Kandungan Logam Berat Fe, Cu, Cr dan Zn pada Juvenil Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) yang Dipaparkan pada Limbah Baja (Slag)

KANDUNGAN LOGAM BERAT Fe, Cu, Cr DAN Zn PADA
JUVENIL IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus)
YANG DIPAPARKAN PADA LIMBAH BAJA (SLAG)

GILANG RUSRITA AIDA

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kandungan Logam
Berat Fe, Cu, Cr dan Zn pada Juvenil Ikan Kerapu Macan (Epinephelus
fuscoguttatus) yang Dipaparkan pada Limbah Baja (Slag) adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, April 2013
Gilang Rusrita Aida
NIM C24090006

ABSTRAK
GILANG RUSRITA AIDA. Kandungan Logam Berat Fe, Cu, Cr dan Zn pada
Juvenil Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) yang Dipaparkan pada
Limbah Baja (Slag). Dibimbing oleh M. MUKHLIS KAMAL dan YUSLI
WARDIATNO.
Slag merupakan limbah yang dihasilkan dari industri peleburan baja yang
telah dimanfaatkan di beberapa negara. Di Indonesia, limbah ini belum dapat
dimanfaatkan karena PP No. 85 Tahun 1999 menggolongkan slag ke limbah B3
karena kandungan logam berat yang dikhawatirkan akan terlepas ke perairan jika
terpapar terus-menerus. Perbedaan perlakuan ini menjadikan acuan untuk
dilakukan pengujian skala laboratorium untuk mengetahui kandungan logam berat
Fe, Cr, Cu dan Zn pada biota setelah dipaparkan slag. Biota yang digunakan yaitu
juvenil ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) yang merupakan salah satu

ikan yang berasosiasi dengan ekosistem karang dan dapat terkena dampaknya jika
terjadi pelepasan logam dari slag yang dipaparkan. Hasil penelitian dengan 6
perlakuan pemaparan sedimen slag (A: slag 100%; B: slag 80%; C: slag 60%;D:
slag 40%; E: slag 20% dan F: pasir laut 100%) menunjukkan adanya perbedaan
kandungan logam berat Fe, Cr, Cu dan Zn pada daging juvenil ikan kerapu macan
setelah pemaparan. Namun, hasil uji ANOVA menunjukkan perbedaan yang tidak
signifikan terhadap kandungan logam berat sebelum dan setelah pemaparan
(p>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa slag tidak mempengaruhi kandungan
logam berat (Fe, Cr, Cu dan Zn) pada daging juvenil ikan kerapu macan
Kata kunci: slag, logam berat dan ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus)

ABSTRACT
GILANG RUSRITA AIDA. Concentration of Fe, Cu, Cr and Zn in Tiger Grouper
Juvenile (Epinephelus fuscoguttatus) under Slag’s Exposure. Supervised by M.
MUKHLIS KAMAL and YUSLI WARDIATNO.
Slag is the waste generated from the steel foundries which have been used in
some of countries. In Indonesia, this waste can not be utilized. Government
Regulation No. 85, 1999 clasifies slag into B3 waste because of heavy metal (Fe,
Cr, Cu and Zn) that containing inside and it is feared will be released to the
aquatic environment organism if exposed continuously, in order that the

laboratory-scale studies are needed to determine the content of heavy metals of
the organism under slag’s exposure. The organism that used on this experiment is
tiger grouper juvenile (Epinephelus fuscoguttatus) which is one of the fish
associated with coral ecosystems and it may affected the release of metals from
slag’s exposure. The results that used for 6 treatments slag sediment’s exposure
(A: 100% slag; B: 80% slag, C: 60% slag; D: 40% slag, E: 20% slag and F:
marine sand 100%) shows the different content of heavy metals in fish meat after
exposure. However, ANOVA test showed no significant differences with respect
to the content of heavy metals before and after exposure (p>0.05). This indicates
that the slag does not affect the content of heavy metals (Fe, Cr, Cu and Zn) in
juvenile tiger grouper.
Key words: slag, heavy metals and tiger grouper juvenile (Epinephelus
fuscoguttatus)

KANDUNGAN LOGAM BERAT Fe, Cu, Cr DAN Zn PADA
JUVENIL IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus)
YANG DIPAPARKAN PADA LIMBAH BAJA (SLAG)

GILANG RUSRITA AIDA


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Kandungan Logam Berat Fe, Cu, Cr dan Zn pada Juvenil Ikan
Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) yang Dipaparkan
pada Limbah Baja (Slag)
Nama
: Gilang Rusrita Aida
NIM
: C24090006


Disetujui oleh

Dr Ir M Mukhlis Kamal, MSc
Pembimbing I

Dr Ir Yusli Wardiatno, MSc
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Yusli Wardiatno, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: 17 April 2013

