ANALISIS KINERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA YOGYAKARTA DALAM MENGATASI KEMACETAN LALU LINTAS TAHUN 2012-2015

(1)

ANALISIS KINERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA YOGYAKARTA DALAM MENGATASI KEMACETAN LALU LINTAS

TAHUN 2012-2015 SKRIPSI

Oleh :

Nama : Ardian Maulana NIM : 20110520052

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

YOGYAKARTA 2016


(2)

HALAMAN JUDUL

ANALISIS KINERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA YOGYAKARTA DALAM MENGATASI KEMACETAN LALU LINTAS

TAHUN 2012-2015

SKRIPSI

UntukMemenuhiSebagianPersyaratanMencapaiDerajatSarjana Strata 1 IlmuPemerintahanPadaFakultasIlmuSosial Dan PolitikUniversitasMuhammadiyah

Yogyakarta

Oleh :

Nama : Ardian Maulana NIM : 20110520052

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

YOGYAKARTA 2016


(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Dengan Judul :

ANALISIS KINERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA YOGYAKARTA DALAM MENGATASI KEMACETAN LALU LINTAS

TAHUN 2012-2015 Oleh :

ARDIAN MAULANA 20110520052

Telah dipertahankan dan disahkan di depan Tim Penguji Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pada :

Hari/Tanggal : Jumat, 26 Agustus 2015

Tempat : Ruang Kelas IGOV

Jam : 12.40–13.30 WIB

SUSUNAN TIM PENGUJI KETUA

Erni Zuhriyati,S.IP., MA

PENGUJI I PENGUJI II

Dra. Atik Septi Winarsih, M.Si Dr. Titin Purwaningsih, S.IP., M.Si. Mengetahui

KETUA JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN


(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kota sebagai ruang didefinisikan sebagai suatu tempat yang menggambarkan keaktifan, keberagaman, dan kompleksitasnya. Kota sebagai struktur memiliki berbagai komponen dan unsur, mulai dari komponen yang terlihat nyata secara fisik seperti perumahan dan prasarana umum, hingga komponen yang secara fisik tidak terlihat yaitu kekuatan politik dan hukum yang mengarahkan kegiatan kota (Branch, 1996:45).

Dalam kehidupan sehari-hari kota itu selalu nampak sibuk, warga kota yang menjadi penghuni kota memerlukan tempat berteduh, tempat bekerja, tempat bergaul, dan tempat menghibur diri. Oleh karena itu, kita dapat melihat beberapa aspek kehidupan di kota antara lain aspek sosial, aspek ekonomi, aspek budaya, aspek pemerintahan, dan sebagainya (Bintarto, 1989:35).

Seiring dengan beragamnya aktivitas perkotaan yang sangat kompleks diikuti dengan pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi maka kebutuhan akan ruang kota pun semakin tinggi. Dalam membahas permasalahan perkotaan yang paling kompleks adalah angkutan darat, walaupun terdapat juga problema pada jenis angkutan lainnya, ini karena keterbatasan daratan di Bumi ini yang banyak penduduknya.


(5)

Pada angkutan darat problema ini dapat terlihat dalam kehidupan sehari hari di Indonesia seperti sering terjadi kemacetan lalu lintas, pada kota yang dilalui angkutan antar kota misalnya bercampur dengan lalu lintas dalam kota, belum ada jalan alternatif pada ruas jalan tertentu karena bila macet maka tak ada jalan keluarnya dan untuk itu diusahakan untuk membuat jalan alternatif walaupun jaraknya semakin jauh tetapi dapat mencapai tujuan lebih cepat, kondisi infrastruktur terutama jalan yang kurang dan kondisi yang masih kurang baik yang akan berakibat pada rendahnya mutu perjalanan yang dilakukan bila dilihat dari segi pelayanan serta kondisi lingkungan dimana jarak antara jalan dengan tempat tinggal atau pertokoan sangat dekat sekali yang kadang-kadang menggunakan bahu jalan untuk parkir dan kegiatan lainnya.(Zulfiar Sani, 2010:17).

Kemacetan sudah menjadi hal yang biasa dijumpai di Yogyakarta, hampir diruas-ruas jalan utama kemacetan terjadi setiap saat mulai dari pagi hingga malam hari. Ada banyak titik rawan yang terjadi di Yogyakarta, diantaranya Jalan Malioboro, Jalan P.Mangkubumi, Jalan P. Senopati, Jalan Kebon Raya, Jalan Laksda Adisucipto, Jalan P. Diponegoro dan di Jalan Magelang. Waktu macet biasanya terjadi sekitar pukul 07:00-08, 14:00-16:00, 6:30-20:00. Hal ini disebabkanYogyakarta mengalami pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi, seperti banyaknya pelajar dan mahasiswa yang datang dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Selain menyebabkan pertumbuhan penduduk kedatangan para mahasiswa tersebut juga mengakibatkan pesatnya pertumbuhan kendaraan bermotor, karena sebagian besar dari mereka


(6)

membawa kendaraan dari daerah asalnya masing-masing. Disisi lain pertumbuhan penduduk dan kendaraan tersebut tidak diimbangi dengan pembangunan prasarana transportasi khususnya jalan ditambah lagi dengan tercampurnya berbagai jenis kendaraan yang ada, baik kendaraan bermotor maupun kendaraan tak bermotor seperti sepeda, becak dan andong yang jumlahnya cukup banyak di Yogyakarta.

Dengan meningkatnya jumlah kendaraan tersebut menyebabkan kota Yogyakarta semakin padat arus lalu lintasnya, sehingga permasalahan umum yang sering terlihat adalah masalah kemacetan jalan pada jam-jam puncak kegiatan. Tanpa disadari kemacetan jalan akan berimplikasi sangat besar pada aktivitas pemakai jalan, mulai dari rasa bosan/jenuh juga pemborosan pemakaian bahan bakar. (Imam Basuki, Siswadi, 2008)

Menurut data Badan Pusat Statistik (2012) jumlah kendaraan bermotor di Indonesia semakin meningkat setiap tahun. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi yang mengalami peningkatan jumlah kendaraan bermotor secara signifikan. Seperti yang diberitakan Tribunnews.com (10 november 2015) jumlah kendaraan bermotor di Kota Yogyakarta sepanjang tahun 2012 meningkat. Kendaraan bermotor di Kota Yogyakarta setiap bulan bertambah sekitar 8.900 unit yang terdiri dari 8.000 unit sepeda motor dan 900 kendaraan tipe mobil beroda empat. Pertumbuhan kendaraan tersebut tidak diimbangi dengan pembangunan prasarana transportasi seperti jalan,hal ini pula yang mengakibatkan Yogyakarta kerap kali mengalami kemacetan yang membuat tidak tertibnya pengguna kendaraan dan dari tahun ke tahun


(7)

kemacetan di Yogyakarta semakin terasa sehingga semakin membuat berkurangnya kenyamanan berkendara.

Hal ini tentu saja perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan juga dinas yang terkait. Menurut data yang tercatat di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) DIY, penjualan motor baru pada tahun 2012 mencapai 113.350 unit, meningkat signifikan dibandingkan dengan tahun 2011 yang hanya mencapai 104.153 unit (http://regional.com/2013/06/03/di-kawasan-yogyakarta-juga-ditemui-jalanan-macet-561841.html)

Didalam peraturan daerah no 5 tahun 2004 tentang penyelenggaraan lalu lintas jalan di Yogyakarta menyebutkan ;

a. Bahwa dalam rangka menciptakan kelancaran, dan keselamatan keamanan pelayanan kepada masyarakat pemakai jalan, dengan semakin pesatnya pertumbuhan dan perkembangan lalu lintas, maka diperlukan perencanaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan lalu lintas jalan yang lebih mantap, jelas, tegas memiliki kekuatan hukum yang mengikat

b. Bahwa perencanaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan lalu lintas jalan merupakan sistem penyelenggaraan lalu lintas yang mencakup seluruh kebijaksanaan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan kewenangan Kabupaten/Kota sesuai Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.

Dinas perhubungan kota yogyakarta merupakan salah satu lembaga pemerintahan yang memiliki peran penting sebagai pelayanan publik khususnya dibidang transportasi di Kota Yogya, berhasil atau tidaknya kinerja Dinas Perhubungan Kota Yogya dalam mengaplikasikan tugas-tugasnya sangat ditentukan sejauh mana organisasi tersebut didukung oleh sumber daya


(8)

manusia yang secara efektif melaksanakan program-program kerjanya. Adapun fungsi dari Dinas Perhubungan, yaitu;

a. Perumusan dan perencanaan kebijakan teknis pembangunan di bidang perhubungan darat, pos dan telekomunikasi

b. Pelaksanaan pembinaan dan bimbingan, pemberian dan pembatalan izin serta pemungutan retribusi

c. Pengendalian dan pengawasan teknis pelaksanaan perhubungan darat, pos dan telekomunikasi

d. Pelaksanaan ketatausahaan dinas.

Kinerja suatu birokrasi publik merupakan suatu isu yang sangat aktual yang terjadi pada masa sekarang ini. Masyarakat masih memandang kinerja dari birokrasi publik pada saat ini belum bisa memberikan rasa kepuasan yang tinggi, sehingga menyebabkan penyelenggaraan pemerintahan menjadi sorotan yang tajam, terutama dalam aspek transparansi, akuntabilitas, efisiensi dan efektifitas. Hal tersebut disebabkan masyarakat mulai kritis dalam memonitor dan mengevaluasi manfaat serta nilai yang diperoleh atas pelayanan dari instansi pemerintah. Disisi lain, pengukuran keberhasilan maupun kegagalan instansi pemerintah dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sulit dilakukan secara obyektif. (Sukowati, 2010)

Kinerja organisasi yang telah dilaksanakan dengan tingkat pencapaian tertentu tersebut seharusnya sesuai dengan misi yang telah ditetapkan sebagai


(9)

landasan untuk melakukan tugas yang diemban. Dengan demikian kinerja (performance) merupakan tingkat pencapaian hasil (Keban, 2004 :192 ).

