Identifikasi Masalah Maksud dan Tujuan Landasan Teori Simpulan

Universitas Kristen Maranatha 3 yang dapat dicegah. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit KKPRS mendorong RS-RS di Indonesia untuk menerapkan Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit, atau 9 Solusi, langsung atau bertahap, sesuai dengan kemampuan dan kondisi RS masing-masing. Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia, 2007 Inisiatif keselamatan pasien yang ditujukan untuk menciptakan budaya ruang perawatan yang aman semakin sering diperbincangkan. Saat ini banyak rumah sakit yang sudah mulai menerapkan program keselamatan pasien, selain untuk mengurangi angka kematian karena KTD, rumah sakit juga menerapkan program keselamatan pasien untuk meningkatkan kualitas guna mencapai akreditasi. Rumah Sakit Immanuel Bandung merupakan salah satu rumah sakit pendidikan swasta di Jawa Barat yang telah menerapkan program patient safety. Instalasi perawatan intensif adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri, dengan staf yang khusus dan pelengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit akut, cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan prognosis dubia yang diharapkan masih reversibel, selain itu biaya yang dikeluarkan untuk perawatan di instalasi perawatan intensif lebih besar dibanding dengan ruangan lainnya. Dengan adanya masalah ini peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang menggambarkan tentang keselamatan pasien dengan judul “Tinjauan Patient safety Pada Tata Laksana Di Instalasi Perawatan Intensif Rumah Sakit Immanuel Bandung Tahun 2014 ”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, identifikasi masalah penelitian ini adalah apakah Rumah Sakit Immanuel Bandung khususnya bagian instalasi perawatan intensif telah menerapkan “Nine Patient safety Solution” dan apa saja kendala- Universitas Kristen Maranatha 4 kendala, manfaat dan harapan dari pelaksana an program “Nine Patient safety Solution ”.

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud penelitian adalah meninjau jalannya program “Nine Patient safety Solution ” khususnya di bagian Instalasi Perawatan Intensif Rumah Sakit Immanuel Bandung. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kendala-kendala, manfaat dan harapan dari pelaksanaan program “Nine Patient safety Solution” di bagian Instalasi Perawatan Intensif di Rumah Sakit Immanuel Bandung Tahun 2014.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat akademis

Memperluas wawasan mengenai penerapan program “Nine Patient safety Solution ” di rumah sakit Bandung khususnya bagian Instalasi Perawatan Intensif Rumah Sakit Immanuel dan dapat digunakan oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha sebagai referensi karya tulis ilmiah selanjutnya.

1.4.2 Manfaat praktis

Menambah pengetahuan dan informasi tentang “Nine Patient safety Solution” sehingga diharapkan dapat tercapainya pelayanan medis prima di rumah sakit yang jauh dari medical error dan memberikan keselamatan bagi pasien. Universitas Kristen Maranatha 5

1.5 Landasan Teori

Keselamatan pasien patient safety rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi assesment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risisko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan. Tujuannya agar terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatnya akutanbilitas rumah sakit terhadap sistem dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan KTD di rumah sakit, dan terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan. Departemen Kesehatan R.I, 2006 90 Universitas Kristen Maranatha