PRAKATA
Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul Kandungan
Logam Berat Fe, Cu, Cr dan Zn pada Juvenil Ikan Kerapu Macan (Epinephelus
fuscoguttatus) yang Dipaparkan pada Limbah Baja (Slag); yang dilaksanakan

pada bulan Mei 2012, dan merupakan salah satu syarat untuk dapat melaksanakan
penelitian dan menyusun tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana perikanan
pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kepada Dr Ir
M Mukhlis Kamal,MSc dan Dr Ir Yusli Wardiatno,MSc selaku dosen
pembimbing serta Ir Agustinus Samosir,MPhill dan Dr Ir Ario Damar,MSi selaku
Komisi Pendidikan S1 dan dosen penguji atas saran yang diberikan. Ucapan
terima kasih juga ditunjukkkan kepada Prof Dr Ir Djamar F T Lumban Batu,MAgr
selaku pembimbing akademik; Dr Majariana Krisanti,SPi,MSi yang telah
memberikan kesempatan dan arahan dalam pelaksanaan tugas akhir ini; Ayah, ibu
dan adik-adikku (Rifana dan Bagas); teman-teman MSP 46 (Rodearni,Viska, Zia,
Nanda, Nur Mar A, dll); teman-teman satu penelitian slag (Tyas, Niken, Asyanto
dan Allsay) dan kakak-kakak MSP 44 (Kak Dede, Kak Reza, Kak Arif dan Kak
Agus) dan MSP 45 serta MSP 47 atas dukungan dan doanya dalam penyelesaian
tugas akhir ini.
Penulis menyadari tulisan ini masih jauh dari sempurna, dikarenakan
keterbatasan pengetahuan penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk
berbagai pihak.

Bogor, April 2013

Gilang Rusrita Aida

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan dan Manfaat penelitian
METODE

Tempat dan Waktu Penelitian
Tahap Persiapan
Penelitian Utama
Analisa Data

1
2
2
2
3
4

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kandungan logam Berat Fe, Cr, Cu dan Zn
Kondisi Media Percobaan
Pertumbuhan Juvenil Ikan Kerapu Maca
Pembahasan

4

8
10
12

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran

16
16

PERSANTUNAN

16

DAFTAR PUSTAKA

17

LAMPIRAN


19

RIWAYAT HIDUP

36

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.

Perbandingan komposisi sedimen
Pertumbuhan mutlak juvenil ikan kerapu macan selama pecobaan
Laju pertumbuhan relatif juvenil ikan kerapu macan selama
percobaan
Laju pertumbuhan spesifik (SGR) juvenil ikan kerapu macan
selama percobaan


3
11
12
12

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Desain penelitian
Kandungan logam Fe dalam (a) daging juvenil ikan kerapu macan
dan (b) media percobaan
Kandungan logam Cr dalam (a) daging juvenil ikan kerapu macan
dan (b) media percobaan
Kandungan logam Cu dalam (a) daging juvenil ikan kerapu macan
dan (b) media percobaan
Kandungan logam Zn dalam (a) daging juvenil ikan kerapu macan
dan (b) media percobaan
Kondisi parameter kualitas air harian selama percobaan (a) pH
(b)salinitas (c) Oksigen terlarut dan (d) temperatur
Kandungan total amonia pada media percobaan
Rataan perubahan bobot juvenil ikan kerapu macan selama
percobaan

2
5
6
7
8
9
10
11

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Alat, bahan dan metode yang digunakan selama penelitian
Dokumentasi kegiatan penelitian
Nilai baku mutu untuk kualitas media dan logam berat pada biota
Analisa pertumbuhan juvenil kerapu macan
Model rancangan kelompok
Uji BNT
Uji F perlakuan sedimen terhadap kandungan logam pada juvenil
ikankerapu macan
Kondisi kualitas air pada pengamatan setiap tiga jam (a) 05-07
Juni 2012 (b) 19-21 Juni 2012 dan (c) 03-05 Juli 2012
Komposisi slag baja

