STRATEGI BERSAING INDUSTRI KERAJINAN ANYAMAN ROTAN DI KABUPATEN MAJALENGKA JAWA BARAT

(1)

STRATEGI BERSAING INDUSTRI KERAJINAN ANYAMAN ROTAN DI KABUPATEN MAJALENGKA JAWA BARAT

COMPETITIVE STRATEGY OF RATTAN WICKER CRAFT INDUSTRY IN MAJALENGKA WEST JAVA

Oleh

WILDA DWIPUTRI SUKMA 20130430194

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(2)

i

STRATEGI BERSAING INDUSTRI KERAJINAN ANYAMAN ROTAN DI KABUPATEN MAJALENGKA JAWA BARAT

COMPETITIVE STRATEGY OF RATTAN WICKER CRAFT INDUSTRY IN MAJALENGKA WEST JAVA

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh :

WILDA DWIPUTRI SUKMA 20130430194

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(3)

ii

PERNYATAAN Dengan ini saya,

Nama : Wilda Dwiputri Sukma Nomor Mahasiswa : 20130430194

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “STRATEGI BERSAING

INDUSTRI KERAJINAN ANYAMAN ROTAN DI KABUPATEN

MAJALENGKA JAWA BARAT” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di

suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak juga terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dan diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 01 Januari 2017

Materai, 6.000,-


(4)

iii

 “Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang di beri ilmu beberapa derajat.”

(Q.S AL-Mujadilah: 11)

 “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum

mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri” (Q. S Ar-Ra’d: 11)

 Jika kamu tidak kuat menanggung lelahnya belajar, maka kamu akan

menanggung perihnya kebodohan (Imam Syafi’i)

 Wanita yang berpendidikan tinggi bukan untuk menyaingi laki-laki tapi untuk membangun generasi


(5)

iv

Persembahan

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah S.W.T. Skripsi ini kupersembahkan

untuk….

Ayahanda, Ir. Yade Sukmajaya, M.Si Ibunda, Lilies Sri Julaeha, S.Pd

Dan Almamaterku Tercinta….


(6)

v

segala karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul

“Strategi Bersaing Industri Kerajinan Anyaman Rotan di Kabupaten Majalengka”

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sekaligus memberikan ide bagi pengembangan penelitian selanjutnya.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT atas segala nikmat kesehatan dan kemudahan dari segala urusan dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Ahmad Ma’ruf, S.E., M.Si. Selaku Dosen Pembimbing yang penuh kesabaran telah memberikan masukan dan bimbingan selama proses penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Dr. Nano Prawoto, S.E., M.Si. Dekan Fakultas Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan petunjuk, bimbingan, nasehat, dan kemudahan selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan studi.


(7)

vi

4. Bapak Imamudin Yuliadi, S.E., M.Si. Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

5. Bapak Satoni dan Bapak Soim. Selaku Kepala Desa Mindi dan Desa Leuwilaja yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di Desa Mindi dan Desa Leuwilaja.

6. Bapak Aset dan Bapak Sobari S.Ag. Selaku Petugas Desa Mindi dan Desa Leuwilaja Kabupaten Majalengka yang tanpa lelah berjasa mengantar penulis menyusuri subjek penelitian.

7. Seluruh Lembaga yang membantu penelitian, Disperindag Kabupaten Majalengka.

8. Ayah, bundaku tercinta, Ir. Yade Sukmajaya, M. Si, Lilies Sri Julaeha, S. Pd

dan saudariku Malla Ayuwandila Sukma, S. Gz untuk cinta, semangat dan do’a

tanpa batas yang diberikan kepada penulis, terutama selama menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

9. Kakekku tersayang SYE Suparna, Mang Asep, Mang Indra, Mang Ramdan, Om Didi, dan seluruh Keluarga besar Majalengka yang sudah turut membantu penulis melakukan penelitian.

10.Nazovah Ummudiyah, Iqlima Aulya Malik, Anggun Dilafah Dianti, Bekti Wahyuningsih, Puji Amalia Islami, Aisyah Sisnita, Eni Rhohmawati, M. Rizqi Wahid Ibnu H. Teman seperjuangan sekaligus teman dekat yang selalu membantu, memberikan dorongan dan kesan yang baik kepada penulis selama masa perkuliahan.


(8)

vii

Fida, Nisa, Nabila, Kak Dini, Kak Hema dan Mba Vici, keluarga yang pertama kali bertemu penulis saat di UMY.

13.Ibu Kost Orange Puteri, Bunda Lala yang dengan sabar membantu penulis. 14.Keluarga Forum Intelektual Ekonomi Syariah (FIES), terutama divisi Center

Of Excellenge (COC) yang memberikan kesan bermakna bagi penulis.

15.Teman-teman seperjuangan IE angkatan 2013 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga kita bisa menjadi manusia yang bermanfaat di masa yang akan datang. Aaamiin.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu kritik, saran sangat diperlukan untuk kedalaman karya tulis dengan topik ini.

Yogyakarta, 01 Januari 2017


(9)

viii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN ... .. iii

HALAMAN PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN MOTIVASI ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERSEMBAHAN ... Error! Bookmark not defined. INTISARI ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi BAB 1 PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A.Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. B. Batasan Masalah ... Error! Bookmark not defined. C. Rumusan Masalah Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D.Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. A.Landasan Teori ... Error! Bookmark not defined. 1.Sentra ... Error! Bookmark not defined.


(10)

ix

5. Modal ... Error! Bookmark not defined. 6. Sumber Daya Manusia ... Error! Bookmark not defined. B. Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not defined. C. Model Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. A.Obyek dan Subyek Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1.Obyek Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 2.Subyek Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Jenis Data ... Error! Bookmark not defined. C. Tehnik Pengambilan Data ... Error! Bookmark not defined. D. Tehnik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. E. Jenis Penelitian ... Error! Bookmark not defined. F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... Error! Bookmark not

defined.

1.Definisi variabel penelitian ... Error! Bookmark not defined. 2.Definisi Alat Analisis ... Error! Bookmark not defined. BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN ... 47 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined. BAB VI SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN Error! Bookmark not defined.

A.Simpulan ... Error! Bookmark not defined. B. Saran ... Error! Bookmark not defined.


(11)

x

C.Keterbatasan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

I.1 Persebaran Industri Kerajinan Anyaman Rotan di Indonesia ... 4

I.2 Rekapitulasi Perkembangan IKM Kabupaten Majalengka 2010-2014 ... 5

2.1 Penelitian Terdahulu ... 22

3.1 Matriks IFAS ... 34

3.2 Matriks EFAS ... 36

3.3 Matriks QSPM ... 44

3.4 Identifikasi Produk PLC ... 45

4.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Majalengka ... 48

4.2 Jumlah IKM Kabupaten Majalengka 2015 ... 49

5.1 Pengusaha Kerajinan Anyaman Rotan Desa Leuwilaja Kabupaten Majalengka ... 53

5.2 Pengusaha Kerajinan Anyaman Rota Desa Mindi Kabupaten Majalengka ... 56

5.3 Matriks Faktor Internal dan Faktor Eksternal Sentra Industri Kerajinan Anyaman Rotan ... 66

5.4 Analisis Faktor Strategi Internal sentra Indusri Kerajinan Anyaman Rotan ... 68

5.5 Analisis Faktor Strategi Eksternal Sentra Industri Kerajinan Anyaman Rotan ... 70

5.6 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Faktor Internal Dan Faktor Eksternal ... 72

5.7 Matriks SWOT Faktor Internal dan Faktor Eksternal Sentra Industri Kerajinan Anyaman Rotan ... 78 5.8 QSPM Sentra industri Kerajinan Anyaman Rotan


(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

2.1 Model Penelitian ... 28

3.1 Kerangka Kerja Analisis Perumusan Strategi……… 33

3.2Diagram Analisis SWOT ... 38

3.3 Matriks SWOT ... 40

3.4 Matriks IE ... 41

3.5 Empat Tahap PLC ... 46

5.1 Jenis Kelamin Pengusaha KerajinanAnyaman Rotan di Desa Mindi dan Desa Leuwilaja ... 58

5.2 Usia Para Pengusaha Kerajinan Anyaman Rotan di Desa Mindi dan Leuwilaja ... 58

5.3 Tingkat Pendidikan Pengusaha Kerajinan Anyaman Rotan ... 59

5.4 Pendapatan Pengusaha Kerajinan Anyaman Rotan ... 60

5.5 Analisis SWOT Sentra Industri Kerajinan Anyaman Rotan ... 73

5.6 Matriks Internal-Eksternal ... 82


(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Telah Melaksanakan Penelitian Lampiran 2. Pedoman Wawancara Penelitian Lampiran 3. Kuesioner Peneltian

Lampiran 4. Hasil Olah Data Penelitian Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian


(14)

(15)

(16)

vii INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi bersaing industri kerajinan anyaman rotan di Kabupaten Majalengka di tengah menghadai MEA dan ACFTA. Subjek dalam penelitian ini adalah pengusaha kerajinan anyaman rotan skala menengah dan skala atas yang ada di industri kerajinan anyaman rotan di Kabupaten Majalengka. Dalam penelitian ini menggunakan tehnik populasi sebanyak 46 responden berada di wilayah Desa Leuwilaja dan 20 responden berada di wilaya Desa Mindi Kabupaten Majalengka. Alat analisis yang digunakan adalah Metode analisis SWOT, analisis QSPM dan analisis PLC.

Bedasarkan metode analisis SWOT, diperoleh bahwa sentra industri kerajinan anyaman rotan di Kabupaten Majalengka memasuki kuadran 1 yang artinya memanfaatkan semaksimal mungkin kekuatan dan peluang yang ada, yang kedua bedasarkan matriks IE sentra indusri kerajinan anyaman rotan masuk dalam posisi kelas V dengan strategi pengembangan produk, perluasan pasar, joint venture, serta meningkatkan pelayanan dan ketiga hasil metode analisis QSPM menunjukkan bahwa strategi yang harus dilakukan oleh sentra industri kerajinan anyaman rotan adalah pengembangan produk. Sementra daur hidup sentra industri kerajinan anyaman rotan memasuki fase penurunan bedasarkan metode analisis PLC.


(17)

viii ABSTRACT

The purpose of this study was to analyze the competing strategies of rattan wicker craft industry in Majalengka in facing MEA and ACFTA. The subject of this study was medium scale and top scale rattan wicker craft industries in Majalengka. As population 46 respondends were from Leuwilaja, and 20 respondents were from Mindi village. Analysis tools were used for this study were SWOT analysis method ,QSPM and PLC analysis method.

