ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TEH RAKYAT DI DESA MOJOTENGAH KECAMATAN REBAN KABUPATEN BATANG

MARUTI NUGRAHENI F0107010 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Ð People with goals succeed because they know where they're going.

Earl Nightingale

Ð Patience, persistence and perspiration make an unbeatable combination for success.

Napoleon Hill

Ð I prefer to be a dreamer among the humblest, with visions to be realized, than lord among those without dreams and desires.

Kahlil Gibran

Ð All our dreams can come true, if we have the courage to pursue them.

Walt Disney

Ð Allah SWT is my Lord, Islam is my life, Qur’an is my guide, Muhammad SAW is my role model, Heaven is my goal, and success about them are my right.

Maruti Nugraheni

Dengan penuh ketulusan dan kerendahan hati, serta rasa syukur dan bangga kupersembahkan karya ini kepada:

Orang tuaku tersayang Dwi Djatmiko Nugroho dan Ratna Andarti, yang selalu mendo’akanku, mendukungku, selalu menuntunku, memberiku

nasihat, memberikan segalanya dengan penuh rasa sayang dan tanpa pamrih. Ucapan terima kasih pun tak cukup rasanya untuk membalas kebaikan kalian. Ayahku engkaulah inspirasiku, aku bangga terhadapmu.

Adik-adikku yang pintar Marmita Nugraheni dan Andaru Nugrahanto, mereka yang senantiasa menghiburku dalam suka dan duka, mengajakku bermain,

membuat lelucon-lelucon nakal, tertawa bersama, saling bercerita dan berbagi walau kadang mereka menyebalkan.

Keluargaku tersayang Eyang Shaleh Kakung dan Putri (Alm.), Eyang Tatung

(Alm.), Eyang Putri, Bu Pipik, Bu Ndari.

Terimakasih atas dukungan dan do’a kalian, kalian yang mengajariku tentang arti

hidup, saling berbagi pengalaman untuk membuatku lebih tegar. Untuk kedua

(Alm.) kakekku tersayang, aku bangga menjadi cucumu.

Teman-temanku Ekonomi Pembangunan 2007, terimakasih dengan memberiku kesempatan untuk mengenal kalian.

Almamaterku, lebih dari sekedar kata bangga.

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TEH RAKYAT DI DESA

MOJOTENGAH KECAMATAN REBAN KABUPATEN BATANG”.

Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuihi salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Selama menyusun skripsi ini penulis tidak lepas dari beberapa pihak, maka dari itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Guntur Riyanto, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar telah membimbing penulis. Terima kasih atas kritik, saran dan perhatiannya selama penulis menyelesaikan skripsi.

2. Bapak Drs. Sutomo, M.Si dan Ibu Dr. Yunastiti Purwaningsih, MP selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan dorongan dan pengarahan selama studi kepada penulis serta memberi kesempatan untuk diskusi kepada penulis.

3. Bapak dan ibu dosen pengampu yang telah memberikan ilmunya selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Teman-teman jurusan Ekonomi Pembangunan angkatan 2007 yang telah menjadi rekan yang menyenangkan selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Anak-anak kost “ANDRI House” Surya II. Mbak Irda, Mbak Tika (Tinci), Meilita, dan Nita. Terima kasih telah memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. Masa-masa kuliah selalu menjadi sangat menyenangkan ketika bersama kalian.

6. Pihak-pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.

skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca.

Surakarta, Januari 2012

Maruti Nugraheni

TABEL 2.1 Penelitian Terdahulu ..................................................................... 32 TABEL 3.1 Sampel Petani Teh Desa Mojotengah Kecamatan Reban Kabupaten

Batang ............................................................................................ 41

TABEL 4.1 Jumlah Produksi Teh di Kecamatan Reban Tahun 2003-2009 ..... 50 TABEL 4.2 Jumlah Produksi Teh di Desa Mojotengah Tahun 2003-2009 ...... 51 TABEL 4.3 Jumlah Populasi di Desa Mojotengah Kecamatan Reban Kabupaten

Batang ............................................................................................ 52

TABEL 4.4 Prosentase Tingkat Pendidikan Desa Mojotengah Kecamatan Reban

Kabupaten Batang ......................................................................... 52

TABEL 4.5 Jumlah Petani Sampel Berdasarkan Tingkat Umur di Desa

Mojotengah Kecamatan Reban Kabupaten Batang ....................... 53

TABEL 4.6 Jumlah Petani Sampel Berdasarkan Luas Lahan di Desa Mojotengah

Kecamatan Reban Kabupaten Batang ........................................... 54

TABEL 4.7 Rata-rata Penerimaan, Biaya Produksi, dan Pendapatan Teh Rakyat

per Hektar per Tahun ..................................................................... 55

TABEL 4.8 Analisis Kelayakan Usahatani Teh Rakyat Desa Mojotengah

Kecamatan Reban Kabupaten Batang ........................................... 55

GAMBAR 2.1 Tahapan Dari Suatu Proses Produksi (Kurva Produksi Total,

MP, dan AP) ............................................................................. 10

GAMBAR 2.2 Kerangka Pemikiran ................................................................. 35

LAMPIRAN 1 Rekapitulasi Data Identifikasi Responden Dana Petani The Desa

Mojotengah, Kec. Reban, Kab. Batang .................................... 65

LAMPIRAN 2 Biaya Sarana Produksi Usaha Tanaman Teh Desa Mojotengah,

Kec. Reban, Kab. Batang (Perhitungan Secara Finansial dan Ekonomis) ................................................................................. 71

LAMPIRAN 3 Upah Tenaga Kerja Usaha Tanaman Teh Rakyat Desa

Mojotengah Kec. Reban, Kab. Batang ..................................... 82

LAMPIRAN 4 Biaya Tenaga Kerja Usahatani Teh Rakyat Desa Mojotengah,

Kec. Reban, Kab. Batang .......................................................... 88

LAMPIRAN 5 Rata-Rata Biaya Produksi Usahatani Teh Rakyat Per Tahun

Desa Mojotengah, Kec. Reban, Kab. Batang (Perhitungan Secara Finansial dan Ekonomis) ............................................... 94

LAMPIRAN 6 TFC, TVC, Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Usaha

Tanaman Teh Rakyat Per Tahun Desa Mojotengah, Ke. Reban, Kab. Batang (Perhitungan Secara Finansial dan Ekonomis) .. 105