20
21
23
24
25
26
27
31
35

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Slag baja atau disebut limbah baja merupakan hasil sampingan dari
peleburan baja. Bahan ini dihasilkan dari proses pemurnian logam panas melalui
tanur tinggi menjadi baja. Slag dibeberapa negara seperti Amerika, Jepang dan
Inggris telah dimanfaatkan. Contohnya di negara bagian Alabama (AS) yang
telah memanfaatkannya sebagai semen atau yang disebut sebagai slag cement
(SCA 2011). Inggris menggunakan limbah baja sebagai bahan material jalan
dilaporkan sejak tahun 1813 (Barišić et al. 2010). Jepang telah memanfaatkan
Blast Furnace slag (BFS) yang berbentuk agregat sebagai pengganti pasir pantai
untuk menimbun sedimen dasar berlumpur di perairan dangkal. Hal ini dilakukan
untuk menekan pembentukan hidrogen sulfat (H2S) oleh bakteri yang dapat
menyebabkan blue tides. Setelah menekan blue tides, penggunaan pasir BFS
teryata dapat meningkatkan diversitas bentik laut dibanding dengan penggunaan
pasir pantai (Takahashi & Kazuya 2002). Hasil monitoring tahun 1990-1998 pada
perairan pesisir Kaohsiung, Taiwan menunjukkan diversitas ikan demersal yang
lebih tinggi di daerah perairan dengan sedimen campuran pasir dan slag dibanding
dengan area dengan sedimen alami berupa pasir (Chou et al. 2002). Selain dalam
bentuk butiran, Jepang telah mengembangkan slag dalam bentuk blok dengan
ukuran 25cm melalui proses pemadatan untuk diletakkan didasar perairan di
kawasan Hirosima. Hasil dari monitoring menunjukkan pada blok slag tersebut di
tumbuhi tanaman laut yang memiliki tipe sama dengan tanaman yang tumbuh
pada batuan alami di sekitar perairan tersebut (Takahashi & Kazuya 2002).
Adanya pemanfaatan slag di beberapa negara lainnya menunjukkan limbah
ini mungkin memang tidak berbahaya terhadap lingkungan dan terhadap biota.
Menurut The Federal Register Vol. 45 No. 98 tahun 1980, telah dilakukan
pengujian terhadap bahan slag dengan standar EPA, yang menyatakan slag tidak
berbahaya dengan hasil sebagai berikut: tidak mudah terbakar, mempunyai pH 7.9
(tidak korosif), tidak bersifat reaktif dan tidak bersifat racun (Gunawan et al.
2011). Namun, di Indonesia slag ini tidak dapat dimanfaatkan secara langsung
karena berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 menggolongkan
slag kedalam limbah B3. Hal ini disebabkan adanya kandungan logam berat
dalam slag dikhawatirkan akan terlepas ke perairan jika terpapar terus menerus
sehingga dapat membahayakan biota akuatik. Masuknya limbah baja (slag) ke
daftar limbah B3 dinilai sangat memberatkan bagi pengusaha industri baja
sehingga slag tersebut hanya tertimbun di gudang-gudang perusahaan setiap
tahunnya dan tidak termanfaatkan. Padahal slag berpotensi untuk dimanfaatkan
sebagai material infrastruktur seperti pemecah gelombang dan substrat
transplantasi karang karena memiliki struktur yang lebih kuat dibandingkan
material biasa.
Adanya kandungan kandungan logam berat dan perbedaan pemanfaatan slag
yang lebih leluasa dibeberapa negara menjadi acuan dilakukan pengujian
laboratorium tentang efek pemaparannya terhadap biota perairan untuk
mengetahui ada tidaknya logam berbahaya yang dapat terlepas ke lingkungan
perairan dan terakumulasi terhadap biota akuatik jika dimanfaatkan. Jenis biota

2
venil ikan kerapu macan
m
yang digunakan dalam peengujian inii yaitu juv
(Epineephelus fusscoguttatus) yang merrupakan sallah satu jeenis ikan yang
berasoosiasi dengaan karang. Interaksi dengan habbitat karangg inilah saangat
memuungkinkan ik
kan ini terken
na dampak ddari slag jikka memang tterjadi akum
mulasi
kandungan logam--logam berbahaya dari sslag yang terrlepas ke perrairan.
Tujua
an dan Man
nfaat Peneliitian
T
Tujuan
pennelitian ini ad
dalah untuk mengetahuii kandungann logam beraat Fe,
Cu, Crr dan Zn pada juvenil ikkan kerapu m
macan (Epinnephelus fusscoguttatus) yang
dipapaarkan pada komposisi slag
s
yang bberbeda. Hassil penelitiann ini diharaapkan
dapat memberikaan informassi tentang aada tidaknyya pengaruhh slag terhhadap
m berat padaa juvenil ikaan kerapu macan
m
yang dipaparkan pada
kandungan logam
slag.