According in to SWOT analysis method, the industrial center of rattan in Majalengka categorized in quadrant 1, whinch means they tend to utilize their strengths and opportunities they possible. Futhermore according have to the matrix of IE, the rattan wicker craft industry categorized in point V with product development strategy, market expansion, joint venture and service improvement. Based on the result of QSPM analysis method it showed that product development strategy should carried out by the craft industries. And the lifecycle of wicker craft industries was in decline phase according to PLC analysis method.


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan di Indonesia dapat ditunjang oleh beberapa faktor salah satunya peningkatan tenaga kerja melalui sektor ketenagakerjaan yang meliputi Industri Kecil Menengah (IKM). Sektor industri di Indonesia merupakan sektor yang berperan secara andil di ranah perekonomian. Bedasarkan salah satu teori

Perroux yang dikenal dengan istilah teori pembangunan (pale of growth) yaitu:

“Dalam proses pembangunan akan timbul industri unggulan (L’idustrie matrice) yang merupakan industri penggerak utama dalam pembangunan suatu daerah. Karena keterlibatan antar industri sangat erat, maka perkembangan industri unggulan di suatu daerah akan mempengaruhi perkembangan indusri lain yang berkaitan erat dengan industri unggulan tersebut” (Arsyad, 1999).

IKM yang terdiri dari berbagai kelompok memiliki potensi sebagai penggerak roda perekonomian, karena berdampak begitu besar terhadap ekonomi, diantaranya menambah nilai guna barang. Peranan IKM yang sangat besar, memberikan penjabaran bahwa IKM yang terdiri berbagai sektor harus dapat dikembangkan secara signifikan dikarenakan memberikan kontribusi yang positif di ranah perekonomian. IKM memiliki fungsi yang sangat penting bagi negara berkembang, dikarenakan terdapatnya peran teknologi padat karya yang membuat peluang penyerapan tenaga kerja kerja lebih tinggi (Yenida, 2012).


(19)

2

Sementara itu, industri kreatif saat ini telah ramai diperbincangkan. Munculnya istilah industri kreatif telah menjadikan negara-negara di setiap benua berkontribusi mengembangkan potensi kreatifitasnya. Industri kreatif telah dijadikan sebagai gelombang ekonomi keempat setelah era ekonomi reformasi (Putra dkk, 2013).

Indonesia merupakan salah satu negara yang dapat mengembangkan industri kreatif. Dilihat dari pertumbuhan ekonomi kreatif di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 5,76% atau lebih tinggi dari dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,74 % (www. Kemenperin.go.id). Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya alam, budaya serta kearifan lokal yang melimpah. Hal itu dapat dijadikan sebagai modal utama pengembangan industri kreatif, karena pada dasarnya industri kreatif tidak saja diawali dengan penciptaan nilai tambah secara ekonomi namun juga melibatkan sosial, budaya dan lingkungan (Romarina, 2016).

Kementrian Perdagangan Indonesia, telah mengklasifikasikan 14 sektor industri kreatif yaitu, periklanan, arsitektur, pasar seni dan barang antik,

kerajinan, desain, fesyen, video film dan fotografi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan komputer dan piranti lunak, televisi dan radio, riset dan pengembangan. Studi pemetaan industri kreatif menyebutkan bahwa industri kreatif mampu memberikan kontribusi strategis dalam perekonomian skala nasional (Agustina dkk, 2013).

Pasar global Asean China Free Trade Area Agrement (ACFTA) telah diberlakukan sejak bulan Januari tahun 2010 dan Masyarakat Ekonomi Asean


(20)

(MEA) telah diberlakukan sejak Januari 2016. Adanya MEA dan ACFTA menimbulkan tantangan persaingan produk domestik dengan produk luar Indonesia. Meskipun demikian, pasar global dapat dijadikan sebagai peluang bagi perindustrian Indonesia untuk memperkenalkan produk domestik terhadap pihak luar. Terlebih lagi dengan mulai mencuatnya industri kreatif salah satunya subsektor kerajinan yang dapat memanfaatkan kekayaan sumber daya alam di Indonesia yang tidak dimiliki oleh negara lain, menjadikan produk-produk kreatif buatan Indonesia mampu berdaya saing dan dapat menarik minat masyarakat asing. Indonesia memiliki beraneka ragam kekayaan alam yang dapat dijadikan sebagai kreatifitas dintaranya adalah bahan baku rotan dan bambu. Kedua bahan tersebut merupakan bahan natural bernilai ekonomis yang dapat di desain menjadi beberapa produk baik kerajinan maupun funiture.

Industri rotan merupakan salah satu inustri yang berdaya saing. Selain industri rotan memanfaatkan sumber daya alam Indonesia, industri rotan memanfaatkan talenta budaya setempat (Konitat, 2015). Indonesia merupakan negara pertama pengeskpor rotan paling besar di dunia dengan nilai ekspor mencapai 104,992 US Dollar atau senilai dengan 1.393.456,87 rupiah yang terdiri 37, 259 ton berbagai produk berbahan rotan pada tahun 2015 mengalahkan negara China, Italia, Viet Nam, Spanyol, dan Belgia. Sementara negara pengimpor rotan Indonesia terbesar tahun 2016 diantaranya, Amerika Serikat sebesar 5.935 ton, Jepang 2.668 ton, Jerman 3.226 ton, Belanda 3.772 ton, Inggris 2.187 ton, Australia 995 ton, Korea 1.336 ton, Belgia 991 ton, China 282 ton dan Malaysia 175 ton (www.kemendag.go.id). Hal ini membuktikan bahwa Indonesia adalah


(21)

4

negara yang memumpuni dari segi bahan baku rotan. Sementara itu, industri rotan baik pengusaha tingkat atas atau eksportir dan skala menengah kebawah tersebar di beberapa wilayah Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat bedasarkan tabel dibawah sebagai berikut:

Tabel 1.1

Persebaran Industri Kerajinan Anyaman Rotan di Indonesia

Sumber: Kemendag RI, 2010

Bedasarkan tabel 1.1 diatas jumlah industri rotan di Indonesia sebanyak 584 industri, Jawa Barat menempati posisi pertama wilayah yang memiliki industri rotan terbanyak dibandingkan dengan wilayah lainnya di Indonesia. Jumlah

No Provinsi Jumlah

Industri Presentase

1 Aceh 3 0,5%

2 Sumatra Utara 14 2,4%

3 Sumatra Barat 16 2,7%

4 Sumatra Selatan 2 0,3%

5 Riau 8 1,4%

6 Jambi 2 0,3%

7 Bengkulu 1 1,2%

8 Lampung 4 0,7%

9 DKI Jakarta 28 4,8%

10 Jawa Barat 169 28,9%

11 Jawa Tengah 7 1,2%

12 D.I Yogyakarta 2 0,3%

13 Jawa Timur 96 16,4%

14 Bali 1 0,2%

15 Kalimantan Barat 7 1,2%

16 Kalimantan Tengah 17 2,9%

17 Kalimantan Selatan 55 9,4%

18. Kalimantan Timur 8 1.4%

19. Sulawesi Utara 24 4,1%

20. Sulawesi Tengah 54 9,2%

21 Sulawesi Selatan 30 5,1%

22. Sulawesi Tenggara 27 4,6%

23. NTT 8 1,4%

24. Maluku 1 0,2%


(22)

industri kerajinan anyaman rotan di Jawa Barat sebanyak 169 industri dengan total nilai presentase 28,9%. Data diatas membuktikan bahwa wilayah Jawa Barat berpontensial dalam bidang industri kreatif kelompok kerajinan yang terbuat dari sumber daya alam berupa rotan.

Kabupaten Majalengka merupakan salah satu wilayah dengan jumlah IKM yang mengalami rata-rata perkembangan setiap tahunnya. Berikut ini adalah data rekapitulasi perkembangan IKM di Kabupaten Majalengka dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014

Tabel 1. 2

Perkembangan IKM Kabupaten Majalengka Tahun 2011-2014

No Tahun Jumlah

Unit Usaha

Pertumbuhan (%)

1 2011 9.462 1,05%

2 2012 9.463 5,8%

3 2013 9.699 -3 ,6%

4 2014 9.348 0.05%

Sumber: Data Primer, Diolah

Tabel diatas menggambarkan IKM di Kabupaten Majalengka periode 2011 sampai dengan 2014 dengan mengalami peningkatan dan penurunan jumlah unit usaha. Menjelang tahun 2012, jumlah industri yang terdiri dari 5 kategori IKM di Kabupaten Majalengka, mengalami perkembangan sebesar 1,05% dari tahun 2011. Sama halnya menjelang tahun 2013 terdapatnya kenaikan jumlah unit usaha dengan total perkembangan 5,8%. Menjelang tahun 2014 jumlah unit usaha yang berada di kawasan Kabupaten Majalengka mengalami penurunan yang ditandai dengan menurunnya jumlah unit usaha sebesar 9.699 pada tahun 2013 menjadi 9.348 dengan perkembangan -3,6% menjelang tahun 2014.


(23)

6

Terdapat lima kategori industri berada di kawasan Kabupaten Majalengka diantaranya industri pengolahan pangan, industri sandang dan kulit, industri kimia dan bahan bangunan, industri logam dan elektronika. Dan terakhir terdapat industri kerajinan. Perkembangan industri di Majalengka mampu meningkatkan penyerapan tenaga kerja yang nantinya dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka. Pengembangan industri di wilayah ini sudah tidak dapat dielakkan lagi, mengingat dikarenakan pada dasarnya pengembangan industri salah satunya industri kreatif di Majalengka akan berdampak pada penanggulangan kemiskinan yang dimulai dari peningkatan kesempatan kerja bagi masyarakat, peningkatan pendapatan masyarakat dan pada akhirnya terjadi peningkatan pendapatan daerah di wilayah Majalengka itu sendiri.

Kabupaten Majalengka adalah wilayah yang memiliki sumber daya yang berlimpah, baik dari sumber daya alam, sumber daya manusia, maupun sumberdaya keterampilan dan teknologi. Wilayah ini berpotensial untuk mengembangkan sarana industri kreatif karena terdiri dari sub sektor industri kreatif salah satunya industri kecil menengah kerajinan. Sentra industri anyaman, merupakan salah satu industri kreatif yang ada di wilayah Kabupaten Majalengka. Bedasarkan data disperindag tahun 2015, Kabupaten Majalengka memiliki jumlah unit usaha kerajinan sebesar 2.186 unit usaha dengan 5.360 tenaga kerja. Hal ini membuktikan bahwa industri kerajinan mampu menyerap banyak tenaga kerja sehingga dapat mengurangi penggangguran. Menjadikan sumber daya alam yang tidak bernilai menjadi bernilai adalah salah satu hal


(24)

positif dikembangkannya potensi budaya kreatif anyaman rotan ditengah telah berlakunya pasar global MEA dan ACFTA.

