Masalah Sosial dalam kumpulan cerpen mata yang enak dipandang karya Ahmad Tohari dan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia

MASALAH SOSIAL DALAM KUMPULAN CERPEN
MATA YANG ENAK DIPANDANG KARYA AHMAD TOHARI
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:
Fitri Khoiriani
NIM 1110013000065

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015

ABSTRAK
Fitri Khoiriani, 1110013000065, “Masalah Sosial dalam Kumpulan

Cerpen Mata yang Enak Dipandang Karya Ahmad Tohari dan Implikasinya
Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.” Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dosen Pembimbing: Jamal D. Rahman,
M. Hum.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan masalah sosial dalam Kumpulan
cerpen Mata yang Enak Dipandang dan implikasisnya terhadap pembelajaran
bahasa dan sastra Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriftif kualitatif dengan menggunakan pendekatan disiplin ilmu sastra dan
sosiologi. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, hasil penelitian ini
menunjukan bahwa masalah sosial banyak timbul dikalangan masyarakat
kalangan bawah. Masalah sosial yang timbul adalah masalah kemiskinan,
kejahatan, disorganisasi keluarga, masalah generasi muda dalam masyarakat
modern, masalah pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat yang meliputi
pelacuran dan homoseksualitas. Sedangkan penyebab munculnya masalah sosial
adalah karena faktor ekonomi dan kebudayaan. Analisis kumpulan cerpen Mata
yang Enak Dipandang dapat memenuhi standar kompetensi pada pembelajaran
sastra melalui memahami keterkaitan unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan
sehari-hari. Melalui pembelajaran ini diharapkan akan menimbulkan kepekaan
dalam diri peserta didik terhadap lingkungan di sekitarnya sehingga akan

terbentuk sikap toleran, menghargai, tolong-menolong antarsesama.

Kata kunci: masalah, sosial, cerpen, Mata yang Enak Dipandang, Ahmad Tohari

i

ABSTRACT

Fitri Khoiriani, 1110013000065, "Social Problems in Set of Short Stories
entitle Mata yang Enak Dipandang written by Ahmad Tohari and Its Implication
towards Indonesian Language and Literature Education", Department of
Indonesian Language and Literature Education, Faculty of Tarbiyah and
Teachers‟ Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.
Supervisor: D. Jamal Rahman, M. Hum.
This study aims to describe social problems in the set of short stories
entitle Mata yang Enak Dipandang and its implication towards Indonesian
language and literature learning. The method used in this research is a
qualitative descriptive by using literature and sociology approach. Based on the
analysis which had been conducted by the researcher, the results of this study
indicate that many social problems arise among the people frequently from lower

classes. Those problems are such of poverty, crimes, family disorganization,
juvenile delinquency in modern society, and violation of the norms of the society
which includes prostitution and homosexuality. While factors caused those social
problems are due to the economic and cultural issues. Analysis of the short story
collection can meet the standard of competence in learning literature through
understanding the relevance of the intrinsic elements of a short story with
everyday life. Through this study, it is expected to make sensitivity in self-learners
towards their environment around them so that it will shape a tolerant attitude,
respecting each other, and helping each other.

Keywords: problems, social, short stories, Mata yang Enak Dipandang, Ahmad
Tohari

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulilahi robbil „alamin segala puji bagi Allah atas segala yang ada
di semesta jagad raya dan telah memberi limpahan rahmat dan nikmat-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat serta salam

senantiasa tercurah limpahkan untuk Nabi besar Muhammad Saw, keluarga, para
sahabat, dan umatnya.
Penulis menyusun penelitian ini untuk memenuhi salah satu syarat
mendapatkan gelar sarjana pendidikan program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan. Dalam penulisan
penelitian ini penulis banyak mendapat masukan, bimbingan, saran, dorongan,
dan semangat dari berbagai pihak. Semua itu tak lain untuk menjadikan penulis
menjadi pribadi yang lebih baik dan kaya informasi, sehingga pada kesempatan
ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Prof. Ahmad Tib Raya, M.A dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
2. Dra. Hindun M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah.
3. Dona Aji

Karunia Putra, M.A., selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia.
4. Jamal D. Rahman, M. Hum., selaku Dosen Pembimbing yang dengan

kesabarannya membimbing penulis merampungkan penelitian ini.
5. Dosen-dosen jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah
memberikan ilmunya selama masa perkuliahan.
6. Drs. Cecep dan Nuri Saroh, kedua orang tua yang mempunyai kesabaran
yang sangat luar biasa menunggu penyelesaian skripsi ini, dengan tak lupa
memberikan dukungan yang tiada henti.
7. Fatmawati, Kakak yang selalu memperlihatkan cara untuk terbuka pada
diri sendiri. Serta Adik penulis, Fikri Nur Rohmadina yang selalu
iii

menengahi keributan di rumah dengan penjelasan agamanya, tak lupa Nur
Arifik Mugni Habibi dan Hasbi Mayar Nurkamil yang penulis sayangi.
8. Teman-teman terdekat penulis selama di perkuliahan yang tergabung
dalam PKK (Penggiat Kumpul Kosan), Aulia Herdiana Puspasari, Rizkia
Auliani, Dwina Agustin, Ade Fauziah, Mawaddah, Nurul Inayah, Tazka
Adianti, Yunia Ria Rahayu, Mabruroh, Aisyatul Fitriah dan anggota lain
yang ikut meramaikan.
9. Teman-teman PBSI angkatan 2010, khususnya kelas B yang selalu
memperlihatkan kekompakannya baik dalam kelas maupun di luar kelas
perkuliahan.

10. Dini Pratiwi, Fitriza Romly, Rika Anjani, Sarifatul Hidayah (Ipeh),
Purnama Wulandari, dan khoerunnisa yang tergabung dalam gang “The
Gambreng” serta anak-anak kelas XI IPA 2 MA Negeri 2 yang sampai saat
ini masih sangat kompak.
11. Guru-guru MI Nurul Huda, SMP Negeri 16 Bogor, MAN 2 Bogor yang
telah menuntun penulis sampai pada tahap ini.
Terima kasih pula untuk seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian penelitian ini.
Semoga Allah membalas kalian semua. Penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca untuk menjadikan penelitian ini lebih baik lagi.
Besar harapan penulis agar penelitian ini dapat bermanfaat, baik untuk penulis
pribadi maupun pembaca.
Jakarta,

Penulis

iv

Februari 2015


DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 4
C. Pembatasan Masalah ................................................................................ 4
D. Rumusan Masalah .................................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian ................................................................................... 5
G. Metodelogi Penelitian ............................................................................... 6

