarannya.


(33)

18

Adapun tempat-tempat yang telah dikunjungi selama pengumpulan data, yaitu Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Banjarnegara, Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KP2T) Kabupaten Banjarnegara dan perpustakaan-perpustakaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh melalui wawancara dari informan secara mendalam guna mendapatkan informasi yang obyektif. Sedangkan data sekunder diperoleh dari teknik pengumpulan data melalui library research, yaitu penelusuran literatur data kepustakaan dari berbagai terbitan resmi yang terdiri dari buku, dokumen, jurnal, majalah dan surat kabar.

F. Batasan Penelitian

Dalam upaya untuk membatasi pembahasan agar tidak terlalu meluas dan semakin kabur maka penulis memberikan batasan pembahasan jangkauan waktu dari data yang digunakan. Penulis mengfokuskan penelitian ini sejak tahun 2012-2015. Kemudian dalam jangkauan pembahasan lebih diarahkan mengenai strategi internasional yang dilakukan Kabupaten Banjarnegara dalam meningkatkan investasi.

G. Tujuan Penelitian

Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi apa saja yang dilakukan kabupaten Banjarnegara dalam rangka meningkatkan investasi asing. Dengan adanya hubungan internasional, akan terciptanya kerjasama internasional oleh beberapa negara yang tentunya menguntungkan kedua belah pihak. Kemudian penulis bertujuan menggambarkan upaya para investor dalam menanamkan modalnya dan hambatan-hambatan dalam meningkatkan investasi asing.


(34)

19 H. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari penelitian yang dilakukan, maka disusun sistematika penulisan yang berisi informasi yang mencakup materi dan hal-hal yang dibahas pada setiap bab, adapun sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I

Pada BAB I ini akan berisikan mengenai judul, alasan pemilihan judul, latar belakang masalah, rumusan masalah, kerangka dasar pemikiran, hipotesa, jangkauan penelitian, metode penelitian, tujuan penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II

Pada BAB II ini akan memaparkan mengenai kondisi umum dan potensi Kabupaten Banjarnegara

BAB III

Pada BAB III ini akan memaparkan mengenai sejarah investasi di Kabupaten Banjarnegara, landasan hukum investasi dan masalah-masalah subtansi undang-undang yang berlaku saat ini di Kabupaten Banjarnegara


(35)

20 BAB IV

Pada BAB IV ini akan menjelaskan mengenai bagaimana Kabupaten Banjarnegara dalam meningkatkan investasi asing yaitu dengan menggunakan strategi internal dan strategi eksternal.

Bab V

Pada BAB V ini akan menjelaskan mengenai penutup dan kesimpulan dari


(36)

21

BAB II

KONDISI UMUM DAN POTENSI WILAYAH KABUPATEN

BANJARNEGARA

Dalam bab II ini penulis akan memaparkan tentang kondisi umum Kabupaten Banjarnegara yang didalamnya akan membahas keadaan geografis, potensi daerah, visi dan misi pembangunan Kabupaten Banjarnegara, kemudian dalam bab ini akan dipaparkan tentang landasan hukum-hukum investasi di Indonesia serta membahas masalah-masalah substansi Undang Undang Otonomi Daerah yang sedang berlaku saat ini.

A. Kondisi Umum Wilayah Kabupaten Banjarnegara 1. Sejarah

Banjar Watulembu ialah nama sebelum wilayah Kabupaten Banjarnegara terbentuk. Raden Tumenggung Dipoyudho IV merupakan Bupati Banjar Watulembu yang resmi dilantik pada tanggal 22 Agustus 1831. Raden Tumenggung Dipoyudho IV meminta izin kepada Paku Buwana VII di Kasunanan Surakarta untuk memindahkan kota kabupaten ke sebelah selatan Sungai Serayu. Setelah permintaan tersebut dikabulkan, dimulailah pembangunan kota kabupaten yang semula berupa daerah persawahan yang luas. Untuk mengenang asal mula Kota Kabupaten baru yang berupa persawahan dan telah dibangun menjadi kota, Kabupaten baru tersebut diberi nama “Banjarnegara” yang mempunyai arti Banjar adalah sawah dan Negara adalah Kota. Dulunya merupakan lahan sawah, sekarang sudah menjadi kota, pusat pemerintahan.


(37)

22

Raden Tumenggung Dipoyudo IV mempersiapkan segala sesuatu yang menjadi keperluan Kabupaten baru ini. Bupati beserta semua pegawai Kabupaten pindah dari Banjar Watulembu ke kota yang baru (Banjarnegara), dikarenakan pada saat pengangkatannya status Kabupaten Bajar Watulembu yang terdahulu otomatis telah dihapus. Oleh sebab itu, Raden Tumenggung Dipoyudho IV dikenal sebagai Bupati Banjarnegara Pertama. Nama Dipoyudho pun diabadikan menjadi nama jalan di Kabupaten Banjarnegara, Jalan Dipayuda.

Peristiwa Pengangkatan Raden Tumenggung Dipoyudho IV pada tanggal 22 Agustus 1831 sebagai Bupati Banjarnegara inilah yang dijadikan dasar penetapan Hari Jadi Kabupaten Banjarnegara. Sesuai dengan Keputusan Hari Jadi Kabupaten Banjarnegara tanggal 1 Juli 1981 dan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Banjarnegara Nomor 3 Tahun 1994 Tentang Hari Jadi Kabupaten Banjarnegara.

2. Letak Geografis

Secara Astronomi Kabupaten Banjarnegara terletak diantara 7°12’ – 7°31’

Lintang Selatan dan 109°20’ – 109°45’ Bujur Timur. Kabupaten Banjarnegara mempunyai luas wilayah 106.970,997 Ha atau sekitar 3,29% dari luas wilayah Propinsi Jawa Tengah (3,25 juta Ha), terbagi menjadi 20 Kecamatan, 12 Kelurahan dan 253 Desa. Luas tersebut terbagi atas lahan sawah sebesar 14.807 Ha atau 13,84% dari wilayah keseluruhan Kabupaten Banjarnegara dan Lahan Bukan Sawah sebesar 71.954 Ha atau 67,26% dari total Kabupaten. Sedangkan lahan bukan pertanian sebesar 20.210 Ha atau 18,89%.


