ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI SALAK NGLUMUT DI GAPOKTAN NGUDILUHUR DESA KALIURANG KECAMATAN SRUMBUNG KABUPATEN MAGELANG

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI SALAK NGLUMUT
DI GAPOKTAN NGUDILUHUR DESA KALIURANG KECAMATAN
SRUMBUNG KABUPATEN MAGELANG

Skripsi

Diajukan oleh:
Widarti
2012 022 0038
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI SALAK NGLUMUT DI
GAPOKTAN NGUDILUHUR DESA KALIURANG KECAMATAN
SRUMBUNG KABUPATEN MAGELANG
ANALYSIS OF THE FEASIBILITY OF FARMING SALAK NGLUMUT IN
GAPOKTAN NGUDILUHUR SRUMBUNG VILLAGE OF KALIURANG
MAGELANG DISTRICT

Widarti
Dr. Sriyadi, SP. MP/ Ir. Lestari Rahayu, MP.
Agribusiness Department Faculty Of Agriculture
Muhammadiyah University Of Yogyakarta
ABSTRACT
This study aims to determine the costs and benefits of farming in Gapoktan
Ngudiluhur Nglumut salak, salak Nglumut determine the feasibility of farming in
Gapoktan Ngudiluhur. This research was conducted in the village of Kaliurang by
purposive. This research was conducted in the village of Kaliurang Srumbung
Magelang regency. Respondent performed using stratified random sampling
method proporsionate in Gapoktan Ngudiluhur Kaliurang village in order to
obtain 50 respondents farmers. Data obtained by observation and interviews
using questionnaires. Then the data were analyzed using analysis of the feasibility
of farming. Farming salak Nglumut in Gapoktan Ngudiluhur Srumbung village of
Kaliurang Magelang Regency to develop. Total costs needed in the farming
farming salak Nglumut at Kaliurang village Ngudiluhur Gapoktan Rp. 94.17413
million, - with the benefit of Rp 188 107 300, -. The feasibility analysis of farming
using NPV, Net B / C, Gross B / C, IRR and Payback Period. Net Present Value
(NPV) at the rate of 14% NPV of Rp.19.852.280. This means that the farming
salak Nglumut in Gapoktan Ngudiluhur advantageous because NPV value greater

than 0 (zero), then salak Nglumut farming feasible to develop. Net B / C amounted
to 1,795 and Gross B / C of 1.39 indicates that the benefit gained by the time the
plant has produced to cover losses when immature. Net B / C and Gross B / C
greater than 1 so farms salak Nglumut feasible. IRR is greater than the discount
rate (the interest rate applicable loan) is 24.89% greater than 14% so farms salak
Nglumut in Gapoktan Ngudiluhur eligible to run. In calculating the payback
period salak Nglumut farming in Gapoktan Ngudiluhur can recover the
investment for 4 years and 5 months.

Keywords: farming, Salak Nglumut, Feasibility

xii

I.

A.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hortikultura merupakan salah satu komoditi andalan sektor pertanian di

Indonesia. Komoditi hortikultura yang banyak dikembangkan di Indonesia antara
lain buah-buahan, sayuran dan aneka tanaman hias. Permintaan terhadap produk
buah-buahan di pasar dunia cenderung (trend) terus meningkat dari tahun ke
tahun, pola perdagangan buah-buahan internasional antara lain ditentukan tingkat
konsumsi komoditas tersebut di setiap negara di dunia. Pada dasarnya tingkat
konsumsi pada buah disuatu negara dipengaruhi oleh empat faktor penentu, yaitu
jumlah penduduk dan tingkat pendidikan atau kemajuan, pendapatan konsumen
dan pemerataan pendapatan, harga buah dan pengganti (subtitusinya), serta
preferensi konsumen terhadap buah (Gunawan, 2011).
Tingginya permintaan masyarakat terhadap tanaman hortikultura salak di
Indonesia menuntut para petani salak untuk meningkatkan produktivitasnya.
Permintaan salak yang tinggi belum bisa diimbangi oleh produksi salak yang
tinggi. Hal ini dikarenakan daya saing salak lokal dan mutunya di pasar luar
negeri yang masih rendah. Padahal salak yang dilepas tahun 1988-2002 oleh Surat
Keputusan Menteri dan sudah diakui oleh Pemerintah sudah memiliki nama, akan
tetapi permintaan salak belum bisa memenuhi permintaan dalam negeri.

1


2

Tabel 1. Luas Lahan, Produksi, dan Produktivitas Salak Tahun 2010 – 2014
Tahun
Luas Panen
Produksi (ton)
Produktivitas
(ha)
(ton/ha)
2010
27.223
749.876
27,55
2011
24.729
1.082.125
43,76
2012
26.944

1.035.406
38,43
2013
29.711
1.030.401
34,68
2014*
28.366*
980.969*
34,58*
Keterangan : *) Angka Sementara
Sumber
: Renstra Kementan 2015-2019
Dari data tabel 1 diketahui bahwa luas panen salak di Indonesia sejak
tahun 2010 sampai 2014 terus mengalami kenaikan dan produksi salak di
Indonesia juga relatif meningkat setiap tahunnya serta produktivitas. Walaupun
produksi salak cenderung meningkat, sebenarnya masih banyak yang harus
dibenahi berkaitan dengan masalah produksi antara lain tentang kualitas yang
dihasilkan meliputi rasa, ukuran, penampilan yang bervariasi dan pola
pengembangan yang masih tradisional.

Untuk memenuhi permintaan produk buah-buahan di pasar dunia yang
meningkat khususnya varietas salak nglumut maka petani memanfaatkan lahan
secara optimal. Saat ini banyak petani yang memanfaatkan lahan untuk budidaya
tanaman salak, salah satunya yaitu di daerah Kabupaten Magelang Kecamatan
Srumbung. Produksi salak nglumut di Kecamatan Srumbung mencapai 48.840 ton
dengan luas panen mencapai 1.628 ha dengan (Mantri Tani Kec. Srumbung 2012).
Kecamatan Srumbung memiliki Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang
bernama Ngudiluhur. Gapoktan Ngadiluhur dibentuk sejak tahun 2007 dan telah
terdaftar sebagai pengekspor salak serta telah mendapat sertifikasi pangan organik
dari Surat Keputusan Mentan No: 462/KPTS/TP/240/7/93.

