Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Asing Invasif di Resort Ranu Pani Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

KEANEKARAGAMAN SPESIES TUMBUHAN ASING INVASIF
DI RESORT RANU PANI, TAMAN NASIONAL
BROMO TENGGER SEMERU

IKHWAN AGUSTIAN

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman
Spesies Tumbuhan Asing Invasif di Resort Ranu Pani, Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru, adalah benar karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2013

Ikhwan Agustian
NIM E34090118

ABSTRAK
IKHWAN AGUSTIAN. Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Asing Invasif (IAS)
di Resort Ranu Pani, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Dibimbing oleh
AGUS HIKMAT dan IWAN HILWAN.
Spesies asing invasif adalah spesies flora ataupun fauna, termasuk
mikroorganisme yang hidup di luar habitat alaminya, tumbuh dengan pesat karena
tidak memiliki musuh alami, sehingga menjadi, gulma, hama, dan penyakit pada
spesies-spesies asli. Hasil analisis vegetasi di tegakan hutan menggunakan metode
jalur dan garis berpetak teridentifikasi 5 spesies tumbuhan asing invasif yang
termasuk kedalam 3 famili. Hasil analisis vegetasi di padang rumput
menggunakan metode petak ganda, teridentifikasi 2 spesies tumbuhan asing
invasif dari 2 famili yang juga di temukan di tegakan hutan. Sebanyak 7 spesies

tumbuhan asing invasif teridentifikasi dalam penelitian ini, nilai indeks Morishita
menunjukan bahwa 5 spesies memiliki pola sebaran mengelompok, yaitu Acacia
decurrens, Ageratina riparia, Austroeupatorium inulifolium, Imperata cylindrica,
dan Tithonia diversifolia. Selain itu, hasil ekplorasi menemukan 2 spesies
tumbuhan asing invasif yaitu Ricinus communis dan Lantana camara.

ABSTRACT
IKHWAN AGUSTIAN. Diversity of Invasive Alien Species (IAS) in Ranu Pani
Resort, Bromo Tengger Semeru National Park. Supervised by AGUS HIKMAT
and IWAN HILWAN.
Invasive Alien Species (IAS) is species of flora or fauna, including the
microorganisms that live out of the native habitat. The IAS are growing rapidly
cause it doesn’t has natural enemy, therefore it becoming weeds, pests, and
diseases on native species. This study conducted on forest and savanna in Ranu
Pani Resort. Vegetation analysis in the forest was using combination of strip and
line quadrat method. Five species of IAS that belong into 3 families are identified
based on analysis result. Vegetation analysis in savanna was using quadrat method,
and the result is 2 species of IAS was identified which is also found in the forest.
Seven invasive species identified in this study and the result from Morishita index
showed that 5 species has a clumped distribution patterns, there are Acacia

decurrens, Ageratina riparia, Austroeupatorium inulifolium, Imperata cylindrica,
and Tithonia diversifolia. Furthermore, the exploration result is 2 species of IAS
has found, there are Ricinus communis and Lantana camara.
Keywords: distribution patterns, invasive species, ranu pani resort

KEANEKARAGAMAN SPESIES TUMBUHAN ASING INVASIF
DI RESORT RANU PANI, TAMAN NASIONAL
BROMO TENGGER SEMERU

IKHWAN AGUSTIAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2013

Judui Skripsi: Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Asing Invasif di Resort Ranu
Pani Taman Nasionai Bromo Tengger Semeru
Nama
: Ikhwan Agustian
NIM
: E34090118

Disetujui oleh

Dr Ir Agus Hikrnat, MSc F
Pembimbing I

Tanggal Lu1us:

o2 AU

Dr If Iwan Hilwan, MS

Pembimbing II

2013

Judul Skripsi : Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Asing Invasif di Resort Ranu
Pani Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Nama
: Ikhwan Agustian
NIM
: E34090118

Disetujui oleh

Dr Ir Agus Hikmat, MSc F
Pembimbing I

Dr Ir Iwan Hilwan, MS
Pembimbing II

Diketahui oleh


Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Maret 2013 ini ialah
tumbuhan asing invasif, dengan judul Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Asing
Invasif di Resort Ranu Pani, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS),
Jawa Timur. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Agus Hikmat M
Sc F dan Bapak Dr Ir Iwan Hilwan selaku pembimbing, serta. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Boiga, Bapak Hadi, Bapak Sarmin,
Bapak Cahyo, Bapak Toni, Bapak Tuangkat dari pegawai TNBTS, yang telah
melancarkan selama pengumpulan data.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, dan kaka atas
segala doa dan kasih sayangnya. Tak lupa pula diucapkan terimakasih kepada
Adisthya, Adi, “Kontri”, keluarga besar KSHE, HIMAKOVA, Kelompok

Pemerhati Flora, Anggrek Hitam 46, dan seluruh sahabat-sahabat atas doa dan
dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013
Ikhwan Agustian

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

METODE

2


Waktu dan Tempat Penelitian

2

Bahan dan Alat

3

Metode Pengumpulan Data

3

Analisis Data

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

8


Kondisi Umum Lokasi Penelitian

8

Komposisi Tumbuhan

9

Spesies Tumbuhan Asing Invasif

15

Pengendalian Spesies Asing Invasif

21

SIMPULAN DAN SARAN

24


Simpulan

24

Saran

24

DAFTAR PUSTAKA

25

LAMPIRAN

29

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Spesies tumbuhan dengan INP ≥ 10% di vegetasi padang rumput
Spesies tumbuhan dengan INP ≥ 10% di vegetasi tegakan hutan
Spesies tumbuhan asing invasif di dalam petak contoh
Spesies tumbuhan asing invasif di luar petak contoh
INP spesies tumbuhan asing invasif di tegakan hutan
INP spesies tumbuhan asing invasif di padang rumput
Nilai indeks sebaran Morishita spesies invasif di tegakan hutan
Nilai indeks sebaran Morishita spesies invasif di padang rumput
Teknik pengendalian terhadap permasalahan spesies invasif

11
12
15
15
16
16
20
20
23

DAFTAR GAMBAR
1 Lokasi Penelitian
2 Metode petak ganda
3 Metode kombinasi jalur dan garis berpetak
4 Komposisi spesies dan famili tumbuhan pada vegetasi tegakan hutan
5 Komposisi spesies dan famili tumbuhan pada vegetasi padang rumput
6 Indeks keanekaragaman spesies di vegetasi tegakan hutan
7 Indeks kemerataan spesies di vegetasi tegakan hutan
8 Indeks keanekaragaman dan kemerataan spesies di padang rumput
9 Akasia Gunung (Acacia decurrens)
10 Hamparan Kirinyuh (Austroeupatorium inulifolium)
11 Teh-tehan (Ageratina riparia)

3
4
5
10
10
13
14
15
17
18
19

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil perhitungan INP di blok Pippresan
2 Hasil perhitungan INP di blok Gunung Gending
3 Hasil perhitungan INP di blok Terabasan
4 Hasil perhitungan INP di blok Landengan Dowo
5 Hasil perhitungan INP di blok Sapah
6 Hasil perhitungan INP di blok Pangonan Cilik – Ranu Kumbolo
7 Hasil perhitungan INP di blok Pangonan Cilik
8 Hasil perhitungan INP di blok Tanjakan Ranu Kumbolo
9 Hasil perhitungan INP di blok Ranu Kumbolo
10 Hasil perhitungan INP blok Tanjakan Cinta
11 Hasil perhitungan indeks Morishita spesies tumbuhan asing invasif di
Resort Ranu Pani