(38)

23

Sebelah Utara : Kab. Pekalongan dan Kab. Batang Sebelah Timur : Kab. Wonosobo

Sebelah Selatan : Kab. Kebumen

Sebelah Barat : Kab. Banjarnegara dan Kab. Banyumas

3. Topografis

Wilayah Kabupaten Banjarnegara terletak pada jalur pegunungan di bagian tengah Jawa Tengah sebelah Barat yang membujur dari arah Barat ke Timur. Ditinjau dari ketinggiannya Kabupaten Banjarnegara sebagian besar berada pada ketinggian

100 – 500 meter dpl sebesar 37,04 %, kemudian antara 500 – 1.000 m dpl sebesar

28,74%, lebih besar dari 1.000 m dpl sebesar 24,40 % dan sebagian kecil terletak kurang dari 100 m dpl sebesar 9,82 %. Berdasarkan bentuk tata alam dan penyebaran geografisnya dapat digolongkan:

a. Bagian Utara, terdiri dari Daerah pegunungan relief bergelombang dan curam.

b. Bagian tengah, terdiri wilayah dengan relief datar.

c. Bagian Selatan, terdiri dari wilayah dengan relief curam

4. Klimatologis

Kabupaten Banjarnegara beriklim tropis, musim hujan dan musim kemarau silih berganti sepanjang tahun. Bulan basah umumnya lebih banyak dari bulan kering. Curah hujan tertinggi pada tahun 2014 terjadi di Kecamatan Susukan sebanyak 4.209 mm per tahun dengan jumlah hari hujan 167 hari. Sedangkan curah hujan terendah


(39)

24

terjadi di Kecamatan Purwareja Klampok sebesar 2.901 mm per tahun dengan 125 hari hujan.

5. Keadaan Penduduk Dan Tenaga Kerja Daerah

Pada akhir tahun 2014 proyeksi Penduduk sebanyak 898.896 jiwa, terdiri dari 450.374 laki-Iaki dan 448.522 perempuan, yang berarti mengalami kenaikan sebesar 6.449 jiwa atau sebesar 0,72 persen dari jumlah penduduk akhir tahun 2013 sebanyak 892.447 jiwa. Kepadatan penduduk akhir tahun 2014 sebesar 840 jiwa per km², yang berarti bahwa setiap 1 km² luas wilayah Kabupaten Banjarnegara, dihuni oleh sekitar 840 orang. Kecamatan Banjarnegara, Purworejo Klampok dan Rakit adalah kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi, masing-masing dengan jumlah kepadatan 2.227 jiwa per km², 2.131 jiwa per km² dan 1.536 jiwa per km². Sedangkan kecamatan yang tingkat kepadatan penduduknya rendah adalah Kecamatan Pandanarum dan Kecamatan Pagedongan, yakni sebesar 363 per km² dan 440 per km². Laju Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan penduduk dari tahun 2013 ke tahun 2014 naik sebesar 0,72 persen.

Ketenagakerjaan banyaknya permintaan tenaga kerja yang tercatat pada tahun 2014 sebanyak 4.551 orang, sedangkan jumlah pencari kerja yang belum ditempatkan pada tahun 2014 sebanyak 14.223 orang, dengan rincian 7.555 orang laki-laki dan 6.668 orang perempuan. Adapun pencari kerja yang telah ditempatkan pada tahun 2014 sebanyak 4.544 orang, dengan rincian 1.550 orang laki-laki dan 2.994 orang perempuan. Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri merupakan salah satu penyumbang devisa yang cukup besar. Tenaga kerja Indonesia yang bekerja di Luar


(40)

25

Negeri pada tahun 2014 sebanyak 581 orang, dan didominasi oleh wanita yaitu sebanyak 516 orang.

B. Visi Dan Misi Kabupaten Banjarnegara

Visi dan Misi Kabupaten Banjarnegara yang tertera dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten Banjarnegara tahun

2011-2016 yaitu:16

VISI

“TERWUJUDNYA MASYARAKAT YANG MANDIRI DAN BERDAYA SAING, MENUJU MASYARAKAT SEJAHTERA YANG BERAAKHLAK MULIA"

MISI

1. Mewujudkan Peningkatan Kesejahteraaan Masyarakat Melalui

Pembangunan Berbasis Pertanian dan Potensi Lokal Yang Berdaya Saing.

2. Mewujudkan Penyelenggaraan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik.

3. Mewujudkan Kondisi Aman, Damai, Demokratis dan Religius.

4. Mewujudkan Pembangunan Berwawasan Lingkungan Hidup yang

Berkelanjutan.

5. Mewujudkan Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia dengan

Prioritas Penegakan Hukum, Penghargaan Hak Asasi Manusia, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

16

Visi dan Misi Kabupaten Banjarnegara dalam

http://banjarnegarakab.go.id/v3/index.php/pemerintahan-2/2013-05-24-06-40-16/visi-dan-misi, diaskes pada tanggal 20 Juli 2016


(41)

26

6. Mewujudkan Pembangunan Karakter Bangsa Melalui Pengembangan Seni

Budaya, Penghargaan Tradisi dan Kearifan Lokal.

C. Potensi Wilayah Kabupaten Banjarnegara

Kabupaten Banjarnegara mempunyai potensi sumber daya alam dan lingkungan yang beragam untuk dikembangkan. Namun potensi yang ada tersebut belum termaanfaatkan secara optimal. Untuk meningkatkan potensi Kabupaten Banjarnegara membagi dalam berbagai kawasan budidaya. Kawasan budidaya di

Kabupaten Banjarnegara terdiri atas:17

1. Kawasan peruntukan hutan dan perkebunan produksi

Kawasan peruntukan hutan produksi kurang lebih adalah seluas 15.368 ha, yang meliputi Kecamatan Banjarmangu, Banjarnegara, Batur, Bawang, Kalibening, Karangkobar, Mandiraja, Madukara, Pagedongan, Pagentan, Pandanarum, Pejawaran, Punggelan, Purwanegara, Purwareja Klampok, Sigaluh, Susukan, dan Wanayasa.

2. Kawasan peruntukan pertanian

Kawasan ini meliputi Kecamatan Banjarmangu, Batur, Banjarnegara, Bawang, Kalibening, Karangkobar, Mandiraja, Madukara, Pagedongan, Pagentan, Pandanarum, Punggelan, Purwanegara, Purwareja Klampok, Pejawaran, Rakit, Sigaluh, Susukan,Wanadadi, dan Wanayasa. Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan terbagi menjadi lahan irigasi dengan

17


(42)

27

luas 13.294 ha dan lahan bukan irigasi dengan luas 5.785 ha. Lahan peruntukan pertanian tanaman pangan diarahkan menjadi lahan pertanian pangan berkelanjutan dengan luas 12.147 ha.

3. Kawasan peruntukan perikanan

Kawasan peruntukan perikanan berupa perikanan air tawar yang berada di berbagai Kecamatan, meliputi: Kecamatan Rakit, Mandiraja, Purwanegara, Bawang, dan Wanadadi. Ikan tawar yang dimaksud adalah ikan gurami, ikan lele, ikan patin dan ikan nila.