3

Pada tahun 2010 Kabupaten Magelang merupakan salah satu daerah yang
terkena dampak erupsi merapi, kerusakan dan kerugian yang terjadi di Kabupaten
Magelang dialami pula oleh Kecamatan Srumbung karena berada di lereng merapi
sehingga mengalami kerusakan perumahan, sarana dan prasarana, sektor ekonomi,
dan infrastruktur. Warga lereng merapi yang berada di Kecamatan Srumbung
bermata pencaharian sebagai petani salak nglumut, namun setelah adanya erupsi
merapi tanaman salak nglumut ikut mengalami penurunan produksi dikarenakan

sebagian luas lahan tanaman salak nglumut tertimbun abu vulkanik.
Pada tahun 2009 Desa Kaliurang Kecamatan Srumbung memiliki luas
lahan sebesar 198 ha dengan hasil produksi sebesar 4.200 kg/ha. Pada tahun 2010
luas lahan dan hasil produksi masih tetap sama dengan tahun sebelumnya, namun
ketika pada tahun 2011 luas lahan menurun menjadi 192 ha dan hasil produksi
menurun menjadi 3.980 kg/ha (Wulandari, 2013). Pada akhir tahun 2010, abu
vulkanik dari semburan erupsi merapi mengakibatkan penurunan produksi dan
kualitas salak nglumut. Hasil panen salak nglumut di Desa Kaliurang Kecamatan
Srumbung secara tidak langsung akan berimbas pada pendapatan petani salak
nglumut.
Dampak lain dari erupsi yaitu adanya hama penggerek batang dan
penyakit cendawan putih yang menyerang tanaman salak nglumut. Hama
penggerek batang menyerang pada ujung daun yang masih muda kemudian masuk
kedalam batang, namun tanaman salak tidak mati akan tetapi tumbuh tunas yang
banyak didalam batang sehingga menyebabkan batang utama tidak tumbuh secara
optimal. Penyakit cendawan putih menyerang buah yang dapat mengakibatkan

4

pembusukan buah sehingga kualitas dari buah salak nglumut menurun dan kulit

salak tidak menarik. Hasil produksi menurun secara tidak langsung juga
disebabkan oleh faktor alam yaitu terjadinya kekeringan yang dapat menyebabkan
buah salak menjadi kecil, kering dan membusuk sehingga tidak dapat dipanen.
Permasalahan yang dihadapi oleh petani tidak hanya dari faktor alam,
namun juga dari input salah satunya bibit. Petani mengalami kesulitan dalam
mendapatkan ketersediaan bibit salak nglumut. Selain itu, karena kelangkaan bibit
tersebut menyebabkan harga bibit salak menjadi sangat mahal. Pada tahun 2015,
terjadi penurunan harga pada salak nglumut karena adanya panen raya. Saat ini
harga salak nglumut di pasar tradisional hanya mencapai Rp. 5.000 – Rp. 6.000
per kilogramnya (jogja.tribunnews) sehingga membuat para petani di Desa
Kaliurang tidak mendapatkan keuntungan yang tinggi walaupun hasil produksinya
tinggi. Rendahnya harga salak nglumut ini disebabkan persaingan dengan
banyaknya varian buah salak yang ada di pasar tradisional.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu
berapa jumlah biaya yang dibutuhkan dalam usahatani salak nglumut? Berapa
pendapatan dan keuntungan yang diperoleh petani salak nglumut? Apakah
usahatani salak nglumut layak diusahakan? Untuk menjawab permasalahan diatas
maka diperlukan penelitian yang berjudul analisis kelayakan usahatani salak
nglumut di Gapoktan Ngudiluhur Desa Kaliurang Kecamatan Srumbung
Kabupaten Magelang.


5

B.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah diuraikan tersebut, maka tujuan penelitian

adalah sebagai berikut:
1.

Untuk mengetahui biaya dan benefit usahatani salak nglumut di Gapoktan
Ngudiluhur Desa Kaliurang Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang.

2.

Untuk mengetahui kelayakan usahatani salak nglumut di Gapoktan
Ngudiluhur Desa Kaliurang Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang.

C.


Kegunaan Penelitian

1.

Bagi peneliti, untuk menambah wawasan secara nyata dibidang pertanian
khususnya tentang usahatani salak nglumut serta menggali pengalaman
dilapangan sebagai tambahan pengetahuan yang tidak didapatkan dalam
perkuliahan.

2.

Bagi petani, hasil penelitian ini dharapkan dapat menambah pengetahuan
dan informasi sebagai masukkan dalam rangka memajukan usahatani salak
nglumut.

3.

Bagi pemerintah, diharapkan hasil penelitian ini dpaat digunakan sebagai
pertimbangan dalam menentukan kebijakan di sektor pertanian guna

meningkatkan pendapatan serta taraf hidup lebih baik, khususnya petani
salak nglumut.

4.

Bagi pihak lain, hasil penelitian ini digunakan sebagai sarana pertimbangan
tambahan pengetahuan dan informasi untuk penelitian lebih lanjut.

xii

II.

A.

Tinjauan Pustaka

1.

Manfaat salak

KERANGKA PENDEKATAN TEORI

Salak merupakan buah hortikultura asli Indonesia yang cukup produktif
sehingga dapat dipanen sepanjang tahun. Buah ini terdiri dari tiga bagian yaitu
kulit buah, daging buah dan biji. Jenis salak yang sudah terkenal di wilayah
Sleman yaitu salak pondoh namun salak nglumut yang ada di wilayah Magelang
tidak kalah saing mulai dari rasa dan tekstur dari buah. Kandungan nilai gizi buah
salak setiap didalam 100 gram dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.Kandungan Nilai Gizi Dalam 100 Gram Buah Salak
No
Jenis Gizi
Nilai Kandungan
1
Energi (kalori)
77,00
2
Protein (gram)
0,40
3
Lemak (gram)
0
4
Karbohidrat (gram)
20,90
5
Kalsium (mgram)
28,00
6
Fosfor (mgram)
18,00
7
Besi (mgram)
4,20
8
Vitamin A (IO)
0
9
Vitamin B1(mgram)
0,04
10 Vitamin C (mgram)
2,00
11 Air (gram)
78,00
Sumber : Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura 2002
Sebagai buah yang perishable (tidak tahan lama) maka salak hanya bisa
dimakan sebagai buah segar, namun berbagai cara telah dilakukan untuk
meningkatkan daya simpan salak dengan cara pengawetan. Salah satu cara

6

7

pengawetan salak yang mudah dan cukup ekonomis adalah pengolahan salak
segar menjadi manisan dan asinan antara lain kripik salak, dodol salak, gethuk
salak, selai salak, serta sirup salak. Namun tidak hanya buah dan daging tetapi
kulit dan biji salak juga dapat dimanfaatkan, biji salak dan kulit salak juga dapat
dijadikan sebagai bahan baku pembuatan kerajinan tangan, biji salak dapat
menjadi bantalan jok kursi mobil yang cantik setelah dirajut sedangkan kulit salak
dapat dijadikan gantungan kunci yang unik dan lucu.
Menurut Sahputra (2008) hasil uji fitokimia pada sampel daging dan kulit
salak menunjukkan bahwa senyawa flavonoid dan tanin lebih dominan dari pada
senyawa fitokimia lainnya, serta mengandung sedikit senyawa alkaloid.
1.

Flavonoid
Flavonoid merupakan golongan senyawa bahan alam dari senyawa fenolik

yang merupakan pigmen tumbuhan. Flavonoid merupakan bagian penting dari
diet manusia karena banyak manfaatnya bagi kesehatan. Fungsi flavonoid dalam
tubuh manusia adalah sebagai anti oksidan sehingga sangat baik untuk
pencegahan kanker. Manfaat flavonoid antara lain adalah untuk melindungi
struktur sel, memiliki hubungan sinergis dengan vitamin C (meningkatkan
efektivitas vitamin C), antiinflamasi, mecegah kropos tulang, dan sebagai
antibiotik.
2.