29
32
35
38
41
44
46
48
49
51
53

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Savanna merupakan padang rumput dan semak yang terpencar di antara
rerumputan, serta merupakan daerah peralihan antara hutan dan padang rumput
(Abidin 2010). Salah satu kawasan konservasi yang mempunyai padang rumput
atau savanna adalah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Pada
musim kemarau kawasan ini sering terjadi kebakaran, karena ada beberapa orang
yang tidak bertanggung jawab membakar rumput dan semak belukar yang telah
mengering tersebut (Mac Kinnon 1991 diacu dalam Gunaryadi 1996). Peluang
terjadinya kebakaran semakin meningkat karena didukung oleh kondisi kawasan
TNBTS yang pada musim kemarau iklimnya berubah menjadi sangat kering
sehingga menyebabkan vegetasi di kawasan cepat sekali menjadi kering
(BBTNBTS 2004).
Menurut Hamzah dan Wibowo (1985), dampak kebakaran terhadap sifat
fisik tanah terutama disebabkan oleh terbukanya tajuk, humus dan serasah ikut
terbakar, struktur tanah memburuk dan akhirnya rentan terhadap erosi. Pada sifat
kimia tanah kebakaran hutan memberikan masukan mineral yang terdapat di
dalam abu atau arang sehingga dapat menaikan pH tanah dan menambah nilai
hara tanah, tetapi pengaruh ini tidak berlangsung lama karena dengan terbukanya
tajuk pencucian menjadi lebih intensif. Kondisi tersebut mengaharuskan adanya
suksesi yang terjadi di areal bekas lahan terbakar.
Suksesi didefinisikan sebagai suatu perubahan masyarakat tumbuhtumbuhan (spesies dan strukturnya) bersamaan dengan perubahan tempat tumbuh.
Perubahan ini akan berlangsung hingga mencapai keadaan klimaks, yaitu puncak
dari proses suksesi tumbuhan, dengan terbentuknya masyarakat tumbuh-tumbuhan
yang baik dan berada dalam suatu keseimbangan dinamis dengan habitatnya
(Soeseno dan Edris 1978). Pada kenyataannya, bersamaan dengan adanya suksesi
tersebut spesies tumbuhan asing invasif atau biasa sering disebut Invasive Alien
Species (IAS) tumbuh di lahan terbuka tersebut sebagai suatu tumbuhan pioner.
Ciri-ciri tumbuhan invasif antara lain mampu tumbuh dengan cepat,
reproduksinya cepat, seringkali mampu bereproduksi secara vegetatif, memiliki
kemampuan menyebar tinggi, toleransi yang besar terhadap kondisi lingkungan,
dan umumnya berasosiasi dengan manusia (Yuliana et al. 2011). Spesies
tumbuhan asing invasif dilaporkan telah menjadi permasalahan ekologi di
beberapa kawasan konservasi di Indonesia, seperti Acacia nilotica di Taman
Nasional Baluran, Passiflora suberosa di Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango, Chromolaena odorata di Taman Nasional Ujung Kulon, Lantana
camara di Taman Nasional Meru Betiri, Merremia peltata di Taman Nasional
Bukit Barisan Selatan, dan Eichhornia crassipes di Taman Nasional Wasur (BLK
2010; Purwono et al. 2002).
Keberadaan spesies tumbuhan asing invasif pada habitat yang baru dapat
menyebabkan homogenitas biotik dan pergantian spesies lokal dengan spesies
tersebut (Olden et al. 2004). Hal tersebut bisa terjadi akibat adanya persaingan
spesies invasif dengan spesies lokal yang mungkin saja bisa mengancam
kehidupan spesies lokal yang lebih dahulu ada. Kemampuan adaptasi yang tinggi

dari spesies tumbuhan asing invasif menyebabkan spesies tersebut terkadang
mampu mendominasi suatu habitat yang baru.
Spesies asing invasif juga juga erat kaitannya dengan spesies eksotik. Spesies
eksotik menurut Primack (1998) adalah spesies yang terdapat di luar distribusi
alaminya. Tidak semua spesies eksotik dapat berkembang di habitat yang baru,
namun, sekian persen dari spesies itu dapat tumbuh dan berkembang di lokasi yang
baru, dan sebagian lagi diantaranya bersifat invasif. Spesies asing invasif tidak dapat
terlepas dari adanya upaya introduksi yang dilakukan pada suatu habitat yang baru.
Introduksi menurut IUCN diacu dalam Purwono et al. (2002) adalah suatu pergerakan,
oleh kegiatan manusia, berupa spesies, subspesies atau organisme pada tingkatan
takson yang lebih rendah, keluar dari tempat asalnya.
Sukisman (2012) menjelaskan bahwa spesies tumbuhan invasif memiliki
kemampuan dormansi yang lama, akan pecah apabila kondisi lingkungan sesuai,
dan perkecambahannya tidak serenta, sehingga memberikan peluang keberhasilan
yang cukup tinggi terhadap perkecambahan spesies invasif. Spesies tumbuhan
invasif yang ada di TNBTS perlu mendapatkan perhatian agar tidak mengancam
ekosistem vegetasi yang ada, sementara itu penelitian mengenai tumbuhan invasif
masih jarang ditemui. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian
mengenai spesies tumbuhan asing invasif sebagai salah satu upaya menghimpun
data dalam pengelolaan dan juga sebagai landasan dalam upaya preventif dalam
melindungi keanekaragaman hayati asli yang ada di TNBTS.

Tujuan Penelitian
1.
2.

Tujuan dari penelitian ini adalah:
Mengidentifikasi keanekaragaman spesies tumbuhan asing invasif di Resort
Ranu Pani, TNBTS.
Mengidentifikasi pola sebaran spesies tumbuhan asing invasif di Resort
Ranu Pani, TNBTS.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan informasi mengenai spesies
tumbuhan asing invasif yang ada di TNBTS, sehingga dapat dijadikan
pertimbangan dalam aspek pengelolaan, pengembangan dan perlindungan spesies
tumbuhan di TNBTS.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Resort Ranu Pani, TNBTS. Pengambilan data
dilakukan di daerah padang rumput dan tegakan hutan. Penelitian dilakukan pada
bulan Maret 2013. Adapun lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Lokasi Penelitian
Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alkohol 70%,
kamera, GPS, tally sheet, kompas, meteran, patok kayu, koran bekas, karton,
gunting, pisau, golok, sprayer, meteran jahit, sasak dari kayu, kantong plastik,
spidol permanen, papan jalan, kalkulator, dan alat tulis, sedangkan sebagai objek
penelitian adalah komunitas tumbuhan Resort Ranu Pani, TNBTS.
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data spesies
tumbuhan, meliputi nama lokal, nama ilmiah, famili, jumlah individu, dan habitus.
Data penunjang berupa kondisi umum daerah Ranu Pani, meliputi letak dan luas,
kondisi fisik dan biotik, dan iklim.

Metode Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui analisis vegetasi, pembuatan spesimen herbarium,
identifikasi spesies tumbuhan, dan studi literatur. penjelasan dari tahapan-tahapan
tersebut:, sebagai berikut:
Analisis Vegetasi
Paramater yang diamati adalah nama spesies baik lokal maupun ilmiah,
jumlah individu, dan habitus. Pengumpulan spesimen herbarium untuk spesies
yang belum teridentifikasi di lapangan dilakukan dengan mengambil bagianbagian tumbuhan yang dapat dijadikan kunci identifikasi, seperti daun, ranting,
bunga, dan buah. Sementara untuk herba dan liana bagian akar juga diambil
sebagai spesimen. Penelitian dilakukan di dua tipe vegetasi, yaitu vegetasi di
padang rumput dan vegetasi di tegakan hutan.

a.