4. Kawasan peruntukan pertambangan

Kawasan peruntukan pertambangan terdiri atas kawasan pertambangan mineral dan batubara, kawasan pertambangan panas bumi, dan kawasan pertambangan minyak dan gas bumi. Kawasan pertambangan mineral dan batubara terdiri atas mineral logam (meliputi Kecamatan Banjarmangu,

Pagentan, Karangkobar, Batur, Pejawaran, Wanayasa, Kalibening,

Pandanarum, Punggelan, Sigaluh, Pagedongan, Bawang, Purwanegara, dan Susukan); mineral bukan logam (meliputi seluruh kecamatan di Kabupaten Banjarnegara); batuan (meliputi Kecamatan Karangkobar, Sigaluh, Wanayasa, Punggelan, Pagentan, Pejawaran, Bawang, Pagedongan, Purwanegara, Banjarnegara, Kalibening, Pandanarum, Banjarmangu, dan Mandiraja serta sepanjang Sungai Serayu, Merawu, Pekacangan, Brukah, Sapi, Bombong, Tulis, dan Bermali); dan batubara (Kecamatan Karangkobar).


(43)

28

Kawasan pertambangan panas bumi meliputi Kecamatan Batur,

Pejawaran,Wanayasa, Susukan, dan Kalibening. Untuk kawasan

pertambangan minyak dan gas bumi di Kabupaten Banjarnegara terdiri atas Kecamatan Banjarmangu, Pagentan, Sigaluh, Madukara, Banjarnegara, Karangkobar, Wanadadi, Rakit, Batur, Pejawaran, Bawang, Pagedongan, Wanayasa, Kalibening, Pandanarum, Purwanegara, Susukan dan Punggelan.

5. Kawasan peruntukan industri

Rencana pengembangan kegiatan industri meliputi industri besar, industri menengah, dan industri kecil dan/atau mikro. Kawasan peruntukan industri untuk kegiatan industri besar dan menengah yang berpotensi menimbulkan dampak lingkungan berlokasi di Kecamatan Susukan dengan luas 182 ha. Kegiatan industri menengah yang tidak berpotensi menimbulkan dampak lingkungan dapat berlokasi di luar kawasan peruntukan industri di seluruh kecamatan. Sedangkan industri kecil dan/atau mikro dikembangkan di seluruh kecamatan.

6. Kawasan peruntukan pariwisata

Kawasan peruntukan pariwisata meliputi kawasan pariwisata alam,kawasan pariwisata budaya, dan kawasan pariwisata buatan. Kawasan pariwisata alam terdiri atas kawasan Dataran Tinggi Dieng, kawasan Wisata Arung Jeram Sungai Serayu, kawasan Wisata Gunung Lawe, kawasan Wisata Alam Curug Pitu, kawasan Wisata Curug Sikopel, kawasan Wisata Gunung


(44)

29

Mandala, kawasan Wisata Pemandian Air Panas, kawasan Wisata Hutan Pinus di Kecamatan Pagedongan, dan kawasan pariwisata alam lain yang ditetapkan kemudian. Kawasan pariwisata budaya terdiri atas kawasan Candi Dieng, kawasan wisata sentra seni kerajinan Klampok, kawasan wisata sentra batik di Kecamatan Susukan, dan kawasan pariwisata budaya lain yang ditetapkan kemudian. Sedangkan kawasan pariwisata buatan terdiri atas kawasan wisata Taman Rekreasi Margasatwa Serulingmas (TRMS), kawasan wisata Waduk Panglima Besar Jenderal Sudirman, dan kawasan agrowisata hortikultura, serta kawasan pariwisata buatan lain yang ditetapkan kemudian.

Melihat berbagai potensi kawasan wilayah Kabupaten Banjarngara tersebut dapat dilihat pada lampiran I.

D. Landasan Hukum Investasi

Lahirnya Undang-undang Nomor 1 tahun 1967 Jo Undang-undang Nomor 11 tahun 1979 dan undang-undang nomor 6 tahun 1968 Jo undang-undang Nomor 12 tahun 1970 Jo Undang-undang Nomor 25 tahun 2007 memberikan kemudahan bagi pelaksanaan penanaman modal (invetasi). Sejak Undang-undang PMA tahun 1967, aliran modal asing setiap tahun menunjukan perkembangan dan peningkatan, baik dilihat dari kuantitatif maupun kualitatif.

Kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah pusat yang tertuang dalam peraturan perundang-undangan tentang penanaman modal sebelum otonomi daerah diberlakukan ternyata hanya menguntungkan pemerintah pusat saja, sedangkan daerah hanya menjadi tempat atau lahan bagi investasi. Hal ini berakibat pada


(45)

30

lambatnya pembangunan di daerah karena pembangunan di fokuskan di pusat saja. Seharusnya pemerintah pusat memberikan apa yang seharusnya menjadi hak daerah.

Kebijakan Investasi asing di Indonesia telah diatur melalui Undang-undang No. 1 Tahun 1967 Jo Undang-undang No. 11 Tahun 1970 Jo. Undang-undang No. 25 Tahun 2007 serta peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2004, ditahun 1966 dan 1967, pemerintah orde baru memulai langkah pengambilan perusahaan asing melalui Undang-undang tersebut memberikan berbagai insentif yang ditawarkan antara lain:

a. Masa pembebasan pajak perseroan, untuk waktu paling lama enam

tahun terhitung dari saat usaha mulai berproduksi.

b. Pembebasan pajak deviden atas bagian laba yang dibayarkan kepada

pemegang saham. Sejauh laba tersebut diperoleh dalam jangka waktu yang tidak melebihi waktu enam tahun sejak beroperasi.

c. Keringanan pajak perseroan atas keuntungan yang ditanamkan

kembali dalam perusahaan bersangkutan terhitung dari saat penanaman kembali berupa perangsang penanaman (investment allowance).

d. Pembebasan bea masuk dan pajak penjualan atas pemasukan

barang-barang perlengkapan tetap dan barang-barang-barang-barang modal kerja.

e. Pembebasan bea masuk materi atas penempatan modal yang berasal

dari modal asing.

f. Jaminan tidak ada nasionalisasi, kecuali dengan undang-undang

dinyatakan bahwa kepentingan nasional menyatakan demikian, jika terjadi nasionalisasi, maka harus diberikan kompensasi dalam jumlah


(46)

31

dan cara pembayaran yang disetujui oleh kedua belah pihak berdasarkan atas hukum internasional yang berlaku.

g. Keleluasaan penggunaan tenaga asing pada posisi yang belum bisa

diisi tenaga lokal.

h. Kepastian batas waktu usaha maksimal dan prosedur perpanjangan

masa usaha.18

Pemberlakuan undang-undang yang mengatur masalah investasi asing diatas setidaknya akan memberikan rasa aman bagi investor asing yang akan menanamkan modalnya di Indonesia.Pemamparan yang disampaikan dalam bab ini setidaknya telah menggambarkan keadaan geografis Kabupaten Banjarnegara secara umum. Setelah penulis memaparkan kondisi umum Kabupaten Banjarnegara pada bab ini, maka dalam bab berikutnya, penulis akan memfokuskan pada peluang dan hambatan yang dihadapi investor dan pemerintah dalam meningkatkan invetasi asing di Kabupaten Bamjarnegara.

