Peranan Industri Kerajinan Anyaman Pandan terhadap Perekonomian Kabupaten Tasikmalaya

(1)

PERANAN INDUSTRI KERAJINAN ANYAMAN PANDAN DALAM PEREKONOMIAN KABUPATEN TASIKMALAYA

Oleh :

Nisa Nuraeni Latifah A14304019

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(2)

RINGKASAN

NISA NURAENI LATIFAH. Peranan Industri Kerajinan Anyaman Pandan

dalam Perekonomian Kabupaten Tasikmalaya. Di bawah bimbingan DEDI

BUDIMAN HAKIM.

Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang dikembangkan sebagai kawasan industri kecil dan menengah (IKM). IKM di Kabupaten Tasikmalaya termasuk ke dalam sektor industri pengolahan. Industri pengolahan menempati urutan keempat dalam kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tasikmalaya setelah sektor pertanian, perdagangan, hotel, dan restoran, serta jasa-jasa. Kabupaten Tasikmalaya memiliki lima bidang usaha yang potensial untuk dikembangkan dalam IKM, salah satunya industri kerajinan anyaman pandan (Pemda Kabupaten Tasikmalaya, 2000)

Industri kerajinan anyaman pandan sebagai salah satu komoditas unggulan Kabupaten Tasikmalaya terpusat di lima kecamatan dan delapan belas desa. Industri tersebut setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan dilihat dari unit usaha, tenaga kerja yang diserap, nilai investasi, dan nilai produksi. Walaupun demikian, peningkatan tersebut relatif kecil dan cenderung tetap di beberapa sentra lokasinya. PDRB industri pengolahan di lima kecamatan yang menjadi sentra industri kerajinan anyaman pandan setiap tahunnya cenderung meningkat. Namun peningkatan tersebut disertai dengan penurunan laju pertumbuhan setiap tahunnya.

Penelitian ini memiliki dua tujuan. Pertama, mendeskripsikan perkembangan industri kerajinan anyaman pandan di Kabupaten Tasikmalaya dilihat dari unit usaha, tenaga kerja yang diserap, nilai investasi, dan nilai produksi. Data yang digunakan adalah data sekunder dari Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Tasikmalaya dengan menggunakan analisis deskriptif.

Kedua, menganalisis kontribusi industri kerajinan anyaman pandan terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya dan menganalisis proyeksi kontribusi industri kerajinan anyaman pandan selama lima tahun ke depan. Data yang digunakan adalah data sekunder dari Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Tasikmalaya. Data tersebut diolah dengan menggunakan alat analisis shift share dan proyeksi shift share.

Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa Industri kerajinan anyaman pandan sebagai salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Tasikmalaya setiap tahunnya memiliki tren yang cenderung meningkat dilihat dari unit usaha, tenaga kerja, nilai investasi, dan nilai produksi. Hal ini menunjukkan bahwa industri kerajinan anyaman pandan memiliki prospek yang cerah.

Hasil analisis shift share menunjukkan bahwa industri kerajinan anyaman pandan berada di wilayah yang memiliki pertumbuhan yang cepat daripada pertumbuhan rata-rata kabupaten. Industri kerajinan anyaman pandan juga memiliki daya saing daripada sektor-sektor yang lainnya dan termasuk kelompok sektor yang progresif atau maju. Hasil analisis proyeksi shift share lima tahun ke depan juga menunjukkan hal yang sama. Hal ini mengindiksikan bahwa industri kerajinan anyaman pandan mempunyai peluang yang bagus untuk tetap terus dikembangkan.


(3)

PERANAN INDUSTRI KERAJINAN ANYAMAN PANDAN DALAM PEREKONOMIAN KABUPATEN TASIKMALAYA

Oleh :

Nisa Nuraeni Latifah A14304019

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(4)

Judul : Peranan Industri Kerajinan Anyaman Pandan terhadap Perekonomian Kabupaten Tasikmalaya

Nama : Nisa Nuraeni Latifah

NRP : A14304019

Program Studi : Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec NIP. 131 846 871

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019


(5)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ”PERANAN INDUSTRI KERAJINAN ANYAMAN PANDAN DALAM PEREKONOMIAN KABUPATEN TASIKMALAYA” BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI TULISAN ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Juni 2008


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Holis Subarnas dan Elin Warlina. Penulis lahir di Ciamis pada tanggal 28 Mei 1985. Penulis memulai pendidikan di TK PGRI Fajar Kasih, Rajapolah, Tasikmalaya dan lulus tahun 1992. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SD Negeri Rajapolah I Kabupaten Tasikmalaya dan lulus pada tahun 1998. Kemudian melanjutkan ke SMP Negeri I Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis dan lulus tahun 2001. Pada tahun yang sama diterima di SMA Negeri 2 Tasikmalaya dan lulus tahun 2004. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya pada tahun 2004 melalui jalur USMI.

Selama mengenyam pendidikan, penulis aktif berorganisasi. Di antaranya OSIS SMP Negeri I Cihaurbeuti tahun 1999/2000, Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) SMA Negeri 2 Tasikmalaya tahun 2002-2003, anggota Koperasi Mahasiswa IPB tahun 2005, dan UKM Pers Kampus Gema Almamater IPB tahun 2005-2007.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Peranan Industri Kerajinan Anyaman Pandan terhadap Perekonomian Kabupaten Tasikmalaya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perkembangan industri kerajinan anyaman pandan dan menganalisis kontribusi industri tersebut terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tasikmalaya. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis pertumbuhan industri kerajinan anyaman pandan selama lima tahun ke depan.

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi bagi pihak-pihak yang terkait dalam industri kerajinan anyaman pandan. Selain itu, semoga penelitian ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca yang budiman.

Bogor, Juni 2008


(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada Allah Swt atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Penulis menyelesaikan penelitian ini atas dukungan dan dorongan semua pihak, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Mamah dan Papa tercinta atas cinta dan kasih sayang kepada penulis, serta doa

yang tidak pernah putus.

2. Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec selaku dosen pembimbing akademik dan dosen pembimbing skripsi atas segala saran, masukan, bimbingan dan nasihat selama penulis mengenyam pendidikan di IPB sampai selsesai menyelesaikan penelitian.

3. Tanti Novianti, SP, M.Si selaku dosen penguji utama atas saran dan masukkannya demi kesempurnaan skripsi.

4. Adi Hadianto, SP atas segala saran dan bimbingannya dan berkenan menjadi dosen penguji wakil departemen.

5. Kepala Bappeda Kabupaten Tasikmalaya, Bapak Asep Saepudin beserta jajarannya dari Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Tasikmalaya, serta staf BPS Kabupaten Tasikmalaya yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam pengambilan data

6. Mih, para Om dan Tante tercinta, atas dukungan moril maupun materil serta adikku tersayang yang selalu menghadirkan keceriaan.

7. Ismail, Rolas, Fitri, Santi, dan Marlina yang telah banyak membantu penyelesaian penulisan skripsi ini.

8. Rani, Rahma, Aghiez, dan Dylla yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.

9. Teman-teman EPS 41 yang telah memberikan warna dalam kehidupan


(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN... vi

BAB I. PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 3

1.3 Tujuan Penelitian... 7

1.4 Manfaat Penelitian... 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 9

2.1 Industri Kecil ... 9

2.2 Industri Kerajinan Anyaman Pandan... 10

2.3 Peranan Industri Kecil terhadap Perekonomian Daerah... 11

2.4 Kebijakan Pengembangan Industri Kecil dan Menengah... 12

2.5 Penelitian Terdahulu... 14

2.5.1 Peranan Industri Kerajinan Anyaman Pandan Terhadap Perekonomian Nasional dan Daerah... 14

2.5.2 Peranan Industri Kerajinan ... 15

2.5.3 Industri Kerajinan Anyaman Pandan... 16

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN... 17

3.1 Konsep dan Definisi Pendapatan Regional ... 17


(10)

BAB IV. METODE PENELITIAN ... 22

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian... 22

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 22

4.3 Metode Analisis Data ... 22

4.3.1 Analisis Deskriptif ... 23

4.3.2 Analisis Shift Share... 23

4.3.3 Analisis Proyeksi Shift Share... 26

BAB V. GAMBARAN UMUM ... 28

5.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah ... 28

5.2 Iklim ... 28

5.3 Kependudukan dan Ketenagakerjaan ... 28

5.4 Perekonomian ... 30

5.5 Industri Pengolahan ... 32

5.6 Industri Kerajinan Anyaman Pandan... 34

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

6.1 Perkembangan Industri Kerajinan Anyaman Pandan Di Kabupaten Tasikmalaya ... 37

6.1.1 Perkembangan Unit Usaha ... 38

6.1.2 Perkembangan Tenaga Kerja ... 39

6.1.3 Perkembangan Nilai Investasi... 40

6.1.4 Perkembangan Nilai Produksi... 41

6.2 Kontribusi Industri Kerajinan Anyaman Pandan terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya... 41

6.2.1 Kontribusi Industri Kerajinan Anyaman Pandan Terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya (2003-2006) ... 42

6.2.1.1 Analisis PDRB Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan... 42


(11)

PERANAN INDUSTRI KERAJINAN ANYAMAN PANDAN DALAM PEREKONOMIAN KABUPATEN TASIKMALAYA

Oleh :

Nisa Nuraeni Latifah A14304019

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(12)

RINGKASAN

NISA NURAENI LATIFAH. Peranan Industri Kerajinan Anyaman Pandan

dalam Perekonomian Kabupaten Tasikmalaya. Di bawah bimbingan DEDI

BUDIMAN HAKIM.

Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang dikembangkan sebagai kawasan industri kecil dan menengah (IKM). IKM di Kabupaten Tasikmalaya termasuk ke dalam sektor industri pengolahan. Industri pengolahan menempati urutan keempat dalam kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tasikmalaya setelah sektor pertanian, perdagangan, hotel, dan restoran, serta jasa-jasa. Kabupaten Tasikmalaya memiliki lima bidang usaha yang potensial untuk dikembangkan dalam IKM, salah satunya industri kerajinan anyaman pandan (Pemda Kabupaten Tasikmalaya, 2000)

Industri kerajinan anyaman pandan sebagai salah satu komoditas unggulan Kabupaten Tasikmalaya terpusat di lima kecamatan dan delapan belas desa. Industri tersebut setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan dilihat dari unit usaha, tenaga kerja yang diserap, nilai investasi, dan nilai produksi. Walaupun demikian, peningkatan tersebut relatif kecil dan cenderung tetap di beberapa sentra lokasinya. PDRB industri pengolahan di lima kecamatan yang menjadi sentra industri kerajinan anyaman pandan setiap tahunnya cenderung meningkat. Namun peningkatan tersebut disertai dengan penurunan laju pertumbuhan setiap tahunnya.

Penelitian ini memiliki dua tujuan. Pertama, mendeskripsikan perkembangan industri kerajinan anyaman pandan di Kabupaten Tasikmalaya dilihat dari unit usaha, tenaga kerja yang diserap, nilai investasi, dan nilai produksi. Data yang digunakan adalah data sekunder dari Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Tasikmalaya dengan menggunakan analisis deskriptif.