Tanin
Tanin adalah senyawa polifenol dari kelompok flavonoid yang berfungsi

sebagai anti oksidan kuat, anti peradangan, anti kanker. Tanin juga dikenal
sebagai zat samak pengawetan kulit yang merupakan efek tanin utama yang

8

sebagai adstringensia yang banyak digunakan sebagai pengencang kulit dalam
kosmetik.
3.

Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa-senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan

yang bersifat basa dan struktur kimianya mempunyai sistem lingkat heterosiklik
dengan nitrogen sebagai hereatomnya. Unsur-unsur penyusun alkaloid adalah
karbon, hydrogen, nitrogen, dan oksigen.
Sebagian masyarakat percaya dan pernah mencoba meminum air seduhan
kulit salak untuk mengatasi penyakit diabetes, dari hasil uji fitokimia
menunjukkan kulit salak mengandung senyawa flavonoid dan tanin, flavonoid
dalam ekstrak kulit salak mampu menurunkan kadar glukosa dalam darah.
2.

Budidaya Salak Nglumut

1.

Pemilihan dan Persiapan Lahan
Salak Nglumut akan tumbuh baik pada dataran rendah hingga ketinggian

800 mdpl dengan tipe iklim basah, dan tipe tanah podzolik dan regosol atau
latosol yang yang bertekstur geluh lempungan sampai geluh pasiran. Tanaman
Salak Nglumut muda memerlukan naungan berat untuk mengurangi transiprasi
dan evaporasi, sehingga lahan perlu dipersiapkan dengan menanam pohon
pelindung terlebih dahulu atau ditumpangsarikan dengan tanaman lainnya.
2.

Pengadaan Benih
Tujuan utama pengadaan benih adalah menyiapkan benih Salak Nglumut

betina dan jantan bermutu untuk menghasilkan buah bermutu. Pembenihan salak
Nglumut dapat berasal dari biji (generatif) atau dari anakan (vegetatif).

9

Pembenihan secara generatif adalah pembenihan dengan menggunakan biji yang
diperoleh dari pohon induk, tetapi pembenihan dari biji kurang lazim dilakukan
dalam budidaya salak Nglumut.
Pembenihan vegetatif dapat diperoleh dengan memisahkan anakan baik
secara langsung maupun memisahkan anakan secara buatan atau cangkok. Benih
yang berasal dari perbanyakan vegetatif mempunyai beberapa kelebihan
dibanding benih yang berasal dari biji, antara lain: 1) hasil tanaman yang
diperoleh sifatnya pasti sama dengan pohon induknya; 2) dapat dipastikan terlebih
dahulu kelamin tanaman (jantan/betina); 3) cepat berbunga dan berbuah serta
hasilnya lebih seragam atau relatif sama dengan pohon induknya. Disamping
kelebihan tersebut, kekurangan benih yang berasal dari cangkok adalah sulit
memperoleh benih yang berumur seragam dalam jumlah besar dan sistem
perakarannya tidak sebaik perakaran benih dari semai.
3.

Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan meliputi: 1) perataan tanah untuk mengatur sistem irigasi,

mempermudah pengaturan jarak tanam, pengaturan pohon pelindung, meratakan
tanah/lahan, pengaturan bedengan dan saluran air; 2) pembersihan rumputrumput, batu-batu padas dan pohon-pohon kayu yang tidak diperlukan; 3)
membajak dan mencangkul tanah untuk menggemburkan tanah; dan 4) pembuatan
bedengan/guludan.
Jarak tanam ideal adalah 2 x 2 m atau 2 x 2,5 m, dimana jarak 2,5 m adalah
jarak antar larikan dan jarak 2 m adalah jarak antar tanaman dalam satu larikan.
Bedengan dibuat sepanjang larikan dengan kedalaman 15 cm dan lebar 100 cm.

10

Tanah galian diletakkan di kanan dan kiri larikan dan kemudian diratakan,
sehingga terbentuk bedengan dengan lebar 150 cm, tinggi ± 25 cm, dan panjang
menyesuaikan ukuran kebun. Larikan sebaiknya dibuat membujur dari timur ke
barat. Sedangkan untuk pada lahan teras bangku, arah larikan searah dengan arah
teras.
Lubang tanam dibuat dengan ukuran 50 x 50 x 50 cm. Pada tanah yang
keras, ukuran lubang dapat diperbesar untuk memberikan ruang yang lebih untuk
perkembangan akar. Pada saat membuat lubang, tanah galian bagian atas (± 25
cm) diletakkan pada sebelah timur lubang tanam yang dibuat dan tanah galian
bawah (± 25 cm) letakkan di sebelah barat lubang tanam. Lubang tanam dibiarkan
selama 2 – 3 minggu, baru kemudian ditimbun kembali. Pada saat penimbunan,
tanah bagian bawah dikembalikan pada posisi semula, sedangkan tanah bagian
atas dicampur dengan pupuk organik (pupuk kandang atau kompos) dengan
perbandingan 1:1 dan kapur pertanian/dolomit sebanyak 0,25 – 0,5 kg/lubang
tanam. Dengan demikian pada bekas lubang akan terbentuk gundukan. Gundukan
tanah tersebut tidak perlu dipadatkan tetapi dibiarkan agar menyusut dengan
sendirinya.
4.

Penanaman Benih
Penanaman benih adalah menanam benih jantan dan betina bermutu dengan

benar dengan tujuan agar benih jantan ditanam dengan benar sebagai sumber
serbuk sari dan benih betina untuk memproduksi buah. Dalam suatu luasan kebun
salak diperlukan 4 – 10 persen tanaman jantan, dimana penanaman benih jantan
dapat dilakukan dengan cara, yaitu: 1) ditanam di tengah-tengah atau di antara

11

benih salak betina dan 2) benih jantan ditanam di pinggir lahan sebagai tanaman
pagar.
Benih salak Nglumut umumnya ditanam pada awal musim penghujan ketika
tanah mengandung cukup air yaitu sekitar 60 – 80 persen. Keadaan tanah yang
gembur dan kelembaban yang cukup memungkinkan akar benih mampu hidup
dan berkembang secara baik. Penanaman dilakukan pada lubang tanam yang telah
disediakan.
Penanaman benih dilakukan dengan cara membenamkan media tanam yang
terdapat didalam keranjang benih atau polybag ke dalam lubang tanam. Ditengah
tanah penutup lubang tersebut digali lagi dengan ukuran sebesar keranjang benih
atau polybag. Sebelum benih dimasukkan ke dalam lubang, keranjang benih atau
polybag dilepas terlebih dahulu dengan menyayat atau merobek bagian samping
dan bagian dasarnya. Pada saat melepas keranjang atau polybag dilakukan dengan
hati-hati dan dijaga agar akar tidak merusak akar.
5.

Penyulaman
Penyulaman diperlukan untuk mengganti tanaman yang mati, tanaman yang

perkembangannya kurang baik dengan tanaman baru yang sehat dan berumur
sama dengan tujuan untuk mempertahankan populasi tanaman di kebun.
Penyulaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan dengan tanaman yang
berumur sama atau berukuran sama dengan tanaman di sekitarnya.
Penyulaman dapat dilakukan pada saat tanaman masih muda atau bahkan
pada tanaman dewasa. Tanaman muda atau tanaman yang masih kecil dapat
diganti dengan benih baru atau tanaman muda lainnya dengan sistem putaran,

12

yaitu memindahkan tanaman beserta tanah tempat perakaran atau sebagian
perakaran.
6.