Desa Leuwilaja Kecamatan Sindangwangi dan Desa Mindi Kecamatan Leuwimunding merupakan dua desa di Kabupaten Majalengka dengan potensi industri kreatif kerajinan salah satunya anyaman rotan. Bahan baku rotan yang dapat dijadikan berbagai macam bentuk kreatifitas seperti furniture, dan hiasan seperti pot rotan, tempat buah, cemin, dan lain-lain. Anyaman yang rapih serta sumber daya manusia yang banyak dan terampil membuat kerajinan anyaman rotan menjadi daya tarik bagi masyarakat baik di dalam skala nasional maupun masyarakat asing. Perlunya pengembangan industri kreatif di kedua kawasan ini, dikarenakan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka dilihat telah diminatinya industri kreatif yang terdiri dari 14 subsektor, salah satunya kerajinan yang terbuat dari bahan alami. Pengembangan serta peningkatan daya saing industri kreatif kerajinan anyaman rotan memerlukan beberapa kajian perumusan strategi yang nantinya dapat meningkatkan daya saing dalam menghadapi pasar global yang tengah berlangsung.

Oleh karena itu, didalam penelitian ini, penulis mengambil judul “Strategi Bersaing Industri Kerajinan Anyaman Rotan Di Kabupaten Majalengka Jawa Barat “


(25)

8

B. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini permasalahan yang akan diteliti hanya dilakukan di Sentra Industri Kerajinan Anyaman Rotan Desa Leuwilaja Kecamatan Sindangwangi dan Desa Mindi Kecamatan Leuwimunding Kabupaten Majalengka Jawa Barat dengan subjek penelitian pengusaha kerajinan anyaman rotan.

C. Rumusan Masalah Penelitian

1.Bagaimana profil industri kerajinan anyaman rotan di Kabupaten Majalengka?

2.Apa strategi yang dilakukan oleh para produsen kerajinan anyaman rotan Kabupaten Majalengka, agar dapat bersaing di tengah pasar gobal MEA dan ACFTA?

D. Tujuan Penelitian

1.Untuk mengetahui profil industri kreatif kerajinan anyaman rotan di Kabupaten Majalengka

2.Untuk merumuskan strategi yang tepat bagi para pengusaha industri kreatif anyaman rotan di Kabupaten Majalengka.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis.

1.Manfaat Teoritis a.Bagi Penulis


(26)

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis mengenai strategi industri.

b.Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber referensi, apabila tertarik ingin meneliti industri kreatif kerajinan di wilayah lainnya. 2.Manfaat Praktis

a.Bagi Pemerintah Daerah

Sebagai bahan pertimbangan pemerintah Kabupaten Majalengka, untuk dapat memperhatikan subsektor kerajinan anyaman rotan dilihat dari segi permodalan, bahan baku dan sumber daya manusia.

b.Bagi Pengusaha Kerajinan Anyaman Rotan

Dengan penelitian ini, pengusaha kerajinan anyaman rotan di Sentra Industri Kabupaten Majalengka dapat mengetahui strategi bersaing kerajinan anyaman rotan ditengah menghadadapi MEA dan ACFTA


(27)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A.Landasan Teori

1. Sentra

Sentra IKM merupakan salah satu wadah pemusatan industri kecil dan menengah yang menghasilkan produk sejenis, menggunakan input, serta adanya proses produksi yang sama dan dilengkapi fasilitas berupa sarana penunjang, yang dirancang sebagai pengembangan potensi industri daerah (www. kemeperin.go.id).

2. Konsep Industri

Industri kecil menengah merupakan merupakan suatu usaha yang memiliki fungsi dasar utama memperkuat struktur perekonomian, dilihat IKM juga memiliki pengaruh yang besar terhadap permasalahan yang berkaitan dengan sosial ekonomi dalam negeri seperti halnya kemiskinan, tingginya masalah pengangguran, ketimpangan distribusi pendapatan (Lestari,2012). Bedasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 3 Tahun 2014 tentang perindustrian, industri merupakan bentuk seluruh kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jenis industri.

Industri merupakan sekelompok perusahaan yang menghasilkan output yang sama dan bersifat subtitusi (Kuncoro, 2007). Industri dapat diartikan sebagai sekumpulan perusahaan sejenis, yang didalamnya terdapat


(28)

pengolahan input mentah menjadi output setengah jadi atau output yang jadi secara seutuhnya (Dumairy, 1997). Menurut Hayter dalam Kuncoro (2013). Terdapatnya beberapa teori yang menggambarkan hal-hal yang mempengaruhi lokasi industri diantaranya:

1. Teori Neoklasik

Teori ini merupakan suatu teori yang cuku mapan dalam ekonomi sebagai landasan teori pembangunan regional dan lokasi. Kharakteristik utama penganut teori ini yaitu, fokus pada variabel ekonomi seperti halnya biaya transport, biaya tenaga kerja, dengan mengabaikan proses sejarah, ekonomi, politik, maupun sosial, menganalisis faktor ekonomi secara abstrak maupun deduktif untuk menarik kearah mana industri berlokasi, memiliki asumsi bahwa hukum-hukum ekonomi berlaku secara umum dan bedasarkan rasionalitas ekonomi yang mengarahkan perilaku.

2. Teori Keperilakuan

Teori ini mencoba memasukan isu preferensi lokasi dan struktur organisasi dalam menjelaskan suatu lokasi. Kharkteristik utama teori ini adalah para pengambil kebijakan ini dicirikan sebagai pemuas (satisfier), karena memiliki informasi dan rasionalitas secara terbatas.

3. Teori radikal

Merupakan teori yang menentang teori Neoklasik dan mengatakan bahwa proses persaingan tidak menjamin hasil sosial yang diinginkan karena menciptakan persaingan tidak sehat dan tidak stabil. Kharakteristik


(29)

12

utama teori ini adalah harus menguasainya kondisi politik dan ekonomi dalam menentukn lokasi industri.

a.Klaster industri

Klaster industri merupakan aktivitas produksi yang umumnya berfokus pada satu atau dua industri, klaster ini merupakan perkumpulan perusahaan disuatu wilayah yang menggeluti suatu bidang yang sama, kemudian saling mendukung dalam situasi persaingan. (Kuncoro, 2007). Porter mengemukakan bahwa kluster industri merupakan sekelompok perusahaan yang saling berhubungan terkait suatu bidang dan sama-sama saling melengkapi. Ciri- ciri klaster meliputi ( Haris, 2014) :

1. Komonalitas/Keserupaan/Kebersamaan/Kesatuan(Comonality), yang dimana sifat dari bisnis tersebut sama dan saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

2. Konsentrasi (Concetration), terdapatnya sekelompok bisnis yang sudah terkonsentrasi serta melakukan proses interaksi

3. Konektivitas (Connectivity), terdapatnya organisasi yang saling terkait, dengan bermacam-macam bisnis yang berbeda dan bersifat menggantungkan.

b. Pengelompokan Industri

Industri dapat dikelompokan melalui beberapa pendekatan. Indonesia mengelompokkan industri bedasarkan beberapa hal diantaranya komoditas, skala dan hubungan arus produk dari industri tersebut (Dumairy, 1997)


(30)

Macam-macam industri di Indonesia dilihat bedasakan kondisi di wilayah negara itu, tingkat teknologi dan tingkat perkembangan daerah. Lendo (2014) mengemukakan, Industri dapat diklasifikasikan sebagai industri bedasarkan bahan baku yang terdiri dari, industri ekstraktif yaitu industri yang bahan bakunya berasal dari alam misalnya industri pertanian, industri nonekstraktif, yang merupakan industri bersifat pengolahan sepertri industri kain, industri fasilitatif yang merupakan industri jasa, kemudian industri bedasarkan tenaga kerja misalnya industri rumah tangga (merupakan industri yang menggunakan tenaga kerja sedikit dengan modal yang tidak besar), industri kecil (industri yang jumlah tenaga kerjanya 5-19 orang), industri sedang (industri yang memiliki modal cukup besar berjumlah tenaga kerja 20-99 orang) dan industri besar (merupakan industri yang menggunakan modal besar dan memiliki tenaga kerja lebih dari 100 orang)

c. Industri Kreatif

Howkins (2013) mengemukakan bahwa produk kreatif adalah barang ekonomi, layanan, atau pengalaman yang dihasilkan dari nilai kreativitas. Sedangkan ekonomi kreatif merupakan seuatu sistesm produksi, baik penggunaan mapun pertukaran produk yang memiliki nilai kreatif. Industri kreatif telah dicanangkan oleh pemerintah sejak tahun 2009. Industri ini diyakini mampu menggerakaan sektor riil ditengah melambatnya perekonomian pasca krisis global. Melalui inpres pada tahun 2009 menunjukan bahwa pemerintah pusat maupun pemerintah


(31)

14

daerah dapat turut mendukung perkembangan ekonomi yang berlandaskan kreatifitas dan keterampilan bakat individu tersebut (Wicaksono dan Nuvriasari, 2012).

Industri kreatif merupakan sekelompok unit usaha yang memanfaatkan daya kreatifitas dan keterampilan dari golongan individu dengan tujuan menciptakan lapangan pekerjaan. Pemerintah Indonesia mengklasifikasikan 14 subsektor yang termasuk kedalam industri kreatif diantaranya (Kementrian Perdagangan, 2008):

1. Periklanan

Merupakan sektor kreatif yang berkaitan dengan proses kreasi, produksi, distribusi iklan yang dihasilkan.contohnya iklan yang berada di media elektronik televisi dan radio maupun cetak seperti surat kabar, majalah, dan koran.

2. Arsitektur

Merupakan sektor kreatif yang berkaitan dengan jasa desain yang meliputi wilayah pembangunan, misalnya perencanaan tata kelola taman dan desain interior.

3. Pasar barang seni

Merupakan sektor kreatif yang berkaitan dengan penjualan barang-barang yang memiliki nilai estetika, ciri khas dan memiliki daya nilai jual yang tinggi, arena tersebut meliputi pasar, swalayan dan internet. Alat yang diperjual belikan bisa seperti hiasan yang terbuat dari natural fiber, batu dan lainnya.