Kedua, menganalisis kontribusi industri kerajinan anyaman pandan terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya dan menganalisis proyeksi kontribusi industri kerajinan anyaman pandan selama lima tahun ke depan. Data yang digunakan adalah data sekunder dari Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Tasikmalaya. Data tersebut diolah dengan menggunakan alat analisis shift share dan proyeksi shift share.

Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa Industri kerajinan anyaman pandan sebagai salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Tasikmalaya setiap tahunnya memiliki tren yang cenderung meningkat dilihat dari unit usaha, tenaga kerja, nilai investasi, dan nilai produksi. Hal ini menunjukkan bahwa industri kerajinan anyaman pandan memiliki prospek yang cerah.

Hasil analisis shift share menunjukkan bahwa industri kerajinan anyaman pandan berada di wilayah yang memiliki pertumbuhan yang cepat daripada pertumbuhan rata-rata kabupaten. Industri kerajinan anyaman pandan juga memiliki daya saing daripada sektor-sektor yang lainnya dan termasuk kelompok sektor yang progresif atau maju. Hasil analisis proyeksi shift share lima tahun ke depan juga menunjukkan hal yang sama. Hal ini mengindiksikan bahwa industri kerajinan anyaman pandan mempunyai peluang yang bagus untuk tetap terus dikembangkan.


(13)

PERANAN INDUSTRI KERAJINAN ANYAMAN PANDAN DALAM PEREKONOMIAN KABUPATEN TASIKMALAYA

Oleh :

Nisa Nuraeni Latifah A14304019

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(14)

Judul : Peranan Industri Kerajinan Anyaman Pandan terhadap Perekonomian Kabupaten Tasikmalaya

Nama : Nisa Nuraeni Latifah

NRP : A14304019

Program Studi : Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec NIP. 131 846 871

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019


(15)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ”PERANAN INDUSTRI KERAJINAN ANYAMAN PANDAN DALAM PEREKONOMIAN KABUPATEN TASIKMALAYA” BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI TULISAN ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Juni 2008


(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Holis Subarnas dan Elin Warlina. Penulis lahir di Ciamis pada tanggal 28 Mei 1985. Penulis memulai pendidikan di TK PGRI Fajar Kasih, Rajapolah, Tasikmalaya dan lulus tahun 1992. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SD Negeri Rajapolah I Kabupaten Tasikmalaya dan lulus pada tahun 1998. Kemudian melanjutkan ke SMP Negeri I Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis dan lulus tahun 2001. Pada tahun yang sama diterima di SMA Negeri 2 Tasikmalaya dan lulus tahun 2004. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya pada tahun 2004 melalui jalur USMI.

Selama mengenyam pendidikan, penulis aktif berorganisasi. Di antaranya OSIS SMP Negeri I Cihaurbeuti tahun 1999/2000, Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) SMA Negeri 2 Tasikmalaya tahun 2002-2003, anggota Koperasi Mahasiswa IPB tahun 2005, dan UKM Pers Kampus Gema Almamater IPB tahun 2005-2007.


(17)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Peranan Industri Kerajinan Anyaman Pandan terhadap Perekonomian Kabupaten Tasikmalaya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perkembangan industri kerajinan anyaman pandan dan menganalisis kontribusi industri tersebut terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tasikmalaya. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis pertumbuhan industri kerajinan anyaman pandan selama lima tahun ke depan.

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi bagi pihak-pihak yang terkait dalam industri kerajinan anyaman pandan. Selain itu, semoga penelitian ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca yang budiman.

Bogor, Juni 2008


(18)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada Allah Swt atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Penulis menyelesaikan penelitian ini atas dukungan dan dorongan semua pihak, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Mamah dan Papa tercinta atas cinta dan kasih sayang kepada penulis, serta doa

yang tidak pernah putus.

2. Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec selaku dosen pembimbing akademik dan dosen pembimbing skripsi atas segala saran, masukan, bimbingan dan nasihat selama penulis mengenyam pendidikan di IPB sampai selsesai menyelesaikan penelitian.

3. Tanti Novianti, SP, M.Si selaku dosen penguji utama atas saran dan masukkannya demi kesempurnaan skripsi.

4. Adi Hadianto, SP atas segala saran dan bimbingannya dan berkenan menjadi dosen penguji wakil departemen.

5. Kepala Bappeda Kabupaten Tasikmalaya, Bapak Asep Saepudin beserta jajarannya dari Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Tasikmalaya, serta staf BPS Kabupaten Tasikmalaya yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam pengambilan data

6. Mih, para Om dan Tante tercinta, atas dukungan moril maupun materil serta adikku tersayang yang selalu menghadirkan keceriaan.

7. Ismail, Rolas, Fitri, Santi, dan Marlina yang telah banyak membantu penyelesaian penulisan skripsi ini.

8. Rani, Rahma, Aghiez, dan Dylla yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.

9. Teman-teman EPS 41 yang telah memberikan warna dalam kehidupan


(19)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN... vi

BAB I. PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 3

1.3 Tujuan Penelitian... 7

1.4 Manfaat Penelitian... 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 9

2.1 Industri Kecil ... 9

2.2 Industri Kerajinan Anyaman Pandan... 10

2.3 Peranan Industri Kecil terhadap Perekonomian Daerah... 11

2.4 Kebijakan Pengembangan Industri Kecil dan Menengah... 12

2.5 Penelitian Terdahulu... 14

2.5.1 Peranan Industri Kerajinan Anyaman Pandan Terhadap Perekonomian Nasional dan Daerah... 14

2.5.2 Peranan Industri Kerajinan ... 15

2.5.3 Industri Kerajinan Anyaman Pandan... 16

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN... 17

3.1 Konsep dan Definisi Pendapatan Regional ... 17


(20)

BAB IV. METODE PENELITIAN ... 22

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian... 22

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 22

4.3 Metode Analisis Data ... 22

4.3.1 Analisis Deskriptif ... 23

4.3.2 Analisis Shift Share... 23

4.3.3 Analisis Proyeksi Shift Share... 26

BAB V. GAMBARAN UMUM ... 28

5.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah ... 28

5.2 Iklim ... 28

5.3 Kependudukan dan Ketenagakerjaan ... 28

5.4 Perekonomian ... 30

5.5 Industri Pengolahan ... 32

5.6 Industri Kerajinan Anyaman Pandan... 34

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

6.1 Perkembangan Industri Kerajinan Anyaman Pandan Di Kabupaten Tasikmalaya ... 37

6.1.1 Perkembangan Unit Usaha ... 38

6.1.2 Perkembangan Tenaga Kerja ... 39

6.1.3 Perkembangan Nilai Investasi... 40

6.1.4 Perkembangan Nilai Produksi... 41

6.2 Kontribusi Industri Kerajinan Anyaman Pandan terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya... 41

6.2.1 Kontribusi Industri Kerajinan Anyaman Pandan Terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya (2003-2006) ... 42

6.2.1.1 Analisis PDRB Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan... 42


(21)

6.2.1.2 Analisis Indikator Kegiatan Ekonomi... 43

6.2.1.3 Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah... 45

6.2.2 Proyeksi Kontribusi Industri Kerajinan Anyaman Pandan terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya (Periode 2006-2011) ... 49

6.2.2.1 Analisis Proyeksi PDRB Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan ... 49

6.2.2.2 Analisis Proyeksi Indikator Kegiatan Ekonomi... 50

6.2.2.3 Analisis Proyeksi Komponen Pertumbuhan Wilayah ... 51

6.4 Implikasi Kebijakan ... 55

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

7.1 Kesimpulan... 57

7.2 Saran... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58


(22)

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

Tabel 1. Distribusi PDRB Kabupaten Tasikmalaya Atas Dasar

Harga Berlaku Tahun 2006 (%) ... 1

Tabel 2. Perkembangan Industri di Kabupaten Tasikmalaya

Tahun 2002-2007 ... 3

Tabel 3. Perkembangan Jumlah Usaha dan Pekerja Industri Kerajinan Anyaman Pandan Menurut Lokasi Sentra

di Kabupaten Tasikmalaya 2006-2007... 4

Tabel 4. Penduduk Berumur 10 Tahun ke atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Tasikmalaya

Tahun 2006... 30

Tabel 5. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tasikmalaya dan

Provinsi Jawa Barat Tahun 2004-2006 (Persen) ... 30

Tabel 6. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tasikmalaya dan Provinsi Jawa Barat dirinci Menurut Sektor

Tahun 2006 (Persen) ... 31

Tabel 7. Distribusi PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2003-2006


(23)

Tabel 8. PDRB Industri Pengolahan dan Distribusinya terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2003-2006

Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000... 32

Tabel 9. Perkembangan Industri Kerajinan Anyaman Pandan

Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2002-2007... 37

Tabel 10. Perubahan PDRB di Lima Kecamatan Sentra Industri

Kerajinan Anyaman Pandan Tahun 2003-2006 ... 43

Tabel 11. Nilai ri, Ri, dan Ra di Lima Kecamatan Sentra Industri

Kerajinan Anyaman Pandan Tahun 2003-2006 ... 45

Tabel 12. Nilai Komponen Pertumbuhan Kabupaten di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan

Tahun 2003-2006 ... 46

Tabel 13. Nilai Komponen Pertumbuhan Proporsional di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan

Tahun 2003-2006 ... 47

Tabel 14. Nilai Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan


(24)

Tabel 15. Nilai Pergeseran Bersih Lima Kecamatan Sentra Industri

Kerajinan Anyaman Pandan Tahun 2003-2006 ... 48

Tabel 16. Proyeksi Perubahan PDRB di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan

Tahun 2006-2011 ... 50

Tabel 17. Proyeksi Nilai ri, Ri, dan Ra di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan

Tahun 2006-2011 ... 51

Tabel 18. Nilai Proyeksi Komponen Pertumbuhan Kabupaten di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman

Pandan Tahun 2006-2011... 52

Tabel 19. Nilai Proyeksi Komponen Pertumbuhan Proporsional di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman

Pandan Tahun 2006-2011... 53

Tabel 20. Nilai Proyeksi Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman

Pandan Tahun 2006-2011... 54

Tabel 21. Nilai Proyeksi Pergeseran Bersih Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan


(25)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

Gambar 1. Perkembangan Investasi Industri Kerajinan

Anyaman Pandan Kab. Tasikmalaya 2002-2007... 5

Gambar 2. Perkembangan Akumulasi PDRB Sektor Industri Pengolahan di Lima Kecamatan Sentra Industri

Kerajinan Anyaman Pandan Tahun 2003-2006 ... 6

Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran Operasional... 21

Gambar 4. Perkembangan Unit Usaha Industri Kerajinan Anyaman Pandan Kab. Tasikmalaya