Penyiangan
Penyiangan adalah membuang dan membersihan rumput-rumput atau

tanaman pengganggu lainnya yang tumbuh di kebun salak. Tanaman pengganggu
atau gulma bila tidak diberantas akan menjadi pesaing bagi tanaman salak dalam
memperebutkan unsur hara dan air.
7.

Pembubunan
Pembubunan dilakukan setelah ujung batang atau pangkal daun mencapai

permukaan tanah, atau di atas permukaan tanah. Tanah yang digunakan untuk
menimbun berasal dari kanan dan kiri larikan yang semula berupa bedengan.
Pembubunan bertujuan untuk memperdalam perakaran, memperkokoh tanaman,
merangsang pertumbuhan tunas, dan memperdekat jarak antara permukaan tanah
dengan akar lateral yang tumbuh tepat dibawah daun yang gagal mencapai tanah.
8.

Pemangkasan
Pemangkasan yang dilakukan antara lain: 1) pemangkasan pelepah daun,

dan 2) mengurangi jumlah anakan. Pemangkasan pelepah daun adalah memotong
pelepah daun yang tidak produktif, kering, mati dan terserang organisme
pengganggu tanaman. Tujuan pemangkasan pelepah, adalah untuk membentuk
tajuk ideal tanaman salak (yaitu 7 – 9 pelepah daun pertanaman) agar
produktivitas dan mutu buah yang dihasilkan dalam kondisi yang maksimal dan
merangsang pembentukan seludang bunga betina. Pemangkasan tanaman diawali

13

setelah tanaman berumur satu tahun yang bertujuan mengatur pertumbuhan
vegetatif ke arah pertumbuhan generatif yang lebih produktif.
Pemangkasan pelepah dapat dilakukan setiap 2 bulan sekali tetapi pada saat
mendekati masa berbunga atau berbuah pemangkasan dapat dilakukan lebih
sering, yaitu 1 (satu) bulan sekali. Pemangkasan pelepah daun salak dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1) Pemangkasan pelepah daun salak dilakukan
sampai pada pangkal pelepah karena bagian yang disisakan sebenarnya sudah
tidak berguna lagi bagi tanaman; atau 2) Pemangkasan pelepah daun salak
dilakukan dengan menyisakan pangkal pelepah yang dapat digunakan sebagai
penyangga tandan buah.
Sedangkan pemangkasan atau penjarangan anakan adalah mengurangi dan
mengatur jumlah anakan dalam satu rumpun tanaman. Satu rumpun salak cukup
disisakan 1 atau 2 anakan dengan jumlah anakan maksimal 3 – 4 buah pada setiap
rumpunya, dan apabila jumlah anakan melebihi 4 buah maka akan mengganggu
produktivitas tanaman. Pangkas anakan yang keluar dari barisan, pertumbuhan
kurang baik dan terlalu banyak.
9.

Pemupukan
Pemupukan tanaman salak Nglumut secara umum dilakukan sebanyak 2

(dua) kali dalam setahun yaitu pada awal musim hujan dan akhir musim hujan
atau pada bulan April dan September, atau pada bulan Oktober/September dan
Februari/Maret.
Secara khusus, waktu dan dosis pemberian pupuk pada tanaman salak
Nglumut dapat dilakukan berdasarkan umur dan kondisi tanaman, yaitu:

14

1)

Tanaman berumur 0 – 36 bulan
Pemberian pupuk dilakukan 3 bulan sekali menggunakan pupuk Urea/ZA

sebanyak 30 gram/rumpun, SP-36 sebanyak 20 gram/rumpun, dan KCl sebanyak
15 gram/rumpun. Sedangkan pemberian pupuk organik dan kapur dolomit dapat
dilakukan 6 bulan sekali dengan takaran pupuk organik sebanyak 5 – 10
kg/rumpun dan kapur sebanyak 0,25 – 1 kg/rumpun.
2)

Tanaman salak Nglumut berumur di atas 36 bulan
Pemupukan dilakukan 6 bulan sekali dengan pemberian pupuk organik

sebanyak 5 – 10 kg/rumpun, kapur dolomit sebanyak 0,25 – 1 kg/rumpun,
Urea/ZA sebanyak 70 gram/rumpun, SP-36 sebanyak 50 gram/rumpun, dan KCl
sebanyak 30 gram/rumpun.
Cara pemberian atau aplikasi pupuk pada tanaman salak Nglumut dapat
dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu:
1)

Pupuk dimasukkan ke dalam lubang parit yang dibuat melingkari tanaman

salak. Lubang parit dibuat sekitar tanaman salak dengan jarak lubang parit dari
tanaman salak sekitar 50 – 100 cm, dengan lebar parit 20 cm dan dalam 15 – 30
cm. Pupuk dibenamkan ke dalam lubang parit tersebut dan kemudian tutup
dengan tanah.
2)

Pupuk dimasukkan ke dalam lubang yang dibuat diantara dua tanaman salak

dalam satu larikan. Lubang dibuat dengan panjang 100 cm, lebar 50 cm dan dalam
15 – 30 cm, sehingga jarak antara lubang pupuk dengan pangkal tanaman adalah
sekitar 75 cm. Pupuk dibenamkan ke dalam lubang kemudian tutup dengan tanah.

15

10.

Penyerbukan
Tanaman salak Nglumut merupakan tanaman berumah dua (dioeceus)

dimana bunga jantan dan bunga betina berada pada pohon yang berbeda. Keadaan
tersebut menyebabkan tanaman tidak dapat melakukan penyerbukan sendiri,
melainkan penyerbukan silang (allogami). Penyerbukan silang memerlukan
perantara. Penyerbukan pada salak pondoh terjadi melalui perantara serangga atau
melalui penyerbukan buatan oleh manusia.
Penyerbukan dengan bantuan manusia dapat dilakukan setelah kuncupkuncup bunga betina dalam tongkol tampak mekar berwarna merah muda.
Seludang bunga dibersihkan dengan memotongnya, hingga tampak tongkol
bunganya. Penyerbukan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca baik/tidak hujan dan
pada pagi atau sore hari. Agar serbuk sari bunga jantan jatuh tepat ke kepala putik,
tongkol bunga jantan didekatkan di atas tongkol bunga betina, kemudian diketuk
atau ditepuk dengan jari. Untuk kuncup bunga jantan yang belum mekar (belum
tampak serbuk sarinya), ditekan dengan kuku kemudian diketuk-ketuk di atas
bunga betina sampai merata pada seluruh tongkol. Satu tongkol bunga jantan
dapat dipakai untuk menyerbuk ± 10 tongkol bunga betina.
Tongkol bunga yang sudah diserbuk ditutup dengan daun, kantong platik
atau gelas/botol platik bekas. Pemberian tutup atau kerudung bertujuan agar
serbuk sari yang telah menempel terlepas atau tercuci oleh air. Tutup tandan
dibuka 3 – 5 hari setelah penyerbukan.

16

11.