Padang rumput
Analisis vegetasi dilakukan dengan menggunakan metode petak ganda
ukuran (5x5) m2 dengan jarak 5 m antar petaknya. Peletakan petak contoh
dilakukan secara systematic sampling, dan dibuat sebanyak 25 petak untuk tiap
plot contohnya. Analisis vegetasi ini dilakukan pada kelompok tumbuhan yang
berhabitus herba dan semak di 5 lokasi yang berbeda. Analisis vegetasi dengan
metode petak ganda ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Keterangan :
Petak
ukuran
5m x 5m

Jarak antar
petak 5 m

Gambar 2 Metode petak ganda
b.

Tegakan hutan
Analisis vegetasi menggunakan kombinasi metode jalur dengan garis
berpetak berukuran (20x200) m2 sebanyak 5 jalur. Kemudian setiap jalurnya
dibagi lagi menjadi 4 sub petak pengambilan data yang disajikan pada Gambar 3.
c
d

b
a

Arah

a
b
d
c

Keterangan:
a. Petak ukur semai (2 x 2) m2, yaitu anakan dengan tinggi < 1,5 m dan tumbuhan
bawah/semak/herba, termasuk di dalamnya pandan dan palem.
b. Petak ukur pancang (5 x 5) m2, yaitu anakan dengan tinggi > 1,5 m dan diameter batangnya <
10 cm.
c. Petak ukur tiang (10 x 10) m2, yaitu diameter batang antara 10 cm < 20 cm.
d. Petak ukur pohon (20 x 20) m2, yaitu pohon yang diameter batangnya ≥ 20 cm.

Gambar 3 Metode kombinasi jalur dan garis berpetak
c.

Ekplorasi
Metode ini digunakan untuk mendata spesies-spesies tumbuhan invasif yang
terdapat di Resort Ranu Pani di luar petak analisis vegetasi.
Pembuatan Herbarium
Pembuatan herbarium dilakukan terhadap semua spesies tumbuhan yang
ditemukan dan belum teridentifikasi di lokasi penelitian. Menurut Prinando (2011)
tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pembuatan herbarium ini adalah:
a. Contoh spesimen herbarium diambil yang terdiri dari ranting lengkap dengan
daunnya, jika ada bunga dan buahnya juga diambil.
b. Pengambilan contoh herbarium dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
kegiatan analisis vegetasi. Contoh spesimen herbarium tersebut dipotong
dengan panjang kurang lebih 40 cm atau disesuaikan dengan ukuran
tumbuhan, dengan menggunakan gunting.
c. Spesimen herbarium dimasukkan ke dalam kertas koran dengan memberikan
label yang berukuran 3 cm x 5 cm. Etiket berisi keterangan tentang nomor
spesies, nama lokal, lokasi pengumpulan dan nama pengumpul/kolektor.
d. Selanjutnya spesimen herbarium disusun di atas koran bekas dan disemprot
dengan alkohol 70%.
e. Spesimen herbarium yang telah tersusun rapi kemudian diapit dengan
menggunakan karton dan sasak yang terbuat dari kayu dan diikat erat dengan
tali rafia kemudian dioven selama tujuh hari dengan suhu ± 70ºC.
f. Spesimen herbarium yang sudah kering lengkap dengan keteranganketerangan yang diperlukan diidentifikasi untuk mendapatkan nama
ilmiahnya.
Identifikasi Spesies Tumbuhan Asing Invasif
Identifikasi spesies tumbuhan (spesimen herbarium) dilakukan untuk
mengetahui nama ilmiah dari spesies tersebut. Identifikasi spesimen herbarium
dilakukan di Laboratorium Konservasi Tumbuhan, Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB dan Herbarium
Bogoriense LIPI. Sementara itu, identifikasi spesies tumbuhan asing invasif
dilakukan dengan menggunakan buku panduan lapang tentang tumbuhan asing
invasif dengan cara melakukan cek silang pada buku panduan lapang, seperti yang
ditulis Webber (2003), Invasive Species Specialist Group (2005) dan SEAMEO
BIOTROP (2008).

Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai kondisi
umum Resort Ranu Pani, TNBTS yang meliputi letak dan luas, kondisi fisik dan
biotik, dan iklim, yang diperoleh dari literatur yang ada di perpustakaan dan di
Kantor Balai Besar TNBTS.

Analisis Data
Komposisi Spesies
Komposisi tumbuhan di Resort Ranu Pani dapat diketahui dengan
menggunakan parameter Indeks Nilai Penting (INP). Menurut Soerianegara dan
Indrawan (1998) formula matematika yang dapat digunakan dalam perhitungan
analisis vegetasi, termasuk tumbuhan bawah adalah sebagai berikut:
Kerapatan K
Kerapatan elatif K

Jumlah individu suatu spesies
ind ha
Luas seluruh petak
Kerapatan suatu spesies
x 100%
Kerapatan seluruh spesies

Jumlah petak dijumpai suatu spesies
Jumlah seluruh petak
rekuensi suatu spesies
x 100%
rekuensi elatif
rekuensi seluruh spesies
Luas bidang dasar suatu spesies
ominansi
m ha
Luas seluruh petak
ominansi suatu spesies
ominansi elatif
x 100%
ominansi seluruh spesies
Indeks Nilai Penting INP untuk tumbuhan bawah, semai, pancang
K
Indeks NIlai Penting INP untuk tiang dan pohon
K
rekuensi

Tingkat Keanekaragaman Spesies
Keanekaragaman spesies tumbuhan dapat dihitung dengan menggunakan
Indeks Keanekaragaman Shannon (H’). Indeks ini menurut Magurran (2004)
dapat dihitung dengan rumus:
H

∑ Pi ln Pi

ni
N
Keterangan : H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon-wiener
ni = Jumlah INP suatu spesies
N = Jumlah INP seluruh spesies

Pi

Tingkat Kemerataan Spesies Tumbuhan
Tingkat kemerataan ditunjukkan oleh indeks kemerataan spesies (Evenness).
Indeks kemerataan ini menunjukkan penyebaran individu di dalam spesies. Indeks
ini menurut Ludwig dan Reynolds (1988) dapat dihitung dengan rumus:
H
E
ln S
Keterangan : H’ Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener
S = Jumlah Spesies
Pola Penyebaran Speies Tumbuhan Invasif
Penyebaran spesies dalam suatu komunitas tumbuhan dapat diketahui
dengan rumus penyebaran Morishita. Rumus ini digunakan untuk mengetahui
pola penyebaran spesies tumbuhan yang meliputi penyebaran merata (uniform),
mengelompok (clumped), dan acak (random). Adapun rumus Morishita (1965)
yang diacu dalam Krebs (1972) adalah sebagai berikut:
∑ i2 ∑ i
∑ ( i) ∑ i
Keterangan : I
n
∑ i
I

n(

∑ i

= Derajat penyebaran Morishita
= Jumlah petak di ukur
= Jumlah kuadrat dari total individu suatu spesies
pada suatu komunitas
= Jumlah total individu suatu spesies pada suatu
komunitas

Menghitung nilai Chi-Square


Jika
tabel maka tolak
: random
: non random



, dengan hipotesis:

Derajat Keseragaman



Keterangan : x² 0,0975 = Nilai chi-square dari tabel dengan db (n-1),
selang kepercayaan 97,5%

= Jumlah individu dari suatu spesies pada petak
ukur ke- i
N
= Jumlah petak ukur
Derajat Pengelompokan