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari hasil penelitian tiap variabel dapat disimpulkan 1. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip Dalam penatalaksanaannya di Instalasi Perawatan Intensif RS Immanuel Bandung untuk pelaksanaan perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip, 100 responden sudah melaksanakannya dengan baik terlihat dari jawaban semua responden mengetahui cara penanggulanganya yaitu dengan menggunakan labe LASA. Kendala yang dihadapi adalah banyak obat yang nama dan bentuknya mirip serta satu obat dengan sediaan yang beragam dosis dan bentuk sediaan obat berbeda, 1 responden mengatakan lupa ketika diminta untuk menyebutkan contoh obat LASA, dan ada pembagian- pembagian obat di dalam kotak-kotak obat siapa saja dapat salah simpan sehingga tidak sesuai dengan tempat yang seharusnya. Harapannya selalu lihat memastikan sebelum memberikan ke pasien dan dibaca berulang-ulang, Obat diberi label dan dilihat baik-baik sebelum diberikan kepada pasien untuk menghindari kesalahan pemberian obat, dan Komunikasi dengan jelas, singkat, padat, dan tidak bertele-tele. 2. Identifikasi pasien Dalam penatalaksanaannya di Instalasi Perawatan Intensif RS Immanuel Bandung untuk pelaksanaan identifikasi pasien, 100 responden sudah melaksanakannya dengan baik terlihat dari jawaban semua responden mengatakan dengan melihat gelang peneng sebagai identitas pasien yang dipasang ditangan kanan, pink untuk perempuan, biru untuk laki-laki, terdapat identitas berupa nama, jenis kelamin, usia dan jika pasien sadar ditanyakan langsung lalu dicocockan dengan peneng, status, lalu cek dimonitor komputer untuk memvalidasi. Kendala yang dihadapi adalah untuk mengetahui alamat 91 Universitas Kristen Maranatha terdapat di status, tidak terdapat di peneng. Harapannya sebelum melakukan tindakan sebaiknya lihat dulu peneng atau identitas pasien. 3. Komunikasi secara benar saat serah terima pasien Dalam penatalaksanaannya di Instalasi Perawatan Intensif RS Immanuel Bandung untuk berkomunikasi secara benar saat serah terima pasien antara petugas ruangan, 100 responden sudah melaksanakannya dengan baik terlihat dari semua responden menjawab bahwa terdapat formulir khusus untuk serah terima, lalu perawat yang mengoperkan dan menerima pasien tanda tangan untuk validasi, terdapat sitem ronde, saat operan untuk keliling ke pasien dan harus memperkenalkan diri, dan mengetahui diagnosis dari pasien dan indikasi masuk ke perawatan intensif. Kendala yang dihadapi adalah dokter tidak menerima pasien langsung, melainkan perawat Harapannya untuk selalu mengikuti urutuan di lembar operan, jangan sampai ada yang terlewat dan jika terdapat instruksi dari dokter, harus di cocokan terlebih dahulu dengan lembar observasi, setelah semua cocok baru dapat memindahkan pasien. 4. Kendalikan cairan elektrolit pekat Dalam penatalaksanaannya di Instalasi Perawatan Intensif RS Immanuel Bandung untuk pengendalian cairan elektrolit pekat, 100 responden sudah melaksanakannya dengan baik terlihat dari jawaban semua responden mengatakan bahwa cairan dengan osmolaritas tinggi dan pekat harus menggunakan MLC PICC CVC , dapat diencerkan atau dioplos dan di drip pemberiannya, menggunakan infuse pump, obat-obatan dengan osmolaritas tinggi di simpan di tempat khusus dan penggunaan penempelan label untuk cairan yang pekat. Kendala yang dihadapi adalah apabila menggunakan perifer dapat merusak vena dan mudah menimbulkan phlebitis. Harapannya dibiasakan untuk pemasangan langsung masuk ke pembuluh darah vena yang besar dan harus mengetahui osmolaritasnya tinggi atau rendah. 5. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan 92 Universitas Kristen Maranatha Dalam penatalaksanaannya di Instalasi Perawatan Intensif RS Immanuel Bandung untuk memastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanaan, 100 responden sudah melaksanakannya dengan baik terlihat dari semua jawaban responden mengatakan terdapat surat pindah yang jelas, terdapat form untuk pemberian obat yang diberikan ke pasien baik itu saat dirumah maupun saat diruangan, dan ICU memiliki sistem tersendiri khusus pasien masuk ICU wajib DPJPnya oleh DPJP anestesi yang jaga saat itu, jadi untuk terapi domain dokter anestesi. Harapannya untuk memastikan akurasinya dibuat surat pindah dan lihat order dokternya pada scedule pemberian obat, pemberiannya harus sesuaikan scedule tersebut. 