ANALISIS EFISIENSI USAHATANI PADI DI KAWASAN PERI URBAN KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

(1)

ANALISIS EFISIENSI USAHATANI PADI DI KAWASAN PERI URBAN KABUPATEN BANTUL

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Skripsi

Disusun Oleh : Mahendra Ardi Kurniawan

20120220007

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

ANALISIS EFISIENSI USAHATANI PADI DI KAWASAN PERI URBAN KABUPATEN BANTUL

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Skripsi

Disusun Oleh : Mahendra Ardi Kurniawan

20120220007

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

MOTTO

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Q.S.

Al-Insyirah;5)

Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia


(4)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya Tulis ini penulis persembahkan untuk :

1. Allah SWT yang senantiasa memberikan cahaya dan menuntun setiap langkahku.

2. Orangtuaku tercinta, Ayah Agus Ridho Rudhiono. SP dan Ibu Upik Sofida Nur Hayati yang senantiasa memberikan kasih sayang, perhatian, doa dan dukungan baik moral maupun material serta kesabaran dalam mendidik.

3. Adikku, Rifky Fahrezy yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan. 4. Para Sahabat, Intan, Habibi, Iman, Boy, Rudi dan semua teman kelas agri A

2012 yang selalu memberi dukungan, memotivasi dan meluangkan waktunya untuk membantu dalam pengerjaan skripsi ini.

5. Teman-teman terhebat sepanjang hidup yang bersama-sama berjuang diperantauan dari Ponorogo: Faysal dan Nala, terimakasih atas kebersamaan kita diperantauan ini berjuang demi masa depan.

6. Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2012. Terimakasih atas semua kenangan yang tercipta. Semoga kebersamaan ini menjadi kekuatan dalam hidup kita.


(5)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan petunjuk, kekuatan, dan hidayah-Nya, sehingga Skripsi yang berjudul “Analisis Efisiensi Usahatani Padi Kawasan Peri Urban Di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta”ini dapat disusun dan diselesaikan dengan baik.

Skripsi ini disusun guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian pada tahun keempat Fakultas Pertanian Prodi Agribisnis di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulisan skripsi ini dapat terwujud tentu saja tidak lepas dari bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada:

1. Bapak Triyono, SP., MP dan Ibu Ir. Eni Istiyanti, MP yang telah memberikan ilmu, waktu dan nasihat-nasihat selama membimbing penyusunan skripsi ini. Akhir kata, penulis mengharapkan skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, Oktober 2015


(6)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

MOTTO ...i

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ...vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL...ix

DAFTAR GAMBAR ...11

DAFTAR LAMPIRAN...11

INTISARI ...Error! Bookmark not defined.

ABSTRACT...Error! Bookmark not defined.

I. PENDAHULUAN ...Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang ...Error! Bookmark not defined. B. Tujuan ...Error! Bookmark not defined. C. Kegunaan ...Error! Bookmark not defined. II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI ...Error! Bookmark not defined. A. Tinjauan Pustaka ...Error! Bookmark not defined. B. Kerangka Pemikiran...Error! Bookmark not defined. C. Hipotesis ...Error! Bookmark not defined. III. METODE PENELITIAN...Error! Bookmark not defined. A. Metode Pengambilan Sampel ...Error! Bookmark not defined. B. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ...Error! Bookmark not defined.


(7)

viii

C. Asumsi dan Pembatasan Masalah ...Error! Bookmark not defined. D. Definisi Operasional dan Pengukuaran Variabel ...Error! Bookmark not defined.

E. Analisis Data ...Error! Bookmark not defined. IV. KEADAAN UMUM WILAYAH...Error! Bookmark not defined. A. Keadaan Fisik Daerah ...Error! Bookmark not defined. B. Keadaan Penduduk...Error! Bookmark not defined. C. Sarana prasarana ...Error! Bookmark not defined. D. Luas Penggunaan Lahan ...Error! Bookmark not defined. E. Iklim ...Error! Bookmark not defined. F. Keadaan Pertanian...Error! Bookmark not defined. V. HASIL DAN PEMBAHASAN ...Error! Bookmark not defined. A. Identitas Petani...Error! Bookmark not defined. 1. Umur...Error! Bookmark not defined. 2. Jenis Kelamin ...Error! Bookmark not defined. 3. Tingkat Pendidikan ...Error! Bookmark not defined. 4. Anggota Keluarga ...Error! Bookmark not defined. 5. Pengalaman Bertani...Error! Bookmark not defined. 6. Status Kepemilikan Lahan ...Error! Bookmark not defined. B. Analisis Keuntungan ...Error! Bookmark not defined. C. Analisis Fungsi Produksi ...Error! Bookmark not defined. D. Analisis Efisiensi ...Error! Bookmark not defined. VI. KESIMPULAN DAN SARAN ...Error! Bookmark not defined. A. Kesimpulan ...Error! Bookmark not defined. B. Saran ...Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ...Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN...Error! Bookmark not defined.


(8)

(9)

x

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Impor beras Indonesia dari tahun 2010 sampai tahun 2013 ...Error!

Bookmark not defined.

Tabel 2. Luas panen, Produksi dan Produktivitas padi sawah Kabupaten Bantul ...Error! Bookmark not defined. Tabel 3. Nama Kelompok Tani dan Jumlah Kelompok Tani di Daerah Peri Urban

Kecamatan, Sewon, Banguntapan serta Kasihan ...Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. Struktur penduduk menurut jenis kelamin Kabupaten Bantul ...Error! Bookmark not defined.

Tabel 5. Struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian tahun 2014 ...Error! Bookmark not defined.

Tabel 6. Struktur Penduduk Berdasarkan Umur Tahun 2014...Error! Bookmark not defined.

Tabel 7. Jumlah sarana menurut tingkat pendidikan di Kabupaten Bantul tahun 2014...Error! Bookmark not defined. Tabel 8. Jumlah sarana perekonomian di Kabupaten Bantul tahun 2014...Error!

Bookmark not defined.

Tabel 9. Sarana jalan di Kabupaten Bantul tahun 2014...Error! Bookmark not

defined.

Tabel 10. Luas Lahan Sawah, Bukan Sawah dan Bukan Pertanian tahun 2014 (ha) ...Error! Bookmark not defined.


(10)

xi

Tabel 11. Data Iklim Bantul Tahun 2011 - 2014. ..Error! Bookmark not defined. Tabel 12. Produksi tanaman bahan makanan di Kabupaten Bantul tahun 2013

...Error! Bookmark not defined. Tabel 13. Sebaran Umur Petani Padi di Kawasan Peri Urban Kabupaten Bantul

...Error! Bookmark not defined. Tabel 14. Jenis Kelamin Para Petani Peri Urban ...Error! Bookmark not defined. Tabel 15. Tingkat Pendidikan Para Petani di Kawasan Peri Urban...Error!

Bookmark not defined.

Tabel 16. Jumlah Anggota Keluarga Petani Padi di Kawasan Peri Urban ....Error! Bookmark not defined.

Tabel 17. Pengalaman Bertani Petani Padi Sawah di Kawasan Peri Urban ..Error! Bookmark not defined.

Tabel 18. Status Kepemilikan Lahan Petani Padi di Kawasan Peri Urban....Error! Bookmark not defined.


(11)

xii

Tabel 19. Rincian Biaya Dalam Usahatani Padi di Kawasan Peri Urban...Error! Bookmark not defined.

Tabel 20. Keuntungan Usahatani Padi di Kawasan Peri Urban..Error! Bookmark not defined.

Tabel 21. Deskripsi variabel fungsi produksi ...Error! Bookmark not defined. Tabel 22. Hasil Analisis Fungsi Produksi Usahatani Padi di Kawasan Peri Urban

...Error! Bookmark not defined. Tabel 23. Hasil Analisis Regresi Pada Faktor Faktor Produksi Padi...Error!

Bookmark not defined.

Tabel 24. Perhitungan Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi ...Error! Bookmark not defined.


(12)

13

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kurva TPP, MPP dan APP ...Error! Bookmark not defined. Gambar 2. Kerangka Pemikiran ...Error! Bookmark not defined.

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Frekuensi Karakterstik Responden ...Error! Bookmark not defined. Lampiran 2. Analisis Regresi dan Deskripsi ...Error! Bookmark not defined. Lampiran 3. Anilisis Efisiensi ...Error! Bookmark not defined.


(13)

(14)

(15)

INTISARI

ANALISIS EFISIENSI USAHATANI PADI DI KAWASAN PERI URBAN KABUPATEN BANTUL (skripsi ini dibimbing oleh Triyono, SP. MP. Dan Ir. Eni Istiyanti. MP). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya keuntungan petani padi di kawasan peri urban, faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi di kawasan peri urban dan mengetahui efisiensi usahatani padi di kawasan peri urban. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sewon, Banguntapan dan Kecamatan Kasihan dengan cara purposive. Setiap kecamatan diambil satu desa dengan menggunakan simple random sampling yaitu mengambil satu desa dengan cara undian dan diperoleh Desa Bangunharjo, Kecamatan Sewon, Desa Tamanan, Kecamatan Banguntapan dan Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan. Setiap desa diambil satu kelompok tani dengan menggunakan simple random sampling dan diperoleh Poktan “Mekar Tani” Desa Bangunharjo, Kecamatan

Sewon, Poktan “Krobo’an” Desa Tamanan, Kecamatan Banguntapan serta Poktan “Sidorejo” Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan. Begitu pula dengan sampel petani diambil dengan menggunakan simple random sampling dan diperoleh 30 responden petani, setiap kelompok tani 10 orang responden. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner menggunakan metode wawancara. Kemudian data dianalisis menggunakan analisis keuntungan, fungsi produksi dan analisis efisiensi. Keuntungan petani pada musim kemarau Rp. 3.911.954, sementara musim hujan Rp. 4.788.132 Hasil penelitian menunjukan bahwa setelah dianalisis menggunakan uji t, secara parsial faktor produksi lahan, benih, tenaga kerja, pestisida cair dan pestisida padat berpengaruh secara nyata terhadap produksi padi. Sedangkan. tenaga kerja sudah efisien Sementara lahan, benih, pestisida cair dan pestisida padat belum efisien dalam penggunaannya Kata Kunci: Efisiensi, Produksi, Usahatani, Padi Peri Urban


(16)

ANALISIS EFISIENSI USAHATANI PADI DI KAWASAN PERI URBAN KABUPATEN BANTUL

Efficiency Analysis Of Rice Farming In The Suburban Area Of Bantul District Mahendra Ardi Kurniawan

Triyono, SP. MP / Ir. Eni Istiyanti, MP. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UMY

ABSTRACT

This research aims to determine the benefit of rice farmers in suburban area, the factors that affect the production of rice in peri urban area and determine the efficiency of rice farming in suburban neighborhood. This research was conducted in the District of Sewon, Banguntapan and Kasihan by purposive. Each sub-district of the village taken by using simple random sampling that took the village by way of lottery and obtained Bangunharjo Village, District Sewon, tamanan village, sub-district and village Banguntapan Tamantirto, Kasihan. Every village taken one farmer group by using simple random sampling and obtained Poktan "Mekar Tani" Bangunharjo Village, District of Sewon, Poktan "Krobo'an"Tamanan Village, District Banguntapan and Poktan "Sidorejo" Village Tamantirto, Kasihan. Similarly, the farmers samples taken using simple random sampling and obtained 30 respondents farmers, each farmer group 10 respondents. The data were obtained using a questionnaire using interviews. Then the data were analyzed using analysis of profits, production function and efficiency analysis. Benefit of farmers in the dry season Rp. 3,911,954, while the rainy season Rp. 4,788,132 results showed that when analyzed using the t test, partial factors of production of field, seed, labors, liquid pesticide and solid pesticide significantly affect rice production. While the labors are efficient, on the other hands field, seed, liquid pesticide and solid pesticide has not been efficient in its use.