LAMPIRAN 7 Analisis Usahatani Tanaman Teh Rakyat (BEP, RCR, NPV,

IPP, dan ROI) Per Hektar Per Tahun Desa Mojotengah, Ke. Reban, Kab. Batang (Perhitungan Secara Finansial dan Ekonomis) ............................................................................... 114

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TEH RAKYAT DI DESA MOJOTENGAH KECAMATAN REBAN KABUPATEN BATANG MARUTI NUGRAHENI F0107010

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) besar pendapatan usahatani teh rakyat yang dilaksanakan oleh petani di Desa Mojotengah Kecamatan Reban Kabupaten Batang (2) untuk mengetahui apakah usahatani teh rakyat layak secara ekonomi untuk diusahakan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif. Data yang digunakan diperoleh dengan cara survey sampling dengan teknik sampling acak (random sampling). Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui besarnya pendapatan usahatani teh adalah Total Revenue (TR) sedangkan untuk mengetahui kelayakan usahatani teh yaitu Break Even Point (BEP), Revenue Cost Ratio (RCR), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Return On Investment (ROI).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani teh rakyat di Desa Mojotengah Kecamatan Reban Kabupaten Batang adalah layak dan menguntungkan untuk diusahakan dengan tingkat RCR secara finansial sebesar 1,99 sedangkan secara ekonomis sebesar 1,20; BEP produksi secara finansial sebesar 1.914 sedangkan secara ekonomis sebesar 3.186 kg per hektar per tahun berarti lebih rendah dari rata-rata produksi sebesar 3.811,2 kg per hektar per tahun; BEP harga sebesar Rp 1.250,- per kg; nilai NPV layak secara finansial sebesar Rp 215.621.617,50,- (nilai positif) sedangkan secara ekonomis sebesar Rp 71.066.519,85,- (mengalami penurunan namun tetap bernilai positif) dengan tingkat suku bunga Bank sebesar 10%; IRR sebesar 11,17% per tahun; dan nilai ROI secara finansial sebesar 99,17% sedangkan secara ekonomis yaitu 19,60%. Apabila ROI mendekati 100% maka menunjukkan prospek yang baik dalam percepatan pengembalian modal.

Kesimpulan dari penelitian ini menurut hasil analisis kelayakan usaha dengan menggunakan perhitungan analisis kelayakan usaha yang meliputi RCR, BEP (baik BEP (Q) , maupun BEP (Rp) ), NPV, IRR, dan ROI usahatani teh di Desa Mojotengah, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang sangat layak secara ekonomis untuk diusahakan dan faktor produksi seperti luas lahan, biaya tenaga kerja, biaya pupuk ternyata sangat memiliki pengaruh terhadap jumlah produksi teh rakyat dan pendapatan.

kata kunci : analisis pendapatan dan kelayakan usahatani

ANALYSIS OF THE RESIDENTS’ TEA FARMING IN MOJOTENGAH VILLAGE, REBAN, BATANG MARUTI NUGRAHENI F0107010

The purpose of this study was to know (1) the income of the residents’ tea farming carried out by farmers in the Mojotengah village, Reban, Batang and (2) to know whether the residents’ tea farming is economically viable for the people to run.

This research uses descriptive quantitative research methods. The data used were obtained by sampling survey with a random sampling technique. Data analysis techniques used to determine the amount of the residents’ tea farming income is Total Revenue (TR), while to determine the feasibility of the tea farming is Break Even Point (BEP), Revenue Cost Ratio (RCR), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), and Return On Investment (ROI).

The result showed that tea farming in the village of Batang Reban Mojotengah district is fisible and profitable to cultivate with the level 1.99 RCR financially, economically while for 1.20; BEP financially production by 1.914 kg while economically by 3.186 kg per hectar per year is lower than the average production of 3.811,2 kg per hectar per year; BEP price of Rp 1.250,- per kg. Financially viable NPV of Rp 215.621.617,50,- (positive value) while economically of Rp 71.066.519,85,- (decrease but still positive value) with the Bank’s interest rate by 10%. An IRR of 11,17% per annum; and financially ROI value of 99,17% while that is economically 19,60%. If the ROI is close to 100% then it indicates a good prospect of acceleratingreturn on capital.

The conclusion of this study according to the results of the feasibility analysis using the calculation of business feasibility analysis which includes the RCR, BEP (either BEP (Q), and BEP (Rp) ), NPV, IRR, and ROI is that the residents’ tea farming in the Mojotengah village, Reban, Batang is economically very feasible to run and factors of production such as land, labor costs, and fertilizer costs are turned out to have big influence on the residents’ tea total production and income.

keywords: farm income analysis and feasibility

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

pembangunan yang mengintegrasikan pertanian dengan industri dan jasa terkait dalam satu kluster industri yang mencakup (input produksi), usahatani, pemasaran dan pengolahan, serta jasa. Integrasi yang baik antara pertanian, industri dan dan jasa dapat meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani melalui pengembangan sistem pertanian dan usaha-usaha agribisnis, semakin berkembangnya aktivitas ekonomi pedesaan melalui pengembangan sistem pertanian dan perusahaan-perusahaan pertanian yang mandiri.

Tujuan dan strategi pembangunan di pedesaan di Indonesia, secara umum antara lain seperti tertuang dalam GBHN Tahun 1998, yaitu bahwa “pembangunan masyarakat perdesaan perlu terus ditingkatkan, terutama melalui pembangunan kemampuan sumberdaya manusia. Sejalan dengan itu perlu ditingkatkan kemampuan masyarakat untuk berproduksi serta mengelola dan memasarkan produksinya, sekaligus menciptakan lapangan kerja. Dengan demikian, maka masyarakat pedesaan semakin mampu menggerakkan dan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya segala daya dan dana bagi peningkatan pendapatan dan taraf hidupnya”.