18

Sidik Jatmika, Otonomi daerah Perspektif Hubungan Internasional. Yogyakarta: Bigraf Publishing, 2001, Hal 80-81


(47)

32

BAB III

PELUANG INVESTASI ASING DI KABUPATEN

BANJARNEGARA

Dalam bab III ini penulis akan membahas mengenai sejarah investasi dan peluang apa saja yang dapat dimanfaatkan oleh investor asing yang ingin menanamkan modalnya di Kabupaten Banjarnegara. Selain itu dalam bab ini akan membahas ancaman yang akan dihadapi dalam meningkatkan investasi asing, kekuatan pendukung investasi apa saja yang dimiliki serta hambatan apa saja yang ada dalam investasi asing.

A. Sejarah Investasi

Penanaman modal atau investasi adalah segala bentuk kegiatan penanaman modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha disuatu wilayah atau negara. Penanaman modal asing adalah kegiatan menanamkan modal untuk usaha diwiliyah negara republik indonesia yang dilakukan dilakukan oleh penanam modal asing. Penanam modal bisa perseorangan atau badan usaha.

B. Peluang Investasi

Pemerintah daerah Kabupaten Banjarnegara berusaha mempercepat laju pertumbuhan ekonomi daerah melalui peningkatan investasi. Untuk meningkatkan investasi tersebut, pemerintah daerah Kabupaten Banjarnegara memaksimalkan

peluang yang dimiliki. Adapun peluang – peluang yang dimiliki oleh Kabupaten


(48)

33

1. Peluang Investasi Kawasan Peruntukan Hutan dan Perkebunan Produksi Wilayah Kabupaten Banjarnegara memiliki peluang investasi di

kawasan peruntukan hutan dan perkebunan dengan macam – macam jenis

komoditas, antara lain:

a. Teh

Manfaat dan kebutuhan akan teh di masyarakat memunculkan peluang usaha perkebunan teh yang banyak dicari oleh industri pengolahan teh. Saat ini, luas lahan perkebunan teh di Kabupaten Banjarnegara 1.824,08 Ha. Jumlah petani 6.453 KK yang tersebar di 5 (lima) wilayah Kecamatan yaitu: Kecamatan Karangkobar, Wanayasa, Kalibening, Pejawaran, dan Pagentan. Jumlah produksi pucuk teh segar pada tahun 2015 sebesar 19.96,65 Ton. Saat ini, ada 4 industri teh di Banjarnegara dan sekitarnya (Pekalongan dan Wonosobo) yang saling berebut untuk mendapatkan bahan baku pucuk teh segar dari wilayah Kabupaten Banjarnegara. Pabrik pengolahan teh tersebut tidak mampu berproduksi sesuai dengan kapasitas pabrik, karena kurangnya bahan baku. Untuk itu, Kabupaten Banjarnegara terus melakukan pengembangan budidaya teh karena kebutuhan akan pucuk daun teh yang besar guna memanfaatkan peluang yang ada.

b. Kelapa (Kelapa Butir dan Nira)

Pohon kelapa mempunyai berbagai manfaat. Kelapa yang dihasilkan dapat dijual dalam bentuk kelapa butir, diolah untuk minyak kalapa murni (VCO) baik untuk industri kosmetik maupun farmasi. Selain itu nira kelapa


(49)

34

juga diolah menjadi gula merah untuk berbagai kebutuhan industri dan rumah tangga yang sangat besar. Serat serabut kelapa dapat diolah menjadi furniture, jok mobil, maupun kerajinan. Kebutuhan akan pohon kelapa merupakan peluang tersendiri untuk dimanfatkan.

Kabupaten Banjarnegara memiliki luas lahan perkebunan kelapa 11.941,27 Ha dengan jumlah petani 43.409 KK yang tersebar di 14

kecamatan. Pada tahun 2015 Kabupaten Banjarnegara mampu

memproduksi 8.995,09 Ton kelapa kering (kopra) atau setara dengan 89.950.090 butir kelapa. Dengan melihat keadaan lapangan di Banjarnegara sehingga peluang usaha yang dapat diperoleh adalah dibutuhkannya berbagai industri, seperti:

 Industri minyak goreng kelapa dan minyak kelapa murni –

Virgin Coconut Oil (VCO)

 Industri pengolahan serabut kayu

 Industri pengolahan cocodust (limbah serabut kelapa) menjadi

media tanam (potting mix)

 Industri gula kelapa dengan memanfaatkan nira

c. Albasia

Produksi albasia Kabupaten Banjarnegara dikenal bermutu baik. Dalam jangka waktu 5 tahun, produksi albasia sudah dapat dipanen sekitar


(50)

35

12.218.39 batang (kepadatan rata – rata 400 pohon per satu hektare)

pertahun. Luas lahan yang tersedia 19.00 Ha, yang tersebar di wilayah Kabupaten Banjarnegara. Albasia merupakan bahan baku industri pengelolaan kayu dengan produksi rata-rata 30.000m³ tiap bulan. Hasil pengolahan kayu Albasia antara lain: Pulp Kertas, Papan Partikel (particle board), Papan Serat (Piper Board), Kayu Olahan dan Kayu Energi (Bahan Bakar). Peluang investasi yang dapat diperoleh dari albasia adalah dengan adanya industri pengolahan kayu.