(17)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, sehingga sering disebut sebagai negara agraris yang memiliki potensi untuk mengembangkan usaha agribisnis di tengah era globalisasi. Usaha ini diharapkan mampu memberi dampak positif yang lebih besar terhadap sektor pertanian dalam rangka meningkatkan perekonomian. Salah satu point dalam “triple track strategy” menyebutkan kebutuhan untuk merevitalisasi pertanian sebagai upaya untuk membangun pertanian Indonesia dari sederhana menjadi pertanian berbasis agribisnis.(ntb.litbang.pertanian.go.id)

Sektor pertanian di Indonesia dibagi menjadi lima subsektor yaitu subsektor pertanian pangan, subsektor perkebunan, subsektor kehutanan, subsektor peternakan dan subsektor perikanan. Sektor pertanian terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa, penyediaan pangan dan bahan baku industri, pengentasan kemiskinan, penyediaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat.

Sektor pertanian menjadi salah satu komponen pembangunan nasional dalam menuju swasembada pangan guna mengentaskan kemiskinan. Pentingnya peran sektor pertanian dalam pembangunan nasional diantaranya sebagai penyerap tenaga kerja, menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB), sumber devisa, bahan baku industri, sumber bahan pangan dan gizi, seta pendorong bergeraknya


(18)

sektor-2

sektor ekonomi lainya. Lingkungan yang lebih sempit pembangunan-pengembangan sektor tanaman pangan terutama padi masih menjadi prioritas utama kebijakan pertanian bagi sebagian besar negara di dunia, karena beras merupakan pangan utama hampir 50% penduduk dunia dan 90% penduduk Asia. Di Indonesia, produksi padi memiliki posisi penting dalam sistem pangan karena beras merupakan pangan utama masyarakat Indonesia. Menurut data BPS pada tahun 2011 konsumsi beras masyarakat Indonesia mencapai 139 kg/kapita lebih tinggi dari Thailand dan Malaysia yang hanya 65-70 kg/kapita pertahun. Pada tahun 2013 masyarakat Indonesia 78% masih mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok sehari-hari. Oleh karena itu, beras memegang peran yang dominan yaitu sebagai makanan pokok masyarakat dan memiliki peran yang cukup besar bagi perekonomian Indonesia. Peran tersebut antara lain : (a) usahatani padi menghidupi sekitar 20 juta keluarga petani dan buruh tani, serta menjadi urat nadi perekonomian pedesaan, (b) permintaan akan beras terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk karena program diversifikasi pangan belum berhasil dengan baik, (c) produksi beras di Indonesia masih menunjukkan kecenderungan fluktuatif akibat bencana alam, perubahan iklim, serangan hama penyakit dan kenaikan harga beras dan input produksi dan (d) usahatani padi masih menjadi andalan dalam penyerapan tenaga kerja di pedesaan (Suryana et al, 2009). Di sisi lain untuk memenuhi kebutuhan beras masyarakat Indonesia masih impor ke Negara lain. Hal tersebut dikarenakan produksi beras dalam negeri tidak dapat memenuhi kebutuhan beras masyarakat Indonesia. Pernyataan tersebut secara rinci diperjelas di tabel 1.


(19)

3

Tabel 1. Impor beras Indonesia dari tahun 2010 sampai tahun 2013

Komoditas Satuan Impor Total

2010-2013 Growth rate impor index (%)

2010 2011 2012 2013

Beras Volume (Ton)

687,58 2.744.,26 1.927,56 472,67 5.832,08 (11,7) Nilai

(000 US$)

360,79 1.509,25 1.006,97 246,03 3.123,05 (11,9)

Sumber:www.bps.go.id

Penyebab Indonesia melakukan impor beras adalah lahan pertanian yang semakin sempit dan ketergantungan yang tinggi masyarakat Indonesia dalam mengkonsumsi beras serta pertumbuhan penduduk semakin naik dari tahun ke tahun. Total dari tahun 2010 hingga 2013, indonesia melakukan impor beras hingga 5.832,08 ton atau 11,7% bila dilihat indeks perkembangan impor beras Indonesia. Hal tersebut menandakan bahwa perkembangan impor beras di Indonesia terhadap Negara lain masih tinggi. Konsumsi beras masyarakat Indonesia yang semakin tinggi tidak sejalan dengan produksi yang dihasilkan oleh petani, akibat alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian.

Bantul merupakan salah satu Kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Hampir setengah masyarakat di wilayah ini bermata pencaharian sebagai petani. Menurut data statistik Kabupaten Bantul ada sekitar 49% atau setengah dari masyarakat Bantul menggantungkan hidupnya dari pertanian. Banyaknya masyarakat Bantul bermata pencaharaian sebagai petani karena di dukung dengan jumlah lahan yang luas. Terdapat 210.94 km2 (41,62%) daerah datar dan landai yang merupakan daerah pertanian subur (Data Statistik Kabupaten Bantul, 2012).


(20)

4

Tabel 2. Luas panen, Produksi dan Produktivitas padi sawah Kabupaten Bantul

Tahun

Padi sawah Luas Panen

(Ha) Produksi (Ton) Produktivitas

2009 28.258 182.843 6,470486

2010 30.560 189.883 6,213449

2011 30.559 197.618 6,466769

2012 30.064 204.959 6,817423

2013 32.621 209.149 6,411483

sumber: Data BPS Kabupaten Bantul

Dilihat dari tabel diatas, produksi padi sawah mengalami kenaikan secara terus menerus dari tahun 2009 hingga 2013. Hal ini menandakan bahwa Indonesia khususnya masyarakat Kabupaten Bantul masih mengandalkan beras sebagai sumber karbohidrat utama. Sementara luas panen terjadi fluktuasi dari tahun 2009 hingga tahun 2013 artinya bahwa luas panen tersebut dipengaruhi oleh kondisi geografis yang tidak menentu. Di sisi lain bertumbuhnya sektor industri, jasa dan property pada era pertumbuhan ekonomi juga memberikan dampak buruk dan tekanan pada sektor pertanian terutama lahan sawah. Kemudian konflik penggunaan dan pemanfaatan lahan bersifat dilematis mengingat peluang perluasan areal lahan sudah sangat terbatas. Sementara tuntutan dari sektor non pertanian semakin meningkat. Hal ini menandakan bahwa perubahan penggunaan lahan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi regional tidak mungkin dapat dihindarkan. Jika dilihat dari produktivitas dari tahun ke tahun mengalami fluktuatif atau produktivitas bisa dikatakan tidak stabil dari tahun ke tahun.

Pada tahun 2015 pemerintah Kabupaten Bantul memantapkan untuk target pencapaian swasembada pangan sesuai program pemerintah Republik Indonesia.


(21)

5

Hal ini menandakan bahwa pemerintah Kabupaten Bantul sangat mendukung adanya upaya khusus pencapaian swasembada pangan tersebut dalam rangka mewujudkan kedaulatan pangan. Bentuk dukungan meliputi kebijakan yang kondusif dan pendampingan pelaksanaan kegiatan tersebut di lapangan. (sumber: bkpp.bantulkab.go.id)

Upaya pencapaian target swasembada pangan tersebut berhadapan dengan permasalahan lahan, berkembangnya sektor non pertanian pada era pertumbuhan ekonomi telah memberikan tekanan pada sektor pertanian terutama lahan sawah. Perubahan penggunaan lahan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi regional tidak mungkin dapat dihindarkan, sedangkan ketersediaan lahan merupakan faktor penting untuk menjamin kelangsungan penyediaan pangan selain pemenuhan kebutuhan perekonomian. Alih fungsi lahan pertanian yang tidak terkendali apabila tidak ditanggulangi dapat menjadi permasalahan yang serius antara lain dapat mengancam kapasitas pangan. (Iqbal dan Sumaryanto,2007).

Tingginya alih fungsi lahan di wilayah DIY, seperti Kabupaten Bantul akan berdampak secara langsung pada sektor pertanian. Hal tersebut dikarenakan Kabupaten Bantul lokasinya berada dekat dengan Kota Yogyakarta. Sejalan dengan hal tersebut maka ada daya tarik untuk membangun sektor industri, jasa dan property di Kabupaten Bantul. Hampir setengah dari luas wilayah Kabupaten Bantul merupakan kawasan budidaya pertanian yang memiliki tingkat kesuburan cukup tinggi. Menurut data Badan Pertahanan Nasional Kabupaten Bantul tahun 2010 luas lahan persawahan 16.602,4557 ha sebanyak 32,76% dari total keseluruhan lahan yang berada di kawasan Kabupaten Bantul. Kecamatan yang


(22)

6

paling sering mengalami penyempitan lahan adalah kecamatan Banguntapan, Kasihan dan Sewon. Penyebabnya karena terlalu banyak usaha dari sektor non pertanian dibangun kokoh di daerah tersebut. Maka dari itu pertanian di kawasan tersebut dinamakan kawasan peri urban.

Peri urban memiliki kharakteristik wilayah kekotaan yang terbangun menjadi satu dengan pemukiman kekotaan utamanya dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari pusat kota dan daerah kedesaanya. Ciri-ciri peri urban yaitu nyaris langkanya tempat tinggal penduduk bukan petani, mata pencaharian sudah beralih bukan mata pencaharian kedesaan seperti petani atau peternak, kemudian pemanfaatan lahan bukan untuk pertanian. Keterbatasan lahan di daerah perkotaan mengakibatkan transisi dari kota ke daerah pinggiran. Hal tersebut sangat logis karena letak kacamatan Banguntapan, Kasihan dan Sewon berbatasan langsung dengan daerah Kota Yogyakarta.

Luas areal persawahan yang ada di Kabupaten Bantul adalah 2.394,2 hektar, yang merupakan jumlah dari 17 Kecamatan. Menurut data BPS Kabupaten Bantul tahun 2014 tercatat 3 kecamatan yang memiliki tingkat kepadatan penduduk relatif tinggi yaitu Kecamatan Kasihan, Banguntapan dan Kecamatan Sewon. Kepadatan penduduk adalah jumlah rata-rata penduduk yang diperoleh dari jumlah penduduk dibagi dengan luas areal pertanian Kabupaten Bantul.