Dinas perhubungan selaku dinas terkait sudah menerapkan berbagai program untuk mengurai kemacetan lalu lintas, salah satunya adalah dengan melakukan manajemen lalu lintas. Manajemen lalu lintas adalah suatu proses pengaturan dan penggunaan sistem jalan yang sudah ada dengan tujuan untuk memenuhi suatu tujuan tertentu tanpa perlu penambahan atau pembuatan infrastruktur baru (Alamsyah, 2008 : 217)

Tujuan pokok manajemen lalu lintas adalah memaksimalkan pemakaian sistem jalan yang ada dan meningkatkan keamanan jalan tanpa merusak kualitas lingkungan. Sasaran-sasaran manajemen lalu lintas adalah :

a) Mengatur dan menyederhanakan lalu lintas dengan melakukan pemisahan terhadap tipe, kecepatan, dan pemakai jalan yang berbeda untuk meminimalkan gangguan terhadap lalu lintas

b) Mengurangi tingkat kemacetan lalu lintas dengan menaikkan kapasitas atau mengurangi volume kendaraan pada suatu jalan

Terdapat tiga strategi manajemen lalu lintas secara umum yang dapat dikombinasikan. Tekniknya adalah sebagai berikut :

1. Manajemen Kapasitas

Dalam manajemen kapasitas, langkah pertama yang dilakukan adalah membuat penggunaan kapasitas dan ruas jalan seoptimal


(10)

mungkin sehingga pergerakan lalu lintas dapat berjalan lancar. Teknik yang dapat dilakukan dalam manajemen kapasitas adalah : a) Perbaikan persimpangan untuk meyakinkan penggunaan

kontrol dan geometri secara optimum

b) Manajemen ruas jalan dengan melakukan pemisahan tipe kendaraan, kontrol on street parking dan pelebaran jalan selama masih memungkinkan

c) Area traffic control yaitu berupa batasan belok, sistem jalan satu arah dan koordinasi lampu lalu lintas

2. Manajemen Prioritas

manajemen prioritas dapat berupa prioritas bagi kendaraan. Penumpang umum yang menggunakan angkutan massal karena angkutan massal dapat bergerak dengan membawa jumlah penumpang yang banyak sehingga efisiensi penggunaan ruas jalan dapat tercapai. Teknik yang dapat dilakukan antara lain dengan penggunaan :

a) Jalur khusus bus b) Prioritas persimpangan c) Jalur khusus sepeda

d) Prioritas bagi angkutan umum 3. Manajemen Demand (Permintaan)


(11)

1) Mengubah rute kendaraan pada jaringan jalan dengan tujuan untuk memeindahkan kendaraan dari daerah macet ke daerah yang lenggang

2) Merubah moda perjalanan dari angkutan pribadi menjadi angkutan umum pada jam sibuk yang berarti penyediaan prioritas bagi angkutan umum

3) Kontrol terhadap penggunaan lahan

Teknik yang dapat dilakukan dalam manajemen demand (permintaan) antara lain adalah dengan melakukan :

a. Kebijakan parkir b. Penutupan jalan c. Batasan fisik

Permasalahan perkotaan umumnya meliputi kemacetan lalulintas, parkir, angkutan umum,polusi dan masalah ketertiban lalulintas (Munawar, 2004). Adapun Permasalahan Lalu lintas yang ada di Kota Yogyakarta :

a. Kemacetan lalu lintas

Kemacetan akan selalu menimbulkan dampak negatif, baik terhadap pengemudi itu sendiri maupun ditinjau dari segi ekonomi dan lingkungan. Bagi pengemudi kendaraan, kemacetan akan menimbulkan ketegangan (stress). Selain itu juga akan menimbulkan dampak negatif ditinjau dari segi ekonomi yang berupa kehilangan waktu karena waktu perjalanan yang lama serta bertambahnya biaya operasi kendaraan (bensin, perawatan mesin) karena seringnya kendaraan berhenti. Selain


(12)

itu, timbul pula dampak negatif terhadap lingkungan yang berupa peningkatan polusi udara karena gas racun CO serta peningkatan gangguan suara kendaraan (kebisingan). Pedal rem dan gas yang silih berganti digunakan akan menyebabkan penambahan polusi udara serta kebisingan karena deru suara kendaraan. Kemudian untuk menghilangkan stress, para pengemudi akan lebih sering menggunakan klakson sehingga menimbulkan kebisingan. Salah satu penyebab dari kemacetan di Kota Yogyakarta adalah Ketidakseimbangan antara luas jalan dengan jumlah kendaraan atau transportasi yang melewati jalan yogyakarta. Banyaknya kendaraan yang lewat merupakan penyebab utama ruas jalan sering mengalami kemacetan. Ketidak seimbangan volume kendaraan ini disebabkan karena kurangnya manajemen transportasi

b. Fasilitas Parkir

Banyak daerah pusat keramaian yang tidak memiliki fasilitas ini. Sehingga berdampak bagi pemanafaatan lahan sekitar daerah tersebut, hal ini juga di perparah dengan dengan masalah retribusi parkir yang dilegalkan oleh pemerintah kota. Hal ini telah berjalan lama dan harapannya akan ada perubahan/perbaikan terutama dalam hal ketersediaan lahan parkir.


(13)

c. Fasilitas Angkutan Umum

Di Kota Yogyakarta banyak dilewati angkutan umum seperti Bus, Andong,Becak dan Taxi namun masih terasa kurang nyaman, kurang aman dan kurang efisien. Hal ini disebabkan karena kurangnya prasarana yang mendukung dalam pemanfaatan moda transportasi umum. Di Kota Yogyakarta transportasi tradisional seperti Becak dan Andong belum memiliki rute nya sendiri sehingga harus berbaur dengan transportasi cepat sehingga menyebabkan kemacetan, kawasan jalur lambat sering di manfaatkan pedagang untuk memarkirkan grobak sehingga pemanfaatnya belum maksimal.

Terdapat tujuh penyebab kemacetan, yaitu :

1. Physical Bottlenecks, yaitu kemacetan yang disebabkan oleh jumlah kendaraan yang telah melebihi batas, atau berada pada tingkat tertinggi. Kapasitas tersebut ditentukan dari faktor jalan, persimpangan jalan, serta tata letak jalan

2. Kecelakaan Lalu Lintas (traffic incident) : yaitu kemacetan yang disebabkan oleh kejadian atau kecelakaan didalam jalur perjalanan. Kecelakaan akan menyebabkan macet karena kendaraan yang terlibat kecelakaan tersebut memakan ruas jalan. Hal tersebut mungkin akan berlangsung lama, karena kendaraan tersebut butuh waktu untuk disingkirkan dari jalur lalu lintas.


(14)

3. Area Pekerjaan (work zone) : yaitu kemacetan yang disebabkan oleh adanya aktivitas konstruksi pada jalan. Aktivitas tersebut akan mengakibatkan perubahan keadaan lingkungan jalan. Perubahan tersebut seperti perubahan jalur dan penutupan jalan.

4. Cuaca yang Buruk (bad weather) : yaitu kemacetan yang terjadi karena keadaan cuaca yang tidak bersahabat, keadaan cuaca dapat menyebabkan perubahan perilaku pengemudi, sehingga dapat mempengaruhi arus lalu lintas. Contohnya : hujan deras akan mengurangi jarak pandang penglihatan pengemudi, sehingga banyak pengemudi menurunkan kecepatan mereka

5. Alat Pengatur Lalu Lintas (poor signal timing) yaitu kemacetan yang disebabkan oleh pengaturan lalu lintas yang bersifat kaku dan tidak mengikuti tinggi rendahnya arus lalu lintas. Selain lampu merah, jalur kereta api juga mempengaruhi tingkat kepadatan jalan, sehingga jalur kereta api yang memotong jalan harus seoptimal mungkin

6. Acara Khusus(special event): yaitu kemacetan yang terjadi karena disebabkan oleh adanya acara-acara tertentu, sehingga akan banyak terdapat parkir liar yang memakai ruas jalan pada suatu acara tertentu.

7. Fluktuasi pada Arus Normal (fluctuations in normal trafic) : yaitu kemacetan yang terjadi karena meningkatnya arus kendaraan pada jalan dan waktu tertentu, contohnya, kepadatan jalan akan


(15)

meningkat pada jam masuk dan pulang kantor (http://www.e-bookspdf.org judul Analisis Kasus Perencanaan Transportasi untuk penanganan Kemacetan)

Penyebab kemacetan yang sering terjadi di Kota Yogyakarta yaitu Physical Bottlenecks, yaitu kemacetan yang disebabkan oleh jumlah kendaraan yang telah melebihi batas, atau berada pada tingkat tertinggi dan Fluktuasi pada Arus Normal, yaitu kemacetan yang terjadi pada waktu tertentu seperti saat jam masuk dan pulang kantor dan sekolah. Salah satu upaya Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta dalam mengantisipasi kemacetan yaitu dengan menerapkan perubahan arus lalu lintas menjadi searah yakni di Jalan C. Simanjuntak.

Gambar 1. Jalan C Simanjuntak

Sumber : tribunjogja.com

Awal mula penerapan arus searah di Jalan C. Simanjuntak sendiri karena disebabkan kepadatan arus lalu lintas. Beban kendaraan yang melintas


(16)

di jalan tersebut telah melebihi ambang batas kemampuan jalan, sehingga jalur tersebut dianggap memasuki titik jenuh. Apabila tingkat pelayanan lalu lintas dibiarkan terus pada titik jenuh maka akan terjadi arus merayap. Sebelum kondisi tersebut terjadi maka Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta memutuskan untuk melakukan penerapan jalan satu arah tersebut, langkah tersebut juga dirasa perlu diambil karena banyak pertokoan di Jalan C. Simanjuntak tidak memiliki lahan parkir yang memadai.

Masalah kemacetan ini bukan hanya menjadi urusan Dinas Perhubungan dan pemerintah saja tapi juga harus menjadi kesadaran bagi seluruh elemen masyarakat . Oleh karena itu, untuk dapat menanggulangi masalah kemacetan ini, maka semua pihak yang ada di masyarakat, mulai dari pengguna transportasi, pihak penyedia, serta pihak pemerintah harus bahu-membahu menyelesaikan masalah ini dengan kesadaran penuh. Karena dampak kedepannya akan bertambah buruk, tidak hanya bagi pengendara tetapi juga bagi pemerintah. Pemerintah akan dirugikan apabila pengendara motor bertambah, otomatis penggunaan konsumsi BBM bersubsidi akan bertambah lebih banyak, sehingga dapat memperbanyak pengeluaran dana APBN.

Walaupun Pemerintah dan Dinas perhubungan telah membuat program-program guna mengatasi masalah kemacetan tersebut, namun seharusnya pemerintah lebih meningkatkan kualitas pelayanan dan kinerjanya agar mampu mencapai hasil apa yang diinginkan. Disini kualitas kinerja Dinas Perhubungan dipertanyakan, karena dirasa kurang mencapai hasil yang


(17)

diharapkan, sebagaimana digambarkan di atas. Program-program yang diterapan tersebut sudah baik namun apabila tidak diiringi dengan kualitas dan kinerja yang baik maka akan sia sia, karena itu masalah ini tentu tidak bisa diabaikan oleh pemerintah karena ini menyangkut kepentingan publik. Dalam keadaan seperti ini maka sudah seharusnya pemerintah mengambil langkah kebijakan untuk melakukan pembenahan.

Oleh sebab itu topik ini menjadi penting untuk di teliti tentang kinerja Dinas Perhubungan Kota Yogya dalam upaya melaksanakan program-program kerjanya dalam mengatasi masalah kemacetan yang terjadi di Kota Yogyakarta, dengan mengambil judul analisis terhadap kinerja Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta dalam mengatasi kemacetan lalu lintas tahun 2012-2015.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:

“Bagaimanakah kinerja Dinas Perhubungan Kota Yogya dalam mengatasi kemacetan di Kota Yogyakarta tahun 2012-2015?”

C. Tujan Penelitian

Mengetahui kinerja Dinas Perhubungan dalam mengatasi kemacetan di Kota Yogyakarta dalam rangka menciptakan kelancaran, dan keselamatan keamanan pelayanan kepada masyarakat pemakai jalan


(18)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan kegunaan bagi ; 1. Aspek keilmuan

a) Sebagai pengalaman berharga dan tambahan pengetahuan serta wawasan yang berkaitan dengan kinerja Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta dalam mengatasi kemacetan di Kota Yogyakarta

b) Sebagai kajian pustaka atau penelaahan bagi berbagai pihak yang ingin mengetahui kinerja Dinas Perhubungan dalam membuat program untuk mengatasi kemacetan.