Keterangan :


N

= Nilai chi-square dari tabel db (n-1), selang
kepercayaan 2,5%
= Jumlah individu dari suatu spesies pada petak
ukur ke-i
= Jumlah petak ukur

Standar derajat Morishita (Ip) dihitung dengan empat rumus sebagai berikut:
Bila

≥ Mc≥ 1.0 maka dihitung:

Bila Mc > ≥ 1.0, maka dihitung :

Bila 1.0 >

Bila 1.0 > Mu > , maka dihitung :

Perhitungan nilai Ip akan menunjukkan pola penyebaran spesies tumbuhan
yang dominan dalam suatu komunitas. Nilai dan pola penyebaran spesies tersebut
adalah sebagai berikut:
Ip = 0, Spesies tumbuhan memiliki penyebaran acak (random)
Ip > 0, Spesies tumbuhan memiliki penyebaran mengelompok (clumped)
Ip < 0, Spesies tumbuhan memiliki penyebaran merata (uniform).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian terletak di Resort Ranu Pani, termasuk ke dalam Seksi
Pengelolaan TNBTS (SPTN) wilayah III Senduro yang memilki luas 5 212.050 ha
yang terletak pada ketinggian 2 200 sampai 3 676 m dpl. Jenis tanah daerah ini
termasuk jenis regosol dan latosol dengan kelas tanah 5, artinya bahwa tanah di
daerah ini sangat peka terhadap erosi (BBTNBTS 2010). Resort Ranu Pani
memiliki kondisi topografi yang terjal sampai sangat terjal pada vegetasi tegakan
hutan dan topografi yang landai pada vegetasi savana. Materi tanah yang
terbentuk merupakan akumulasi dari tumpukan lava atau lahar Gunung Semeru
yang memadat ribuan tahun lalu dan telah mengalami pelapukan karena faktor air
dan radiasi matahari (Novitasari 2011).
Berdasarkan klasifikasi tipe iklim oleh Schmidt dan Ferguson (1951)
kawasan Resort Ranu Pani termasuk dalam iklim C. Kawasan Ranu Pani setiap
hari hampir selalu berkabut dan dingin. Suhu udara rata-rata mencapai 10°C,

curah hujan di Ranu Pani cukup tinggi yaitu, dengan nilai Q = 33.3-60% Pada
bulan Januari-Februari angin bertiup kencang disertai dengan hujan yang terus
menerus. Kombinasi hujan dan tiupan angin ini merupakan salah satu penyebab
erosi (BBTNBTS 2010). Berdasarkan letak geografis dan ketinggian, terbagi
menjadi 3 tipe hutan, yaitu:
1. Ekosistem hutan hujan tropis dataran tinggi (zona sub montana).
2. Ekosistem hutan hujan tropis pegunungan (zona montana).
3. Ekosistem hutan hujan sub-alpine
Jenis satwa yang dapat ditemukan di Resort Ranu Pani diantaranya adalah
satwa jenis mamalia yang terdiri dari kijang (Muntiacus muntjak), babi hutan (Sus
sp.), macan tutul (Panthera pardus), lutung jawa (Tratchypithecus auratus).
Adapun jenis burung yang banyak ditemukan di Resort Ranu Pani diantaranya,
ayam hutan (Gallus gallus), belibis gunung (Anas superciliosa), dederuk jawa
(Streptopelia bitorquata), tekukur (Streptopelia chinensis), kepodang (Oriolus
sp.), jalak suren (Sturnus sp.), burung cabe gunung (Dicaeum sanguinolentum),
burung kacamata jawa (Zosterops flaus), burung kacamata gunung (Zopterops
montanus), branjangan (Mirafra javanica), cendet (Lanius schach) dan kipasan
bukit (Rhipidura euryura) (BBTNBTS 2010).
Jenis tumbuhan yang banyak dijumpai adalah cemara gunung (Casuarina
junghuhniana), kemlandingan gunung (Albizia lophanta), akasia gunung (Accacia
decurens), mentigi gunung (Vaccinium varingifolium). Spesies tumbuhan hias
seperti edelweis (Anapahalis longifolia), tembelekan (Lantana camara), dan
anggrek dataran (BBTNBTS 2010). Tumbuhan obat yang terdapat di Resort Ranu
Pani diantaranya pulosari (Alyxia reinwardtii), purwoceng (Pimpinella pruatjan),
adas (Foeniculum vulgare), serta tumbuhan bawah seperti alang-alang (Imperata
cylindrica). Penyebaran vegetasi pada daerah savana (padang rumput) tersebar di
Blok Klosot, Blok Oro-oro Ombo, dan Blok Jambangan (BBTNBTS 2010).

Komposisi Tumbuhan
Komposisi Spesies dan Famili Tumbuhan
Pengambilan data pada vegetasi tegakan hutan dilakukan di 5 plot contoh
yaitu blok Pippresan, blok Gn. Gending, blok Terabasan, blok Landengan Dowo,
dan blok Sapah. Adapun pengambilan data pada vegetasi padang terbuka,
dilaksanakan di 5 plot contoh, yaitu blok Pangonan Cilik – Ranu Kumbolo, blok
Pangonan Cilik, Blok Tanjakan Ranu Kumbolo, Blok Ranu Kumbolo, dan Blok
Tanjakan Cinta.
Analisis vegetasi di tegakan hutan menggunakan metode kombinasi jalur
dan garis berpetak seluas 2 ha tercatat 52 spesies tumbuhan yang tergolong
kedalam 21 famili. Adapun hasil analisis vegetasi di padang rumput dengan
metode petak ganda seluas 1.0125 ha tercatat 40 spesies tumbuhan yang termasuk
kedalam 17 famili. Komposisi yang berbeda antara 2 tipe lokasi pengamatan
dipengaruhi oleh adanya perbedaan kondisi strata tajuk yang dimiliki oleh kedua
lokasi tersebut, sehingga faktor cahaya berpengaruh langsung terhadap spesiesspesies yan ditemukan di 2 tipe lokasi tersebut. Data mengenai komposisi spesies
dan famili untuk masing-masing lokasi disajikan pada Gambar 4 dan 5.

Blok Sapah

Blok Landengan Dowo

Jumlah Famili

Blok Terabasan

Jumlah Spesies
Blok Gn, Gending

Blok Pippresan
0

10

20

30

40

Gambar 4 Komposisi spesies dan famili tumbuhan pada vegetasi tegakan hutan
Hasil analisis vegetasi di tegakan hutan tercatat bahwa Blok Pippresan
memiliki komposisi spesies tertinggi, yakni 30 spesies dari 15 famili, sementara
blok sapah memiliki komposisi spesies terendah, yakni 17 spesies dari 10 famili.
Blok Ranu Kumbolo memiliki jumlah spesies dan famili tertinggi di vegetasi
padang rumput, yang tercatat sebesar 23 spesies dari 12 famili. Blok Tanjakan
Ranu Kumbolo tercatat memiliki spesies terendah sebesar 17 spesies dan blok
Pangonan Cilik tercatat memiliki famili terendah sebesar 9 famili. Daftar
selengkapnya mengenai komposisi spesies di tegakan hutan dapat dilihat pada
Lampiran 1 sampai Lampiran 5.
Jumlah spesies dan famili di vegetasi padang rumput disajikan dalam
Gambar 5.