Tahun 2002-2007 ... 39

Gambar 5. Perkembangan Tenaga Kerja pada Industri Kerajinan Anyaman Pandan Kab. Tasikmalaya

Tahun 2002-2007 ... 40

Gambar 6. Perkembangan Investasi Industri Kerajinan Anyaman Pandan Kab. Tasikmalaya

Tahun 2002-2007 ... 40

Gambar 7. Perkembangan Nilai Produksi Industri

Kerajinan Anyaman Pandan Kab. Tasikmalaya


(26)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Lampiran 1. PDRB Kabupaten Tasikmalaya Atas Dasar

Harga Konstan Tahun 2003-2006 ... 61

Lampiran 2. Akumulasi PDRB Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan Atas Dasar

Harga Konstan Tahun 2003-2006... 61

Lampiran 3. Hasil Perhitungan Shift Share per Sektor Lima

Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman

Pandan (Periode 2003-2006) ... 62

Lampiran 4. Hasil Perhitungan Shift Share per Sektor Kabupaten

Tasikmalaya (Periode 2003-2006)... 63

Lampiran 5. Proyeksi PDRB Kabupaten Tasikmalaya Menurut

Lapangan Usaha Tahun 2011... 64

Lampiran 6. Proyeksi Rasio Indikator Kegiatan Ekonomi ... 64

Lampiran 7. Proyeksi Komponen Pertumbuhan Kabupaten... 65


(27)

Lampiran 9. Proyeksi Pertumbuhan Pangsa Wilayah ... 66

Lampiran 10. Proyeksi Akumulasi PDRB Lima Kecamatan

Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan Tahun 2011... 67

Lampiran 11. Proyeksi Perubahan PDRB di Lima Kecamatan

Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan... 68

Lampiran 12. Proyeksi Pergeseran Bersih di Lima Kecamatan

Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan... 68

Lampiran 13. Perkembangan Industri Kerajinan Anyaman Pandan Menurut Desa Sentra Lokasi di Kabupaten

Tasikmalaya Tahun 2006-2007 ... 69

Lampiran 14. PDRB Kecamatan Cipatujah Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2006 Atas Dasar Harga Konstan

Tahun 2000... 70

Lampiran 15. PDRB Kecamatan Cikalong Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2006 Atas Dasar Harga Konstan

Tahun 2000... 70

Lampiran 16. PDRB Kecamatan Parungponteng Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2006 Atas Dasar Harga Konstan


(28)

Lampiran 17. PDRB Kecamatan Rajapolah Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2006 Atas Dasar Harga Konstan

Tahun 2000... 71

Lampiran 18. PDRB Kecamatan Pagerageung Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2006 Atas Dasar Harga Konstan


(29)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang pada tatanan pengembangan industrinya dikembangkan sebagai kawasan industri kecil dan menengah (IKM), bukan industri manufaktur (Pemda Kabupaten Tasikmalaya, 2000). Industri pengolahan yang di dalamnya terdapat industri kecil dan menengah, pada tahun 2006 menempati urutan keempat dalam distribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tasikmalaya. Industri pengolahan memberikan kontribusi sebesar 7,84 persen terhadap PDRB, setelah sektor pertanian (45,31%), perdagangan, hotel, dan restoran (21,93%), dan jasa-jasa (10,27%). Kontribusi beberapa sektor terhadap PDRB dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Distribusi PDRB Kabupaten Tasikmalaya Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2006 (Persen)

No. Sektor Persentase (%)

1. Pertanian, Peternakan, Perkebunan, Kehutanan, Perikanan

45,31

2. Pertambangan dan penggalian 0,25

3. Industri Pengolahan 7,84

4. Listrik, Gas dan Air Minum 1,00

5. Bangunan 5,35

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 21,93

7. Pengangkutan dan Komunikasi 4,62

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 3,42

9. Jasa-jasa 10,27

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tasikmalaya 2007

Industri di Kabupaten Tasikmalaya didominasi oleh industri kecil, baik industri kecil formal maupun industri kecil non formal. Industri kecil formal dan


(30)

non formal dari tahun 2002 sampai 2007 terus mengalami peningkatan baik unit usaha, tenaga kerja, maupun nilai investasi. Sebagai contoh, pada tahun 2002 seluruh industri kecil mampu menyerap 79.099 tenaga kerja, setahun berikutnya mampu menyerap 83.054 tenaga kerja, atau meningkat sebesar lima persen dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2007, seluruh industri kecil mampu menyerap 92.377 tenaga kerja atau terjadi penambahan tenaga kerja sebanyak 13.278 dari tahun 2002. Hal ini menunjukkan bahwa industri kecil di Kabupaten Tasikmalaya berkembang dengan pesat. Perkembangan industri di Kabupaten Tasikmalaya secara rinci sampai tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 2.

Sebagai wilayah yang dikembangkan sebagai kawasan industri kecil dan menengah, pergerakan ekonomi kerakyatan menjadi pilar pembangunan perekonomian di Kabupaten Tasikmalaya. Pentingnya pengembangan IKM, kini diperkuat oleh situasi baru yakni pemberlakuan otonomi daerah, globalisasi dunia, dan liberalisasi pasar. Di samping itu, telah terbukti bahwa usaha kecil lebih resisten terhadap fluktuasi ekonomi. Kabupaten Tasikmalaya mempunyai komoditas IKM yang sangat beragam. Terdapat lima bidang usaha potensial untuk sektor IKM di daerah ini. Kelima bidang usaha potensial tersebut adalah bordir dan konveksi, meubel kayu, gula aren, dan aneka kerajinan seperti mendong, bambu, dan pandan (Pemda Kabupaten Tasikmalaya, 2000). Dari lima bidang usaha tersebut, industri kerajinan anyaman pandan merupakan salah satu komoditas yang diunggulkan. Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu dari dua sentra industri kerajinan anyaman pandan di Pulau Jawa. 1

1

Situs MMA IPB. 2006. ‘Pengenalan Produk Pandan’. www.mma.ipb.ac.id. Diakses tanggal 10 Desember 2007.


(31)

Tabel 2. Perkembangan Industri di Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2002-2007

No. Keterangan 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Sektor Industri

- Sentra (buah) 249 269 283 292 307 321

- Unit Usaha (unit)

9.126 9.561 9.988 10.454 10.660 10.827

- Tenaga Kerja (orang)

79.099 83.054 86.777 89.831 90.980 92.377

- Nilai Investasi (Rp 000)

46.399.164 64.696.988 69.971.383 71.092.000 73.418.749,75 77.123.635,30

1. Industri Kecil Non Formal - Unit Usaha

(unit)

8.211 8.560 8.879 9.279 9.399 9.512

- Tenaga Kerja (orang)

67.834 70.504 73.942 75.942 76.302 77.102

- Nilai Investasi (Rp 000)

29.971.025 30.173.825 32.465.125 25.889.044 26.309.044 27.092.809,55

2. Industri Kecil Formal - Unit Usaha

(unit)

912 996 1.102 1.166 1.252 1.304

- Tenaga Kerja (orang)

10.986 11.961 12.176 13.052 13.841 14.388

- Nilai Investasi (Rp 000)

7.086.540 8.727.210 10.850.355 12.649.073 14.555.822,75 16.599.192,75

3. Industri Menengah - Unit Usaha

(unit)

3 5 7 9 9 11

- Tenaga Kerja (orang)

279 589 659 837 837 887

- Nilai Investasi (Rp 000)

9.341.599 25.795.953 26.655.903 32.553.883 32.553.883 33.431.633

Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Kopperindag) Kab. Tasikmalaya 2008

1.2 Perumusan Masalah

Di Kabupaten Tasikmalaya, lokasi sentra industri kerajinan anyaman pandan terdapat di delapan belas desa yang berada di lima wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Rajapolah, Parungponteng, Cikalong, Cipatujah, dan Pagerageung. Sentra produksi terbesar usaha kerajinan pandan adalah Kecamatan Rajapolah. Industri kerajinan anyaman pandan sebagai salah satu komoditas


(32)

unggulan Kabupaten Tasikmalaya setiap tahunnya terus berkembang. Jumlah unit usahanya cenderung meningkat, walaupun di beberapa kecamatan cenderung tetap. Tenaga kerja yang diserap juga cenderung meningkat, walaupun peningkatannya relatif kecil. Begitu pula dengan nilai produksinya, secara umum menunjukkan peningkatan namun di beberapa sentra lokasi nilai produksinya cenderung tetap (Tabel 3).

Tabel 3. Perkembangan Jumlah Usaha dan Pekerja Industri Kerajinan Anyaman Pandan Menurut Lokasi Sentra di Kabupaten Tasikmalaya 2006-2007

Lokasi Sentra Tahun

(Kecamatan) 2006 2007

Usaha Pekerja Produksi Usaha Pekerja Produksi

(unit) (orang) (Rp.000) (unit) (orang) (Rp.000)

Cikalong 70 1.042 1.191.000 74 1.135 1.470.000

Parungponteng 51 839 711.000 51 839 711.000

Pagerageung 136 2.544 1.667.250 136 2.544 1.667.250

Rajapolah 315 8.681 3.101.125 315 8.681 3.101.125

Cipatujah 49 666 547.500 111 955 1.715.292

Total 621 13.772 7.217.875 687 14.154 8.663.667

Sumber : Dinas Kopperindag Kab. Tasikmalaya 2008

Peningkatan yang cukup tajam terjadi di Kecamatan Cipatujah, baik dari unit usaha, tenaga kerja, dan nilai produksi. Dari tahun 2006 sampai 2007, unit usaha di kecamatan tersebut meningkat sebesar 44,14 persen. Hal ini dikarenakan dibukanya unit usaha baru untuk memproduksi tanaman pandan menjadi lembaran anyaman seperti tikar sebagai bahan baku utama industri kerajinan anyaman pandan. Pembukaan unit usaha baru tersebut bertujuan untuk mengurangi ketergantungan bahan baku dari daerah lain karena selama ini bahan baku yang dapat dipenuhi dari daerah sendiri sebesar 30 persen.

Seiring bertambahanya jumlah unit usaha, jumlah tenaga kerja yang terlibat pada industri ini di Kecamatan Cipatujah pun meningkat. Peningkatan jumlah tenaga kerja di kecamatan tersebut pada kurun waktu 2006 sampai 2007


(33)

adalah sebesar 43,39 persen. Dibukanya unit usaha baru pada kurun waktu tersebut di Kecamatan Cipatujah mampu meningkatkan nilai produksi sebesar 213,29 persen.

Industri kerajinan anyaman pandan mempunyai prospek yang cerah karena kerajinan anyaman termasuk kerajinan anyaman pandan merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia.2 Berdasarkan hasil riset Small Project Facility Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi Tasikmalaya tahun 2005, nilai ekspor kerajinan anyaman pandan mencapai 20,8 milyar rupiah. Barang-barang kerajinan Indonesia diminati di luar negeri karena beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain, trend yang berkembang di negara maju untuk memakai bahan-bahan natural, apresiasi yang tinggi terhadap barang-barang buatan tangan, keterbatasan atau ketidakadaan bahan baku di negara maju, serta trend dunia yang menyukai gaya Asia. Nilai investasi pada industri ini cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Grafik berikut menyajikan tren nilai investasi industri kerajinan anyaman pandan dari tahun 2002 sampai 2007.