METO
ODE
Tem
mpat dan Waaktu Penelittian
P
Penelitian
d
dilakukan
di
d Laboratorrium Basah,, Bagian Prroduktivitas dan
Lingku
ungan Peraiiran, Departtemen Manaajemen Sum
mberdaya Peerairan, Fakkultas
Perikaanan dan Ilm
mu Kelautan
n, IPB. Peneelitian dilakksanakan padda 30 Mei 2012
sampaai 17 Juli 2012. Analisiss kandungann logam beraat dilakukan di Laborato
orium
Produk
ktivitas dan
n Lingkungaan Perairan,, Departemeen Manajem
men Sumberrdaya
Perairaan, Fakultas Perikanan dan
d Ilmu Kelautan, IPB.
Tahap Peersiapan
T
Tahap
persiiapan meru
upakan tahann penyusunnan desain akuarium untuk
u
percob
baan pemap
paran. Perco
obaan ini diilakukan deengan 6 perrlakuan (maasingmasing
g 3 ulangaan) komposiisi slag yanng digunakaan sebagai sedimen (T
Tabel
1).Tata letak akuarium perco
obaan yang telah diberri label perlakuan dilakkukan

Gamb
bar 1. Desain penelitian
nakan masinng-masing 24876
secaraa acak . Totaal sedimen pasir dan slagg yang digun
gram dan
d
38646 gram. Tebaal sedimen ppada masing--masing perlakuan menccapai

3
±1 cm, kemudian sedimen tersebut dibungkus dengan kain menjadi 6 bagian
dengan ukuran yang relatif sama (10x10x5 cm3) dan diletakkan di dasar akuarium
untuk mempermudah pembersihan sisa pakan dan kotoran ikan di dasar akuarium.
Selanjutnya air dengan salinitas 21 ppt dimasukkan ke masing-masing akuarium
percobaan setinggi 15 cm (volume ± 30 liter). Pada masing-masing akuarium
dilengkapi dengan sirkulator dan aerator yang berfungsi untuk menunjang
kebutuhan oksigen terlarut dan menjaga kebersihan media (Gambar 1). Setelah
penyusunan media percobaan selesai, media tersebut didiamkan selama ±7 hari
untuk menstabilkan media percobaan. Kemudian juvenil ikan kerapu macan yang
diperoleh dari Balai Budidaya Air Payau (BPAP) Situbondo, Jawa Timur dengan
berat 2-3 gram dan panjang 4-5 cm dimasukkan ke dalam media percobaan
masing-masing perlakuan berjumlah 15 ekor. Pemberian pakan berupa pelet
sebanyak 3 kali sehari.
Tabel 1. Perbandingan komposisi sedimen
Seri
akurium

% Slag

% Pasir

Bobot %
slag (gr)

Bobot %
pasir (gr)

A
B
C
D
E
F

100
80
60
40
20
0

0
20
40
60
80
100

4294
3435.2
2576.4
1717.6
858.8
0

0
552.8
1105.6
1658.4
2211.2
2764

Kondisi media dipertahankan pada kisaran suhu berkisar 24-31oC dengan
AC (Air Conditioner), oksigen terlarut >5mg/l, pH berkisar antara 7.8-8.5 dan
salinitas antara 21-24 ppt. Untuk menjaga kestabilan salinitas akibat penguapan,
dilakukan pergantiaan air setiap dua hari sekali dengan mengganti dua gayung air
akuarium dengan air tawar. Pergantian air ini juga menjaga kebersihan media
percobaan.
Penelitian utama
Penelitian utama meliputi pengukuran kualitas air, logam berat dan bobot
ikan. Pengukuran kualitas air dilakukan secara harian dan simultan per 3 jam
selama 48 jam setiap 2 minggu yang meliputi suhu, oksigen terlarut, pH, dan
salinitas. Analisis kandungan logam berat dan amonia total pada media dilakukan
pada air baku laut dan media percobaan setelah pemaparan sedimen selama 7 hari
dan diakhir percobaan. Sementara pada daging ikan dilakukan di awal sebelum
pemaparan dan di akhir percobaan dengan masing-masing jumlah ikan yang
digunakan untuk analisis 5 ekor/perlakuan. Pengukuran bobot ikan kerapu macan
dilakukan di awal sebelum pemaparan dan akhir percobaan setelah pemaparan.
Metode yang digunakan untuk analisa kandungan logam berat
menggunakan AAS yang mengacu pada Eaton et al. (2005); suhu, pH dan oksigen
terlarut mnggunakan probe elektroda; salinitas menggunakan refraktofotometer