Produk yang dihasilkan dapat mampu berdaya saing dan berkelanjutan baik untuk memenuhi kebutuhan konsumen dalam dan luar Produk yang dihasilkan dapat mampu berdaya saing dan berkelanjutan baik untuk memenuhi kebutuhan konsumen dalam dan luar

Keberhasilan pembangunan khususnya pembangunan bidang perkebunan sangat tergantung pada partisipasi petani dalam menerima suatu inovasi yang kemudian menerapkannya dalam melaksanakan usahataninya. Tujuan usaha perkebunan untuk menghasilkan produksi perkebunan dengan mengorganisir faktor-faktor produksi, diharapkan hasil maksimal. Pada kenyataannya petani perkebunan dihadapkan pada keterbatasan pengetahuan, keterampilan dan sumber daya. Keterbatasan ini sangat berpengaruh kepada petani dalam mengambil keputusan untuk melaksanakan usahataninya. Dari segi ekonomi, petani perkebunan selalu membandingkan antara hasil yang diharapkan pada waktu panen dengan biaya yang harus dikeluarkan. Suatu usaha perkebunan dapat mencapai usaha maksimum bilamana dapat mengkombinasikan faktor-faktor produksi secara optimal.

Pelaksanaan pembangunan sektor perkebunan pada prinsipnya adalah memadukan antara potensi sumber daya alam, sumber daya

agribisnis. Daun teh merupakan salah satu komoditas yang memerlukan penanganan pasca panen dan pengolahan lebih lanjut untuk menjadi produk pangan yang siap untuk dikonsumsi. Selain itu daun teh merupakan bahan baku utama pembuatan teh. Perubahan bahan baku daun teh menjadi daun teh kering siap saji inilah yang dapat memberikan nilai tambah produk teh. Melalui kegiatan pengolahan daun teh diharapkan dapat memberikan nilai tambah produk, selanjutnya dapat meningkatkan pendapatan yang diterima petani atau perajin. Oleh karena itu perlu dikaji tingkat kelayakan usahanya, selain kelayakan usahataninya perlu juga diketahui pengaruh sarana produksi, khususnya bahan baku, tenaga kerja dan bahan bakar terhadap pendapatan bersih, karena selama ini petani teh hanya melakukan kegiatan usaha, terutama di Desa Mojotengah Kecamatan Reban Kabupaten Batang, yang masyarakatnya sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani.

Sebenarnya hasil usaha perkebunan teh yang dilaksanakan petani bergantung pada kesediaan dan kemauan petani dalam mengadopsi dan menerapkan teknologi serta faktor-faktor produksi yang digunakan. Selanjutnya kombinasi antara faktor-faktor produksi tersebut akan berpengaruh pada tingkat produksi dan pendapatan yang diterima petani. Dengan demikian apabila petani mempunyai keterampilan dan Sebenarnya hasil usaha perkebunan teh yang dilaksanakan petani bergantung pada kesediaan dan kemauan petani dalam mengadopsi dan menerapkan teknologi serta faktor-faktor produksi yang digunakan. Selanjutnya kombinasi antara faktor-faktor produksi tersebut akan berpengaruh pada tingkat produksi dan pendapatan yang diterima petani. Dengan demikian apabila petani mempunyai keterampilan dan

Oleh karena itu perlu dikaji usaha perkebunan teh yang dilaksanakan petani selama ini, baik dalam penerapan teknologi maupun penerapan faktor-faktor produksi agar diperoleh hasil yang optimal (pendapatan), baik tingkat produksi maupun tingkat pendapatannya.

Dalam rangka peningkatan kesejahteraan petani perkebunan melalui peningkatan produksi pertanian khususnya komoditas perkebunan, Pemerintah Kabupaten Batang telah menetapkan Kecamatan Blado, Reban dan Bawang sebagai daerah pengembangan budidaya teh, termasuk di dalamnya Desa Mojotengah Kecamatan Reban. Hal ini dimaksudkan selain sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani teh juga untuk melestarikan sumberdaya lahan dan lingkungan hidup serta pemerataan pembangunan.

Desa Mojotengah merupakan salah satu desa penghasil teh di Kecamatan Reban namun ketersediaan bahan baku teh tidak mencukupi kebutuhan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka diadakan sebuah penelitian yang berjudul “ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI

TEH RAKYAT DI DESA MOJOTENGAH, KECAMATAN REBAN, KABUPATEN BATANG”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

2. Apakah usahatani teh rakyat layak secara ekonomi untuk diusahakan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui besar pendapatan usahatani teh rakyat yang dilaksanakan oleh petani di Desa Mojotengah Kecamatan Reban Kabupaten Batang.

b. Untuk mengetahui apakah usahatani teh rakyat layak secara ekonomi untuk diusahakan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dengan adanya penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau pengetahuan bagi pembaca tentang kelayakan usahatani teh rakyat terhadap produksi teh sehingga berpengaruh pada pendapatan petani teh rakyat di Kabupaten Batang dan strategi apa saja yang harus dilakukan. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi dan memberikan sumbangan konseptual bagi penelitian sejenis dalam rangka

Indonesia.

2. Manfaat Praktis

1) Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Batang, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan informasi dan masukan bagi lembaga-lembaga yang terkait dengan pembuatan kebijakan yang berhubungan dengan perkembangan perkebunan teh rakyat di Kabupaten Batang.

2) Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi masyarakat tentang usahatani perkebunan khususnya bagi para petani teh.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Teori Produksi

Produksi didefinisikan sebagai proses menciptakan atau menambah nilai guna atau manfaat baru. Nilai guna atau manfaat baru mengandung pengertian kemampuan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Produksi meliputi semua aktifitas menciptakan barang dan jasa.

Produksi adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan manfaat dengan cara mengkombinasikan faktor-faktor produksi kapital, tenaga kerja, teknologi, managerial skill. Produksi merupakan usaha untuk meningkatkan manfaat dengan cara mengubah bentuk (form utility), memindahkan tempat (place utility), dan menyimpan (store utility). (Soeharno, 2007:67).

Proses produksi pertanian membutuhkan macam-macam faktor produksi seperti modal, tenaga kerja, tanah, dan manajemen pertanian yang berfungsi mengkordinasikan faktor-faktor yang ada sehingga benar- benar mengeluarkan hasil produksi (output). Produksi diperoleh dengan campur tangan tangan manusia yaitu tenaga kerja petani (labor). Faktor produksi modal adalah sumber ekonomi diluar tenaga kerja yang dibuat oleh manusia. Modal dilihat dalam arti uang atau dalam arti keseluruhan nilai sumber-sumber ekonomi non manusiawi (Mubyarto, 1994:70).

bibit, obat-obatan serta faktor produksi lainnya. Teori produksi mengandung pengertian mengenai usahatani yang dilakukan petani dalam tingkat teknologi tertentu mampu mengkombinasikan berbagai macam faktor produksi seefisien mungkin untuk menghasilkan produksi maksimal.