Penjarangan Buah
Penjarangan buah adalah mengurangi jumlah buah yang terdapat dalam

setiap tandan dengan tujuannya untuk menghasilkan buah dengan mutu dan
jumlah yang optimal sesuai target yang ditetapkan. Cara melakukan penjarangan
buah adalah: 1) penjarangan pertama saat dua bulan setelah penyerbukan (ukuran
buah sebesar kelereng), dengan cara memilih buah yang abnormal, terserang hama
dan penyakit atau buah yang normal tapi posisinya terjepit, dengan cara menusuk
buah yang dipilih untuk dijarangkan; 2) penjarangan kedua, sebulan setelah
penjarangan pertama dengan cara yang sama seperti penjarangan pertama, atau
dengan mencongkel buah yang dipilih; dan 3) bungkus tandan dengan anyaman
atau keranjang bambu.
12.

Penanganan panen
Panen adalah memetik buah yang telah siap panen atau mencapai

kematangan yang optimal dengan tujuan untuk memperoleh buah pada standar
mutu yang telah ditetapkan. Buah yang sudah siap panen mempunyai ciri-ciri sisik
telah jarang, bulu-bulu telah hilang dan warna kulit buah merah kehitaman atau
kuning tua berkilat, selain itu umur tanaman dan tekstur buah perlu diperhatikan.
Panen pertama dengan menggunakan benih cangkokan vegetatif dimulai pada saat
tanaman salak pondoh berusia 2 – 3 tahun.
Pemetikan buah biasanya juga dilakukan setelah 7 – 8 bulan sejak terjadinya
penyerbukan. Untuk pemetikan buah tidak dipilih satu per satu tapi dipotong
bersama tandannya. Rata-rata produksi buah salak per pohon per tahun adalah 10
kg.

17

13.

Penanganan Pasca Panen
Seperti buah-buahan lainnya, buah salak mudah rusak dan tidak tahan lama.

Kerusakan buah ditandai dengan bau busuk dan daging buah menjadi lembek serta
berwarna kecoklat-coklatan. Setelah dipetik buah salak masih meneruskan proses
hidupnya berupa proses fisiologi. Sehingga buah salak tidak dapat disimpan lama
dalam keadaan segar, maka diperlukan penanganan pascapanen.
Pasca panen adalah pekerjaan yang dilakukan pada hasil produk yang baru
saja dipanen. Tujuan penanganan pasca panen adalah melakukan pekerjaan
meliputi pembersihan, sortasi buah, pelabelan dan pengemasan berdasarkan
ukuran dan standar mutu yang telah ditentukan.
Terdapat empat standar kelas salak Nglumut, yaitu: 1) Kelas A, kelas mutu
salak Nglumut berukuran sangat besar dengan jumlah 8 – 12 buah per kilogram;
2) Kelas B, kelas mutu salak nglumut berukuran besar dengan jumlah 13 – 16
buah per kilogram; 3) Kelas C, kelas mutu salak nglumut berukuran sedang
dengan jumlah 17 – 21 buah per kilogram; dan Kelas D,kelas mutu rendah dengan
jumlah 22 – 30 buah per kilogram.
Pengemasan untuk buah salak segar memiliki beberapa kriteria, antara
lain: 1) harus berlubang untuk memberikan sirkulasi udara; 2) kuat, agar buah
salak terlindung tekanan dari luar; dapat diangkut dengan mudah; dan 3) ukuran
pengemas harus disesuaikan dengan jumlah buah. Jenis pengemasan yang dapat
digunakan, antara lain keranjang plastik/bambu, peti kayu, dan kardus karton.
Buah salak Nglumut dapat tahan disimpan sampai maksimal 21 hari apabila buah

18

tidak luka, bebas dari serangan hama atau penyakit dan sirkulasi udara tempat
penyimpanan berjalan baik.
3.

Gabungan Kelompok Tani
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Ngudiluhur berdiri pada tanggal 11

Juni 2007 yang bertujuan untuk menjaga kebersamaan dan keutuhan masyarakat
Desa kaliurang, menjaga keberlanjutan kegiatan ekonomi desa, dan meningkatkan
taraf hidup dan kualitas hidup masyarakat. Gapoktan Ngudiluhur juga akan
menghadirkan daerah pertanian khusunya salak nglumut yang berkualitas dengan
berbasis kearifan lokal sehingga menjadi aset wisata pertanian yang potensial.
Salak nglumut sudah tersertifikasi prima dari Dinas Pertanian sehingga buah salak
nglumut layak dikonsumsi dan aman.
4.

Usahatani
Usahatani (farm) adalah organisasi dari alam (lahan),tenaga kerja, dan

modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Organisasi tersebut
ketatalaksanaanya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seseorang atau
sekumpulan orang sebagai pengelolanya.
Usahatani adalah himpunan dari sumber – sumber alam yang terdapat di
tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air,
perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari,
bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah dan sebagainya. Usahatani dapat
berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak (Mubyarto, 1989).
Menurut Shinta (2011) ilmu usahatani adalah ilmu terapan yang membahas
atau mempelajari bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien dan efektif

19

pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil maksimal. Sumber daya itu adalah
lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen.
Menurut

Soekartawi

(2005)

menyebutkan

suatu

usahatani

dapat

digambarkan lebih rinci sebagai berikut:
1)

Pada setiap usahatani kita akan selalu dapat menjumpai lahan dalam luasan
dan bentuk yang tertentu, unsur ini dalam usahatani mempunyai fungsi
sebagai tempat diselenggarakan usaha bercocok tanam, pemeliharaan hewan
ternak, dan tempat keluarga tani bermukim.

2)

Pada usahatani juga akan dijumpai, bangunan-bangunan, seperti: rumah
tempat tinggal keluarga tani, kandang ternak, gudang dan lumbung, sumur
atau pompa air dan pagar. Alat-alat pertanian, seperti : bajak, cangkul,
garpu, parang, sprayer, dan mungkin juga traktor. Sarana produksi (input),
seperti: benih atau bibit tanaman, pupuk pabrik atau pupuk kandang, obatobatan pemberantas hama penyakit tanaman serta hewan ternak dan
makanan ternak.

3)

Pada usahatani ini terdapat keluarga tani, yang terdiri dari petani, istri, dan
anak-anak, serta mertua, adik, ipar, keponakan, menantu, dan pembantu.
Semua merupakan sumber tenaga kerja usahatani bersangkutan.

4)

Petani sendiri,selain menjadi tenaga kerja juga berfungsi sebagai pengelola
atau manager, yaitu orang yang berwenang memutuskan segala sesuatu yang
berhubugan dengan kegiatan usahatani.

20

5.

Biaya
Menurut Supriyono (2000) biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan

atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan atau revenue yang akan
dipakai sebagai pengurang penghasilan. Biaya adalah kas atau nilai setara kas
yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan member manfaat pada
saat ini atau dimasa mendatang bagi pengusaha (Henry , 2002).
Menurut Kasmir dan Jakfar (2003) investasi merupakan penanaman modal
dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu relative panjang diberbagai
bidang usaha. Investasi adalah penggunaan sumber keuangan atau usaha dalam
waktu tertentu dari setiap orang yang menginginkan keuntungan darinya. Salah
satu konsep adalah penganggaran modal, sebab penganggaran modal merupakan
konsep penggunaan dana dimasa yang akan datang yang diharapkan akan
memperoleh keuntungan (Suratman, 2001). Secara umum komponen biayanya
antara lain adalah sebagai berikut:
a.