2. Aspek guna laksana (praktis)

a) Kalangan akademisi, sebagai bahan untuk penelitian selanjutnya mengenai kinerja Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta

b) Instansi terkait (stakeholders) sebagai bahan pertimbangan dalam perumusan perencanaan selanjutnya

E. Kerangka Dasar Teori 1. Kinerja Organisasi

Istilah kinerja merupakan terjemahan dari Performance yang sering diartikan oleh para cendikiawan sebagai “penampilan”, “unjuk kerja”, atau “prestasi” (Yeremias T. Keban, 2004:191). Sedangkan Definisi Kinerja yang


(19)

dikemukakan oleh Bastian dalam Hessel Nogi (2005:175) sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi, dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi tersebut.

Kinerja dapat memberikan gambaran tentang seberapa jauh organisasi mencapai hasil ketika dibandingkan dengan pencapaian tujuan dan target yang telah ditetapkan (Yeremias T. Keban, 2004:193). Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja adalah suatu capaian atau hasil kerja dalam kegiatan atau program yang telah direncanakan terlebih dahulu guna mencapai hasil yang telah di targetkan oleh suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu.

Organisasi ialah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama serta secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang mana terdapat seseorang / beberapa orang yang disebut atasan dan seorang / sekelompok orang yang disebut dengan bawahan, sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misis serta tujuan yang sama (Armosudiro, 2006:12)

Kinerja organisasi adalah totalitas hasil kerja yang dicapai suatu organisasi, tercapainya tujuan organisasi berarti bahwa kinerja suatu organisasi itu dapat dilihat dari tingkatan sejauh mana organisasi tersebut dapat mencapai tujuan yang didasarkan pada tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya (Surjadi, 2009:7).


(20)

Menurut Soesilo dalam Hessel Nogi (2005:180) kinerja suatu organisasi dipengaruhi adanya faktor-faktor berikut :

a. Struktur organisasi sebagai hubungan internal yang berkaitan dengan fungsi yang menjalankan aktivitas organisasi

b. Kebijakan pengelolaan , berupa visi dan misi organisasi c. Sumber daya manusia, yang berhubungan dengan kualitas

karyawan untuk bekerja dan berkarya secara optimal d. System informasi manajemen, yang berhubungan dengan

pengelolaan data base untuk digunakan dalam mempertinggi kinerja organisasi

e. Sarana dan prasarana yang dimiliki, yang berhubungan dengan penggunaan teknologi bagi penyelenggaraan organisasi pada setiap aktivitas organisasi

Kumorotomo dalam Agus Dwiyanto (2006:52) mengemukakan bahwa untuk menilai kinerja organisasi dapat digunakan beberapa kriteria sebagai pedoman penilaian kinerja organisasi pelayanan publik, antara lain :

a. Efisiensi

Efisiensi menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan organisasi pelayanan publik mendapatkan laba, memanfaatkan faktor-faktor produksi serta pertimbangan yang berasal dari rasionalitas ekonomis. Apabila diterapkan secara objektif, kriteria seperti likuiditas,


(21)

solvabilitas, dan rentabilitas merupakan kriteria efisiensi yang sangat relevan.

b. Efektivitas

Apakah tujuan dari didirikannya organisasi pelayanan publik tercapai, hal tersebut erat kaitannya dengan Rasionalitas teknis, nilai, misi, tujuan organisasi, serta fungsi agen pembangunan.

c. Keadilan

Mempertanyakan alokasi layanan yang diselenggarakan oleh organisasi pelayanan publik, kriteria ini erat kaitannya dengan konsep ketercukupan atau kepantasan. Keduanya mempersoalkan apakah tingkat efektivitas tertentu, kebutuhan dan nilai-nilai dalam masyarakat dapat terpenuhi, isu-isu yang menyangkut pemerataan pembangunan, layanan pada kelompok pingiran dan sebagainya, akan mampu dijawab oleh kriteria ini

d. Daya Tanggap

Berlainan dengan bisnis yang dilaksanakan oleh perusahaan swasta, organisasi pelayanan publik merupakan bagian dari daya tanggap negara atau Pemerintah akan kebutuhan vital masyarakat. Oleh sebab itu, kriteria organisasi tersebut secara keseluruhan harus dapat dipertanggung jawabkan secara transparan demi memenuhi kriteria daya tanggap ini.

Begitu pentingnya penilaian kinerja bagi keberlangsungan organisasi dalam mencapai tujuan, maka perlu adanya indikator-indikator pengukuran


(22)

kinerja yang dipakai secara tepat dalam organisasi tertentu. Menurut Agus Dwiyanto (2006:49) penilaian kinerja birokrasi publik tidak cukup dilakukan dengan menggunakan indikator yang melekat pada birokrasi itu, seperti efisiensi dan efektivitas, tetapi harus dilihat juga dari indikator-indikator yang melekat pada pengguna jasa, seperti kepuasan pengguna jasa, akuntabilitas dan responsivitas.

Penilaian kinerja dari sisi pengguna jasa menjadi sangat penting karena birokrasi publik juga muncul karena tujuan dan misi birokrasi publik seringkali bukan hanya memiliki stakeholder yang banyak dan memiliki kepentingan yang sering berbenturan satu sama lain yang menyebabkan birokrasi publik mengalami kesulitan untuk merumuskan misi yang jelas. Akibatnya ukuran kinerja organisasi publik di mata para stakeholder juga berbeda-beda.

Agus Dwiyanto (2006:50) mengukur kinerja birokrasi publik berdasar adanya indikator yang secara lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut :

a. Produktivitas

Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input dengan output. Konsep Produktifitas dirasa terlalu sempit dan kemudian General AccountingOffice (GAO) mencoba mengembangkan satu ukuran produktivitas yang lebih luas dengan memasukan seberapa besar


(23)

pelayanan publik itu memiliki hasil yang diharapkan sebagai salah satu indikator kinerja yang penting

b. Kualitas layanan

Isu mengenai kualitas layanan cenderung semakin menjadi penting dalam menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi muncul karena ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanan yang diterima dari organisasi publik.

c. Responsivitas

Kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, mengembangkan pogram-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat responsivitas disini menunjukan pada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimasukan sebagai salah satu indikator kineja karena responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal tersebut jelas menunjukan kegagalan organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan organisasi publik. Organisasi yang memiliki Responsivitas rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang jelek pula.


(24)

d. Responsibilitas

Menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit mapun implisit. Oleh sebab itu, responsibilitas bisa saja pada suatu ketika berbenturan dengan responsivitas.

e. Akuntabilitas

Menunjukan pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat publik yang dipilih oleh rakyat. Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh rakyat, dengan sendirinya akan selalu mempresentasikan kepentingan rakyat. Dalam konteks ini, konsep dasar akuntabilitas publik dapat diguna untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan kehendak masyarakat banyak. Kinerja organisasi publik tidak hanya bisa dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan oleh organisasi publik atau Pemerintah, seperti pencapaian target. kinerja sebaiknya harus dinilai dari ukuran eksternal, seperti nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Suatu kegiatan organisasi publik memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat.


(25)

2. Kemacetan Lalu Lintas (Problem Solved)

Kemacetan identik dengan kepadatan (density), yang didefinisikan sebagai jumlah kendaraan yang menempati suatu panjang jalan tertentu dari lajur atau jalan, dirata-rata terhadap waktu. Menurut Hobbs (1995:107), kemacetan adalah waktu yang terbuang pada perjalanan karena berkurangnya kecepatan dalam batas normal yang dinyatakan dalam satuan menit. Kemacetan tersebut biasanya ditimbulkan oleh perlambatan (berkurangnya kecepatan) karena terjadi peningkatn volume lalu-lintas. Kemacetan yang terjadi ini banyak disebabkan oleh jumlah kendaraan yang terlalu ramai, lebar jalan sempit yang tidak mampu menampung arus kendaraan, parkir mobil-mobil di pinggir jalan yang menggunakan badan jalan memperbesar hambatan lalu lintas.

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kemacetan dalam berlalu lintas perkotaan, kemacetan terbagi menjadi dua (dua) jenis yaitu : (Hobbs, 1995:107)

a. Kemacetan karena kepadatan lalu lintas tinggi

Penundaan ini ditimbulkan oleh keterlambatan/macetnya kendaraan pada simpang jalan yang terlalu ramai kendaraan, lebar jalan yang kurang, parkir mobil di jalan-jalan sempit, dan sebagainya.

b. Kemacetan karena pertemuan jalan

Tundaan yang disebabkan oleh adanya pertemuan jalan/lokasi

persimpangan. Semakin banyak pertemuan jalan akan semakin banyak pula kendaraan yang mengakses jalan utama. Sehingga resikonya akan


(26)

menimbulkan kemacetan. Kemacetan mulai terjadi jika arus lalu lintas mendekati besaran kapasitas jalan.

Kemacetan semakin meningkat apabila arus begitu besarnya sehingga kendaraan sangat berdekatan satu sama lain. Kemacetan total terjadi apabila kendaraan harus berhenti atau bergerak sangat lambat (Tamin, 2000:99). Lalu lintas tergantung kepada kapasitas jalan, banyaknya lalu lintas yang ingin bergerak tetapi kalau kapasitas jalan tidak bisa menampung maka lalu lintas yang ada akan terhambat dan akan mengalir sesuai dengan kapasitas jaringan jalan maksimum (Sinulingga, 1999:70). Jadi faktor yang mempengaruhi kemacetan adalah besarnya volume arus lalu lintas dan besarnya kapasitas jalan yang dilalui.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk memecahkan permasalahan kemacetan harus dirumuskan dalam suatu rencana yang komprehesif seperti yang disebutkan dalam buku Perencanaan Kota, Wahyudi (1996:373) meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1. Peningkatan kapasitas

a. Memperlebar jalan, menambah lajur lalu lintas sepanjang hal itu memungkinkan,

b. Merubah sirkulasi lalu lintas menjadi jalan satu arah,

c. Mengurangi konflik dipersimpangan melalui pembatasan arus tertentu, biasanya yang paling dominan membatasi arus belok kanan,

d. Meningkatkan kapasitas persimpangan melalui lampu lalu lintas, persimpangan tidak sebidang/flyover,


(27)

2. Mengoptimalkan angkutan umum yang efisien dalam penggunaan ruang jalan

a. Pengembangan jaringan pelayanan angkutan umum

b. Pengembangan lajur atau jalur khusus bus ataupun jalan khusus bus seperti di Jakarta yang dikenal sebagai Busway

c. Pengembangan kereta api kota, yang dikenal sebagai metro di Perancis, Subway di Amerika, MRT di Singapura

d. Pembatasan kendaraan pribadi (Wahyudi, 1996:373) 3. Pembatasan penggunaan kendaraan pribadi

a. Dapat dilakukan melalui peningkatan biaya pemilikan kendaraan, pajak bahan bakar, pajak kendaraan bermotor, bea masuk yang tinggi. (Wahyudi, 1996:373)

b. Ketika memasuki kawasan atau jalan tertentu dilakukan pembatasan lalu lintas, seperti diterapkan di Jakarta yang dikenal sebagai kawasan 3 in 1. Contoh lain pembatasan sepeda motor masuk jalan tol dan pembatasan mobil pribadi masuk jalur busway. (Wahyudi, 1996:373)

F. Definisi Konsepsional

1. Kinerja dapat memberikan gambaran tentang seberapa jauh organisasi mencapai hasil ketika dibandingkan dengan pencapaian tujuan dan target yang telah ditetapkan, kinerja tentu sangat berguna untuk menilai seberapa jauh pelayanan yang diberikan oleh organisasi untuk memuaskan pengguna jasa.


(28)

2. Dinas Perhubungan adalah unsur pelaksana pemerintah daerah di bidang perhubungan yang mempunyai fungsi pelaksanaan sebagian kewenangan daerah di bidang perhubungan.