Kecamatan Kasihan mempunyai Jumlah Penduduk 119.271 (kepadatan 47 jiwa/ha), Banguntapan dengan Jumlah Penduduk 131.584 (kepadatan 65 jiwa/ ha) dan Sewon memiliki jumlah penduduk 110.355 (kepadatan 53 jiwa/ha). Hal


(23)

7

tersebut menandakan bahwa ketiga Kecamatan tersebut adalah wilayah yang memiliki permintaan lahan pemukiman yang relatif tinggi. Salah satu faktor peningkatan kepadatan penduduk adalah letak geograis ketiga wilayah tersebut yang terletak dekat dengan pusat perkotaan dan banyaknya lahan pertanian sehingga berpotensi teradap alih fungsi lahan menjadi sektor non pertanian.

Luas lahan yang makin sempit tentu berdampak akan makin rendahnya produksi padi di kawasan tersebut. Hal ini mendorong petani untuk mengelola lahan secara lebih intensif dengan memanfaatkan teknologi dan faktor produksi yang dimiliki dengan harapan terjadi peningkatan produktivitas usahatani padi. Optimalisasi penggunaan faktor produksi pada prinsipnya adalah bagaimana menggunakan faktor produksi tersebut dengan seefisien mungkin. Suatu penggunaan faktor produksi bisa dikatakan efisien kalau nilai riil produk marginal sama dengan harga faktor produksi yang bersangkutan. Namun demikian kondisi tersebut memberikan implikasi pada peningkatan biaya yang perlu diperhitungkan dengan keuntungan yang akan diterima.

Menurut beberapa pernyataan diatas, maka perlu diteliliti mengenai seberapa besar biaya usahatani, berapa keuntungan petani serta efisiensi usahatani padi di kawasan peri urban tersebut?

B. Tujuan

1. Mengetahui besarnya keuntungan petani padi di kawasan peri urban

2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi di


(24)

8

3. Mengetahui efisiensi usahatani padi di kawasan peri urban

C. Kegunaan

Kegunaan penelitian yang dilakukan di areal persawahan daerah peri urban Kabupaten Bantul:

1. Bagi petani, dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai penggunaan faktor-faktor produksi secara efisien agar keuntungan yang didapatkan dapat maksimal.

2. Bagi pemerintah dan pihak yang terkait, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran dalam menentukan kebijakan terhadap dalam pembangunan pertanian khususnya dalam bidang usahatani padi.

3. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan khususnya tentang usahatani padi di daerah peri urban.


(25)

(26)

9

I.KERANGKA PENDEKATAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Peri Urban

Penyebaran perkembangan kota ke daerah pinggiran yang diakibatkan keterbatasan lahan dan eksistensi aktivitas pedesaan, akhirnya mampu menimbulkan perkembangan wilayah peri urban, seperti yang dijelaskan oleh Rakodi dan Adel (1999 dalam Ginting: 2010) dimana kawasan peri urban merupakan zona transisi kota dengan kawasan yang didominasi lahan pertanian. Sementara menurut Andreas (1942 dalam dewi: 2010) pengertian kawasan peri urban adalah zona yang didalamnya terdapat percampuran antara struktur lahan kedesaan dan lahan kekotaan. Kawasan ini adalah percampuran penggunaan lahan dan kerancuan batas dalam dan luar serta umumnya merupakan gabungan dari beberapa kawasan yang secara administratif terpisah.

Kawasan peri urban merupakan kawasan yang berdimensi multi, hal tersebut dikarenakan pengkaburan makna sekitar perkotaan, yang berarti memiliki makna sifat kekotaan dan sifat kedesaan. Pengidentifikasian kawasan peri urban sangat sulit jika dilihat dari dimensi non-fisikal, oleh karena itu pada tahap pengenalan kawasan peri urban hanya didasarkan pada istilah kedesaan maupun kekotaan dari segi fisik morfologi yang diindikasikan oleh bentuk pemanfaatan lahan non agraris versus lahan agraris. Dari sisi ini wilayah perkotaan merupakan suatu wilayah yang didominasi oleh bentuk pemanfaatan lahan non agraris, sedangkan


(27)

0

wilayah kedesaan adalah wilayah yang didominasi oleh bentuk pemanfaatan lahan agraris.

Menurut Nela Agustin dan Iwan Rudiarto (2014), dalam penelitian Analisis Transformasi Wilayah Peri Urban Pada Aspek Fisik dan Sosial Ekonomi (Kecamatan Kartasura). Perkembangan wilayah peri urban yang muncul sebagai zona transisi dari sifat pedesaan menuju sifat kekotaan, akibat perkembangan eksternal suatu perkotaan ternyata mampu memberikan karakteristik yang berbeda dengan wilayah, terutama pada aspek fisik maupun sosial ekonominya. Seperti yang terjadi pada Kecamatan Kartasura. Kecamatan Kartasura yang memiliki ciri perkembangan perkotaan yang terpengaruh oleh kota Surakarta dan eksistensi pedesaan yang dipengaruhi oleh wilayah pedesaan ternyata memiliki sejarah perubahan lahan cukup besar di tahun 1997-2002, yang berawal pada beberapa titik saja.

2. Usahatani

Usahatani merupakan himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah dan sebagainya. Usahatani dapat juga berupa usaha bercocok tanam maupun memelihara ternak (Mubyarto, 1989).

Menurut Soekartawi (1993), ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu.


(28)

✁✁

Aspek penting yang dimasukan dalam klasifikasi sumberdaya pertanian adalah sumber daya alam (tanah), modal, tenaga kerja dan satu faktor lain yang dianggap penting dalam pengelolan sumberdaya produksi tersebut yaitu manajemen. Hal ini dikarenakan walaupun sumberdaya tersedia dalam jumlah yang memadai tanpa disertai kemampuan untuk mengelola yang baik, maka penggunaan sumberdaya tersebut tidak akan lebih efisien (Soekartawi, 2006).

Menurut Warsana (2007), dalam penelitian Analisis Efisiensi dan Keuntungan Usahatani Jagung, Studi di Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora. Petani jagung menghadapi permasalahan yaitu produktivitas yang masih rendah (32,99 kw/ha), harga faktor produksi (benih, tenaga kerja, pupuk dan pestisida) setiap tahun hampir dipastikan naik dan harga jagung berfluktuasi tidak menentu ketika panen raya. Pada analisis data dilakukan dengan menggunakan fungsi keuntungan

Cobb Douglass. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa usahatani jagung di Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora belum memberikan keuntungan yang maksimum kepada petani. Namun jika dilihat dari penggunaan input variabel menunjukan bahwa benih dan pestisida yang belum optimal sedangkan pengalokasian input variabel tenaga kerja dan pupuk telah mencapai optimal.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi pertanian

Suatu fungsi akan berfungsi ketika terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi output produksi. Dalam sektor pertanian, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produksi yaitu:


(29)

✂ ✄

a. Lahan Pertanian

Lahan pertanian merupakan penentu dari pengaruh faktor produksi komoditas pertanian. Secara umum dikatakan, semakin luas lahan (yang digarap/ditanami), maka semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut. Menurut Mubyarto (1989), lahan sebagai salah satu faktor produksi yang merupakan pabriknya hasil pertanian yang mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap usahatani.

b. Modal

Aspek modal untuk membiayai usahatani dimulai dengan mengkaji jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun usahatani dan dana untuk mengoperasikan usahatani. Setiap kegiatan dalam mencapai tujuan membutuhkan modal apalagi kegiatan proses produksi komoditas pertanian. Dalam kegiatan proses produksi, modal dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu modal tetap(fixed cost) dan modal tidak tetap (variabel cost). Modal tetap terdiri atas tanah, bangunan dan peralatan pertanian merupakan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi tidak habis dalam sekali proses produksi, sedangkan modal tidak tetap terdiri dari benih, pupuk, pestisida dan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja. i. Benih

Benih menentukan keunggulan dari suatu komoditas. Benih yang unggul cenderung menghasilkan produk dengan kualitas yang baik.


(30)

☎ ✆

semakin unggul benih komoditas pertanian, semakin tinggi produksi pertanian yang akan dicapai.

ii. Pupuk

Seperti halnya manusia, selain mengonsumsi nutrisi makanan pokok, dibutuhkan pula konsumsi nutrisi vitamin sebagai tambahan makanan pokok. Tanaman pun demikian, pupuk dibutuhkan sebagai nutrisi vitamin dalam pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Pupuk yang sering digunakan adalah pupuk organik dan pupuk anorganik.

iii.Pestisida

Pestisida sangat dibutuhkan tanaman untuk mencegah serta membasmi hama dan penyakit yang menyerangnya. Namun, disisi lain pestisida dapat menguntungkan usahatani namun di sisi lain pestisida dapat merugikan petani. Pestisida dapat menjadi kerugian bagi petani jika terjadi kesalahan pemakaian baik dari cara maupun komposisi. Kerugian tersebut antara lain pencemaran lingkungan, rusaknya komoditas pertanian, keracunan, yang dapat berakibat kematian pada manusia dan hewan pemeliharaan.

iv.Tenaga kerja

Tenaga kerja merupakan penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia masih menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian. Dalam


(31)

✝ ✞

usahatani sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri yang terdiri dari ayah sebagai kepala keluarga, istri dan anak petani. Ukuran tenaga kerja dapat dinyatakan dalam Hari Kerja Orang (HKO).

4. Biaya Produksi

Dalam melakukan usahatani diperlukan biaya produksi untuk mendukung kegiatan proses produksi agar dapat berjalan dan berhasil. Menurut (Brewer dalam Hinduan: 2006) Biaya Produksi adalah biaya yang mencakup semua biaya yang terkait dengan pemerolehan atau pembuatan suatu produk. Kemudian menurut (Hensen dan Mowen dalam Ftriasari dan Kwary: 2006) biaya produksi merupakan biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang penyediaan jasa.

Biaya produksi dalam usahatani terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap yaitu semua biaya yang besarnya tergantung pada banyak sedikitnya jumlah barang yang dihasilkan. Termasuk biaya tetap antara lain penyusutan alat-alat pertanian, sewa lahan, penghasilan tetap untuk para ahli, pengawas, gaji pemimpin perusahaan. Biaya variabel yaitu biaya yang banyak sedikitnya tergantung pada jumlah produksi yang dihasilkan. Termasuk biaya variabel antara lain biaya untuk membeli pupuk, obat-obatan, upah tenaga kerja.

Menurut Soekartawi (2006), untuk mengetahui besarnya pendapatan usahatani, terdapat 2 konsep biaya yaitu biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya eksplisit merupakan biaya yang dikeluarkan secara nyata dalam proses produksi, seperti pembelian sarana produksi, upah tenaga kerja, biaya menyewa tanah, biaya membayar bunga dari modal pinjaman. Sementara biaya implisit merupakan biaya


(32)

✟ ✠

yang tidak secara nyata dikeluarkan tetapi diikut sertakan dalam proses produksi, seperti nilai sewa lahan sendiri, nilai tenaga kerja keluarga, biaya modal sendiri dan semua nilai sarana produksi milik petani yang tidak dibeli.