Biaya investasi
Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada awal usaha dan

dapat juga dikeluarkan pada saat usahatani sedang berjalan. Investasi awal pada
usaha budidaya Salak Nglumut berupa tenaga kerja land clearing (persiapan dan
pengolahan lahan), pembelian bibit dan peralatan, dan sewa lahan.
Present value adalah nilai sekarang dari sebuah anuitas dan identik dengan
nilai awal dari penanaman modal, sedangkan anuitas dari sebuah present value
tergantung pada besar kecilnya tingkat bunga dan jangka waktu yang digunakan.
Discount factor adalah suatu bilangan yang menggambarkan (weight) pembuat

21

pada setiap nilai discount factor (DF) tertentu. Besarnya discount factor ini dipilih
diantara variasi bunga bank yang berlaku di daerah tersebut.
b.

Biaya operasional
Biaya operasional adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan

(tergantung dari) besar kecilnya jumlah produksi yang meliputi tenaga kerja
penyerbukan dan penjarangan, pemangkasan, pemupukan, panen dan pasca panen.
6.

Kelayakan Usahatani
Menurut Kasmir dan Jakfar (2008) pengertian kelayakan usahatani adalah

penelitian yang dilakukan secara mendalam untuk menentukan apakah usaha yang
akan dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan
biaya yang akan dikeluarkan. Untuk mengetahui usahatani menguntungkan atau
tidak secara ekonomi dapat dianalisis dengan menggunakan perbandingan antara
penerimaan dengan biaya. Adapun kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai
berikut:
1)

Net Present Value (NPV)
Nilai sekarang dari selisih antara penerimaan dan biaya pada tingkat

diskonto tertentu. Usaha Salak Nglumut dinyatakan layak bila NPV lebih besar
dari nol, jika NPV sama dengan nol yang berarti usaha Salak Nglumut
mengembalikan persis sebesar peluang faktor produksi modal, jika NPV lebih
kecil dari nol maka usaha Salak Nglumut akan ditolak artinya ada penggunaan
lain yang lebih menguntungkan untuk sumber-sumber yang diperlukan usaha
tersebut.

22

2)

Net Benefit Cost Ratio
Net Benefit Cost Ratio merupakan penilaian yang dilakukan untuk melihat

tingkat efisiensi penggunaan biaya yang berupa perbandingan jumlah nilai bersih
sekarang yang positif dengan jumlah nilai bersih sekarang yang negatif. Net B/C
menunjukkan manfaat bersih yang diperoleh setiap penambahan satu rupiah
pengeluaran bersih. Usaha Salak Nglumut dikatakan layak atau banyak
manfaatnya jika diperoleh nilai Net B/C lebih besar dari satu dan jika diperoleh
nilai Net B/C lebih kecil dari satu maka usaha ditolak atau tidak layak.
3)

Gross Benefit Cost Ratio
Gross Benefit Cost Ratio

adalah perbandingan antara total penerimaan

dengan total biaya produksi. Usaha Salak Nglumut dikatakan layak atau banyak
manfaatnya jika diperoleh nilai Gross B/C lebih besar dari satu dan jika diperoleh
nilai Gross B/C lebih kecil dari satu maka usaha ditolak atau tidak layak.
4)

Internal Rate Of Return (IRR)
Merupakan tingkat diskonto pada saat NPV sama dengan nol yang

dinyatakan dalam persen. Nilai IRR menunjukkan tingkat keuntungan dari suatu
usaha salak nglumut tiap tahunnya dan menunjukkan kemampuan usaha salak
nglumut dalam mengembalikan bunga pinjaman. Jika IRR suatu usaha salak
nglumut lebih besar atau sama dengan tingkat diskonto yang berlaku maka usaha
tersebut layak untuk dilaksanakan.

23

5)

Payback Period
Merupakan penilaian kelayakan investasi dengan mengukur jangka waktu

pengembalian investasi. Perhitungan dasar yang digunakan adalah aliran kas (cash
flow), sehingga metode perhitungan yang digunakan adalah discounted payback
period. Semakin cepat modal itu kembali, maka semakin baik usaha salak
nglumut diusahakan karena modal yang kembali dapat dipakai untuk membiayai
kegiatan lainnya.
B.

Penelitian Sebelumnya
Dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Micho Gunawan

(2011) yang berjudul analisis investasi usahatani salak pondoh di Desa Dawuhan
Kecamatan Madukara Kabupaten Banjarnegara. Dari hasil penelitian tersebut
hasil analisis investasi maka diperoleh keuntungan dari usahatani salak pondoh
per 1 hektar di Desa Dawuhan Kecamatan Madukara Kabupaten Banjarnegara
pada tahun 2002 – 2011 sebesar Rp. 233.479.080,05/ hektar. Untuk hasil analisis
efisiensi pada usahatani salak pondoh sebesar 1,86 maka sudah efisien , karena
B/C > 1 maka usahatani salak pondoh di Desa Dawuhan sudah efisien.
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Trisni Wulandari (2013)
yang berjudul dampak erupsi merapi terhadap pendapatan petani salak Nglumut
Di Desa Kaliurang Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang Tahun 20092011. Hasil perbandingan total penerimaan dengan total biaya untuk usahatani
salak nglumut sebelum erupsi Merapi didapat R/C sebesar 2,72 sedangkan untuk
sesudah erupsi didapat R/C sebesar 1,73. Berdasarkan nilai R/C sebelum dan
sesudah erupsi Merapi dapat disimpulkan bahwa usahatani sebelum adanya erupsi

24

Merapi menerima keuntungan yang lebih besar dibanding dengan sesudah adanya
erupsi Merapi.
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Eko Purnomo (2014) yang
berjudul Kelayakan Usaha tani salak pondok organic di kelompok tani “si cantik”
Dusun Ledoknongko, Desa Bangunkerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman.
Hasil dari analisis, usaha tani salak pondok organik layak diusahakan dilihat dari
nilai net dan gross benefit cost ratio 3,69 lebih dari 1, nilai internal rate return
14,51% lebih besar dari bungan pinjaman 13%. Usahatani salak pondoh organic
menghasilkan payback period selama 8 tahun 2 bulan 22 hari.
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nooriman Yudhi
Hendratno (2006) yang berjudul Analisis Kelayakan Finansial Proyek
Pengembangan Usahatani Salak Pondoh Di Kecamatan Waringinkurung,
Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Dari hasil analisis kelayakan financial
usahatani salak pondoh layak untuk diusahakan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
NPV, IRR, dan Net B/C serta berturut-turut 43818375, 15.72% dan 1.7566. Dari
hasil analisis tersebut pengembangan usahatani salak pondoh Di Waringinkurung
dapat menutupi biaya investasi yang dikeluarkan dalam waktu 10 tahun.

25

C.