0 500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000 2,500,000 3,000,000 3,500,000 4,000,000 4,500,000

2002 2003 2004 2005 2006 2007

Nilai Investasi (Rp.000)

Gambar 1. Perkembangan Investasi Industri Kerajinan Anyaman Pandan Kab. Tasikmalaya 2002-2007

Sumber: Dinas Kopperindag Kabupaten Tasikmalaya 2008 (diolah)

2 Loc.cit


(34)

Nilai investasi industri kerajinan anyaman pandan mengalami peningkatan yang cukup tajam dari tahun 2002 ke tahun 2003 yaitu sebesar 155,68 persen. Namun, dari tahun 2003 ke tahun 2004 mengalami sedikit penurunan yaitu sekitar 13,12 persen. Dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007, nilai investasi industri ini terus mengalami peningkatan.

Sama halnya dengan nilai investasi, PDRB industri pengolahan di lima kecamatan yang menjadi sentra industri kerajinan anyaman pandan setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Apabila diasumsikan PDRB industri pengolahan di lima kecamatan tersebut seluruhnya berasal dari industri kerajinan anyaman pandan, maka PDRB industri ini pun memiliki tren PDRB yang terus meningkat. Namun, peningkatannya relatif kecil dan pertumbuhannya mengalami penurunan. Grafik berikut menunjukkan perkembangan akumulasi PDRB industri kerajinan anyaman pandan di lima kecamatan sentra industri tersebut.

32,000.00 34,000.00 36,000.00 38,000.00 40,000.00 42,000.00 44,000.00

2003 2004 2005 2006

PDRB Industri Pengolahan (Industri Kerajinan Anyaman Pandan) (Juta Rupiah)

Gambar 2. Perkembangan Akumulasi PDRB Sektor Industri Pengolahan di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan Tahun 2003-2006.


(35)

Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana perkembangan industri kerajinan anyaman pandan di Kabupaten Tasikmalaya?

2. Bagaimana kontribusi industri kerajinan anyaman pandan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tasikmalaya dan bagaimana kontribusi industri tersebut selama lima tahun ke depan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini adalah: 1. mendeskripsikan perkembangan industri kerajinan anyaman pandan di

Kabupaten Tasikmalaya; dan

2. menganalisis kontribusi industri kerajinan anyaman pandan terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Tasikmalaya pada masa sekarang dan prospeknya selama lima tahun ke depan.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi yang akurat mengenai perkembangan industri kerajinan anyaman pandan dan kontribusi industri tersebut terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya. Informasi kontribusi industri kerajinan anyaman pandan terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya tidak hanya pada masa sekarang, namun akan dilihat juga perkembangannya selama lima tahun ke depan. Dengan demikian, diharapkan pemerintah daerah dapat mengambil kebijakan yang berpihak pada pengembangan industri kerajinan anyaman pandan.


(36)

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Pada penelitian ini, pembahasan mengenai peranan industri kerajinan anyaman terhadap perekonomian Kabupaten Tasikmalaya dibatasi pada kontribusi industri tersebut terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Tasikmalaya dan proyeksi kontribusi industri tersebut selama lima tahun ke depan.


(37)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Industri Kecil

Industri adalah unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi dengan tujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu dan mempunyai catatan administratif tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seorang atau lebih yang bertanggung jawab atas usaha tersebut (Melani, 2007). Sementara itu, industri kecil adalah unit usaha (perorangan) yang bergerak di bidang industri usaha yang menyerap tenaga kerja upahan atau tenaga kerja keluarga, dengan menggunakan teknologi sederhana yang lebih mengutamakan keterampilan tangan dan memproduksi barang untuk dipasarkan. Industri kecil merupakan bagian dari industri nasional yang mempunyai misi utama menyerap tenaga kerja dan memperluas kesempatan berusaha, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan penyediaan barang dan jasa berbagai komponen, baik untuk keperluan pasar dalam negeri maupun luar negeri (Marliana, 2005).

Kriteria mengenai industri kecil berbeda antara instansi satu dengan yang lainnya. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), industri kecil didefinisikan sebagai unit usaha yang memperkerjakan antara 5-19 orang tenaga kerja, jika jumlahnya antara 1-4 orang termasuk dalam kategori industri rumah tangga (Meliani, 2007). Sementara itu, menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Depperindag, 1997), industri kecil adalah unit usaha yang mempunyai nilai investasi seluruhnya sampai dengan 200 juta rupiah tidak termasuk tanah bangunan tempat usaha yang dimiliki oleh warga negara Indonesia.


(38)

Apabila dilihat dari sifat dan bentuknya, maka industri kecil mempunyai karakteristik yaitu: (1) berbasis pada sumberdaya lokal sehingga dapat memanfaatkan potensi secara maksimal dan memperkuat kemandirian; (2) dimiliki dan dilaksanakan oleh masyarakat lokal sehingga mampu mengembangkan sumberdaya manusia; (3) menerapkan teknologi lokal sehingga dapat dilaksanakan dan dikembangkan oleh tenaga lokal; dan (4) tersebar dalam jumlah yang banyak sehingga merupakan alat pembangunan yang efektif.

2.2 Industri Kerajinan Anyaman Pandan

Industri kerajinan merupakan salah satu kategori dalam industri pengolahan. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah barang jadi atau setengah jadi, atau mengubah barang dari yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dengan maksud mendekatkan produk tersebut kepada konsumen akhir, termasuk dalam kegiatan industri dan pekerjaan perakitan (Meliani 2007). Industri kerajinan biasanya dikembangkan dalam skala kecil, namun ada juga yang dikembangkan pada skala menengah.

Salah satu industri kerajinan yang cukup populer adalah industri kerajinan anyaman pandan. Di Pulau Jawa, sentra industri kerajinan anyaman pandan terpusat di dua daerah yaitu di Kabupaten Tasikmalaya (Jawa Barat) dan Yogyakarta. Di Kabupaten Tasikmalaya, kerajinan anyaman pandan sudah ditekuni secara turun menurun. Sejak lama daun pandan telah dipergunakan untuk kerajinan dan keperluan sehari-hari, terutama untuk tikar, tali tambang dan lain-lain. Hal ini disebabkan pandan mempunyai serat yang kuat dan tahan lama.


(39)

Struktur anyaman pandan yang menarik menjadi alternatif bahan untuk berbagai aksesoris baik aksesoris rumah maupun kantor. Namun, bahan anyaman pandan juga memiliki kelemahan. Pandan hanya dapat dipakai sebagai lapisan akhir karena tidak memiliki kekuatan struktur sehingga dalam aplikasinya pandan harus dipadukan dengan bahan yang lain seperi kayu, karton berdiameter tebal, triplek, dan keramik.

Kerajinan anyaman pandan sangat cocok sebagai komoditas ekspor Indonesia karena material pandan hanya tersedia di negara-negara tropis yang membuat kompetisi terbatas. Selain itu, anyaman pandan memerlukan padat karya, tidak memerlukan teknologi tinggi maupun investasi yang besar. Pandan juga bukanlah tanaman yang dilindungi dan dapat tumbuh dengan cepat sehingga tidak menjadi ancaman bagi kelestarian lingkungan hidup. Ekspor kerajinan anyaman pandan Tasikmalaya diperkirakan mencapai 15 kontainer setiap bulan. Tujuan terbesar dari ekspor ini adalah negara-negara di Eropa (60 %), Amerika (30 %), dan Asia (10 %).3

2.3 Peranan Industri Kecil terhadap Perekonomian Daerah

Industri kecil memiliki beberapa peran yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi daerah. Pertama, sebagai penyedia lapangan kerja pada sektor informal bagi tenaga lokal yang berpendidikan rendah. Kedua, merupakan sumber mata pencaharian utama dan sampingan yang berguna bagi kontribusi pendapatan keluarga. Ketiga, merupakan sumber pendapatan dan pembangunan daerah. Keempat, mengurangi kecenderungan penduduk untuk bermigrasi.

3

Berdasarkan Hasil Wawancara dengan Wakil Ketua Kadin Kabupaten Tasikmalaya, tanggal 26 Juni 2008.


(40)

Kelima, merupakan tahap awal industrialisasi di bidang agribisnis. Keenam, membantu meningkatkan penggunaan input sumberdaya lokal. Ketujuh, merupakan penyedia barang kebutuhan bagi pasar lokal dengan harga murah bagi masyarakat ekonomi lemah ( Mubyarto, 1994).

Menurut Depperindag (1997), industri kecil mempunyai peranan sangat penting terutama dalam pemeliharaan dan pembentukan modal sektor swasta, penyebaran kekuatan ekonomi dan pertahanan keamanan, menciptakan kesempatan kerja, peningkatan keterampilan dan kesadaran industri, serta pengembangan kewirausahaan. Sementara itu, Sanim dalam Zairani (2004) menjelaskan bahwa industri kecil memiliki peranan yang dapat dilihat pada tingkat mikro dan makro. Pada tingkat mikro, industri kecil berperan sebagai alat distribusi untuk bisnis besar, sumber pendapatan dan perolehan devisa, menciptakan kompetisi, medan bagi inovasi independen dan bakat kewirausahaan, serta kontribusi bagi desentralisasi. Pada tingkat makro industri kecil berperan dalam penyerapan tenaga kerja dan menciptakan lapangan kerja baru, breeding ground untuk bisnis baru, usaha bersama kekeluargaan, serta mengurangi kecemburuan sosial, akibat adanya kesenjangan sosial ekonomi dan kemiskinan.

2.4 Kebijakan Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM)

Industri Kecil dan Menengah (IKM) mempunyai peran yang strategis dalam perekonomian nasional, terutama dalam penyerapan tenaga kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat serta menumbuhkan aktivitas perekonomian di daerah. Di samping itu, pengembangan IKM merupakan bagian


(41)

integral dari upaya pengembangan ekonomi kerakyatan dan pengentasan kemiskinan.

Sasaran yang ingin dicapai dalam pengembangan IKM tahun 2005-2009 adalah (1) meningkatnya unit usaha mencapai 3,95 juta pada akhir tahun 2009, atau dengan laju pertumbuhan 4,04 persen; (2) penyerapan tenaga kerja mencapai 10,3 juta orang pada akhir tahun 2009, atau dengan laju pertumbuhan sebesar 4,94 persen; sedangkan (3) nilai ekspor yang disumbangkan oleh produk IKM mampu mencapai US$ 8,9 milyar, atau dengan pertumbuhan sebesar 2,47 persen. Dengan demikian, hasil pengembangan IKM ini diharapkan antara lain meningkatnya produktivitas dan daya saing sehingga peranan IKM di pasar dalam negeri dan

ekspor semakin besar. Adapun tujuan pengembangan IKM adalah: (1)

meningkatkan kesempatan berusaha, lapangan kerja dan pendapatan; (2) memperkuat struktur industri; (3) meningkatkan IKM berbasis hasil karya intelektual (knowledge-based); (4) meningkatkan persebaran industri; dan (5) melestarikan seni budaya kegiatan produktif yang ekonomis.