(32)

4. Kerajinan

Merupakan sektor kreatif yang melibatkan pengrajin yang memiliki daya kreatifitas tinggi dalam menghasilkan produk kerajinan yang unik dan menarik. Bahan-bahan dalam pembentukkan kerajinan sangat beraneka ragam seperti halnya batu, serat alam, rotan, bambu, kayu dan bahan logam (emas, perak, tembaga, perunggu).

5. Desain

Merupakan sektor kreatif yang berkaitan dengan kreasi bermacam-macam kreasi desain, pemasaran dan pengepakkan. 6. Fesyen

Merupakan sektor kreatif yang berhubungan dengan kreasi desain pakaian, dan hal-hal lain yang bersangkutan dengan fesyen. 7. Video, Film dan Fotografi

Merupakan sektor kreatif yang berkitan dengan kreasi pembuatan film, foto dan, video, penulisan script.

8. Permainan Interaktif

Merupakan sektor kreatif yang berkaitan dengan kreativitas pembuatan sampai dengan penyaluran permainan media elektronik yang memanfaatkan komputer dan video untuk tujuan menghibur dan berhubungan dengan edukasi.


(33)

16

9. Musik

Merupakan sektor kreatif yang berkaitan dengan musik seperti halnya pembuatan lagu, rekaman suara.

10.Seni pertunjukan

Merupakan sektor kreatif yang berhubungan pertunjukan yang berkaitan dengan seni misalnya teater.

11.Penerbitan dan Percetakan

Merupakan sektor kreatif yang berkaitan dengan berbagai bidang kepenulisan seperti halnya penerbitan buku, novel, jurnal dan majalah.

12. Layanan komputer dan piranti lunak

Merupakan sektor kreatif yang berkaitan dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer. 13.Televisi dan radio

Merupakan sektor kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi produksi dan acara televisi seperti halnya games, kuis reality shows infotaiment.

14.Riset dan pengembangan

Merupakan sektor kreatif yang berkaitan dengan usaha inovatif dengan cara menemukan penemuan teknologi dan diterapkannayan penemuan tersebut perbaikan dan modifikasi produk yang nantinya berhubungan dengan bidang pemasaran.


(34)

3.Konsep Strategi

Strategi adalah tujuan jangka panjang suatu perusahaan, yang memiliki keterkaitan dengan program, dan pengalokasian sumber daya (Chandler, 1962 dalam Rangkuti, 2015).

a.Tipe-tipe strategi

Menurut Rangkuti, (2014). Pada prinsipnya strategi dapat dikelompokan bedasarkan tiga tipe strategi, yaitu:

1.Strategi manajemen

Merupakan strategi yang orientasi pengembangan strateginya bersifat makro dapat dilakukan oleh manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro. Contohnya strategi pengembangan produk, strategi penetapan harga, strategi akuisisi, strategi pengembangan pasar.

2. Strategi Investasi

Merupakan strategi yang berhubungan dengan investasi, seperti pilihan pengusaha untuk melakukan penetrasi pasar, strategi bertahan atau lainnya.

3. Strategi Bisnis

Merupakan Strategi yang berhubungan dengan kegiatan orientasi manajemen seperti halnya strategi pemasaran, strategi produksi, strategi organisasi. Dalam suatu perusahaan terdapat tiga strategi diataranya, (Hayes dan Wheelwright, 1984 dalam Tjiptono, 2008)


(35)

18

Merupakan suatu strategi yang dirumuskan untuk mengatur kegiatan operasi bisnis, untuk organisasi bisnis yang memiliki unit bisnis lebih dari satu.

2.Strategi level unit bisnis

Merupakan strategi yang diarahkan pada kegiatan bisnis tertentu.

3.Strategi level fungsional

Merupakan strategi kerangka dalam fungsi manajemen yang berfungsi mendukung unit bisnis.

4. Produksi

Produksi merupakan aktivitas penghasil output. Faktor-faktor produksi dapat dibedakan menjadi empat golongan yaitu tanah, tenaga kerja, modal, dan keahlian kewirausahaan yang dilihat melalui fungsi produksi Cobb-Douglass adalah sebagai berikut (Budi dan Parajanti, 2011):

Q =� 1−

Dimana :

Q = Tingkat produksi K = jumlah stok modal L = jumlah tenga kerja

= pertambahan output yang diciptakan oleh pertambahan satu unit produk

= pertambahan output yang diciptakan oleh satu unit pertambahan tenaga kerja.


(36)

Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi dibagi menjadi dua jenis (Tri Basuki & Prawoto, 2014) :

a.Faktor produksi tetap (Fixed factor of production),

Merupakan faktor produksi yang tidak akan habis dan tidak dipengaruhi oleh kuantitas produk yang dihasilkan misalnya seperti bangunan, tanah. b.Faktor produksi variabel (Variabel factor of production),

Merupakan faktor produksi yang sifatnya mudah habis, serta besar pemakainaanya sangat berkaitan dengan kuantitas produk yang dihasilkan misalnya bahan baku.

5.Modal

Dalam arti sempit modal merupakan sejumlah nilai uang yang memiliki kegunaan untuk membelanjai semua keperluan usaha. Sedangkan dalam arti luas modal memiliki definisi benda-benda seperti tanah, gedung, mesin-mesin, alat-alat perkakas dan barang produktif yang dipergunakan untuk kegiatan usaha (Sriyadi, 1991). Modal dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu (Sriyadi, 1991) :

a.Modal Tetap (Fixed capital),

Modal tetap memiliki pengertian, semua benda-benda modal yang dipergunakan dalam waktu yang lama bersifat jangka lama dan bersifat terus menerus yang digunakan untuk kegiatan produksi, seperti tanah, gedung, mesin alat-alat perkakas lain dan sebagainya.


(37)

20

b. Modal Bekerja (working capital)

Modal bekerja memiliki pengertian, yakni modal yang dipergunakan untuk mendapatkan operasi perusahaan seperti bahan pembelian dasar dan bahan habis pakai, membiayai upah dan gaji, membiayai pengiriman dan trasportasi, biaya penjualan reklame dan sebagainya. Menurut Riyanto (1999) modal terdiri dari dua bagian yakni:

1.Modal Asing

Modal asing merupakan suatu modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan dan bagi

perusahaan yang bersangkutan. Modal tersebut merupakan utang yang pada saatnya harus dibayarkan kembali. Modal asing terdiri dari tiga macam:

a) Modal asing atau utang jangka pendek merupakan modal yang paling jangka waktunya selama setahun.

b) Modal asing atau utang jangka menengah yaitu modal asing yang jangka waktunya antara 1 tahun sampai dengan 10 tahun.

c) Modal asing jangka panjang, yaitu merupakan modal asing yang jangka waktunya lebih dari 10 tahun.

2. Modal Sendiri

Modal sendiri memiliki pengertian, merupakan suatu modal yang tertanam di dalam perusahaan untuk jejak waktu yang tidak tentu lamanya. Modal sendiri terbagi menjadi dua bagian:


(38)

Merupakan modal yang dihasilkan dari keuntungan perusahaan. b) Modal Ekstern

Merupakan modal yang berasal dari pemilik perusahaan. 6. Sumber Daya Manusia

Pembangunan tidak hanya dilihat dari aspek pertumbuhan ekonomi saja, melainkan dilihat dari pengembangan sumber daya manusia yang bersifat terampil juga sangat diperlukan mengingat industri tidak terlepas dari kepemilikan SDM yang memiliki daya kreatifitas sebagai penggerak industri sehingga menghasilkan produk yang memilki daya saing. Bedasarkan Undang-undang no. 13 ketenagakerjaan, tenaga kerja merupakan setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun kebutuhan masyarakat (Kemenperin.go.id). Pengembangan SDM merupakan usaha yang dipergunakan untuk peningkatan skill dan moral manusia yang dapat dilakukan dengan pendidikan dan pelatihan (Hasibuan, 2007). Terdapatnya kebijakan pokok dalam upaya peningkatan kualitas hidup sumber daya manusia (Mulyadi, 2014) diantaranya :

a.Peningkatan kualitas fisik individu (Individual Fisycal Quality), hal ini meliputi jasmani, rohani, motivasi gizi sandang dan pemukiman yang sehat. b.Peningkatan kualitas keterampilan, untuk menghasilkan sumber daya yang

produktif.

c.Peningkatan kualitas sumber daya dalam bidang pengetahuan dan teknologi serta berwawasan lingkungan.


(39)

22

d.Peningkatan pranata serta adanya penetapan hukum yang meliputi kelembagaan, perangkat dan aparat, dan kepastin hukum.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahuludapat memuat berbagai penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain baik dalam bentuk jurnal, skripsi, dan tesis. Penelitian yang ada mendasar pada pemikiran penulis untuk dapat menyelesaikan penyusunan skripsi. Adapun penelitianya sebagai berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Penulis, Tahun,

Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Peneltian Perbedaan 1. Ayie Eva Yuliana,

2013, Strategi Pengembangan Industri Kecil

Kerajinan Genteng di Kabupaten Kebumen

SWOT, Matriks IE

Kekuatan utama

industri adalah

kualitas produknya.

Kelemahan utama

adalah sulitnya

menambah modal

kerja.

Peluangnya adalah perkembangan

teknologi yang

semakin modern sementara ancaman

utamanya adalah

regenerasi tenaga kerja produktif sulit, perumusan

alternatif strategi dengan

menggunakan matriks IE, SWOT

Objek penelitian, lokasi penelitian, metode QSPM

dan PLC

(Product Life


(40)

Lanjutan Tabel 2.1 2. Barkah Fitriadi,

Soekarto, Sunarti, 2013, Strategi Bersaing: Suatu Kajian Perumusan

Guna Meraih

Keunggulan Kompetitif (Studi pada P.T Ongkowidjojo, Malang) Metode analisis struktural industri, analisis EFAS, analisis IFAS, Analisis SWOT, Matrik Internal Eksternal, Matrik Grand Strategi.