Keseluruhan biaya total (total cost) dalam suatu usahatani terdiri dari biaya eksplisit (TEC) ditambah biaya implisit total (TIC) yang dapat dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut:

TC=TEC+TIC Keterangan

TC =Total Cost(biaya total)

TEC =Total Explicit Cost(biaya eksplisit total) TIC =Total Implicit Cost(biaya implisit total)

5. Penerimaan dan Keuntungan

Penerimaan yang didapat petani merupakan hasil kali dari produksi (Y) yang diperoleh petani dengan harga jualnya (Py) pada waktu panen, yang biasanya ditulis dengan persamaan:

TR = Y.Py Keterangan

TR = Penerimaan (Total Revenue) Y = Produksi

Py = Harga Produk

Keuntungan yang diperoleh petani merupakan selisih antara penerimaan total (TR) dengan biaya total (TC), dimana biaya yang diperhitungkan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi, baik berupa biaya eksplisit maupun biaya implisit, yang biasa dituliskan dalam bentuk persamaan sebagai berikut:


(33)

✡6

П= TR-TC (eksplisit + implisit) Keterangan

TR = Total Penerimaan (Total Revenue)

TC = Biaya Total Eksplisit dan Implisit (Total Cost).

Menurut Made Supartama, Made Antara dan Rustam Abd Rauf (2013), dalam penelitian Analisis Pendapatan Dan Kelayakan Usahatani Padi Sawah Di Subak Baturiti Desa Balinggi Kecamatan Balinggi Kabupaten Parigi Moutong. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata produksi padi sawah sebesar 6.005,75 kg GKP dan rata-rata penerimaan yang diperoleh sebesar Rp 18.017.250 per unit usahatani. Sedangkan total biaya yang dikeluarkan petani rata-rata Rp.12.692.780 per unit usahatani dan pendapatan usahatani padi sawah di Subak Baturiti Desa Balinggi Kecamatan Balinggi Kabupaten Pangi Moutong Rp. 5.324.469,83.

6. Fungsi Produksi

Fungsi Produksi menguraikan cara-cara bagaimana berbagai masukan (input) dapat digabungkan untuk menghasilkan suatu produk dengan jumlah produk yang telah direncanakan. Fungsi fungsi produksi adalah satu hubungan teknis antara faktor produksi (input) serta hasil produksinya (output). Disebut faktor produksi karena adanya bersifat mutlak agar proses produksi dapat berlangsung. Menurut Soekartawi (2006), Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input.

Fungsi Produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukan hubungan antara tingkat output dan tingkat kombinasi penggunaan input-input


(34)

☛ ☞

(Boediono, 2000). Bila Y adalah produksi dan X1, X2, X3,…..Xnadalah sejumlah faktor produksi, maka secara sistematis dapat ditulis:

Y = f(X1, X2, X3,…..Xn)……… (1) Keterangan:

Y……….: Tingkat produksi (output)

X1, X2, X3,………….Xn: Berbagai input yang digunakan

Berdasarkan persamaan tersebut (1), petani dapat melakukan tindakan yang mampu meningkatkan produksi (Y) dengan cara menambah jumlah salah satu dari input yang digunakan atau menambah jumlah beberapa input (lebih dari satu) dari input yang digunakan.

Dalam level ekonomi diambil satu asumsi dasar mengenai sifat dari fungsi produksi yaitu produksi dari semua produsen dianggap tunduk pada suatu hukum

yang diambil “The Law Of Deminishing Returns”. Hukum ini mengatakan bahwa

“Bila satu macam input ditambah penggunaanya sedang input-input lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian seterusnya menurun bila

input tersebut terus ditambah”. (Boediono,2000).

Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukan tingkat produksi total (Y) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel (input-input lain dianggap tetap).

TPP = f(X) atau Y = f (X)

Kurva Marginal Pysical Product (MPP) adalah kurva yang menunjukan


(35)

✌8

tambahan satu unit input variabel. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

MPP= Δ TPP/Δ Y = Δ X/Δ Y

= df(X)/dX

KurvaAverange Physical Product(APP) adalah kurva yang menunjukan hasil rata-rata per unit variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

APP = TPP/X = Y/X =f(X)/X

Dalam gambar 1 dijelaskan tahap-tahap produksi yang dipengaruhi oleh hukum The Law Of Deminishing Returns. Gambar 1 merupakan kurva hasil produksi (TPP) yang bergerakdari titik 0 menuju titik A, B, dan C pada berbagai tingkat penggunaan input.


(36)

✍9

Gambar 1. Kurva TPP, MPP dan APP

Titik A adalah titik belok (Inflection Point) dimana kurva TPP berubah arah yang merupakan batas mulai berlakunya hukum The Law Of Deminishing Returns. Pada titik ini, MPP mencapai maksimal, sedangkan TPP mulai naik (cekung ke atas), begitu pula dengan APP mulai naik.

Titik B adalah titik pada saat kurva TPP naik (cekung ke atas) dan menyinggung garis bantu. Pada titik ini, kurva APP mencapai maksimal dan memotong kurva MPP.

Y = Hasil Produksi

X = Faktor Produksi Y = Hasil Produksi

X = Faktor Produksi A

B

C

TPP

I II III

APP

MPP EP > 1 0 < EP < 1 EP < 0


(37)

✎0

Titik C adalah titik pada saat kurva TPP mencapai maksimal. Pada titik ini, kurva MPP memotong sumbu X, sedangkan kurva APP mulai menurun.

Dengan mengalikan kurva TPP, MPP dan APP maka hubungan antara input dan output akan lebih informatif, artinya dengan cara seperti ini akan dapat diketahui elastisitas produksi yang sekaligus juga diketahui apakah proses produksi sedang berjalan dalam keadaan elastisitas produksi yang rendah atau sebaliknya.

Elastisitas produksi (Ep) adalah persentasi perubahan dari output sebagai akibat dari adanya perubahan input sebesar 1%.

Ep = %

Jadi EP = MPP/APP

Daerah pada kurva di gambar 1 dapat dibagi menjadi tiga daerah yaitu:

a. Daerah I (daerah irrasional)

Ep>I, saat MPP > APP

Pada daerah ini keuntungan maksimal belum tercapai sebab dengan penambahan penggunaan input masih akan diikuti dengan penambahan keuntungan. Di sini petani masih mampu memperoleh sejumlah produksi yang menguntungkan apabila sejumlah input masih ditambahkan.


(38)

✏ ✑

b. Daerah II (daerah rasional)

0 < Ep < I, saat 0 < MPP < APP

Pada daerah ini keuntungan maksimal dapat tercapai sebab dengan penggunaan input yang optimal dapat diperoleh produksi yang optimal dan keuntungan yang maksimal pula. Petani sebaiknya melakukan kegiatan produksinya pada derah ini, karena pada daerah ini bisa dicapai keuntungan yang maksimal.

c. Daerah III (daerah irrasional) Ep < 0, saat MPP < APP

Pada daerah ini penambahan input secara terus menerus akan menyebabkan produksi semakin menurun. Di sini petani akan mengalami kerugian apabila terus menambah sejumlah input yang dipergunakan.

Fungsi Produksi Cobb Douglass (Cobb Douglass Production Function) ini sering disebut sebagai fungsi produksi eksponensial. Fungsi produksi ini berbeda satu dengan yang lain, tergantung pada ciri data yang ada dan digunakan, tetapi umumnya ditulis dengan:

Y=aX1b1……….Xnbneu

Fungsi produksi Cobb Douglass ini sudah banyak digunakan dalam studi-studi tentang fungsi produksi secara empiris terutama sejak Charles W.Cobb dan Paul H. Douglass memulai menggunakannya pada akhir 1920. Fungsi atau persamaan ini melibatkan dua variabel atau lebih, yang mana variabel yang satu disebut


(39)

✒✒

sebagai variabel dependen, sementara yang lain disebut variabel independen. Secara matematis fungsi produksi Cobb Douglass dapat ditulis sebagai berikut:

Y = αx1β1x2β2x3β3………nβn Keterangan

Y = output

x1,x2,x3 = faktor-faktor produksi

β1, β2, β3 = Parameter yang ditaksir nilainya.

Kemudahan dalam estimasi atau pendugaan terhadap persamaan diatas dapat dilakukan dengan mengubah bentuk linear berganda menjadi bentuk logaritma, sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut:

Log Y = logα + β1 logx1+ β2 logx2+ β3 logx3+ ………. βn log n

Interpretasi terhadap parameter-parameter persamaan diatas dapat diartikan sebagai berikut:

a. α menunjukan tingkat efisiensi proses produksi secara keseluruhan.

Semakin besar α makasemakin efisien produksi yang dihasilkan.

b. parameter β mengukur elastisitas produksi untuk masing-masing faktor produksi.

c. Jumlah β meningkatkan tingkat skala hasil

d. Parameter β dapat digunakan untuk mengukur intensitas penggunan skala

produksi

Karakteristik dari fungsi Cobb Douglass adalah:

a. Penyelesaian fungsi Cobb Douglass lebih mudah daripada dengan fungsi produksi.


(40)

✓ ✔

b. Data tidak boleh ada nilai nol atau negatif karena nilai logaritma dari nol dan negatif adalah tidak terhingga.

Nur Riza (2006), melakukan penelitian berjudul analisis penggunaan input dalam upaya meningkatkan produksi padi di Dusun Krajan Desa Sumber Mujur Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang. Analisis data menggunakan persamaan fungsi Cobb Douglass. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (Y). Secara individual variabel-variabel yang mempengaruhi variabel terikat adalah luas lahan (X1), jumlah tenaga kerja (X2), pupuk dan bibit (X3). Sedangkan dari ketiga variabel bebas yang paling dominan pengaruhnya adalah luas lahan (X1), karena luas lahan mempunyai nilai koefisien yang paling besar dan signifikan.

8. Efisiensi

Tersedianya sarana atau faktor produksi atau input belum menjamin produktifitas yang diperoleh akan tinggi, namun bagaimana petani melakukan usahanya secara efisien adalah upaya yang sangat penting. Menurut Soekartawi (1990), pengertian efisiensi sangat relatif. Efisiensi diartikan sebagai upaya penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang optimal. Efisiensi dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Keuntungan yang maksimal ini dapat dicapai jika Nilai Produk Marjinal(NPM) untuk suatu input sama dengan harga input (P) tersebut. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:


(41)

✕ ✖

NPMx = Px atau NPMx/Px=1

Pada kondisi demikian, efisiensi penggunaan input faktor produksi dapat tercapai. Secara matematis dapat dibuktikan sebagai berikut:

П = TR - TC = Py . Y–Px . X

Syarat П maksimal: dП/dX=0

Py . dY/dX–Px . dX/dX = 0 Py . MPP–Px = 0

NPMx = Px NPMx / Px = 1

Dalam banyak kenyataan, NPMx tidak selalu sama dengan Px. Kasus yang sering terjadi adalah sebagai berikut :

a. NPMx / Px > 1, artinya penggunaan input X belum efisien. Untuk mencapai efisien, maka penggunaan input X perlu ditambah.

b. NPMx / Px < 1, artinya penggunaan input X tidak efisien. Untuk menjadi efisien, maka penggunaan input X perlu dikurangi.