4
dan bobot ikan menggunakan timbangan digital. Alat dan bahan yang digunakan
selama penelitian disajikan pada Lampiran 1.
Analisis Data
Analisa Deskriptif
Analisa deskriptif digunakan untuk membandingkan kualitas air dan
kandungan logam pada media percobaan serta daging juvenil dengan naku mutu.
Kualitas air dan kandungan logam berat media percobaan dibandingkan dengan
baku mutu Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004 tentang
baku mutu air laut. Sementara kandungan logam pada daging dibandingkan
dengan SK Dirjen POM No. 037/25/B/SKVII/1989 mengenai batas maksimum
cemaran logam dalam produk pangan serta beberapa sumber lainnya (Lampiran 3).
Pertumbuhan
Pertumbuhan yang dianalisa dalam penelitian ini adalah pertumbuhan
mutlak (gram), laju pertumbuhan relatif/GR (%) dan laju pertumbuhan
spesifik/SGR (% perhari) yang diacu dari Affandi & Tang (2002) yang disajikan
pada Lampiran 4.
Analisis Statistik
Analisis statistik digunakanan untuk mengetahui pengaruh pemaparan
sedimen slag terhadap kandungan logam pada juvenil ikan kerapu macan
(Epinephelus fuscoguttatus). Model yang digunakan dalam penelitian
eksperimental ini adalah rancangan kelompok (RK) dan dilakukan uji ANOVA
(Mattjik & Sumertajaya 2000) yang disajikan pada Lampiran 5. Hasil uji ANOVA,
jika Ftabel > Fhitung maka keputusan yang diperoleh adalah terima H0 yang berarti
tidak ada satu pun perlakuan dan kelompok yang memberikan perbedaan nyata
terhadap kandungan logam berat pada ikan kerapu macan. Sebaliknya, jika Ftabel <
Fhitung maka keputusan yang diperoleh adalah tolak H0 berarti sedikitnya ada satu
perlakuan dan kelompok yang mempengaruhi kandungan logam berat pada ikan
kerapu macan sehingga perlu dilakukan uji beda nyata terkecil (BNT). Uji BNT
diperlukan untuk melihat perbedaan pengaruh nyata pada setiap perlakuan
( Lampiran 6).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kandungan Logam Berat Fe, Cr, Cu dan Zn
Logam pada limbah baja (slag) yang yang dianalisis dan termasuk dalam
logam berat diantaranya besi (Fe), tembaga (Cu), kromium (Cr) dan seng (Zn).
Selama percobaan pemaparan juvenil ikan kerapu macan pada sedimen limbah
baja perlakuan D-E hanya bertahan 4 minggu, A-B 5 sampai 6 minggu dan C-F
bertahan sampai 6 minggu sehingga data logam pada ikan setelah pemaparn

5
tterbagi men
njadi tiga data yaitu 4,5 dan 6 minggu.
m
Kanndungan loggam mikro
e
esensial
ini dibandingka
d
an antar perlaakuan sehinggga dapat dillihat perbedaaannya.
Logam
m Fe (Gambar 2) pada ddaging ikan menunjukkaan adanya peningkatan
s
setelah
dilak
kukan pemaaparan dari 4427.47 mg/kkg menjadi sekitar 373.17-790.03
m
mg/kg.
Nam
mun, jika dibandingkan
d
n kandungaan logam F
Fe dalam daaging ikan
d
dengan
jum
mlah limbah
h baja yangg dipaparkaan cenderunng tidak beerpengaruh
(aa)
Logam Fe (mg/kg)

900
800
700
600
500
400
300
200
100
0

Awal
4 min
nggu
5 min
nggu
6 minnggu
B

A

C

D

E

F

P
Perlakuan

(
(b)
1,2

Fe (mg/l)
( g )

1,0
0,8
0,6

Air lautt(0.055).

6
Logam Cr (Gambar 3) dalam daging juvenil ikan kerapu mengalami
peningkatan pada pemaparan 4 dan 5 minggu kemudian menurun pada pemaparan
6 minggu. Sementara kandungan Cr dalam media yang cenderung mengalami
(a)

Logam Cr (mg/kg)

120
100
80
Awal

60

4 minggu

40

5 minggu
20

6 minggu

0
A

B

C

D

E

F

Perlakuan

(b)
0,020

Cr (mg/l)

0,015
0,010

Air Baku(0.05).
Logam Cu dalam daging juvenil ikan kerapu macan (Gambar 4)
menunjukkan perbedaan nilai yang tidak signifikan selama pemaparan jika

7
dibandingkan kandungan Cu pada ikan sebelum pemaparan yaitu sebesar 23.32
mg/kg. Berbeda dengan konsentrasi Cu dalam media yang mengalami
peningkatan dibanding dengan 7 hari pemaparan tanpa biota yang konsentrasinya
0.05).