Kegiatan produksi ditinjau jangka panjang (long run), yaitu suatu produksi tidak hanya saja output dapat berubah, tetapi mungkin semua input dapat diubah dan hanya teknologi dasar produksi yang tidak mengalami perubahan. Secara umum fungsi produksi menunjukan bahwa jumlah barang produksi tergantung pada jumlah faktor produksi yang digunakan. Jadi hasil produksi merupakan variabel tidak bebas, sedangkan faktor produksi merupakan variabel bebas :

Q = f ( K, L )

dimana : Q = Output

K = capital/modal L = Labour/tenagakerja

Menurut Sugiarto et. al. (2002), produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output. Kegiatan tersebut dalam ekonomi biasa dinyatakan dalam fungsi produksi. Analisis terhadap kegiatan produksi perusahaan dikatakan berada dalam jangka pendek apabila sebagian dari faktor produksi dianggap tetap jumlahnya (fixed input) Menurut Sugiarto et. al. (2002), produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output. Kegiatan tersebut dalam ekonomi biasa dinyatakan dalam fungsi produksi. Analisis terhadap kegiatan produksi perusahaan dikatakan berada dalam jangka pendek apabila sebagian dari faktor produksi dianggap tetap jumlahnya (fixed input)

Q=f(X 1 ,X 2 ,X 3 …..X n )

Dimana : Q = Tingkat produksi (out put) dipengaruhi oleh faktor produksi X.

X = berbagai input yang digunakan atau variable yang mempengaruhi Q.

Dalam teori ekonomi diambil pula satu asumsi dasar mengenai sifat dari fungsi produksi, yaitu fungsi produksi dari semua produksi dimana semua produsen dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut : Teh Law of Diminishing Return ( Nilai Kepuasan yang Semakin Lama Semakin Berkurang).

Hukum ini mengatakan bahwa apabila faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya (tenaga kerja) terus menerus ditambah sebanyak satu unit, pada mulanya produksi total akan semakin banyak pertambahannya, tetapi sesudah mencapai suatu tingkat tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya mencapai nilai negatif dan ini menyebabkan pertambahan produksi total semakin lambat dan akhirnya mencapai tingkat yang maksimum kemudian menurun.

menunjukkan pola yang berlaku bagi perubahan marjinal product (MP) dari suatu faktor produksi (Herlambang et al., 2001 dalam Sudantoko, Djoko 2010).

Gambar 2.1

Tahapan Dari Suatu Proses Produksi

(Kurva produksi total, MP, dan AP)

Sumber : Soeharno, TS., 2007:71

Ep = 0

Ep = 1

Ep > 1 Ep < 0 1> Ep > 0

Tahap 1 : nilai Ep >1 , produk total , produk rata-rata menaik dan produk marginal juga nilainya menaik kemudian menurun sampai nilainya sama dengan produk rata-rata, merupakan daerah irasional karena produsen masih dapat meningkatkan output melalui peningkatan input. Tahap II : nilai Ep adalah 1 >Ep > 0, produk total menaik tetapi produk rata-rata menurun dan produk marjinal nilainya juga menurun sampai 0 dan merupakan daerah rasional untuk membuat keputusan produksi dan daerah ini terjadi efisiensi. Tahap III : nilai Ep< 0 , produk total dan produk rata – rata menurun sedangkan nilai produk marjinal negative, juga merupakan daerah irrasional karena dengan penambahan input akan mengurangi output.

Sadono Sukirno (2002), menyatakan bahwa fungsi produksi menunjukan sifat hubungan diantara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang dihasilkan. Faktor-faktor produksi dikenal pula dengan istilah input dan jumlah produksi selalu juga disebut sebagai output . Fungsi produksi selalu dinyatakan dalam bentuk rumus , yaitu seperti berikut :

Q = f ( K, L, R, T )

Dimana K adalah jumlah stok modal, L adalah jumlah tenaga kerja, R adalah kekayaan alam , dan T adalah tingkat teknologi yang digunakan. Sedangkan Q adalah jumlah produksi yang dihasilkan oleh berbagai jenis Dimana K adalah jumlah stok modal, L adalah jumlah tenaga kerja, R adalah kekayaan alam , dan T adalah tingkat teknologi yang digunakan. Sedangkan Q adalah jumlah produksi yang dihasilkan oleh berbagai jenis

2. Faktor-Faktor Produksi

a. Biaya Produksi Biaya penggunaan sumber daya mencakup biaya eksplisit dan biaya implisit. Upah yang dibayarkan, pengeluaran untuk listrik, pembayaran untuk bahan-bahan baku, bunga yang dibayarkan kepada para pemegang obligasi perusahaan dan sewa bangunan.

Biaya implisit (Implicit Cost) berkenan dengan setiap keputusan yang jauh lebih sulit untuk dihitung. Biaya-biaya implisit ini tidak memasukkan pengeluaran-pengeluaran tunai dan oleh karena itu seringkali diabaikan dalam analisis pembuatan keputusan. Sewa yang bisa diterima seorang petani dari ladang jika la tidak menggunakan ladang tersebut merupakan biaya implisit dari kegiatan-kegiatan pertaniannya.

Mubyarto (1988), penyelenggara suatu usahatani diperlukan biaya untuk menghasilkan suatu produk tertentu dalam hal ini produk usahatani. Menurut sifatnya biaya usahatani dapat digolengkan menjadi 2 (dua), yaitu biaya tetap dan biaya variabel/tidak tetap, sedangkan kedua biaya itu disebut biaya produksi.

Selanjutnya biaya produksi yaitu semua pengeluaran yang Selanjutnya biaya produksi yaitu semua pengeluaran yang

Sedangkan biaya variabel/tidak tetap adalah biaya-biaya yang dipergunakan untuk membeli suatu satuan variabel yang dipergunakan untuk menghasilkan produk usahatani seperti pembelian bibit, pupuk, obat- obatan, tenaga kerja dan lain sebagainya.

b. Biaya Sewa Tanah, Pajak dan Bunga Modal Sukartawi (1990), tanah merupakan salah satu unsur mutlak yang diperlukan dalam pelaksanaan usaha perkebunan yang dipakai untuk menghasilkan produk usahatani. Pada penelitian ini dipergunakan analisa ekonomi atau perusahaan, jadi tanah disini baik milik sendiri atau tanah garapan yang dipergunakan untuk pelaksanaan uasah perkebunan teh di perhitungkan dengan sewa. Adapun besarnya nilai sewa diperhitungkan nilai yang berlaku lokal pada saat penelitian berlangsung.