Blok Tanjakan Cinta

Blok Ranu Kumbolo
Jumlah Famili

Blok Tanjakan Ranu Kumbolo

Jumlah Spesies
Blok Pangonan Cilik

Blok Pangonan cilik - Kumbolo
0

5

10

15

20

25

Gambar 5 Komposisi spesies dan famili tumbuhan pada vegetasi padang rumput

Jumlah spesies dan famili yang ditemukan di padang rumput jumlahnya
lebih rendah dibandingkan dengan jumlah spesies yang ditemukan di tegakan
hutan, hal ini terjadi karena pada beberapa petak contoh di tegakan hutan memiliki
tingkatan stratifikasi tajuk yang tidak ideal, sehingga spesies-spesies ground cover
yang intoleran terhadap cahaya dapat tumbuh. Spesies tersebut diantaranya
Imperata cylindrica, Gahnia javanica, dan Alchemila villosa. Daftar selengkapnya
mengenai komposisi spesies di padang rumput dapat dilihat pada Lampiran 6
sampai Lampiran 10.
Alasan lainnya adalah bahwa setiap spesies memiliki kisaran keadaan
optimal tempat tinggal permanen tumbuhan tersebut yang bersangkutan dengan
faktor biotik dan abiotik, mengingat plot contoh vegetasi padang rumput berada di
ketinggian ± 2 400 m dpl, sedangkan plot contoh tegakan hutan berada pada
ketinggian berkisar antara 2 200 sampai 2 300 m dpl. Kondisi tersebut sesuai
dengan pernyataan Whitten (1996) yang menyatakan bahwa dengan penambahan
ketinggian, pohon-pohon menjadi lebih pendek dan sedikit demi sedikit
spesiesnya hilang, dan epifit termasuk spesies anggrek-anggrekan semakin banyak
ditemukan.
Dominansi Spesies Tumbuhan
Dominansi suatu spesies dalam komunitas tumbuhan dapat ditunjukan oleh
Indeks Nilai Penting (INP) sebagai parameternya. Sutisna (1981) diacu dalam
Rosalia (2008) mengemukakan bahwa suatu spesies tumbuhan dapat dikatakan
berperan atau berpengaruh dalam suatu komunitas apabila memiliki INP untuk
tingkat semai ≥ 10%, begitu juga dengan tumbuhan bawah. Hal ini berarti terdapat
12 spesies (Tabel 1) yang berpengaruh di komunitas padang rumput dan 19
spesies (Tabel 2) yang berpengaruh di komunitas tegakan hutan. Besarnya nilai
INP juga menandakan besar atau tidaknya pengaruh spesies tersebut dalam suatu
komunitas tumbuhan (Indriyanto 2006). Spesies-spesies yang memiliki INP ≥
10% pada vegetasi padang rumput disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Spesies tumbuhan dengan INP ≥ 10% di vegetasi padang rumput
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Nama Spesies
Alchemila villosa
Sp 1
Cyperus melanospermus
Sp 4
Gahnia javanica
Herminium angustifolium
Imperata cylindrica
Lavandula angustifolia
Plantago mayor
Pteridium aquilinum
Scleria purpurascens
Styphelia javanica

1
16.55
65
17.05
14.86
10.26
23.60

Lokasi / INP (%)
2
3
4
11.93 14.89
- 27.27
10.36 19.17
- 12.53 40.12
10.02 17.91
61.65 55.04 31.58
- 13.96
17.22 20.26 15.64
12.99
- 27.86
13.96 10.23

5
10.14
27.85
33.69
32.79
15.78
13.41
28.68

Keterangan *: 1. Blok Ranu Kumbolo-Pangonan Cilik, 2. Blok Pangonan Cilik, 3. Blok Tanjakan
Ranu Kumbolo, 4. Blok Ranu Kumbolo, 5. Blok Tanjakan Cinta

Alang-alang (Imperata cylindrica) memiliki INP tertinggi di 3 plot contoh
sedangkan Dukut (Gahnia javanica) memiliki INP tertinggi di 2 plot contoh. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Van Steenis (2010) bahwa padang rumput
merupakan daerah yang paling banyak ditumbuhi oleh alang-alang. Daftar
selengkapnya mengenai dominansi spesies di padang rumput dapat dilihat pada
Lampiran 6 sampai Lampiran 10. Spesies-spesies yang memiliki INP ≥ 10% pada
vegetasi tegakan hutan disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Spesies tumbuhan dengan INP ≥ 10% di vegetasi tegakan hutan
No
.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
1
2
3

Lokasi / INP (%)*
1
2
3
4
Tingkat Semai dan Tumbuhan bawah
Alchemila villosa
20.42
35.60
Sp 1
10.82
Carex remota
13.25
Austoeupatorium
8.37
10
50.01
45.43
inulifolium
Ageratina riparia
30.35
31.96
45.57
70.99
Gahnia javanica
16.31
Gonostegia hirta
23.00
15.93
12.95
10.22
Imperata cylindrica
15.34
Miscanthus javonicus
25.79
Sp 2
13.25
Polygonum chinense
12.92
Pteridium aquilinum.
13.53
Scleria purpurascens
15.11
13
14.86
Tingkat Pancang
Acacia decurrens
50 116.67 108.33
92.11
Casuarina
83.33
11.36
junghuhniana
Cupressus lusitanica
100
Engelhardia spicata
50
Homalanthus giganteus
43.18
17.76
Sp 3
37.12
90.13
Tingkat Tiang
Acacia decurrens
300
95.65 213.22 185.50
Casuarina
- 204.35
31.06
junghuhniana
Homalanthus giganteus
55.72 114.50
Sp 3
Tingkat Pohon
Acacia decurrens
116.92
300
175.5
207
Cupressus lusitanica
183.08
Homalanthus giganteus
124.5
93
Nama Spesies

5
30.88
81.37
12.51
20.71
17.26
128.95
43.86
27.19
204.02
63.91
32.07
110.24
189.76

Keterangan *: 1. Blok Pippresan, 2. Blok Gn. Gending, 3. Blok Terabasan, 4. Blok Landengan
Dowo, 5. Blok Sapah

Teh-tehan (Ageratina riparia) merupakan spesies yang memiliki nilai INP
tertinggi di 5 plot contoh tegakan hutan untuk tingkat semai dan tumbuhan bawah.
Acacia decurrens memiliki INP tertinggi di 4 plot contoh dan Cupressus
lusitanica memiliki INP tertinggi di 1 plot contoh untuk tingkat pertumbuhan
pancang. A. decurrens memiliki INP tertinggi di 4 plot contoh dan C.
junghuhniana di 1 plot contoh untuk tingkat pertumbuhan tiang. A. decurrens
memiliki INP tertinggi di 3 plot contoh, sedangkan C. lusitanica dan H. giganteus
merupakan spesies dengan INP tertinggi di 1 plot contoh pada tingkat
pertumbuhan pohon. Daftar selengkapnya mengenai dominansi spesies di tegakan
hutan dapat dilihat pada Lampiran 1 sampai Lampiran 5.
Keanekaragaman dan Kemerataan Spesies Tumbuhan
Keanekaragaman spesies tumbuhan di 2 tipe lokasi penelitian ialah
bervariasi. Pada vegetasi tegakan hutan, blok Pippresan memiliki nilai tertinggi
pada tingkat pertumbuhan semai & tumbuhan bawah dan pancang dengan nilai
indeks keanekaragaman sebesar 2.59 dan 1.04, sedangkan nilai indeks
kemerataannya sebesar 0.78 dan 0.95. Pada tingkat pertumbuhan tiang blok
Terabasan memiliki nilai indeks keanekaragaman tertinggi dengan nilai 0.77,
sedangkan blok Landengan Dowo memiliki nilai indeks kemerataan tertinggi
sebear 0.95. Pada tingkat pertumbuhan pohon, blok Terabasan memiliki nilai
indeks keanekaragaman tertinggi sebesar 1.84, sedangkan blok Pippresan
memiliki nilai indeks kemerataan tertinggi sebesar 1. Daftar selengkapnya
mengenai nilai indeks keanekaragaman spesies di tegakan hutan dapat dilihat pada
Lampiran 1 sampai Lampiran 5.

