Penjelasan Istilah PEMBIASAAN NILAI- NILAI RELIGIUS TERHADAP PEMBINAAN CIVIC CULTURE SISWA DI SMP NEGERI 44 BANDUNG: Studi Deskriptif di SMP Negeri 44 Bandung.

Dwi Laras, 2015 PEMBIASAAN NILAI- NILAI RELIGIUS TERHADAP PEMBINAAN CIVIC CULTURE SISWA DI SMP NEGERI 44 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Segi Isu Secara isu penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana penerapan nilai-nilai religius terhadap pembinaan civic culture siswa di SMP Negeri 44 Bandung.

E. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari kekeliruan dalam mengartikan istilah-istilah yang peneliti gunakan dalam penelitian ini, maka peneliti membatasi pengertian dari setiap istilah tersebut sebagai berikut: 1. Pengertian Pembiasaan Pembiasaan merupakan proses pembentukan sikap dan perilaku yang relative menetap dan bersifat otomatis melalui proses pembelajaran yang berulang- ulang. Model pembiasaan yang diterapkan diberbagai sekolah mempunyai tujuan yang hendak dicapai dalam pembentukan karakter watak siswa, sebagaimana yang dijelaskan oleh Budimansyah 2010, hlm. 63: Habituasi adalah proses penciptaan aneka situasi dan kondisi persistentlife situation yang berisi aneka penguatan reinforcement yang memungkinkan peserta didik pada satuan pendidikannya, dirumahnya, di lingkungan masyarakatnya membiasakan diri berprilaku sesuai dengan nilai dan menjadikan perangkat nilai yang telah diiternalisasi dan dipersonalisasi melalui proses olah hati, olah pikir, olah raga dan olah rasa dan karsa itu sebagai karakter atau watak. Sedangkan Naping dalam Dahliyana, 2009, hlm. 30 menjelaskan bahwa Pembiasaan dapat dipahami sebagai pembudayaan internalization dan pelembagaan institualization. Makna pertama merujuk pada upaya penanaman suatu nilai, sikap, perasaan, pandangan dan pengetahuan yang tumbuh dan berkembang dalam suatu masyarakat kepada individu- individu anggota kebudayaan bersangkutan. Sedangkan makna kedua menekankan pada aspek nilai, norma dan perilaku yang disepakati secara bersama oleh individu dalam kontek sosial, mengendalikan dan mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan yang bersifat spesifik. Dwi Laras, 2015 PEMBIASAAN NILAI- NILAI RELIGIUS TERHADAP PEMBINAAN CIVIC CULTURE SISWA DI SMP NEGERI 44 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Penjelasan diatas memberikan kesimpulan bahwa pembiasaan atau habituasi bertujuan untuk menumbuh kembangkan karakter atau watak seseorang agar dapat berprilaku sesuai dengan yang ingin dicapai. Bourdy dalam Dahliyana, 2009, hlm. 32 menyebutkan bahwa Habituasi adalah struktur struktur kognitif yang memperantai individu dan realita sosial. Habitus merupakan subjektif yang terbentuk dari pengalaman individu berhubungan dengan individu lain dalam jaringan struktur objektif yang ada dalam ruang sosial. Secara muda habitus diindikasikan oleh skema- skema yang merupakan perwakilan konseptual dari benda- benda dalam realita sosial. Skema itu diungkapkan dalam wujud istilah penanaman. Skema itu berhubungan sedemikian rupa membentuk struktur kognitif yang memberi kerangka tindakan kepada individu dalam kehidupan kesehariannya bersama orang lain. Habitus merupakan hasil pembelajaran lewat pengalaman, aktivitas bermain, dan juga pendidikan masyarakat dalam arti luas. Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah dalam Dahliyana, 2009, h lm. 32 menyebutkan bahwa “Habituasi sebagai pembiasaan yang artinya merupakan proses pembentukan sikap dan perilaku yang relatif menetap dan bersifat otomatis melalui pembelajaran yang berulang- ulang”. 2. Pengertian Civic Culture Civic culture merupakan budaya yang ada di masyarakat dan harus dikembangkan terus oleh masyarakat karena civic culture merupakan budaya yang mampu membentuk identitas pribadi masyarakat. Identitas pribadi masyarakat yang bersumber dari civic culture tersebut dikembangkan melalui pendidikan kewarganegaraan dalam berbagai bentuk dan latar. Elemen civic cultur yang paling central dan perlu dikembangkan adalah civic virtue. Berkenaan dengan civic virtue menurut Quigley, dkk dalam Budimansyah dan Winataputra, 2012, hlm. 2 34 adalah “kemauan dari warganegara untuk menempatkan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi”. Sedangkan menurut Kalidjernih 2010, hlm. 21 “civic virtue adalah istilah dalam pendidikan kewarganegaraan yang merujuk kepada watak atau karakter Dwi Laras, 2015 PEMBIASAAN NILAI- NILAI RELIGIUS TERHADAP PEMBINAAN CIVIC CULTURE SISWA DI SMP NEGERI 44 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dan komitmen yang diperlukan untuk memelihara dan memajukan kewarganegaraan dan pemerintahan yang demokratis”. Civic virtue sebagai bagian dari civic culture yang tidak dapat dilepaskan atau dipisahkan. Seperti halnya dengan civic disposition dan civic commitments. Yang memiliki arti menurut Quigley, dkk dalam Budimansyah dan Winataputra, 2012, hlm. 235 