Pengaruh Konflik Pernikahan dan Komunikasi Orang Tua-Anak terhadap Kepribadian Remaja pada Keluarga Ibu Bekerja dan Keluarga Ibu Tidak Bekerja
PENGARUH KONFLIK PERNIKAHAN DAN KOMUNIKASI
ORANG TUA-ANAK TERHADAP KEPRIBADIAN REMAJA
PADA KELUARGA IBU BEKERJA DAN IBU TIDAK
BEKERJA
FENI PUSPITA SARI
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Konflik
Pernikahan dan Komunikasi Orang Tua-Anak terhadap Kepribadian Remaja pada
Keluarga Ibu Bekerja dan Keluarga Ibu Tidak Bekerja adalah benar karya saya
dengan arahan dari Dosen Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013
Feni Puspita Sari
NIM I24090035
ABSTRAK
FENI PUSPITA SARI. Konflik Pernikahan dan Komunikasi Orang Tua-AnakTerhadap
Kepribadian Remaja pada Keluarga Ibu Bekerja dan Ibu Tidak Bekerja. Dibimbing oleh
DIAH KRISNATUTI dan ALFIASARI.
Meningkatnya Angka Partisipasi Kerja Perempuan menunjukkan bahwa banyak
keluarga yang memiliki ibu yang bekerja di luar rumah yang secara otomatis memiliki
peran ganda. Permasalahan peran ganda ibu bekerja bukan saja pada peran itu sendiri,
melainkan juga dampaknya terhadap keluarga. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan antara konflik pernikahan, komunikasi orang tua-anak, dan
kepribadian remaja pada keluarga ibu bekerja dan keluarga ibu tidak bekerja. Penelitian
dilakukan di Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor dengan mengambil dua kelurahan
yaitu Kelurahan Kebon Pedes dan Kedung Badak. Penelitian ini melibatkan 100 keluarga
yang dipilih secara acak dari kelompok ibu bekerja dan tidak bekerja. Responden dari
penelitian ini adalah ibu dan anak remaja yang berusia 12-15 tahun. Pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner terstruktur. Data dianalisis secara
deskriptif dan analisis inferensia. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang
signifikan antara karakteristik keluarga dan karakteristik remaja dengan konflik
pernikahan dan kepribadian remaja (kelainan kepribadian). Hubungan antara konflik
pernikahan, komunikasi orang tua-anak dan kepribadian remaja (kelainan kepribadian).
Hasil uji regresi menunjukkan pengaruh karakteristik remaja dan komunikasi orang tuaanak terhadap kepribadian remaja (kelainan kepribadian). Besaran dan arah hubungannya
dibahas lebih lanjut.
Kata kunci: status bekerja ibu, konflik pernikahan, komunikasi orang tua-anak, kelainan
kepribadian remaja
ABSTRACT
FENI PUSPITA SARI. The Influence Marital Conflict and Parent-Child Communication
to Teenager’s Personality of Working and Non-Working Mother Families. Supervised by
DIAH KRISNATUTI and ALFIASARI.
The increasing of Labor Force Participation Rate shows that there are many
families who have working mothers and contribute directly to double-burdens problem.
The problem of double-burden also affects on family life. This research was aimed to
analyze the correlations between marital conflict, parent-child communication, and
teenager’s maladjustment of working and non-working mother families. The research was
conducted at Subdistrict Tanah Sareal, Bogor City by undertaking two areas, i.e Kebon
Pedes and Kedung Badak. The research involved 100 families wich were selected by
random that were derived from working mothers group and non working mothers group.
Respondents of this research were mother and 12-15 years old teenage children. The data
collection was carried out by interviewing mother and her teenager using structural
quetionnaires. The data were analyzed by descriptive and inferensia analysis. The results
showed significant relationship between family’s characteristic, teenager’s characteristic,
and marital conflict and teenager’s personality. Significant correlations also found
between marital conflict, parent-child communication and teenager’s personality. The
results showed teenager’s characteristic and parent-child communication influence on
teenager’s personality (maladjustment personality). The strenght of linear correlations
and are discussed.
Keywords: Mother’s working status, marital conflict, parent-child communication,
maladjustment personality
PENGARUH KONFLIK PERNIKAHAN DAN KOMUNIKASI
ORANG TUA-ANAK TERHADAP KEPRIBADIAN REMAJA
PADA KELUARGA IBU BEKERJA DAN IBU TIDAK
BEKERJA
FENI PUSPITA SARI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Pengaruh Konflik Pernikahan dan Komunikasi Orang Tua-Anak
terhadap Kepribadian Remaja pada Keluarga Ibu Bekerja dan
Keluarga Ibu Tidak Bekerja
Nama
: Feni Puspita Sari
NIM
: I24090035
Disetujui oleh
Dr. Ir. Diah Krisnatuti, MS
Pembimbing I
Alfiasari, S.P, M.Si
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT atas
rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Pengaruh Konflik Pernikahan dan Komunikasi Orang Tua-Anak
Terhadap Kepribadian Remaja pada Keluarga Ibu Bekerja dan Ibu Tidak Bekerja”.
Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dr Ir Diah Krisnatuti, MS selaku pembimbing akademik dan sekaligus
pembimbing skripsi pertama dan kepada ibu Alfiasari S.P. M.Si selaku
pembimbing skripsi kedua yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran,
membimbing, mengarahkan, memberi saran serta dorongan sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini.
2. Ibu ir. Melly Latifah, M.Si dan ibu Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si selaku
dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan agar skripsi
ini lebih baik.
3. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada keluarga tersayang Papah,
Mamah,Teteh Ratna, dan semua saudara atas kasih sayang yang melimpah dan
doa yang tidak pernah putus.
4. Terimakasih kepada para pegawai BPS Kota Bogor, Kecamatan Tanah Sareal,
Kelurahan Kebon Pedes, dan Kelurahan Kedung Badak yang telah
mengizinkan peneliti untuk mengambil data penelitian, serta kepada 100
responden dalam penelitian yang telah banyak membantu dan bersedia
meluangkan waktunya untuk memberikan informasi dan keterbukaannya
terkait penelitian.
5. Tidak lupa juga ucapan terimakasih kepada teman seperjuangan penelitian,
Susanti, Pramasandya RN, Dian Febrina Naibaho, dan Siti Holilah, serta
kepada ka Mustika Dewanggi, teman-teman SMA atas waktu, kebersamaan,
dan, motivasinya.
6. Terimakasih pula kepada teman dekat peneliti Maulana Ibrahim Rau atas
bantuan sejak penyusunan proposal hingga penyelesaian skripsi, doa, motivasi,
serta dukungannya.
Demikian ucapan terima kasih ini dipersembahkan dari hati yang paling
dalam. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi banyak pihak, khususnya dalam
pengembangan keilmuan bidang keluarga Indonesia.
Bogor, Agustus 2013
Feni Puspita Sari
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
3
KERANGKA PEMIKIRAN
3
METODE
5
Desain, Lokasi, dan Waktu
5
Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh
6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
6
Pengolahan dan Analisis Data
8
Definisi Operasional
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
10
Hasil
10
Pembahasan
21
SIMPULAN DAN SARAN
23
Simpulan
23
Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
24
LAMPIRAN
26
RIWAYAT HIDUP
31
DAFTAR TABEL
1 Variabel, data yang diteliti, skala, dan jumlah pertanyaan
2 Sebaran karakteristik keluarga dan remaja berdasarkan usia, pendapatan,
lama pernikahan, besar keluarga, dan usia remaja pada KIB dan KITB
3 Rata-rata skor sumber konflik pada KIB dan KITB
4 Rata-rata skor bentuk konflik pelaku suami pada KIB dan KITB
5 Rata-rata skor bentuk konflik pelaku istri pada KIB dan KITB
6 Rata-rata skor penyelesaian konflik pada KIB dan KITB
7 Rata-rata skor komunikasi orang tua-anak pada KIB dan KITB
8 Rata-rata skor kepribadian remaja pada KIB dan KITB
9 Koefisien korelasi karakteristik keluarga, karakteristik remaja, konflik
pernikahan pada keluarga ibu bekerja
10 Koefisien korelasi karakteristik keluarga, karakteristik remaja,
komunikasi orang tua-anak, dan kepribadian remaja pada keluarga ibu
bekerja
11 Koefisien korelasi karakteristik keluarga, karakteristik remaja, konflik
pernikahan pada keluarga ibu tidak bekerja
12 Koefisien korelasi karakteristik keluarga, karakteristik remaja,
komunikasi orang tua-anak, dan kepribadian remaja pada keluarga ibu
tidak bekerja
13 Koefisien korelasi konflik pernikahan, komunikasi orang tua-anak, dan
kepribadian remaja pada keluarga ibu bekerja
14 Koefisien korelasi konflik pernikahan, komunikasi orang tua-anak, dan
kepribadian remaja pada keluarga ibu tidak bekerja
15 Koefisien uji regresi karakteristik keluarga, karakteristik remaja, dan
komunikasi orang tua-anak terhadap kepribadian remaja
7
11
12
13
13
14
15
16
16
17
18
18
19
20
20
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka berpikir konflik pernikahan, komunikasi orang tua - anak,
dan kepribadian remaja
2 Skema cara pengambilan contoh
5
6
DAFTAR LAMPIRAN
1 Persentase per item pertanyaan komunikasi orang tua-anak
2 Persentase per item pertanyaan kepribadian remaja
27
29
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada era modernisasi ini semakin banyak perempuan yang memasuki
dunia kerja dan memiliki karir yang sederajat dengan laki-laki. Hal ini
ditunjukkan dengan meningkatnya Angka Partisipasi Kerja Perempuan. Pada
periode Februari 2006 – Februari 2007 jumlah pertambahan pekerja perempuan
bertambah 93,55 persen. Menurut BPS (2007) pada saat tahun 2007 menunjukkan
perbandingan peningkatan jumlah angkatan kerja perempuan jauh lebih besar
dibandingkan dengan peningkatan jumlah angkatan kerja laki-laki. Hal ini
disebabkan semakin terbukanya kesempatan kerja di berbagai sektor pekerjaan.