2. Peluang Investasi Kawasan Peruntukan Pertanian

Pembangunan pada sektor pertanian diarahkan pada upaya peningkatan mutu, produksi dan pemasaran hasil pertanian serta mengembangkan usaha tani terpadu guna memantapkan swasembada pangan, memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, meningkatkan komoditi-komoditi ekspor, komoditi bahan-bahan industri dalam negeri, meningkatkan taraf hidup petani, mendorong perluasan dan pemerataan kesempatan usaha dan kesempatan kerja serta mendorong peran serta swasta untuk mengembangkan potensi pertanian. Kabupaten Banjarnegara memiliki peluang investasi di

kawasan peruntukan pertanian dengan macam – macam jenis komoditas,


(51)

36

Tabel 3. 1 Data Peluang Investasi Kawasan Peruntukan Pertanian Kabupaten Banjarnegara

No Jenis

komoditas

Lokasi Jumlah

Produksi

Analisa Pasar

1 Salak 18 kecamatan

di Kabupaten Banjarnegara (kecuali kecamatan Rakit dan Kecamatan Batur) 193.662,1 ton/tahun Industri pengalengan salak

2 Kentang Kecamatan

Pejawaran, Batur, Wanayasa, Kalibening 133.417,5 ton/tahun Industri pengolahan kentang

3 Jagung 20 kecamatan

di Kabupaten Banjarnegara. Produksi tertinggi di kecamatan

92.859,92 ton / tahun

Industri pengolahan jagung


(52)

37 Purwonegoro, Pagentan, Pejawaran dan Wanayasa.

4 Ubi kayu 19 kecamatan

di Kabupaten Banjarnegara (kecuali kecamatan Batur)

243.296,75 ton / tahun

Industri

pengolahan ubi kayu

5 Durian 13 Kecamatan

Se-Kabupaten Banjarnegara (Kec. Susukan, Pwj. Klampok, Mandiraja, Purwonegoro, Bawang, Banjarnegara, Sigaluh, Madukara, Banjarmangu,

15.860 kwt / tahun

Budidaya durian


(53)

38 Wanadadi, Punggelan, Pagentan dan Pandanarum)

Sumber: Profil dan Potensi Investasi Kabupaten Banjarnegara

3. Peluang Investasi Kawasan Peruntukan Perikanan

Kabupaten Banjarnegara sudah sejak lama dikenal sebagai salah satu sentra perikanan air tawar. Dari Sub sektor perikanan telah mampu menghasilkan produk perikanan yang cukup berkualitas baik benih ikan ataupun ikan konsumsi. Dengan pengairan yang lancar ditambah dengan adanya Bendungan Panglima Besar Sudirman, perkembangan usaha perikanan semakin maju pesat. Meski tidak mengandalkan debit air bendungan tersebut, tapi juga adanya peresapan (sumber air) yang mengalir terus sehingga musim kemarau tidak berpengaruh sekali dalam pembudidayaan usaha perikanan air tawar. Kabupaten Banjarnegara memiliki peluang investasi di kawasan

peruntukan perikanan dengan macam – macam jenis komoditas unggulan,

antara lain: ikan gurami, ikan lele, ikan patin dan ikan nila.

Pada tahun 2014, Kabupaten Banjarnegara mempunyai luas budidaya ikan sebanyak 425,08 Ha dengan jumlah produksi sebesar 13.977.660 ton. Dari jumlah produksi ikan tersebut dibutuhkan pakan ikan berupa pelet yang cukup besar, namun belum ada pabrik pakan ikan yang mampu mencukupi kebutuhan tersebut. Pada tahun 2015 tercatat kebutuhan bahan pakan ikan


(54)

39

(pelet) di Kabupaten Banjarnegara sebanyak 11.855,53 ton. Padahal Kabupaten Banjarnegara baru bisa memproduksi pelet secara mandiri sebanyak 36 ton. Untuk dapat memenuhi kebutuhan pakan ikan, Kabupaten Banjarnegara mengharapkan adanya kerjasama pembuata pabrik pakan ikan sehingga masih ada peluang investasi untuk membuat pakan ikan sebanyak 11.783,53 ton.

4. Peluang Investasi Kawasan Peruntukan Pertambangan

Dalam rangka meningkatkan kegiatan investasi di Kabupaten Banjarnegara salah satu potensi yang akan dikembangkan adalah sektor pertambangan dan galian C yang lokasinya menyebar di wilayah Kabupaten Banjarnegara. Melihat potensi yang ada, pertambangan yang sudah tergali/dieksploitasi pada saat ini khususnya di Banjarnegara adalah Feldspar, batu lempeng, andesit, granit, talk, dan masih banyak beberapa bahan galian yang belum tergali/dieksploitasi. Mineral/bahan galian yang sudah digali/dieksploitasi sebagian besar belum/tidak melalui proses pengolahan terlebih dahulu, bahan tambang yang dijual masih dalam bentuk row material/bahan baku. Oleh sebab itu investasi pendirian pabrik pengolahan hasil tambang masih terbuka lebar di Banjarnegara.

Potensi mineral logam belum tergali, untuk izin usaha pertambangan mineral logam harus melalui prosedur lelang, sudah ada peraturan dan perundang-undangan yang mengatur hal tersebut. Banjarnegara sudah memiliki PERDA yang mengatur usaha sektor pertambangan umum, yaitu


(55)

40

PERDA Nomor 11 Tahun 2010 tentang Pertambangan Mineral di Kabupaten Banjarnegara, dimana PERDA tersebut sudah mengacu kepada Peraturan dan perundangan dari pemerintah pusat yang mengatur sektor pertambangan umum.

Sudah ada beberapa investor lokal yang masuk dan berinvestasi di Banjarnegara, diantaranya PT. Banjar Mineral Resources, PT. Astri Tata Resources, PT. Tata Mining Resources, yaitu melakukan penyelidikan bahan tambang untuk mengetahui depositnya sampai dengan studi kelayakan dan eksploitasi. Hal ini bisa memberikan motivasi kepada investor lain untuk berinvestasi di Banjarnegara. Jenis pertambangan yang ada di Kabupaten Banjarnegara adalah :

Tabel 3. 2 Data potensi pertambangan Kabupaten Banjarnegara No Bahan

gallian

Lokasi Cadangan Kegunaan Keterangan

1 Marmer Kecamatan

Banjarnegara, Bawang dan Purwanegara Jumlah deposit 18.676.00 0 m3 dan berat terkanya 48.557.60 Ornamen bahan bangunan

Peluang kerjasama yang diharapkan Pemerintah Kabupaten adalah Pembuatan

pabrik pengolahan batu marmer.


(56)

41 0 ton

2 Feldspar Kecamatan

Banjarnegara, Bawang dan Purwanegara Jumlah deposit 55.943.84 6 m3 dan berat terkanya 145.454.0 00 ton Industri mika, keramik dan semen

Peluang kerjasama yang diharapkan Pemerintah Kabupaten adalah pendirian pabrik mika, keramik dan semen

3 Trass Kecamatan

Karangkobar, Sigaluh, Wanayasa, Punggelan, Pagentan, dan Pejawaran perkiraan volume 14,09 juta m3 Bahan baku campuran semen

Peluang kerjasama yang diharapkan Pemerintah Kabupaten adalah pendirian pabrik semen

4 Batu

Lempeng Kecamatan Pagentan, Batur, Pejawaran, Karangkobar, 62.022.33 2 m3 Ornamen dinding dan trotoar

Peluang kerjasama yang diharapkan Pemerintah Kabupaten berupa pendirian pabrik pengolah batu lempeng


(57)

42 dan

Wanayasa

5 Batu

granit Kecamatan Bawang, Banjarmangu , Karangkobar, Pagentan dan Wanayasa

Deposit b atu granit sebesar 287.148.0 00 m3 dan berat terka sebesar 1.303.865. 951 ton Pembuata n lantai dan dinding

gedung –

gedung

Peluang kerjasama yang diharapkan Pemerintah Kabupaten berupa pendirian pabrik pengolah batu granit

Sumber: Profil dan Potensi Investasi Kabupaten Banjarnegara

5. Peluang Investasi Kawasan Peruntukan Industri

Pembangunan industri padat karya di Kabupaten Banjarnegara merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk memaksimalkan potensi dan peluang yang ada di Kabupaten Banjarnegara. Oleh karena itu, pembangunan industri padat karya tersebut dapat menjadi solusi dalam mengoptimalkan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang tersedia di Kabupaten Banjarnegara.