Dewi Sahara dan Idris, (2005). Penelitian tentang efisiensi produksi sistem usahatani padi sawah di lahan sawah irigasi teknis di Kecamatan Uepai, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dengan menggunakan regresi linear berganda, dilanjutkan dengan uji efisiensi alokatif. Hasil analisis fungsi produksi menunjukkan bahwa luas panen, pestisida dan tenaga kerja berpengaruh positif


(42)

✗ ✘

terhadap produksi padi sawah dimana peningkatan produksi masih bisa dicapai dengan penambahan ketiga faktor produksi tersebut.

Menurut Suhendrik (2013), faktor produksi lahan, bibit, pupuk phonska, ZA, KCL, pupuk mutiara, pupuk kandang dan tenaga kerja mempunyai pengaruh yang nyata terhadap produksi bawang merah. Sedangkan secara parsial hanya lahan, bibit dan tenaga kerja yang berpengaruh secara nyata. Penggunaan faktor produksi lahan dan bibit belum efisien, sedangkan faktor produksi tenaga keja sudah efisien. Penerimaan yang diperoleh dengan total produksi 1.048 kg yaitu sebesar Rp. 6.332.728, pendapatan sebesar Rp. 2.466.678 dan keuntungan yang diperoleh petani sebesar Rp. 1.551.786.

B. Kerangka Pemikiran

Petani-petani peri urban yang terletak di Kecamatan Sewon, Banguntapan dan Kasihan, Kabupaten Bantul melakukan usahatani di kawasan areal peri urban. Kawasan tersebut sangat rawan akan alih fungsi lahan untuk dijadikan berbagai macam kegiatan usaha jasa maupun property. Status lahan yang digunakan ada yang milik sendiri, sewa maupun garapan dengan luas lahan kurang dari 0,5 hektar. Lokasi lahan yang digunakan masih dalam satu hamparan. Benih yang digunakan mayoritas petani langsung membeli ke toko pertanian yang menjual benih padi. Pupuk yang digunakan masih menggunakan pupuk kimia baik Urea maupun Phonska tetapi sebagian petani mencampur antara pupuk kimia dan organik. Pupuk organik diperoleh dari membeli di toko pertanian. Selain itu untuk membasmi hama kebanyakan petani menggunakan obat pestisida dengan membeli di toko pertanian.


(43)

✙6

Pada usahatani padi di kawasan peri urban, input yang digunakan adalah lahan, benih, pupuk organik, pupuk kimia, pestisida dan tenaga kerja. Fungsi produksi berkaitan dengan hubungan fisik antara input dengan output yang dapat dihasilkan yaitu produksi padi. Hubungan antara input dan output menunjukan pola hubungan penggunaan tingkat input untuk menghasilkan tingkat output tertentu. Total keseluruhan dari input dan output yang telah diproduksi akan menghasilkan keuntungan maksimal bagi petani.

. Syarat untuk mendapatkan keuntungan maksimal yaitu petani harus efisien dalam mempraktekan usahatani padi. Efisiensi adalah perbandingan antara nilai produksi marginal dengan harga output. Nilai produksi marginal adalah tambahan keluaran produksi karena tambahan satu unit masukan. Penggunaan input efisien apabila nilai produksi marginal sama dengan satu, belum efisien jika lebih dari satu dan tidak efisien jika kurang dari satu.

Memperjelas tentang kerangka pemikiran tersebut, dapat digambarkan sebagai berikut :


(44)

✚ ✛

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

harga Output Input:

1. Lahan 2. Benih 3. Pupuk Urea 4. Pupuk Phonska 5. Pupuk TSP 6. Pupuk ZA 7. Pupuk KCL 8. Pupuk Kandang 9. Pupuk Organik 10. Tenaga kerja 11. Pestisida Cair 12. Pestisida Padat

output

Keuntungan

Analisis efisiensi penggunaan input:

1. Efisien jika NPMx/Px=1 2. Belum efisien jika

NPMx/Px>1 3. Tidak Efisien Jika

NPMx/Px<1

Fungsi Produksi Harga Input


(45)

✜8

C. Hipotesis

1. Diduga faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani padi di kawasan peri urban adalah Lahan, Benih, Pupuk Urea, Pupuk Phonska, Pupuk TSP, Pupuk ZA, Pupuk KCL, Pupuk Kandang, Pupuk Organik, Tenaga kerja, Pestisida Cair dan Pestisida Padat

2. Diduga penggunaan fakor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi usahatani padi di kawasan peri urban belum efisien.


(46)

(47)

✣9

I. METODE PENELITIAN

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, artinya adalah metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang dan aktual. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara matematis, faktual dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diteliti (Surakhmad 1994). Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi padi. Penelitian ini dibawah naungan Penelitian Payung Disertasi dengan judul “EFISIENSI DAN KEBERLANJUTAN USAHATANI PADI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA”.Metode yang berdasarkan metode pada penelitian payung disertasi. Metode ini digunakan untuk memperoleh gambaran usahatani padi di kawasan peri urban Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta.

A. Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel daerah ditentukan dengan cara sengaja (purposive sampling) yaitu Kecamatan Sewon, Banguntapan dan Kasihan pertimbangan, karena ketiga kecamatan tersebut secara geografis berbatasan langsung dengan wilayah kota Yogyakarta dan secara ekonomi wilayah tersebut berkembang sektor jasa, industri dan perdagangan yang dapat menekan eksistensi pertanian.


(48)

✤0

Hal tersebut mengakibatkan penyempitan lahan sawah yang berdampak pada efisiensi usahatani di kawasan tersebut. Setiap kecamatan diambil satu desa dengan menggunakansimple random samplingyaitu mengambil satu desa dengan cara undian dan diperoleh Desa Tamantirto Kecamatan Kasihan, Desa Bangunharjo Kecamatan Sewon dan Desa Tamanan Kecamatan Banguntapan. Setiap desa diambil satu kelompok tani dengan menggunakan simple random sampling yaitu mengambil satu kelompok tani dengan cara diundi. Begitu pula dengan pengambilan sampel petani yaitu dengan menggunakan simple random sampling dengan cara undian. Setiap kelompok tani diambil 10 responden, sehingga total keseluruhan responden berjumlah 30.

Tabel 1. Nama Kelompok Tani dan Jumlah Kelompok Tani di Daerah Peri Urban Kecamatan, Sewon, Banguntapan serta Kasihan

No Nama Kelompok Jumlah

Anggota (petani)

Dusun dan Kecamatan

1 Kelompok Tani Krobo’an 25 Krobo’an, Banguntapan 2 Kelompok Tani Mekar Tani 135 Bangunharjo, Sewon 3 Kelompok Tani Sidorejo 25 Tamantirto, Kasihan Sumber: Ketua Poktan Kecamatan, Sewon, Banguntapan dan Kasihan

B. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer tahun 2013/2014, yaitu:

1. Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari petani dengan bantuan kuesioner. Data yang dikumpulkan antara lain: karakteristik petani (identitas petani, umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, lama bertani), luas dan status lahan garapan tahun 2013/2014, biaya


(49)

✥ ✦

usahatani tahun 2013/2014 (biaya peralatan pertanian, penggunaan dan upah tenaga kerja, penggunaan sarana produksi dan pengeluaran lain-lain, penggunaan teknologi usahatani), penerimaan dari usahatani tahun 2013/2014, pendapatan dari luar usahatani, tingkat partisipasi dalam mengikuti kegiatan kelompok tani tahun 2013/2014, kondisi irigasi tahun 2013/2014, akses kredit tahun 2013/2014 dan sikap petani terhadap perlindungan lahan.

2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi atau lembaga terkait, seperti kantor kelurahan, kantor kecamatan dan beberapa instansi lain yang berhubungan dengan penelitian. Contoh data yang diambil meliputi: data keadaan umum wilayah, keadaan pertanian, keadaan penduduk, topografi dan letak geografis.

C. Asumsi dan Pembatasan Masalah 1. Asumsi

a. Jenis padi dan pola tanam yang digunakan dianggap sama semua.

b. Input-input produksi diperoleh dari pembelian dan hasil produksi (gabah kering) habis terjual pada saat penelitian.

c. Tidak ada perbedaan varietas benih yang ditanam

2. Pembatasan masalah

1. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data musim tanam padi tahun 2013/2014, yaitu musim penghujan dan kemarau.


(50)

✧ ★

D. Definisi Operasional dan Pengukuaran Variabel

1. Luas lahan petani adalah besarnya areal tanah yang disiapkan untuk usahatani padi dalam 1 tahun tanam, dinyatakan dalam meter persegi (m2)

2. Benih adalah biji padi yang disediakan untuk disemai, dinyatakan dalam kilogram (kg)

3. Pupuk adalah unsur hara yang diberikan pada tanaman dalam upaya meningkatkan produksi padi dalam proses produksi. Dalam hal ini yang termasuk adalah campuran antara pupuk organik dan pupuk kimia yang dinyatakan dalam kilogram (kg).

4. Pestisida adalah obat tanaman untuk membasmi organisme penganggu tanaman (OPT) dinyatakan dalam satuan milliliter (ml) dan gram (g).

5. Tenaga kerja adalah banyaknya tenaga yang dipergunakan dalam proses produksi baik dari dalam keluaga ataupun luar keluarga. Kegiatan usahatani dari menyemai sampai menjemur. Satuan tenaga kerja adalah hari kerja orang (HKO).

6. Musim adalah waktu tertentu yang berhubungan dengan keadaan iklim, yaitu musim penghujan dan kemarau.

7. Biaya produksi meliputi biaya sarana produksi (benih, pupuk kimia, organik, pestisida), biaya tenaga kerja dan biaya lain-lain yang dikeluarkan dalam proses produksi dan diperhitungkan dengan nilai uang (Rp).

8. Hasil produksi adalah seluruh hasil panen yang dihasilkan petani padi peri urban berupa gabah kering dalam satu musim yang dinyatakan dalam satuan kilogram (kg).


(51)

✩✩

9. Harga produksi adalah harga atas penjualan produksi gabah kering giling dengan satuan rupiah per kg (Rp/kg).

10. Penerimaan adalah jumlah hasil produksi padi yang berupa gabah kering dikalikan dengan harga produksi yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).

11. Keuntungan adalah total penerimaan petani dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan petani, dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

12. Efisiensi adalah kemampuan dan kesediaan unit ekonomi untuk beroperasi pada tingkat Nilai Produk Marjinal dengan biaya marjinal. Dijelaskan dalam perbandingan dari Nilai Produk Marjinal (NPM) dengan harga inputnya (Px).