BAB II KAJIAN CERPEN, MASALAH SOSIAL DAN SOSIOLOGI
SASTRA .............................................................................................................. 9
A. Hakikat Masalah Sosial ............................................................................. 9
1. Pengertian Masalah Sosial ................................................................. 9
2. Beberapa Masalah Sosial Penting ...................................................... 11

3. Faktor Penyebab Masalah Sosial ....................................................... 15
B. Hakikat Cerpen.......................................................................................... 16
1. Pengertian Cerpen .............................................................................. 16
2. Unsur-unsur Cerpen ........................................................................... 17
C. Sosiologi Sastra ........................................................................................ 26
D. Pembelajaran Sastra ................................................................................. 29

BAB III AHMAD TOHARI DAN KARYANYA ............................................. 33
A. Biografi AhmadTohari .............................................................................. 33
B. Karya-karya Ahmad Tohari ...................................................................... 36

v

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN KUMPULAN CERPEN MATA
YANG ENAK DIPANDANG KARYA AHMAD TOHARI ............................. 40
A. Unsur Intrinsik dalam Kumpulan Cerpen Mata yang Enak Dipandang
Karya Ahmad Tohari ................................................................................ 40
B. Masalah Sosial dalam Kumpulan Cerpen Mata yang Enak Dipandang
KaryaAhmad Tohari ................................................................................. 53
1. Bentuk Masalah Sosial dalam Kumpulan cerpen Mata yang Enak

Dipandang Karya Ahmad Tohari ...................................................... 53
a. Masalah Kemiskinan .................................................................... 53
b. Masalah Kejahatan atau Kriminalitas .......................................... 56
c. Masalah Disorganisasi Keluarga .................................................. 60
d. Masalah Generasi Muda dalam Masyarakat Modern.................... 64
e. Masalah Pelanggaran Terhadap Norma-norma masyarakat ........ 65
2. Penyebab Masalah Sosial dalam Kumpulan Cerpen Mata yang Enak
Dipandang Karya Ahmad Tohari ...................................................... 71
C. Implikasi Kumpulan Cerpen Mata yang Enak Dipandang Terhadap
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia ............................................. 76

BAB V PENUTUP .............................................................................................. 79
A. Simpulan .................................................................................................. 79
B. Saran ......................................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR UJI REFERENSI
RIWAYAT PENULIS


vi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Karya sastra merupakan hasil kreativitas seorang pengarang mengenai ide,
pemikiran atau pendapat tentang suatu hal baik yang ia dengar dari orang lain atau
yang ia lihat dan rasakan sendiri, yang dikemas sedemikian rupa sehingga orang
yang menikmati karya sastra itu dapat memahami maksud si pengarang.
Dalam sebuah karya sastra sering dijumpai peristiwa-peristiwa dan
permasalahan yang diceritakan, karena kelihaian dan kemampuan imajinasi
pengarang, tampak konkret dan seperti benar-benar ada dan terjadi. Apalagi jika
ditopang oleh latar dan para tokoh cerita yang meyakinkan, misalnya sengaja
dikaitkan dengan kebenaran sejarah, cerita itu pun akan lebih meyakinkan
pembaca. Pembaca seolah-olah menemukan sesuatu seperti yang ditemuinya
dalam dunia realitas, maka peristiwa-peristiwa atau berbagai hal yang dikisahkan
dalam cerita itu tidak lagi dirasakan sebagai cerita, sebagai manifestasi peristiwa
imajinatif belaka, melainkan dianggap sebagai sesuatu yang bersifat faktual yang
memang ada dan terjadi di dunia nyata. Oleh sebab itu, tidak salah apabila

dikatakan karya sastra sebagai cerminan masyrakat.
Karya sastra bukan hanya mampu menggambarkan keadaan masyarakat,
namun lebih dari itu sastra bahkan mampu menunjukkan arah dan membentuk
perkembangan masyarakat.1 Karya sastra dapat mengajak orang untuk
merenungkan masalah-masalah yang pelik, menyadarkan pikiran yang jahat dan
keliru, mengajak orang untuk mengasihi manusia lain, dan memberi gambaran
bahwa nasib setiap manusia berbeda-beda, manusia ditakdirkan untuk hidup,
sedangkan hidup bukanlah sesuatu yang gampang tapi penuh perjuangan dan
ancaman-ancaman2.

1

Jakob Sumardjo dan Saini KM, Apresiasi Kesusasteraan. (Jakarta: PT Gramedia,
1986), h. 57
2
Mursal Esten, Kesusastraan: Pengantar Teori dan Sejarah, (Bandung: Angkasa, 1987),
h. 8-9

1

2

Dapat dikatakan bahwa karya sastra tidak lepas dari pengaruh lingkungan
kehidupan di mana sastra itu tumbuh. Ia tercipta dalam rangka merelasikan apa
yang dirasakan serta dialami pengarang di lingkungannya yaitu tempat ia
bersosialisasi.

Oleh sebab itu, sebuah karya sastra mengungkapkan tentang

masalah-masalah manusia, perjuangan, kasih sayang, kebencian, nafsu, dan segala
yang dialami manusia. Selain itu, dengan memanfaatkan acuan peristiwaperistiwa realitas sebagai dasar penceritaannya akan menjadikan sebuah karya
sastra akan menjadi lebih nilai tambah bagi pembaca. Melalui karya sastra,
pengarang ingin menampilkan nilai-nilai yang lebih tinggi dan lebih agung dan
ingin menafsirkan makna hidup dan hakikat hidup.
Banyak bentuk karya sastra yang dapat digunakan oleh seorang pengarang
dalam menuangkan idenya seperti karya sastra berbentuk puisi, drama dan prosa.
Semua bentuk karya sastra itu tentu memiliki jenis-jenis lagi seperti prosa yang
memiliki bentuk lain, diantaranya adalah cerpen. Dengan caranya yang
menyelusup dalam satu cerpen, pengarang bisa menceritakan segala pengalaman
yang dulu diceritakan dalam satu roman besar. Dengan adanya cerpen seorang
pengarang dapat membuat sebuah cerita yang dapat memperlihatkan suatu
keadaan yang tidak menyenangkan untuk dirinya dan masyarakat lain yang ikut
merasakannya dalam waktu yang relatif sebentar, namun bisa langsung mengena
di hati pembaca. salah satu tema yang sering diangkat oleh pengarang adalah
mengenai masalah sosial yang terjadi di masyarakat khususnya masyarakat kelas
bawah.
Pada dasarnya karya sastra menawarkan masalah manusia dan
kemanusiaan, masalah hidup dan kehidupan. Masalah kemanusiaan dalam sebuah
karya sastra tidak dapat dipisahkan dari masalah kemanusian yang tertangkap oleh
pengarang, karena pengarang adalah bagian dari masyarakat. Masalah sosial yang
terdapat dalam sebuah karya sastra merupakan reaksi dan tangggapan pengarang
terhadap berbagai kenyataan sosial yang terjadi di tengah masyarakat.
Masalah sosial yang terjadi di masyarakat saat ini sudah sampai tahap
memperihatinkan, bahkan seolah masyarakat sudah memandang apa yang menjadi
masalah sosial adalah hal yang biasa terjadi atau bahkan mungkin tidak