Logam Zn (mg/kg)

(a)
160
140
120
100
80
60
40
20
0

Awal
4 minggu
5 minggu
6 minggu
A

B

C

D

E

F

Perlakuan

(b)
0,30
Zn (mg/l)

0,25
0,20
0,15

Air baku

0,10

7 hari pemaparan

0,05

Akhir percobaan

0,00
A

B

C

D

E

F

Perlakuan

Gambar 5. Kandungan logam Zn dalam (a) daging juvenil ikan kerapu
macan dan (b) media percobaan (A: sedimen slag 100%; B: sedimen slag
80%; C: sedimen slag 60%;D: sedimen slag 40%; E: sedimen slag 20%
dan F: pasir 100%)

Kondisi Media Percobaan
Kualitas Air Harian
Kualitas air harian media percobaan diukur untuk menjaga kestabilan
beberapa parameter agar ikan kerapu dapat bertahan lama dan logam dalam ikan
dapat terlihat perbedaannya. Berdasarkan hasil pengamatan dari awal hingga akhir

9
percobaan, nilai parameter-parameter tesebut masih dalam kisaran yang sama dan
sesuai untuk ikan kerapu macan dapat tumbuh optimum (Gambar 6). Nilai pH
berada pada kisaran 7-8.5, oksigen terlarut > 5 mg/l, salinitas antara 20-24 ppt dan
temperatur pada kisaran 24-28oC. Kisaran nilai parameter-parameter kualitas air
tersebut juga sama dengan kisaran nilai pada pengukuran secara simultan pertiga
jam (Lampiran 8).

C

E

D

F

7,0

-1

DO (mg.L )

B

A

7,5

6,5
6,0
5,5
5,0
4,5
28

o

Suhu ( C)

27
26
25
24
23
22
21
20
9,0
8,5

pH

8,0
7,5
7,0
6,5

Salinitas (ppt)

6,0
26
25
24
23
22
21
20
19
18
1

2

3

1

2

3

1

2

3

1

2

3

1

2

3

1

2

3

Ulangan ke -

Gambar 6. Kondisi parameter kualitas air harian selama percobaan (A:
sedimen slag 100%; B: sedimen slag 80%; C: sedimen slag 60%;D: sedimen
slag 40%; E: sedimen slag 20% dan F: pasir 100%)
Total Amonia (NH3-N)
Total amonia diukur untuk mengetahui kandungan ammonia dalam media
percobaan selama pemaparan. Nilai amonia total dari hasil pengukuran
menunjukkan nilai yang mengalami peningkatan selama pemaparan dibandingkan

10
dengan sebelum pemaparan dan air baku laut. Kandungan amonia pada air baku
laut sebesar 0.233 mg/l dan setelah mengalai pemaparan slag selama 7 hari
meningkat menjadi 0.298-0.660 mg/l dan pada akhir percobaan menjadi 0.1050.565 mg/l. Peningkatan kadar total amonia dalam media percobaan diduga

0,8
Total Amonia (mg/l)

0,7
0,6
0,5
0,4

Air Baku

0,3

Pemaparan 7 Hari

0,2

Akhir Percobaan

0,1
0
A

B

C

D

E

F

Perlakuan

Gambar 7. Kandungan total amonia pada media percobaan (A: sedimen
slag 100%; B: sedimen slag 80%; C: sedimen slag 60%;D: sedimen slag
40%; E: sedimen slag 20% dan F: pasir 100%)
berasal dari sisa pakan dan kotoran yang dihasilkan oleh juvenil ikan kerapu.
Kandungan amonia dalam perairan ini dapat bersifat toksik pada ikan dengan
menurunnya kadar oksigen terlarut, pH dan suhu.
Pertumbuhan Juvenil Ikan Kerapu Macan
Biomassa (gram)
Perubahan biomassa ikan selama percobaan dapat dilihat dari perbedaan
bobot awal dan akhir percobaan. Hasil rataan biomassa juvenil ikan kerapu macan
dari setiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 9. Rata-rata perubahan bobot dari
setiap perlakuan sebesar 1-2 gram dari bobot awal. Perubahan bobot terbesar
terdapat pada perlakuan F dari nilai rataan bobot 2.0373 gram menjadi 4.0608
gram sementara perubahan bobot terendah terdapat pada perlakuan D dari 1.9311
gram menjadi 2.8069 gram. Adanya peningkatan bobot rata-rata pada juvenil ikan
kerapu macan ini menunjukkan ikan kersebut mengalami pertumbuhan selama
percobaan pemaparan slag dilakukan.
Pertumbuhan Mutlak (gram)
Pertumbuhan mutlak merupakan selisih bobot basah pada akhir percobaan
dengan awal percobaan. Pada percobaan ini dilakukan pengukuran bobot ikan di
awal dan di akhir percobaan sehingga pertumbuhan mutlak ikan kerapu dapat
diketahui (Tabel 2). Pertumbuhan mutlak juvenil ikan kerapu macan selama
percobaan memiliki nilai yang bervariasi dengan kisaran antara 0.8758-2.0234
gram. Pertumbuhan mutlak tertinggi terdapat pada perlakuan F dengan lama