Blok Sapah

Blok Landengan Dowo
Pohon
Tiang

Blok Terabasan

Pacang
Semai & Tumbuhan bawah

Blok Gn, Gending

Blok Pippresan
0

1

2

3

Gambar 6 Indeks keanekaragaman spesies di vegetasi tegakan hutan
Gambar 6 menunjukan bahwa tidak ada plot contoh yang memiliki nilai
indeks keanekaragaman > 3 yang berarti tidak tergolong kedalam kelas
keanekaragaman tinggi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Shannon -Wiener

(1963) diacu dalam Fachrul (2008) apabila derajat keanekaragaman (H’) dalam
suatu komunitas < 1, maka keanekaragamanya rendah, 1 ≤ H’ ≥ 3
keanekaragamannya sedang, dan H’ > 3 maka keanekaragamannya tinggi.
Hasil analisis vegetasi menunjukan bahwa pada tingkat pertumbuhan semai
dan tumbuhan bawah, 5 plot contoh memiliki nilai keanekaragaman yang
tergolong rendah. Tingkat pertumbuhan pancang hanya blok Pippresan yang nilai
indeks keanekaragaman tergolong kedalam kelas sedang, sedangkan 4 plot contoh
lainnya tergolong kedalam kelas keanekaragaman rendah. Adapun tingkat
pertumbuhan tiang, seluruh plot contoh memiliki nilai indeks keanekaragaman
yang tergolong rendah, dan hanya blok Terabasan yang tergolong kedalam kelas
keanekaragaman sedang pada tingkat pertumbuhan pohon, sedangkan 4 plot
contoh lainnya tergolong kedalam kelas keanekaragaman rendah.

Blok Sapah
Blok Landengan bowok
Pohon
Tiang

Blok Terabasan

Pacang
Blok Gn, Gending

Semai & Tumbuhan bawah

Blok Pippresan
0

0,5

1

1,5

Gambar 7 Indeks kemerataan spesies di vegetasi tegakan hutan
Gambar 7 diatas menunjukan bahwa tingkat pertumbuhan tiang di blok
Pippresan dan tingkat pertumbuhan pohon di blok Gn. Gending memiliki nilai
indeks kemerataan yang sama, yaitu 0. Hal tersebut terjadi dikarenakan hanya
tercatat satu spesies saja sehingga spesies tersebut memiliki dominansi yang
sempurna yang mengakibatkan adanya komposisi spesies yang tidak merata.
Krebs (1972) menyatakan bahwa nilai indeks kemerataan yang mendekati satu
menunjukkan bahwa suatu komunitas tumbuhan semakin merata, sementara
apabila semakin mendekati nol, maka semakin tidak merata. Daftar selengkapnya
mengenai nilai indeks kemerataan spesies di tegakan hutan dapat dilihat pada
Lampiran 1 sampai 5.
Blok Tanjakan Cinta memiliki nilai indeks keanekaragaman dan indeks
kemerataan tertinggi dibandingkan dengan plot lainnya, sebesar 2.14 untuk
indeks keanekargaman dan 0.68 untuk indeks kemerataan, sedangkan blok
Pangonan Cilik memiliki indeks Keanekaragaman dan indeks kemerataan
terendah sebesar 1.72 dan 0.55. Daftar selengkapnya mengenai nilai indeks
keanekaraaman dan indeks kemerataan spesies di tegakan hutan dapat dilihat pada
Lampiran 6 sampai 10.
Seluruh plot contoh pada vegetasi padang rumput memiliki nilai indeks
keanekaragaman yang tergolong kedalam kelas sedang, dan memiliki nilai indeks
kemerataan yang menunjukan penyebaran relatif kurang merata. Nilai indeks

keanekaragaman dan indeks kemerataan dari setiap plot contoh di vegetasi padang
rumput disajikan pada Gambar 8.

Blok Tanjakan Cinta
Blok Ranu Kumbolo
Blok Tanjakan Ranu
Kumbolo

Indeks Kemerataan
Indeks Keanekaragaman

Blok Pangonan Cilik
Blok Pangonan cilik Kumbolo
0

0,5

1

1,5

2

2,5

Gambar 8 Indeks keanekaragaman dan kemerataan spesies di padang rumput
Spesies Tumbuhan Asing Invasif
Jumlah Spesies Tumbuhan Asing Invasif
Spesies yang tergolong kedalam tumbuhan asing invasif berjumlah 7
spesies, 5 spesies tercatat pada petak pengamatan analisis vegetasi dan 2 spesies
tercatat pada hasil ekplorasi di luar petak pengamatan analisis vegetasi. Daftar
spesies yang tergolong kedalam tumbuhan asing invasif di Resort Ranu Pani,
TNBTS disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4.
Tabel 3 Spesies tumbuhan asing invasif di dalam petak contoh
No
1
2
3
4
5

Nama
Akasia Gunung
Kirinyuh
Paitan
Teh-Tehan
Alang-alang

Nama latin
Acacia decurrens *
Austroeupatorium inulifolium*
Tithonia diversifolia #
Ageratina riparia*
Imperata cylindrica*

Famili
Fabaceae
Asteraceae
Asteraceae
Asteraceae
Poaceae

Habitus
Pohon
Semak
Semak
Herba
Herba

Sumber: *: Weber (2003), Invasive Species Specialist Group (2005)
# : Biotrop (2008)

Tabel 4 Spesies tumbuhan asing invasif di luar petak contoh
No Nama
1
Jarak Kepyar
2
Tembelekan

Nama latin
Ricinus communis*#
Lantana camara*#

Famili
Habitus
Euphorbiaceae Semak
Verbenaceae
Semak

Sumber: *: Weber (2003), Invasive Species Specialist Group (2005)
# : Biotrop (2008)

Spesies tumbuhan asing invasif yang ditemukan di Resort Ranu Pani terdiri
dari 7 spesies dari 5 famili. Sebanyak 2 spesies berhabitus herba, 1 spesies
berhabitus pohon, dan 4 spesies berhabitus semak. Hal ini sesuai dengan database
spesies tumbuhan asing invasif di dunia yang memang didominasi oleh tumbuhan
berhabitus semak (ISSG 2005). Sebanyak 5 spesies invasif ditemukan di tegakan
hutan yang berupa hutan sekunder dan memiliki stratifikasi tajuk yang tidak ideal,
sehingga sinar matahari dapat masuk sampai ke stratum E. Van Steenis (2010)
menyatakan bahwa tumbuhan asing tidak dapat dimusnahkan, tetapi tumbuhan
asing tidak mampu hidup dalam hutan hujan primer, mereka hanya merebak di
daerah terganggu seperti lahan terbuka, ladang, perkebunan dan dapat merupakan
tumbuhan penggangu di tempat-tempat itu.
Alasan lain mengapa spesies invasif dapat ditemukan di Resort Ranu Pani
mengingat sebelum menjadi Taman Nasional, Ranu Pani termasuk kedalam
kawasan Perhutani, namun ketika statusnya berganti menjadi Taman Nasional
tidak dilakukan penanganan terhadap tanaman komoditi (Acacia Decurrens),
sehingga spesies-spesies invasif tersebut dapat hidup di hutan sekunder seperti
sekarang. Menurut Sukisman (2010) menyatakan bahwa spesies invasif dapat
tumbuh tidak tergantung jenis tanah tertentu.
Dominansi Spesies Tumbuhan Asing Invasif
Spesies tumbuhan asing invasif semestinya mendominasi suatu komunitas
tumbuhan. Menurut Purwono et al. (2002) spesies asing invasif adalah spesies
flora ataupun fauna, termasuk mikroorganisme yang hidup di luar habitat
alaminya, tumbuh dengan pesat karena tidak memiliki musuh alami, sehingga
menjadi, gulma, hama, dan penyakit pada spesies-spesies asli. Nilai INP untuk
setiap spesies tumbuhan asing invasif disajikan pada Tabel 5 dan Tabel 6.
Tabel 5 INP spesies tumbuhan asing invasif di tegakan hutan
No.
1
2
3
4
5

