15
berbeda, mereka cenderung untuk mengembangkan pendapat sendiri tentang tujuan organisasi dan cara pencapaiannya.
3. Komunikasi Internal
Terdapat dua pola komunikasi yang terdapat dalam ruang organisasi, yakni komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Segala bentuk
komunikasi yang terjadi didalam organisasi merupakan pola komunikasi internal. Sedangkan, komunikasi dengan pengunjung, komunikasi
melalui media adalah bentuk komunikasi diluar keorganisasian yang disebut sebagai komunikasi eksternal.
Bentuk-bentuk komunikasi internal disini sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya, yakni downward communication, upward
communication, dan horizontal communication. Robbin dan Judge 2009 menunjukkan beberapa faktor yang
menjadi hambatan dalam komunikasi, yaitu: a.
Filtering, manipulasi informasi untuk terlihat lebih menarik. b.
Selective perception, komunikan menerima pesan sesuai dengan apa yang dibutuhkan, pengalaman, latar belakang, dan
karakteristik personal lainnya. c.
Information overload, jumlah yang melebihi kapasitas individu dalam mengolah data.
d. Emotions, cenderung mengesampingkan rasionalitas dan
proses pemikiran objektiv dan mensubtitusinya dengan pertimbangan emosional.
16
e. Language, usia dan konteks merupakan faktor yang paling
berpengaruh. f.
Silence, ketiadaan informasi. g.
Communication apprehension, rasa khawatir yang muncul pada saat berkomunikasi, individu mengalami ketegangan dan
kegelisahan. h.
Gender differences, pria berkomunikasi untuk menekankan status, sedang wanita untuk menciptakan hubungan.
i. Politically correct communication, dimana kebebasan
komunikasi dihalangi. j.
Personal barriers, hambatan yang muncul pada atribut individual untuk berkomunikasi.
k. Physical barriers, hambatan fisik seperti waktu, tempat, suara,
jarak, dan sebagainya. l.
Semantic barriers, pelafalan kata yang terdengar masih ambigu atau kurang jelas.
McShane dan Glinow 2007 mengemukakan 3 strategi komunikasi yang dapat digunakan:
a. Workspace design, ketersediaan ruang kerja yang lebih luas
dan terbuka maupun sebaliknya sesuai dengan kebutuhan sifat organisasinya.
b. Web-based organizational communication, komunikasi
organisasional beralih pada penggunaan website perusahaan
17
namun memunculkan kecenderungan seseorang untuk bersikap skeptis.
c. Direct communication with Top Management, praktik
komunikasi tatap muka oleh eksekutif untuk belajar memahami organisasi dari orang lain.
4. Kinerja