3

mengetahui apa yang mereka lihat dan rasakan merupakan sebuah masalah.
Sehingga menyebabkan pola pikir masyarakat pun berubah dalam memandang
sebuah peristiwa yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku di negara ini.
Contoh masalah sosial yang terjadi di masyarakat adalah masalah
kemiskinan yang menjadi pangkal munculnya masalah-masalah sosial lainnya
seperti tindak kejahatan, pelacuran atau pelanggaran terhadap norma-norma yang
berlaku di mayarakat. Menurut survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS) pada maret 2014 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 28 juta
jiwa.3 Meski jumlah ini telah menurun dibandingkan dengan survei yang
dilakukan bulan Januari 2014 yaitu mecapai 28,55 juta jiwa4, tetap saja tingkat
kemiskinan di Indonesia masih sangat tinggi.
Salah satu sastrawan yang konsisten mengangkat masalah sosial dalam
karyanya adalah Ahmad Tohari. Ahmad Tohari adalah sastrawan yang namanya
melejit setelah pertengahan 1970. Ahmad Tohari merupakan sastrawan yang
selalu menampilkan karya-karyanya dengan tokoh masyarakat kalangan bawah.
Ada beberapa orang yang menganggap, hasil karya Ahmad Tohari sebagai kritik
sosial yang mengangkat kehidupan kecil.
Emha Najib, Budayawan asal Yogya pernah mengatakan bahwa Ahmad
Tohari lebih pantas disebut sebagai kritikus sosial dari pada sebagai novelis.
Mengenai pendapat itu Ahmad Tohari mengatakan,
“Pendapat itu memang dapat saya maklumi. Karena tema tulisan-tulisan
sastra saya selalu berkisar pada masalah yang dihadapi rakyat kecil di
sekitar lingkungan tanah kelahiran saya. Bahkan dapat saya sebutkan,
cerita yang saya tulis adalah realita yang memang ada di masyarakat
saya... hal itu merupakan perwujudan keprihatinan saya dalam masalahmasalah sosial”5

Ridho Syukro, “BPS: Maret 2014, Jumlah Penduduk Miskin Indonesia Capai 28 Juta”,
http://www.beritasatu.com/nasional/193810-bps-maret-2014-jumlah-penduduk-miskin-indonesiacapai-28-juta.html, diakses 04 April 2015, pukul 11:56
4
Pebrianto Eko Wicaksono, “Jumlah Penduduk Miskin Indonesia Meningkat Jadi 28,55
Juta Jiwa”, http://bisnis.liputan6.com/read/790061/jumlah-penduduk-miskin-indonesia-meningkatjadi-2855-juta-jiwa. 04 April 2015, pukul 11:00
5
Eko Widayatno, “Hidup dalam Sehari „Si Ronggeng‟ Ahmad Tohari”,Harian Umum
Republika, Jakarta, 13 Juni 1993, h. 4
3

4

Mata yang Enak Dipandang adalah salah satu karya dari Ahmad Tohari.
Mata yang Enak Dipandang merupakan kumpulan cerpen yang memuat lima
belas karya Ahmad Tohari yang tersebar di sejumlah media cetak antara tahun
1983 dan 1997. Seperti novel-novelnya, cerita-cerita pendeknya pun memiliki ciri
khas. Ia selalu mengangkat kehidupan orang-orang kecil atau kalangan bawah
dengan segala lika-likunya. 6
Hal yang menjadi alasan peneliti menjadikan kumpulan cerpen Mata yang
Enak Dipandang karya Ahmad Tohari adalah kebanyakan peneliti yang
menganalis karya Ahmad Tohari mengambil objek novel dalam penelitiannya
terutama Ronggeng Dukuh Paruk, dan cukup sedikit yang meneliti cerpencerpennya padahal cerpen-cerpen yang dibuat oleh Ahmad Tohari pun sangat
layak untuk diteliti. Namun, alasan yang paling penting kenapa menggunakan
Mata yang Enak Dipandang adalah kumpulan cerpen ini banyak mengangkat
masalah sosial yang dapat membantu siswa untuk mengetahui apa saja bentuk
masalah sosial yang berada di lingkungan mereka selain itu siswa dapat
membentuk karakter siswa seperti rasa peduli, tanggung jawab, toleransi, serta
bijaksana dalam memandang sebuah peristiwa yang mereka temui di
lingkungannya.
Penelitian ini didasari oleh pandangan bahwa sastra pada dasarnya
merupakan cerminan dari masyarakat. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Sebuah pendekatan multidisipliner
yang mengkaji hubungan antara kondisi kehidupan sosial masyarakat dengan
karya sastra. Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian ini mengambil
judul Masalah Sosial dalam Kumpulan Cerpen Mata yang Enak Dipandang
Karya Ahmad Tohari dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia.

6

Ahmad Tohari, Mata yang Enak Dipandang, (Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama),
sampul halaman belakang.

5

B. Idetentifikasi Masalah
1. Masalah sosial yang terjadi di masyarakat sudah sangat memprihatinkan.
2. Sebagai kumpulan cerpen, Mata yang Enak Dipandang belum banyak
dianalisis
3. Kurangnya pembahasan mengenai masalah sosial yang diimplikasikan
terhadapat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah.

C. Pembatasan Masalah
Banyak hal yang dapat diteliti dalam kumpulan cerpen Mata yang
Enak Dipandang. namun, hal yang paling menonjol dalam kumpulan cerpen
Mata yang Enak Dipandang adalah gambaran masalah sosial. Oleh sebab itu,
penelitian ini dibatasi pada analisis masalah sosial dalam tujuh cerpen yang
terdapat kumpulan cerpen Mata yang Enak Dipandang karya Ahmad Tohari
yang terdiri dari yaitu, (1) “Mata yang Enak Dipandang”, (2) “Bila Jebris Ada
di Rumah Kami”, (3) “Penipu yang Keempat”, (4) “Warung Penajem”, (5)
“Kang Sarpin Minta Dikebiri”, (6) “Rusmi Ingin Pulang”, (7), “Dawir, Turah,
dan Total.” dan bagaimana implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan
sastra Indonesia di sekolah.