Selanjutnya pajak tanah dimasukkan sebagai biaya, sebab dalam analisa finansial merupakan sebagian pendapatan petani yang dibayarkan kepada pemerintah. Adapaun besarnya pajak tanah ditentukan berdasarkan luasan dan kelas tanah.

pada saat sekarang yang diperhitungkan dengan nilai uang saat yang akan datang, yaitu pada saat usaha perkebunan teh telah berproduksi dan telah memberikan penerimaan serta pendapatan, dalam hal ini diperhitungkan samapi usaha perkebunan teh berumur 10 tahun. Besarnya tingkat bunga diperhitungkan berdasarkan jumlah bunga yang berlaku pada saat penelitian.

c. Biaya Tenaga Keja Tenaga kerja usahatani diperoleh dari dalam keluarga dan luar keluarga. Tenaga kerja dari dalam keluarga biasanya terdiri atas bapak, ibu, dan anak. Untuk biaya tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga diperhitungkan dalam pengeluaran biaya (Mubyarto, 1991). Pada kenyataannya tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga tidak dihitung biayanya. Petani memakai tenaga dari luar keluarga kalau memang tenaga yang dipakai itu kurang dan harus cepat selesai.

Tenaga kerja yang berasal dari keluarga merupakan tenaga yang diberi upah sesuai dengan tenaga yang dikeluarkan dan sesuai dengan jam kerja pada kegiatan produksi (Mubyarto, 1991). Satuan tenaga kerja yang umum dipakai adalah :

Ukuran ini menghitung seluruh pencurahan dari sejak persiapan sampai panen, dapat juga dengan menggunakan inventarisasi jam (1 hari = 7 jam kerja) lalu dijadikan hari kerja total.

2. Jumlah setara pria Jumlah kerja yang dicurahkan untuk seluruh proses produksi diukur dengan ukuran dari kerja pria. Jumlah hari kerja untuk seluruh proses produksi, diukur dengan ukuran hari kerja pria menurut Mubyarto (1991), sebagai berikut :

a) Satu tenaga kerja pria = 1 hari kerja pria

b) Satu tenaga kerja wanita = 0,7 hari kerja pria

c) Satu tenaga kerja ternak/mesin = 2 hari kerja pria

d) Satu tenaga kerja anak = 0,5 hari kerja pria Upah buruh yaitu yang dikeluarkan atau diberikan kapada orang lain untuk menguasai sementara tenaga orang lain. Pada penelitian ini tenaga kerja baik dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga diperhitungkan sebagi biaya tanaga kerja, yaitu tenaga kerja efektif orang kerja (Hari Orang Kerja) (Djuwari, 1976).

Selanjutnya dari masing-masing biaya tersebut di atas diperhitungkan per hektarnya pada setiap tahun, dengan asumsi bahwa semua biaya dianggap tetap sejak awal penelitian sesuai dengan perhitungan perusahaan semua biaya yang dibayar maupun tidak dibayar semua dianggap biaya produksi.

Mubyarto (1989), biaya sarana produksi, yaitu biaya yang dipergunakan untuk membeli sejumlah faktor produksi pada pelaksanaan usahatani nilam. Pada penelitian ini semua sarana produksi diperhitungkan secara perusahaan. Biaya sarana produksi meliputi pembelian bibit, pupuk, obat-obatan dan lain sebagainya.

e. Produksi dan Penerimaan Setiap pelaksanaan usahatani mempunyai tujuan untuk meningkatkan pendapatan, akan tetapi tujuan tersebut baru dapat dicapai bila diikuti dengan peningkatan produksi dan meminimalkan penggunaan faktor-faktor produksi sehingga penerimaan akan meningkat. Produksi merupakan hasil dari usahatani teh yang berupa pucuk daun teh yang dinyatakan dalam satuan berat (kg atau ton). Sedangkan penerimaan merupakan hasil perkalian antara total produksi dengan harga persatuan produksi (Mubyarto, 1988).

f. Pendapatan / Keuntungan Hadi Darwanto (1984), keuntungan petani dapat dioptimalkan dengan melakukan dua metode yaitu :

1. Mencari input optimal, yaitu jumlah input variabel, sehingga diperoleh output tertentu yang dapat memberikan keuntungan maksimum.

2. Mencari output optimal atau tingkat produksi yang memberikan keuntungan yang maksimal.

penerimaan. Nilai keuntungannya ditingkat produksi adalah merupakan nilai uang dari total produksi dengan harga produksi tersebut.

3. Usahatani

c. Definisi Usahatani

Menurut Mosher (1987), dalam bahasa ekonomi, produksi pertanian mengusahakan masukan (Input) untuk menghasilkan keluaran (Output). Masukan adalah segala sesuatu yang diikutsertakan dalam proses produksi, seperti penggunaan tanah, tenaga kerja petani beserta keluarganya dan pekerja upahan, kegiatan petani dalam perencanaan dan pengelolaan sarana produksi pertanian, alat–alat dan mesin pertanian dan lainnya. Keluaran adalah hasil tanaman dan hasil ternak yang dihasilkan oleh usaha tani.

Menurut Arsyad dkk (1985), usahatani adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Yang dimaksud dengan “ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas” adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian.

1) Penanaman

a) Bibit

Penyediaan bibit dapat dilakukan dengan perbanyakan secara vegetatif, untuk mendapatkan bibit yang sama dengan induknya.

Pada cara okulasi, mata kuncup dari pohon induk diambil dan ditempelkan pada batang teh. Jika okulasi mulai tunas, maka bagian bibit di atas tempelan yang berasal dari pohon induk menjadi batang baru.

Enten (sambungan) dilakukan dengan cara mengambil bagian muda dari pohon induk teh, dipotong lalu disambungkan pada bibit yang telah dipersiapkan di persemaian.