Bagi IKM, peningkatan kemitraan, baik dalam bidang pemasaran, teknologi maupun permodalan perlu segera dilakukan. Fasilitasi pemerintah masih tetap sangat diperlukan dan dalam intensitas yang tinggi. Pengembangan IKM perlu dilakukan secara terintegrasi dan sinergi dengan pengembangan industri berskala menengah dan besar, karena kebijakan pengembangan sektoral tidak bisa mengkotak-kotakkan kebijakan menurut skala usaha. Dengan demikian, strategi pengembangan IKM dilaksanakan melalui (1) pemberdayaan IKM yang sudah ada; (2) pembinaan IKM secara terpadu; dan (3) peningkatkan keterkaitan IKM dengan industri besar dan sektor ekonomi lainnya.


(42)

2.5 Penelitian Terdahulu

2.5.1 Peranan Industri Kecil terhadap Perekonomian Nasional dan Daerah Penelitian mengenai peranan sektor industri kecil dan menengah terhadap perekonomian baik skala nasional maupun daerah telah dilakukan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Djaimi (2006) mengenai analisis peranan industri kecil dan menengah dalam perekonomian Indonesia dengan menggunakan Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) menyebutkan bahwa IKM lebih besar peranannya dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan menyediakan lapangan kerja, serta distribusi pendapatan yang lebih merata jika dibandingkan dengan industri besar.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyawan (2005) mengenai peranan sektor industri pengolahan dan pengaruhnya terhadap perekonomian Kabupaten Jepara menjelaskan bahwa peranan sektor industri pengolahan di daerah tersebut sangatlah besar. Hal ini terlihat dalam kontribusi yang besar pembentukan struktur permintaan (46,68 %), konsumsi masyarakat (32,37%), ekspor dan impor (975, 95 milyar rupiah), nilai tambah bruto (936, 65 milyar rupiah), dan struktur output sektoral (46,68%). Penelitian yang menggunakan pendekatan input-output ini juga menjelaskan bahwa sektor industri pengolahan di Kabupaten Jepara secara keseluruhan memiliki keterkaitan (langsung dan tidak langsung) yang tinggi dengan sektor-sektor lain. Hal ini berarti bahwa sektor industri pengolahan dapat diandalkan untuk mendorong sektor-sektor lainnya baik hulu maupun hilir.

Tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Setyawan (2005), hasil penelitian Akbar (2007) mengenai peranan industri makanan dan minuman terhadap perekonomian Kabupaten Tangerang menjelaskan bahwa kontribusi


(43)

industri tersebut terhadap permintaan akhir total dan pembentukan output total menempati urutan kedua. Sementara itu, kontribusi terhadap pembentukan permintaan antara total menempati urutan ketiga. Impor dan konsumsi masyarakat untuk subsektor industri makanan dan minuman adalah terbesar dibanding sektor lainnya. Selain itu, penelitian yang menggunakan analisis input-output dan deskriptif ini menjelaskan bahwa industri makanan dan minuman berperan cukup besar dalam menciptakan lapangan kerja baru di Kabupaten Tangerang. Hal ini dilihat dari nilai pengganda tenaga kerja tipe I dan tipe II yang menduduki peringkat kedua.

2.5.2 Peranan Industri Kerajinan

Penelitian mengenai peranan industri kerajinan telah dilakukan oleh Usman (1991). Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa industri kecil dan kerajinan merupakan sektor basis berdasarkan indikator pendapatan di Kabupaten Langkat. Hal ini memberikan dampak yang cukup besar terhadap peningkatan pendapatan yang dilihat dari supply, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Kajian lain mengenai peranan industri kerajinan telah dilakukan oleh Mumu (1992) yang menjelaskan peranan industri kerajinan dalam rangka perluasan kesempatan kerja di Kabupaten Gorontalo. Dari kajian tersebut diperoleh hasil bahwa industri kerajinan merupakan sektor basis di daerah tersebut sehingga memberikan dampak bagi perekonomian daerah dalam hal peningkatan pendapatan dan penyediaan lapangan kerja.


(44)

2.5.3 Industri Kerajinan Anyaman Pandan

Penelitian mengenai industri kerajinan anyaman pandan juga sudah banyak dilakukan. Namun, penelitian mengenai peranan industri kerajinan anyaman pandan terhadap perekonomian daerah sentra produksinya belum banyak dilakukan. Penelitian yang sudah dilakukan mengenai industri ini antara lain kajian penerapan manajemen mutu terpadu, analisis kegiatan keluarga dalam produksi usaha kerajinan pandan, dan kajian pelaksanaan kemitraan antara pengusaha dengan pengrajin, serta respon pengusaha industri kerajinan anyaman pandan terhadap dampak krisis ekonomi. Penelitian lain yang sering dilakukan mengenai industri ini adalah strategi pengembangan usaha kerajinan pandan.


(45)

BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Konsep dan Definisi Pendapatan Regional

Pendapatan regional adalah tingkat pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Beberapa konsep dan definisi yang biasa digunakan dalam kajian mengenai pendapatan regional adalah PDRB atas dasar harga pasar, Produk Domestik Regional Neto (PDRN) atas dasar harga pasar, PDRN atas dasar biaya faktor, pendapatan regional, pendapatan perseorangan dan pendapatan siap dibelanjakan, serta pendapatan regional atas dasar harga berlaku dan harga konstan (Tarigan, 2004).

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas Dasar Harga Pasar

PDRB atas dasar harga pasar adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah. Nilai tambah bruto adalah nilai produksi dikurangi dengan biaya antara. Nilai tambah bruto mencakup komponen-komponen faktor pendapatan (upah dan gaji, bunga, sewa tanah, dan keuntungan), penyusutan, dan pajak tidak langsung neto. Dengan demikian, PDRB atas harga pasar didapat dengan menghitung nilai tambah bruto dari masing-masing sektor dan menjumlahkannya.

2. Produk Domestik Regional Neto (PDRN) atas Dasar Harga Pasar

PDRN atas dasar harga pasar adalah PDRB atas dasar harga pasar dikurangi penyusutan. Penyusutan yang dimaksud adalah nilai susut (aus) atau pengurangan nilai barang-barang modal (mesin-mesin, peralatan, kendaraan, dan lainnya)


(46)

karena barang modal tersebut dipakai dalam proses produksi atau karena faktor waktu.

3. Produk Domestik Regional Neto (PDRN) atas Dasar Biaya Faktor

PDRN atas dasar biaya faktor adalah PDRN atas dasar harga pasar dikurangi pajak tak langsung neto. Pajak tidak langsung meliputi pajak penjualan, bea ekspor, bea cukai, dan pajak lainnya, kecuali pajak pendapatan dan pajak perseroan. Pajak tidak langsung neto adalah pajak tidak langsung dikurangi subsidi dalam perhitungan pendapatan regional.

4. Pendapatan Regional

Pendapatan regional neto adalah PDRN atas dasar biaya faktor dikurangi aliran dana yang mengalir keluar ditambah aliran dana yang mengalir masuk. PDRN atas dasar biaya faktor merupakan jumlah dari pendapatan berupa upah dan gaji, bunga, sewa tanah, dan keuntungan yang timbul, atau merupakan pendapatan yang berasal dari kegiatan di wilayah tersebut. PDRN atas dasar biaya faktor dikurangi pendapatan yang mengalir keluar dan ditambah pendapatan yang mengalir masuk hasilnya merupakan produk regional neto, yaitu merupakan jumlah pendapatan yang benar-benar diterima oleh seluruh penduduk yang tinggal di daerah tersebut.

5. Pendapatan Perorangan dan Pendapatan Siap Dibelanjakan

Pendapatan perorangan (personal income) adalah pendapatan regional (regional income) dikurangi pajak pendapatan perusahaan, keuntungan yang tidak dibagikan, iuran kesejahteraan sosial, ditambah transfer yang diterima oleh rumah tangga pemerintah dan bunga neto atas utang pemerintah. Sementara itu, pendapatan yang siap dibelanjakan (disposable income) adalah pendapatan


(47)

perorangan dikurangi pajak pendapatan perorangan, pajak rumah tangga/PBB, dan transfer yang dibayarkan oleh rumah tangga.

6. Pendapatan Regional atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan

Pendapatan regional dalam kurun waktu tertentu menggambarkan peningkatan dan penurunan tingkat pendapatan masyarakat di suatu daerah. Peningkatan atau penurunan tersebut dapat dibedakan menjadi dua faktor, yaitu peningkatan/penurunan riil dan peningkatan/penurunan pendapatan yang disebabkan adanya faktor perubahan harga. Peningkatan/penurunan riil adalah peningkatan/penurunan tingkat pendapatan yang tidak dipengaruhi oleh faktor perubahan harga. Apabila terjadi peningkatan riil pendapatan penduduk maka daya beli penduduk di daerah tersebut meningkat.

Pendapatan regional atas dasar harga berlaku adalah pendapatan regional yang memperhitungkan unsur inflasi. Pendapatan regional yang tidak memperhitungkan unsur inflasi disebut pendapatan regional atas dasar harga konstan.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Struktur perekonomian Kabupaten Tasikmalaya didominasi oleh sektor pertanian yang menyumbang sebesar 45,31 persen terhadap PDRB pada tahun 2006. Namun, sektor lain yang tidak kalah pentingnya adalah sektor industri pengolahan yang di dalamnya terdapat industri kecil dan menengah. Berdasarkan data Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Kopperindag) Kabupaten Tasikmalaya, pada tahun 2007 sektor IKM di daerah ini memiliki 10.827 unit usaha yang mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 92.377 orang. Salah satu


(48)

IKM yang ada di Kabupaten Tasikmalaya adalah industri kerajinan anyaman pandan. Industri kerajinan anyaman pandan yang terletak di lima kecamatan memiliki 687 unit usaha yang mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 14.154 orang (Kopperindag Kabupaten Tasikmalaya, 2007). Pada penelitian ini akan dikaji bagaimana peranan industri kerajinan anyaman pandan terhadap perekonomian Kabupaten Tasikmalaya dalam hal perkembangan industri tersebut setiap tahunnya dilihat dari unit usaha, tenaga kerja yang terlibat di dalamnya, nilai investasi, dan nilai produksi. Kemudian, akan dilihat bagaimana kontribusi industri kerajinan anyaman pandan terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya pada masa sekarang dan lima tahun ke depan. Setelah diketahui peranan industri kerajinan anyaman pandan terhadap perekonomian Kabupaten Tasikmalaya, diharapkan timbul kebijakan yang mendukung pengembangan sektor tersebut. Skema kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 3.