Adapun industri padat karya yang siap beroperasi di tahun ini (2016) yaitu:


(58)

43

a. Industri garmen yang berlokasi di desa Masaran kecamatan

Bawang

b. Industri Pengolahan Carica yang berlokasi di kecamatan Klampok

c. Industri pengolahan produk hortikultura yang berlokasi di desa

Panggelak Kecamatan Madukara

6. Peluang Investasi Kawasan Peruntukan Pariwisata

Banjarnegara adalah salah satu tujuan wisata di Jawa Tengah dan destinasi kedua setelah Candi Borobudur. Dilihat dari peluang investasi bidang pariwisata, di Kabupaten Banjarnegara terdapat beberapa obyek yang sangat potensial untuk dikembangkan baik itu wisata alam, wisata

buatan (artificial object) maupun wisata budaya, dan kesenian. Bidang

agrobisnis juga ikut memberikan citra pertanian.

A.Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng

Merupakan dataran tinggi yang terletak di ketinggian 2.093 meter diatas permukaan air laut. Dataran Tinggi Dieng memiliki udara yang sangat sejuk dan berjarak kurang lebih 55 km dari pusat kota Banjarnegara. Kawasan Dataran Tinggi Dieng memiliki luas 110 Ha, merupakan tujuan

wisata berskala nasional dan internasional. Banyak wisatawan

mancanegara yang berasal dari beberapa negara di dunia yang berkunjung ke Kawasan Dataran Tinggi Dieng, disini terdapat daya tarik berupa wisata budaya dan wisata alam yang pesonanya tidak dimiliki oleh daerah lain. Di


(59)

44

Kawasan Dataran Tinggi Dieng memiliki beberapa benda cagar budaya seperti:

a) Kelompok Candi Arjuna

b) Candi Gatotkaca

c) Candi Bima

d) Candi Dwarawati

Selain benda cagar budaya, Kawasan Dataran Tinggi Dieng juga memiliki daya tarik fenomena alam, seperti:

1. Kawah Sikidang

Kawah aktif yang dikunjungi banyak wisatawan dengan keelokannya yang dapat dinikmati di bibir kawah berupa semburan lava dan kepulan asap serta aroma belerang yang khas.

2. Telaga Merdada

Merupakan telaga terluas di Dataran Tinggi Dieng yaitu 25 Ha dengan latar belakang lereng dan bukit yang hijau, pengunjung juga dapat menikmati keindahan alam sambil memancing dan menaiki perahu yang disediakan.

3. Kawah Candradimuka

Kawah Canradimuka merupakan kawah yang paling atraktif di Dataran Tinggi Dieng, mengeluarkan sumber air panas dan air dingin yang diyakini memiliki kekuatan magic.


(60)

45

Telaga balekambang merupakan telaga yang terbuat dari bekas letusan gunung Dieng. Letusan gunung dieng terjadi sejak beribu tahun lalu, di telaga balekambang terdapat banyak ikan air tawar.

5. Sumur Jalatunda

Sumur raksasa dengan kedalaman ratusan meter ini disebut juga sumur tak berujung, berasal dari kawah yang telah mati yang kemudian terisi air sejak ribuan tahun yang lalu.

6. Kawah Sileri

Kawah Sileri meerupakan kawah terluas di Dataran Tinggi Dieng yang statusnya masih aktif. Adapula museum yang didalamnya menyimpan banyak koleksi arca dari candi-candi sekitar kawasan Dieng, yaitu Museum Kailasa.

B.Taman Rekreasi dan Marga Satwa Serulingmas

Taman ini memiliki fasilitas Kolam Renang dan Water Boom, Panggung Hiburan, Arena Bermain Anak, tanaman dan berbagai satwa langka yang dilindungi. Taman rekreasi ini merupakan daerah tujuan wisata bagi wisatawan nusantara, mengingat daya tarik yang ada cukup memadai.

C.Taman Rekreasi Anglir Mendung Paweden

Terletak di daerah pegunungan, memiliki fasilitas kolam renang dengan sumber air dari mata air pegunungan langsung, penginapan, Bumi Perkemahan


(61)

46

dan Hutan Lindung. Obyek wisata ini dapat digunakan untuk Wisata Berburu dan Cross Country.

D.Arum Jeram Sungai Serayu

Wisata khusus ini memanfaatkan jeram Sungai Serayu sepanjang 12 km dari desa Tunggoro sampai desa Singomerto. Lokasi ini pernah digunakan sebagai Kejurnas I Arung Jeram 1997.

E. Curug Pitu

Obyek wisata alam ini berupa air terjun yang terdiri dari 7 trap (undakan), sehingga Curug atau air terjun ini dikenal dengan Curug Pitu. Curug ini berlokasi di Kecamatan Sigaluh, Kanupaten Banjarnegara.

Dari pemaparan objek wisata apa saja yang ada di Kabupaten Banjarnegara, untuk memaksimalkan peluang yang ada pemerintah daerah mengharapkan adanya kerjasama pada bidang pariwisata dengan arah investasi perhotelan, rumah makan,dan agrowisata.

C. Ancaman Investasi

Tren globalisasi dan regionalisasi telah membawa tantangan baru bagi proses pembangunan di indonesia. Dalam era seperti ini kondisi persaingan antar pelaku

ekonomi semakin tajam. Persaingan tidak hanya meningkat di pasar output (barang

dan jasa) tetapi juga di pasar input ( faktor-faktor produksi). Pada pasar output

persaingan terjadi antar perusahaan di seluruh dunia tanpa memperhatikan asal perusahaan. Sedangkan pasar input, persaingan dalam memperebutkan faktor-faktor produksi yang langka tidak hanya terjadi antar perusahaan namun juga antar negara.