11

Bobot rata-rata (gram)

7
6
5
4
3

awal

2

akhir

1
0
A

B

C

D

E

F

Perlakuan

Gambar 8. Rataan perubahan bobot juvenil ikan kerapu macan selama
percobaan (A: sedimen slag 100%; B: sedimen slag 80%; C: sedimen
slag 60%;D: sedimen slag 40%; E: sedimen slag 20% dan F: pasir
100%)
pemaparan 6 minggu. Sementara pertumbuhan mutlak terendah terdapat pada
perlakuan D dengan lama pemaparan 4 minggu. Pertumbuhan mutlak pada ikan
kerapu macan dengan pemaparan 6 minggu cenderung lebih besar dibanding
dengan pemaparan 4 dan 5 minggu. Hal ini dikarenakan pada perlakuan 6 minggu
kesempatan untuk tumbuh lebih lama.
Tabel 2. Pertumbuhan mutlak juvenil ikan kerapu macan selama pecobaan
Perlakuan

Bobot
awal
(Wo)

A
B
C
D
E
F

2.6191
2.0213
2.7222
1.9311
2.0389
2.0373

Bobot akhir (Wt)
4
5
6
minggu minggu minggu
3.7773
4.3770
3.1993
3.3664
4.4127
2.8069
3.8618
4.0608

Pertumbuhan mutlak (gr)
4
5
6
minggu minggu minggu
1.1582
1.7579
1.1780
1.3450
1.6905
0.8758
1.8229
2.0234

Laju Pertumbuhan Relatif (%) dan Laju Pertumbuhan Spesifik (% perhari)
Laju pertumbuhan relatif diperlukan untuk mengetahui besarnya
pertumbuhan bobot (%) juvenil ikan kerapu macan selama percobaan. Sementara
laju pertumbuhan spesifik (SGR) dihitung untuk mengetahui pertumbuhan bobot
ikan kerapu perhari (%perhari) selama percobaan dilakukan. Besarnya laju
pertumbuhan relatif dan laju pertumbuhan spesifik dapat dilihat pada Tabel 3 dan
4.
Laju pertumbuhan relatif juvenil ikan kerapu macan terbesar terdapat pada
perlakuan F sebesar 99.3179% kemudian disusul dengan perlakuan E sebesar
89.4080%. Laju pertumbuhan relatif ikan dengan pemaparan selama 6 minggu
cenderung lebih besar dibanding dengan 4 dan 5 minggu. Hal ini dikarenakan
kesempatan untuk tumbuh pada pemaparan 6 minggu yang lebih lama dibanding 4

12
dan 5 minggu. Nilai SGR yang tinggi pada perlakuan E dan F masing-masing
2.2812% perhari dan 1.6040% perhari menunjukkan pertumbuhan harian juvenil
ikan kerapu macan cenderung lebih besar dibanding dengan perlakuan lainnya.
Tabel 3. Laju pertumbuhan relatif juvenil ikan kerapu macan selama
percobaan
Perlakuan

Bobot
awal
(Wo)

A
B
C
D
E
F

2.6191
2.0213
2.7222
1.9311
2.0389
2.0373

Laju
Pertumbuhan
Relatif(%)
4
5
6
4
5
6
minggu minggu minggu minggu minggu minggu
3.7773 4.3770
44.2196 67.1178
3.1993 3.3664
58.2760 66.5417
4.4127
62.0992
2.8069
45.3527
3.8618
89.4080
4.0608
99.3179
Bobot akhir (Wt)

Tabel 4. Laju pertumbuhan spesifik (SGR) juvenil ikan kerapu macan
selama percobaan
Bobot
Perlakuan awal
(Wo)
A
B
C
D
E
F

2.6191
2.0213
2.7222
1.9311
2.0389
2.0373

Bobot akhir (Wt)
4
5
minggu minggu
3.7773
3.1993
2.8069
3.8618

Laju Pertumbuhan
(SGR) (% perhari)
6
4
5
minggu minggu minggu
4.3770
1.0171
3.3664
1.3914
4.4127
1.2896
2.2812
4.0608