D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana masalah sosial yang terdapat dalam kumpulan cerpen Mata
yang Enak Dipandang?
2. Bagaimana implikasi penelitian ini terhadap pembelajaran bahasa
Indonesia?

E. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsiskan masalah sosial dalam kumpulan cerpen Mata yang
Enak Dipandang karya Ahmad Tohari.
2. Mendeskripsikan implikasi penelitian ini terhadap pembelajaran bahasa
dan sastra Indonesia di Sekolah.

6

F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian sebagai sarana kajian peneliti dalam
menerapkan salah satu pendekatan dalam karya sastra dan hasil penlitian ini
dapat bermanfaat bagi perkembangan penerapan ranah ilmu sastra serta studi
tentang sastra dan juga penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi pembaca
sebagai sumber penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian diharapkan dapat mengetahui secara lebih
lengkap tentang Ahmad Tohari dan karya-karyanya, memberikan sedikit
gambaran tentang masalah sosial yang ada di masyarakat dan apa yang
menyebakan munculnya masalah sosial tersebut melalui analisis kumpulan
cerpen Mata yang Enak Dipandang sehingga dapat meningkatkan sikap kritis
mengenai keadaan di masyarakat.

G. Metodelogi Penelitian
1. Pendekatan dan Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif dapat digunakan untuk mengungkapkan dan
memahami sesuatu dibalik fenomena yang belum diketahui. pendekatan ini
dapat juga digunakan untuk mendapatkan wawasan tentang sesuatu yang baru
sedikit diketahui dan dapat memberikan rincian yang kompleks tentang
fenomena yang sulit diungkapkan.
Pendekatan kualitatif adalah pendekatan

yang penting untuk

memahami suatu fenomena sosial dan prespektif individual yang diteliti.
Tujuan pokoknya adalah menggambarkan, mempelajari, dan menjelaskan
fenomena itu. Pemahaman fenomena ini dapat diperoleh dengan cara

7

mendeskripsikan dan mengeskplorasikannya dalam sebuah narasi.7 Sementara
itu, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Penggunaan metode deskriptif bertujuan untuk membuat gambaran, deskripsi,
atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifatsifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
2. Sumber Data
Menurut Nyoman Kutha Ratna, dalam ilmu sastra, sumber data adalah
karya, naskah, data penelitian, sebagai data formal adalah kata, kalimat, dan
wacana.8 Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan dan
data sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah Kumpulan cerpen
Mata yang Enak di Pandang karya Ahmad Tohari yang diterbitkan oleh PT
Gramedia, cetakan pertama dengan tebal 215 halaman. Sedangkan, data
sekuder yaitu berupa data-data dari buku, majalah, esai, jurnal, online dan
dokumen-dokumen lain yang menunjang dalam penelitian ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik
dokumentasi. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang.”9 Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data
dengan cara mempelajari dokumen untuk mendapatkan data atau informasi
yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
Dalam penelitian ini, peneliti menganalis dengan membaca secara
terus menerus terhadap sumber data primer yaitu teks kumpulan cerpen Mata
yang Enak Dipandang karya Ahmad Tohari untuk memperoleh data yang
diperlukan yaitu gambaran masalah sosial. Hasil analis tersebut kemudian
7

Syamsuddin AR, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosada
karya, 2006) h. 73-74
8
Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra ,(Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2007) h. 47
9
. h. 329

8

digunakan sebagai sumber data primer yang akan digunakan dalam
penyusunan hasil penelitian sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin
dicapai.

BAB II
TINJAUAN MASALAH SOSIAL, CERPEN DAN
SOSIOLOGI SASTRA
Pada prinsipnya, penelitian tentang “Masalah Sosial dalam Kumpulan Cerpen
Mata yang Enak Dipandang karya Ahmad Tohari dan Implikasinya pada
Pembelajaran Bahasa dan Sastra” ini memanfaatkan kajian interdisipliner, yaitu
penelitian antardisiplin atau bidang studi sosiologi dan sastra. Oleh karena itu,
perlu diperjelas lebih dalam tinjauan teori yang relevan dengan penelitian yang
akan dilaksanakan, meliputi tinjauan cerpen, tinjauan masalah sosial, tinjauan
sosiologi sastra, serta tinjauan terhadap pembelajaran sastra

A. Hakikat Masalah Sosial
1. Pengertian Masalah Sosial
Dalam setiap usaha manusia dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya
senantiasa tidak lepas dari benturan-benturan antara nilai, norma-norma sosial
dengan

keterbatasan

kemampuan

dan

sumber-sumber

kebutuhan

yang

diperebutkan. Jika nilai-nilai atau unsur-unsur kebudayaan pada suatu waktu
mengalami perubahan, di mana anggota-anggota masyarakat merasa terganggu
atau tidak dapat memenuhi kebutuhan melalui kebudayaan tadi, maka timbul
gejala-gejala sosial yang meresahkan masyarakat yang disebut dengan masalah
sosial.
Banyak para ahli khususnya ahli sosiologi yang telah mencoba untuk
mendefinisikan masalah-masalah sosial, yang pada dasarnya mengarahan
perhatiannya pada kondisi ketidak-seimbangan perilaku, moral, dan nilai-nilai
sosial. Hal ini diartikan sebagai suatu kehidupan masyarakat yang sebelumnya
normal menjadi terganggu, sebagai akibat dari perubahan pada unsur-unsur dan
kepentingan manusia.10

10

Abdulsyani, Sosiologi (Skematika, Teori, dan Penerapannya), (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2012), cet. ke. 4, h. 182