Peningkatan jumlah tenaga kerja perempuan sebagian besar berasal dari
perempuan yang sebelumnya hanya berstatus mengurus rumah tangga. Pada
perempuan yang bekerja, peran dan beban ganda akan menjadi tanggung jawab
yang tidak terelakkan. Peran ganda perempuan merupakan salah satu dari
beberapa masalah yang sering dihadapi perempuan bekerja dikarenakan harus
dapat menyeimbangkan antara peran publik dan juga domestik. Permasalahan
peran ganda perempuan bukan hanya pada peran publik yang diemban, namun
juga berdampak pada kehidupan keluarganya. Hal ini bisa terjadi bila ada satu
posisi dalam rumah yang peranannya tidak dapat terpenuhi sehingga konflik akan
terjadi karena tidak adanya kesepakatan diantara pasangan untuk memerankan
tugasnya di dalam rumah (Levy 1969).
Penelitian yang dilakukan oleh Gurin et. al. dalam Sears et. al. (1994)
menyimpulkan bahwa konflik akan senantiasa terjadi dalam kehidupan
pernikahan. Sebesar 45% orang yang sudah menikah mengatakan bahwa dalam
kehidupan bersama akan selalu muncul berbagai masalah. Sementara itu, 32%
pasangan yang menilai pernikahan sangat membahagiakan tetap mengalami
pertentangan. Meskipun begitu, konflik pernikahan diantara orang tua dapat
beresiko terhadap perkembangan anak. Menurut Puspitawati dan Herawati (2009)
konflik yang terjadi diantara orang tua akan menyebabkan anak cenderung
mengalami resiko gangguan kejiwaan dan tekanan batin. Hasil penelitian Adam
dan Lursen (2001) menemukan bahwa konflik orang tua lebih sering berdampak
saat anak berusia remaja bila dibandingkan dengan anak pada masa yang lain.
Anak pada usia remaja sedang mengembangkan potensi dalam dirinya, oleh
karena itu peran serta keluarga khususnya orang tua dapat mengarahkan dan
membimbing para remaja (Mardiah 1999). Pada umumnya masa remaja dianggap
sebagai masa yang paling sulit dalam tahap perkembangan individu. Menurut
Lestari (2012) remaja banyak digambarkan sebagai masa penuh gejolak dan
tekanan yang menurut paham psikoanalitik dikenal sebagi masa pertarungan
antara id (hasrat untuk mencari kesenangan seksual) dan super-ego (tuntutan
untuk mematuhi norma dan moral sosial). Pergolakan yang dialami masa remaja
merupakan refleksi dari konflik internal dan ketidakseimbangan psikis, sehingga
berbagai label pun disematkan pada remaja, seperti malas, kurang hormat, dan liar.
Kemampuan orang tua dalam mengarahkan dan membimbing remaja
ditentukan oleh faktor komunikasi. Komunikasi ini sangat penting bagi orang tua
dalam upaya melakukan kontrol, pemantauan, dan dukungan pada anak.
2
Komunikasi antara orang tua dan anak dapat menjadi indikator penting untuk
melihat kualitas hubungan orang tua dan anak yang kemudian akan menjadi faktor
penentu bagi kepribadian anak (Lestari 2012). Berbagai perilaku yang
menggambarkan jurang komunikasi (communication gap) antara orang tua dan
anak sehingga terkadang dapat menimbulkan konflik (Mardiah 1999). Banyak
yang beranggapan bahwa konflik orang tua dan remaja disebabkan oleh sikap
remaja yang menentang orang tuanya, namun disisi lain hal tersebut dapat
disebabkan adanya hubungan orang tua dan anak yang dijelaskan dalam
pendekatan teori penerimaan dan penolakan orang tua (parental acceptancerejection theory) yang dikembangkan oleh Rohner (1986). Penerimaan dan
penolakan orang tua membentuk dimensi kehangatan (warmth dimention) dalam
pengasuhan, yaitu suatu kualitas ikatan afeksi antara orang tua dan anak seperti
kepedulian, kenyamanan, perhatian, perawatan dukungan, dan cinta. Adapun
disisi lain ditandai oleh penolakan yang mencangkup ketiadaan atau penarikan
berbagai perasaan atau perilaku yang menyakitkan secara fisik maupun psikologis,
seperti tidak menghargai, penelantaran, tak acuh, caci maki, dan penyiksaan.
Pendekatan komunikasi orang tua dan anak memfokuskan pada hubungan dua
pihak (dyadic) dan memandang hubungan orang tua-anak sebagai bagian dari
suatu keseluruhan.
Hasil penelitian Christensen et. al. (1983) menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara konflik keluarga dan ketidakmampuan anak dalam
menyesuaikan dirinya, meskipun dalam penelitian tersebut tidak terlalu terlihat
sejauh mana perilaku bermasalah anak seperti kemarahan, agresi, dan persepsi
interaksi negatif di dalam keluarga. Dampak negatif dari perselisihan salah
satunya adalah ketidakmampuan kepribadian anak dalam menyesuaikan diri.
Kepribadian seseorang dibentuk dan terbentuk oleh faktor internal dan eksternal
(Muhanifah 2009). Menurut Rohner et. al. (2009) persepsi anak terhadap
penerimaan dan penolakan yang dilakukan orang tua akan mempengaruhi
perkembangan kepribadian anak dan mekanisme yang dikembangkan dalam
menghadapi masalah. Menurut Chen (2009) sikap orang tua yang memberikan
kehangatan membuat anak merasa dicintai dan mengembangkan rasa percaya diri
dan memberi konteks bagi afeksi positif yang akan meningkatkan mood untuk
peduli dan tanggap terhadap satu sama lain. Adapun keterbatasan karakteristik
kepribadian yang tampak pada ciri anak yang diberikan penolakan dan afeksi
negatif dari orang tua akan berdampak ketika anak berusia dewasa. Karakteristik
kepribadian tersebut meliputi ketergantungan terhadap orang tua, permusuhan
atau agresi, harga diri negatif, kecukupan diri yang negatif, pendangan yang
negatif terhadap dunia, dan ketidakstabilan emosi. Suasana atau iklim keluarga
sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak yang dibesarkan dalam
lingkungan keluarga yang harmonis dan agamis. Dalam hal ini orang tua
memberikan curahan kasih sayang, perhatian serta bimbingan dalam kehidupan
keluarga maka kepribadian anak cenderung positif dan sebaliknya lingkungan
keluarga yang kurang harmonis dimana orang tua bersikap keras pada anak maka
cenderung mengalami distorsi atau mengalami kelainan dalam penyesuaian diri
anak (maladjustment).
Pada keluarga ibu bekerja resiko anak mengalami distorsi atau mengalami
kelainan dalam penyesuaian diri (maladjustment) sangatlah tinggi dikarenakan
waktu bertemu dan komunikasi antara ibu dan anak sangat sedikit dibandingkan
3
anak pada ibu tidak bekerja yang selalu bersama setiap saat, namun menurut
pandangan Douvan (1963) bahwa remaja yang memiliki ibu bekerja anak akan
lebih mandiri, aktif, dan memiliki motivasi berprestasi dan self esteem yang tinggi.
Remaja pada keluarga ibu bekerja menunjukan role model yang berbeda,
dikarenakan pada ibu yang bekerja memiliki peran tambahan (sebagai pekerja)
yang tidak dimiliki pada ibu yang tidak bekerja dan anak lebih dapat belajar
mengenai konsep lain dari peran-peran seorang ibu yang bekerja (Hofman 1984).
Dengan demikian dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian antara
lain sebagai berikut: (1) apakah terdapat perbedaan antara karakteristik keluarga
dan karakteristik remaja, konflik pernikahan, komunikasi orang tua-anak, dan
kepribadian remaja pada keluarga ibu bekerja dan ibu tidak bekerja; (2) apakah
terdapat hubungan antara karakteristik keluarga dan karakteristik remaja, konflik
pernikahan, komunikasi orang tua-anak, dan kepribadian remaja pada keluarga ibu
bekerja dan ibu tidak bekerja; dan (3) apakah karakteristik keluarga dan
karakteristik remaja, konflik pernikahan, dan komunikasi orang tua-anak
berpengaruh terhadap kepribadian remaja.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh karakteristik keluarga dan karakteristik remaja,
konflik pernikahan, komunikasi orang tua-anak terhadap kepribadian remaja pada
keluarga ibu bekerja dan ibu tidak bekerja.
Tujuan Khusus
(1) Membandingkan karakteristik keluarga dan karakteristik remaja, konflik
pernikahan, komunikasi orang tua-anak, dan kepribadian remaja pada
keluarga ibu bekerja dan ibu tidak bekerja.
(2) Menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga dan karakteristik remaja,
konflik pernikahan, komunikasi orang tua-anak, dan kepribadian remaja pada
keluarga ibu bekerja dan ibu tidak bekerja.
(3) Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga dan karakteristik remaja,
konflik pernikahan, komunikasi orang tua-anak terhadap kepribadian remaja.
KERANGKA PEMIKIRAN
Pernikahan merupakan sebuah ikatan untuk membina hubungan antara
suami dan istri dalam menyatukan perbedaan-perbedaan seperti latar belakang,
kepercayaan, nilai-nilai, harapan-harapan, dan persepsi diantara keduanya dalam
membentuk kesepakatan pembagian tugas dan peran di dalam sebuah keluarga.
Pada era modernisasi ini pembagian tugas dan peran di dalam keluarga semakin
memudar dikarenakan banyaknya kesempatan dan peluang kerja bagi perempuan
untuk mencari nafkah tambahan. Oleh karena itu, pada pasangan yang sama-sama
4
bekerja keduanya membutuhkan keluwesan untuk melakukan pertukaran dan
berbagi tugas dan peranannya dengan pasangan.