(62)

47

Adapun beberapa indikator yang menjadi ancaman bagi Kabupaten

Banjarnegara dalam meningkatkan investasi asing di daerah tersebut adalah:19

1. Masih ada beberapa SOP yang belum berjalan sebagaimana mestinya karena

masih ada beberapa izin yang belum satu pintu karena masih menjadi tupoksi SKPD terkait.

2. Regulasi aturan perizinan yang berubah-ubah sehingga menyulitkan

pelaksanaan di daerah

3. Masih adanya ketidaksinkronan perizinan daerah dengan pemerintah pusat

4. Mutasi pegawai yang cepat dan kurangnya SDM

5. Masih kurangnya sarana mobilitas yang dapat menghambat proses ijin

terutama untuk peninjauan lapangan.

D. Kekuatan Pendukung Investasi

Potensi daerah serta faktor-faktor yang dimiliki Kabupaten Banjarnegara untuk dapat menarik investor asing dalam menanamkan modalnya adalah kekuatan Kabupaten Banjarnegara. Sedangkan kelemahan ada pada kendala atau permasalahan yang dihadapi yang mampu menghambat pertumbuhan investasi asing.

Menurut teori Alan M. Rugman, ada dua faktor terpenting yang mempengaruhi penanaman modal asing yaitu variabel lingkungan dan variabel internalisasi. Variabel lingkungan sering dikenal dengan istilah keunggulan spesifik negara atau faktor spesifik lokasi. Terdapat tiga unsur yang membangun variable lingkungan yaitu: ekonomi, non ekonomi dan modal pemerintah. Variabel ekonomi

19


(63)

48

membangun fungsi produksi suatu negara secara kolektif, yang secara definitif meliputi semua input faktor yang ada di masyarakat, antara lain, tenaga kerja, modal (dana), teknologi, dan tersedianya sumber daya alam dan ketrampilan manajemen

yang di sebut human capital.20

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Alan. M. Rughman diatas, setidaknya penulis akan mengidentifikasi beberapa indikator yang perlu dilakukan dan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi lingkungan usaha investasi asing di Kabupaten Banjarnegara seperti faktor ekonomi yaitu Kabupaten Banjarnegara memiliki potensi sumber daya alam yang cukup beragam mulai dari potensi perkebunan, pertanian, pertambangan, perikanan dan kelautan, peternakan dan potensi di bidang pariwisata.

Sumber Daya Alam yang ada di Kabupaten Banjarnegara memiliki pangsa pasar prospektif baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Faktor non ekonomi yaitu pemahaman terhadap aspek politik seringkali memegang peranan penting dalam bisnis di era otonomi daerah. Umumnya setiap pemerintah suatu daerah berusaha menciptakan lingkungan politik yang kondusif di dalam negeri agar bisnis di dalam negerinya dapat berkembang. Kondisi politik di Kabupaten Banjarnegara dapat dikatakan sangat kondusif ini bagi investor asing diharapkan akan dapat meningkatkan penanaman modal asing di daerah.

Dengan kondisi politik yang kondusif dengan hampir tidak pernah terjadinya kerusuhan dan tindak kekerasan atau dengan kata lain adanya suatu kondisi yang

20

Sidik Jatmika, Otonomi Daerah Dalam Perspektif Hubungan Internasional (Yogyakarta: Bigraf Publising, 2001) hal 78


(64)

49

nyaman bagi investor asing di Kabupaten Banjarnegara akan menjadi pertimbangan bagi para infestor asing untuk menanamkan modalnya.

Budaya dan sosial masyarakat di Kabupaten Banjarnegara yang terdiri dari beragam etnis tersebut telah lama hidup berdampingan dengan aman dan damai tanpa ada perselisihan antara satu suku dengan suku yang lainnya. Hal ini terlihat dari kehidupan masyarakat penduduk yang telah berbaur dengan penduduk suku pribumi dengan warga Negara asing melalui perkawinan, sehingga memberikan kondisi politik dan jaminan keamanan bagi investor dalam negeri maupun luar negeri. Kenyataan ini dapat dilihat dari sedikitnya tindak kejahatan yang merugikan pihak lain.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kemajuan yang signifikan ketika kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam bidang investasi dalam bentuk penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) adalah pemerintah menerbitkan peraturan yang membebaskan pajak perseroan untuk masa dua tahun (Undang-Undang No. 25 Tahun 2007).

Kebijakan infestasi asing di Indonesia telah diatur melalui Undang-Undang No. 1 Tahun 1967, Undang-Undang No. 11 Tahun 1970, Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 serta Peraturan pemerintah No. 17 Tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1994. Di tahun 1966 dan 1967.

Lahirnya peraturan tersebut memberikan kemudahan bagi pelaksanaan penanaman modal (investasi). Sejak Undang-Undang PMA Tahun 1967, aliran modal asing setiap tahun menunjukkan perkembangan dan peningkatan, baik dilihat dari kuantitatif maupun kualitatif.


(65)

50 E. Hambatan Dalam Berinvestasi

Pertumbuhan ekonomi yang perlu dipercepat membutuhkan dukungan prasarana dasar yang memadai, antara lain sarana transportasi, tenaga listrik, pengairan dan telekomunikasi. Meskipun telah meningkat, ketersediaan prasarana dasar Daerah Kabupaten Banjarnegara belum memenuhi kebutuhan ataupun kualitas pelayanan yang diinginkan.

Untuk daerah yang kondisi geografisnya di dataran tinggi seperti Banjarnegara diperlukan suatu sistem transportasi terutama darat yang dapat meningkatkan keterkaitan wilayah produksi dengan pasar. Untuk meningkatkan efisiensi ekonomi, terutama dalam distribusi barang dan jasa, diperlukan dukungan prasarana dan sarana transportasi yang memadai.

Adapun hambatan-hambatan dalam meningkatkan investasi asing di Kabupaten Banjarnegara meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Hambatan- hambatan yang paling sering terjadi yang dihadapi para investor adalah masalah infrastruktur peruntukan industri. Sedangkan hambatan yang dihadapi pemerintah sering terjadinya peyimpangan penggunaan ijin dan fasilitas oleh investor yang disebabkan masih rendahnya birokrasi dan kualitas aparatur pemerintah daerah setempat.

Upaya pembangunan daerah Kabupaten Banjarnegara dihadapkan kepada berbagai hambatan yang erat kaitanya dengan karakteristik fisik wilayah. Kondisi wilayah sendiri terdiri 75% berada di perbukitan dieng yang sulit dipergunakan karena daerah terpencil infrastrutur jalan tidak memadai dilalui kendaraan besar dan mudah longsor.


(1)

Untuk kendaraan roda empat pada tahun 2014 terdaftar sebanyak 21.465 kendaraan atau meningkat sekitar 4,30 persen dari tahun 2013 yang berjumlah 20.581 kendaraan. Dari jumlah kendaraan yang ada tersebut, sebanyak 368 merupakan kendaraan berplat merah, 17.723 merupakan kendaraan berplat hitam, dan 3.374 merupakan kendaraan berplat kuning.

