Pembahasan Hubungan Obesitas dengan Usia Awitan Menstruasi pada Siswi SMPN 1 Medan

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Anak-anak obesitas mengalami usia awitan menstruasi lebih cepat dibanding anak-anak yang tidak obesitas.

6.2. Saran

- Perlu dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan perubahan usia awitan menstruasi seperti konsumsi fast food, aktifitas fisik dan intake kalori. - Perlunya informasi kepada orang tua mengenai hubungan obesitas dengan usia awitan menstruasi, serta risiko-risiko usia awitan menstruasi yang cepat. - Perlu dilaksanakannya pemeriksaan kadar leptin untuk mendapatkan hubungan yang jelas mengenai hubungan obesitas dengan usia awitan menstruasi. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Obesitas

2.1.1. Definisi Obesitas Obesitas adalah suatu kondisi medis berupa kelebihan lemak tubuh yang terakumulasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan dampak merugikan bagi kesehatan, yang kemudian menurunkan harapan hidup danatau meningkatkan masalah kesehatan. Seseorang dianggap menderita kegemukan obese bila indeks massa tubuh IMT, yaitu ukuran yang diperoleh dari hasil pembagian berat badan dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badan dalam meter, lebih dari 30 kgm 2 WHO, 2000. 2.1.2. Epidemiologi Obesitas Data dari sampel probabilitas nasional memperlihatkan peningkatan prevalensi obesitas dan obesitas ekstrem di antara anak dan remaja sejak awal tahun 1960 hingga akhir tahun 1970 dan pertengahan tahun 1980. Peningkatan terbesar muncul pada pra-remaja putra dan remaja putri. Prevalensi obesitas di Amerika Serikat saat ini kira-kira 25-40 pada pra-remaja serta 20-30 pada remaja Rudolph, 2006. Insidens obesitas pada masa anak berhubungan kuat dengan variabel keluarga, termasuk obesitas orang tua, status sosio-ekonomi yang lebih tinggi, bertambahnya pendidikan orangtua, ukuran keluarga kecil dan pola inaktivitas keluarga. Anak dari orangtua dengan tingkat aktivitas tinggi cenderung lebih langsing daripada sebayanya. Bertambahanya jumlah waktu yang digunakan untuk melihat televisi tampak berkorelasi dengan kenaikan insidens obesitas masa anak dan dapat berkaitan tidak hanya dengan sifat tidak bergerak tetapi juga mempengaruhi konsumsi makanan akibat iklan produk-produk makanan Nelson, 2012 2.1.3. Faktor – Faktor Penyebab Obesitas Penyebab obesitas menurut Marley 1982 yang dikutip oleh Amanta 2009 antara lain : 1. Asupan kalori yang lebih besar daripada kebutuhan Pertambahan berat badan dapat dilakukan dengan mengonsumsi lebih banyak kalori, tetapi hanya sedikit energi yang dikeluarkan. 2. Kurang aktifitas Aktifitas berkurang seiring bertambahnya umur. 3. Hereditas Sebagian besar kasus obesitas, faktor hereditas lebih berperan. Obesitas terjadi dalam satu keluarga, apabila konsumsi dan kebiasaan olahraga yang sama pada anggota keluarga. Disamping itu, anak-anak dari keluarga yang kedua orangtuanya overweight mempunyai resiko lebih tinggi menjadi obese pada saat dewasa. 4. Faktor sosial ekonomi Peningkatan standar hidup dan banyaknya waktu luang mendorong peningkatan konsumsi makanan termasuk pemilihan makanan yang lezat dan tinggi kalori. 5. Faktor psikologis Pada orang dewasa, kejadian obesitas antara lain karena ingin mendapatkan pengakuan tentang status sosial, misalnya dengan mengikuti pesta-pesta yang menyediakan snack dan minuman yang berlebihan. Selain kelima faktor diatas pemakaian obat-obatan dapat menyebabkan obesitas karena efek samping berupa meningkatnya berat badan, misalnya obat kontrasepsi Ariella, 2009. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa obesitas berkembang ketika pemasukan energi melebihi energi yang dikeluarkan dan berat badan berkurang ketika energi yang dikeluarkan melebihi pemasukan energi. Namun, ada kontroversi tentang mekanisme spesifik yang menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan ini. Anak dengan obesitas tidak menampakkan perbedaan dengan anak yang tidak menderita obesitas dalam hal metabolisme istirahat atau respon metabolik terhadap makanan Rudolph, 2006. Menurut Sherwood 2011 mengatakan bahwa, makanan yang dimakan sebelum tidur lebih besar kemungkinannya akan disimpan sebagai cadangan makanan atau biasa disebut glikogen. Dalam hal ini, makanan yang dimakan sebelum tidur lebih menyebabkan seseorang menjadi gemuk jika dibandingkan dengan makanan yang dimakan lebih awal. Saat ini kontribusi genetik terhadap obesitas semakin mendapatkan perhatian, dari data yang telah didapati genetik menyumbang 25 untuk menyebabkan terjadinya obesitas sedangkan 75 dipengaruhi oleh non-genetik. Genetik tampaknya memainkan peranan utama yang membuat seseorang rentan terhadap obesitas, namun pengaruh lingkungan dan perilaku menentukan cara genetik yang rentan tersebut dinyatakan Rudolph, 2006. 2.1.4. Cara Menentukan Obesitas 2.1.4.1.Berdasarkan Indeks Massa Tubuh IMT Indeks Massa Tubuh IMT didefinisikan sebagai berat badan tinggi badan kuadrat dalam kilogram per meter persegi, merupakan indeks yang paling berguna dan digunakan untuk skrining populasi remaja obesitas karena indeks ini berkorelasi secara bermakna dengan lemak subkutan maupun lemak tubuh total pada remaja, terutama mereka yang dengan proporsi lemak tubuh terbesar. Lagipula kenaikan IMT berkorelasi dengan tekanan darah, kadar lipid darah, dan kadar lipoprotein pada remaja dan meramal kenaikan IMT, kadar lipid, dan tekanan darah pada orang dewasa muda. Pada orang dewasa muda kenaikan IMT adalah prediktif untuk morbiditas dan mortalitas akibat obesitas orang dewasa Nelson, 2012. Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut : Berat Badan kg IMT = Tinggi Badan m x Tinggi Badan m Tabel 2.1 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh IMT berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia Kategori IMT kgm 2 Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat 17,0 Kurus sekali Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0- 18,5 Normal Normal 18,5 – 25,0 Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,0 – 27,0 Obesitas Kelebihan berat badan tingkat berat 27,0 Sumber: depkes Tabel 2.2 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh IMT berdasarkan Kriteria Asia Pasifik Klasifikasi IMT Berat badan kurang 18,5 Kisaran normal 18,5 – 22,9 Berat bada lebih 23,0 Beresiko 23,0 – 24,0 Obesitas I 25,0 – 29,9 Obesitas II 30,0 Sumber : Sugondo. 2006 Untuk anak-anak dalam masa tumbuh kembang penentu obesitas dapat menggunakan grafik CDC 2000. Dengan memasukkan data ke dalam grafik, dapat menentukan posisi persentilnya. Untuk persentil 86- 94 dikategorikan dalam overweight dan untuk persentil ≥ 95 dikategorikan dalam obesitas. Grafik CDC dapat kita lihat pada grafik 2.1 dan 2.2 berikut ini.