Keberhasilan membangun kebersamaan dalam melaksanakan kewajiban
keluarga menjadi salah satu indikasi dalam membentuk kualitas pernikahan pada
pasangan yang sama-sama bekerja. Kualitas pernikahan dapat mempengaruhi
berlangsungnya proses-proses lain dalam keluarga, misalnya seperti pengasuhan
dan performasi individu. Pasangan yang memiliki derajat kepuasan pernikahan
yang tinggi akan memberikan perhatian secara positif pada anak (Rickard el. al.
1982). Sementara itu, pada pasangan yang memiliki ketidakpuasan dalam
pernikahan yang selalu ditenggarai dengan adanya kekerasan tehadap pasangan
akan berdampak pada masalah perilaku dan penyesuaian anak (Stith et. al. 2008).
Konflik pernikahan diantara orang tua lebih sering berdampak saat anak berusia
remaja dibandingkan dengan anak pada masa yang lain, dikarenakan usia remaja
adalah masa dalam pencarian identitas diri. Remaja membutuhkan bimbingan dari
orang-orang terdekat yang ada di sekelilingnya dengan kata lain remaja memiliki
sifat ketergantungan terhadap orang lain untuk mengembangkan kepribadian
dirinya (Priyonggo 2002), untuk itu orang tua dan anak harus tetap dapat
mereflesikan dan menjaga tingkatan mengenai kehangatan, rasa aman,
kepercayaan, afeksi positif, dan ketanggapan diantara keduanya (Chen 2009).
Oleh karena itu, diduga bahwa terdapat perbedaan dalam hal karakteristik
keluarga (usia, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, besar keluarga, dan lama
pernikahan), karakteristik remaja (jenis kelamin dan usia), ketidakpuasan
pernikahan yang ditenggarai dengan adanya kekerasan terhadap pasangan,
banyaknya sumber konflik, dan penyelesaian masalah yang dilakukan secara tidak
efektif (konflik pernikahan), kualitas hubungan orang tua-anak, serta masalah
perilaku dan kepribadian remaja (ketidakmampuan penyesuaian diri). Diduga
terdapat kaitan antara karakteristik keluarga, karakteristik remaja, dengan konflik
pernikahan pada pasangan yang sama-sama bekerja dan pasangan yang hanya
memiliki satu orang yang bekerja di dalam keluarga, kaitan antara konflik
pernikahan dengan masalah perilaku dan kepribadian remaja, serta dugaan bahwa
karakteristik keluarga, karaktristik remaja, konflik pernikahan yang selalu terjadi
diantara pasangan, dan hubungan orang tua-anak dapat berpengaruh terhadap
masalah perilaku remaja yang tercermin pada kepribadian negatif remaja yang
tidak mampu dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya (maladjustment
personality) yang tampak saat anak usia dewasa.
5
Karakteristik
Keluarga
-
Usia
Pendapatan
Pekerjaan
Pendidikan
Besar keluarga
Lama pernikahan
Karakteristik
Remaja
Konflik
Pernikahan
- Sumber
konflik
- Bentuk
konflik
- Penyelesaian
konflik
suami-istri
Komunikasi
orang tua anak
Kepribadian
remaja
- Jenis kelamin
- Usia
Gambar 1 Kerangka berpikir konflik pernikahan, komunikasi orang tua - anak,
dan kepribadian remaja
METODE
Desain, Lokasi, dan Waktu
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang berjudul
“Interaksi Keluarga dan Perkembangan Remaja” penelitian ini memfokuskan pada
interaksi antara ibu dengan anak. Desain penelitian yang digunakan adalah crosssectional study, yaitu pengukuran variabel-variabel penelitian dilakukan dalam
satu kali waktu secara bersamaan pada obyek yang berbeda. Pemilihan lokasi
dalam penelitian ini dilakukan secara purposive, yaitu di salah satu kecamatan di
Kota Bogor dengan mengambil dua kelurahan yaitu Kelurahan Kebon Pedes dan
Kedung Badak dengan pertimbangan bahwa dua kelurahan di Kecamatan tersebut
memiliki keluarga yang termasuk dalam kategori Keluarga Sejahtera II (KSII)
menurut BKKBN, yaitu dimana salah satu atau lebih anggota keluarga memiliki
pekerjaan, dengan jumlah tertinggi menurut BPS Kota Bogor. Waktu penelitian
yang mencangkup pengumpulan data, dan pengolahan data dilakukan dari bulan
April 2013 sampai dengan Mei 2013.
6
Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh
Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki anak usia
remaja awal dengan status ibu bekerja dan ibu tidak bekerja yang berjumlah 100
keluarga. Remaja dalam penelitian ini berumur 12-15 tahun yang duduk di bangku
SMP. Sebanyak 50 keluarga diambil dari keluarga dengan ibu bekerja, sedangkan
50 keluarga lainnya merupakan keluarga dengan ibu tidak bekerja. Teknik
pengambilan contoh pada penelitian ini menggunakan teknik random sampling.
Berikut terdapat pada Gambar 2 teknik pengambilan contoh yang akan digunakan.
Kota Bogor
Purposive
Kecamatan Tanah Sareal
Purposive
Kelurahan Kebon Pedes
25 keluarga
dengan ibu
bekerja dan
anak remaja
25 keluarga
dengan ibu tidak
bekerja dan anak
remaja
Kelurahan Kedung Badak
Purposive
25 keluarga
dengan ibu
bekerja dan
anak remaja
Random
sampling
25 keluarga
dengan ibu
tidak bekerja
dan anak remaja
n = 100
Gambar 2 Skema cara pengambilan contoh
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan sekunder. Data primer
diperoleh dari hasil penggalian informasi dari responden baik keluarga maupun
remaja, menggunakan teknik wawancara menggunakan kuesioner yang terdiri dari
pertanyaan terbuka dan tertutup. Data primer yang digunakan meliputi
karakteristik keluarga, karakteristik remaja, konflik keluarga, komunikasi orang
tua-anak, dan kepribadian remaja yang mengacu pada pertanyaan mengenai
ketidakmampuan beradaptasi remaja. Data sekunder berupa gambaran umum
penelitian menurut lokasi penelitian. Uraian mengenai variabel, data yang diteliti,
skala, dan jumlah pertanyaan yang disajikan pada Tabel 1.
Data konflik pernikahan diukur menjadi tiga dimensi yaitu, sumber konflik,
bentuk konflik, dan penyelesaian konflik. Sumber konflik pasangan dengan
jumlah 29 pertanyaan yang meliputi lima dimensi sumber konflik dengan masingmasing jumlah pertanyaan perdimensi yang berbeda-beda. Hasil uji reabilitas pada
7
instrumen sumber konflik menunjukkan nilai Cronbach’s alpha 0,772. Bentuk
konflik terbagi atas empat skala yaitu kekerasan fisik, kekerasan verbal, sikap
menarik diri, sikap bertahan, dan tidak terjadi bentuk konflik. Bentuk konflik yang
dibedakan berdasarkan dua pelaku yaitu pelaku suami dan istri. Nilai Cronbach’s
alpha bentuk konflik pelaku suami adalah 0,776 dan nilai Cronbach’s alpha istri
adalah 0,677. Pada penyelesaian konflik meliputi 16 pertanyaan dari empat
dimensi penyelesaian konflik (memberi dan menerima, menyerang pasangan,
menghindar, dan mengalah) yang terbagi atas dua pelaku yaitu suami dan istri
dengan nilai Cronbach’s alpha pelaku suami 0,667 dan pelaku istri adalah 0,646
yang dikembangkan dari intrumen Kurdek (1994).
Komunikasi orang tua-anak diukur 23 pertanyaan yang dimodifikasi dari
Olson dan Barners (1985) yang terbagi ke dalam dua dimensi yaitu Open Family
Communication yang berjumlah 11 pertanyaan dan Problem In Family
Communication berjumlah 12 pertanyaan. Nilai Cronbach’s alpha untuk Open
Family Communication yang dilakukan ibu adalah 0,613 dan komunikasi yang
dirasakan anak adalah 0,783. Sementara itu, Problem In Family Communication
yang dilakukan ibu memiliki nilai Cronbach’s alpha 0,717 dan komunikasi yang
dirasakan anak adalah 0,758.
Kepribadian remaja yang diukur menggunakan CPAQ (Child Personality
Assessment Quetionnaire) yang dikembangkan dari teori PART (Parental
Acceptance-Rejection Theory) dari Rohner (1986) yang berjumlah 42 pertanyaan
yang terbagi atas tujuh dimensi nilai Cronbach’s alpha untuk kepribadian adalah
0,818.
Tabel 1 Variabel, data yang diteliti, skala, dan jumlah pertanyaan
No
Variabel
1
Karakteristik keluarga
2
Karakteristik remaja
3
Konflik pernikahan
4.
Komunikasi Orang
tua-anak
Data yang diteliti
Skala
Usia
Pendapatan
Pekerjaan
Pendidikan
Besar keluarga
Lama pernikahan
Usia
Jenis kelamin
Rasio (tahun)
Rasio
Nominal
Rasio
Rasio (orang)
Rasio
Rasio (tahun)
Nominal
Sumber konflik:
Masalah kesulitan keuangan
keluarga, kesehatan keluarga,
komunikasi pasangan,
pemenuhan kebutuhan anak
(instrumental dan ekspresif),
dan masalah dengan anggota
keluarga besar (ipar/mertua)
Ordinal (1-4)
1= tidak pernah
2= jarang
3= cukup sering
4= sering
Bentuk konflik
yang dilakukan oleh pasangan
ketika terjadi konflik yang di
dalamnya terdapat pelaku dan
korban yang bertindak dalam
konflik
Ordinal (1-4)
1=kekerasan fisik
2= kekerasan secara
verbal
3= sikap bertahan
4= menarik diri dari
interaksi
Jumlah item
pertanyaan
1
1
1
1
1
1
1
1
26
23
8
Tabel 1 (Lanjutan)
No
5.