E. Analisis Data

1. Analisis Keuntungan

Untuk megetahui besarnya keuntungan yang diperoleh petani dari usahatani padi organik, digunakan analisis keuntungan yaitu:

П = TR –TC(eksp+imp) П = Y. Py –TC Keterangan:

П = Keuntungan

TR = Total penerimaan (Total Revenue)

TC = Total biaya yang dikeluarkan (Total Cost) Y = Total Produksi

Py = Harga Produksi

2. Analisis Fungsi Produksi

Fungsi produksi merupakan suatu fungsi yang menunjukan hubungan teknis antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input). Dalam


(52)

✪ ✫

penelitian ini digunakan metode analisis dengan pendekatan model fungsi produksi tipeCobb-Douglass.

Fungsi Cobb-Douglass adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut dengan variabel dependen yang dijelaskan (Y) dan yang lain disebut variabel independen yang menjelaskan (X) (Soekartawi 1990). Dalam penelitian ini yang termasuk variabel independen (X) antara lain: penggunaan lahan, benih, Pupuk Urea, Pupuk Phonska, Pupuk KCL, Pupuk ZA, Pupuk TSP, Pupuk kandang, Pupuk organik, Tenaga kerja, Pestisida Cair dan Padat serta Dummy musim. Sedangkan variabel dependen (Y) adalah produksi padi.

Secara matematis fungsi Cobb-Douglass dapat ditulisan dalam bentuk persamaan:

Y=aX1b1X2b2……….X11b11eu Keterangan:

Y = Hasil Produksi (kg) a = Konstanta

bi = besaran yang akan diduga (i= 1, 2, 3, 4, 5, 6) e = logaritma natural, e = 2,718

u = kesalahan (disturbance term) X1= lahan (m2)

X2= benih (kg) X3= pupuk Urea(kg) X4= pupuk Phonska (kg) X5= pupuk TSP(kg) X6= pupuk ZA(kg)


(53)

✬ ✭

X7= pupuk KCL(kg) X8= pupuk Kandang(kg) X9= pupuk Organik (kg) X10= tenaga kerja (HKO) X11= Pesitisida cair (ml) X12= pestisida padat (g) D = musim

Musim sebagai dummy variabel, angka 1 sebagai dummy musim penghujan dan angka 0 sebagai dummy musim kemarau.

Tujuan menggunakan regresi berganda dummy adalah memprediksi besarnya nilai variabel dependent atas dasar satu atau lebih variabel independent, dimana satu atau lebih variabel independent bersifat dummy. Variabel dummy adalah variabel yang digunakan untuk mengkuantitatifkan variabel yang bersifat kualitatif. Variabel dummy merupakan variabel yang bersifat kategorikal yang diduga mempunyai pengaruh terhadap variabel yang bersifatcontinue.

Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan, maka persamaan tersebut harus diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

Ln Y =1 n a + bi1n X1 +b21n X2……….+ b61n X6

Pengujian model yang digunakan dalam penelitian ini adalah koefisien determinasi (R2), uji F dan uji t.


(54)

✮6

a. Koefisien determinasi (R2)

Untuk menunjukan sampai seberapa besar variasi variabel tidak bebas dijelaskan oleh variabel bebas digunakan koefisien determinasi (R2). Koefisien Determinasi (R2) merupakan suatu ukuran kesesuaian yang digunakan untuk mengetahui ketepatan model yang digunakan. Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1. Apabila nilai R2semakin tinggi atau mendekati 1, maka model yang digunakan sudah tepat. Nilai R2dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

R2= Koefisien determinasi = koefisien regresi

xi = rata-rata nilai variabel independen = rata-rata nilai variabel dependen

b. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah faktor-faktor produksi (X) secara keseluruhan berpengaruh terhadap produksi padi (Y).

Perumusan hipotesis :

Ho : bi = 0, artinya tidak ada pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Ha : salah satu dari bi≠ 0, artinya ada pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

F hitung dapat dicari dengan membuat tabel Anova atau disebut analisis varians.

F tabel = F (α% ; k-1 ; n-k) Keterangan:


(55)

✯ ✰

n = jumlah sampel α = tingkat kesalahan Pengambilan keputusan:

i. Jika F hit > F tabel, Ho ditolak Ha diterima, artinya faktor produksi (X) secara bersama-sama berpengaruh terhadap produksi pai organik (Y).

ii. Jika Fhit < dari F tabel, maka Ho diterima Ha ditolak, artinya faktor produksi (X) secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap produksi padi (Y).

c. Uji t

Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y).

i. Perumusan hipotesis:

Ho : bi = 0 artinya secara parsial faktor–faktor produksi ke-i tidak berpengaruh nyata terhadap produksi padi (Y).

Ha : bi ≠ 0 artinya secara parsial faktor–faktor produksi ke-i berpengaruh nyata terhadap produksi padi (Y).

i.

t tabel= t (α%,(n-k-1) Keterangan

bi = koefisien regresi bi Sbi = Standar devisiasi bi α = tingkat kesalahan k = jumlah variabel bebas n = jumlah sampel

Pengambilan keputusan

1. Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak, artinya faktor produksi ke-i berpengaruh nyata terhadap produsi padi (Y).

2. Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima, artinya faktor produksi ke-I tidak berpengaruh nyata terhadap produsi padi (Y).


(56)

✱8

2. Analisis Efisiensi

Untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan suatu faktor produksi dapat dilakukan dengan menghitung nilai yang menunjukan perbandingan antara NPM (Nilai Produk Marjinal) dengan harga input (Px) atau dapat ditulis dalam bentuk NPMx/px = k.

dengan ktentuan sebagai berikut :

NPMxi/Pxi = 1, artinya penggunaan input sudah efisien

NPMxi/Pxi > 1, artinya penggunaan input belum efisien, untuk mencapai efisien input perlu ditambahkan.

NPMxi/Pxi < 1, artinya penggunaan input tidak efisien, untuk mencapai efisien input perlu dikurangi.

Dalam pengujianya dihitung menggunakan uji-t variabel dengan menggunakan nilai k, yaitu :

Ho : K = 1, artinya penggunaan input efisien

Ho : K≠1, artinya penggunaan input tidak efisien / belum efisien

Dimana:

Var K = (K/bi)2. Var (bi)

t tabel = (α%, (n-1)

Pengambilan kesimpulan:

t hitung > t tabel, maka Ho ditolak, artinya nilai K tidak sama dengan 1 maka penggunaan input tersebut tidak/ belum efisien.


(57)

✲9 t hitung ≤ t tabel, maka Ha diterima, artinya artinya nilai K sama dengan 1 maka penggunaan input tersebut efisien.


(58)

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

A. Keadaan Fisik Daerah

Kabupaten Bantul merupakan kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Ibukotanya adalah Bantul. Motto dari Kabupaten ini adalah Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman, sehat dan asri. Bagian Selatan dari Kabupaten ini berupa pegunungan kapur yaitu ujung barat dari Pegunungan Sewu. Sungai besar yang mengalir di antaranya Kali Progo (membatasi Kabupaten Bantul dengan Kabupaten Kulon Progo, Kali Opak, Kali Tapus beserta anak-anak sungainya).

Batas–batas wilayah Kabupaten Bantul adalah sebagai berikut :

1. Sebelah utara : Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman di utara 2. Sebelah Timur : Kabupaten Gunung Kidul

3. Sebelah Barat : Kabupaten Kulon Progo 4. Sebelah Selatan : Samudra Hindia

Kabupaten Bantul terletak antara 07o44’04” –08° 00′ 27″ Lintang Selatan dan 110° 12′ 34″ –110° 31′ 08″ Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Bantul 508,85 Km2(15,91 % dari luas wilayah Proviinsi DIY) dengan topografi sebagai dataran rendah 140% dan lebih dari separonya (60%) daerah perbukitan yang kurang subur. Secara garis besar terdiri dari: Bagian Barat adalah daerah landai serta


(59)

perbukitan yang membujur dari utara ke selatan seluas 89,86 km2 (17,73% dari seluruh wilayah). Bagian tengah adalah daerah datar dan landai merupakan daerah pertanian yang subur seluas 210,94 km2 (41,62%). Bagian timur adalah daerah yang landai, miring dan terjal yang keadaanya masih lebih baik dari daerah bagian barat. Luas daerah bagian timur 206,05 km2 (40,65%). Bagian selatan adalah bagian dari daerah bagian tengah dengan keadaan alamnya yang berpasir dan sedikit berlaguna.

Kabupaten Bantul dialiri 6 sungai, yang mengalir sepanjang tahun. Sungai tersebut memiliki panjang 114 km2. Sungai-sungai yang mengalir di Kabupaten Bantul yaitu: Sungai Oyo dengan panjang 35,75 km, Sungai Opak 19,00 km, Sungai Code 7 km, Sungai Winongo 18,75 km, Sungai Bedog 9,50 km dan Sungai Progo 24 km.

B. Keadaan Penduduk

Demografi adalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan, meliputi ukuran, struktur dan distribusi penduduk serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi serta penuaan (Wikipedia, 2009). Kependudukan yang ada di Kabupaten Bantul berdasarkan jenis kelamin, umur, pendidikan dan mata pencaharian.

1. Struktur penduduk menurut jenis kelamin

Struktur penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Bantul pada sensus penduduk di tahun 2010, sebagai berikut :


(60)

Tabel 1. Struktur penduduk menurut jenis kelamin Kabupaten Bantul

Jenis kelamin Kabupaten Persentase (%)

Bantul

Laki-laki 469.981

477.085

49,60

Perempuan 50,40

Jumlah 947.066 100

Sumber: Bappeda Kabupaten

Berdasarkan tabel di atas, di Kabupaten Bantul penduduk antara laki-laki dan perempuan sama. Laki-laki-laki mencapai 49,60% sementara perempuan juga 50,40%. Keseluruhan penduduk Kabupaten Bantul mencapai 947.066 jiwa. Jumlah antara laki-laki dan perempuan cenderung sama tetapi jumlah penduduk perempuan lebih tinggi daripada laki-laki.

2. Struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian

Peningkatan tingkat pendidikan yang cenderung terus naik berdampak pada kualitas tenaga kerja yang semakin meningkat, sehingga lapangan kerja yang ada dapat terisi oleh tenaga kerja yang berkualitas baik. Ketergantungan pada tenaga ahli asing dapat dikurangi apabila kualitas tenaga kerja meningkat, sehingga sumber daya alam yang kita miliki dapat dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan taraf hidup penduduk.