Kerangka Pemikiran
Dampak erupsi merapi yang mengakibatkan lahan petani salak rusak

sehingga petani harus mengembalikan keadaan lahan dengan tekstur tanah yang
rusak kembali menjadi lahan yang subur. Petani salak nglumut memerlukan input,
input merupakan berbagai macam kebutuhan yang harus dipenuhi untuk
mendukung keberhasilan usahatani yaitu seperti lahan, bibit, pupuk, tenaga kerja,
dan peralatan. Petani salak nglumut juga mengeluarkan biaya investasi untuk
lokasi budidaya. Produk output yang dihasilkan dari budidaya yaitu buah salak.
Harga jual salak nglumut ditentukan oleh pengepul. Hasil kali antara jumlah
kilogram salak nglumut dengan harga adalah penerimaan bagi petani.
Kegiatan usahatani salak nglumut diperlukan biaya biaya investasi yang
tinggi agar manfaat yang diterima tidak langsung menutup kembali semua biaya
yang dikeluarkan dalam waktu yang singkat, sehingga memerlukan waktu yang
lama untuk dapat mengembalikan biaya investasinya. Untuk mengetahui
perbandingan total biaya dengan total manfaat yang akan diterima dan berapa
lama waktu yang diperlukan agar dapat dikembalikan, maka dilakukan analisis
kelayakan usaha dari aspek financial dengan menggunakan beberapa criteria
investasi. Kriteria investasi yang digunakan adalah Net Present Value (NPV)
layak apabila lebih besar dari nol (NPV>0), Internal Rate of Return (IRR) layak
apabila lebih besar dari discount rate 14%, Net Benefit Cost Dan Gross Benefit
Cost layak apabila nilai Net (B/C) dan Gross (B/C) lebih besar dari satu, dan
Payback period (Jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal
usaha investasi). Sehingga semakin cepat modal itu cepat kembali maka semakin

26

baik usahatani salak nglumut untuk diusahakan. Untuk memperjelas uraian diatas
maka dapat dilihat pada kerangka pemikiran sebagai berikut :

Usahatani Salak Nglumut

Output
Biaya Investasi :
1. Lahan
2. Bibit
3. Peralatan
4. Tenaga kerja pengolahan
lahan dan penanaman

Harga

Biaya Operasional:
1. Tenaga Kerja pemupukan,
pemangkasan dan sanitasi,
penyerbukan dan penjarangan
buah, panen dan pasca panen
2. Biaya pemupukan
3. Biaya pengairan

Benefit

Discount Factor

Total Biaya







Kelayakan
Net Present Value (NPV)
Internal Rate of Return (IRR)
Net Benefit Cost Ratio (B/C)
Gross Benefit Cost Ratio
Payback Period (PP)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

D.

Hipotesis
Diduga usahatani salak Nglumut di Gapoktan Ngudiluhur layak untuk di

usahakan dan dikembangkan ditinjau dari Net Present Value (NPV), Internal Rate
of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio dan Gross Benefit Cost Ratio, dan
Payback Period (PP).

xii

III.

METODE PENELITIAN

Penelitian tentang analisis kelayakan usahatani salak nglumut di Gapoktan
Ngudiluhur dilakukan di Desa Kaliurang, Kecamatan Srumbung, Kabupaten
Magelang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Menurut Sutrisno
(2012) penelitian deskriptif adalah metode pencarian fakta dengan interpretasi
yang tepat. Metode ini mempelajari masalah – masalah dalam masyarakat, serta
tatacara yang berlaku dalam masyarakat, serta situasi-situasi tertentu, termasuk
tentang hubungan kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta
proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh –pengaruh dari suatu
fenomena.
Penelitian

ini

bersifat

kuantitatif,

dalam

pembahasannya

lebih

mengedepankan mengenai biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi,
input yang digunakan, peneriaman yang diperoleh petani, pendapatan dan
keuntungan yang diterima, serta kelayakan usahatani salak nglumut yang dilihat
dari indikator Net present value (NPV), Internal rate of return (IRR), Net benefit
cost ratio(B/C), Gross benefit cost ratio dan Payback period. Setelah itu dapat
diketahui apakah usahatani salak nglumut tersebut layak atau tidak untuk
diusahakan.

27

28

A.

Teknik Penentuan Daerah Penelitian

1.

Penentuan lokasi (Kecamatan)
Pengambilan sampel Kecamatan dilakukan dengan secara purposive

sampling, yaitu di Kecamatan Srumbung. Lokasi penelitian ini dipilih karena
dapat menghasilkan buah salak terbesar yang ada di Kabupaten Magelang lebih
besar dibandingkan dengan Kecamatan lain yang berada di wilayah Magelang.
Hal ini bisa dilihat pada tabel 3 sebagai berikut.
Tabel 3. Produksi Salak menurut Kecamatan (2014)
No
Kecamatan
Produksi (Kwintal)
1 Salaman
708
2 Borobudur
451
3 Ngluwar
154
4 Salam
48.134
5 Srumbung
336.378
6 Dukun
7.407
7 Muntilan
307
8 Mungkid
6.173
9 Sawangan
626
10 Candimulyo
3.360
11 Mertoyudan
1.154
12 Tempuran
328
13 Kajoran
5.350
14 Kaliangkrik
373
15 Bandongan
57
16 Windusari
757
17 Secang
492
18 Tegalrejo
425
19 Pakis
103
20 Grabag
4.830
21 Ngablak
0
Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Magelang
2.

Penentuan lokasi (Desa)
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kaliurang, Kecamatan Srumbung

Kabupaten Magelang. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan alasan bahwa luas
lahan di Desa Kaliurang untuk bertanam tanaman hortikultura seperti salak

29

nglumut cukup tinggi, yakni dengan luas lahan 192 Ha. Petani salak yang
tergabung dalam Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) yang tidak mengikuti
kelompok desa lain sehingga sesuai dengan apa yang ingin diteliti. Berikut data
luas lahan untuk bertanam tanaman hortikultura salak di Kecamatan Srumbung.
Tabel 4. Penggunaan Lahan Untuk Tanaman Salak Di Kecamatan Srumbung
No
Desa
Luas tanah (Ha)
1
Sudimoro
2
Banyuadem
3
Ngargosoko
4
Pucang Anom
5
Pandan Retno
6
Mranggen
7
Kradenan
8
Polengan
9
Kamongan
10 Kemiren
11 Srumbung
12 Jeruk Agung
13 Tegalrandu
14 Ngablak
15 Kaliurang
16 Beingin
17 Nglumut
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Magelang
3.

Penentuan petani responden

a.

Populasi

145
129
59
39
41
110
122
24
121
105
80
123
26
160
192
23
105

Populasi dalam penelitian ini adalah petani salak nglumut yang berjumlah
306 yang terbagi di 5 Dusun Desa Kaliurang populasi diambil dari Gapoktan
Ngudiluhur yang ada di Desa Kaliurang, jumlah populasi secara rinci dapat dilihat
sebagai berikut:

30

Tabel 5. Sebaran Populasi Anggota Gapoktan Ngudiluhur Desa Kaliurang
No
Dusun
Kelompok Tani
Populasi
1
Kaliurang Selatan Marsudi Makmur
35
2
Kaliurang Utara
53
Sumber Makmur
3
Jrakah
103
Marsudi Utomo
4
Cepangan
58
Ngudi Rahayu
5
Sumberrejo
57
Sido Rahayu
Jumlah
306
Sumber : Data Gapoktan Ngudiluhur
b.

Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2014). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian
ini menggunakan metode dengan metode proporsionate stratified random
sampling yaitu bila populasi yang mempunyai anggota

tidak homogen dan

berstrata secara proporsional. Menurut Slovin dalam Husein (2004) penentuan
ukuran sampel dari populasi menggunakan rumus :
n=
Keterangan :
n = Ukuran sampel
N = Ukuran Populasi
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel
yang ditolerir/diinginkan, misalnya untuk penelitian ini digunakan 13%.
Maka perhitungan sample sebagai perikut:
n=

49,58 (dibulatkan 50)
Sebaran sample yang didasarkan atas proporsionate stratified random

sampling dapat dilihat pada tabelsebagai berikut:

31

Tabel 6. Penyebaran Populasi dan Sample Penelitian Di Desa Kaliurang
No
Dusun
Kelompok Tani
Populasi
Sample
1
Kaliurang Selatan Marsudi Makmur
35
6
2
Kaliurang Utara
53
9
Sumber Makmur
3
Jrakah
103
17
Marsudi Utomo
4
Cepangan
58
9
Ngudi Rahayu
5
Sumberrejo
57
9
Sido Rahayu
Jumlah
306
50
Sumber : Data Gapoktan Ngudiluhur
B.

Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian usahatani salak

nglumut menggunakan data primer dan data sekunder. Menurut Sugiyono (2014)
data primer adalah data yang diperoleh dari wawancara yaitu cara pengumpulan
data dengan langsung mengadakan tanya jawab kepada objek yang diteliti atau
kepada perantara yang mengetahui persoalan dari objek yang sedang diteliti. Hal –
hal yang mengenai penilitian usahatani salak nglumut secara langsung ditanyakan
kepada petani. Selain itu juga dilakukan teknik observasi yaitu pengamatan yang
dilakukan langsung ke lapangan terhadap objek yang diteliti. Beberapa informasi
yang dapat diperoleh hasil observasi yaitu tempat, objek, kejadian, waktu, pelaku,
dan kegiatan. Data primer yang diperoleh yaitu meliputi luas lahan, identitas
responden, peralatan, dan penggunaan pupuk.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan tehnik pencatatan dari
pengutipan kepustakaan instansi atau lembaga pemerintah setempat terkait dengan
penelitian usahatani salak nglumut. Data sekunder yang diperoleh yaitu topografi
wilayah, keadaan iklim, luas lahan, keadaan penduduk, jumlah produksi, dan
tenaga kerja.

32

C.

Pembatasan Masalah
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pada tahun 2005

untuk biaya investasi dan data pada tahun 2006 – 2015 untuk biaya operasional.
D.

Asumsi

1.

Hasil produksi salak nglumut diasumsikan terjual semua.

2.

Harga input dan output adalah harga yang terjadi pada saat penelitian.

3.

Tingkat suku bunga pinjaman Bank BRI selama periode penelitian di anggap
sama.

E.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1.

Usahatani salak nglumut adalah kegiatan usahatani mulai dari persiapan
lahan, penanaman bibit salak nglumut, pemanenan, hingga pasca panen
salak nglumut siap dijual.

2.

Lahan adalah luasan area tanam salak nglumut yang digunakan dalam usaha
tani dan dinyatakan dalam satuan meter persegi (m2).

3.

Bibit adalah tanaman salak Nglumut yang sudah memiliki 2 – 3 daun
sehingga siap ditanam, diukur dalam satuan per batang.

4.

Pupuk kandang adalah unsur alami dari kotoran ternak yang mempunyai
manfaat tinggi untuk meningkatkan unsur tanah digunakan dalam satu
musim diukur dalam satuan kilogram (kg).

5.

Tenaga kerja adalah curahan waktu kerja yang dilakukan dalam proses
produksi usahatani salak nglumut yang terdiri dari tenaga kerja dalam
keluarga dan tenaga kerja luar keluarga, dan diukur dalam hari kerja orang
(HKO).

33

6.

Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada awal usaha dan
dapat juga dikeluarkan pada saat usahatani sedang berjalan. Investasi awal
pada usaha budidaya salak nglumut berupa pembelian bibit, tenaga kerja
pengolahan lahan dan penanaman dan pembelian alat. Biaya investasi diukur
dalam satuan Rupiah (Rp).

7.

Biaya operasional adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan
(tergantung dari) besar-kecilnya jumlah produksi yang meliputi biaya tenaga
kerja penyerbukan dan penjarangan, pemupukan, panen dan pasca panen,
biaya pemupukan, dan biaya pengairan. Biaya operasional diukur dalam
satuan Rupiah (Rp).

8.

Discount factor adalah suatu bilangan yang menggambarkan (weight)
pembuat pada setiap nilai discount factor (DF) tertentu. Besarnya discount
factor ini dipilih di antara variasi bunga bank yang berlaku didaerah
tersebut, di ukur dalam satuan persen (%).

9.

Total biaya (TC) adalah penjumlahan dari biaya investasi dan biaya
operasional, yang diukur dalam satuan rupiah (Rp)

10.

Harga adalah uang yang diterima petani pada saat menjual hasil produksi
salak nglumut dan dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

11.

Produksi adalah jumlah hasil usahatani salak nglumut pada daerah tertentu
dan pada waktu tertentu, produksi diukur dalam satuan kilogram (kg).

12.

Benefit adalah hasil produksi usahatani salak nglumut dikalikan dengan
harga yang sudah ditentukan,dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

13.

Net present value (NPV) adalah net benefit yang telah di discount yang
menggunakan kesempatan biaya modal.

34

14.

Net benefit cost (B/C) adalah perbandingan antara net benefit yang telah di
discount positif dengan net benefit yang telah di discount negatif.

15.

Gross benefit cost ratio merupakan perbandingan antara benefit kotor yang
telah di discount dengan cost secara keseluruhan yang telah di discount.

16.

Internal rate of return (IRR) adalah suatu tingkat suku bunga yang
menghasilkan net present value nol, di ukur dalam satuan persen (%).

17.

Payback period adalah jangka waktu yang menunjukkan terjadinya arus
penerimaan secara kumulatif sama dengan jumlah investasi dalam bentuk
present value, di ukur salam satuan tahun.

F.

Analisis Data
Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif meliputi transfer

data, editing data, pengolahan data dan interprestasi data secara deskriptif.
Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai pelaksanaan
usahatani serta kondisi kecocokan lahan untuk usahatani salak nglumut di lokasi
penelitian.
Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menguji kelayakan usahatani
salak Nglumut yaitu dengan mengolah data yang diperoleh dan menyederhanakan
dalam

bentuk

tabulasi

kemudian

diolah

secara

komputerisasi

dengan

menggunakan software Microsoft excel kemudian di interprestasi data secara
deskriptif. Analisis data yang digunakan salak nglumut sebagai berikut :
1.

Net Present Value (NPV)

35

Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara nilai sekarang
penerimaan dengan nilai sekarang pengeluaran pada tingkat diskonto tertentu,
yang dinyatakan dengan rumus :

Keterangan :
Bt
Ct
n
i
t

NPV = ∑

= Manfaat yang diperoleh pada tahun t
= Biaya yang dikeluarkan pada tahun t
= Umur ekonomis usaha
= Discount rate (tingkat suku bunga pinjaman)
= Tahun 0,1,2,3,…..n

Penilaian kelayakan finansial berdasarkan NPV adalah se