3. Kemacetan adalah waktu yang terbuang pada perjalanan karena berkurangnya kecepatan dalam batas normal yang dinyatakan dalam satuan menit. Kemacetan tersebut biasanya ditimbulkan oleh perlambatan (berkurangnya kecepatan) karena terjadi peningkatn volume lalu-lintas. Kemacetan yang terjadi ini banyak disebabkan oleh jumlah kendaraan yang terlalu ramai, lebar jalan sempit yang tidak mampu menampung arus kendaraan, parkir mobil-mobil di pinggir jalan yang menggunakan badan jalan memperbesar hambatan lalu lintas.

G. Definisi Operasional

Indikator pengukuran kinerja meliputi lima indikator, yaitu produktivitas, kualitas layanan, responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas. Kelima indikator ini dipilih dengan alasan bahwa indikator-indikator tersebut telah mewakili dari beberapa indikator-indikator yang banyak digunakan untuk menilai kinerja suatu organisasi publik dari dalam dan luar organisasi.

A. Indikator Pengukuran Kinerja ; 1. Produktivitas

a. Terealisasinya program-program mengatasi kemacetan lalu lintas


(29)

b. Hasil sesuai target 2. Kualitas Pelayanan

a. Pengadaan fasilitas publik

b. Optimalisasi dan koordinasi pengaturan lalu lintas c. Pengembangan sarana dan prasarana

3. Responsivitas

a. Menanggapi kebutuhan dan keinginan masyarakat

b. Mengembangkan program-program sesuai dengan aspirasi masyarakat

4. Responsibilitas

a. Pengendalian birokrasi

b. Koordinasi dengan melibatkan wilayah diluar administrasi Kota Yogyakarta

5. Akuntabilitas

a. Menyelenggarakan lalu lintas yang aman dan lancar

b. Kebijakan yang berpihak pada kepentingan masyarakat luas

H. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode kualitatif yang lebih menitik beratkan untuk memahami dan menjelaskan situasi tertentu, bukan hanya mencari sebab akibat dari penomena


(30)

yang diteliti. Tujuan peneliti biasanya menjadi alasan dari pelaksana penelitian.

Mohammad Natsir (1993:105) mengatakan bahwa penelitian deskriptif dimaksudkan untuk membuat atau melukiskan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang diteliti.

Selanjutnya Winarno Surachmad (1982 : 132) mengatakan bahwa ciri-ciri yang terdapat dalam penelitian deskriptif yaitu; pertama, merumuskan pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang atau masalah-masalah aktual. Kedua, data-data yang dikumpulkan pertama-tama dijelaskan dan dianalisa.

Pada akhirnya oprasional penelitian deskriptif ini berkisar pada pengumpulan data yang selanjutnya disusun, diolah, ditafsirkan dan kemudian data yang telah diolah tersebut telah diberi makna rasional dengan mematuhi prinsip-prinsip logika untuk memperoleh kesimpulan yang akurat dan kritis.

2. Unit Analisis

Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di Kantor Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta dengan narasumber Kepala Kantor dan staf. Alasan pemilihan lokasi penelitian yaitu guna mengetahui program-program atau kebijakan apa saja yang telah di buat guna mengantisipasi dan mengurangi kemacetan di Kota Yogyakarta.


(31)

3. Jenis Data

Ada dua macam jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini, yaitu data primer dan data sekunder

3.1. Data Primer

yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan melalui wawancara dan observasi

3.2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber tidak langsung, mengumpulkan data lewat orang lain atau dokumentasi , Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen. Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian yang pada peneliti teliti kali ini adalah Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, dan data-data yang relevan bagi penelitian.

4. Teknik Pengumpulan Data 4.1. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah pengambilan data dari dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini dan nantinya dapat memberikan gambaran umum dari lokasi penelitian (Sutrisni Hadi, 1995:138)


(32)

4.2. Wawancara

Data diperoleh dengan wawancara terhadap narasumber dan responden guna memperoleh keterangan atau gambaran-gambaran yang riil mengenai permasalahan dalam penelitian ini.

4.3. Studi Kepustakaan

Data diperoleh dengan wawancara terhadap narasumber dan responden guna memperoleh keterangan atau gambaran-gambaran yang riil mengenai permasalahan dalam penelitian ini

5. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unti-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain (Sugiyono, 2008;244).

Analisa data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja (Moleong, 2007: 280)


(33)

BAB II

DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

A. Deskripsi Wilayah Kota Yogyakarta 1. Kondisi Geografis

Luas wilayah Kota Yogyakarta kurang lebih hanya 1,02 % dari seluruh luas wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu 32,5 km2. Terbagi menjadi 14 wilayah kecamatan dan 45 wilayah kelurahan yang sebagian besar tanahnya regosol dengan formasi geologi batuan sedimen old andesit.

- Sebelah utara : Kabupaten Sleman

- Sebelah timur : Kabupaten Bantul dan Sleman

- Sebelah selatan : Kabupaten Bantul

- Sebelah barat : Kabupaten Bantul dan Sleman

Wilayah Kota Yogyakarta terletakantara 110 20’ 41’’ sampai 110 24’ 14’’ Bujur Timur dan 07 45’ 57’’ sampai 07 50’ 25’’ Lintang Selatan, dengan ketinggian tanah rata-rata 75 meter sampai dengan 132 meter di atas permukaan air laut.

Wilayah utara pada umumnya mempunyai permukaan tanah yang lebih tinggi dibandingkan wilayah-wilayah kecamatan di bagian selatan. Luas wilayah berdasarkan tinggi tempat dapat dilihat pada table berikut :


(34)

Tabel 2.1 Luas Wilayah Berdasarkan Ketinggian Wilayah Kecamatan Di Kota Yogyakarta (di atas permukaan laut Tahun 2014)

NO KECAMATAN

LUAS MENURUT KETINGGIAN (Ha) 0-25

m

25-50

m 50-100 m 100-700 m 500-1000 m

1 Mantrijeron - - 261,0000 -

-2 Kraton - - 140,0000 -

-3 Mergangsan - - 202,1050 28,8950

-4 Umbulharjo - - 604,6456 205,3544

-5 Kotagede - - 302,4915 4,508

-6 Gondokusuman - - - 399,0000

-7 Danurejan - - - 110,000

-8 Pakualaman - - - 63,0000

-9 Gondomanan - - 41,8925 70,1075

-10 Ngampilan - - 30,7500 51,2500

-11 Wirobrajan - - 72,4263 103,5737

-12 Gedongtengen - - - 96,0000

-13 Jetis - - - 170,0000

-14 Tegalrejo - - - 291,0000

-Jumlah (Ha) - - 1.655,3109 1.592,6891

-Sumber Data : Kantor Pertanahan Kota Yogyakarta

2. Demografis

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Yogyakarta menunjukkan bahwa dalam satu tahun ini terjadi kenaikan jumlah penduduk. Pada tahun 2013 sebanyak 406.660 jiwa dan pada tahun 2014 sebanyak 413.936 jiwa sehingga mengalami kenaikan 1,7% atau sebanyak 7.276 jiwa. Karena itu kepadatan penduduk Kota Yogyakarta juga mengalami kenaikan menjadi 12.740 jiwa/km2.

Bila dibandingkan antara laki-laki dan perempuan, jumlah penduduk Kota Yogyakarta dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 lebih banyak yang perempuan, walaupun tidak terpaut banyak. Pada tahun 2014 ini, dari


(35)

seluruh penduduk, jumlah perempuan mencapai 51,12 %, sedangkan jumlah laki-laki hanya 48,87 % yang berarti terdapat selisih sebesar 2,1 % atau sebanyak 9.344 jiwa.

Data selengkapnya mengenai jumlah penduduk dirinci menurut laki-laki, perempuan, dan kepadatan penduduk di Kota Yogyakarta selama tahun 2011-2014 adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Tahun 2011-2014

Item Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014

Laki-laki 217.378 jiwa 210.433 jiwa 198.892 jiwa 202.296 jiwa Perempuan 222.765 jiwa 217.113 jiwa 207.768 jiwa 211.640 jiwa Jumlah

penduduk 440.143 jiwa 427.546 jiwa 406.660 jiwa 413936 jiwa Kepadatan

penduduk

13.597

jiwa/km 13.161 jiwa/km 12.516 jiwa/km

12.736 jiwa/km Sumber Data : Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota Yogyakarta

B. Transportasi

1. Jumlah Kendaraan Bermotor di Yogyakarta

Saat ini kota Yogyakarta sedang menghadapi masalah yang cukup rumit berkaitan dengan transportasi darat. Jumlah penduduk yang semakin bertambah, dibarengi dengan meningkatnya daya beli masyarakat terhadap kendaraan bermotor memicu meningkatnya jumlah kendaraan bermotor. Sumber dari PUSTRAL menyatakan, di kota Yogyakarta, rata-rata setiap bulannya terjual 6000 sepeda motor. Sepeda motor adalah transportasi yang dominan di kota Yogyakarta yaitu 79,72% dari 257,231 kendaraan pada tahun


(36)

2012. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor roda dua di kota Yogyakarta telah menggantikan alat transportasi yang lain.

Tabel 2.3 Jumlah kendaraan bermotor di Kota Yogyakarta 2010-2012

Jumlah kendaraan 2010 2011 2012

sedan 10254 10348 9446

jeep 3607 3754 3508

bus/microbus 970 968 988

minibus 22831 25058 26089

Pick up/truk 7519 7626 7621

Sepeda motor 198667 204972 2059579

jumlah 243848 252726 257231

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Daerah

Secara umum, pertambahan sepeda motor memang lebih pesat dibandingkan kendaraan roda empat. Setiap tahun, jumlah kendaraan roda dua bertambah sekitar 11,8 persen, sementara kendaraan roda empat hanya 6,9 persen. Berdasarkan data Polda DIY, jumlah kendaraan bermotor terbanyak berada di kota Yogyakarta.

Tersedianya fasilitas umum yang memadai merupakan modal dasar untuk meningkatkan kegiatan masyarakat suatu kota atau daerah, salah satunya adalah jalan. Meningkatnya pertumbuhan penduduk menuntut pada peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk. Jaringan jalan merupakan salah satu infrastruktur penunjang kegiatan sosial, ekonomi, politik, budaya dan aktivitas manusia lainnya, dengan adanya jaringan jalan maka kegiatan manusia yang menghubungkan antara satu lokasi dengan lokasi yang lainnya dapat terhubung dengan baik.


(37)

2. Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan dan Status Jalan

Panjang jalan terpanjang di Kota Yogyakarta adalah jalan non kelas yaitu 174,8 km2 yang merupakan jalan lingkungan dan jalan permukiman. Dengan meningkatnya kuantitas moda angkutan maka diperlukan pemeliharaan jalan secara berkala, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel jenis permukaan dan kelas jalan berikut ini :

Tabel 2.4 Panjang jalan menurut jenis permukaan dan status jalan di Kota Yogyakarta 2010-2012

Jenis permukaan Jalan negara Jalan kabupaten

2010 2011 2012 2010 2011 2012

diaspal 18,13 18,13 18,13 248,09 248,09 248,09

kerikil 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Tanah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Lainnya(perkerasan) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Total 18,13 18,13 18,13 248,09 248,09 248,09

Sumber : Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah Kota Yogyakarta

Masing masing jalan di Kota Yogyakarta memiliki fungsi jalan yaitu jalan arteri primer, jalan arteri sekunder, jalan kolektor sekunder, jalan lokal dan jalan lingkungan. Jalan arteri primer Kota Yogyakarta menghubungkan antara PKN (Pusat Kegiatan Nasional) dengan PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) sehingga jalan yang masuk kedalam arteri primer adalah jaringan jalan yang menghubungkan Provinsi DIY dengan Provinsi Jawa Tengah, yaitu sebagian dari ruas jalan lingkar selatan (Ringroad) di Giwangan.