Variabel
Kepribadian Anak
Data yang diteliti
Komunikasi yang dilakukan oleh
orang tua dan anak meliputi
Open Family Communication
dan Problem in Family
Communication (Olson dan
Barners 1985)
Suatu ciri khas yang dimiliki
anak ketika dewasa yang
dipengaruhi oleh faktor internal
dan ekternal anak
Skala
Ordinal (1-5)
1= sangat tidak setuju
2= tidak setuju
3= cukup setuju
4= setuju
5= sangat setuju
Ordinal (1-4)
1= selalu benar
2= kadang-kadang
3= jarang
4= tidak pernah
Jumlah item
pertanyaan
42
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data
Data karakteristik keluarga meliputi usia orang tua, pendidikan terakhir
orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, besar keluarga, dan lama
pernikahan. Usia ayah dan ibu dikelompokkan dalam kategori usia menurut
Hurlock (1980) meliputi kategori usia dewasa awal (18-40 tahun), dewasa madya
(41-61 tahun), dan dewasa akhir (>61 tahun). Pada pendidikan orang tua
dikategorikan ke dalam enam pendidikan terakhir orang tua yaitu, (1) Tidak
sekolah; (2) SD/sederajat; (3) SMP/sederajat; (4) SMA/sederajat; (5) D1/D2/D3,
dan 6) S1/S2/S3. Pengkategorian pekerjaan orang tua dikategorikan menjadi 14
jenis pekerjaan seperti: (1) Tidak bekerja; (2) Wiraswasta; (3) Pedagang; (4) PNS;
(5) Pegawai Swasta; (6) TNI; (7) Buruh; (8) BHL (buruh harian lepas); (9)
Pengajar; (10) Pensiun; (11) Supir; (12) BUMN; (13) BUMD; dan (14) PRT.
Pendapatan keluarga didapat dari pendapatan per kapita keluarga per bulan
dengan menjumlahkan pendapatan semua anggota keluarga yang bekerja dalam
keluarga dibagi dengan banyaknya anggota keluarga di dalam keluarga,
pendapatan keluarga dalam penelitian ini ditinjau dan diukur dari ketentuan Garis
Kemiskinan (GK) menurut BPS (2010) sebesar RP287 000. Besar keluarga
dikategorikan ke dalam tiga kategori menurut Hurlock (1980) yang meliputi,
keluarga kecil (≤ 4 orang), keluarga sedang (5 - 7 orang), dan keluarga besar (≥ 8
orang). Lama pernikahan dikategorikan menjadi tiga kategori lama usia
pernikahan dengan menjumlahkan dan dikategorikan secara normatif dengan
menggunakan interval kelas.
Karakteristik remaja meliputi jenis kelamin, usia remaja, dan uang saku.
Jenis kelamin remaja dikelompokkan menjadi laki-laki dan perempuan. Usia
remaja dikategorikan kedalam usia remaja awal 12-15 tahun menurut Gunarsa
(2004).
Variabel konflik pernikahan dibedakan menjadi tiga variabel yaitu sumber,
bentuk dan penyelesaian konflik. Hasil uji beda sumber konflik diperoleh dari
rata-rata indeks persentase setiap dimensi. Demikian juga pada komunikasi orang
tua-anak, hasil uji beda didasarkan pada rata-rata indeks persentase komunikasi
orang tua-anak. Variabel kepribadian remaja dalam penelitian hasil skor
menunjukkan bahwa semakin tinggi skor maka kepribadian remaja cenderung
9
negatif untuk menggambarkan ketidakmampuan beradaptasi. Hasil uji beda
kepribadian yang dihitung dengan rata-rata indeks persentase skor variabel.
Indeks persentase pada variabel konflik pernikahan, komunikasi orang tua-anak,
dan kepribadian remaja dihitung dengan rumus.
skor diperoleh – skor minimum(NR)
x 100%
skor maksimum (NT) – skor minimum (NR)
Analisis data
Hasil data yang diperoleh kemudian akan dianalisis secara deskriptif. Uji
inferensia yang digunakan adalah uji beda independent t-test, uji korelasi Pearson,
dan uji regresi linier berganda. Analisis uji beda independent t-test untuk menguji
perbedaan antara karakteristik keluarga (usia orang tua, pendidikan orang tua,
pendapatan, besar keluarga, dan lama pernikahan) dan remaja (jenis kelamin dan
usia remaja), konflik pernikahan (sumber, bentuk, dan penyelesaian konflik),
komunikasi orang tua-anak, dan kepribadian remaja pada keluarga ibu bekerja dan
ibu tidak bekerja. Uji korelasi Person untuk melihat hubungan variabel konflik
pernikahan, komunikasi orang tua-anak, dan kepribadian remaja, serta uji regresi
linier berganda untuk melihat pengaruh variabel konflik pernikahan dan
komunikasi orang tua-anak terhadap kepribadian remaja.
Definisi Operasional
Karakteristik keluarga adalah keadaan keluarga yang meliputi usia orang tua
besar keluarga, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, pendapatan, dan lama
pernikahan.
Besar keluarga adalah banyaknya jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam
satu rumah, dikelompokkan menjadi kecil (≤ 4 orang), sedang (5-7 orang),
dan besar (≥ 7 orang) dengan menggunakan sumber daya yang sama.
Pendidikan orang tua adalah jenjang pendidikan formal yang telah diselesaikan
orang tua, sebagai contoh, meliputi SD sampai perguruan tinggi.
Pekerjaan orang tua adalah jenis pekerjaan yang ditekuni orang tua (pekerjaan
tetap).
Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan anggota keluarga yang
dinyatakan dalam rupiah.
Lama pernikahan adalah lamanya hubungan suami-istri di antara orang tua
sebagai contoh.
Karakteristik remaja adalah ciri-ciri khas remaja sebagai contoh yang diteliti
meliputi jenis kelamin dan usia remaja.
Ibu bekerja adalah responden perempuan di dalam penelitian, berperan sebagai
orang tua di dalam sebuah keluarga, dan memiliki peranan sebagai wanita
karir atau bekerja di luar rumah.
Ibu tidak bekerja adalah responden perempuan di dalam penelitian, berperan
sebagai orang tua di dalam sebuah keluarga, dan memiliki peranan sebagai
ibu rumah tangga.
10
Anak remaja adalah anak yang berusia 12-15 tahun yang mana menjadi sampel
di dalam penelitian dan bagian dari sebuah keluarga.
Konflik pernikahan adalah kondisi yang terjadi diantara contoh dengan
pasangan yang berdampak negatif atau positif yang mana merupakan salah
satu variabel di dalam penelitian.
Sumber konflik adalah penyebab timbulnya konflik yang terjadi diantara contoh
dan pasangannya yang diukur dari beberapa pertanyaan yang terjadi dalam
kurun waktu satu bulan.
Bentuk konflik adalah jenis konflik yang dilakukan contoh dengan pasangannya
ketika terjadi konflik yang diukur dari beberapa pertanyaan yang terjadi
dalam kurun waktu satu bulan.
Penyelesaian konflik suami-istri adalah kondisi yang harus di selesaikan
diantara contoh dengan pasangan yang mana merupakan salah satu variabel
di dalam penelitian akibat konflik perkawinan yang diukur dari beberapa
pertanyaan yang terjadi dalam kurun waktu satu bulan.
Komunikasi orang tua-anak adalah pertukaran informasi yang dilakukan ibu
sebagai orang tua dengan anak dapat memiliki peran sebagai komunikator
dan komunikan, serta mempunyai hubungan yang kuat dan jelas yang
terukur mengenai hal-hal positif dan negatif yang dikomunikasikan diantara
keduanya.
Kepribadian remaja adalah Suatu ciri khas dalam diri remaja yang
menunjukkan suatu kelainan kepribadian pada diri remaja (maladjustment
personality).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor dengan
mengambil dua kelurahan sebagai tempat pengambilan data yaitu kelurahan
Kebon Pedes dan Kedung Badak. Kelurahan Kebon Pedes memiliki luas wilayah
104 Ha dan berada pada ketinggian 250 M. Kelurahan Kebon Pedes dilalui oleh
satu sungai besar yaitu Sungai Cipakancilan dan dua sungai kecil yaitu Sungai
Cibalok dan Cikubang dan terdapat sumber mata air yg berlokasi di RW 1, 4, 6,
10, dan 13. Secara demografi penduduk Kelurahan Kebon Pedes berjumlah
22.178 jiwa dan memiliki 5.961 kepala keluarga dengan jumlah laki-laki 11.268
jiwa dan perempuan 10.910 jiwa. Jumlah RT pada kelurahan Kebon Pedes 74 RT
dan 13 RW, sementara itu pada kelurahan Kedung Badak memiliki luas wilayah
200 Ha dan berada pada ketinggian +350-450 M dengan jumlah RT 99 dan RW
14. Secara demografi jumlah penduduk kelurahan Kedung Badak 28.714 jiwa
dengan jumlah kepala keluarga 6.996 KK.