Adapun cara stek adalah dengan cara mengambil bagian dari pohon induk yang dapat ditanam dan stek tanaman teh berupa sepotong ranting muda yang terdiri dari satu ruas dengan dua buku dan sehelai daun dibuku yang atas.

b) Pembuatan lubang tanaman

Pekerjaan selanjutnya adalah membuat lubang-lubang tanaman dengan ukuran 40 cm X 30 cm X 30 cm, lubang-lubang tersebut dibiarkan terbuka beberapa waktu agar mendapatkan penyiraman aerasi udara yang cukup. Jarak tanam antar barisan tanaman minimal 100 cm, dan jarak tanam dalam barisan Pekerjaan selanjutnya adalah membuat lubang-lubang tanaman dengan ukuran 40 cm X 30 cm X 30 cm, lubang-lubang tersebut dibiarkan terbuka beberapa waktu agar mendapatkan penyiraman aerasi udara yang cukup. Jarak tanam antar barisan tanaman minimal 100 cm, dan jarak tanam dalam barisan

c) Pohon bayangan/pelindung

Untuk melindungi tanaman dari terik sinar matahari secara langsung, melindungi tanaman dari angin dan serangan hama maka tanaman teh perlu pohon bayangan atau pelindung. Tanaman pelindung yang banyak dipakai adalah jenis Crotalaria sp. dan Tephrosia sp. tanaman dapat berfungsi ganda, yaitu di samping sebagai tanaman pelindung, juga dapat menambah kesuburan tanah, baik dari sersahan daunnya maupun bintil-bintil akarnya yang mengikat unsur hara N (Sultoni, 1992).

d) Teknis penanaman

Pada waktu penanaman, lubang tanam diperikasa terlebih dahulu, kalau-kalau ada yang tertutup kembali oleh tanah galian yang masuk akibat air hujan. Untuk memacu pertumbuhan tanaman perlu di beri pupuk dasar, yaitu pupuk yang diberikan ke dalam lubang sebelum penanaman. Pupuk dasar terdiri dari 11 g Urea + 5 g TSP + 5 g KCL untuk setiap lubang.

dengan tanah asal, tanah yang berasal dari bawah dikembalikan ke bawah dan yang berasal dari atas dikembalikan kebagian atas, tanah sedikit dipadatkan pada sekeliling lubang dengan tujuan tanaman tidak roboh (Sultoni, 1992).

2) Pemeliharaan tanaman

a) Penyiangan

Penyiangan dilakukan untuk membuang tumbuh-tumbuhan rumput atau tanaman pengganggu yang tidak perlu. Beberapa tanaman yang tidak merugikan untuk sementara dapat ditahan untuk membantu menutup tanah, tanaman tersebut antara lain adalah : wedusan, sintrong (Ageratum conyzoides, Brechtitus valerianopsis ). Biasanya dalam kebun teh yang masih baru penyiangan perlu sering diulang, munkin lama makin jarang karena permukaan tanah semakin tertutup dengan tanaman teh dan naungan (kalau menggunakan). Di kebun yang sudah tua biasanya sudah jarang ditumbuhi gulma sehingga penyianganpun jarang diperlukan. Hanya sesudah dilaksanakan pangkasan pohon teh perlu diadakan penyiangan secukupnya (Soediardo, 1985).

b) Penyulaman

Bibit teh yang ditanam dikebun biasanya tidak semuanya terus tumbuh, untuk tanaman yang mati dan tumbuhnya kurang

untuk mendapatkan jumlah tanaman yang tumbuh merata, sehat dan sama umur, sesuai dengan jumlah tanaman yang diinginkan yang berguna untuk meramalkan produksi yang akan diperoleh. Penyulaman harus dilakukan secepat mungkin dan terus menerus dilakukan sampai tanaman berumur dua tahun. Untuk dapat melaksanakan penyulaman dengan baik, dua minggu setelah penanaman perlu dilakukan sampai dua bulan menjelang musim kemarau. Banyaknya bibit sulaman yang diperlukan pada tahun pertama maksimal 10% dan pada tahun kedua maksimal 5%. Pada tahun ketiga populasi tanaman menjadi penuh (Setyamidjaja, 2000).

c) Pemupukan

Tanaman teh perlu dipupuk dengan pupuk yang mengandung unsur hara N, P, K, Mg, dan Zn. Oleh karena itu, pupuk yang digunakan untuk memupuk tanaman teh dapat berupa pupuk majemuk atau pupuk campuran dari bahan baku pupuk tunggal dengan imbangan N-P-K-Mg-unsur mikro sesuai dengan rekomendasi pupuk bagi kebun atau lokasi setempat (Setyamidjaja, 2000).

Waktu pemupukan yang tepat sangat penting karena irama penyerapan hara pada setiap tanaman berbeda-beda. Tanaman teh yang dipetik setiap minggu memerlukan aliran hara yang teratur

waktu pemupukan adalah adanya curah hujan dan jangka waktu di antara dua pemupukan, serta waktu penyerapan oleh tanaman yang dimulai pada minggu kedua dan terakhir 3 bulan setelah pemberian. Waktu pemupukan yang terbaik adalah pada kondisi curah hujan 60-200 mm/minggu. Curah hujan yang kurang dari 60-200 mm/ minggu menyebabkan unsur hara dari pupuk belum dapat diurai dengan sempurna, sebaliknya pada curah hujan yang lebih dari 200 mm/minggu terjadi pelarutan pupuk yang besar dan haranya larut bersama air (Sultoni, 1992).

d) Pemberian mulsa

Pemberian mulsa (serasah) bertujuan untuk menahan terjadinya erosi, menekan pertumbuhan gulma, menambah bahan organik di dalam tanah, dan menstabilkan suhu permukaan tanah. Pemberian mulsa diutamakan dilakukan pada lahan-lahan yang miring dan rendah kesuburannya.

Cara pemberian mulsa adalah dengan menebarkan bahan mulsa setebal 3-5 cm merata di permukaan tanah degan tidak menyentuh tanaman teh. Kebutuhan mulsa per hektar adala 10-20 ton bahan segar. Bahan mulsa dapat berupa sisa pemangkasan pupuk hijau, daun lalang, jerami, rumput guatemala, dan rumput- rerumputan berdaun lebar. Waktu pemberian mulsa yang baik adalah menjelang musim kemarau. Alangkah baiknya jika

(Setyamidjaja, 2000).