6. Hindari salah kateter dan salah sambung selang Dalam penatalaksanaannya di Instalasi Perawatan Intensif RS Immanuel Bandung untuk menghindari salah kateter dan salah sambung selang, 100 responden sudah melaksanakannya dengan baik terlihat dari semua responden mengatakan pemasangan selang drainage lebih dari dari satu selalu dibuatkan nama tanda dan nomor , pemasangan kateter selalu dipastikan terlebih dahulu ukurannya, dan penyimpanan urine bag harus digantung tidak boleh tergeletak di lantai. Harapannya harus teliti saat pemasangan, pemasangan kateter maupun selang harusnya bersadarkan prosedur, dan penggunaan nama dan tanda agar tidak salah atau tertukar saat memasang atau membuka slang atau kateter. 7. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar. Dalam penatalaksanaannya di Instalasi Perawatan Intensif RS Immanuel Bandung istilah memastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar jarang digunakan meskipun pada praktiknya setiap melakukan tindakan selalu menggunakan prinsip tersebut. Terlihat dari 45 responden mengatakan tidak mengenal istilah tersebut sedangkan 65 responden mengatakan menggunakan sistem marker menggunakan spidol untuk daerah yang akan diberi tindakan misalnya untuk pungsi pleura WSD , yang sebelumnya sudah dicek dulu lokasinya oleh dokter, memastikan vena saat pemasangan MLC PICC CVC, dan ketepatan pasien operasi 2 sisi, ketepatan atau kepatuhan 93 Universitas Kristen Maranatha dokter untuk memvalidasi bahwa operasi itu 2 sisi, sepertinya akan menjadi indikator mutu kamar bedah. Kendala yang dihadapi adalah di ICU jarang menggunakan istilah memastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar, karena dulu menandakan tanda operasi dikamar bedah sehingga diruangan tidak akan begitu mengenal. Harapannya selalu mencari aksesnya terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan agar tidak terjadi kesalahan tusuk atau lokasi pemasangan tindakan dan selalu dicek saat operan. 8. Penggunaan jarum suntik sekali pakai Dalam penatalaksanaannya di Instalasi Perawatan Intensif RS Immanuel Bandung untuk penggunaan jarum suntik sekali pakai berdasarkan jawaban responden didapatkan hasil jawaban semua responden mengatakan menggunakan spuit disposable, sekali pakai buang. Tetapi 16 responden mengatakan cara pembuangan jarum suntik dipisah antara jarum dan spuitnya, sedangkan 84 responden mengatakan dibuang ke tempat sampah khusus dan tidak boleh melepas jarumnya. Kendala yang dihadapi adalah belum semua perawat mengetahui bahwa cara membuang alat suntik tidak boleh dipisahkan dilepas jarumnya dan jika jarumnya dilepas percikan cairannya dapat mengenai tubuhpakaian petugas dan risiko tertusuk jarum. Harapannya penggunaan disaposable untuk patient safety dan tidak melepas jarum saat membuang alat suntik untuk menghindari percikan dari dalam alat suntik dan menghindari jarumnya. 9. Higiene tangan untuk mencegah infeksi nosokomial Di Instalasi Perawatan Intensif RS Immanuel Bandung dalam penatalaksanaan hygiene tangan untuk mencegah infeksi nosocomial, 100 responden sudah melaksanakannya dengan baik terlihat dari jawaban semua responden mengatakan selalu cuci tangan dengan sistem five moment yaitu sebelu kontak dengan pasien, sebelum tindakan asepsis, setelah terkena cairan tubuh, setelah kontak dengan pasien, dan setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien, menggunakan 12 langkah cuci tangan sesuai dengan SOP, dapat dengan hand soap atau hand scrub, saat melakukan tindakan menggunakan handschoen , dan edukasi kepada keluarga pasien untuk cuci tangan menggunakan hand 94 Universitas Kristen Maranatha scrub atau alcohol dan menjelaskan tentang cara-cara penularan antara pasien dengan pasien dan pasien dengan keluarga. Harapannya dengan adanya five moment kita diharapkan lebih waspada.

5.2 Saran