9

10

Masalah sosial berkisar dari suatu keadaan ketidakseimbangan antara
unsur nilai-nilai dan norma-norma sosial dalam masyarakat yang relatif
membahayakan atau menghambat anggota-anggota masyarakat dalam usahanya
mencapai tujuan.11 Kartono mendefinisikan masalah sosial atas dua hal, yaitu: (1)
semua bentuk tingkah laku yang melanggar atau memperkosa adat istiadat (dan
adat istiadat tersebut diperlukan untuk menjamin kesejahteraan hidup bersama),
dan (2) situasi sosial yang dianggap oleh sebagian besar warga masyarakat
mengganggu, tidak dikehendaki, berbahaya, dan merugikan orang banyak. Dua
pernyataan ini memperlihatkan bahwa masalah sosial adalah tingkah laku yang
dianggap tidak cocok, melanggar norma, adat istiadat, dan tidak terintegrasi
dengan tingkah laku umum.12
Menurut Soekanto, masalah sosial menyangkut nilai-nilai sosial dan
moral. Masalah tersebut merupakan persoalan, karena menyangkut tata kelakuan
yang yang immoral, berlawanan hukum, dan bersifat merusak. Sebab itu
masalah-masalah sosial tak akan mungkin ditelaah tanpa mempertimbangkan
ukuran-ukuran masyarakat mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang
dianggap buruk.13
Ukuran-ukuran masalah sosial banyak sekali macamnya tergantung apa
yang sedang dirasakan oleh warga masyarakat yang bersangkutan. Ada yang
mengatakan bahwa bisa disebut masalah sosial , jika ia menyangkut masalah
kejahatan,

perceraian,

kemiskinan,

pelanggaran-pelanggaran

hukum

dan

sebagainya. Namun, demikian ada beberapa ukuran secara umum yang dapat
dipakai sebagai anjungan, yaitu:
1. Terjadinya disorganisasi dalam masyarakat, misalnya keresahan sosial atau
terjadinya pertenangan-pertentangan antara kelompok-kelompok dalam
masyarakat.

11

Ibid., h. 184
Kartini Kartono, Patologi Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), cet. 8 h. 1
13
Soerjano Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 1998),
cet. ke. 25, h. 397
12

11

2. Ketidakmampuan

dalam

berhadapan

dengan

inovasi

atau

mungkin

ketidakmampuan dalam menguasai perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.14

2. Beberapa Masalah Sosial Penting
a. Masalah Kemiskinan
Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan di mana seseorang tidak
sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan
kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun
fisiknya dalam kelompok tersebut. Menurut Emil Salim, kemiskinan
sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang
pokok. Mereka dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila
pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling
pokok, seperti pangan, pakaian, tempat berteduh dan lain-lainnya.15
b. Masalah Kejahatan
Donal R. Gressey berpendapat bahwa kejahatan disebabkan karena
kondisi-kondisi dan proses-proses sosial yang sama, yang menghasilkan
perilaku-perilaku sosial lainnya. Timbulnya kriminalitas atau kejahatan
disebabkan oleh adanya berbagai ketimpangan sosial, yaitu gejala-gejala
kemasyarakatan, seperti; krisis ekonomi, keinginan-keinginan yang tak
tersalurkan, tekanan-tekanan mental, dendam dan sebagainya.
c. Masalah Disorganisasi Keluarga
Disorganisasi keluarga adalah perpecahan keluarga sebagai suatu unit,
karena anggota-anggotanya gagal memenuhi kewajiban-kewajibannya
sesuai dengan peranan sosialnya. Secara sosiologis, bentuk-bentuk
disorganisasi keluarga antara lain:
1) Unit keluarga yang tidak lengkap karena hubungan di luar
perkawinan,

14

Abdulsyani, op. cit, h. 184
Ibid., h. 134-135

15

12

2) Disorganisasi keluarga karena putusnya perkawinan sebab perceraian,
perpisahan meja dan tempat tidur dan seterusnya.
3) Adanya kekurangan dalam keluaraga tersebut, yaitu dalam hal
komunikasi antara anggota-anggotanya. Goede menamakannya
sebagai empty shell family.
4) Krisis keluaraga, oleh karena salah satu yang bertindak sebagai kepala
keluarga di luar kemampuannya sendiri meninggalkan rumah tangga,
mungkin karena meninggal dunia, dihukum atau karena peperangan.
d. Masalah Generasi Muda dalam Masyarakat Modern
Masalah generasi muda pada umunya ditandai dua ciri berlawanan.
Yakni keinginan untuk melawan (misalnya dalam bentuk radikalisme,
delikuensi dan sebagainya) dan sikap yang apatis (misalnya penyesuaian yang
membabibuta terhadap ukuran moral generasi tua). Sikap melawan mungkin
disertai dengan suatu rasa takut bahwa masyarakat akan hancur karena
perbuatan-perbuatan menyimpang. Sedangkan sikap apatis biasanya disertai
dengan rasa kecewa terhadap masyarakat. Generasi muda biasanya
menghadapi masalah sosial dan biologis. Apabila seseorang mencapai usia
remaja, secara fisik dia telah matang, tetapi untuk diakatakan dewasa dalam
arti sosial masih diperlukan faktor-faktor lainnya. Dia perlu belajar banyak
mengenai nilai dan norma-norma masyarakatnya.
e. Masalah Peperangan
Peperangan mungkin merupakan masalah sosial paling sulit
dipecahakan sepanjang sejarah kehidupan manusia. Masalah peperangan
bebeda dengan masalah sosial lainnya karena menyakut beberapa masyarakat
sekaligus, sehingga memerlukan kerja sama intetrnasional yang hingga kini
belum berkembang dengan baik. Perrkembangan teknologi yang pesat
semakin memodernisasikan cara-cara berperang dan menyebabkan pula
kerusakan-kerusakan yang lebih hebat ketimbang masa-masa lampau.
Sosiologi menganggap peperangan sebagai suatu gejala yang
disebabkan oleh pelbagai faktor. Peperangan mengakibatkan diisorganisasi

13

dalam pelbagai aspek kemasyarakatan, baik bagi negara yang ke luar sebagai
pemenang, apalagi bagi negara yang takluk sebagai si kalah. Apalagi
peperangan pada dewasa ini biasanya merupakan perang total, yaitu di mana
tidak hanya angkatan bersenjata yang tersangkut, akan tetapi seluruh lapisan
masyarakat.
f. Pelanggaran Terhadap Norma-norma Masyarakat
1) Pelacuran
Pelacuran

merupakan

masalah

sosial

yang

cukup

besar

pengaruhnya bagi perkembangan moral. Banyak kehawatiran-kehawatiran
yang timbul karena adanya pelacuran ini. Sebab ia tidak hanya membuat
masalah bagi keluaraga dan generasi muda saja, melainkan ia juga sudah
merupakan masalah nasional.
Pelacuran akan menjadi masalah sosial yang besar, jika ia
berkembang menjadi suatu profesi. Ia berkembang menjadi suatu profesi,
jika nilai-nilai moral keterlanjuran itu sudah merasuk ke dalam jiwa bagi
para pelakunya, lebih-lebih tertanam pula suatu tanggapan bahwa
pekerjaan itu adalah mudah dilakukan.
2) Delikuensi Anak-anak
Delikuensi anak-anak yang terkenal di Indonesia adalah masalah
cross boys dan cross girl yang merupakan sebutan bagi anak-anak muda
yang tergabung dalam suatu ikatan/organisasi formal atau semi formal
dan yang mempunyai tingkah laku yang kurang atau tidak disukai oleh
masyarakat pada umumnya. Delikuensi anak meliputi pencurian,
perampokan, pencopetan, penganiayaan, pelanggaran susila, penggunaan
obat-obatan dan mengendarai kendaraan bermotor tanpa mengindahkan
norma-norma lalu lintas.
3) Alkoholisme
Umumnya orang awan berpendapat bahwa alkohol merupakan
stimulun, padahal sesungguhnya alkohol merupakan racun protoplasmik
yang mempunyai efek depresan pada sistem syaraf. Akibatnya seorang

14

pemabuk semakin kurang kemampuannya untuk mengendalikan diri, baik
secara fisik, psikoligis maupun sosial.