Spesifik
6
minggu
1.1943
1.1862
1.1233

1.6040

Pembahasan
Slag merupakan limbah yang dihasilkan dari industri peleburan baja.
Menurut Tossavainen (2005) dan Tossavainen et al. (2007) logam yang
terkandung dalam slag antara lain Fe, Al, Ca, Mg, Mn, Si, Mo, Ni, K, Na,P, Ti,V
Cr, Cu, dan Zn. Berdasarkan hasil pengujian komposisi kimia agregat slag terdiri
dari SiO2 18.66 %; CaO 27.36%; MgO 4.6%; Al2O3 10.4%; Fe2O3 13.35% (ASA
2002 in Gunawan et al. 2011 ). Sementara dalam penelitian ini karakteristik slag
yang digunakan merupakan jenis steelmaking slag yang memiliki komposisi Fe
total 32.8%; CaO 26.5%;SiO2 13.10%; Al2O3 4.34%; K2O 0.097%; Na2O 0.26%;
MgO 5.71%; MnO 3.54%; Cu 0.004%; Zn 0.014%; Cr 0.048% dan P2O5 2.11%
(Damar et al. 2013). Beberapa logam berat yang terkandung dalam dalam limbah
tersebut termasuk ke dalam logam berat yang bersifat toksik tinggi (Cu dan Zn),
sedang (Cr) dan rendah (Fe). Namun, logam-logam berat dalam slag ini
kandungannya relatif lebih rendah dibanding logam ringan lain, bahkan beberapa
logam berat seperti Pb dan Cd tidak terdeteksi. Meskipun Fe, Cr, Cu dan Zn

13
termasuk dalam logam berat, menurut Laws (1993) logam Fe, Cu dan Zn
termasuk mineral essensial. Almatsier (2001), Perk (2006),Winarno (2008) dan
FAO (2012) menggolongkan Cr termasuk juga dalam mikronutrien esensial bagi
organisme. Logam-logam esensial ini berguna bagi organisme pada konsentrasi
tertentu dan dapat beracun bagi manusia juga organisme jika pemaparannya cukup
lama.
Besi dalam tubuh biota akuatik berperan penting dalam berbagai reaksi
biokimia, antara lain dalam memproduksi sel darah merah. Besi juga berperan
dalam transportasi oksigen keseluruh tubuh. Menurut Darmono (1995), besi
dalam tubuh berasal dari tiga sumber, yaitu hasil perusakan sel-sel darah merah
(hemolisis), dari penyimpanan di dalam tubuh, dan hasil penyerapan pada saluran
pencernaan dan dari ketiga sumber tersebut, Fe hasil hemolisis merupakan sumber
utama. Menurut Bury et al. (2001) ikan memperoleh Fe terutama dari pakannya.
Kandungan Fe dalam slag pada penelitian cukup tinggi dibanding logam berat
lainnya yang mencapai 32.8%. Berdasarkan hasil percobaan perbedaan perlakuan
sedimen limbah baja menunjukkan kandungan logam Fe selama pemaparan lebih
tinggi dibanding sebelum pemaparan dan melebihi baku mutu dari Departemen
Gizi tahun 1967 sebesar 2 mg/kg (Lampiran 3). Menurut Kim et al. (2011) dan
Sorrensen (1991) akumulasi logam dipengaruhi oleh konsentrasi dan lama
pemaparan. Jika dilihat dari penelitian ini konsentrasi dan lama pemaparan
menunjukkan tidak adanya kecenderungan korelasi terhadap kandungan logam Fe
dalam daging ikan. Kandungan Fe dalam daging dengan lama pemaparan 4
minggu dan konsentrasi pada media yang rendah menunjukkan nilai yang lebih
tinggi dibanding dengan pemaparan 5 minggu dan 6 minggu (Gambar 2).
Peningkatan konsentrasi Fe dalam daging ikan kerapu macan ini kemungkinan
diperoleh dari hasil penyerapan pakan melalui saluran pencernaan atau dari
hemolisis. Kemungkinan penyerapan Fe dari pakan dapat dilihat dari perlakuan
dengan perlakuan slag 40%; 20% dan 0% yang menunjukkan nilai SGR yang
lebih tinggi dibanding dengan perlakuan lainnya dan kandungan Fe dalam daging
ikan tinggi meskipun pemaparan hanya berlangsung 4 minggu ataupun sedimen
berupa pasir 100%. Selain itu adanya peningkatan konsentrasi Fe dalam daging
diduga juga merupakan absorbsi dari sedimen pasir yang digunakan. Hal ini dapat
dilihat pada perlakuan yang menggunakan sedimen pasir 100% menunjukkan
konsentrasi Fe yang cukup tinggi setelah pemaparan selama 6 minggu sementara
kandungan Fe dalam media airnya rendah (Gambar 2).
Logam Cr merupakan salah satu logam esensial yang diperlukan bagi hewan
khususnya kromium trivalent (Cr3+). McNeely et al. (1979) in Effendi (2003)
menyatakan 50% total Cr dalam air laut berupa Cr3+ yang essensial bagi
organisme. Kandungan Cr pada media percobaan sebelum pemaparan nilainya