Tabel 2. Struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian tahun 2014

Lapangan Usaha Laki-laki (%) Perempuan (%) Total(%)

Pertanian 16,60 17,44 16,98

Industri Pengolahan 19,03 25,19 21,78

Perdagangan, Hotel dan Restoran

22,43 31,81 26,62

Jasa-jasa 18,82 23,58 20,95

Lainnya 23,12 1,98 13,67

Jumlah 100 100 100


(61)

Menurut tabel diatas, sebagian besar mata pencaharian masyarakat Kabupaten Bantul terbanyak bukan dari pertanian melainkan dari non pertanian. Untuk tenaga kerja laki-laki mayoritas bekerja di sektor perdagangan, Hotel dan Restoran sementara tenaga kerja perempuan mayoritas bekerja di sektor industri pengolahan. Hal tersebut menunujukan bahwa masyarakat Kabupaten Bantul adalah masyarakat transisi dari kota ke desa, karena berdasarkan tabel diatas penduduk yang bermata pencaharian di sektor pertanian sangat sedikit tidak lebh dari 20% dari total keseluruhan penduduk.

3. Struktur Penduduk Berdasarkan Umur

Umur adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk hidup khususnya manusia. Dalam umur dibedakan menjadi umur kronologis, mental dan biologis. Umur kronologis adalah perhitungan umur yang dimulai dari saat kelahiran seseorang sampai dengan waktu penghitungan usia. Umur mental adalah perhitungan umur seseorang yang didapatkan dari taraf kemampuan seseorang dan umur biologis adalah perhitungan umur berdasarkan kematangan biologis yang dimiliki oleh seseorang.

Tabel 3. Struktur Penduduk Berdasarkan Umur Tahun 2014 Kelompok Umur Laki-laki (%) Perempuan

(%)

Total (%)

15-24 8,08 12,21 9,93

25-54 74,57 68,81 71,99

55+ 17,35 18,98 18,08

Jumlah 100 100 100

Sumber: BPS

Umur menentukan tingkat kedewasaan seseorang, dari tingkat kedewasaan tersebut tumbuh rasa tanggung jawab kepada keluarga dan orang lain. Paling banyak masyarakat Bantul berumur 25-54 tahun sebesar 71,99%. Hal ini


(62)

menandakan bahwa mayoritas masyarakat Kabupaten Bantul masih berusia produktif.

C. Sarana prasarana

Sarana dan prasarana sangat penting, sebagaimana dengan tujuanya sarana dan prasarana merupaan penunjang kegiatan suatu daerah. Semakin banyak sarana prasarana yang ada di suatu daerah, akan mempengaruhi penduduknya lebih maju. Berikut sarana dan prasarana yang ada di Kabupaten Bantul.

a. Sarana pendidikan

Pendidikan merupakan suatu tolok ukur dalam upaya peningkatan kecerdasan suatu masyarakat. Pendidikan juga berpengaruh terhadap tingkat kedewasaan seseorang. Oleh karena itu sarana pendidikan yang dibangun oleh dinas terkait ikut serta membantu meningkatkan kemajuan sumber daya manusia masyarakatnya. Berikut jumlah saran pendidikan di Kabupaten Bantul.

Tabel 4. Jumlah sarana menurut tingkat pendidikan di Kabupaten Bantul tahun 2014

Uraian Jumlah

TK 504

SD Negeri 286

SD Swasta 76

SLTP Negeri 47

SLTP Swasta 42

SMU Negeri 19

SMU Swasta 16

SMK Negeri 13

SMK Swasta 35

SLB Negeri 2

SLB Swasta 16

Sumber : BPS

Berdasarkan Tabel diatas, dapat diketahui terdapat 1056 sarana pendidikan di Kabupaten Bantul. Hal tersebut menunjukan bahwa Kabupaten Bantul memiliki


(63)

6

sarana pendidikan yang cukup banyak sehingga dari segi pendidikan Kabupaten Bantul memiliki SDM yang mempunyai minat pendidikan cukup tinggi, sehingga dapat meningkatkan kecerdasan penduduknya.

b. Sarana perekonomian

Perekonomian yang bagus dapat ditelaah dari banyaknya sarana yang disediakan untuk kegiatan barter (pertukaran barang dengan barang) maupun untuk simpan pinjam di suatu sarana perekonomian. Sarana perekonomian yang ada di Kabupaten Bantul dapat di lihat sebagai berikut.

Tabel 5. Jumlah sarana perekonomian di Kabupaten Bantul tahun 2014

Uraian Jumlah

Pasar Kabupaten 27

Pasar desa 29

Pasar hewan 0

Pasar ikan 0

Pasar seni 1

Koperasi 453

KUD 17

Sumber : Bappeda Kabupaten

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa keberadaan pasar di suatu daerah akan mempengaruhi distribusi perekonomian di suatu daerah. Ciri khas dari Kabupaten Bantul adalah adanya pasar seni. Pasar tersebut dapat memfasilitasi karakter masyarakat Kabupaten Bantul yang lebih banyak di bidang kesenian. Lembaga perekonomian yang menunjang di Kabupaten Bantul adalah Koperasi dan KUD.

Salah satu faktor yang dapat mendukung keberhasilan suatu daerah adalah tersedianya fasilitas ekonomi bagi masyarakat. Sarana perekonomian yang juga penting keberadaanya di daerah adalah sarana penyedia layanan simpan dan pijam untuk usaha. Sarana tersebut berupa KUD maupun lembaga ekonomi di


(64)

kelompok tani. Keberadaan sarana perekonomian berperan penting dalam penyediaan dana untuk pinjaman usahatani maupun meyimpan hasil usahatani berupa uang. Selain hal itu, KUD juga dimanfaatkan sebagai tempat penjualan hasil produksi pertanian baik berupa gabah kering maupun sudah menjadi beras, tempat pembelian sarana produksi dengan harga yang relatif murah dan sesuai dengan kebutuhan petani.

c. Sarana jalan

Sarana penghubungan darat merupakan jalur vital untuk menunjang perekonomian suatu daerah. Akses mudah dan terjangkau, adalah salah satu manfaat dari jalur darat. Sarana prasarana jalan yang ada di Kabupaten Bantul dapat di lihat sebagai berikut.

Tabel 6. Sarana jalan di Kabupaten Bantul tahun 2014

Uraian Panjang (km)

Jalan provinsi 122,97

Jalan negara 74,46

Jalan Kabupaten 873,32

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul

Berdasaran tabel di atas Kabupaten Bantul dilalui 3 jalan yang ada yaitu jalan provinsi, Negara dan kabupaten. Keberadaan jalan ini dapat menjadi salah satu penunjang kegiatan perekonomian di Kabupaten Bantul dengan daerah lainnya. Terutama distribusi dalam bidang pertanian. Semakin cepat distribusi suatu barang kie suatu daerah, akan mempercepat pola proses kemajuan ekonomi di daerah tersebut.


(65)

8

D. Luas Penggunaan Lahan

Istiliah lahan digunakan berkenaan dengan permukaan bumi beserta segenap karakteristik-karakteristik yang ada padanya dan penting bagi kehidupan manusia. Secara lebih rinci istilah lahan adalah suatu wilayah di permukaan bumi, mencakup semua komponen biosfer yang dapat dianggap tetap atau bersifat siklis yang berada di atas dan di bawah wilayah tersebut.

Tabel 7. Luas Lahan Sawah, Bukan Sawah dan Bukan Pertanian tahun 2014 (ha)

No Kecamatan Lahan

Sawah(ha) Lahan Bukan Sawah (ha) Lahan Bukan Pertanian (ha)

1 Serandakan 451 124 1.257

2 Sanden 966 195 1.155

3 Kretek 898 518 1.261

4 Pundong 849 469 1.050

5 Bambanglipurio 1.179 391 699

6 Pandak 932 788 710

7 Bantul 1.051 677 468

8 Jetis 1151 197 1.099

9 Imogiri 1.098 2.147 2.204

10 Dlingo 751 3.417 1.419

11 Pleret 778 902 617

12 Piyungan 1.206 968 1.080

13 Banguntapan 1.149 62 1.637

14 Sewon 1.267 30 1.419

15 Kasihan 583 155 2.500

16 Pajangan 245 1.183 1.897

17 Sedayu 917 1.902 617

Jumlah 15.417 14.125 21.089

Sumber: BPS

Luas pengguaan lahan di Kabupaten Bantul dimanfaatkan untuk sawah sebesar 15.471 ha dan lahan bukan sawah meliputi tegal/kebun, hutan rakyat, tambak, kolam dan lainya tercatat 14.125 ha dan lahan bukan pertanian seperti untuk bangunan dan pekarangan, hutan Negara, lahan tidak ditanami/rawa dan tanah lainya tercatat seluas 21.089 ha.


(66)

9

E. Iklim

Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca berdasarkan waktu yang panjang untuk suatu lokasi di bumi atau planet lain (Wikipedia, 2015). Bulan kering didefinisikan sebagai bulan dengan curah hujan kurang dari 100 mm. Budidaya Palawija diperlukan curah hujan sekurang-kurangnya 100 mm, jika terdapat kurang dari 2 (dua) bulan kering, tanah dinilai masih cukup lembab. Adapun data iklim Kabupaten Bantul dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8. Data Iklim Bantul Tahun 2011 - 2014.

Iklim

Rata-rata

2011 2012 2013 2014

Min Maks Min Maks Min Maks Min Maks Suhu Udara (0C) 25 27 20,7 34,77 25,5 27,5 23 30

Kelembaban Udara (%) 37 80 30 97 73 86 73 86

Kecepatan Angin (Knot) 1 15 0 29 3 6 3 6

Curah Hujan (mm) 22 44,5 0 13 0 32,8 25 76,24 Sumber: Wikipedia, Bantul.

Kondisi iklim di sebagian besar wilayah Kabupaten Bantul termasuk tropis basah, hari hujan dalam satu bulan 25 hari. Curah hujan tertinggi pada tahun 2011 mencapai 44,5 mm/ hari. Kecepatan angin rata-rata maksimum 6 knots dan terendah 3 knots. Kelembaban nisbi udara tertinggi 97% dan terendah 30%. Temperatur udara tertinggi 34,770C dan terendah 230C. kondisi iklim diatas menunjukan bahwa di wilayah Kabupaten Bantul pada umumnya cocok untuk pengembangan sektor pertanian khususnya tanaman padi.


(67)

✹0

F. Keadaan Pertanian

Wilayah Kabupaten Bantul secara geografis berbatasan langsung dengan wilayah Kota Yogyakarta. Hal tersebut menyebabkan perkembangan wilayah Kota Yogyakarta juga mempengaruhi perkembangan wilayah di Kabupaten Bantul. Salah satu akibat yang ditimbulkan oleh pesatnya perkembangan kota itu adalah berkembangnya wilayah perumahan/pemukiman yang semakin marak di wilayah Kabupaten Bantul terutama di Kecamatan Sewon, Banguntapan dan Kasihan. Salah satu dampak alih fungsi lahan tersebut adalah berkurangnya lahan pertanian menjadi lahan bukan pertanian. Hal tersebut terbukti dengan luas lahan pertanian di Kabupaten Bantul yang cenderung mengalami penurunan setiap tahun. Apabila lahan pertanian beralih fungsi menjadi lahan non pertanian akan berdampak juga terhadap produksi padi yang dihasilkan serta tingkat efisiensi petani padi di Kabupaten Bantul.