11
Karakteristik Keluarga dan Remaja
Hasil penelitian (Tabel 2) menunjukan usia ayah pada keluarga ibu bekerja
(KIB) mempunyai rata-rata 45,5±7,17 tahun dan pada keluarga ibu tidak bekerja
(KITB) 44,7±5,48 tahun dan sebagian besar berada pada kategori dewasa madya
(41-61 tahun). Usia ibu secara keseluruhan berkisar antara 30 hingga 59 tahun
dengan rata-rata usia 41,8±6.2 tahun pada KIB yang tergolong usia dewasa madya
(41-61 tahun) dan 40,2±5,35 tahun pada KITB tergolong usia dewasa awal (18-40
tahun). Rata-rata pendapatan per kapita per bulan pada adalah KIB Rp801 600 dan
KITB adalah Rp397 000. Secara statistik pendapatan keluarga antara kedua
keluarga berbeda sangat signifikan (p
ORANG TUA-ANAK TERHADAP KEPRIBADIAN REMAJA
PADA KELUARGA IBU BEKERJA DAN IBU TIDAK
BEKERJA
FENI PUSPITA SARI
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Konflik
Pernikahan dan Komunikasi Orang Tua-Anak terhadap Kepribadian Remaja pada
Keluarga Ibu Bekerja dan Keluarga Ibu Tidak Bekerja adalah benar karya saya
dengan arahan dari Dosen Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013
Feni Puspita Sari
NIM I24090035
ABSTRAK
FENI PUSPITA SARI. Konflik Pernikahan dan Komunikasi Orang Tua-AnakTerhadap
Kepribadian Remaja pada Keluarga Ibu Bekerja dan Ibu Tidak Bekerja. Dibimbing oleh
DIAH KRISNATUTI dan ALFIASARI.
Meningkatnya Angka Partisipasi Kerja Perempuan menunjukkan bahwa banyak
keluarga yang memiliki ibu yang bekerja di luar rumah yang secara otomatis memiliki
peran ganda. Permasalahan peran ganda ibu bekerja bukan saja pada peran itu sendiri,
melainkan juga dampaknya terhadap keluarga. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan antara konflik pernikahan, komunikasi orang tua-anak, dan
kepribadian remaja pada keluarga ibu bekerja dan keluarga ibu tidak bekerja. Penelitian
dilakukan di Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor dengan mengambil dua kelurahan
yaitu Kelurahan Kebon Pedes dan Kedung Badak. Penelitian ini melibatkan 100 keluarga
yang dipilih secara acak dari kelompok ibu bekerja dan tidak bekerja. Responden dari
penelitian ini adalah ibu dan anak remaja yang berusia 12-15 tahun. Pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner terstruktur. Data dianalisis secara
deskriptif dan analisis inferensia. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang
signifikan antara karakteristik keluarga dan karakteristik remaja dengan konflik
pernikahan dan kepribadian remaja (kelainan kepribadian). Hubungan antara konflik
pernikahan, komunikasi orang tua-anak dan kepribadian remaja (kelainan kepribadian).
Hasil uji regresi menunjukkan pengaruh karakteristik remaja dan komunikasi orang tuaanak terhadap kepribadian remaja (kelainan kepribadian). Besaran dan arah hubungannya
dibahas lebih lanjut.
Kata kunci: status bekerja ibu, konflik pernikahan, komunikasi orang tua-anak, kelainan
kepribadian remaja
ABSTRACT
FENI PUSPITA SARI. The Influence Marital Conflict and Parent-Child Communication
to Teenager’s Personality of Working and Non-Working Mother Families. Supervised by
DIAH KRISNATUTI and ALFIASARI.
The increasing of Labor Force Participation Rate shows that there are many
families who have working mothers and contribute directly to double-burdens problem.
The problem of double-burden also affects on family life. This research was aimed to
analyze the correlations between marital conflict, parent-child communication, and
teenager’s maladjustment of working and non-working mother families. The research was
conducted at Subdistrict Tanah Sareal, Bogor City by undertaking two areas, i.e Kebon
Pedes and Kedung Badak. The research involved 100 families wich were selected by
random that were derived from working mothers group and non working mothers group.
Respondents of this research were mother and 12-15 years old teenage children. The data
collection was carried out by interviewing mother and her teenager using structural
quetionnaires. The data were analyzed by descriptive and inferensia analysis. The results
showed significant relationship between family’s characteristic, teenager’s characteristic,
and marital conflict and teenager’s personality. Significant correlations also found
between marital conflict, parent-child communication and teenager’s personality. The
results showed teenager’s characteristic and parent-child communication influence on
teenager’s personality (maladjustment personality). The strenght of linear correlations
and are discussed.
Keywords: Mother’s working status, marital conflict, parent-child communication,
maladjustment personality
PENGARUH KONFLIK PERNIKAHAN DAN KOMUNIKASI
ORANG TUA-ANAK TERHADAP KEPRIBADIAN REMAJA
PADA KELUARGA IBU BEKERJA DAN IBU TIDAK
BEKERJA
FENI PUSPITA SARI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Pengaruh Konflik Pernikahan dan Komunikasi Orang Tua-Anak
terhadap Kepribadian Remaja pada Keluarga Ibu Bekerja dan
Keluarga Ibu Tidak Bekerja
Nama
: Feni Puspita Sari
NIM
: I24090035
Disetujui oleh
Dr. Ir. Diah Krisnatuti, MS
Pembimbing I
Alfiasari, S.P, M.Si
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT atas
rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Pengaruh Konflik Pernikahan dan Komunikasi Orang Tua-Anak
Terhadap Kepribadian Remaja pada Keluarga Ibu Bekerja dan Ibu Tidak Bekerja”.
Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dr Ir Diah Krisnatuti, MS selaku pembimbing akademik dan sekaligus
pembimbing skripsi pertama dan kepada ibu Alfiasari S.P. M.Si selaku
pembimbing skripsi kedua yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran,
membimbing, mengarahkan, memberi saran serta dorongan sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini.
2. Ibu ir. Melly Latifah, M.Si dan ibu Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si selaku
dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan agar skripsi
ini lebih baik.
3. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada keluarga tersayang Papah,
Mamah,Teteh Ratna, dan semua saudara atas kasih sayang yang melimpah dan
doa yang tidak pernah putus.
4. Terimakasih kepada para pegawai BPS Kota Bogor, Kecamatan Tanah Sareal,
Kelurahan Kebon Pedes, dan Kelurahan Kedung Badak yang telah
mengizinkan peneliti untuk mengambil data penelitian, serta kepada 100
responden dalam penelitian yang telah banyak membantu dan bersedia
meluangkan waktunya untuk memberikan informasi dan keterbukaannya
terkait penelitian.
5. Tidak lupa juga ucapan terimakasih kepada teman seperjuangan penelitian,
Susanti, Pramasandya RN, Dian Febrina Naibaho, dan Siti Holilah, serta
kepada ka Mustika Dewanggi, teman-teman SMA atas waktu, kebersamaan,
dan, motivasinya.
6. Terimakasih pula kepada teman dekat peneliti Maulana Ibrahim Rau atas
bantuan sejak penyusunan proposal hingga penyelesaian skripsi, doa, motivasi,
serta dukungannya.
Demikian ucapan terima kasih ini dipersembahkan dari hati yang paling
dalam. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi banyak pihak, khususnya dalam
pengembangan keilmuan bidang keluarga Indonesia.
Bogor, Agustus 2013
Feni Puspita Sari
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
3
KERANGKA PEMIKIRAN
3
METODE
5
Desain, Lokasi, dan Waktu
5
Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh
6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
6
Pengolahan dan Analisis Data
8
Definisi Operasional
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
10
Hasil
10
Pembahasan
21
SIMPULAN DAN SARAN
23
Simpulan
23
Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
24
LAMPIRAN
26
RIWAYAT HIDUP
31
DAFTAR TABEL
1 Variabel, data yang diteliti, skala, dan jumlah pertanyaan
2 Sebaran karakteristik keluarga dan remaja berdasarkan usia, pendapatan,
lama pernikahan, besar keluarga, dan usia remaja pada KIB dan KITB
3 Rata-rata skor sumber konflik pada KIB dan KITB
4 Rata-rata skor bentuk konflik pelaku suami pada KIB dan KITB
5 Rata-rata skor bentuk konflik pelaku istri pada KIB dan KITB
6 Rata-rata skor penyelesaian konflik pada KIB dan KITB
7 Rata-rata skor komunikasi orang tua-anak pada KIB dan KITB
8 Rata-rata skor kepribadian remaja pada KIB dan KITB
9 Koefisien korelasi karakteristik keluarga, karakteristik remaja, konflik
pernikahan pada keluarga ibu bekerja
10 Koefisien korelasi karakteristik keluarga, karakteristik remaja,
komunikasi orang tua-anak, dan kepribadian remaja pada keluarga ibu
bekerja
11 Koefisien korelasi karakteristik keluarga, karakteristik remaja, konflik
pernikahan pada keluarga ibu tidak bekerja
12 Koefisien korelasi karakteristik keluarga, karakteristik remaja,
komunikasi orang tua-anak, dan kepribadian remaja pada keluarga ibu
tidak bekerja
13 Koefisien korelasi konflik pernikahan, komunikasi orang tua-anak, dan
kepribadian remaja pada keluarga ibu bekerja
14 Koefisien korelasi konflik pernikahan, komunikasi orang tua-anak, dan
kepribadian remaja pada keluarga ibu tidak bekerja
15 Koefisien uji regresi karakteristik keluarga, karakteristik remaja, dan
komunikasi orang tua-anak terhadap kepribadian remaja
7
11
12
13
13
14
15
16
16
17
18
18
19
20
20
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka berpikir konflik pernikahan, komunikasi orang tua - anak,
dan kepribadian remaja
2 Skema cara pengambilan contoh
5
6
DAFTAR LAMPIRAN
1 Persentase per item pertanyaan komunikasi orang tua-anak
2 Persentase per item pertanyaan kepribadian remaja
27
29
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada era modernisasi ini semakin banyak perempuan yang memasuki
dunia kerja dan memiliki karir yang sederajat dengan laki-laki. Hal ini
ditunjukkan dengan meningkatnya Angka Partisipasi Kerja Perempuan. Pada
periode Februari 2006 – Februari 2007 jumlah pertambahan pekerja perempuan
bertambah 93,55 persen. Menurut BPS (2007) pada saat tahun 2007 menunjukkan
perbandingan peningkatan jumlah angkatan kerja perempuan jauh lebih besar
dibandingkan dengan peningkatan jumlah angkatan kerja laki-laki. Hal ini
disebabkan semakin terbukanya kesempatan kerja di berbagai sektor pekerjaan.