Menerapkan strategi bertahan dengan strategi

biaya rendah

dalam kebijakan bersaingnya, yang berkonsentrasi

pada perbaikan

sumber daya alam dan

penyempurnaan

produk, serta

mempertahankan citra dari produk dan

menjadikannya basis pemasaran yang lekat dan kuat di kawasan Madura

dibandingkan produk yang lain

Objek penelitian, lokasi penelitian, menggunakan

metode analisis

QSPM dan PLC

(Product Life

Cycle)

3. Fitri Agustina, Nuzullis Lailatul Kamalia, 2012, Perumusan Strategi Pengembangan Produk Kurma Salak bedasarkan Analisis Product

Life Cycle (PLC)

dan SWOT

Metode Analisis SWOT, PLC, dan QSPM

Hasil QSPM Menunjukan strategi tertinggi adalah strategi 1 (S1) dengan nilai TAS 3,40 yaitu memperluas daerah pemasaran. pengesahan

copyright ,

mencantumkan tanggal expired. Bedasarkan

Product Life Cycle

(PLC), masuk

kedalam fase

growth

Objek penelitian, lokasi penelitian, metode SWOT dan QSPM


(41)

24

Lanjutan Tabel 2.1

4. Hanny Ayu Dianiffa, 2015, Strategi Pengembangan Industri Mocaf di Kabupaten Gunung Kidul

Analisis SWOT

dan Analisis

Strategi Bersaing

Hasil analisis SWOT

menunjukan bahwa

dalam Industri Mocaf

Kabupaten Gunung

Kidul berada di posisi strategi pertumbuhan. Sedangkan analisis stretegi bersaing menunjukan tidak ada

pesaing dalam

industri Mocaf objek penelitian, lokasi penelitian, metode , SWOT dan QSPM , PLC

5. Jauhar Banriadi Munir, Hendang Setyo Rukmi, Abu Bakar, 2015, Strategi Pengembangan UMKM Tepung Mocaf CV Karunia Mahacita

Menggunakan Matriks Perumusan Strategi.

Matriks IFAS, EFAS, SWOT, QSPM

Meningkatkan produksi pada skala

yang ekonomis

sehingga menurunkan

biaya perunit,

meningkatkan

kualitas produk dan pelayanan konsumen. Objek penelitian, lokasi penelitian, metode SWOT dan QSPM , PLC

6. Tazkiyah Ainul Qolbi, 2015, Strategi Bersaing Pemasaran Produk Kerajinan Gerabah di Desa Wisata Kasongan Kabupaten Bantul dalam Menghadapi Masyarakat Ekonom Asean (MEA) Tahun 2015

Analisis SWOT dan PLC

Bedasarkan analisis

SWOT, Sentra

Kerajinan Gerabah Kasongan berada di kuadran satu yang

atinya memiliki

kuadran dan peluang. Sedangkan

bedasarkan hasil dari

PLC siklus daur

hidup produk berada

pada tahapan

maturity (kedewasaan). Objek penelitian, lokasi penelitian, metode SWOT dan QSPM


(42)

Yuliana (2013) dengan judul penelitian Strategi Pengembangan Industri Genteng di Kabupaten Kebumen, menggunakan analisis SWOT dan matriks IE, menghasilkan penelitian bahwa kekuatan utama industri genteng di Kabupaten Kebumen adalah kualitas dari produk genteng. Kelemahan utama adalah sulitnya menambah modal kerja, sedangkan peluangnya adalah perkembangan teknologi yang semakin modern, sementara ancaman utamanya adalah regenerasi tenaga kerja produktif sulit. Untuk perumusan alternatif strategi dengan menggunakan matriks IE, SWOT, dan kuadran SWOT dihasilkan strategi SO (Strenghts-Opprtunities) yaitu dengan pengembangan pasar dan adanya inovasi produk. Perbedaannya penulis ialah terdapat pada objek penelitian, lokasi penelitian dan peneliti menggunakan metode SWOT dan QSPM, kemudian mengukur daur hidup kerajinan anyaman rotan dengan menggunakan konsep PLC.

Fitriadi, dkk (2013) dengan judul penelitian Strategi Bersaing: Suatu Kajian Perumusan Strategi Pemasaran Guna Meraih Keunggulan Kompetitif Studi Pada PT. Ongkowidjojo, Malang, dengan menggunakan metode analisis struktural industri, analisis EFAS, analisis IFAS, analisis SWOT, matriks internal eksternal, matriks grand strategi. Hasil penelitian tersebut antara lain menerapkan strategi bertahan dengan strategi biaya rendah dalam kebijakan bersaingnya, yang berkonsentrasi pada perbaikan sumber daya alam dan penyempurnaan produk, serta mempertahankan citra dari produk dan menjadikannya basis pemasaran yang lekat dan kuat di kawasan Madura dibandingkan dengan produk-produk lain. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan saat ini adalah Objek penelitian, lokasi penelitian dan menggunakan metode analisis SWOT dan QSPM, PLC.


(43)

26

Agustina dan Kamalia (2012) yang berjudul Strategi Pengembangan Produk Kurma Salak Bedasarkan Analisis Product Life Cycle (PLC) dan SWOT. Menggunakan metode analisis SWOT dan QSPM, kemudian PLC. Penelitian tersebut menghasilkan strategi memperluas daerah pemasaran produk, meningkatkan produksi kurma salak dengan harga yang lebih ekonomis, menghadirkan produk kurma salak dengan berbagai kemasan, ukuran bobot sehingga bisa menyesuaikan dimana pembeli ingin mengkonsumsi kurma salak, melakukan peramalan permintaan konsumen untuk meminimalisir, produk yang dibuang karena kardaluarsa, Menjalin kerjasama dengan petani salak di daerah lain, mengembangkan tempat produksi kurma salak di daerah lain dan produk kurma salak didaftarkan ke dirjen hak kekayaan intelektual agar mendapatkan. Kemudian bedasarkan hasil QSPM strategi terendah yaitu melakukan peramalan konsumen sedangan strategi tertinggi adalah memperluas daerah pemasaran. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan saat ini adalah Objek penelitian, lokasi penelitian serta menggunakan matriks Internal Eksernal.

Dianiffa (2015) dengan judul Strategi Pengembangan Industri Mocaf di Kabupaten Gunung Kidul. Menggunakan metode analisis SWOT dan analisis strategi bersaing dengan mengasilkan strategi dalam Industri Mocaf Kabupaten Gunung Kidul berada di posisi strategi pertumbuhan. Sedangkan analisis strategi bersaing menunjukkan tidak ada pesaing dalam industri Mocaf. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan saat ini adalah Objek penelitian, lokasi penelitian dan menggunakan metode analisis SWOT dan QSPM, PLC.


(44)

Munir, dkk (2015) dengan judul penelitian Strategi Pengembangan UKM Tepung Mocaf CV Karunia Mahacipta menggunakan matriks perumusan strategi. Metode analisis yang digunakan adalah meningkatkan produksi pada skala yang ekonomis sehingga menurunkan biaya perunit, meningkatkan kualitas produk dan pelayanan konsumen, dan meningkatkan kegiatan promosi. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan saat ini adalah Objek penelitian, lokasi penelitian dan menggunakan metode analisis SWOT dan QSPM, PLC.

Qolbi (2015) dengan judul penelitian Strategi Bersaing Pemasaran Produk Kerajinan Gerabah di Desa Wisata Kasongan Kabupaten Bantul dalam Menghadapi Masyarakat Ekonom Asean (MEA) Tahun 2015. Hasil penelitian menujukan bahwa Sentra Kerajinan Gerabah Kasongan berada di kuadran satu yang atinya memiliki kuadran dan peluang. Sedangkan bedasarkan hasil dri PLC siklus daur hidup produk berada pada tahapan maturity (kedewasaan). Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan saat ini adalah Objek penelitian, lokasi penelitian dan menggunakan metode analisis SWOT dan QSPM, dan matriks internal eksternal


(45)

28

C. Model Penelitian

Gambar 2.1 Model Penelitian

Sentra Industri Kerajinan Anyaman Rotan di Kabupaten Majalengka

Faktor internal Kekuatan Kelemahan. Faktor eksternal Ancaman Peluang

Strategi Bersaing Sentra Industri Anyaman Rotan Di Kabupaten

Majalengka Jawa Barat

PLC

(Product Life

Cycle)

SWOT dan QSPM

Kajian Rumusan Strategi

Industri Kreatif Sub Sektor Kerajinan


(46)

29 BAB III

METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian

1.Obyek Penelitian

Lokasi penelitian ini di lakukan pada sentra indusri anyaman rotan di Kabupaten Majalengka yang terletak di Desa Leuwilaja dan Desa Mindi Kabupaten Majalengka.

2. Subyek Penelitian

Pengusaha anyaman rotan di Desa Leuwilaja dan Desa Mindi Kabupaten Majalengka

B. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, merupakan data kualitatif dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder diantaranya: 1.Data primer

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari responden, dengan tehnik kuesioner yang diberikan kepada produsen industri kerajinan anyaman rotan di Kabupaten Majalengka

2.Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berasal di peroleh dari beberapa instansi terkait yaitu Badan Pusat Statistik, dan Dinas


(47)

30

Perindustrian Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Majalengka Jawa Barat.

C Tehnik Pengambilan Data

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode populasi yang merupakan tehnik pengambilan subjek secara keseluruhan (Suharsimi, 1992). Pengambilan subjek dilakukan di wilayah Desa Leuwilaja Kecamatan Sindangwangi dan Desa Mindi Kecamatan Leuwimunding Kabupaten Majalengka.

D. Tehnik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang lengkap yang selanjutnya akan digunakan beberapa metode antara lain :

1. Observasi

Sutrisno dalam Sugiyono (2016) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

2. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai tehnik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal kecil dari respondennya sedikit atau kecil (Sugiyono, 2016).


(48)

3. Angket

Kuesioner merupakan tehnik pengumpulan data yang diakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2016).

4. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data melalui dokumen-dokumen tertulis seperti buku, majalah, dokumen dan notulen rapat (Suharsimi, 1992).

E. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan, merupakan penelitian survey menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian survey merupakan penelitian yang mengambil suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data.

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1.Definisi variabel penelitian

a. Faktor internal

Merupakan faktor-faktor yang berada di dalam sentra industri kerajinan anyaman rotan di Kabupaten Majalengka faktor ini terdiri dari kekuatan dan kelemahan sentra industri kerajinan anyaman rotan di Kabupaten Majalengka.

b. Faktor eksternal

Merupakan faktor-faktor yang berada di luar sentra indusri kerajinan anyaman rotan, faktor ini terdiri dari peluang dan ancaman sentra industri kerajinan anyaman rotan di Kabupaten Majalengka.