Rekapitulasi Penanaman Modal di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2012 – 2015 Kabupaten Banjarnegara melakukan berbagai strategi untuk meningkatkan investasi asing. Strategi yang dilakukan adalah dengan melakukan strategi eksternal dan internal. Dengan adanya strategi yang sudah dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Banjarnegara dari tahun 2012 – 2015 menghasilkan dampak terhadap jumlah investasi yang di Kabupaten Banjarnegara yang kemudian dibuktikan dengan adanya rekapitulasi: (Banjarnegara K. P., 2015)

Tabel 4. 5 Rekapitulasi Penanaman Modal di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2012 – 2015

Tahun Jumlah tenaga

kerja

Jumlah Investasi Jumlah usaha

2012 5,518 674,020,194,985 624

2013 3, 292 752,040,554,496 641

2014 2,224 485,486,525,901 330

2015 1,425 333,692,115,480 457

Sumber: Rekapitulasi Penanaman Modal Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Banajrnegara


(2)

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa penanamam modal (investasi) di Kabupaten Banjarengara mengalamai fluktuasi dari tahun ketahun. Kenaikan investasi terlihat pada tahun 2013 dengan jumlah investasi sebesar Rp. 752,040,554,496. Namun pada tahun berikutnya yaitu tahun 2013 dan sampai tahun 2015, investasi di Kabupaten Banjarnegara menurun dengan jumlah investasi sebesar Rp. 333,692,115,480. Sehingga dengan strategi yang telah dilakukan Kabupaten Banjarnegara dalam meningkatkan investasi asing bisa dikatakan dapat mendorong tingkat investasi namun kurang efektif karena masih terjadi fluktuasi. Pemerintah Kabupaten Banjarnegara perlu melakukan inovasi dalam strategi meningkatkan investasi asingnya.

Penutup

Sejak tahun 2010 pemerintah Kabupaten Banjarnegara semakin fokus membangun daerahnya dengan mengundang investor untuk menanamkan modalnya yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Strategi yang digunakan Pemerintah Kabupaten Banjarnegara untuk meningkatkan perekonomian yaitu: Strategi eksternal dan Strategi internal.

Berdasarkan strategi yang telah dilakukan maupun direncanakan oleh Kabupaten Banjarnegara, maka stategi tersebut dapat mendorong untuk meningkatkan kegiatan investasi asing agar para investor mau menanamkan modalnya dan berdampak pada tingkat kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan serta menambah pertumbuhan ekonomi. Peningkatan investasi menjadi sangat penting, karena investasi tidak hanya berarti penambahan modal saja akan tetapi investasi akan terkait pula dengan pengembangan pengetahuan, politik dan teknologi, perluasan pasar dan jaringan kerjasama internasional yang sangat dibutuhkan dalam pengembangan kegiatan perekonomian. Kemudian dengan adanya informasi ini berguna untuk mata kuliah Ilmu Hubungan Internasional khususnya dalam bidang mata kuliah Politik Perdagangan dan Investasi Internasional.


(3)

Referensi

(2015, November 2). (Kasi II Perizinan) KP2T Kabupaten Banjarnegara. (S. Zubaedah, Pewawancara)

Banjarnegara, B. P. (2015). Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka Tahun 2015. Kabupaten Banjarnegar.

Banjarnegara, K. P. (2015). Rekapitulasi Penanaman Modal Kabupaten Banjarnegara Tahun 2012 – 2015. Kabupaten Banjarnegara. Banjarnegara, K. P. (t.thn.). Data Pameran / Expo Tahun 2012 – 2015. Perizinan), S. Z. (2016, Juli 27). KP2T Kabupaten Banjarnegara.

Suhendra. (2005). Hukum Investasi di Era Otonomi Daerah, hal 48. Yogyakarta: Nita Nagari.


(4)

(5)

DAFTAR PERTANYAAN

Pertemuan dengan Ibu Siti Zubaedah yang menjabat sebagai Kasi II Perizinan di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Banjarnegara sudah dilakukan sebanyak 4 (empat) kali. Pertemuan tersebut terlaksana pada tanggal 2 November 2015, 23 Desember 2015, 27 Juli 2016, dan 8 Agustus 2016.

Dalam pertemuan – pertemuan tersebut, penulis mengajukan daftar pertanyaan seperti berikut:

1. Apakah terdapat perusahaan asing yang menanamkan modalnya di Kabupaten Banjarnegara?

2. Apa saja nama perusahaan asing yang menanamkan modalnya di Kabupaten Banjarnegara?

3. Kapan perusahaan asing mulai menanamkan modalnya di Kabupaten Banjarnegara?

4. Dalam bentuk apa perusahaan asing menanamkan modalnya di Kabupaten Banjarnegara?

5. Berapa jumlah perusahaan asing yang ada di Kabupaten Banjarnegara?

6. Dari mana saja asal perusahaan asing yang menanamkan modalnya di Kabupaten Banjarnegara?

7. Berapa jumlah investasi yang didapat dari perusahaan asing?

8. Bagaimana kondisi investasi asing di Kabupaten Banjarnegara dari tahun 2012 – 2015 ?

9. Bagaimana awal mula investor asing dari Korea Selatan menanamkan modalnya di Kabupaten Banjarnegara?

10.Apa saja faktor yang dapat menarik investor asing dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Banjarnegara?


(6)

11.Apa saja faktor yang menghambat investor asing dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Banjarnegara?

12.Apa saja kebijakan atau strategi yang dilakukan pemerintah daerah untuk meningkatkan investasi asing di Kabupaten Banjarnegara?

13.Apakah Kabupaten Banjarnegara mempunyai policy international untuk meningkatkan investasi asing di Kabupaten Banjarnegara?

14.Bagaimana cara pemerintah daerah Kabupaten Banjarnegara mempromosikan daerah guna meningkatkan investasi asing?

15.Apakah dari pihak pemerintah daerah Kabupaten Banjarnegara pernah melakukan pertemuan atau kunjungan terhadap investor asing (Korea Selatan)?

16.Apa saja dampak positif yang diperoleh Kabupaten Banjarnegara dengan adanya investasi asing?

17.Apa saja dampak negatif yang diperoleh Kabupaten Banjarnegara dengan adanya investasi asing?

18.Apa saja hambatan yang dihadapi investor asing dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Banjarnegara?

19.Apa saja hambatan yang dihadapi pemerintah daerah dalam menghadapi investor asing?

20.Bagaimana cara pemerintah daerah Kabupaten Banjarnegara meminimalisir hambatan yang dihadapi?