(49)

Menganalisis Proyeksi Kontribusi Industri Kerajinan

Anyaman Pandan terhadap PDRB Kab. Tasikmalaya

(analisis proyeksi shift share)

Struktur Perekonomian Kab. Tasikmalaya

Peranan Industri Kerajinan Anyaman Pandan terhadap

Perekonomian Kab. Tasikmalaya Mendeskripsikan

Perkembangan Industri KerajinanAnyaman

Pandan

(analisis deskriptif)

Industri Kecil dan Menengah Sektor Industri

Pengolahan

Sektor Lainnya Sektor Pertanian

Industri Kerajinan Anyaman Pandan

Implikasi Kebijakan Menganalisis Kontribusi Industri Kerajinan Anyaman Pandan terhadap PDRB Kab.

Tasikmalaya

(analisis shift share)


(50)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Tasikmalaya dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Tasikmalaya merupakan sentra industri kerajinan anyaman pandan di Jawa Barat. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Februari hingga April 2008.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data diperoleh dari dinas-dinas terkait seperti BPS Kabupaten Tasikmalaya, Dinas Kopperindag Kabupaten Tasikmalaya, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tasikmalaya, dan Pemerintah Daerah Kabupaten Tasikmalaya.

4.3 Metode Analisis Data

Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis shift share. Analisis deskriptif digunakan untuk menjawab tujuan pertama yaitu mendeskripsikan perkembangan industri kerajinan anyaman pandan di Kabupaten Tasikmalaya. Analisis shift share digunakan untuk menganalisis kontribusi industri kerajinan anyaman pandan terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya pada masa sekarang. Sementara itu, analisis proyeksi shift share digunakan untuk menganalisis kontribusi industri tersebut terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya selama lima tahun ke depan.


(51)

4.3.1 Analisis Deskriptif

Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat (Whitney, 1960 dalam Nazir, 1983). Tujuan dari analisis deskriptif adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diteliti.

Pada penelitian ini, analisis deskriptif digunakan untuk membuat gambaran secara sistematis mengenai perkembangan industri kerajinan anyaman pandan di Kabupaten Tasikmalaya.

4.3.2 Analisis Shift Share

Analisis shift share adalah salah satu alat analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi sumber pertumbuhan ekonomi baik dari sisi pendapatan maupun dari tenaga kerja pada suatu wilayah tertentu. Melalui analisis shift share dapat dianalisis besarnya sumbangan pertumbuhan dari tenaga kerja dan pendapatan pada masing-masing sektor di wilayah yang bersangkutan (Sahara, tanpa tahun).

Analisis shift share mempunyai banyak kegunaan diantaranya adalah untuk melihat perkembangan sektor perekonomian di suatu wilayah terhadap perkembangan ekonomi wilayah yang lebih luas dan perkembangan sektor-sektor perekonomian jika dibandingkan secara relatif dengan sektor-sektor lainnya. Selain itu, analisis ini juga berguna untuk melihat perkembangan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya, sehingga dapat membandingkan besarnya aktivitas suatu sektor pada wilayah tertentu dan pertumbuhan antar wilayah. Perbandingan laju sektor-sektor perekonomian di suatu wilayah dengan laju


(52)

pertumbuhan perekonomian nasional serta sektor-sektornya juga dapat dilihat melalui analisis ini.

Pada analisis shift share terdapat tiga kompenen utama yaitu komponen pertumbuhan nasional, komponen pertumbuhan proporsional, dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah. Komponen pertumbuhan nasional adalah perubahan produksi/kesempatan kerja suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksi/kesempatan kerja nasional, perubahan kebijakan ekonomi nasional atau perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian semua sektor dan wilayah. Sementara itu, komponen pertumbuhan proporsional tumbuh karena perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri (kebijakan perpajakan, subsidi, dan price support), dan perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar. Komponen pertumbuhan pangsa wilayah timbul karena peningkatan atau penurunan PDRB atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya. Cepat lambatnya pertumbuhan di suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya ditentukan oleh pertumbuhan komparatif, akses ke pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial ekonomi, serta kebijakan ekonomi regional pada wilayah tersebut.

Analisis Perubahan PDRB Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan

ij ij

ij Y Y

Y = −

Δ '

Keterangan :

j = Wilayah analisis atau pada penelitian ini Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan

i = Sektor perekonomian ( termasuk industri kerajinan anyaman pandan) ij

ΔΥ = Perubahan PDRB Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan dari sektor i


(53)

ij

Υ = PDRB Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan dari sektor i pada tahun awal analisis (2003)

Yij’ = PDRB dari sektor i pada tahun akhir analisis (2006)

Persentase perubahan PDRB Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan , menggunakan rumus :

%ΔΥi = 100%

' × Υ Υ − Υ i i i

Analisis Rasio Indikator Kegiatan Ekonomi

a. ri (rasio PDRB Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan dari sektor i)

ri = ij ij ij Υ Υ − Υ' Keterangan : ij

Υ = PDRB Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan dari sektor i pada tahun dasar analisis

'

ij

Υ = PDRB Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan dari sektor i pada tahun akhir analisis

b. Ri (rasio PDRB Kabupaten Tasikmalaya dari sektor i) Ri =

i i i Υ Υ − Υ' Keterangan : i

Υ = PDRB Kabupaten Tasikmalaya dari sektor i pada tahun dasar analisis

'

i

Υ = PDRB Kabupaten Tasikmalaya dari sektor i pada tahun akhir analisis

c. Ra(Rasio PDRB Kabupaten Tasikmalaya) Ra =

• • • Υ Υ − Υ' Keterangan : ' •

Υ = PDRB Kabupaten Tasikmalaya pada tahun akhir analisis

Υ = PDRB Kabupaten Tasikmalaya pada tahun dasar analisis • Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah

a. Komponen Pertumbuhan Nasional yang pada penelitian ini disebut Pertumbuhan Kabupaten (PK)

ij

ij Ra Y

PK =( ) b. Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP)


(54)

ij

ij Ri Ra Y

PP =( − ) Apabila :

PP <0, menunjukkan bahwa sektor i pada Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan pertumbuhannya lambat

ij

PP >0, menunjukkan bahwa sektor i pada Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan pertumbuhannya cepat

ij

c. Komponen pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) ij

ij ri Ri Y

PPW =( − ) Apabila :

ij

PPW >0, menunjukkan bahwa sektor i (industri kerajinan anyaman pandan) pada Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan mempunyai daya saing yang baik dibandingkan dengan wilayah lainnya

ij

PPW <0, menunjukkan bahwa Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan tidak dapat bersaing dengan baik apabila dibandingkan dengan wilayah lainnya.

d. Pergeseran Bersih (PB)

ij ij

ij PP PPW

PB = +

Keterangan:

PBij = pergeseran sektor i pada Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan

Apabila:

PBij > 0, menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor i pada Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan termasuk ke dalam kelompok progresif (maju)

PBij < 0, menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor i pada Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan termasuk lamban

4.3.3 Analisis Proyeksi Shift Share

Analisis proyeksi shift share sama dengan analisis shift share tanpa proyeksi, hanya tahun dasar analisis yang digunakan adalah tahun akhir analisis pada analisis tanpa proyeksi. Tahun akhir analisis yang digunakan pada analisis proyeksi adalah jangka waktu yang ditentukan untuk proyeksi. Pada penelitian ini tahun akhir analisis adalah tahun 2011 atau lima tahun dari tahun akhir analisis


(55)

tanpa proyeksi. Proyeksi dilakukan sampai tahun 2011 karena disesuaikan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tasikmalaya.

PDRB Kabupaten Tasikmalaya tahun 2011 diproyeksikan dengan metode ektrapolasi. Metode ektrapolasi adalah melihat pertumbuhan PDRB pada masa lalu dan melanjutkan pertumbuhan tersebut untuk masa yang akan datang sebagai proyeksi. Metode ektrapolasi mengasumsikan laju pertumbuhan PDRB masa lalu akan berlanjut di masa datang. Rumus proyeksi yang digunakan adalah sebagai berikut.

n i

i Y r

Y"= '(1+ ) Keterangan :

" i

Y = proyeksi PDRB Kabupaten Tasikmalaya sektor i tahun 2011 '

i

Y = PDRB Kabupaten Tasikmalaya sektor i tahun 2006 r = rata-rata proporsi pertumbuhan PDRB

n = jumlah tahun proyeksi atau pada penelitian ini lima tahun (2011-2006) Nilai r dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

n i

i Y r

Y"= '(1+ ) ' log(1 )

" log r n Y Y i i + = ⇒

Proyeksi PDRB lima kecamatan sentra industri kerajinan anyaman pandan

menggunakan proyeksi shift share. Rumus yang digunakan adalah

⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ + = ij ij i i ij ij Y D n m Y Y Y Y " ' "

Keterangan : "

ij

Y = proyeksi PDRB sektor i di lima kecamatan sentra industri kerajinan anyaman pandan tahun 2011

ij

D = nilai komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i di lima kecamatan sentra industri kerajinan anyaman pandan masa lalu

m = tahun proyeksi atau pada penelitian ini tahun 2011

n = tahun dasar analisis pada analisis proyeksi atau pada penelitian ini tahun 2003


(56)

BAB V

GAMBARAN UMUM

5.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah

Kabupaten Tasikmalaya berbatasan dengan Kabupaten Ciamis, Kota Tasikmalaya, dan Kabupaten Majalengka di sebelah utara. Di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Ciamis, sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, dan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Garut. Kabupaten Tasikmalaya memiliki luas wilayah 271.251,71 hektar yang terbagi atas 39 kecamatan dan 351 desa.

5.2 Iklim

Kabupaten Tasikmalaya pada umumnya beriklim tropis, dengan temperatur normal rata-rata 20º - 34º C. Temperatur di dataran rendah pada umumnya 34º C dan kelembaban 50 persen, sedangkan pada daerah dataran tinggi mempunyai temperatur 18º - 22º C dengan kelembaban berkisar antara 61 persen sampai 73 persen. Curah hujan rata-rata per tahun 217,195 mm dengan jumlah hari hujan efektif selama satu tahun sebanyak 84 hari. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November, dengan musim hujan terjadi antara bulan Oktober-Mei dan musim kemarau terjadi antara bulan Juni-September.

5.3 Kependudukan dan Ketenagakerjaan

Jumlah penduduk Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 2006 sebanyak 1.668.581 orang. Penduduk berjenis kelamin laki-laki sejumlah 833.018 orang dan penduduk yang berjenis kelamin perempuan sejumlah 835.563 sehingga nilai


(57)

sex ratio-nya sebesar 0,9977 persen. Rata-rata kepadatan penduduk sebanyak 651 orang per kilometer persegi. Penduduk terpadat berada di Kecamatan Singaparna yaitu sebanyak 3.581 orang per kilometer persegi, sedangkan Kecamatan Pancatengah merupakan kecamatan yang tingkat kepadatan penduduknya paling rendah.