e) Pemangkasan

Menurut Sultoni (1992), untuk dapat melakukan pemetikan dengan muda dan diperoleh jumlah daun muda/pucuk yang banyak, maka perdu/bidang petik teh harus rendah dan luas. Perdu/bidang petik yang rendah dan luas diperoleh dengan jalan pemangkasan. Adapun tujuan pemangkasan adalah :

a. Mengusahakan pertumbuhan/perkembangan tanaman teh agar tetap pada fase vegetatif, menghindari fase generatif;

b. Mengusahakan agar perdu/bidang petik tetap rendah sehingga pemetikan dapat dilakukan dengan mudah, cepat dan efisien;

c. Membentuk frame/bidang petik seluas mungkin;

d. Merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru, sehingga mampu menghasilkan pucuk yang banyak;

e. Mempermudah frame tanaman dan memperbaiki bentuk frame;

f. Membuang cabang-cabang yang tidak dihendaki yang menghambat pertumbuhan tunas-tunas baru;

g. Membantu meringankan biaya pengendalian gulma dan penyakit;

h. Mengatur fluktuasi produksi harian pada masa flush dan masa kemarau.

maksud pemangkasan adalah untuk meningkatkan produktivitas tanaman teh. Dalam budidaya tanaman teh dikenal ada 3 jenis pangkasan,

yaitu :

a. Pangkasan bentuk (untuk membentuk kerangka);

b. Pangkasan produksi (untuk memperluas bidang petik dan mempertinggi produksi);

c. Pengkasan rehabilitasi (untuk memperbaiki kerangka yang rusak) (Soediardo, 1985).

3) Pemberantasan hama tanaman

Tanaman teh diganggu oleh berbagai hama yang merusak perakaran, batang, ranting, daun dan buah. Gangguan hama yang sangat besar pengaruhnya terhadap produksi daun adalah beberapa hama yang merusak daun. Beberapa jenis hama penting yang menjadi masalah diantaranya adalah Helopeltis antonii, ulat jengkal, ulat penggulung daun, ulat penggulung pucuk, ulat api, dan tungau jingga.

Penyakit pada tanaman teh juga merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi produksi. Penyakit pada tanaman teh antara lain adalah cacar daun, busuk daun, penyakit mati ujung pada bidang petik, busuk akar, penyakit upas dan lain-lain. Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan dengan cara mekanis dengan pengambilan/pemetikan bagian yang terserang hama penyakit dan secara kimiawi, yaitu pengendalian hama

(Sultoni, 1992).

4) Pemungutan hasil

Hasil tanaman teh yang dipungut adalah kuncup dan ranting muda beserta daun-daun. Pemetikan adalah perkerjaan memungut sebagian dari tunas-tunas teh beserta daunnya yang masih muda, untuk kemudia diolah menjadi produk teh kering yang merupakan komoditi perdagangan. Pemetikan berfungsi pula sebagai usaha membentuk kondisi tanaman teh agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan. Adapun jenis pemetikan yang dilakukan selama satu daur pangkas terdiri dari pemetikan jendangan dan pemetikan produksi. Pemetikan jendangan adalah pemetikan yang dilakukan pada tahap awal setelah tanaman dipangkas untuk membentuk bidang petik yang lebar dan rata dengan ketebalan lapisan daun pemeliharaan yang cukup, agar tanaman mempunyai potensi produksi yang tinggi. Biasanya pemetikan jendangan dilakuakan 6-10 kali petikan, kemudian diteruskan dengan pemetikan produksi. Pemetikan produksi adalah pemetikan yang berlangsung secara rutin hingga tiba giliran pemangkasan produksi berikutnya. Sedangkan jenis- jenis petikan atau macam pucuk yang dihasilkan adalah : Hasil tanaman teh yang dipungut adalah kuncup dan ranting muda beserta daun-daun. Pemetikan adalah perkerjaan memungut sebagian dari tunas-tunas teh beserta daunnya yang masih muda, untuk kemudia diolah menjadi produk teh kering yang merupakan komoditi perdagangan. Pemetikan berfungsi pula sebagai usaha membentuk kondisi tanaman teh agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan. Adapun jenis pemetikan yang dilakukan selama satu daur pangkas terdiri dari pemetikan jendangan dan pemetikan produksi. Pemetikan jendangan adalah pemetikan yang dilakukan pada tahap awal setelah tanaman dipangkas untuk membentuk bidang petik yang lebar dan rata dengan ketebalan lapisan daun pemeliharaan yang cukup, agar tanaman mempunyai potensi produksi yang tinggi. Biasanya pemetikan jendangan dilakuakan 6-10 kali petikan, kemudian diteruskan dengan pemetikan produksi. Pemetikan produksi adalah pemetikan yang berlangsung secara rutin hingga tiba giliran pemangkasan produksi berikutnya. Sedangkan jenis- jenis petikan atau macam pucuk yang dihasilkan adalah :

b. Petikan medium, yaitu apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko dengan dua duan, tiga daun muda serta pucuk burung dengan satu, dua, tiga daun muda, ditulis dengan rumus p+2, p+3, b+1m, b+2m, b+3m;

c. Petikan kasar, yaitu apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko dengan empat daun atau lenih, dan pucuk burung dengan beberapa daun tua, ditulis dengan rumus p+4 atau lebih, b+(1-4t). Umumnya jenis petikan yang dikehendaki adalah jenis petikan medium, dengan komposisi minimal 70% pucuk medium, maksimal 10% pucuk halus, dan 20% pucuk kasar (Sultoni, 1992).

d.

5) Standar perhitungan

Menurut Setyamidjaja (2000), untuk tanaman teh yang sudah ada tanamannya maka standar harga input didasarkan pada biaya riil yang sudah dilekuarkan pada tahun sebelumnya. Sedangkan standar harga pada tahun dimana kegiatan pendataan yang dilakukan. Untuk perhitungan harga output didasarkan pada Menurut Setyamidjaja (2000), untuk tanaman teh yang sudah ada tanamannya maka standar harga input didasarkan pada biaya riil yang sudah dilekuarkan pada tahun sebelumnya. Sedangkan standar harga pada tahun dimana kegiatan pendataan yang dilakukan. Untuk perhitungan harga output didasarkan pada

Selanjutnya produksi teh dihasilkan setiap 15 hari dengan hasil rata-rata 453,26 kilogram per hektar, sebulan 906,52 kilogram per hektar, sehingga dalam satu tahun 10.878.24 kilogram per hektar.

d. Analisis Kelayakan Usahatani

1) Analisa biaya, penerimaan dan pendapatan Analisis ini digunakan untuk menghitung besarnya biaya produksi, penerimaan dan pendapatan usahatani teh. Total penerimaan atau Total Revenue dihitung dengan rumus :

TR = P x Q dimana : TR = Total Revenue / Penerimaan (Rp/ha)

P = Price / Harga (Rp/kg) Q = Quantum / total produksi (kg/ha)

Biaya (cost) produksi yang dikeluarkan untuk usaha perkebunan teh merupakan penjumlahan dari seluruh biaya diperhitungkan, meliputi biaya tetap (sewa tanah, pajak) dan biaya variabel (biaya untuk membeli sarana produksi dan membayar upah tenaga kerja).