(38)

Untuk kawasan perkotaan Yogyakarta, kawasan jalan yang dilayani oleh jaringan jalan arteri sekunder, yaitu :

- Jl Laksamana Adisucipto - Jl Urip Sumoharjo - Jl Jendral Sudirman - Jl Pangeran Diponegoro - Jl Magelang

- Jl Kyai Mojo

- Jl Hos Cokroaminoto - Jl RE Martadinata - Jl Kapten Tendean - Jl Bugisan

- Jl MT Haryono - Jl Kolonel Sugiono - Jl Mayjen Sutoyo - Jl Perintis Kemerdekaan - Jl Gedong Kuning

Adapun jaringan jalan kolektor sekunder yang menghubungkan antar kawasan di Kota Yogyakarta, diantaranya yaitu :

- Jl Malioboro - Jl P Mangkubumi - Jl Ahmad Yani - Jl C Simanjuntak


(39)

- Jl Gejayan - Jl Kusumanegara - Jl Sultan Agung - Jl Senopati - Jl KHA Dahlan - Jl Mataram

- Jl Brigjen Katamso - Jl Parangtritis - Jl Bantul - Jl Prof Yohanes - Jl Taman Siswa - Jl Dokter Wahidin - Jl Dokter Sutomo

C. Deskripsi Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta

Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta merupakan dinas daerah yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 10 Tahun 2008. Dalam rangka mewujudkan kebutuhan masyarakat yang mengalami peningkatan yang sangat pesat atas penyelenggaraan dibidang perhubungan, pos, dan telekomunikasi yang aman, tertib, selamat dan handal serta pelayanan atas pertumbuhan jumlah penduduk dalam hal ini peran Dinas Perhubungan perlu ditingkatkan.


(40)

1.1. Visi dan Misi 1. Visi

“Terwujudnya sistem transportasi kota yang efektif, efisien, akuntabel, dan berwawasan lingkungan serta responsive gender.”

2. Misi

1. Meningkatkan keselamatan, keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas jalan

2. Meningkatkan kualitas pelayanan dibidang transportasi jalan yang memenuhi standar pelayanan

3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana, prasarana, dan fasilitas LLAJ

4. Mengembangkan sistem transportasi umum perkotaan yang handal 5. Meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan kinerja pegawai 6. Meningkatkan jaringan dan kerjasama dengan berbagai pihak

dalam rangka pelaksanaan tugas

1.2. Tujuan dan Sasaran

- Tujuan merupakan target kualitatif organisasi dan menjadi ukuran kinerja, yang memfokuskan terhadap penyusunan rencana kinerja dan alokasi sumber daya organisasi dalam kegiatan operasional untuk kurun waktu lima tahun dan dialokasikan dalam periode secara tahunan melalui serangkaian program yang akan dijabarkan lebih lanjut dalam suatu rencana kinerja.


(41)

- Sasaran strategik dibutuhkan untuk memberikan fokus kepada penyusunan rencana kinerja dan alokasi sumber daya organisasi dalam kegiatan operasional organisasi tiap tiap tahun untuk kurun waktu lima. Berikut ini adalah tujuan, sasaran strategi Dinas Perhubungan sesuai dengan visi dan misi yang sudah ditetapkan.

Tabel 2.5 Tujuan dan Sasaran

Tujuan Sasaran Indikator Sasaran

Meningkatkan pelayanan dibidang perhubungan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang berkualitas Terwujudnya

efektifitas dan efesiensi pengelolaan internal Dinas Perhubungan

1. Terpenuhinya kebutuhan administrasi perkantoran sebesar 100% Meningkatkan kualitas pelayanan perhubungan Meningkatnya fasilitas perlengkapan jalan

Persentase fasilitas perlengkapan jalan sebesar 74%

Meningkatnya pelayanan pengujian kendaraan bermotor

Presentase ketersediaan unit pengujian kendaraan bermotor sebesar 100%

Meningkatnya jaringan pelayanan angkutan jalan

1. Presentase angkutan umum yang melayani wilayah yang tersedia jaringan jalan untuk jaringan jalan kota sebesar 60%

2. Presentase halte yang telah melayani angkutan umum dalam trayek sebesar 50% 3. Presentase ketersediaan

terminal angkutan penumpang sebesar 100%


(42)

4. Presentase ketersediaan SDM yang memiliki kompetensi sebagai pengawas kelayakan kendaraan pada setiap perusahaan angkutan umum sebesar 50%

Meningkatnya

keselamatan,ketertiban, dan kelancaran lalu lintas

Presentase pemenuhan standar keselamatan bagi angkutan umum yang melayani trayek didalam kota sebesar 95%

Meningkatnya ketertiban penyelenggaraan perpakiran

Presentase ketertiban

penyelenggaraan perpakiran sebesar 78%

Sumber : Renstra Dinas Perhubungan

1.3. Tugas

1. Tugas pokok Dinas Perhubungan adalah melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang perhubungan, pos, dan telekomunikasi.

2. Fungsi dari Dinas Perhubungan adalah melaksanakan penyelenggaraan manajemen lalu lintas, rekayasa lalu lintas dan angkutan, optimalisasi perpakiran dan pengelolaan retribusi parkir, pengendalian operasional dan bimbingan keselamatan, pelasanaan pengujian kendaraan bermotor, serta pelaksanaan pengelolaan terminal.

1.4. Struktur Organisasi

Susunan Organisasi Dinas Perhubungan terdiri atas Kepala Dinas Perhubungan yang membawahi Bagian dengan Sub Bagian, Bidang dengan seksi seksi dan UPT sebagai berikut :


(43)

- Sekretariat, terdiri dari : Kepala Dinas

- Bagian tata usaha terdiri dari :

a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian b. Sub Bagian Keuangan

c. Sub Bagian Administrasi Data dan Pelaporan

- Bidang Pengendalian Operasional dan Bimbingan Keselamatan, terdiri dari :

a. Seksi Pengendalian Operasional b. Seksi Bimbingan Keselamatan

- Bidang Lalu Lintas dan Angkutan, terdiri dari : a. Seksi Manajemen Lalu Lintas

b. Seksi Rekayasa Lalu Lintas c. Seksi Angkutan

- Bidang Pengelolaan Perpakiran, terdiri dari : a. Seksi Optimalisasi Perpakiran

b. Seksi Retribusi Parkir

- Unit Pelaksana Teknis (UPT) terdiri dari : a. UPT Pengelolaan Terminal


(44)

(45)

42 Kepala dinas

Sub Bagian Tata Usaha Sub UPT Pengujian UPT Pengelolaan

Terminal

Unit Pengujian Kendaraan

Bermotor Seksi Rekayasa Lalu

Lintas

Seksi Angkutan Seksi Manajemen

Lalu Lintas Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Seksi Bimbingan Keselamatan Seksi Pengendalian

Operasional Bidang Pengendalian operasional dan bimbingan

keselamatan

Seksi Retribusi Parkir Seksi Optimalisasi

Parkir Bidang Pengelolaan

Perpakiran Sub Bagian Umum

dan kepegawaian

Sub Bagian Keuangan

Sub Bagian Administrasi data dan pelaporan


(46)

1.5. Strategi dan Kebijakan  Strategi

Strategi dinas pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 yaitu : Peningkatan sistem transportasi perkotaan

 Kebijakan

1. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana perhubungan.

2. Meningkatkaan penataan parkir kendaraan bermotor dan tidak bermotor

3. Mengembangkan pengelolaan transportasi yang handal

4. Mengoptimalkan pemanfaatan sarana dan prasarana bidang perhubungan yang telah tersedia

5. Memberdayakan pegawai sesuai dengan jabatan, kemampuan dan profesionalitasnya

6. Melaksanakan koordinasi dalam pelaksanaan tugas dengan instansi instansi yang terkait dengan ketugasan di bidang perhubungan 7. Meningkatkan kinerja peraturan dan kelembagaan melalui penataan

sistem transportasi jalan, menyusun dan merevisi peraturan peraturan bidang perhubungan yang berupa Perda, Perwal dan SK Walikota

1.6. Program dan Kegiatan Dinas Perhubungan

a. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran, terdiri dari kegiatan-kegiatan sebagai berikut :


(47)

- Penyediaan jasa pemeliharaan kendaraan dan perizinan kendaraan dinas

- Penyediaan jasa administrasi keuangan - Penyediaan jasa kebersihan kantor

- Penyediaan jasa perbaikan peralatan kerja - Penyediaan alat tulis kantor

- Penyediaan barang cetakan dan penggandaan

- Penyedian komponen instalasi listrik/penerangan bangunan kantor - Penyediaan peralatan rumah tangga

- Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundangan - Penyedian makanan dan minuman

- Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi ke luar daerah - Penyediaan jasa tenaga bantuan

b. Program Peningkatan Sarana dan Aparatur, terdiri dari kegiatan : - Pemeliharaan rutin/berkala gedung/kantor

- Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas operasional c. Program Peningkatan Disiplin Aparatur, terdiri dari kegiatan : - Pengadaan pakaian dinas beserta kelengkapannya

d. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur, terdiri dari kegiatan :

- Pendidikan dan pelatihan formal


(48)

e. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan, kegiatannya :

- Penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi

f. Program Pembangunan Rehabilitasi dan Pemeliharaan Sarana, Prasarana dan Fasilitas Perhubungan

- Rehabilitasi dan pemeliharaan alat pengujian kendaraan bermotor - Pembangunan sarana, prasarana, dan fasilitas perhubungan

- Rehabilitasi dan pemeliharaan sarana, prasarana, dan fasilitas perhubungan

g. Program Peningkatan Pengaturan Lalu Lintas dan Angkutan - Optimalisasi perijinan angkutan

- Manajemen transportasi terminal

- Manajemen sarana dan prasarana terminal - Survey bidang lalu lintas

- Pengaturan kendaraan tidak bermotor

h. Program Pengendalian Ketertiban dan Kelancaran Lalu Lintas - Optimalisasi pelaksanaan perda dan pengendalian operasional

bidang perhubungan

- Kegiatan angkutan lebaran, natal, dan tahun baru

- Kegiatan bimbingan keselamatan dan sosialisai peraturan bidang perhubungan dengan keselamatan lalu lintas

i. Program Operasional dan Optimalisasi Penyelenggaraan Perpakiran


(49)

- Operasional penyelenggaraan perpakiran - Optimalisasi penyelenggraan perpakiran 1.7. Sumber Daya Dinas Perhubungan

1. Kepegawaian

Jumlah karyawan PNS : 96 orang Jumlah PTT : 23 orang Jumlah keseluruhan : 119 orang

Tabel 2.6 Komposisi jumlah karyawan berdasarkan pangkat dan golongan Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta :

No. Jabatan Pangkat/Golongan Jumlah

(orang)