Peningkatan jumlah tenaga kerja perempuan sebagian besar berasal dari
perempuan yang sebelumnya hanya berstatus mengurus rumah tangga. Pada
perempuan yang bekerja, peran dan beban ganda akan menjadi tanggung jawab
yang tidak terelakkan. Peran ganda perempuan merupakan salah satu dari
beberapa masalah yang sering dihadapi perempuan bekerja dikarenakan harus
dapat menyeimbangkan antara peran publik dan juga domestik. Permasalahan
peran ganda perempuan bukan hanya pada peran publik yang diemban, namun
juga berdampak pada kehidupan keluarganya. Hal ini bisa terjadi bila ada satu
posisi dalam rumah yang peranannya tidak dapat terpenuhi sehingga konflik akan
terjadi karena tidak adanya kesepakatan diantara pasangan untuk memerankan
tugasnya di dalam rumah (Levy 1969).
Penelitian yang dilakukan oleh Gurin et. al. dalam Sears et. al. (1994)
menyimpulkan bahwa konflik akan senantiasa terjadi dalam kehidupan
pernikahan. Sebesar 45% orang yang sudah menikah mengatakan bahwa dalam
kehidupan bersama akan selalu muncul berbagai masalah. Sementara itu, 32%
pasangan yang menilai pernikahan sangat membahagiakan tetap mengalami
pertentangan. Meskipun begitu, konflik pernikahan diantara orang tua dapat
beresiko terhadap perkembangan anak. Menurut Puspitawati dan Herawati (2009)
konflik yang terjadi diantara orang tua akan menyebabkan anak cenderung
mengalami resiko gangguan kejiwaan dan tekanan batin. Hasil penelitian Adam
dan Lursen (2001) menemukan bahwa konflik orang tua lebih sering berdampak
saat anak berusia remaja bila dibandingkan dengan anak pada masa yang lain.
Anak pada usia remaja sedang mengembangkan potensi dalam dirinya, oleh
karena itu peran serta keluarga khususnya orang tua dapat mengarahkan dan
membimbing para remaja (Mardiah 1999). Pada umumnya masa remaja dianggap
sebagai masa yang paling sulit dalam tahap perkembangan individu. Menurut
Lestari (2012) remaja banyak digambarkan sebagai masa penuh gejolak dan
tekanan yang menurut paham psikoanalitik dikenal sebagi masa pertarungan
antara id (hasrat untuk mencari kesenangan seksual) dan super-ego (tuntutan
untuk mematuhi norma dan moral sosial). Pergolakan yang dialami masa remaja
merupakan refleksi dari konflik internal dan ketidakseimbangan psikis, sehingga
berbagai label pun disematkan pada remaja, seperti malas, kurang hormat, dan liar.
Kemampuan orang tua dalam mengarahkan dan membimbing remaja
ditentukan oleh faktor komunikasi. Komunikasi ini sangat penting bagi orang tua
dalam upaya melakukan kontrol, pemantauan, dan dukungan pada anak.
2
Komunikasi antara orang tua dan anak dapat menjadi indikator penting untuk
melihat kualitas hubungan orang tua dan anak yang kemudian akan menjadi faktor
penentu bagi kepribadian anak (Lestari 2012). Berbagai perilaku yang
menggambarkan jurang komunikasi (communication gap) antara orang tua dan
anak sehingga terkadang dapat menimbulkan konflik (Mardiah 1999). Banyak
yang beranggapan bahwa konflik orang tua dan remaja disebabkan oleh sikap
remaja yang menentang orang tuanya, namun disisi lain hal tersebut dapat
disebabkan adanya hubungan orang tua dan anak yang dijelaskan dalam
pendekatan teori penerimaan dan penolakan orang tua (parental acceptancerejection theory) yang dikembangkan oleh Rohner (1986). Penerimaan dan
penolakan orang tua membentuk dimensi kehangatan (warmth dimention) dalam
pengasuhan, yaitu suatu kualitas ikatan afeksi antara orang tua dan anak seperti
kepedulian, kenyamanan, perhatian, perawatan dukungan, dan cinta. Adapun
disisi lain ditandai oleh penolakan yang mencangkup ketiadaan atau penarikan
berbagai perasaan atau perilaku yang menyakitkan secara fisik maupun psikologis,
seperti tidak menghargai, penelantaran, tak acuh, caci maki, dan penyiksaan.
Pendekatan komunikasi orang tua dan anak memfokuskan pada hubungan dua
pihak (dyadic) dan memandang hubungan orang tua-anak sebagai bagian dari
suatu keseluruhan.
Hasil penelitian Christensen et. al. (1983) menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara konflik keluarga dan ketidakmampuan anak dalam
menyesuaikan dirinya, meskipun dalam penelitian tersebut tidak terlalu terlihat
sejauh mana perilaku bermasalah anak seperti kemarahan, agresi, dan persepsi
interaksi negatif di dalam keluarga. Dampak negatif dari perselisihan salah
satunya adalah ketidakmampuan kepribadian anak dalam menyesuaikan diri.
Kepribadian seseorang dibentuk dan terbentuk oleh faktor internal dan eksternal
(Muhanifah 2009). Menurut Rohner et. al. (2009) persepsi anak terhadap
penerimaan dan penolakan yang dilakukan orang tua akan mempengaruhi
perkembangan kepribadian anak dan mekanisme yang dikembangkan dalam
menghadapi masalah. Menurut Chen (2009) sikap orang tua yang memberikan
kehangatan membuat anak merasa dicintai dan mengembangkan rasa percaya diri
dan memberi konteks bagi afeksi positif yang akan meningkatkan mood untuk
peduli dan tanggap terhadap satu sama lain. Adapun keterbatasan karakteristik
kepribadian yang tampak pada ciri anak yang diberikan penolakan dan afeksi
negatif dari orang tua akan berdampak ketika anak berusia dewasa. Karakteristik
kepribadian tersebut meliputi ketergantungan terhadap orang tua, permusuhan
atau agresi, harga diri negatif, kecukupan diri yang negatif, pendangan yang
negatif terhadap dunia, dan ketidakstabilan emosi. Suasana atau iklim keluarga
sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak yang dibesarkan dalam
lingkungan keluarga yang harmonis dan agamis. Dalam hal ini orang tua
memberikan curahan kasih sayang, perhatian serta bimbingan dalam kehidupan
keluarga maka kepribadian anak cenderung positif dan sebaliknya lingkungan
keluarga yang kurang harmonis dimana orang tua bersikap keras pada anak maka
cenderung mengalami distorsi atau mengalami kelainan dalam penyesuaian diri
anak (maladjustment).
Pada keluarga ibu bekerja resiko anak mengalami distorsi atau mengalami
kelainan dalam penyesuaian diri (maladjustment) sangatlah tinggi dikarenakan
waktu bertemu dan komunikasi antara ibu dan anak sangat sedikit dibandingkan
3
anak pada ibu tidak bekerja yang selalu bersama setiap saat, namun menurut
pandangan Douvan (1963) bahwa remaja yang memiliki ibu bekerja anak akan
lebih mandiri, aktif, dan memiliki motivasi berprestasi dan self esteem yang tinggi.
Remaja pada keluarga ibu bekerja menunjukan role model yang berbeda,
dikarenakan pada ibu yang bekerja memiliki peran tambahan (sebagai pekerja)
yang tidak dimiliki pada ibu yang tidak bekerja dan anak lebih dapat belajar
mengenai konsep lain dari peran-peran seorang ibu yang bekerja (Hofman 1984).
Dengan demikian dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian antara
lain sebagai berikut: (1) apakah terdapat perbedaan antara karakteristik keluarga
dan karakteristik remaja, konflik pernikahan, komunikasi orang tua-anak, dan
kepribadian remaja pada keluarga ibu bekerja dan ibu tidak bekerja; (2) apakah
terdapat hubungan antara karakteristik keluarga dan karakteristik remaja, konflik
pernikahan, komunikasi orang tua-anak, dan kepribadian remaja pada keluarga ibu
bekerja dan ibu tidak bekerja; dan (3) apakah karakteristik keluarga dan
karakteristik remaja, konflik pernikahan, dan komunikasi orang tua-anak
berpengaruh terhadap kepribadian remaja.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh karakteristik keluarga dan karakteristik remaja,
konflik pernikahan, komunikasi orang tua-anak terhadap kepribadian remaja pada
keluarga ibu bekerja dan ibu tidak bekerja.
Tujuan Khusus
(1) Membandingkan karakteristik keluarga dan karakteristik remaja, konflik
pernikahan, komunikasi orang tua-anak, dan kepribadian remaja pada
keluarga ibu bekerja dan ibu tidak bekerja.
(2) Menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga dan karakteristik remaja,
konflik pernikahan, komunikasi orang tua-anak, dan kepribadian remaja pada
keluarga ibu bekerja dan ibu tidak bekerja.
(3) Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga dan karakteristik remaja,
konflik pernikahan, komunikasi orang tua-anak terhadap kepribadian remaja.
KERANGKA PEMIKIRAN
Pernikahan merupakan sebuah ikatan untuk membina hubungan antara
suami dan istri dalam menyatukan perbedaan-perbedaan seperti latar belakang,
kepercayaan, nilai-nilai, harapan-harapan, dan persepsi diantara keduanya dalam
membentuk kesepakatan pembagian tugas dan peran di dalam sebuah keluarga.
Pada era modernisasi ini pembagian tugas dan peran di dalam keluarga semakin
memudar dikarenakan banyaknya kesempatan dan peluang kerja bagi perempuan
untuk mencari nafkah tambahan. Oleh karena itu, pada pasangan yang sama-sama
4
bekerja keduanya membutuhkan keluwesan untuk melakukan pertukaran dan
berbagi tugas dan peranannya dengan pasangan.