4) Homoseksualitas
Homoseksual adalah seseorang yang cendrung mengutamakan
orang yang sejenis kelaminnya sebagai mitra seksual istilah ini digunakan
untuk pria sedangkan wanita yang berbuat demikian disebut lesbian.
Berbeda dengan homoseksual adalah yang disebut transeksual. Mereka
menderita konflik batiniah yang menyangkut identitas diri bertentangan
dengan identitas sosial, sehingga ada kecendrungan untuk mengubah
karakteristik seksualnya.
Dorongan yang kuat untuk menyimpang, anara lain dalam bentuk
homoseksualitas adalah reaksi negatif terhadap kedudukan dan peranan
yang diberikan oleh lingkungan sosial kepada seseorang. Hal ini
disebabkan, karena adanya keyakinan, bahwa moralitas tidak memberikan
kesempatan kepada pribadi untuk membentuk kepribadiannya sendiri atau
setidak-tidaknya ikut berperan membentuk kepribadian itu.
g. Masalah Kependudukan
Pada dasarnya masalah penduduk merupakan suatu sumber yang
sangat penting dalam rangka mensukseskan pembangunan dalam suatu
negara. Sebaliknya ia juga bisa menjadi faktor penghambat bagi
pembangunan itu sendiri, jika pertambahannya tidak terkontrol, disamping
tidak merata. Oleh karena itu perubahan atau pertambahan jumlah
penduduk yang tidak terkontrol merupakan gejala-gejala yang akan
menimbulkan masalah sosial.
h. Masalah Lingkungan Hidup
Dalam lingkungan hidup ini manusia merupakan unsur yang paling
dominan. Manusia memiliki kemampuan untuk bertambah secara
kuantitatif dan berkat akal pikirannya maka manusia juga mampu
meningkatkan diri secara kualitatif. Oleh karena manusia merupakan
faktor dominan maka sasaran telah tertuju pada pengaruh pengaruh timbal

15

balik antara manusia dengan lingkungan dalam berbagai aspeknya
(ekosistem). Lantas kemudian pengaruh timbal balik tersebut dapat
menimbulkan masalah-masalah, baik itu lingkungan fisik, lingkungan
biologis ataupun lingkungan sosial.
i. Birokrasi
Pengertian

birokrasi

menunjuk

pada

suatu

organisasi

yang

dimaksudkan untuk mengarahkan tenaga dengan teratur dan terus menerus
untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Atau dengan kata lain, birokrasi adalah
organisasi yang bersifat hirakis, yang ditetapkan secara rasional untuk
mengkoordinasikan pekerjaan orang-orang untuk kepentingan pelaksanaan
tugas-tugas administratif. Digunakan istilah bureaucratism untuk menunjuk
pada birokrasi yang malahan menghambat roda pemerintahan, yang berarti
bahwa birokrasi tersebut menyimpang dari tujuan.

3. Fakor Penyebab Masalah Sosial
Masalah sosial timbul dari kekurangan kekurangan dalam diri manusia
atau kelompok sosial yang bersumber pada faktor ekonomis, biologis, psikologis,
dan kebudayaan.
a. Faktor Ekonomis
Masalah yang berasal dari faktor ekonomis antara lain kemiskinan,
pengangguran. Kemiskinan adalah suatu keadaan di mana seseorang tidak bisa
menjamin hidupnya sendiri seperti orang lain pada umumnya. Ukuran ini akan
semakin jelas, jika seseorang kurang atau tidak mampu menggunakan tenaga
fisik dan dan mentalnya dalam usaha mencapai taraf hidup yang diinginkan,
seperti taraf hidup orang lain dalam suatu kelompok masyarakat tertentu.
Selanjutnya adalah pengangguran yang memiliki pengertian sebagai suatu
keadaan di mana seseorang tidak mempunyai pekerjaan yang bisa menjamin
hidupnya sendiri.

16

b. Faktor Biologis
Masalah yang bersumber dari faktor biologis ini misalnya, masalahmasalah yang menyangkut kependudukan dan keharusan biologis lainnya.
Kekurangan atau tergoncangnya faktor biologis ini seperti bertambahnya umat
manusia dan keharusan pemenuhan kebutuhan makan, dorongan untuk
mempertahankan dirinya dan terakhir adalah kebutuhan akan lawan jenis.
c. Faktor Psikologis
Masalah sosial bisa timbul oleh karena faktor psikologis, seperti
kebingungan, disorganisasi, penyakit syaraf dan sebagainya. Dikatakan
demikian oleh karena faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan manusia atau
masyarakat tidak mampu untuk berfikir dan bertindak secara wajar. Ketidak
wajaran dalam berfikir dan bertindak ini disebabkan oleh adanya tekanantekanan psikologis.
d. Faktor Kebudayaan
Masalah sosial yang bersumber dari faktor kebudayaan biasanya yang
paling menonjol bagi kehidupan manusia dalam masyarakat, yaitu jika
manusia tidak mampu untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan
kebudayaan. Menurut Soekanto persoalan yang menyangkut perceraian,
kejahatan, kenakalan anak-anak, konflik sosial, dan keagamaan bersumber
dari faktor kebudayaan.16

B. Hakikat Cerpen
1. Pengertian Cerpen
Dalam perkembangan sastra di Indonesia, cerpen merupakan bentuk sastra
yang paling banyak digemari sesudah perang dunia kedua disamping puisi.
Bentuk itu tidak hanya digemari oleh para pengarang yang dengan sependek itu
bisa menulis dan mengutarakan kandungan pikiran yang tiga puluh tahun atau
lebih sebelumnya barangkali mesti dilahirkan dalam bentuk roman. Bentuk
cerpen juga disukai oleh para pembaca yang ingin menikmati hasil sastra dengan
tidak mengorbankan terlalu banyak waktu.
16