1 Kepala Dinas Pembina TK I/Gol.IVc 1

2 Kepala Bagian/Sekretaris Pembina Tk I/Gol IVb 1

3 Kepala Bidang Pembina Tk I/Gol IVb 1

Pembina/Gol IVa 1

Penata Tk I/Gol IIId 1

4 Kepala Sub Bag/Seksi UPT Penata TK I/Gol IVa 1

Penata TK 1/Gol IIId 7

Penata /Gol IIIc 5

5 Staf Penata /Gol. III c

Penata muda TK I/Gol. III b Penata muda /Gol. III a Pengatur TK I/Gol. II d Pengatur /Gol Iic

Pengatur muda TK I/Gol. II b Pengatur muda/Gol. II a Juru TK I /Gol. I d Juru /Gol. I c

Juru Muda TK I /Gol.I b Juru muda /Gol. I a PTT 5 14 23 5 6 7 6 3 2 -4 23 jumlah 119


(50)

Sedangkan dari segi kualitas pendidikan formal sumber daya aparatur Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta terinci sebagai berikut :

Tabel 2.7 Kualitas Pendidikan Sumber Daya Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta

No Tingkat Pendidikan Jumlah Pegawai (Orang) 1

2 3 4 5 6

S-3 S-2 S-1/D4 DIII/Akademi DII

SLTA dan lebih rendah

-6 61

9 2 41

Jumlah Keseluruhan Pegawai 119

2. Perlengkapan

Jumlah sarana dan prasarana kerja - Kendaraan roda empat : 6 buah - Kendaraan roda dua : 25 buah - Ruang rapat : 1 buah

- Mesin ketik : 21 buah - Komputer : 22 buah - Notebook : 4 buah - Printer : 10 buah - Telepon : 4 buah - Mesin Fax : 2 buah - Meja Kerja : 20 buah - Kursi Kerja : 10 buah


(51)

- Meja Rapat : 21 buah - Kursi Rapat : 46 buah - Kursi Biasa : 125 buah - Almari : 24 buah


(52)

BAB III PEMBAHASAN

A. Kinerja Organisasi

Dinas Perhubungan merupakan dinas yang memiliki tugas dan wewenang dalam hal perhubungan, pos, dan telekomunikasi, seperti yang sudah dijelaskan dalam Peraturan Daerah Kota Yogyakarta No 10 tahun 2008. Salah satu yang menjadi urusan Dinas Perhubungan adalah menjaga kualitas dan kuantitas sarana prasarana dan fasilitas LLAJ sehingga dapat menjamin kelancaran, ketertiban dan keselamatan dalam berkendara.

Terkait dengan masalah kemacetan lalu lintas, pada tahun 2012 terdapat berbagai isu dan kekhawatiran oleh masyarakat terkait dengan kondisi lalu lintas di Kota Yogyakarta, seperti semakin banyaknya titik kemacetan di ruas jalan, semakin meningkatnya volume kendaraan tanpa diimbangi dengan sarana dan prasarana atau ruas jalan yang memadai, minimnya pengoptimalisasi lokasi parkir dan belum maksimalnya angkutan perkotaan.

Penanganan kemacetan lalu lintas di Kota Yogyakarta pada dasarnya memerlukan koordinasi dengan pihak pemerintah maupun pihak swasta, sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta No 10 tahun 2008 maka melalui Dinas Perhubungan, Pemerintah Kota Yogyakarta berupaya mengatasi masalah kemacetan lalu lintas dengan membuat peraturan perundang-undangan. Pemerintah memiliki dasar hukum yang digunakan


(53)

untuk mengukur kinerja berdasarkan tugas dan fungsi dinas tersebut, dasar hukum yang digunakan akan disesuaikan dengan tugas pokok masing-masing dinas di setiap Kabupaten atau Kota.

Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta dibentuk berdasarkan :

1. Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Dinas Daerah. 2. Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 77 tahun 2008 Tentang Fungsi,

Rincian Tugas dan Tata Kerja Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta. 3. Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 70 Tahun 2011 Tentang

Perubahan atas Peraturan Walikota Nomor 77 Tahun 2008 Tentang Fungsi, Rincian Tugas dan Tata Kerja Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta.

Sedangkan landasan kebijakan terkait keamanan, kenyamanan dan keselamatan lalu lintas, dilaksanakan berdaraskan :

a. Undang-undang No. 2 Tahun 2009, Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

b. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2011 Tentang Manajemen dan Rekayasa, Analisis Dampak, serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas 1. Produktivitas

Menurut Agus Dwiyanto ( 2006:50 ) konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi tetapi juga efektivitas pelayanan. Dengan demikian, produktivitas dapat digunakan untuk mengukur kinerja dari dalam organisasi, dalam hal mengatasi kemacetan lalu lintas di Kota Yogyakarta.


(54)

a. Realisasi Program-Program Mengatasi Kemacetan

Produktivitas dari Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta dapat dilihat dari target dan realisasi program-program sesuai dengan rencana strategis Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta Tahun 2013 sebagai berikut :

Tabel 3.1 Program dan kegiatan

sasaran program Kegiatan

1. Meningkatnya pelayanan pengujian kendaraan bermotor 1. Pembangunan, rehabilitasi dan pemeliharaan sarana,prasarana dan fasilitas perhubungan

1.1 Rehabilitasi dan pemeliharaan alat pengujian kendaraan bermotor Meningkatnya fasilitas perlengkapan jalan 1.2 Pembangunan sarana,prasarana dan fasilitas perhubungan 2. Meningkatnya jaringan pelayanan angkutan jalan 2. Program peningkatan pengaturan lalu lintas dan angkutan

2.1 Optimalisasi perijinan angkutan

2.2 Manajemen

transportasi terminal 2.3 Manajemen sarana

dan prasarana terminal

2.4 Survey bidang lalu lintas

2.5 Pengaturan kendaraan tidak bermotor


(55)

3. Meningkatnya keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas 3. Program pengendalian ketertiban dan kelancaran lalu lintas 4.1 Optimalisasi pelaksanaan perda dan pengendalian operasional bidang perhubungan

3.2 Kegiatan angkutan lebaran,natal dan tahun baru

3.3 Kegiatan bimbingan keselamatan dan sosialisasi peraturan bidang perhubungan dengan keselamatan lalu lintas 4. Meningkatnya keterlibatan penyelenggraan perparkiran 4. Program operasional dan optimalisasi penyelenggaraan perparkiran 4.1 Operasional penyelenggraan perpakiran 4.2 Optimalisasi penyelenggaran perpakiran Sumber : Renstra Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta

Dari daftar program dan kegiatan seperti yang dapat dilihat pada tabel di atas bahwa Dinas Perhubungan akan mengadakan berbagai program dalam mengatasi masalah lalu lintas, implementasi program dan kegiatan tersebut dilakukan secara situasional dengan mempertimbangkan atau memperhatikan kondisi yang terjadi di Kota Yogyakarta.

Dari berbagai macam program dalam mengatasi masalah lalu lintas di Kota Yogyakarta, sudah ada beberapa program yang telah terealisasi, sebagai berikut :


(56)

Tabel 3.2 Rincian realisasi program

program perencanaan Realisasi kegiatan

1. peningkatan pengaturan lalu lintas dan angkutan

a. optimalisasi pengembangan angkutan

Penambahan jalur bus trans jogja 4A dan 4B,

penambahan halte portabel b. survey bidang lalu

lintas

Penataan jalur satu arah di Jalan C. Simanjuntak, Jalan Prof Yohanes dan jalan kapas 2. program pembangunan rehabilitasi, dan pemeliharaan sarana, prasarana, fasilitas pengembangan a. pembangunan sarana, prasarana dan fasilitas perhubungan

Pembuatan jalur baru di jembatan Kleringan 3. program operasional dan optimalisasi penyelenggaraan parkir a. operasional peyelenggaraan parkir Meningkatkan pengawasan terhadap parkir di badan jalan

b. optimalisasi penyelenggaraan parkir

Penataan parkir pada jalur pariwisata : Ngabean, limaran, sriwedari, senopati

Program-program tersebut diharapkan mampu mengurai titik-titik kemacetan di ruas jalan, pelaksanaan program untuk mengurai kemacetan lalu lintas di Kota Yogya juga sebaiknya dilakukan secara berkala sehingga presentase keberhasilannya dapat dikatakan berhasil, mengingat beberapa program tersebut pelaksanaan dan kegiatannya hanya berdasarkan pada kondisi yang terjadi pada titik kemacetan dan dilakukan pada saat kondisi/situasi tertentu, seperti yang disampaikan oleh bapak Windarto, selaku kepala seksi rekayasa lalu lintas ( Tanggal 28 Maret 2016 pukul 14.30 )


(57)

“Untuk melaksanakan program manajemen lalu lintas ini dilakukan secara situasional, tergantung keadaan, situasi dan kondisi tertentu, misalnya saat jam sibuk dimana puncak kemacetan sering terjadi. Maka dilakukanlah pengalihan ke jalur-jalur alternative guna menghindari titik ruas jalan yang sering mengalami kemacetan. Setiap tahunnya kami selalu mengevaluasi dan melakukan penanganan yang berbeda tiap tahunnya bekerja sama dengan pihak samping atau kepolisian”

Forum lalu lintas dan angkutan jalan bekerja sama dalam menangani masalah lalu lintas agar terciptanya kenyamanan bagi pengguna jalan, forum lalu lintas dan angkutan jalan sendiri terdiri dari Dinas Perhubungan yang memiliki tugas dan wewenang sebagai pengelola manajemen lalu lintas, rekayasa lalu lintas serta kelengkapan marka jalan dan rambu lalu lintas.

Dinas Pekerjaan Umum yang memiliki tugas didalam pelaksana pembangunan jalan, serta Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah yang memiliki tugas sebagai pelaksana tata kelola wilayah dan pihak Kepolisian sebagai pembuat aturan dalam berkendara sekaligus penindak apabila terjadi pelanggaran dalam berlalu lintas.

b. Hasil Sesuai Target

Setiap program dan kegiatan memang memerlukan koordinasi dengan pihak lain atau instansi lain guna mendapatkan hasil sesuai dengan target yang diharapkan, keterkaitan oleh beberapa instansi disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing dinas, bentuk koordinasi inilah yang disebut dengan forum lalu lintas dan angkutan jalan sesuai dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 pasal 13 sebagai berikut :

a. Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) dilakukan secara terkoordinasi


(58)

b. Koordinasi Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan oleh forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

c. Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan bertugas melakukan koordinasi antar instansi penyelenggara yang memerlukan keterpaduan dalam merencanakan dan menyelesaikan masalah Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

d. Keanggotaan forum Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 terdiri atas unsur pembina, penyelenggara, akademisi dan masyrakat

e. Ketentuan lebih lanjut mengenai forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan diatur dengan peraturan pemerintah.

Pada tahun 2012 Pemerintah Kota Yogyakarta dan Dinas Perhubungan membuat program besar guna mengatasi kemacetan, tepatnya di daerah Kleringan menuju Malioboro. Proyek tersebut berupa pembuatan jalan melintang dari barat ke timur di atas sungai Code, kini ruas jalan Kleringan terbilang efektif untuk mengurai kemacetan.

