Zat Pengatur Tumbuh KAJIAN MACAM MEDIA DAN KONSENTRASI BAP TERHADAP MULTIPLIKASI TANAMAN MANGGIS (Garcinia mangostana L ) SECARA IN VITRO

xxiii

E. Zat Pengatur Tumbuh

Zat pengatur tumbuh ZPT adalah senyawa organik bukan nutrisi yang dalam konsentrasi rendah mampu mendorong, menghambat atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman Moore, 1989 cit. Santoso dan Fatimah, 2003. Hal serupa dikemukakan oleh Hendaryono dan Wijayanti 2004 zat pengatur tumbuh ZPT pada tanaman adalah senyawa organik bukan hara, yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan dapat merubah proses fisiologis tumbuhan. Zat pengatur tumbuh ZPT mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis kultur sel, organ, dan jaringan. Jika konsentrasi auksin lebih besar daripada sitokinin maka kalus akan tumbuh, dan bila konsentrasi sitokinin lebih besar dibanding auksin maka tunas akan tumbuh Gunawan,1987 cit. Sudarmadji, 2003. Ada 2 jenis hormon tanaman auksin dan sitokinin yang sekarang banyak dipakai dalam propagasi secara in vitro Wetherell, 1982. Auksin menurut Kusumo 1984 zat yang memiliki sifat khas, yaitu mendorong perpanjangan sel pucuk. Meskipun dapat mempengaruhi proses lain namun pengaruh utamanya adalah memperpanjang sel pucuk. Zat pengatur tumbuh lain selain auksin adalah sitokinin. Sitokinin adalah zat pengatur tumbuh yang ditemukan oleh Haberlandt tahun 1913. Sitokinin mempunyai peranan dalam proses pembelahan sel. Bentuk dasar dari sitokinin adalah adanya gugus adenin 6-amino purine yang menentukan kerja sitokinin yakni meningkatkan aktivitas dalam proses fisiologis tanaman. Dalam penelitian kultur jaringan, apabila konsentrasi sitokinin lebih besar dari auksin, maka akan terjadi stimulasi pertumbuhan tunas dan daun, sebaliknya bila sitokinin lebih rendah daripada auksin, maka terjadi stimulasi pertumbuhan akar. Sebaliknya, bila perbandingan sitokinin dan auksin berimbang, maka pertumbuhan tunas, akar dan daun akan berimbang pula Abidin, 1994. xxiv Beberapa peranan ZPT dalam kultur in vitro menurut Widyastuti dan Donowati 2001 sebagai berikut : 1. Senyawa sintetik yang disintesa diluar jaringan tanaman dan mempunyai sifat fisiologis dan biokimia yang serupa dengan hormon tanaman adalah ZPT. Hormon tanaman dan ZPT pada umumnya mendorong terjadi sesuatu pertumbuhan dan perkembangan. 2. Peranan auksin dalam kultur in vitro terutama untuk pertumbuhan kalus, suspensi sel, dan pertumbuhan akar. Bersama-sama sitokinin dapat mengatur tipe morfogenesis yang dikehendaki. 3. Pengaruh sitokinin di dalam kultur in vitro antara lain berhubungan dengan proses pembelahan sel, proliferasi tunas ketiak, penghambatan pertumbuhan akar tanaman dan induksi umbi mikro kentang. Salah satu jenis ZPT dari golongan sitokinin yang sering dipakai dalam kultur jaringan yaitu BAP 6-benzylaminopurine. Menurut George Sherrington 1984 6-Benzilaminopurine BAP merupakan salah satu sitokinin sintetik yang aktif dan daya merangsangnya lebih lama karena tidak mudah dirombak oleh enzim dalam tanaman. Sedangkan menurut Noggle dan Fritz 1983 BAP memiliki struktur yang mirip dengan kinetin dan juga aktif dalam pertumbuhan dan proliferasi kalus. sehingga BAP merupakan sitokinin yang paling aktif. Selain itu kultur tunas pucuk pada medium MS, baik yang mengandung sitokinin BAP tunggal maupun kombinasi menunjukkan respon yang bervariasi. Walaupun konsentrasi BAP 2,0 mgL paling aktif menginduksi tunas, kombinasi dari BAP 2 mgL dan IAA 0,5 mgL memberikan penggandaan tunas maksimum Rajore dan Batra, 2005. Menurut Salisbury dan Ross 1995 IBA lebih lazim digunakan untuk memacu perakaran dibandingkan NAA ataupun auksin lainnya. IBA bersifat lebih aktif, sekalipun cepat dimetabolismekan menjadi IBA aspartat dan sekurangnya menjadi satu konjugat dengan peptide lain. xxv III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Perubahan Kadar Enzim AST, ALT serta Perubahan Makroskopik dan Histopatologi Hati Mencit Jantan (Mus musculus L) strain DDW setelah diberi Monosodium Glutamate (MSG) diban

1 68 118

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

4 100 106

Daya Hambat Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Bakteri Enterococcus faecalis Sebagai Alternatif Bahan Medikamen Saluran Akar (In Vitro)

3 289 97

Daya Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana Linn.) pada bakteri Streptococcus mutans sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar dengan Metode Dilusi In Vitro

6 111 48

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Gambaran Histopatologis Lambung Tikus (Rattus norvegicus L.) Jantan yang Dipapari Kebisingan

2 103 56

Daya Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Fusobacterium nucleatum sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar secara in Vitro

8 89 59

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Enterococcus faecalis sebagai Bahan Medikamen Saluran Akar (Secara In Vitro)

2 96 63

Evaluasi Lahan Untuk Pengembangan Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) di Kabupaten Mandailing Natal

4 42 82

KAJIAN KONSENTRASI BAP DAN NAA TERHADAP MULTIPLIKASI TANAMAN Artemisia annua L. SECARA IN VITRO

2 12 61

KAJIAN MACAM EKSPLAN DAN KONSENTRASI IBA TERHADAP MULTIPLIKASI TANAMAN MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SECARA IN VITRO

0 7 54