Luas lahan sawah di Kabupaten Bantul mengalami pengurangan setiap tahun setelah tahun 2010. Hal tersebut dikarenakan semakin banyaknya alih fungsi lahan. Pada tahun 2014, dari luas wilayah 50.685 hektar, luas lahan pertanian yang berupa sawah tercatat sebesar 15.191 hektar atau mengalami penurunan sebesar 280 hektar (1,81 %) dibandingkan tahun 2013. (BPS Kab Bantul)

Di sisi lain, Kabupaten Bantul memiliki potensi yang cukup tinggi di bidang pertanian. Hal ini terlihat dari penggunaan lahan yang ada yaitu 55, 336 ha adalah lahan sawah penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani juga banyak. Selain itu pertanian terutama tanaman pangan Wilayah Kabupaten Bantul Provinsi


(68)

✺✺

Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki potensi yang cukup tinggi dibidang pertanian. Hal ini terlihat dari penggunaan lahan yang ada, yaitu 55,336.00 ha adalah lahan sawah serta penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani juga banyak. Dilihat dari lokasi dapat ditunjukan pada luas panen dan produksi tanaman pangan Kabupaten Bantul.

Tabel 9. Produksi tanaman bahan makanan di Kabupaten Bantul tahun 2013

Jenis Tanaman Produksi (Ton)

Padi Sawah 209.149

Jagung 19.077

Ubi Kayu 34.865

Kedelai 2.203

Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Bedasarkan tabel di atas dapat diketahui di Kabupaten Bantul, padi menjadi komoditi pertama dengan produksi terbesar daripada tanaman pangan lainya. Selain dikarenakan kondisi alam yang sesuai untuk budidaya, juga karena adanya upaya pemerintah daerah beserta petani untuk lebih meningkatkan produksi padi agar ketersediaan bahan makanan beras dapat terpenuhi.


(69)

(70)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

“Analisis Efisiensi Usahatani Padi di Kawasan Peri Urban Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta” meliputi analisis deskriptif yaitu umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, anggota keluarga, pengalaman bertani, dan status kepemilikan lahan. Kemudian dilanjutkan dengan analisis kuantitatif yaitu analisis keuntungan, analisis Fungsi Produksi, analisis efisiensi serta pengujian hipotesis.

Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan wawancara secara langsung ke responden, yaitu petani padi di kawasan peri urban Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta yang diambil dengan menggunakan metodeSimple Random Sampling.Dalam penelitian ini dilakukan wawancara langsung dengan kuesioner pada 30 petani. Kuesioner yang diambil sebanyak 30 eksemplar, sehingga respon

rate-nya sebanyak 100,0%.

Rincian perolehan kuesioner dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran rekapitulasi data. Setelah data terkumpul, kemudian data diedit (editing), diberi kode(coding),dan ditabulasikan(tabulating). Untuk selanjutnya dianalisis dengan bantuan program statistik komputerSPSS 16.0 for Windows.

A. Identitas Petani

Petani merupakan manajer atau pengelola dari usahatani, tentunya dituntut harus pintar dalam melaksanakan usahatani. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan produksi, kualitas, kuantitas dan pendapatan dalam


(71)

✾ ✿

berusahatani. Peran petani diantaranya dalam mengelola lahan, tenaga kerja, modal dan sumber daya lainya guna memperoleh pendapatan yang maksimal. Identitas petani padi merupakan gambaran umum tentang kondisi yang akan berpengaruh terhadap keberhasilan petani dalam menjalankan usahatani tersebut. Identitas petani digunakan sebagai tolok ukur tingkat kemampuan petani dalam melakukan usahatani terutama padi. Identitas petani meliputi umur, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, lama berusahatani dan kepemilikan lahan. Petani dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan sawahnya untuk ditanami padi di kawasan peri urban Kabupaten Bantul. Identitas tersebut akan menentukan bagaimana penerapan usahataninya.

1. Umur

Umur menentukan kepiawaian petani dalam mengelola usahatani padi. Hal tersebut dikarenakan kemampuan fisik sangat menentukan keberhasilan dalam menanam padi sawah. Umur para petani padi di kawasan peri urban Kabupaten Bantul dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 1. Sebaran Umur Petani Padi di Kawasan Peri Urban Kabupaten Bantul

Sumber: Data Primer

Berdasarkan Tabel di atas dapat disimpulkan bahwa petani dalam penelitian ini adalah sebagian besar berumur 52,5 - 60,7 dan 60,8 - 69,3 tahun

masing-Umur Jumlah (orang) Persentase (%)

35 - 43,5 2 6,7

43,6 - 52,4 6 20,0

52,5 - 60,7 10 33,3

60,8 - 69,3 10 33,3

69,4–78 2 6,7


(72)

❀ ❁

masing sebanyak 10 petani (33,3%) dan sebagian kecil berumur 35 - 43,5 dan 69,4 - 78 tahun masing-masing sebanyak 2 petani (6,7%). Hal ini menunjukkan bahwa petani padi di kawasan peri urban Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta rata-rata sudah dewasa sampai tua, karena pada usia tersebut seorang petani masih kuat dan mampu dalam bekerja serta dapat mengelola dengan baik usahatani yang dimilikinya.

Penduduk usia matang akan pengalaman dan tenaga masih dimungkinkan untuk meningkatkan ketrampilan dan menambah pegetahuan dalam mengelola teknologi baru untuk memajukan usahatani padi. Meningkatnya ketrampilan dan pengetahuan petani maka diharapkan dapat meningkatkan produksi sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani padi sawah.

2. Jenis Kelamin

Jenis Kelamin adalah kelas atau kelompok yang terbentuk dalam suatu spesies sebagai sarana atau sebagai akibat digunakannya proses reproduksi sosial untuk mempertahankan keberlangsungan mereka. Manfaat dari komposisi penduduk baik jenis kelamin laki-laki dan perempuan salah satunya supaya mengetahui potensi sumber daya manusia, apabila potensi tersebut didapatkan maka peluang untuk menciptakan usaha dapat diketahui kemudian dikerjakan. Seperti halnya dalam pembudidayaan padi khususnya daerah peri urban Kabupaten Bantul, dengan mengetahui jenis kelamin dapat diketahui potensinya. Adapun tabel jenis kelamin petani peri urban di Kabupaten Bantul.


(73)

❂ ❃

Tabel 2. Jenis Kelamin Para Petani Peri Urban

Sumber: Data Primer

Menurut tabel diatas dapat disimpulkan bahwa petani dalam penelitian ini sebagian besar adalah laki-laki sebanyak 30 petani (100,0%). Hal ini menunjukkan bahwa petani pada petani padi di kawasan peri urban Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta lebih banyak dari jenis kelamin laki-laki, karena pekerjaan bertani lebih banyak membutuhkan dan menggunakan tenaga kerja dari kaum laki-laki daripada kaum perempuan sehubungan dengan pekerjaannya yang lebih berat.

3. Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah salah satu faktor yang penting dalam menerima dan menerapkan inovasi teknologi baru di samping kemampuan dan ketrampilan dalam usahatani padi sawah. Tingkat pendidikan petani umumnya akan berpengaruh terhadap pola dan cara berfikir petani. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditempuh maka semakin mudah penerapan dalam mengelola usahatani. Pendidikan para petani yang berada di kawasan peri urban dapat dilihat pada tabel berikut.

Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

Laki-laki 30 100

Perempuan 0 0


(1)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .856a .734 .658 .61956

a. Predictors: (Constant), Dummy Musim (D), Pestisida Padat (X12), Pupuk Urea (X3), Pupuk Kandang (X8), Pupuk Organik Cair (X9), Pesitisida Cair (X11), Pupuk KCL (X7), Pupuk TSP (X5), Tenaga Kerja (X10), Benih (X2), Pupuk Phonska (X4), Pupuk ZA (X6), Lahan (X1)

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 48.614 13 3.740 9.742 .000a

Residual 17.657 46 .384

Total 66.271 59

a. Predictors: (Constant), Dummy Musim (D), Pestisida Padat (X12), Pupuk Urea (X3), Pupuk Kandang (X8), Pupuk Organik Cair (X9), Pesitisida Cair (X11), Pupuk KCL (X7), Pupuk TSP (X5), Tenaga Kerja (X10), Benih (X2), Pupuk Phonska (X4), Pupuk ZA (X6), Lahan (X1)


(2)

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 5.363 2.134 2.513 .016

Lahan (X1) .366 .146 .364 2.500 .016

Benih (X2) .442 .143 .375 3.084* .003

Pupuk Urea (X3) .016 .050 .035 .324 .748

Pupuk Phonska (X4) -.018 .039 -.054 -.457** .650

Pupuk TSP (X5) -.051 .038 -.123 -1.351** .183

Pupuk ZA (X6) -.210 .491 -.050 -.428** .671

Pupuk KCL (X7) -.055 .050 -.101 -1.103** .276

Pupuk Kandang (X8) .015 .056 .032 .269 .789

Pupuk Organik Cair (X9) -.038 .033 -.111 -1.152** .255

Tenaga Kerja (X10) .271 .161 .198 1.687 .098

Pesitisida Cair (X11) .224 .116 .201 1.924 .061

Pestisida Padat (X12) .891 .361 .229 2.468 .017

Dummy Musim (D) -.199 .176 -.095 -1.133* .263

a. Dependent Variable: Hasil Produksi (Y)

Lampiran 3. Anilisis Efisiensi

Uraian

Rata-rata

Harga

Koefisien

Regresi

Var bi

Lahan

2.651,2

214

0,366

0,02

Tenaga kerja

24,4

38793

0,271

0,02

Pestisida cair

0,3

8607

0,224

0,01

Pestisida

padat

0,1

22000

0,891

0,13


(3)

MPPX1

=b

= 0,366.

=0,21

NPM X1

= MPPX1.Py

= 0,21.5529

= 1161,09

=

= 5,42

Var K

=

.var bi

=

. 0,02

= 219,75 . 0.02

=4,39

T hitung

=

=

= -2,11

2. Benih

MPPX2

=b

= 0,422.

=43,11

NPM X2

= MPPX2.Py

= 43,11.5529

= 238355

=


(4)

Var K

=

.var bi

=

. 0,02

= 66,69

T hitung

=

=

= -2,86

3. tenaga kerja

MPPX3

=b

= 0,271.

=17,58

NPM X3

= MPPX1.Py

= 17,58.5529

= 97199,82

=

= 2,50

Var K

=

.var bi

=

. 0,02

= 1,70

T hitung

=

=

= -1,15

4. Pestisida Cair


(5)

NPM X4

= MPPX1.Py

= 1490,54.5529

= 8241202

=

= 957,4

Var K

=

.var bi

=

. 0,01

= 182679,91

T hitung

=

=

= -2,23

5. Pestisida Padat

MPPX5

=b

= 0,891.

= 94071,78

NPM X5

= MPPX5.Py

= 94071,78.5529

= 520122871

=

= 23641,94

Var K

=

.var bi

=

. 0,13


(6)

T hitung

=

=

=-2,47