Nama Spesies
Acacia decurrens**
Austroeupatorium inulifolium
Ageratina riparia
Imperata cylindrica
Tithonia diversifolia

1
53.33
8.37
30.35
15.34
-

Nilai INP (%)
2
3
4
5
300.00 175.5 207.00 189.76
10.00 50.27 45.43 30.88
31.96 45.81 70.99 81.37
6.35
3.97 3.06
-

Keterangan *: 1. Blok Pippresan, 2. Blok Gn. Gending, 3. Blok Terabasan, 4. Blok Landengan
Dowo, 5. Blok Sapah.
**: Tingkat pertumbuhan pohon

Tabel 6 INP spesies tumbuhan asing invasif di padang rumput
No.
1
2

Nama
Ageratina riparia
Imperata cylindrical

1
65.00

Nilai INP (%)
3
4
3.80
61.56 55.04 31.58
2

5
2.49
32.79

Keterangan *: 1. Blok Ranu Kumbolo-Pangonan Cilik, 2. Blok Pangonan Cilik, 3. Blok Tanjakan
Ranu Kumbolo, 4. Blok Ranu Kumbolo, 5. Blok Tanjakan Cinta

Spesies tumbuhan asing invasif yang memiliki pengaruh penting dalam
komunitasnya adalah A. decurrens, A. inulifolium, A. riparia dan I. cylindrica
yang tercatat memiliki INP ≥ 10% pada beberapa petak contoh. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan Schoonhoven et al. (1996) yang menyatakan bahwa
spesies eksotik mampu berkompetisi dengan spesies lokal, menggeser
keberadaannya, menyebabkan kerusakan ekosistem alami.
Berikut adalah penjelasan dari masing-masing spesies tumbuhan asing yang
ada di Resort Ranu Pani:
1.
Acacia decurrens
Akasia Gunung (Acacia decurrens) merupakan spesies yang berasal dari
Amerika Tropis. Spesies ini sengaja ditanam di daerah Ranu Pani yang
merupakan kawasan Perhutani dengan tujuan sebagai arang kayu. Ketika Ranu
Pani masuk kedalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS)
yang resmi menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal
Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam pada tahun 1992, tidak ada penanganan
akan tegakan A. deccurens, sehingga saat ini spesies ini mampu hidup secara
alami di Resort Ranu Pani.

Gambar 9 Akasia Gunung (Acacia decurrens)
Kemampuan akasia gunung untuk bertahan hidup di kondisi yang cukup
ekstrim tidak lepas dari peran mikoriza. Mikoriza merupakan bentuk hubungan
simbiosis mutualisme antara cendawan dan perakaran (Indriyanto 2006). Mikoriza
mampu meningkatkan serapan unsur P dan N pada kondisi kekeringan karena
memiliki hifa menyebar secara luas didalam tanah (Lozano et al. 2000). Menurut
Soerianegara dan Indrawan (1982) diacu dalam Indriyanto (2006) hutan-hutan di
Indonesia pada umumnya miskin hara, sehingga pepohonan yang ada di hutan
kebanyakan mengandung mikoriza. Misalnya saja di huan pegunungan Cibodas,
ternyata 80% dari spesies pohon yang ada mengandung mikoriza pada akarnya.
Pengendalian menggunakan cara mekanis dapat dilakukan dengan mencabut
akar pohon dan memotong tunggak serendah mungkin, sedangkan pengendalian
secara kimiawi dapat dilakukan dengan penyemprotan cairan glyposhate terhadap
perkemcambahannya dan cairan herbisida terhadap tunggak pohon yang telah di
tebang (Webber 2003).

Austroeupatorium inulifolium
Kirinyuh (Austroeupatorium inulifolium) merupakan spesies yang berasal
dari Amerika Tropis, spesies ini ditemukan di perkebunan teh di Jawa Barat dan
tumbuh alami di Gunung Gede-Pangrango. Di Jambi, Bengkulu dan sumatra Barat
spesies ini ditemukan di dataran tinggi (Tjitrosoedirdjo 2005). Kirinyuh hidup di
savana, rawa, perbatasan hutan, dan merupakan salah satu spesies yang masuk
dalam 100 spesies invasif menurut ISSG (2005).
Meskipun kirinyuh merupakan spesies invasif yang sangat dominan, namun
spesies ini dapat ditangani dengan upaya alami berupa pembentukan tegakan
diantara semak kirinyuh, sehingga mampu mengurangi asupan cahaya yang
didapatkan oleh spesies ini. Pengendalian terhadap spesies ini dapat dilakukan
dengan cara pembabatan bagian diatas permukaan dan kemudian dilanjutkan
dengan pembakaran akar didalam tanah sebagai upaya pencegahan tumbuhnya
tunas baru.
2.

Gambar 10 Hamparan Kirinyuh (Austroeupatorium inulifolium)
Spesies A. inulifolium yang ditemukan di Cagar Alam Kamojang memiliki
INP sebesar 67,37% yang menunjukkan spesies tersebut mendominasi komunitas
tumbuhan yang lainnya dan menginvasi kawasan Cagar Alam Kamojang.
Kemampuan menginvasi A. inulifolium di Cagar Alam Kamojang dipengaruhi
juga oleh kondisi kawasan yang terganggu (Hidayat 2011).
Ageratina riparia
Teh-tehan (Ageratina riparia) merupakan spesies yang berasal dari Meksiko
dan Perairan Atlantik (ISSG 2005). A. riparia merupakan spesies yang ditemukan
pada vegetasi tegakan hutan dan vegetasi padang rumput dengan INP tertinggi
81.37 % di blok Pippresan. Menurut Muttaqien et a.l (2004) mengatakan bahwa
A. riparia merupakan spesies tumbuhan yang biasa terdapat di daerah pegunungan
hutan sekunder, di daerah terbuka atau setengah terbuka.
Spesies ini merupakan spesies yang umum terdapat di jalan setapak dalam
hutan, pada penelitian ini A.riparia ditemukan di sepanjang jalur pendakian
semeru yang berupa tegakan hutan sekunder. Kemampuan menyebar yang sangat
luas pada spesies ini dikarenakan kemampuan tanaman dewasa yang dapat
menghasilkan 10.000-100.000 biji per tahun, dan disebarkan melalui angin dan air
(Webber 2003).
3.

Gambar 11 Teh-tehan (Ageratina riparia)
Tithonia diversifolia
Paitan (Tithonia diversifolia) merupakan spesies yang berasal dari Amerika
Tropis namun sudah tumbuh alami di banyak daerah tropis, dan sudah lama
sebelum 1900 diperkenalkan di Jawa, dan menyebar ke pulau lain, Sumatera, dan
Sulawesi (Biotrop 2008).