mengungkapkan bahwa: Secara konseptual civic dispositions meliputi sejumlah karakteristik kepribadian, yakni civility atau keadaban hormat pada orang lain dan partisipasi dalam kehidupan masyarakat, individual responsibility atau tanggung jawab individual, self- discipline atau disiplin diri, civic mindedness atau kepekaan terhadap masalah kewargaan, open- mindedness terbuka, skeptic, mengenal ambiguitas, compromise prinsip konflik dan batas- batas kompromi, toleration of diversity atau toleransi atas keberagaman, patience dan persistence atau kesabaran dan ketaatan, compassion atau keterharuan, generosity atau kemurahan hati, and loyality to the nation and its principle atau kesetiaan pada bangsa dan segala aturan. Budimansyah dan Suryadi 2008,hlm. 186 mengungkapkan pengertian budaya kewarganegaraan civic culture sebagai berikut Civic culture adalah sikap dan tindakan yang terlembagakan yang dibangun atas dasar nilai- nilai yang menekankan pentingnya hak partisipasi warga Negara untuk mengambil keputusan- keputusan yang berkaitan dengan berbagai aspek kepentingan publik. 3. Pengertian Religius Religius berasal dari kata Religi yang memiliki arti bersifat keagamaan dan ia sangat terkesan atas kehidupan. Dari definisi diatas dapat dikatakan bahwa religius merupakan salah satu karakter yang dimiliki manusia dimana religious itu merupakan sikap patuh manusia terhadap penciptanya yaitu Allah SWT. Seseorang yang senantiasa tunduk dan patuh atas ajaran dan perintah Allah melalui Rasulullah saw, Al- Qur’an dan hadist merupakan salah satu ciri seseorang yang berkarakter religius. Dwi Laras, 2015 PEMBIASAAN NILAI- NILAI RELIGIUS TERHADAP PEMBINAAN CIVIC CULTURE SISWA DI SMP NEGERI 44 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Berkaitan dengan hal tersebut bahwa dalam pembelajaran dipersekolahan sangat pentingnya penanaman sifat atau karakter religius yang diberikan pada siswa- siswa agar siswa- siswa tersebut dalam menjalankan kehidupannya sesuai dengan apa yang diyakininya. Tidak hanya mementingkan kehidupan duniawi semata namun akhirat pula. Karakter religius ini sangat dibutuhkan oleh siswa dalam menghadapi perubahan zaman dan perubahan moral yang kekinian semakin buruk. Dalam hal ini siswa diharapkan mampu memiliki dan berprilaku dengan ukuran baik dan buruk yang di dasarkan pada ketentuan dan ketetapan agama khususnya agama Islam. Pembentukan karakter religius ini tentu dapat dilakukan jika seluruh komponen masyarakat danstake holders pendidikan dapat berpartisipasi dan berperan serta, termasuk orang tua dari siswa itu sendiri. 4. Program Kegiatan di SMP Negeri 44 Bandung Program pembiasaan merupakan salah satu program yang diadakan di SMP Negeri 44 Bandung sejak tahun 2005. Program ini merupakan program yang sengaja dibuat dan diterapkan dilingkungan sekolah tersebut karena melihat situasi sekolah yang dirasa kurang memiliki nilai- nilai agamis pada siswa- siswanya.Terbukti dengan banyaknya kasus yang melibatkan siswa- siswa sekolah tersebut, diawali permasalahan kecil dengan melanggar peraturan- peraturan yang sekolah buat hingga terdengar kabar adanya bom meletop disekolah tersebut. Terjadinya perkelahian antar pelajar, tawuran dan kenakalan remaja lainnya yang membuat pihak sekolah berpikir bagaimana caranya untuk membina moral dan karate siswa untuk menjadi individu yang baik, positif dan berakhlak mulia. Untuk menanggulangi permasalahan tersebut, guru- guru dan kepala sekolah khususnya memutuskan untuk membuat dan menerapkan program pembiasaan diantaranya pembacaan asmaul husna dan sholawat, sholat dhuha, sholat dzuhur dan hafalan 4 Ayat 4 Surat, dimana kegiatan ini dibentuk dan diterapkan kepada siswa- Dwi Laras, 2015 PEMBIASAAN NILAI- NILAI RELIGIUS TERHADAP PEMBINAAN CIVIC CULTURE SISWA DI SMP NEGERI 44 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu siswa semata- mata untuk meningkatkan ketaqwaan dan membentuk serta membina karakter baik terhadap dirinya dan Allah SWT, terhadap keluarga dan lingkungannya. Adapun program yang dilakukan setiap hari yaitu pembacaan Asmaul Husna saat sebelum proses pembelajaran dimulai dengan membaca dan memperdalam asma- asma Allah dan sholawat, kemudian melaksanakan shalat Dhuha setelah pembacaan Asmaul Husna, dilanjut dengan hafalan 4 ayat 4 surat yang dilakukan sebelum sholat Dzuhur, dan setelahnya menjalankan shalat Dzuhur berjamaah. Banyaknya kegiatan berjumlah empat pembacaan Asmaul Husna dan sholawat, shalat Dhuha, hafalan surat dan shalat dzuhur berjamaah, hafalan surat yang dibaca berjumlah empat, yaitu surah Yasin, Ar- Rahman Al- Waqiah dan Al- Mulk. Dan jumlah ayat yang dihafal per hari berjumlah empat. Adapun harapan dari dibentuknya program tersebut ialah semata- mata untuk meningkatkan karakter siswa agar terhindar dari perilaku- perilaku menyimpang yang saat ini kebanyakan dialami oleh remaja- remaja SMP dan SMA.

F. Sistematika Penulisan