(49)

32

2.Definisi Alat Analisis a. Metode Analisis

Merupakan metode mencari dan menyusun secara sisematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dokumentasi dan membuat kesimpulan sehingga mudah di pahami oleh diri sendiri dan orang lain (Sugiyono, 2016). Metode analisis yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari dua metode yaitu:

1.Metode anaslisis deksriptif yang digunakan untuk menjawab faktor-faktor pendorong dan penghambat sentra industri kerajinan anyaman rotan di Kabupaten Majalengka.

2.Metode analisis SWOT, QSPM dan PLC yang digunakan untuk perumusan strategi industri kerajinan anyaman rotan di Kabupaten Majalengka yakni, sebagai berikut :


(50)

1. Tahap Input (Input Stage)

Matriks Faktor Internal Matriks Faktor Eksternal

2. Tahap Pencocokan (Matching Stage)

Matriks SWOT Matriks IE

3. Tahap Keputusan (Decision Stage)

Quantitative Strategic Planning Matriks (QSPM)

Sumber: David, 2006

Gambar 3.1

Kerangka Kerja Analitis Perumusan Strategi 1.Tahap input :

Merupakan tahap yang berfungsi untuk meringkas informasi dasar yang dibutuhkan sebelum merumuskan strategi (David, 2006). Tahap ini terdiri dari matriks faktor internal yakni kekuatan dan kelemahan sentra industri anyaman rotan di Kabupaten Majalengka Jawa Barat, dan matriks faktor eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman sentra industri kerajinan anyaman rotan di Kabupaten Majalengka Jawa Barat.

1. Matriks Faktor Strategi Internal

Matriks faktor internal dibuat setelah melakukan identifikasi analisis faktor internal yang merupakan faktor kekuatan dan kelemahan yang disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategi


(51)

34

internal dalam perusahaan. Tahapan-tahapan penentuan faktor internal adalah sebagai berikut (Rangkuti, 2014) :

a) Menyusun kolom faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan industri.

b) Memberikan bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 4 (paling penting), sampai dengan 1 (tidak penting). c) Menghitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor

dengan cara memberikan skala. Pemberian nilai rating untuk faktor kekuatan bersifat positif (kekuatan yang semakin besar diberi rating 4, tetapi jika kekuatan kecil diberi rating 1. Pemberian nilai rating kelemahan adalah kebalikannya.

d) Bobot yang terletak pada kolom 2 dikalikan dengan rating pada kolom tiga untuk memperoleh skor faktor internal.

Tabel 3.1 Matriks IFAS

Sumber: Rangkuti, 2014 Faktor-Faktor

Strategi Internal Bobot Rating

Bobot x Rating Kekuatan

Kekuatan 1 Kekuatan 2

Total

Kekuatan A B

Kelemahan

Kelemahan 1 Kelemahan 2

Total

Kelemahan C D


(52)

2.Matriks Faktor Strategi Eksternal

Matriks faktor eksternal dibuat setelah melakukan analisis faktor strategi eksternal yang merupakan faktor peluang dan ancaman yang disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategi eksternal dalam perusahaan.

Tahapan-tahapan penentuan faktor strategi Eksternal (Rangkuti, 2014) :

a) Menyusun kolom faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman industri.

b) Memberikan bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 4 (paling penting), sampai dengan 1(tidak penting). c) Menghitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor

peluang dan ancaman dengan memberikan skala.

Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif peluang yang semakin besar diberi rating 4, tetapi jika peluangnya kecil diberi rating 1. Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya.

d) Bobot yang terletak pada kolom 2 dikalikan dengan rating pada kolom tiga untuk memperoleh skor faktor eksternal.


(53)

36

Tabel 3.2 Matriks EFAS

Sumber: Rangkuti, 2014 2. Tahap pencocokan

Pada tahap ini, berfokus untuk menciptakan strategi dengan cara mencocokan faktor kunci internal dan eksternal (David, 2009). Tahap ini terdiri dari 2 matriks yakni matriks SWOT dan matriks IE (Internal-Eksternal) yang sebelumnya telah diidentifikasi analisis SWOTnya. 1.Analisis SWOT

Merupakan analisis yang mengidentifikasi faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi industri. SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal strength, weakness serta lingkungan eksternal opportunities dan threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (oportunities) dan Ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness). Analisis SWOT

Faktor-Faktor Strategi Eksternal

Bobot Rating

Bobot x Rating Peluang

1.Peluang 1 2.Peluang 2

Total Peluang A B

Ancaman 1. Ancaman 1 2. Ancaman 2

Total Ancaman C D


(54)

digunakan untuk mengetahui strategi apa yang pas dilakukan untuk melihat dari segi kekuatan, kelemahan peluang dan ancaman yang dimiliki sentra industri kerajinan anyaman rotan di Kabupaten Majalengka.Berikut ini adalah penjelasan mengenai SWOT dalam industri kerajinan anyaman rotan di Kabupaten Majalengka

a. S (Strenght) yaitu kekuatan dari faktor internal dalam sentra industri kerajinan anyaman rotan di Kabupaten Majalengka Jawa Barat.

b. W (Weakness) yaitu kelemahan dari faktor internal yang berupa hambatan dalam sentra industri kerajinan anyaman rotan di Kabupaten Majalengka Jawa Barat.

c. O (Opportunities) yaitu peluang dari faktor eksternal dalam sentra industri kerajinan anyaman rotan di Kabupaten Majalengka Jawa Barat.

d. T (Threats) yaitu ancaman dari faktor eksternal pengembangan sentra industri kerajinan anyaman rotan di Kabupaten Majalengka Jawa Barat.


(55)

38

e.

Sumber : Rangkuti,2014

Gambar 3. 2 Diagram Analisis SWOT

Keterangan :

Kuadran 1: Merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan disini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy) (Rangkuti, 2014).

Kuadran 2: Perusahaan yang berada di kuadran 2 masih memiliki kekuatan dari segi internal meskipun memiliki ancaman. Strategi yang harus Kelemahan

Internal (-)

Kekuatan Internal

(+) Berbagai

Peluang (+)

Kuadran 1

Mendukung Strategi Agresif

Kuadran 3

Mendukung Strategi Turn Arround

(-) Berbagai Ancaman

Kuadran 2

Mendukung Strategi Diversivikasi

Kuadran 4

Mendukung Strategi Daya Saing Defensif


(56)

diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan strategi diversifikasi produk/pasar (Rangkuti, 2014).

Kuadran 3: Perusahaan yang berada pada kuadran 3 menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi dilain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi pada perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik (Rangkuti, 2014).

Kuadran 4: Perusahaan yang berada di kuadran 4 mengalami posisi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaantersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal

(Rangkuti, 2014).

2.Matriks SWOT

Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategi (Rangkuti, 2014).


(57)

40

Sumber: Rangkuti, 2014

Gambar 3.3 Matriks Analisis Swot Keterangan :

a. Strategi SO

Strategi ini dibuat bedasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya

b. Strategi ST

Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

c. Strategi WO

Strategi ini diterapkan bedasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada

IFAS EFAS STRENGHS (S) Menentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal WEAKNESS (W) Menentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal OPPORTUNITIES (O) Menentukan 5-10 faktor-faktor peluang eksternal STRATEGI SO Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI WO Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang TREATHS (T) Menentukan 5-10 faktor-faktor ancaman eksternal STRATEGI ST Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman STRATEGI WT Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari anacaman


(58)

d. Strategi WT

Bedasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman

3.Matriks Internal Eksternal (IE)

Mariks IE meliputi parameter kekuatan internal perusahaan dan pengaruh eksternal yang dihadapi. Tujuan penggunaan model ini adalah untuk memperoleh strategi bisnis di tingkat korporat yang lebih detail.

4.0 3,0 2,0 1,0

Sumber: Rangkuti, 2014 Gambar 3.4

Matriks Analisis Internal- Eksternal I Pertumbuhan II Pertumbuhan III Penciutan IV Stabilitas V Pertumbuhan Stabilitas VI Penciutan VII Pertumbuhan VIII Pertumbuhan IX Likuidasi TINGGI 3,0-4,0 MENENGAH 2,0-2,99 3,0

Total Rata-rata tertimbang IFE

1,0 T o tal R at a -r at a te rt im b a n g E F E KUAT 3,0-4,0 RATA-RATA 2,0-2,99 LEMAH 1,0-1,99 2,0 RENDAH 1,0-1,99


(59)

42

Keterangan :

I = Strategi konsentrasi melalui integrai vertikal II = Strategi konsentrasi melalui integrasi horozontal III = Strategi turnaroud

IV = Strategi Stabilitas

V = Strategi konsentrasi melalui integrasi horizontal atau stabilitas (tidak ada perubahan terhadap laba)

VI = Strategi Divestasi

VII=Strategi diversifikasi kosentrik VIII=Strategi diversifikasi konglomerat IX = Strategi likuidasi atau bangkrut 3. Tahap Keputusan (Decision)

QSPM (Quantitative Strategies Planning Matrix).

Merupakan penglibatan tahap strategi tunggal yang cocok untuk sentra industri kerajinan anyaman rotan di Kabupaten Majalengka. yakni QSPM. Matriks QSP adalah matriks yang dapat menentukan strategi paling tepat bedasarkan alternatif strategi yang diajukan (Husein, 2010).

Tahapan proses pemakaian matriks QSPM :

a. Membuat daftar faktor-faktor internal dan eksternal beserta Nilai bobotnya yang diambil dari matriks faktor internal dan Eksternal

b. Mengidentitaskan strategi yang terpilih, dan mencatat strategi di bagian atas garis QSPM.


(60)

c. Menetapkan nilai Attractiveness Score (AS), nilai yang menunjukan kemenarikan relative untuk masing-masing strategi bedasarkan pendapat para pejabat berwenang dalam organisasi

Keterangan:

Batasan nilai AS adalah: 1= tidak menarik

2= agak menarik 3= secara logis menarik 4= sangat menarik

d. Apabila faktor yang bersangkutan tidak memiliki pengaruh terhadap pilihan strategi yang telah dibuat, maka kolom AS untuk faktor tersebut dikosongkan dengan menggunakan tanda -

e. Hitunglah Total Attractiveness Score (TAS) dengan cara mengalikan bobot dengan AS pada masing-masing baris.

f. Hitung semua TAS pada masing-masing kolom QSPM. Hasil TAS dari alternatif strategi terbesar menunjukkan bahwa alternatif strategi itu menjadi pilihan utama dan nilai total terkecil menunjukkan bahwa alternatif strategi ini menjadi pilihan terakhir.