4.

Lantana camara
Tembelekan (Lantana camara) merupakan spesies yang berasal dari
Amerika Selatan, spesies ini merupakan salah satu dari 10 spesies terinvasif di
dunia (Sharma et al. 2005). Menurut (Weed Management Guide, 2003)
Tembelekan merupakan ancaman serius terhadap keanekaragaman di sebagian
besar daftar wilayah warisan dunia termasuk hutan hujan tropis di utara
Queensland, P. Fraser dan Gn. Greater Blue. Sementara itu, Rajwar (2007) diacu
dalam Dobhal et al. (2010) menyatakan bahwa dalam waktu seratus tahun L.
camara dapat menginvasi daerah sepanjang 110 km di sepanjang Sungai Nayar,
Pauri Garhwal, di Himalaya.
Di Indonesia sendiri, spesies ini memiliki persebaran yang sangat luas.
Menurut Prinando (2011) Tembelekan diperkirakan akan terus berkambang di
kawasan Kampus IPB Darmaga apabila tidak memperoleh gangguan dari
manusia, baik melalui mekanik maupun kimiawi. Hal ini dikarenakan
perkembangan L. camara di habitatnya yang baru termasuk cepat (ISSG 2005).
Pengendalian terhadap L. Camara bisa dilakukan dengan cara membakar
langsung spesies ini yang kemudian diikuti dengan pencabutan akar. Pemberian
naungan dilakukan untuk mencegah spesies ini tumbuh kembali. Pemakaian
herbisida juga dapat diberikan sebagai salah satu upaya pengendalian secara
kimiawi (Webber 2003).

5.

Ricinus communis
Jarak kepyar (Ricinus communis) merupakan tumbuhan yang berasal dari
Afrika Timur Laut dan Timur Tengah. R. Communis merupakan tanaman tahunan
yang hidup di daerah tropik maupun subtropik, dan dapat tumbuh pada ketinggian
0 – 800 meter di atas permukaan laut. R. Communis banyak ditemukan di daerah
riparian, terutama di sepanjang pantai selatan dan tengah, dimana menginvasi dan
menggantikan vegetasi asli (ISSG 2005).

6.

Imperata cylindrica
Alang-alang (Imperata cylindrica) merupakan spesies yang dapat ditemukan
di daerah berdrainase buruk, lembab, dan di pinggiran aliran air. Penyebaran
spesies ini sangat mudah terjadi, akar alang-alang dapat tumbuh kembali meski
bagian daunnya sudah dipangkas, sedangkan benihnya sangat mudah tersebar oleh
bantuan angin (Weber 2003). Tumbuhan ini dapat mengalahkan spesies asli, dapat
memberikan kondisis tidak baik berupa kerusakan terhadap kondisi perakaran
dibawah tanah. Spesies ini merupakan spesies yang intoleran terhadap cahaya,
sehingga tidak dapat tumbuh dibawah naungan tegakan hutan yang memilik
stratifikasi tajuk yang baik.
7.

Pola Sebaran Spesies Tumbuhan Asing Invasif
Pola penyebaran spesies tumbuhan asing invasif yang ditemukan di Resort
Ranu Pani memiliki pola penyebaran mengelompok (clumped), sesuaia dengan
nilai indeks peneyabran morishita yang diperoleh dari hasil analisis data pola
penyebaran spesie-spesies tersebut. Data tentang nilai indeks Morishita disajikan
dalam Tabel 7 dan Tabel 8, dan daftar selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran
11.
Tabel 7 Nilai indeks sebaran Morishita spesies invasif di tegakan hutan
No.

Nama

1
2
3
4
5

Acacia decurrens
Austroeupatorium inulifolium
Ageratina riparia
Imperata cylindrical
Tithonia diversifolia

Indeks
Morishita
0.63
0.68
0.62
0.84
0.69

Pola Sebaran
Mengelompok
Mengelompok
Mengelompok
Mengelompok
Mengelompok

Lokasi
Ditemukan
1,2,3,4,5
1,2,3,4,5
1,2,3,4,5
1,2
3,4,5

Keterangan *: 1. Blok Pippresan, 2. Blok Gn. Gending, 3. Blok Terabasan, 4. Blok Landengan
Dowo, 5. Blok Sapah.

Tabel 8 Nilai indeks sebaran Morishita spesies invasif di padang rumput
No.

Nama

1 Imperata cylindrical
2 Ageratina riparia

Indeks
Pola Sebaran
Morishita
0.64 Mengelompok
0.80 Mengelompok

Lokasi
Ditemukan
1,2,3,4,5
4,5

Keterangan *: 1. Blok Ranu Kumbolo-Pangonan Cilik, 2. Blok Pangonan Cilik, 3. Blok Tanjakan
Ranu Kumbolo, 4. Blok Ranu Kumbolo, 5. Blok Tanjakan Cinta.

A. riparia dan I. cylindrica ditemukan pada tegakan hutan dan padang
rumput, sedangkan A. decurrens, A. inulifolium, T. diversifolia hanya ditemukan
di tegakan hutan. Adanya perbedaan jumlah spesies yang ditemukan di tegakan
hutan dan padang rumput sesuai dengan pernyataan Sastroutomo (1990) yang
menyatakan spesies-spesies gulma pada habitat yang telah terganggu (seperti tepi

jalan, tepi danau/rawa/sungai, tempat pembuangan sampah) lebih bervariasi
dibandingkan dengan spesies pada habitat yang belum terganggu.
Nilai indeks Morishita menunjukan pola penyebaran spesies tumbuhan
dalam suatu komunitas. Menurut Morishita (1965) diacu dalam Krebs (1972),
apabila nilai indeks Morishita > 0, maka pola penyebaran spesies tersebut adalah
mengelompok (clumped). Dari hasil penghitungan nilai indeks Morishita, 5
spesies yang ditemukan didalam petak contoh memiliki pola penyebaran yang
mengelompok. Pada vegetasi tegakan hutan A. riparia memiliki nilai terendah
sebesar 0.62 dan I. cylindrica memiliki nilai tertinggi sebesar 0.84, sedangkan
pada vegetasi padang rumput A. riparia memiliki nilai tertinggi sebesar 0.80 dan I.
cylindrica memiliki nilai terendah sebesar 0.64. Adanya perbedaan nilai tersebut
dipengaruhi oleh jumlah plot/jalur pengamatan dimana spesies tersebut ditemukan.
Barbour et al. (1987) diacu dalam Djufri (2002) mengatakan bahwa pola
distribusi spesies tumbuhan cenderung mengelompok, sebab tumbuhan
bereproduksi dengan biji yang jatuh dekat induknya atau dengan rimpang yang
menghasilkan anakan vegetatif masih dekat dengan induknya. Pola penyebaran
spesies invasif ini berdampak langsung terhadap tingkat keanekaragaman dan
kemerataan pada plot contoh penelitian, yan ditunjukan dengan rendahnya nilai
yang didapat dalam indeks keanekaragaman Shanon-Wiener dan indeks
kemerataan Eveness.
Menurut Heddy et al. (1986) diacu dalam Indriyanto (2006) pola
penyebaran mengelompok dapat terjadi karena kondisi lingkungan jarang yang
seragam, meskipun pada area yang sempit, perbedaan kondisi tanah dan iklim
pada suatu area akan menghasilkan perbedaan dalam habitat yang penting bagi
organisme di dalamnya. Adapun McNaughton dan Wolf (1990) mengemukakan
bahwa kondisi iklim dan faktor ketersediaan hara merupakan faktor lingkungan
yang pali