Pada Tahun 2006, jumlah pencari kerja yang tercatat sebanyak 20.846 orang yang terdiri dari 11.552 laki-laki dan 9.294 perempuan. Dari seluruh pencari kerja yang tercatat, hanya 3,89 persen atau sebanyak 811 orang yang sudah ditempatkan. Sementara itu, sebagian besar atau sebanyak 20.035 orang sedang menunggu penempatan.

Berdasarkan data BPS tahun 2006, sebagian besar penduduk atau sebanyak 46,52 persen atau sejumlah 329.846 orang dari penduduk yang bekerja, bekerja pada sektor pertanian. Hal ini terkait dengan struktur perekonomian Kabupaten Tasikmalaya yang ditopang oleh sektor pertanian. Selain pada sektor pertanian, penduduk di Kabupaten Tasikmalaya juga banyak yang bekerja pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran yaitu sebanyak 25,20 persen. Industri pengolahan yang di dalamnya terdapat industri kerajinan anyaman pandan mampu menyerap 10,60 persen tenaga kerja. Pada tahun yang sama, 18,32 persen dari penduduk yang bekerja pada sektor industri pengolahan atau sebesar 13.772 orang bekerja pada industri kerajinan anyaman pandan. Sementara itu, dari total penduduk yang bekerja sekitar dua persennya bekerja pada industri kerajinan anyaman pandan. Penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha secara rinci di Kabupaten Tasikmalaya dapat dilihat pada Tabel 4.


(58)

Tabel 4. Penduduk Berumur 10 Tahun ke atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2006

Lapangan Usaha Jumlah (orang) Persentase

Pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan,

dan perikanan 329.846 46,52

Pertambangan dan penggalian 3.254 0,46

Industri Pengolahan 75.177 10,60

Listrik, gas, dan air 540 0,08

Bangunan 32.715 4,61

Perdagangan, hotel, dan restoran 178.665 25,20

Angkutan 42.108 5,94

Keuangan 4.789 0,68

Jasa Kemasyarakatan 41.637 5,87

Lainnya 271 0,04

Jumlah 709.002 100,00

Sumber: BPS Kabupaten Tasikmalaya 2007

5.4 Perekonomian

Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tasikmalaya mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sebagai contoh, pada tahun 2006, laju pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut meningkat sebesar 1,18 persen menjadi 4,01 persen. Hal ini disebabkan oleh naiknya produksi pada sektor pertanian terutama subsektor tanaman bahan makanan yang menyumbang cukup besar bagi PDRB Kabupaten Tasikmalaya. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tasikmalaya tahun 2004-2006 secara rinci dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tasikmalaya dan Provinsi Jawa Barat Tahun 2004-2006 (Persen)

Tahun Laju Pertumbuhan Ekonomi (%)

Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

2004 3,52 5,16

2005 3,83 5,47

2006 4,01 6,30

Sumber: BPS Kabupaten Tasikmalaya 2007

Pada tahun 2006, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tasikmalaya mengalami kenaikan yang cukup berarti dari tahun-tahun sebelumnya. Sektor


(59)

industri pengolahan mengalami pertumbuhan yang paling tinggi diantara sektor-sektor yang lainnya yaitu sebesar 7,84 persen. Disusul oleh sektor-sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 7,08 persen. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tasikmalaya yang dirinci menurut sektor dapat dilihat pada Tabel 6.

Struktur ekonomi secara kuantitatif dapat digambarkan dengan menghitung besarnya persentase peranan nilai tambah bruto dari masing-masing sektor terhadap nilai total PDRB. Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat diketahui bahwa struktur ekonomi Kabupaten Tasikmalaya didominasi oleh tiga sektor yaitu: sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan; sektor perdagangan, hotel, dan restoran; serta sektor industri pengolahan.

Tabel 6. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tasikmalaya dan Provinsi Jawa Barat dirinci Menurut Sektor tahun 2006 (Persen)

Sektor Pertumbuhan Ekonomi (%)

Kab. Tasikmalaya

Prov. Jawa Barat Pertanian, perkebunan, peternakan,

kehutanan, dan perikanan 2,06 -0,62

Pertambangan dan penggalian 4,19 -0,65

Industri pengolahan 7,84 8,86

Listrik, gas, dan air minum 4,93 1,87

Bangunan 5,86 4,20

Perdagangan, hotel, dan restoran 7,08 7,09

Pengangkutan dan Komunikasi 5,48 7,88

Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan 0,46 0,64

Jasa-jasa 4,23 8,20

Sumber: BPS Kabupaten Tasikmalaya 2007

Dari ketiga sektor tersebut, sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan yang memberikan kontribusi paling besar terhadap PDRB setiap tahunnya. Kontribusi masing-masing sektor terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya tahun 2002-2006 dapat dilihat pada Tabel 7.


(60)

Tabel 7. Distribusi PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2003-2006 Atas Dasar Harga Berlaku (Persen)

Lapangan Usaha 2003 2004 2005 2006

Pertanian, perkebunan, peternakan, 38,11 47,09 46,38 45,31

kehutanan, dan perikanan

Pertambangan dan penggalian 0,18 0,25 0,24 0,25

Industri Pengolahan 6,84 7,49 7,53 7,84

Listrik, gas, dan air bersih 0,80 0,98 1,01 1,00

Bangunan 6,41 3,64 4,93 5,35

Perdagangan, hotel, dan restoran 26,86 21,69 21.31 21,93

Pengangkutan dan komunikasi 3,89 4,62 4,69 4,62

Keuangan, persewaan, dan 3,25 3,70 3,64 3,42

jasa perusahaan

Jasa-jasa 13,66 9,23 10,30 10,27

Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS Kabupaten Tasikmalaya 2007

5.5 Industri Pengolahan

PDRB sektor industri pengolahan di Kabupaten Tasikmalaya setiap tahunnya terus mengalami peningkatan walaupun peningkatannya relatif kecil. Selama kurun waktu empat tahun (2003-2006), industri pengolahan di Kabupaten Tasikmalaya meningkat sebesar 16,83 persen. Sementara itu, distribusi industri pengolahan terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya selama kurun waktu tersebut berkisar 7,31-7,62 persen. PDRB sektor industri pengolahan dan distribusinya terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya tahun 2003-2006 secara rinci dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. PDRB Sektor Industri Pengolahan dan Distribusinya terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2003-2006 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

Tahun PDRB Sektor Industri Pengolahan Distribusi terhadap PDRB

(Juta Rupiah) (Persen)

2003 294,112.70 7,31

2004 306,368.74 7,33

2005 318,616.18 7,34

2006 343,605.47 7,62


(61)

Menurut BPS Kabupaten Tasikmalaya, industri pengolahan di daerah ini terdiri dari: aneka kerajinan anyaman (pandan, bambu, dan mendong); pengolahan kayu; makanan dan minuman; meubel; pengolahan teh; pengolahan tembakau; pengolahan aren; sutera alam; dan alas kaki.

Industri pengolahan di lima kecamatan sentra industri kerajinan anyaman pandan cukup bervariatif. Di Kecamatan Cipatujah, industri pengolahan terdiri atas industri makanan dan industri kerajinan anyaman pandan. Namun, di kecamatan tersebut industri pengolahan bukanlah sektor yang memberikan kontribusi besar terhadap total PDRB kecamatan. PDRB Kecamatan Cipatujah menurut lapangan usaha secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 14.

Di Kecamatan Cikalong, industri pengolahan bukanlah merupakan sektor yang memberikan kontribusi besar terhadap PDRB kecamatan. Industri pengolahan di kecamatan tersebut adalah industri makanan dan industri kerajinan anyaman pandan. Perekonomian Kecamatan Cikalong ditopang oleh sektor pertanian yang memberikan kontribusi paling besar terhadap PDRB setiap tahunnya. PDRB Kecamatan Cikalong menurut lapangan usaha secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 15.

Sama halnya dengan Kecamatan Cipatujah dan Kecamatan Cikalong, di Kecamatan Parungponteng pun industri pengolahan tidak memberikan kontribusi yang besar terhadap PDRB kecamatan. PDRB Kecamatan Parungponteng menurut lapangan usaha secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 16. Industri pengolahan di Kecamatan Cikalong terdiri atas industri pengolahan aren dan industri kerajinan anyaman pandan.


(62)

Industri pengolahan di Kecamatan Rajapolah yaitu industri kerajinan anyaman pandan, industri makanan, dan pembuatan kompor. PDRB industri pengolahan di kecamatan tersebut lebih besar daripada sektor pertanian. Hal ini berbeda dengan kecamatan-kecamatan lain yang PDRB nya ditopang oleh sektor pertanian. PDRB Kecamatan Rajapolah menurut lapangan usaha secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 17.

Industri pengolahan di Kecamatan Pagerageung lebih bervariatif yaitu industri makanan (pembuatan dodol dari beras ketan), pengolahan teh, pengolahan aren, pengolahn nilam, dan industri kerajinan anyaman pandan. Walaupun demikian, industri pengolahan memberikan kontribusi yang kecil terhadap PDRB kecamatan. PDRB Kecamatan Pagerageung menurut lapangan usaha secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 18.

5.6 Industri Kerajinan Anyaman Pandan

Industri kerajinan anyaman pandan merupakan industri yang telah dilakukan secara turun-temurun di Kabupaten Tasikmalaya. Industri ini terpusat di lima kecamatan dan delapan belas desa. Lima kecamatan tersebut adalah Kecamatan Cikalong, Parungponteng, Cipatujah, Rajapolah, dan Pagerageung.

Di Kecamatan Cikalong, sentra industri kerajinan anyaman pandan terletak di empat desa yaitu Desa Sindangjaya, Kalapagenep, Cimanuk, dan Mandalajaya. Sama halnya dengan di Kecamatan Cikalong, sentra industri kerajinan anyaman di Kecamatan Cipatujah, Rajapolah, dan Pagerageung juga terletak di empat desa. Di Kecamatan Cipatujah industri ini terpusat di Desa Ciheras, Bantarkalong, Cipatujah, dan Sindangkerta; di Kecamatan Rajapolah terpusat di Desa


(63)

Manggungsari, Manggungjaya, Rajapolah, dan Sukaraja; di Kecamatan Pagerageung terpusat di Desa Tanjungkerta, Cipacing, Puteran, dan Sukadana. Sementara itu, di Kecamatan Parungponteng industri kerajinan anyaman pandan hanya terpusat dua desa yaitu Desa Cigunung dan Karyabakti.

Dari lima kecamatan tersebut, Kecamatan Rajapolah merupakan pusat produksi dan promosi industri kerajinan anyaman pandan di Kabupaten Tasikmalaya. Sementara itu, empat kecamatan lainnya hanya mengolah tanaman pandan menjadi barang setengah jadi berupa lembaran-lembaran anyaman seperti tikar.

Pada industri kerajinan anyaman pandan, perusahaan melakukan mitra dengan pengrajin untuk pembuatan produk kerajinan. Sementara itu, proses finishing dan packing dilakukan sendiri oleh perusahaan. Terdapat dua sistem kemitraan antara perusahaan dengan pengrajin, yaitu sistem maklun dan sistem borongan.