Keberhasilan membangun kebersamaan dalam melaksanakan kewajiban
keluarga menjadi salah satu indikasi dalam membentuk kualitas pernikahan pada
pasangan yang sama-sama bekerja. Kualitas pernikahan dapat mempengaruhi
berlangsungnya proses-proses lain dalam keluarga, misalnya seperti pengasuhan
dan performasi individu. Pasangan yang memiliki derajat kepuasan pernikahan
yang tinggi akan memberikan perhatian secara positif pada anak (Rickard el. al.
1982). Sementara itu, pada pasangan yang memiliki ketidakpuasan dalam
pernikahan yang selalu ditenggarai dengan adanya kekerasan tehadap pasangan
akan berdampak pada masalah perilaku dan penyesuaian anak (Stith et. al. 2008).
Konflik pernikahan diantara orang tua lebih sering berdampak saat anak berusia
remaja dibandingkan dengan anak pada masa yang lain, dikarenakan usia remaja
adalah masa dalam pencarian identitas diri. Remaja membutuhkan bimbingan dari
orang-orang terdekat yang ada di sekelilingnya dengan kata lain remaja memiliki
sifat ketergantungan terhadap orang lain untuk mengembangkan kepribadian
dirinya (Priyonggo 2002), untuk itu orang tua dan anak harus tetap dapat
mereflesikan dan menjaga tingkatan mengenai kehangatan, rasa aman,
kepercayaan, afeksi positif, dan ketanggapan diantara keduanya (Chen 2009).
Oleh karena itu, diduga bahwa terdapat perbedaan dalam hal karakteristik
keluarga (usia, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, besar keluarga, dan lama
pernikahan), karakteristik remaja (jenis kelamin dan usia), ketidakpuasan
pernikahan yang ditenggarai dengan adanya kekerasan terhadap pasangan,
banyaknya sumber konflik, dan penyelesaian masalah yang dilakukan secara tidak
efektif (konflik pernikahan), kualitas hubungan orang tua-anak, serta masalah
perilaku dan kepribadian remaja (ketidakmampuan penyesuaian diri). Diduga
terdapat kaitan antara karakteristik keluarga, karakteristik remaja, dengan konflik
pernikahan pada pasangan yang sama-sama bekerja dan pasangan yang hanya
memiliki satu orang yang bekerja di dalam keluarga, kaitan antara konflik
pernikahan dengan masalah perilaku dan kepribadian remaja, serta dugaan bahwa
karakteristik keluarga, karaktristik remaja, konflik pernikahan yang selalu terjadi
diantara pasangan, dan hubungan orang tua-anak dapat berpengaruh terhadap
masalah perilaku remaja yang tercermin pada kepribadian negatif remaja yang
tidak mampu dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya (maladjustment
personality) yang tampak saat anak usia dewasa.
5
Karakteristik
Keluarga
-
Usia
Pendapatan
Pekerjaan
Pendidikan
Besar keluarga
Lama pernikahan
Karakteristik
Remaja
Konflik
Pernikahan
- Sumber
konflik
- Bentuk
konflik
- Penyelesaian
konflik
suami-istri
Komunikasi
orang tua anak
Kepribadian
remaja
- Jenis kelamin
- Usia
Gambar 1 Kerangka berpikir konflik pernikahan, komunikasi orang tua - anak,
dan kepribadian remaja
METODE
Desain, Lokasi, dan Waktu
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang berjudul
“Interaksi Keluarga dan Perkembangan Remaja” penelitian ini memfokuskan pada
interaksi antara ibu dengan anak. Desain penelitian yang digunakan adalah crosssectional study, yaitu pengukuran variabel-variabel penelitian dilakukan dalam
satu kali waktu secara bersamaan pada obyek yang berbeda. Pemilihan lokasi
dalam penelitian ini dilakukan secara purposive, yaitu di salah satu kecamatan di
Kota Bogor dengan mengambil dua kelurahan yaitu Kelurahan Kebon Pedes dan
Kedung Badak dengan pertimbangan bahwa dua kelurahan di Kecamatan tersebut
memiliki keluarga yang termasuk dalam kategori Keluarga Sejahtera II (KSII)
menurut BKKBN, yaitu dimana salah satu atau lebih anggota keluarga memiliki
pekerjaan, dengan jumlah tertinggi menurut BPS Kota Bogor. Waktu penelitian
yang mencangkup pengumpulan data, dan pengolahan data dilakukan dari bulan
April 2013 sampai dengan Mei 2013.
6
Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh
Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki anak usia
remaja awal dengan status ibu bekerja dan ibu tidak bekerja yang berjumlah 100
keluarga. Remaja dalam penelitian ini berumur 12-15 tahun yang duduk di bangku
SMP. Sebanyak 50 keluarga diambil dari keluarga dengan ibu bekerja, sedangkan
50 keluarga lainnya merupakan keluarga dengan ibu tidak bekerja. Teknik
pengambilan contoh pada penelitian ini menggunakan teknik random sampling.
Berikut terdapat pada Gambar 2 teknik pengambilan contoh yang akan digunakan.
Kota Bogor
Purposive
Kecamatan Tanah Sareal
Purposive
Kelurahan Kebon Pedes
25 keluarga
dengan ibu
bekerja dan
anak remaja
25 keluarga
dengan ibu tidak
bekerja dan anak
remaja
Kelurahan Kedung Badak
Purposive
25 keluarga
dengan ibu
bekerja dan
anak remaja
Random
sampling
25 keluarga
dengan ibu
tidak bekerja
dan anak remaja
n = 100
Gambar 2 Skema cara pengambilan contoh
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan sekunder. Data primer
diperoleh dari hasil penggalian informasi dari responden baik keluarga maupun
remaja, menggunakan teknik wawancara menggunakan kuesioner yang terdiri dari
pertanyaan terbuka dan tertutup. Data primer yang digunakan meliputi
karakteristik keluarga, karakteristik remaja, konflik keluarga, komunikasi orang
tua-anak, dan kepribadian remaja yang mengacu pada pertanyaan mengenai
ketidakmampuan beradaptasi remaja. Data sekunder berupa gambaran umum
penelitian menurut lokasi penelitian. Uraian mengenai variabel, data yang diteliti,
skala, dan jumlah pertanyaan yang disajikan pada Tabel 1.
Data konflik pernikahan diukur menjadi tiga dimensi yaitu, sumber konflik,
bentuk konflik, dan penyelesaian konflik. Sumber konflik pasangan dengan
jumlah 29 pertanyaan yang meliputi lima dimensi sumber konflik dengan masingmasing jumlah pertanyaan perdimensi yang berbeda-beda. Hasil uji reabilitas pada
7
instrumen sumber konflik menunjukkan nilai Cronbach’s alpha 0,772. Bentuk
konflik terbagi atas empat skala yaitu kekerasan fisik, kekerasan verbal, sikap
menarik diri, sikap bertahan, dan tidak terjadi bentuk konflik. Bentuk konflik yang
dibedakan berdasarkan dua pelaku yaitu pelaku suami dan istri. Nilai Cronbach’s
alpha bentuk konflik pelaku suami adalah 0,776 dan nilai Cronbach’s alpha istri
adalah 0,677. Pada penyelesaian konflik meliputi 16 pertanyaan dari empat
dimensi penyelesaian konflik (memberi dan menerima, menyerang pasangan,
menghindar, dan mengalah) yang terbagi atas dua pelaku yaitu suami dan istri
dengan nilai Cronbach’s alpha pelaku suami 0,667 dan pelaku istri adalah 0,646
yang dikembangkan dari intrumen Kurdek (1994).
Komunikasi orang tua-anak diukur 23 pertanyaan yang dimodifikasi dari
Olson dan Barners (1985) yang terbagi ke dalam dua dimensi yaitu Open Family
Communication yang berjumlah 11 pertanyaan dan Problem In Family
Communication berjumlah 12 pertanyaan. Nilai Cronbach’s alpha untuk Open
Family Communication yang dilakukan ibu adalah 0,613 dan komunikasi yang
dirasakan anak adalah 0,783. Sementara itu, Problem In Family Communication
yang dilakukan ibu memiliki nilai Cronbach’s alpha 0,717 dan komunikasi yang
dirasakan anak adalah 0,758.
Kepribadian remaja yang diukur menggunakan CPAQ (Child Personality
Assessment Quetionnaire) yang dikembangkan dari teori PART (Parental
Acceptance-Rejection Theory) dari Rohner (1986) yang berjumlah 42 pertanyaan
yang terbagi atas tujuh dimensi nilai Cronbach’s alpha untuk kepribadian adalah
0,818.
Tabel 1 Variabel, data yang diteliti, skala, dan jumlah pertanyaan
No
Variabel
1
Karakteristik keluarga
2
Karakteristik remaja
3
Konflik pernikahan
4.
Komunikasi Orang
tua-anak
Data yang diteliti
Skala
Usia
Pendapatan
Pekerjaan
Pendidikan
Besar keluarga
Lama pernikahan
Usia
Jenis kelamin
Rasio (tahun)
Rasio
Nominal
Rasio
Rasio (orang)
Rasio
Rasio (tahun)
Nominal
Sumber konflik:
Masalah kesulitan keuangan
keluarga, kesehatan keluarga,
komunikasi pasangan,
pemenuhan kebutuhan anak
(instrumental dan ekspresif),
dan masalah dengan anggota
keluarga besar (ipar/mertua)
Ordinal (1-4)
1= tidak pernah
2= jarang
3= cukup sering
4= sering
Bentuk konflik
yang dilakukan oleh pasangan
ketika terjadi konflik yang di
dalamnya terdapat pelaku dan
korban yang bertindak dalam
konflik
Ordinal (1-4)
1=kekerasan fisik
2= kekerasan secara
verbal
3= sikap bertahan
4= menarik diri dari
interaksi
Jumlah item
pertanyaan
1
1
1
1
1
1
1
1
26
23
8
Tabel 1 (Lanjutan)
No
5.