Ibid., h. 401

17

Cerpen merupakan kependekan dari cerita pendek. Cerpen adalah bentuk
prosa rekaan pendek. Pendek di sini masih mepersyaratkan adanya keutuhan
cerita, bukan asal sedikit halaman. Karena pendek, permasalahan yang digarap
tidak begitu kompleks. Biasanya menceritakan peristiwa atau kejadian sesaat.
Oleh karena itu, bahasa yang digunakan juga bahasa yang sederhana. 17 Pendapat
ini sejalan dengan Jakob Sumardjo dan Saini yang mendefiniskan cerpen sebagai
cerita atau narasi yang fiktif atau sesuatu yang tidak benar-benar terjadi tapi dapat
terjadi di mana saja dan kapan saja serta relatif lebih pendek.18
Satyagraha Hoerif dalam Anatomi Sastra menjelaskan “cerita pendek
adalah karakter yang “dijabarkan” lewat rentetan kejadian daripada kejadiankejadian itu sendiri satu persatu. Apa yang “terjadi” didalamnya lazim merupakan
suatu pengalaman atau penjelajahan. Dan reaksi mental itulah yang pada
hakikatnya disebut cerpen.”19
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa cerpen
merupakan cerita yang pendek yang memiliki batasan panjangnya cerita dan
masalah dalam cerita yang disajikan. Hal ini karena cerita pendek atau cerpen
hanya fokus pada satu kejadian.

2. Unsur-unsur Cerpen
Cerpen sebagai salah satu karya rekaan (fiksi), merupakan satu kesatuan
yang terdiri dari berbagai unsur. Unsur-unsur itu saling berkaitan, tidak
terpisahkan satu sama lain, dan secara bersama-sama membentuk cerita. Unsurunsur yang membentuk cerpen terdiri dari unsur ekstrinsik dan unsur intrinsik.
Unsur ekstrinsik adalah segala macam unsur yang berada di luar suatu
karya sastra yang ikut mempengaruhi kehadiran karya sastra tersebut, misalnya
faktor sosial ekonomi, faktor kebudayaan, faktor sosio-politik, keagamaan dan
17

Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta:Grasindo, 2008), h. 141-142
Jakob Sumardjo dan Saini K.M, Apresiasi Kesusastraan,(Jakarta:Gramedia, 1986), h.

18

37
19

Prof. M. Atar Semi, Anatomi Sastra, (Padang:Angkasa Raya, 1993),h. 34

18

tata nilai yang dianut masyarakat. “unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang
berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi
bangunan atau sistem organisme karya sastra.”20 Sedangkan unsur-unsur yang
membentuk karya sastra tersebut antara lain tema, tokoh dan penokohan atau
perwatakan, alur, setting, gaya bahasa dan sudut pandang. Umumnya kita
menggunakan istilah ini dengan nama unsur intrinsik.
a. Tema
Terkadang orang masih sering kali menyamakan pengertian tema
dengan topik padahal kedua istilah tersebut memiliki pengertian yang tidak
sama. Kata topik berasal dari bahasa Yunani yaitu topoi yang berarti tempat,
dalam suatu tulisan topik berarti pokok pembicaraan. Sedangkan tema
merupakan tulisan atau karya fiksi.
Tema memberikan kekuatan dan menegaskan kebersatuan kejadiankejadian yang sedang diceritakan sekaligus mengisahkan kehidupan
dalam konteksnya yang paling umum. Apapun nilai yang terkandung di
dalamnya, keberadaan tema diperlukan karena menjadi salah satu
bagian penting yang terpisahkan dengan kenyataan cerita. Tema
bukanlah sesuatu yang diungkapkan pengarang secara langsung melalui
fakta-fakta seperti “moralitas” pada fabel aesop.21
Picket menyebutkan wujud tema dalam sastra, berpangkal kepada alasan
tindak (motif tokoh). Sedangkan Robert Stanton menyebutkan “Theme” as the
meaning of a story which specially accounts of the largest number of its
elements in the simples way. M. Atar Semi menjelaskan lebih lanjut bahwa tema
tidak lain dari suatu gagasan sentral yang menjadi dasar tersebut. Unsur gagasan
tersebut adalah topik atau pokok pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai
oleh pengaranngnya. Jadi, dalam pengertian tema tercangkup persoalan dan
tujuan atau amanat pengarang kepada pembacanya. 22

20

Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadja Mada Uniersity
Press, 2005),cet. Ke. 5, h. 23
21
Ibid., h. 7-8
22
Ibid., h.42-43

19

Tema merupakan gagasan, ide, pikiran utama, atau pokok pembicaraan
di dalam karya sastra yang dapat dirumuskan dalam kalimat pertanyaan.23
Sedangkan menurut Aminuddin dalam Pengantar Teori Sastra tema adalah ide
yang mendasari suatu cerita. Tema berperanan sebagai pangkal tongkat
pengarang dalam memaparkan karya rekaan yang diciptakannya. Tema
merupakan kaitan hubungan antara makna dengan tujuan pemaparan prosa
rekaan pengarangnya.24
Berdasarkan pendapat di atas tema adalah ide atau gagasan dasar sebuah cerita
yang didalamnya terdapat persoalan dan tujuan dari pengarang dalam membuat
karya sastra (cerpen) tersebut kepada pembacanya.

b. Tokoh dan Penokohan
Masalah tokoh dan penokohan merupakan salah hal yang kehadirannya
dalam sebuah fiksi amat penting dan bahkan menentukan, karena tidak akan
mungkin ada suatu karya fiksi tanpa adanya tokoh yang bergerak yang akhirnya
membentuk alur cerita.
Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan
sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita, sedangkan cara sastrawan
menampilkan tokoh disebut penokohan25 Tokoh adalah individu rekaan yang
mengalami peristiwa dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Di samping tokoh
utama, ada jenis tokoh lain yang terpenting adalah tokoh lawan, yakni tokoh
yang diciptakan untuk mengimbangi tokoh utama.26
Tokoh cerita biasanya mengemban suatu perwatakan tertentu yang
diberi bentuk dan isi oleh pengarang. Perwatakan (karakterisasi) dapat diperoleh
dengan memberi gambaran mengenai tindak tanduk, ucapan atau sejalan
tidaknya antara apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan. Perilaku para

23

Abdul Rozak Zaidaan, dkk., Kamus Istilah Sastra, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h.204
Siswanto, op. cit.,h.161
25
Ibid., h. 142
26
Melani Budianta, dkk., Membaca Sastra, (Magelang: Indonesia Tera, 2003), h.86
24