Pada sistem maklun pengrajin mengambil semua bahan baku yang dibutuhkan dari perusahaan dan pengerjaan produknya dilakukan di rumah masing-masing pengrajin. Kalau bahan baku tersebut tersisa, maka sepenuhnya menjadi hak milik pengrajin. Oleh karena itu, sistem upah yang diterapkan disebut ongkos kerja. Besarnya ongkos kerja tergantung dari ukuran dan tingkat kerumitan dalam proses pembuatannya.

Sistem borongan hampir sama dengan sistem maklun. Namun, pada sistem borongan, apabila ada bahan baku yang tersisa harus dikembalikan pada perusahaan dan pengerjaan produknya dilakukan di tempat yang telah disediakan oleh perusahaan. Sama halnya dengan sistem maklun, upah pada sistem borongan


(64)

juga disebut ongkos kerja. Besarnya ongkos kerja tergantung dari ukuran dan tingkat kerumitan dalam proses pembuatannya.

Produk dari industri kerajinan anyaman pandan cukup beragam mulai dari peralatan rumah tangga hingga peralatan kantor. Produk-produk industri ini antara lain tempat cucian, tempat sampah, nampan, alas panas, tissue box, tempat file, kap lampu, tas dengan berbagai ukuran, sandal, CD box, magazine box, dan lain sebagainya. Produk-produk tersebut banyak diminati oleh konsumen dari luar negeri terutama dari Eropa Barat dan Jepang.


(1)

Proyeksi Perubahan PDRB di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan

Lapangan Usaha PDRB (Juta Rupiah)

Perubahan

PDRB %

2006 2011

(Juta

Rupiah) Pertanian, perkebunan, peternakan,

kehutanan, dan perikanan 339,752.40 440,926.95 101,174.55 29.78 Pertambangan dan penggalian 785.39 382.82 -402.57 -51.26 Industri Pengolahan (Industri

Kerajinan Anyaman Pandan) 43,125.72 51,235.43 8,109.71 18.80

Listrik, gas, dan air bersih 7,703.31 9,081.89 1,378.58 17.90

Bangunan 19,250.16 13,346.12 -5,904.04 -30.67

Perdagangan, hotel, dan restoran 175,574.43 194,928.77 19,354.34 11.02 Pengangkutan dan komunikasi 18,250.71 20,777.08 2,526.37 13.84 Keuangan, persewaan, dan jasa

perusahaan 25,349.47 26,880.30 1,530.83 6.04

Jasa-jasa 75,891.45 55,141.29 -20,750.16 -27.34

Produk Domestik Regional Bruto 705,683.04 788,817.46 83,134.42 11.78

Lampiran 12

Proyeksi Pergeseran Bersih di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan (Juta Rupiah)

Lapangan Usaha PP PPW PB %

(PP+PPW) PB

Pertanian, perkebunan, peternakan,

kehutanan, dan perikanan 89,780.97 -29,376.71 60,404.26 17.78 Pertambangan dan penggalian 401.66 -898.48 -496.82 -63.26 Industri Pengolahan (Industri

Kerajinan Anyaman Pandan) 2,082.03 852.59 2,934.62 6.80

Listrik, gas, dan air bersih 562.90 -108.72 454.18 5.90

Bangunan -8,543.16 329.10 -8,214.06 -42.67

Perdagangan, hotel, dan restoran -24,802.94 23,088.35 -1,714.59 -0.98 Pengangkutan dan komunikasi 4,203.25 -3,866.97 336.28 1.84 Keuangan, persewaan, dan jasa

perusahaan -1,011.32 -499.79 -1,511.11 -5.96

Jasa-jasa -27,854.46 -2,002.67 -29,857.13 -39.34


(2)

Lampiran 13

Perkembangan Industri Kerajinan Anyaman Pandan Menurut Desa Sentra Lokasi di Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2006-2007

Tahun Lokasi

Sentra 2006 2007

Kecamatan Desa Unit Usaha

Tenaga Kerja

Nilai Investasi

Nilai Produksi

Unit Usaha

Tenaga Kerja

Nilai Investasi

Nilai Produksi (Unit) (Orang) (Rp. 000) (Rp. 000) (Unit) (Orang) (Rp. 000) (Rp. 000)

Cikalong Sindangjaya 30 382 386,050 648,500 30 382 386,050 648,500

Kalapagenep 20 380 50,034 227,500 20 380 50,034 227,500

Cimanuk 20 280 36,867 315,000 4 93 381,975 279,000

Mandalajaya 49 784 323,903 696,000 20 280 36,867 315,000

Parungponteng Cigunung 2 55 3,000 15,000 49 784 323,903 696,000

Karyabakti 45 837 456,625 589,000 2 55 3,000 15,000

Pagerageung Tanjungkerta 33 731 45,030 384,750 45 837 456,625 589,000

Cipacing 48 876 4,799 346,750 33 731 45,030 384,750

Puteran 10 100 50,000 346,750 48 876 4,799 346,750

Sukadana 75 2,074 414,747 733,250 10 100 50,000 346,750

Rajapolah Manggungsari 72 2,048 424,360 704,000 75 2,074 414,747 733,250

Manggungjaya 73 2,059 412,772 816,375 72 2,048 424,360 704,000

Sukaraja 95 2,500 198,179 847,500 73 2,059 412,772 816,375

Rajapolah 37 632 281,556 411,000 95 2,500 198,179 847,500

Cipatujah Ciheras 12 34 62,568 136,500 37 632 281,556 411,000

Bantarkalong 12 34 62,568 136,500

Cipatujah 58 196 73,200 887,792

Sindangkerta 4 93 381,975 279,000


(3)

PDRB Kecamatan Cipatujah Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2006 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Juta Rupiah)

Sektor Perekonomian 2003 2004 2005 2006 Pertanian, perkebunan,

peternakan, kehutanan, dan

perikanan 88,857.04 109,194.95 117,289.34 114,019.08 Pertambangan dan

penggalian 243.74 203.16 207.48 213.74

Industri Pengolahan 6,920.76 6,072.23 6,957.36 6,810.66 Listrik, gas, dan air bersih 1,156.98 1,031.53 1,103.72 1,159.12

Bangunan 5,446.71 2,964.28 3,075.51 3,197.76 Perdagangan, hotel, dan

restoran 29,040.26 25,874.97 26,603.04 28,107.02 Pengangkutan dan

komunikasi 2,267.36 2,062.00 2,159.16 2,189.42 Keuangan, persewaan, dan

jasa perusahaan 5,100.15 4,680.77 4,807.06 4,790.60

Jasa-jasa 20,335.03 11,341.14 11,729.77 12,753.31 Produk Domestik Regional

Bruto 157,720.67 159,386.90 164,945.39 170,519.47 Lampiran 15

PDRB Kecamatan Cikalong Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2006 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Juta Rupiah)

Sektor Perekonomian 2003 2004 2005 2006 Pertanian, perkebunan,

peternakan, kehutanan,

dan perikanan 63,292.05 95,267.75 103,236.17 100,906.59 Pertambangan dan

penggalian 329.83 273.10 278.88 287.26 Industri Pengolahan 7,444.45 6,488.98 6,748.48 7,278.10

Listrik, gas, dan air

bersih 1,566.06 1,387.05 1,484.50 1,559.39 Bangunan 6,464.04 3,494.95 3,625.87 3,770.25 Perdagangan, hotel, dan

restoran 40,203.46 35,589.89 36,583.98 38,755.52 Pengangkutan dan

komunikasi 6,730.71 5,989.77 6,204.67 6,304.04 Keuangan, persewaan,

dan jasa perusahaan 6,118.15 5,437.98 5,563.90 5,533.79

Jasa-jasa 26,905.03 15,257.99 15,772.52 17,154.90 Produk Domestik


(4)

Lampiran 16

PDRB Kecamatan Parungponteng Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2006 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Juta Rupiah)

Sektor Perekonomian 2003 2004 2005 2006 Pertanian, perkebunan,

peternakan, kehutanan, dan

perikanan 47,329.36 48,926.61 52,245.27 50,886.02 Pertambangan dan penggalian 109.19 128.79 131.51 135.47

Industri Pengolahan 3,277.63 4,069.89 4,232.66 4,564.84 Listrik, gas, dan air bersih 594.75 750.39 802.87 843.15

Bangunan 2,998.31 2,309.37 2,395.88 2,491.28 Perdagangan, hotel, dan

restoran 16,348.40 20,605.96 21,184.38 22,427.16 Pengangkutan dan komunikasi 1,532.20 1,989.73 2,099.92 2,128.96

Keuangan, persewaan, dan

jasa perusahaan 1,971.64 2,511.15 2,572.33 2,565.81

Jasa-jasa 11,982.24 9,732.20 10,061.09 10,942.71 Produk Domestik Regional

Bruto 85,216.07 89,689.39 92,837.15 96,721.98

Lampiran 17

PDRB Kecamatan Rajapolah Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2006 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Juta Rupiah)

Sektor Perekonomian 2003 2004 2005 2006 Pertanian, perkebunan,

peternakan, kehutanan, dan

perikanan 10,282.32 12,236.66 12,968.16 12,507.33 Pertambangan dan penggalian 0.00 0.00 0.00 0.00

Industri Pengolahan 14,111.69 16,169.12 16,815.73 18,135.44 Listrik, gas, dan air bersih 2,099.46 2,444.35 2,615.96 2,747.79

Bangunan 8,170.28 5,907.82 6,129.11 6,373.16 Perdagangan, hotel, dan

restoran 44,236.43 51,249.90 52,742.24 55,560.90 Pengangkutan dan komunikasi 2,638.38 4,490.22 4,661.57 4,651.67

Keuangan, persewaan, dan

jasa perusahaan 7,803.46 9,018.87 9,242.89 9,221.46

Jasa-jasa 27,194.26 18,701.77 19,345.09 21,029.99 Produk Domestik Regional


(5)

Lampiran 18

PDRB Kecamatan Pagerageung Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2006 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Juta Rupiah)

Sektor Perekonomian 2003 2004 2005 2006 Pertanian, perkebunan,

peternakan, kehutanan, dan

perikanan 51,011.04 59,392.33 63,322.29 61,433.38 Pertambangan dan penggalian 136.24 141.58 144.57 148.92

Industri Pengolahan 5,164.72 5,649.94 5,875.88 6,336.68 Listrik, gas, dan air bersih 1,115.83 1,240.29 1,327.17 1,393.86

Bangunan 4,668.94 3,168.16 3,286.83 3,417.71 Perdagangan, hotel, dan

restoran 25,428.37 28,232.69 29,026.23 30,723.83 Pengangkutan dan komunikasi 2,468.16 2,797.37 2,933.96 2,976.62

Keuangan, persewaan, dan

jasa perusahaan 2,904.45 3,147.74 3,231.77 3,237.81

Jasa-jasa 17,904.67 12,463.34 12,893.74 14,010.54 Produk Domestik Regional


(6)