Variabel
Kepribadian Anak
Data yang diteliti
Komunikasi yang dilakukan oleh
orang tua dan anak meliputi
Open Family Communication
dan Problem in Family
Communication (Olson dan
Barners 1985)
Suatu ciri khas yang dimiliki
anak ketika dewasa yang
dipengaruhi oleh faktor internal
dan ekternal anak
Skala
Ordinal (1-5)
1= sangat tidak setuju
2= tidak setuju
3= cukup setuju
4= setuju
5= sangat setuju
Ordinal (1-4)
1= selalu benar
2= kadang-kadang
3= jarang
4= tidak pernah
Jumlah item
pertanyaan
42
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data
Data karakteristik keluarga meliputi usia orang tua, pendidikan terakhir
orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, besar keluarga, dan lama
pernikahan. Usia ayah dan ibu dikelompokkan dalam kategori usia menurut
Hurlock (1980) meliputi kategori usia dewasa awal (18-40 tahun), dewasa madya
(41-61 tahun), dan dewasa akhir (>61 tahun). Pada pendidikan orang tua
dikategorikan ke dalam enam pendidikan terakhir orang tua yaitu, (1) Tidak
sekolah; (2) SD/sederajat; (3) SMP/sederajat; (4) SMA/sederajat; (5) D1/D2/D3,
dan 6) S1/S2/S3. Pengkategorian pekerjaan orang tua dikategorikan menjadi 14
jenis pekerjaan seperti: (1) Tidak bekerja; (2) Wiraswasta; (3) Pedagang; (4) PNS;
(5) Pegawai Swasta; (6) TNI; (7) Buruh; (8) BHL (buruh harian lepas); (9)
Pengajar; (10) Pensiun; (11) Supir; (12) BUMN; (13) BUMD; dan (14) PRT.
Pendapatan keluarga didapat dari pendapatan per kapita keluarga per bulan
dengan menjumlahkan pendapatan semua anggota keluarga yang bekerja dalam
keluarga dibagi dengan banyaknya anggota keluarga di dalam keluarga,
pendapatan keluarga dalam penelitian ini ditinjau dan diukur dari ketentuan Garis
Kemiskinan (GK) menurut BPS (2010) sebesar RP287 000. Besar keluarga
dikategorikan ke dalam tiga kategori menurut Hurlock (1980) yang meliputi,
keluarga kecil (≤ 4 orang), keluarga sedang (5 - 7 orang), dan keluarga besar (≥ 8
orang). Lama pernikahan dikategorikan menjadi tiga kategori lama usia
pernikahan dengan menjumlahkan dan dikategorikan secara normatif dengan
menggunakan interval kelas.
Karakteristik remaja meliputi jenis kelamin, usia remaja, dan uang saku.
Jenis kelamin remaja dikelompokkan menjadi laki-laki dan perempuan. Usia
remaja dikategorikan kedalam usia remaja awal 12-15 tahun menurut Gunarsa
(2004).
Variabel konflik pernikahan dibedakan menjadi tiga variabel yaitu sumber,
bentuk dan penyelesaian konflik. Hasil uji beda sumber konflik diperoleh dari
rata-rata indeks persentase setiap dimensi. Demikian juga pada komunikasi orang
tua-anak, hasil uji beda didasarkan pada rata-rata indeks persentase komunikasi
orang tua-anak. Variabel kepribadian remaja dalam penelitian hasil skor
menunjukkan bahwa semakin tinggi skor maka kepribadian remaja cenderung
9
negatif untuk menggambarkan ketidakmampuan beradaptasi. Hasil uji beda
kepribadian yang dihitung dengan rata-rata indeks persentase skor variabel.
Indeks persentase pada variabel konflik pernikahan, komunikasi orang tua-anak,
dan kepribadian remaja dihitung dengan rumus.
skor diperoleh – skor minimum(NR)
x 100%
skor maksimum (NT) – skor minimum (NR)
Analisis data
Hasil data yang diperoleh kemudian akan dianalisis secara deskriptif. Uji
inferensia yang digunakan adalah uji beda independent t-test, uji korelasi Pearson,
dan uji regresi linier berganda. Analisis uji beda independent t-test untuk menguji
perbedaan antara karakteristik keluarga (usia orang tua, pendidikan orang tua,
pendapatan, besar keluarga, dan lama pernikahan) dan remaja (jenis kelamin dan
usia remaja), konflik pernikahan (sumber, bentuk, dan penyelesaian konflik),
komunikasi orang tua-anak, dan kepribadian remaja pada keluarga ibu bekerja dan
ibu tidak bekerja. Uji korelasi Person untuk melihat hubungan variabel konflik
pernikahan, komunikasi orang tua-anak, dan kepribadian remaja, serta uji regresi
linier berganda untuk melihat pengaruh variabel konflik pernikahan dan
komunikasi orang tua-anak terhadap kepribadian remaja.
Definisi Operasional
Karakteristik keluarga adalah keadaan keluarga yang meliputi usia orang tua
besar keluarga, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, pendapatan, dan lama
pernikahan.
Besar keluarga adalah banyaknya jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam
satu rumah, dikelompokkan menjadi kecil (≤ 4 orang), sedang (5-7 orang),
dan besar (≥ 7 orang) dengan menggunakan sumber daya yang sama.
Pendidikan orang tua adalah jenjang pendidikan formal yang telah diselesaikan
orang tua, sebagai contoh, meliputi SD sampai perguruan tinggi.
Pekerjaan orang tua adalah jenis pekerjaan yang ditekuni orang tua (pekerjaan
tetap).
Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan anggota keluarga yang
dinyatakan dalam rupiah.
Lama pernikahan adalah lamanya hubungan suami-istri di antara orang tua
sebagai contoh.
Karakteristik remaja adalah ciri-ciri khas remaja sebagai contoh yang diteliti
meliputi jenis kelamin dan usia remaja.
Ibu bekerja adalah responden perempuan di dalam penelitian, berperan sebagai
orang tua di dalam sebuah keluarga, dan memiliki peranan sebagai wanita
karir atau bekerja di luar rumah.
Ibu tidak bekerja adalah responden perempuan di dalam penelitian, berperan
sebagai orang tua di dalam sebuah keluarga, dan memiliki peranan sebagai
ibu rumah tangga.
10
Anak remaja adalah anak yang berusia 12-15 tahun yang mana menjadi sampel
di dalam penelitian dan bagian dari sebuah keluarga.
Konflik pernikahan adalah kondisi yang terjadi diantara contoh dengan
pasangan yang berdampak negatif atau positif yang mana merupakan salah
satu variabel di dalam penelitian.
Sumber konflik adalah penyebab timbulnya konflik yang terjadi diantara contoh
dan pasangannya yang diukur dari beberapa pertanyaan yang terjadi dalam
kurun waktu satu bulan.
Bentuk konflik adalah jenis konflik yang dilakukan contoh dengan pasangannya
ketika terjadi konflik yang diukur dari beberapa pertanyaan yang terjadi
dalam kurun waktu satu bulan.
Penyelesaian konflik suami-istri adalah kondisi yang harus di selesaikan
diantara contoh dengan pasangan yang mana merupakan salah satu variabel
di dalam penelitian akibat konflik perkawinan yang diukur dari beberapa
pertanyaan yang terjadi dalam kurun waktu satu bulan.
Komunikasi orang tua-anak adalah pertukaran informasi yang dilakukan ibu
sebagai orang tua dengan anak dapat memiliki peran sebagai komunikator
dan komunikan, serta mempunyai hubungan yang kuat dan jelas yang
terukur mengenai hal-hal positif dan negatif yang dikomunikasikan diantara
keduanya.
Kepribadian remaja adalah Suatu ciri khas dalam diri remaja yang
menunjukkan suatu kelainan kepribadian pada diri remaja (maladjustment
personality).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor dengan
mengambil dua kelurahan sebagai tempat pengambilan data yaitu kelurahan
Kebon Pedes dan Kedung Badak. Kelurahan Kebon Pedes memiliki luas wilayah
104 Ha dan berada pada ketinggian 250 M. Kelurahan Kebon Pedes dilalui oleh
satu sungai besar yaitu Sungai Cipakancilan dan dua sungai kecil yaitu Sungai
Cibalok dan Cikubang dan terdapat sumber mata air yg berlokasi di RW 1, 4, 6,
10, dan 13. Secara demografi penduduk Kelurahan Kebon Pedes berjumlah
22.178 jiwa dan memiliki 5.961 kepala keluarga dengan jumlah laki-laki 11.268
jiwa dan perempuan 10.910 jiwa. Jumlah RT pada kelurahan Kebon Pedes 74 RT
dan 13 RW, sementara itu pada kelurahan Kedung Badak memiliki luas wilayah
200 Ha dan berada pada ketinggian +350-450 M dengan jumlah RT 99 dan RW
14. Secara demografi jumlah penduduk kelurahan Kedung Badak 28.714 jiwa
dengan jumlah kepala keluarga 6.996 KK.
11
Karakteristik Keluarga dan Remaja
Hasil penelitian (Tabel 2) menunjukan usia ayah pada keluarga ibu bekerja
(KIB) mempunyai rata-rata 45,5±7,17 tahun dan pada keluarga ibu tidak bekerja
(KITB) 44,7±5,48 tahun dan sebagian besar berada pada kategori dewasa madya
(41-61 tahun). Usia ibu secara keseluruhan berkisar antara 30 hingga 59 tahun
dengan rata-rata usia 41,8±6.2 tahun pada KIB yang tergolong usia dewasa madya
(41-61 tahun) dan 40,2±5,35 tahun pada KITB tergolong usia dewasa awal (18-40
tahun). Rata-rata pendapatan per kapita per bulan pada adalah KIB Rp801 600 dan
KITB adalah Rp397 000. Secara statistik pendapatan keluarga antara kedua
keluarga berbeda sangat signifikan (p