20

tokoh dapat diukur melalui tindak-tanduk, ucapan, atau sejalan tidaknya antara
apa yang dilakukan dengan apa yang dilakukan. 27
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa tokoh dan penokohan merupakan unsur yang sangat penting dalam karya
fiksi karena tugasnya adalah sebagai pelaku yang mengalami peristiwa yang
dibuat oleh pengarang dalam karyanyanya.

c. Alur/ Plot
Alur/plot

bisa

dikatakan

unsur

intrinsik

terpenting

tanpa

menyampingkan unsur-unsur lain karena, alur atau plot merupakan jalan cerita
sebuah karya sastra yang akan menentukan apakah pembaca mengerti atau
tidak, tertarik atau tidak apa yang ingin disampaikan oleh seorang pengarang
dalam karya sastranya.
Alur merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita.
Istilah alur biasanya terbatas pada peristiwa-peristiwa yang terhubung
secara kausal saja. Peristiwa kausal merupakan peristiwa yang
menyebabkan atau menjadi dampak dari berbagai peristiwa yang
menyebabkan atau menjadi dampak dari berbagai peristiwa lain dan
tidak dapat diabaikan karena akan berpengaruh pada keseluruhan
karya.28
Alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang
disusun sebagai sebuah interrelasi fungsional yang sekaligus menandakan
urutan-urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi. Alur merupakan suatu
jalur lewatnya rentetan peristiwa yang merupakan rangkaian pola tindak tanduk
yang berusaha memecahkan konflik yang terdapat di dalamnya. 29
Alur merupakan kerangka dasar yang sangat penting. Alur mengatur
bagaimana tindakan-tindakan harus bertalian satu sama lain, bagaimana satu
peristiwa mempunyai hubungan dengan peristiwa lain, bagaimana tokoh
digambarkan dan berperan dalam peristiwa itu semua yang terikat dalam suatu
kesatuan waktu selain itu kejadian atau peristwa dipengaruhi oleh banyak hal,
27

Semi, op. cit.,h. 37
Robert Stanton, Teori Fiksi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2007),h.26
29
Semi,op. cit., h. 43

28

21

antara lain adalah karakter tokoh, pikiran atau suasana hati sang tokoh, latar
(setting), dan suasana lingkungan.
Burhan Nurgiyantoro membagi jenis alur/plot berdasarkan kriteria
urutan waktu, yakni 1) plot lurus, maju (progresif) yakni jika peristiwaperistiwa yang dikisahkan bersifat kronologis dimulai dari tahap awal
(penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik), tengah (konflik meningkat,
klimaks) dan akhir (penyelesaian). 2) plot sorot balik, flas back yakni urutan
kejadian yang dikisahkan tidak bersifat kronologis. Cerita tidak dimulai dari
tahap awal (yang benar-benar merupakan awal cerita secara logika), melainkan
mungkin dari tahap tengah atau bahkan tahap akhir baru kemudian tahap awal
dikisahkan. 3) plot campuran tidak ada sebuah karya sastra secara mutlak
berplot lurus atau sebaliknya sorot balik. Secara garis besar plot sebuah karya
sastra mungkin progresif, tetapi didalamnya, betapapun kadar kejadiannya,
sering terdapat adegan sorot balik. Begitu pun sebaliknya tidak, dapat
diakatakan tidak mungkin ada sebuah cerita yang mutlak flasback artinya
pengarang juga menggunakan plot campuran dalam membuat sebuah cerita.30

d. Latar
Latar cerita berguna bagi sastrawan dan pembacanya. Bagi sastrawan,
latar cerita dapat dikembangkan untuk mengembangkan cerita. Latar cerita
juga digunakakan sebagai penjelas tentang tempat, waktu dan suasana yang
dialami tokoh.
Latar cerita adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi. Termasuk
kedalam latar ini adalah, tempat atau ruang yang diamati, seperti kampus, di
kafetaria, di penjara. Selain waktu yang masuk ke dalam latar adalah waktu,
hari, tahun, musim, atau periode sejarah, misalnya di zaman perang
kemerdekaan di saat upacara sekaten, dan sebagainya. 31
Robert dalam Teori Fiksi menjelaskan bahwa latar juga dapat
berwujud waktu-waktu tertentu (hari, bulan dan tahun), cuaca, atau satu
30
31

Burhan Nurgiyantoro, op. cit., h. 213-214
Ibid., h. 46

22

periode sejarah. Meski tidak langsung merangkum sang karakter utama, latar
dapat merangkum orang-orang yang menjadi dekor dalam cerita dalam
berbagai cerita dapat dilihat bahwa latar memiliki daya untuk memunculkan
tone dan mood emosional yang melingkupi sang karakter.32
Burhan Nurgiyantoro membagi latar menjadi tiga unsur yakni unsur
tempat, waktu dan sosial. Latar tempat menyaran pada lokasi terjadi peristiwa
yang dieritakan dalam sebuah karya fiksi sedangkan latar waktu berhubungan
dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan
dalam sebuah karya fiksi dan yang terakhir adalah latar sosial yang menyaran
pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat
di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi ia dapat berupa kebiasaan
hidup, adat dan tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan
bersikap dan lain-lain yang tergolong latar spiritual seperti dikemukakan
sebelumnya.33
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli diatas penulis dapat
menyimpulkan bahwa latar merupakan keterangan mengenai tempat, waktu
dan sosial yang digambarkan seorang pengarang dalam karya sastranya.

e. Sudut Pandang
Sudut pandang dianggap menjadi salah satu unsur yang penting dan
menentukan dalam sebuah karya sastra terlebih setelah seorang novelis dan
esai yaitu Henry James menuliskan esai tentang sudut pandang. Sudut
pandang atau titik pandang dalah tempat sastrawan memandang ceritanya.
Dari tempat itulah sastrawan bercerita tentang tokoh, peristiwa, tempat, waktu
dengan gayanya sendiri.34
Atar Semi menjelaskan sudut pandang atau pusat pengisahan adalah
posisi dan penempatan diri pengarang dalam ceritanya, atau dari mana ia
melihat peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam ceritanya itu. Dari titik
32

Stanton, op. cit., h. 35
Burhan Nurgiyantoro, op. cit., h. 227-233
34
Siswanto, op.cit.,h. 65

33

23

pandang pengarang ini pulalah pembaca
memahami temanya.

mengikuti jalannya cerita dan

35

Sudut pandang secara garis besar dibedakan menjadi dua macam yaitu
sudut pandang persona pertama dan sudut pandang persona ketiga. Dalam
pengisahan cerita yang mempergunakan sud