Laporan Kasus OSTEOTOMI LE FORT I PADA BEDAH ORTOGNATI

4.3 Laporan Kasus

Pasien pria 20 tahun datang ke klinik ortodontik pribadi Dr MJ, karena masalah TMJ dan estetika-fungsional. Pasien mengeluh menderita sakit kepala dan otot selama lebih dari 3 tahun di samping rasa sakit pada sendi temporomandibular TMJ dan otot-otot pengunyahan. Pemeriksaan klinis menunjukkan pembukaan mulut maksimum dan adanya keterbatasan gerakan lateral. Tidak ada pergeseran mandibula pada saat pergerakan pembukaan atau penutupan. 6 Gambar 18 . Profil wajah sebelum perawatan. 6 Gambar 19 . Gambaran klinis sebelum perawatan. 6 Gambar 20 . Foto Sefalometri sebelum perawatan. 6 Analisis sefalometri menunjukkan rahang pasien berada pada posisi retrusif, dan proporsi mandibula yang besar, tersamarkan oleh tinggi wajah bagian bawah anterior. Pemeriksaan wajah menunjukkan defisiensi horisontal midface pada perhitungan tulang malar dan pipi, dan retrusion dari bibir atas Gambar 18. Wajah terlihat simetris dalam aspek frontal. Pemeriksaan intraoral menunjukkan hubungan molar Kelas III ¾ di kanan dan kelas III ¼ di kiri 1,15. Relasi sentris, gigi posterior dan gigi insisivus oklusi edge to edge Gambar 2. Hubungan gigi geligi dan kurva Spee normal, midline 2 mm bergeser kesebelah kanan. Insisivus sentralis kiri dirawat secara endodonti dengan restorasi akhir resin komposit dan gelap, tetapi tidak terlihat tanda-tanda klinis ankilosis. Gambaran sefalometri, gigi seri rahang atas diposisikan pada tulang basal dan gigi seri rahang bawah yang lebih ke lingual. 6 Tujuan perawatan pada pasien adalah untuk menghilangkan atau meringankan tanda dan gejala TMJ, serta untuk mendapatkan estetika wajah yang memuaskan serta fungsi pengunyahan dapat dicapai. Hubungan molar kelas I bilateral, overjet normal dan overbite dapat dicapai dengan memperbaiki posisi gigi, dan memperluas dengan memajukan rahang atas. Dengan memajukan rahang atas dan koreksi gigi akan meningkatkan aspek retrognati dari midface dan penampilan intraoral. 6 Terdapat tiga pilihan perawatan yang bisa diterima diajukan. Pertama perawatan dengan penggunaan pesawat ortodontik tetap saja dengan cara memanfaatkan kompensasi dento alveolar. Archwires rahang atas yang lebih luas akan memperluas lengkung gigi yang terbatas, dan dengan elastis dapat diperbaiki okklusi posterior dan crossbite anterior. Pilihan kedua melibatkan pendekatan ortodontik dan bedah. Dengan cara ini, tujuan perawatan secara keseluruhan bisa dicapai, meskipun terdapat risiko pada prosedur ini. Ekspansi dengan pembedahan rahang atas membantu untuk mencapai okklusi yang optimal dan fungsional yang benar serta didapati peningkatan yang cukup besar dalam hal estetika wajah. Oleh karena sekaligus akan melakukan ekspansi lengkung rahang atas, pilihan lain, yaitu pilihan ke tiga adalah dengan osteotomi Le Fort I subtotal, atau one-piece operation yaitu dengan cara memajukan rahang atas, bersamaan dengan memundurkan mandibular, serta segmentasi rahang di empat sisi dengan tujuan untuk menghasilkan perluasan lengkung rahang atas. Oleh karena pilihan utama pasien adalah untuk memprioritaskan perbaikan estetika pasien, pilihan pertama ditolak dan pasien memilih untuk opsi ketiga oleh karena dilakukan hanya dalam satu bedah intervensi. Untuk lengkung rahang bawah, pilihan perawatan dilakukan dengan memakai pesawat ortodonti cekat saja, dan dengan menkompensasi gigi seri pada lengkung rahang atas. 6 Osteotomi LeFort I dimulai dengan segmentasi rahang atas dalam empat segmen pergerakan. Interdental vertical osteotomi dilakukan antara lateral rahang atas gigi seri dan gigi taring . Dua osteotomi horisontal, yang sejajar dengan septum dilakukan untuk memperluas maksila dalam arah transversal. Segmen anterior maksila yang direposisi terhubung ke mandibula dalam hubungan oklusal yang benar. Lengkung mandibula dan maksila difiksasi bersama-sama dan bertindak sebagai satu unit. Pada perubahan posisi ini, oleh karena tidak adanya perpindahan posisi kondilar, berbagai upaya dilakukan untuk mempertahankan hubungan temporo mandibular praoperasi agar kondilus di anterior tetap berada pada fossa mandibula. Terakhir dilakukan fiksasi dengan miniplates dan miniscrews pada segmen rahang atas. Pada pasien dilakukan pemasangan ¼ inchi ligatur elastis intermaxilla selama 20 jam hari selama 45 hari dan kemudian secara bertahap mengurangi waktu pakai. 6 Setelah perawatan ortodontik bedah , sakit kepala, nyeri pada TMJ dan otot rahang, nyeri pada palpasi telah berhenti. Analisis fungsional menunjukkan adanya pembukaan yang normal dari mandibula. Selain itu pasien dilaporkan menghentikan bruksism dan clenching . Foto-foto wajah setelah perawatan menunjukkan hasil perubahan yang memuaskan dalam pandangan frontal Gambar 4 . Hubungan gigi molar Kelas I bilateral, overjet dan overbite tercapai. Tiga tahun setelah perawatan bedah ortodontik , tidak ada tanda-tanda atau gejala TMJ dan hasil oklusal tidak berubah. 6 Gambar 21 . Profil wajah setelah perawatan 6 Gambar 22 . Gambaran klinis setelah perawatan 6 Gambar 23 . Foto sefalometri setelah perawatan 6

4.4 Komplikasi Pasca Pembedahan