organik, sedangkan fosfat anorganik berasal dari mineral-mineral yang mengandung fosfat. Pelarutan senyawa fosfat oleh mikroorganisme pelarut fosfat
berlangsung secara kimia dan biologis, baik untuk bentuk fosfat organik maupun anorganik. Mikroorganisme pelarut fosfat membutuhkan adanya fosfat dalam
bentuk tersedia dalam tanah untuk pertumbuhannya. Mekanisme pelarutan fosfat secara kimia merupakan mekanisme
pelarutan fosfat utama yang dilakukan oleh mikroorganisme. Mikroorganisme tersebut mengekskresikan sejumlah asam organik berbobot molekul rendah seperti
oksalat, propionat, glikolat, glutamat, glioksilat, malat dan fumarat. Meningkatnya asam-asam organik tersebut diikuti dengan penurunan pH.
Pelarutan fosfat secara biologis terjadi karena mikroorganisme tersebut menghasilkan enzim antara lain enzim fosfatase dan enzim fitase. Fosfatase
merupakan enzim yang akan dihasilkan apabila ketersediaan fosfat rendah. Fosfatase diekskresikan oleh akar tanaman dan mikroorganisme dan di dalam
tanah yang lebih dominan adalah fosfatase yang dihasilkan oleh mikroorganisme. Pada proses mineralisasi bahan organik, senyawa fosfat organik diuraikan menjadi
bentuk fosfat anorganik yang tersedia bagi tanaman dengan bantuan enzim fosfatase. Enzim fosfatase dapat memutuskan fosfat yang terikat oleh senyawa-
senyawa organik menjadi bentuk yang tersedia.
3. Kalium
Di dalam tanaman unsur hara K dan P ada saling ketergantungan. Unsur K berfungsi sebagai media transportasi yang membawa hara-hara dari akar
termasuk hara P ke daun dan mentranslokasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman. Kurangnya hara K dalam tanaman dapat menghambat proses
Universitas Sumatera Utara
transportasi dalam tanaman. Oleh karena itu, agar proses transportasi unsur hara maupun asimilat dalam tanaman dapat berlangsung optimal maka unsur K dalam
tanaman harus optimal Taufiq, 2002. Bersama-sama dengan unsur N dan P, Kalium K adalah unsur hara
esensial primer bagi tanaman yang diserasp oleh tanaman dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan unsur-unsur hara lainnya, kecuali N. Meskipun
kandungan total K di dalam tanah biasanya beberapa kali lebih tinggi daripada yang diserap oleh tanaman selama musim tanam, seringkali hanya sebagian kecil
K tanah yang tersedia bagi tanaman. Kandungan K di dalam tanah beragam, mulai dari 0,1 - 3, dengan rata-rata 1 K. Tetapi, sebagian besar sampai 98 K
tanah terikat dalam bentuk mineral, sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Bahkan, banyak tanah yang mengandung sejumlah K total besar masih tanggap terhadap
pemberian pupuk. Di dalam tanah, interaksi antara K dan mineral tanah sangat menentukan ketersediaan K bagi tanaman Munawar, 2011.
Bentuk kalium tersedia dalam tanah untuk diserap tanaman adalah K dapat ditukar Kdd dan K larutan K+, serta sebagian kecil K tidak dapat
ditukar. Tanaman menyerap K dari tanah dalam bentuk ion K+ Silahooy, 2008.
4. Magnesium
Hara makro Magnesium Mg merupakan unsur hara esensial yang sangat dibutuhkan tanaman dalam pembentukan hijau daun chlorofil dan sebagai
co-faktor hampir pada seluruh enzim dalam proses metabolisme seperti proses fotosintesa, pembentukan sel, pembentukan protein, pembentukan pati, transfer
energi serta mengatur pembagian dan distribusi karbohidrat keseluruh jaringan tanaman.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Munawar 2011, Magnesium tanah berasal dari komposisi batuan yang mengandung mineral biotir, dolimit, hornblende, serpentin, epsomit,
dan olivin. Kandungan Mg di dalam tanah beragam, tergantung kepada jenis tanahnya. Pada umumnya kandungan Mg berkisar 0.05 di tanah-tanah berpasir
atau telah mengalami pelindian dan pelapukan lanjut, dan 0.5 pada tanah-tanah bertekstur liat pada daerah cekungandepresi. Seperti halnya Ca, bentuk Mg di
dalam tanah dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk, yaitu Mg larut air, Mg dapat ditukar K-tukar, dan Mg tidak dapat ditukar. Ketiga bentuk Mg tersebut
saling berkeseimbangan.
5. C_ Organik