(61)

44

Tabel 3.3

Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM)

Faktor-faktor

kunci Bobot

Alternatif Strategi Strategi A Strategi B AS TAS AS TAS

Faktor-faktor kunci internal Total Bobot Faktor-faktor kunci eksternal

Jumlah nilai Total Daya Tarik (TAS)

Sumber: David, 2009 Keterangan :

AS : Attractiveness Score


(62)

d. Analisis Product Life Cycle (PLC)

PLC merupakan suatu grafik yang menggambarkan riwayat suatu produk sejak diperkenalkan ke pasar sampai dengan ditarik dari pasar. Dalam setiap tahap

product life cycle (PLC) diperlukan strategi-strategi tersendiri. PLC terdiri dari empat tahap yang memiliki kharakteristik strategi berbeda beda. Tahap tersebut antara lain (Tjiptono, 2008)

Tabel 3.4

Identifikasi Posisi PLC

Sumber: Tjiptono, 2008

Pengukuran PLC dapat dilakukan dengan kombinasi tiga faktor antara lain Market Volume , Rate of Change of Market Volume, dan Profit/Loss. Metode siklus daur produk ini digunakan untuk melihat pekembangan produk sentra industri kerajinan anyaman rotan sehingga dapat ditentukan strategi yang sesuai untuk perkembangan produknya apakah terdapat dalam tahap perkenalan, pertumbuhan, kedewasaan, atau penurunan.

Tahap PLC Penjualan Volume Tingkat Perubahan Volume Penjualan Laba/Rugi Perkenalan Tumbuh lambat Meningkat Rugi Pertumbuhan Tumbuh pesat Meningkat/ menurun Laba sangat besar

Kedewasaan Meningkat Menurun Laba menurun

Kejenuhan Stagnasi Negatif Laba menurun


(63)

Waktu

Sumber :Tjiptono, 2008

Gambar 3.5 Empat Tahap PLC

1 2 3 4

1.Introduction 2. Growth 3. Maturity 4. Decline

0

-

Penjualan Industri

Laba Industri

+


(64)

47 A. Lokasi Penelitian

1. Kabupaten Majalengka a. Batas Wilayah

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Majalengka di bagian Timur wilayah Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Majalengka terletak di sebelah

Barat antara 108˚03‘-108˚19‘ Bujur Timur, Sebelah Timur 108˚12‘ – 108

˚25‘ Bujur Timur, Sebelah Utara antara 6˚36‘ – 6˚58‘ Lintang Selatan dan Sebelah Selatan 6˚43‘ –7˚03‘ Lintang Selatan. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Majalengka sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Indramayu.

Sebelah Selatan : Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya. Sebelah Barat : Kabupaten Sumedang.

Sebelah Timur : Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Cirebon

Secara administratif, Kabupaten Majalengka memiliki luas 120.44 hektar, yang dimana Kabupaten ini terdiri dari 26 kecamatan, 13 kelurahan, dan 330 desa. Diantaranya Kecamatan Leuwimunding yang memiliki 6 wilayah desa salah satunya adalah Desa Mindi, Kemudian Kecamatan Sindangwangi terdiri dari 10 wilayah salah satunya., Desa Leuwilaja.


(65)

48

b.Demografi

Jumlah penduduk merupakan salah satu komponen utama pembangunan di Kabupaten Majalengka. Dikarenakan jumlah penduduk dapat dijadikan sebagai objek pembangunan namun sebagai subjek pembangunan daerah kabupaten Majalengka. Jumlah penduduk di wilayah Kabupaten Majalengka data dilihat bedasarkan tabel sebagai berikut

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk

Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

No Tahun Jumlah Penduduk

(Jiwa)

1 2010 1.166.473

2 2011 1.171.478

3 2012 1.176.117

4 2013 1.180.774

5 2014 1.185.450

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka

Tabel diatas menunjukan perkembangan jumlah penduduk di Majalengka dari tahun 2010 sampai dengan 2014, tabel tersebut membuktikan bahwa terjadinya perkembangan jumlah penduduk setiap tahunnya di Kabupaten Majalengka. Pada tahun 2014 jumlah penduduk di Majalengka meningkat di bandingkan tahun-tahun sebelumnya. Jumlah penduduk pada tahun 2014 berjumlah 1.185.450 jiwa.

c.Potensi IKM di Kabupaten Majalengka

Majalengka merupakan kawasan yang berpotensial dalam berbagai aspek bidang industri. Terdapatnya 13 kategori IKM di kawasan wilayah Majalengka yang dapat menyerap banyak tenaga kerja, bedasarkan tabel dibawah berikut :


(66)

Tabel 4.2

Jumlah Usaha Industri Kecil Menengah Kabupaten Majalengka

Tahun 2015

Sumber : Dinas KUKM Perindag Kab. Majalengka

Sektor industri memegang peranan penting dalam membangun wilayah Kabupaten Majalengka. Karena pada dasarnya terdapatnya ciri khas dari masing-masing setiap daerah kecamatan di Kabupaten Majalengka dalam bidang industri. Bedasarkan tabel diatas sektor selain sektor pangan yang memiliki jumlah unit saha sekitar 3.095 unit dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 7,690, sektor kerajinan merupakan, salah satu industri di Kabupaten Majalengka, yang memiliki jumlah usaha yang cukup besar, yaitu sebesar 2.186 unit usaha dengan penyerapan tenaga kerja terbesar kedua setealah industri bahan bangunan yakni mencapai 5.360 tenaga kerja.

No Kelompok

Usaha

Jumlah Usaha

Jumlah Tenaga Kerja

1. Sandang 415 5.225

2. Kulit 9 27

3. Logam 136 494

4. Kerajinan 2.186 5.360

5. Pangan 3.095 7.690

6. Minuman 8 7.690

7. Batu 100 53

8. Bahan Baku 240 730

9. Bahan Bangunan 1.590 19.343

10. Kimia 13 140

11. Jasa 1.406 1.790

12. Kayu 560 1.106

13. Aneka 97 3.221


(67)

50

Sektor kerajinan di Majalengka memiliki 28 jenis dengan masing-masing penyerapan tenaga keja diantaranya adalah Kerajinan ijuk, Salang pikulan, gerabah, kerajinan kayu, kerajinan kulit, kerajinan kaleng, rombe, sangkar burung, aksesoris, bola sepak, sapu tabo, sapu sabut kelapa, seni patung, seni kaligrafi, kawat gitar, etalase, aquarium, parut kelapa, reparasi kaleng, kerajinan besi, anyaman ujung, kerajinan keramik, sapu bambu, rajutan, border, kaca hias, kursi bambu, bonsai plastik, anyaman bambu dan anyaman rotan.

Kabupaten Majalengka memiliki ciri khas industri dengan kerajinan yang memiliki daya tarik masyarakat domestik maupun masyarakat asing yakni diantaranya kerajinan anyaman rotan. Sentra ini berlokasi di kawasan Kecamatan Sindangwangi dan Kecamatan Lewimunding yang berada di bagian wilayah bagian Timur Majalengka. Kerajinan anyaman rotan bermula pada tahun 1970, yang diawali denga terdapatnya permintaan untuk kerajinan anyaman rotan. Meskipun yang awalnya berkembang adalah negara Cina dan Malaysia dengan kelemahan tidak memiliki bahan baku oleh karena itu, pada tahun 1972, permintaan anyaman rotan mulai tembus ke wilayah Tegalwangi Kabupaten Cirebon, namun wilayah tersebut memiliki kekurangan sumber daya manusia. Sehingga pada akhirnya wilayah Cirebon bekerjasama dengan wilayah Majalengka yang pada mulanya terkenal dengan pengrajin ayaman bambu untuk memulai proses pengerjaan ayaman rotan, dan akhirnya terdapatnya ketergantungan pengusaha Cirebon dengan pengrajin di Majalengka. sampai saat ini dikarenakan sumber daya manusia di wilayah


(68)

Majalengka yang lebih terampil dan lebih banyak. Sentra terbesar industri rotan di Majalengka berada di kawasan Timur wilayah Majalengka diantaranya Kecamatan Sindangwangi salah Desa Leuwilaja dan Kecamatan Leuwimunding yaitu Desa Mindi.

d.Jenis Produk Kerajinan Anyaman yang Dihasilkan

Kerajinan anyaman rotan yang dihasilkan di sentra industri kerajinan anyaman rotan Kabupaten Majalengka terdiri dari beraneka ragam dintaranya Funiture seperti meja rotan, kursi rotan, rak rotan dan hiasan lainnya seperti bingkai cermin dari rotan, kap lampu rotan, sketel rotan, keranjanag rotan, peti rotan, nampan rotan, lampu taman dari rotan, Meja yang terbuat dari kombinasi antara rotan dan tanaman eceng gondok


(69)

52 BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Bahan Baku Rotan

Pegusaha anyaman rotan di Kabupaten Majalengka memesan rotan Kubu di Daerah Tegalwangi Cirebon Jawa Barat. Pasokan rotan yang berada di daerah Cirebon tersebut berasal dari daerah di luar Jawa Barat seperti Kalimantan dan Sulawesi yang diantar melalui pelabuhan di Surabaya. Harga bahan baku rotan bervariasi tergantung berbagai macam bahan dan perbedaan treatment seperti penyemprotan dan perendaman sebelum dikirimkan. Rotan yang paling terkenal dinamakan rotan kubu, rotan kubu terdiri dari berbagai macam seperti Kubu grey dengan memiliki ciri khas bewarna abu-abu alami, Kubu Jawit, Kubu Fitrit yang diambil dari bagian dalam rotan, Kubu escot dan Rotan sarang buaya. Rotan Kubu jenis grey ditemukan di Kabupaten Majalengka pada tahun 2000, oleh Bapak Tukiran pada saat bekerja di salah satu pabrik rotan di Majalengka. Pada mulanya terdapatnya seorang buyer dari Negara Belgia yang ingin memesan rotan dengan warna seperti tali rapia bewarna abu-abu. Bapak Tukiran melakukan eksperimen dengan cara melakukan peredaman rotan di lumpur belakang rumahnya dalam kurun waktu satu bulan dan hasilnya bewarna grey alami yang kini di minati warga negara asing khusunya di wilayah Eropa. Bedasarkan wawancara dengan salah satu pihak pengusaha kecil, untuk dapat membuat 100 pcs kerajinan anyaman rotan dengan item yang berbeda membutuhkan 1 bal rotan atau 20


(70)

kg rotan dengan harga Rp 12.000,00 sampai dengan Rp 15.000,00. Sementara untuk membuat 1000 pcs anyaman rotan membutuhkan 50 bal atau setara dengan 1000 kg rotan. Bedasarkan hasil wawancara dengan salah seorang pengusaha anyaman rotan skala menengah total modal yang harus dikeluarkan untuk membuka usaha anyaman rotan adalah sekitar Rp 50.000.000,00 - Rp 100.000.000,00, dengan beban biaya meliputi Biaya transportasi ± Rp 200.000,00, Biaya bahan baku, dan upah tenaga kerja.