Sistem rekayasa lalu lintas yang dilakukan adalah dengan cara pengendara harus memutar melewati jembatan terdahulu untuk menuju ke Jalan Malioboro maupun ke arah Jalan Mataram, Ruas jalan yang lebar membuat jalur ini mampu menampung banyak kendaraan, meski mengalami kendala dalam penyesuaian jalur kini ruas jalan Kleringan terbilang efektif, seperti yang disampaikan oleh Bapak Windarto selaku Kepala Seksi Rekayasa Lalu Lintas( Tanggal 28 Maret 2016 pukul 14.30 )

“Rekayasa Lalu Lintas di ruas Jalan Kleringan terbilang efektif,karena mampu menampung cukup banyak kendaraan,kendala yang dialami hanya dalam penyesuaian waktu tunggu saja, karena waktu tunggu disetiap simpang harus diperhatikan agar tidak terjadi bentrok antara simpang setelahnya maupun simpang sebelumnya, diperlukan beberapa kali perubahan hingga mendapat waktu tunggu yang sesuai”


(1)

mengantisipasi kemacetan yaitu dengan menerapkan perubahan arus lalu lintas menjadi searah yakni di Jalan C. Simanjuntak.

Masalah kemacetan ini bukan hanya menjadi urusan Dinas Perhubungan dan pemerintah saja tapi juga harus menjadi kesadaran bagi seluruh elemen masyarakat . Oleh karena itu, untuk dapat menanggulangi masalah kemacetan ini, maka semua pihak yang ada di masyarakat, mulai dari pengguna transportasi,pihak penyedia, serta pihak pemerintah harus bahu-membahu menyelesaikan masalah ini dengan kesadaran penuh. Karena dampak kedepannya akan bertambah buruk, tidak hanya bagi pengendara tetapi juga bagi pemerintah.

Walaupun Pemerintah dan Dinas perhubungan telah membuat program-program guna mengatasi masalah kemacetan tersebut, namun seharusnya pemerintah lebih meningkatkan kualitas pelayanan dan kinerjanya agar mampu mencapai hasil apa yang diinginkan. Disini kualitas kinerja Dinas Perhubungan dipertanyakan, karena dirasa kurang mencapai hasil yang diharapkan, sebagaimana digambarkan di atas. Program-program yang diterapan tersebut sudah baik namun apabila tidak diiringi dengan kualitas dan kinerja yang baik maka akan sia sia, karena itu masalah ini tentu tidak bisa diabaikan oleh pemerintah karena ini menyangkut kepentingan publik. Dalam keadaan seperti ini maka sudah seharusnya pemerintah mengambil langkah kebijakan untuk melakukan pembenahan. Oleh sebab itu topik ini menjadi penting untuk di teliti tentang kinerja Dinas Perhubungan Kota Yogya dalam upaya melaksanakan program-program kerjanya dalam mengatasi masalah kemacetan yang terjadi di Kota Yogyakarta, dengan mengambil judul analisis terhadap kinerja Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta dalam mengatasi kemacetan lalu lintas tahun 2012-2015.

2. Landasan Teori 2.1 Kinerja Organisasi

Kinerja dapat memberikan gambaran tentang seberapa jauh organisasi mencapai hasil ketika dibandingkan dengan pencapaian tujuan dan target yang telah ditetapkan, kinerja tentu sangat berguna untuk menilai seberapa jauh pelayanan

yang diberikan oleh organisasi untuk memuaskan pengguna jasa.

2.2 Dinas Perhubungan

Dinas Perhubungan adalah unsur pelaksana pemerintah daerah dibidang perhubungan yang mempunyai fungsi pelaksanaan sebagian kewenangan daerah dibidang perhubungan

2.3 Kemacetan

Kemacetan adalah waktu yang terbuang pada perjalanan karena berkurangnya kecepatan dalam batas normal yang dinyatakan dalam satuan menit. Kemacetan tersebut biasanya ditimbulkan oleh perlambatan (berkurangnya kecepatan) karena terjadi peningkatn volume lalu-lintas. Kemacetan yang terjadi ini banyak disebabkan oleh jumlah kendaraan yang terlalu ramai, lebar jalan sempit yang tidak mampu menampung arus kendaraan, parkir mobil-mobil di pinggir jalan yang menggunakan badan jalan memperbesar hambatan lalu lintas.

3. Metodologi 3.1 Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode kualitatif yang lebih menitik beratkan untuk memahami dan menjelaskan situasi tertentu, bukan hanya mencari sebab akibat dari penomena yang diteliti. Tujuan peneliti biasanya menjadi alasan dari pelaksana penelitian.

3.2 Unit Analisis Data

Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di Kantor Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta dengan narasumber Kepala Kantor dan staf. Alasan pemilihan lokasi penelitian yaitu guna mengetahui program-program atau kebijakan apa saja yang telah di buat guna mengantisipasi dan mengurangi kemacetan di Kota Yogyakarta.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik yang digunakan yaitu wawancara, dokumentasi dan studi kepustakaan

4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Produktivitas


(2)

a. realisasi program mengatasi kemacetan produktivitas dari dinas perhubungan kota yogyakarta dapat dilihat dari target dan realisasi program-progran sesuai dengan rencana strategis dinas perhubungan kota yogyakarta tahun 2013 sebagai berikut

Tabel Program dan kegiatan

sasaran program Kegiatan

1 . Meningk atnya pelayana n pengujia n kendaraa n bermotor 1 . Pembang unan, rehabilitas i dan pemelihar aan sarana,pra sarana dan fasilitas perhubun gan 1. 1 Rehabilita si dan pemelihar aan alat pengujian kendaraan bermotor Meningk atnya fasilitas perlengk apan jalan 1. 2 Pembang unan sarana,pra sarana dan fasilitas perhubun gan 2 . Meningk atnya jaringan pelayana n angkutan jalan 2 . Program peningkat an pengatura n lalu lintas dan angkutan 2. 1 Optimalis asi perijinan angkutan 2. 2 Manajem en transporta si terminal 2. 3 Manajem en sarana dan prasarana terminal 2. 4 Survey bidang lalu lintas 2. 5 Pengatura n kendaraan tidak bermotor 3 . Meningk atnya keselama tan, ketertiba n dan kelancara n lalu lintas 3 . Program pengendal ian ketertiban dan kelancara n lalu lintas 4. 1 Optimalis asi pelaksana an perda dan pengendal ian operasion al bidang perhubun gan 3. 2 Kegiatan angkutan lebaran,n atal dan tahun baru 3. 3 Kegiatan bimbinga n keselamat an dan sosialisasi peraturan bidang perhubun gan dengan keselamat an lalu lintas 4 . Meningk atnya keterlibat an penyelen ggraan perparkir an 4 . Program operasion al dan optimalisa si penyeleng garaan perparkira n 4. 1 Operasion al penyeleng graan perpakira n 4. 2 Optimalis asi penyeleng garan perpakira n

Sumber : Renstra Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta

Program-program tersebut diharapkan mampu mengurai titik-titik kemacetan di ruas jalan, pelaksanaan program untuk mengurai kemacetan lalu lintas di Kota Yogya juga sebaiknya dilakukan secara berkala sehingga presentase keberhasilannya dapat dikatakan berhasil.


(3)

b. hasil sesuai target

Setiap program dan kegiatan memang memerlukan koordinasi dengan pihak lain atau instansi lain guna mendapatkan hasil sesuai dengan target yang diharapkan, keterkaitan oleh beberapa instansi disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing dinas, bentuk koordinasi inilah yang disebut dengan forum lalu lintas dan angkutan jalan.

Pada tahun 2012 Pemerintah Kota Yogyakarta dan Dinas Perhubungan membuat program besar guna mengatasi kemacetan, tepatnya di daerah Kleringan menuju Malioboro. Proyek tersebut berupa pembuatan jalan melintang dari barat ke timur di atas sungai Code, kini ruas jalan Kleringan terbilang efektif untuk mengurai kemacetan.

Sistem rekayasa lalu lintas yang dilakukan adalah dengan cara pengendara harus memutar melewati jembatan terdahulu untuk menuju ke Jalan Malioboro maupun ke arah Jalan Mataram, Ruas jalan yang lebar membuat jalur ini mampu menampung banyak kendaraan, meski mengalami kendala dalam penyesuaian jalur kini ruas jalan Kleringan terbilang efektif.

2 Kualitas Layanan

a. pengadaan fasilitas publik

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan, berbagai hal telah dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta, dalam hal ini Dinas Perhubungan merupakan dinas penyedia jasa, yaitu dengan memberikan fasilitas dijalan berupa rambu-rambu lalu lintas, marka jalan dan alat pengurai kemacetan.

Lampu lalu lintas atau APILL (menurut UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan: Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas atau APILL) adalah perangkat elektronik yang menggunakan isyarat lampu yang dapat dilengkapi dengan isyarat bunyi untuk mengatur lalu lintas dan/atau kendaran di persimpangan atau arus jalan, sedangkan Counter Down atau sistem menghitung mundur merupakan suatu cara dalam penghitungan waktu mundur dengan menampilkan nominal angka dengan satuan waktu per detik, sistem menghitung mundur ini diletakkan berdampingan dengan lampu traffic light.

b. Optimalisasi Pengaturan Lalu Lintas

Kota Yogyakarta sendiri hampir di setiap persimpangan jalan dipasang lampu rambu lalu lintas atau traffic light. Semua traffic Light di wilayah Kota Yogyakarta selalu dipasang APILL, yang tujuannya yaitu untuk dapat memberikan informasi yang jelas mengenai keberadaan rambu-rambu lalu lintas kepada pengguna jalan.

Counter down merupakan salah satu alat tambahan yang berada di traffic light. Sistem hitung mundur ini diharapkan bisa memberikan informasi penggunaan jalan kepada para pengguna jalan saat melintas di persimpangan jalan tersebut, sehingga apabila lampu merah atau berhenti mereka tahu berapa lama mereka harus menunggu ataupun ketika lampu sedang hijau untuk berjalan, mereka juga tahu berapa lama waktu mereka untuk melintas di persimpangan itu atau dengan kata lain waktu yang digunakan lebih efisien dan jelas.

c. Pengembangan Saran dan Prasarana

Upaya dinas perhubungan dalam menyediakan fasilitas guna mengurai kemacetan terus dilakukan dengan pemasangan dan penambahan ATCS dan pemasangan CCTV disejumlah titik perimpangan agar dapat mengontrol saat terjadi kepadatan kendaraan disetiap simpang jalan. ATCS (Area Traffic Control System) merupakan suatu sistem pengendalian lalu lintas berbasis teknologi yang diterapkan pada sebuah kawasan dengan tujuan untuk mengoptimalkan kinerja jaringan jalan pada persimpangan melalui optimalisasi dan koordinasi pengaturan lalu lintas.

Dengan pemasangan ATCS maka otomatis ditiap persimpangan terpasang juga CCTV, yang terhubung dalam suatu sistem agar dapat dikendalikan dari kantor Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta, sehingga apabila terjadi kepadatan kendaraan di persimpangan yang telah terpasang ATCS maka petugas akan merubah durasi rambu Traffic Light, menyesuaikan dengan kepadatan yang terjadi di persimpangan tersebut. 3. Responsivitas

a. Menanggapi Kebutuhan Masyarakat

Organisasi yang memiliki responsivitas rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang buruk pula. Oleh sebab itu Dinas Perhubungan


(4)

Kota Yogyakarta dalam membuat program-program guna mengurai kemacetan selalu berupaya untuk mengenali apa saja yang menjadi kebutuhan masyarakat, lalu menyusun agenda dengan mengangkat isu-isu permasalahan lalu lintas yang terjadi, kemudian melakukan penanganan sesuai dengan prosedur yang ada. b. Mengembangkan Program Sesuai Aspirasi Masyarakat

Di tahap ini Dinas Perhubungan telah banyak melakukan upaya untuk membuat program sesuai dengan aspirasi atau yang diinginkan oleh masyarakat, salah satunya masalah parkir ilegal. Kelancaran lalu lintas juga dipengaruhi oleh tata kelola yang baik, seringnya terjadi kemacetan lalu lintas salah satunya disebabkan oleh parkir ilegal yang dilakukan oleh oknum dibadan jalan. Seharusnya penyelenggaraan parkir tidak sembarangan dilakukan karena telah diatur dalam Perda Kota Yogyakarta No 18 Tahun 2009 pasal 2.