Adapun pendapatan yang diterima oleh petani dari usaha perkebunan teh adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan, dengan rumus :

2) Analisa kelayakan usaha Untuk mengetahui apakah usahatani teh yang dilakukan oleh petani teh rakyat di Desa Mojotengah Kecamatan Reban Kabupaten Batang layak atau tidak untuk diusahakan, maka dilakukan perhitungan analisis kelayakan usaha dengan :

a) Break Even Point (BEP)

Titik impas atau Break Even Point (BEP) adalah keadaan dimana suatu usaha memperoleh penerimaan yang besarnya sama dengan besarnya biaya yang dikeluarkan, sehingga usaha tidak memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian. Secara matematik BEP dapat dirumuskan dengan BEP volume produksi dan BEP harga. BEP volume produksi atau BEP Q

BEP Q =

Harga

Produksi Biaya Total

Jika volume produksi riil lebih dari BEP Q , maka usahatani tersebut layak dijalankan. BEP harga per satuan atau BEP Rp

BEP RP =

Produksi Volume

Produksi Biaya Total

Jika harga pasar telah melebihi BEP Rp , maka usahatani tersebut layak dijalankan.

perbandingan antara penerimaan kotor dengan biaya total yang telah dikeluarkan.

Total Biaya

Penjualan) (Hasil Kotor (Hasil Penerimaan

Jika R/C > 1, maka usahatani tersebut layak dijalankan, jika R/C ≤ 1, maka usahatani tersebut tidak layak dijalankan, jika R/C = 1 maka usahatani masih bisa diusahakan.

c) Net Present Value (NPV)

Bahwa nilai uang sekrang tidak sama (lebih tinggi) dari nilai uang dikemudian hari. Nilai uang sekarang dihitung dengan menggunakan discount rate yang sedang berlaku (Kadariah, 1988). NPV dihitung dengan rumus :

B = Benefit (keuntungan) dalam rupiah T = Umur ekonomi usahatani (tahun) DF = Discount factor (tingkat bunga yang berlaku %)

Apabila NPV > 0 atau bernilai positif, berarti usahatani

menguntungkan (layak).

kerugian (tidak layak).

d) Internal Rate of Return (IRR)

Internal rate of return adalah discount rate yang dapat membuat besarnya Net Present Value (NPV) sama dengan nol (0), atau dapat membuat Net Benefit Cost Ratio (BCR) sama dengan satu (1). Dalam perhitungan IRR ini dirumuskan bahwa setiap benefit netto tahunan secara otomatis diinvestasikan kembali dalam tahun berikutnya, dan memperoleh rate of return yang sama dengan investasi-investasi sebelumnya. Besarnya IRR tidak dtanamkan secara lengsun dan harus dicari lagi dengan dicoba lagi. Tahapannya mula- mula dipakai discount rate yang diperkirakan mendekati besarnya IRR. Bila perhitungan tersebut masih memberikan nilai yang positif, maka harus NPV discount rate yang lebih tinggi, dan seterusnya sampai diperoleh NPV yang negatif (Kadariah, 1988), dengan menggunakan rumus :

IRR = i 1 +

dimana : IRR = Internal rate of return

i 1 = Tingkat discount rate yang menghasilkan NPV 1

i 2 = Tingkat discount rate yang menghasilkan NPV 2

e) Return On Investment (ROI) e) Return On Investment (ROI)

Produksi Biaya Total

Bersih Pendapatan

ROI =

X100%

Kaidah keputusan : apabila ROI mendekati 100%, maka menunjukkan prospek yang baik dalam percepatan pengembalian modal (Rahardi, 1999).

B. Penelitian Terdahulu

Pada penelitian terdahulu , para peneliti telah melakukan berbagai penelitian tentang efisiensi produksi/ekonomi sehingga akan sangat membantu dalam mencermati masalah yang akan diteliti dengan berbagai pendekatan spesifik sebagai rujukan utama, khususnya penelitian yang menggunakan model fungsi produksi. Selain itu juga memberikan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan. Berikut ini beberapa hasil penelitian yang relevan yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Penelitian Terdahulu

No Peneliti/ Penulis Tahun

Judul

Metodologi

Research/Tehory

Gap

Temuan/hasil Saran

Bambang Sumantri, Basuki Sigit Priyono, dan Mery Isronita (2004)

Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Lada (Piper nigrum, L ) Di Desa Kunduran Kecamatan Ulu Musi Kabupaten Lahat Sumatera Selatan

Stratified Random Sampling

Analisis Deskriptif dan Kriteria Investasi (Analisis Kelayakan Usahatani)

Hasil analisis kelayakan finansial menyatakan bahwa usahatani Lada layak untuk diusahakan karena cukup menguntungkan.

Ening Ariningsih dan Mari Komariah Tentamia (2004)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran Dan Permintaan Bawang Merah Di Indonesia

Two Stages Least Square

Ekonometrika penawaran dan permintaan bawang merah di Indonesia

- Produksi bawang merah di Jawa Tengah responsif terhadap perubahan harga pupuk

- Permintaan bawang merah responsif terhadap perubahan jumlah penduduk

Supadi dan Achmad Rozany Nurmanaf (2006)

Pemberdayaan Petani Kelapa Dalam Upaya Peningkatan Pendapatan

Deskriptif

Sekitar 60% petani kelapa tergolong miskin

- Penyuluhan dan pelatihan dalam aspek teknis dan manajemen

- Mengaktifkan dan memfungsikan kelembagaan pertanian

- Memberikan bantuan permodalan pada petani

Rohayati Suprihatini (2005)

Daya Saing Ekspor Teh Indonesia Di Pasar Teh Dunia

Pendekatan Constant Market Share (CMS)

Data statistik menunjukkan bahwa pertumbuhan ekspor teh di Indonesia jauh dibawah pertumbuhan ekspor teh dunia.

- Diperlukan upaya untuk meningkatkan ekspor teh Indonesia

- Diperlukan upaya untuk meningkatkan komposisi produk teh