B.Profil Industri Kerajinan Anyaman Rotan di Kabupaten Majalengka Adapun profil dari pengusaha Sentra kerajinan anyaman rotan di Kabupaten Majalengka yang terletak di Desa Leuwilaja yang terdiri dari pengusaha skala besar dan menengah, diantaranya adalah sebagai berikut:

Tabel 5.1

Pengusaha Kerajinan Anyaman Rotan Desa Leuwilaja Kabupaten Majalengka

No Nama Alamat Jumlah

Pengrajin Jumlah item yang dibuat (Per hari) Tahun Pendirian Usaha 1. Kari

Blok Minggu, Desa Leuwilaja

15 7 1992

2. Idar 2 3 2010

3. Sumarna 50 5 2000

4. Soleh 11 4 1997

5. Diding 14 3 2010

6. Asmar 15 5 2007

7. Juhaerudin 16 9 2007

8. Iding 10 5 2002

9. Hali Johar 10 2 1995

10. Caca S. 25 5 1995

11. Iman 5 5 2005

12. Nana S. 32 7 2012

13. Subani

Blok Rabu, Desa Leuwilaja

17 5 1982

14. Ade Dari 14 5 1996

15. Sahidin 3 3 1987


(71)

54

Lanjutan TabeL 5.1

17. Emi Atma 20 10 2008

18. Asmad 6 3 2010

19. Nining A 13 2 2014

20. Sukari 4 5 1990

21. Karwita 7 5 1984

22. Kosim 8 3 1990

23. Yudi P. 10 3 2007

24. Suharni 5 5 2009

25 Karning 10 2 1990

26 Pulung 30 6 2000

27 Ruminah 20 100 2000

28 Sadita 10 4 2000

29. Salman 7 5 2001

30. Rusdiana 10 2 1980

31. Sarya 25 2 2005

32. Pepen S. 10 2 2002

33. Suherman 25 10 1992

34. Amas 10 5 1990

35. Aep S. 100 100 2002

36. Taryanto 100 40 2009

37. Tinggal

Blok Jumat, Desa

Leuwilaja

7 5 2000

38. Nanang S. 4 6 1999

39. Yayat 31 4 2001

40. Eman 12 10 2010

41. Tukiran Blok Selasa,

Desa Leuwilaja

15 1 2011

42

Suhandra 10 4 2000

43 Ana S. 6 6 2001

44 Kardi 25 2 2008

45 A. Majid Blok Sabtu,

Desa Leuwilaja

7 5 2000

46. Surahman 20 5 2005

Jumlah 808 445

Sumber: Hasil Olah Data Penelitian

Bedasarkan tabel 5.1, jumlah pengusaha kerajinan anyaman rotan skala besar yang berada di wilayah Desa Leuwilaja pada tahun 2015 terdiri dari 3 pengusaha dan sudah berbadan hukum CV. Sementara jumlah pengusaha anyaman rotan skala menengah terdiri dari 43 usaha tidak berbadan hukum. Jumlah pengusaha anyaman rotan yang terletak di blok Minggu Desa Leuwilaja sebanyak 12 pengusaha, Jumlah pengusaha anyaman rotan yang terletak di blok


(72)

Senin Desa Leuwilaja sebanyak 18 pengusaha, jumlah pengusaha anyaman rotan berlokasi di blok Selasa Desa Leuwilaja 4 pengusaha. Jumlah pengusaha anyaman rotan di Blok Rabu Desa Leuwilaja sebanyak 6 pengusaha, jumlah pengusaha anyaman rotan di blok Jumat Desa Leuwilaja 4 pengusaha, Jumlah pengusaha anyamn rotan di blok Sabtu Desa Leuwilaja 2 pengusaha.

Untuk tahun pendirian usaha di Desa Leuwilaja, sebanyak 3 pengusaha anyaman rotan mendirikan usahanya pada tahun 1980-1985, sebanyak 6 pengusaha anyaman rotan mendirikan usaha sekitar tahun 1986-1990, 4 pengusaha anyaman rotan mendirikan usaha sekitar tahun 1991-1995, sekitar 8 pengusaha anyaman rotan mendirikan usaha pada sekitar tahun 1996-2000, terdapat 8 pengusaha anyaman rotan yang mendirikan usaha sekitar tahun 2001-2005, 12 pengusaha anyaman rotan yang mendirikan usahanya sekitar tahun 2006-2010, kemudian sekitar 6 pengusaha anyaman rotan yang mendirikan usahanya pada sekitar tahun 2011-2015.

Sehingga dapat disimpulkan, bahwa usaha anyaman rotan di Desa Leuwilaja telah berdiri sejak lama sekitar tahun 1982 serta menyerap banyak tenaga kerja yang dibuktikan dengan adanya 46 pengusaha anyaman rotan dan 808 pengrajin anyaman rotan serta 445 item kerajinan anyaman rotan yang dibuat oleh seluruh pengrajin Desa Leuwilaja Kabupaten Majalengka per harinya.


(1)

Resp.

Faktor Eksternal

Peluang Ancaman

1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6

R1 4 3 3 2 4 4 2 1 3 3 3 3

R2 4 4 3 3 4 3 1 1 2 1 1 4

R3 4 4 4 4 4 4 2 1 4 1 1 2

R4 3 3 2 3 3 3 2 1 2 2 1 3

R5 4 3 3 4 4 3 4 1 3 1 1 2

R6 3 3 3 4 4 3 2 1 3 1 1 2

R7 4 4 3 4 4 3 3 2 3 2 2 3

R8 3 3 3 3 2 3 2 1 2 1 3 4

R9 3 3 3 3 3 3 4 1 2 1 1 4

R10 4 3 3 4 4 4 2 1 2 1 1 2

R11 4 3 3 3 4 3 3 1 3 2 3 4

R12 4 4 3 3 4 3 2 4 3 1 1 4

R13 4 3 3 3 3 3 2 1 2 1 3 2

R14 1 1 3 3 4 3 2 2 3 2 1 3

R15 4 3 3 3 3 3 2 1 2 1 1 1

R16 4 4 3 2 4 4 3 4 2 1 1 1

R17 4 3 3 4 3 4 2 1 3 1 3 3

R18 3 3 3 3 2 3 2 1 3 1 3 3

R19 4 4 4 4 4 4 1 1 4 1 1 2

R20 4 3 4 4 2 4 2 4 4 2 3 4

R21 3 3 4 4 4 4 1 1 1 1 1 1

R22 4 3 4 4 3 4 4 2 2 1 2 1

R23 4 3 3 1 3 3 3 4 3 2 2 3

R24 4 3 3 4 4 4 2 1 2 1 1 3

R25 3 4 3 3 3 3 2 1 3 1 2 3

R26 4 3 3 4 3 4 2 1 1 1 1 2

R27 4 4 4 3 4 3 2 1 3 2 3 3

R28 4 4 4 4 4 4 1 1 4 1 3 3

R29 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2

R30 4 4 4 3 3 3 4 2 2 2 2 2

R31 4 3 3 3 3 4 1 1 2 1 2 2

R32 4 4 4 3 4 4 3 3 2 3 2 3

R33 3 3 3 4 4 4 1 1 4 1 1 1

R34 4 4 3 4 4 4 2 1 3 1 1 1

R35 3 3 3 4 3 4 1 2 3 2 3 4

R36 4 4 4 4 4 4 1 1 4 2 4 4

R37 3 3 3 4 3 3 2 1 2 2 1 2


(2)

R39 3 3 3 3 3 4 2 4 2 1 2 3

R40 3 3 3 4 3 3 2 1 2 1 2 2

R41 4 4 4 4 4 4 4 1 4 1 1 4

R42 4 3 3 4 4 4 3 1 3 1 1 3

R43 3 4 4 3 4 3 2 1 3 1 2 2

R44 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 1

R45 4 4 4 4 4 4 2 1 4 1 1 2

R46 4 4 3 3 3 3 4 1 4 1 1 4

R47 4 4 3 4 3 3 2 1 2 1 1 2

R48 4 4 4 4 2 3 2 1 4 1 1 2

R49 4 4 3 3 3 3 3 3 4 2 2 3

R50 4 4 4 4 4 4 2 1 4 1 1 2

R51 4 3 3 4 3 4 4 1 4 2 1 2

R52 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3

R53 4 4 3 3 3 4 3 2 4 1 1 3

R54 4 4 4 3 4 4 2 1 3 2 2 2

R55 4 4 4 4 4 4 1 1 2 1 1 2

R56 4 4 3 4 4 4 2 1 3 1 1 2

R57 4 4 4 3 3 3 3 1 2 1 3 3

R58 4 4 3 4 4 4 2 1 4 3 3 1

R59 4 4 3 2 3 3 2 4 3 3 3 4

R60 4 3 3 3 4 3 2 2 2 2 2 2

R61 4 3 3 3 4 3 3 1 4 3 3 4

R62 4 4 3 3 4 4 2 1 4 2 2 4

R63 4 4 4 3 4 4 2 2 2 4 3 2

R64 4 4 4 4 4 4 1 1 1 1 1 1

R65 4 3 3 4 3 3 3 4 3 2 2 3

R66 4 4 3 4 3 3 3 1 2 1 1 2

Jumlah 247 230 219 226 230 232 153 105 188 101 123 170

3.7424 3.4848 3.3182 3.4242 3.4848 3.5152 2.3182 1.5909 2.8485 1.5303 1.8636 2.5758

Frekuensi

1 2 1 0 1 0 0 11 45 3 39 30 9

2 0 1 1 3 4 0 33 10 22 18 16 23

3 14 31 43 29 25 31 14 3 22 7 16 19


(3)

R 4 4 3 4 4 4 2 1 2 1 1 2 B 0.1111 0.1034 0.0985 0.1016 0.1034 0.1043 0.0688 0.0472 0.0845 0.0454 0.0553 0.0764 1 B X


(4)

Lampiran. 5


(5)

(6)