Apabila aktifitas parkir meningkat dan tersedianya lahan yang dijadikan lokasi parkir maka penyelenggaraan parkir harus dilakukan, namun jika lahan tidak tersedia dan penyelenggaraan parkir tetap diadakan dengan memakai bahu jalan maka hal inilah yang menyebabkan terjadinya kemacetan yang mengganggu kelancaran lalu lintas. Maka perlu dibuat adanya kebijakan parkir untuk mengendalikan masalah kemacetan tersebut, kebijakan parkir termasuk kedalam kegiatan manajemen lalu lintas untuk mewujudkan kondisi lancar dan bebas hambatan disetiap ruas jalan perkotaan.

Penyelenggaraan parkir memerlukan pengawasan dari pemerintah Kota Yogyakarta diperlukannya sanksi yang tegas kepada oknum parkir liar untuk tidak melakukan aktivitas parkir dibadan jalan. Tanggap dengan kebutuhan yang kompleks tentang masalah perparkiran dinas perhubungan telah melaksanakan berbagai upaya antisipatif dengan upaya pembinaan terhadap juru parkir, sebelum seorang juru parkir resmi diperbolehkan untuk bekerja di sebuah kantong parkir oleh Dinas Perhubungan, pengelola tempat parkir wajib memberikan surat permohonan. Surat tersebut berisikan jumlah juru parkir yang dibutuhkan, luas kantong parkir yang disediakan, dan waktu operasional parkir.

Dinas Perhubungan kemudian melihat permohonan yang diajukan, dan melihat juga sistem data apakah juru parkir telah terdaftar di lokasi tersebut, melakukan evaluasi terhadap lokasi parkir apakah mengganggu lalu lintas atau tidak. Jika semua sesuai dengan ketentuan yang ada barulah juru parkir tersebut diberikan izin bertugas. Terdapat 900 orang juru parkir yang terdaftar di Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta yang tersebar dikantong parkir yang disediakan oleh pemilik gedung/bangunan (off street) maupun kantong parkir yang berada di tepi jalan (on street). Untuk sistem pembagian hasil, 75 persen untuk juru parkir dan 25 persen untuk Dinas Perhubungan sebagai retribusi.

Tiap pembayaran hasil parkir, pihak Dinas Perhubungan selalu memberikan kuitansi kepada juru parkir dan jika ada juru parkir yang belum membayar setoran Dinas Perhubungan akan menggiatkan operasi di lapangan. Peran Dinas Perhubungan tidak berhenti di situ saja. Juru parkir yang belum menyetorkan hasil parkir dan keluhan apa saja yang muncul di masyarakat terkait juru parkir juga menjadi perhatian. Hal-hal ini kemudian dijadikan bahan evaluasi bulanan sebagai dasar pembinaan juru parkir. Untuk ke depannya, Dinas Perhubungan berharap akan juru parkir yang melakukan pelayanan dengan baik kepada masyarakat.

4. Responsibiltas

a. Pengendalian Birokrasi

Pemerintah daerah Yogyakarta sebagai aparat yang berwenang menanggulangi masalah transportasi perkotaan yang muncul bersama dengan pemerintah kota melalui dinas perhubungan sebagai dinas terkait dan juga dinas pemerintahan yang lainnya agar dapat bekerjasama merespon masalah yang ada. Aparat pemerintah disini diposisikan sebagai pelayan publik (Public Service) yang berperan memberikan pelayanan publik yang baik pada masyarakat sesuai dengan misi mewujudkan pemerintah yang baik(Good Governance).

Dalam melaksanakan program guna mengatasi masalah kemacetan di Kota Yogyakarta, Dinas perhubungan Kota Yogyakarta melakukan pembinaan lalu lintas dan angkutan jalan sesuai dengan karakter dimasing daerah. Hal inilah yang membuat di


(5)

masing-masing daerah yang berbeda tersebut muncul permasalahan yang berebeda-beda pula.

Salah satu sikap positif sebagai wujud respon dari Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta dapat dilihat melalui beberapa kebijakan yang telah dibuat untuk mengurai terjadinya kemacetan lalu lintas di lingkup Kota Yogyakarta

B. Koordinasi Melibatkan Wilayah Luar Administrasi Kota Yogya

Koordinasi juga dilakukan dengan Pemerintah Kabupaten perbatasan wilayah, karena terdapat berbagai program yang melibatkan wilayah diluar wilayah administrasi Kota Yogyakarta. Kerjasama merealisasikan program sangat diperlukan mengingat masalah kemacetan lalu lintas sudah menjadi masalah yang cukup serius. Adapun contoh suatu program yang melibatkan wilayah diluar wilayah administrasi yang berbeda yaitu terkait dengan rekayasa lalu lintas jalur satu arah di Jalan C. Simanjuntak, karena wilayah tersebut yang berbatasan langsung dengan wilayah administrasi Kabupaten Sleman.

Wilayah Bundaran UGM telah memasuki wilayah administrasi Sleman yang merupakan wewenang Dinas Perhubungan Sleman, sementara simpang empat Mirota Kampus masih wilayah administrasi Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta. sehingga perlu dilakukan sosialisasi antar kedua belah pihak. Koordinasi bersama dilakukan dengan Dinas Perhubungan Sleman dan Sekretariat Bersama Jogjakarta Sleman Bantul (Kartamantul).

5. Akuntabilitas

a. Menyelenggarakan Lalu Lintas Yang Aman Akuntabilitas Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang lancar merupakan bentuk pertanggung jawaban Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta kepada seluruh pihak yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung.

Di kota Yogyakarta, transportasi berbasis jalan yang dipresentasikan oleh arus lalu lintas dengan kendaraan bermotor masih menjadi andalan dalam pergerakan orang dan barang, ketika jumlah kendaraan terus bertambah

sedangkan memperluas jalan atau menambah ruas jalan sudah tidak memungkinkan maka akan berakibat pada menurunnya daya tampung kendaraan. Hal inilah yang menyebabkan kemacetan pada ruas jalan tertentuyang ditandai dengan panjangnya antrian kendaraan.

Dengan mempertimbangkan solusi yang efektif guna menangani persoalan transportasi pemerintah mengambil sebuah langkah penting dalam mengadopsi sistem dalam kebijakan transportasi dengan mekanisme sistem buy the service yang berarti pemerintah membeli seluruh biaya perjalanan dengan pengadaan sarana angkutan umum bagi masyarakat berupa sarana angkutan transportasi yang kita kenal sebagai Bus Trans Jogja, melalui dana yang diperoleh pemerintah melalui pendapatan asli daerah (PAD), DPRD DIY mengalokasikan dana anggaran proyek senilai Rp 15,3 miliar.

Melalui mekanisme rapat anggota dewan Pemerintah Daerah, pemerintah melakukan kerjasama dengan pihak swasta ataustake holders dalam mewujudkan fasilitas angkutan umum. Kebijakan pengoperasian angkutan umum merupakan suatu upaya untuk mengatasi masalah kemacetan yang disebabkan oleh banyaknya penggunaan kendaraan pribadi, dalam pelaksanaan Bus Trans Jogja pemerintah bekerja sama dengan Dinas Perhubungan DIY, Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta, Kepolisian, Dinas PU, dan Dinas Kimpraswil karena menyangkut wilayah administrasi Kabupaten/Kota.

b.Kebijakan Yang Berpihak Pada Masyarakat Dengan pemerintah menyediakan jasa angkutan umum diharapkan masyarakat beralih pada moda transportasi publik perkotaan, walaupun masih banyak masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi dkarenakan fasilitas, rasa aman dan nyaman yang belum maksimal yang diberikan oleh pemerintah terhadap transportasi publik perkotaan saat ini tetapi pemerintah terus berupaya membuat masyarakat beralih menggunakan moda transportasi massal.

Pemerintah telah membangun fasilitas umum yang diharapkan mampu mengatasi masalah perkotaan yang bersumber pada masalah transportasi.Fasilitas pelayanan umum merupakan wujud sarana yang berfungsi untuk memperlancar


(6)

transportasi sehinga memiliki nilai positif bagi masyarakat.

5. Kesimpulan

Pemerintah diharapkan segera membuat regulasi terkait upaya pembatasan lalu lintas yang bertujuan mengurangi penggunaan kendaraan pada lokasi dan waktu tertentu dengan memperhitungkan kondisi lalu lintas, ketersediaan angkutan umum, dan kualitas lingkungan, pembatasan lalu lintas. Oleh karena terbatasnya kewenangan yang dimiliki maka permasalahan yang dapat diatasi oleh Pemerintah Kota Yogyakarta adalah dengan melakukan manajemen lalu lintas, manajemen lalu lintas yang dilakukan antara lain dengan optimalisasi persimpangan jalan, penambahan rambu lalu lintas, marka jalan dan pemberlakuan arus satu arah yang bertujuan memperlancar lalu lintas di ruas jalan.

6. Saran

a. Melakukan sosialisasi yang lebih merata kepada masyarakat terkait pemasangan rambu-rambu dalam rekayasa lalu lintas. b. Meningkatkan fasilitas angkutan umum

massal perkotaan

c. Melakukan penertiban perparkiran

d. Meningkatkan koordinasi dengan berbagai pihak untuk menyediakan lahan parkir 7. Daftar Pustaka

1. Bintarto, R. 1989 .Interaksi Desa Kota dan Permasalahannya.Cetakanke3. Jakarta : Ghalia Indonesia

2. Branch, C. Melville. 1996. Perencanaan Kota Komprehensif: Pengantar danPenjelasan, Penerjemah: Bambang Hari Wibisono, Penyunting: AchmadDjunaedi. Gadjah Mada University Press.

3. Dwiyanto, Agus.2006. Reformasi Birokrasi Publik Di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada Universitasity Press.

4. Hobbs, F.D. 1995. Perencanaan dan Teknik Lalulintas, Yogjakarta: Gajah Mada University Press.

5. Keban, Yeremias T. 2004. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik, Konsep, Teori dan Isu. Yogyakarta: Gava Media.

6. Koentjaraningrat.1993. Metode Penelitian Masyarakat.Jakarta: PT. Gramedia. 7. Natsir, Moh. 1993. Metode Penelitian.

Jakarta:Ghalia Indonesia.

8. Nawawi, Hadari. 1987. Metode Peneitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

9. Pradjudi, Armosudiro.2006.Konsep Organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

10. Sani, Zulfiar. 2010. Transportasi (Suatu Pengantar). Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Press)

11. Sinulingga, Budi D. 1999. Pembangunan Kota-Tinjauan Regional dan Lokal, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

12. Surachmad, Winarno. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar Motode Dan Teknik,Bandung: pustaka pelajar

13. Surjadi. 2009. Pengembangan Kinerja Pelayanan Publik. Bandung: PT. Reflika Aditama

14. Tamin, Ofyar Z. 2000. Perencanaan dan Permodelan Transportasi, Bandung:Jurusan Teknik Sipil ITB.

15. Tangkilisan, Hessel Nogi S. Manajemen Publik. Jakarta: PT Grasindo.

16. Wahyudi. 1996.Perencanaan Kota. Jakarta: Erlangga