Gambar 2.1 Grafik IMT Berdasarkan Usia CDC 2000 untuk Anak Laki-laki Usia 2
– 20 Tahun sumber: CDC, 2002
Gambar 2.2 Grafik IMT Berdasarkan Usia CDC 2000 untuk Anak Perempuan Usia 2
– 20 Tahun Sumber: CDC, 2002
2.1.4.2.Berdasarkan Lingkar Pinggang Metode lain untuk pengukuran antropometri tubuh selain IMT adalah
dengan cara mengukur lingkar pinggang. IDF Internasional Diabetes Federation mengeluarkan kriteria ukuran lingkar pinggang berdasarkan etnis
dapat dilihat di tabel 2.3. Alberti, 2005.
Tabel 2.3. Kriteria Ukuran Lingkar Pinggang Berdasarkan Etnis
Negara grup etnis Lingkar pinggang cm pada obesitas
Eropa Pria 94
Wanita 80
Asia selatan Populasi China, Melayu, dan
Asia- India Pria 90
Wanita 80
Jepang
Pria 85 Wanita 90
Amerika Tengah Gunakan rekomendasi Asia Selatan hingga
tersedia data spesifik
Sub-Sahara Afrika Gunakan rekomendasi Eropa hingga tersedia
data spesifik
Timur Tengah Gunakan rekomendasi Eropa hingga tersedia
data spesifik Sumber :Alberti, 2005
2.1.4.3.Berdasarkan Lingkar Pinggang Panggul RLPP Salah satu metode pengukuran tingkat obesitas dan overweight adalah
dengan menggunakan antropometri yaitu perbandingan Rasio Lingkar Pinggang dan Lingkar Panggul RLPP. Seseorang dikatakan overweight jika hasil RLPP
lebih dari 0,9 sedangkan seseorang dikatakan obesitas jika RLPP kurang dari 0,8 Indika, 2010.
2.1.4.4.Berdasarkan Lingkar Lengan Atas LILA Pengukuran lingkar lengan atas dimaksudkan untuk mengetahui prevalensi
wanita usia subur umur 15 –45 tahun dan ibu hamil yang menderita Kurang Energi
Kronis KEK Riskesdas, 2007. Sasaran : wanita usia subur umur 15
–45 tahun dan ibu hamil. Alat
: pita LILA sepanjang 33 cm dengan ketelitian 0,1 cm atau meteran kain.
2.1.4.5.Berdasarkan Lingkar Leher Lingkar leher dapat menjadi metode pengukuran yang mudah dan murah
untuk skrining individu dengan obesitas Liubov et al., 2001. Lingkar leher sebagai indeks untuk obesitas tubuh bagian atas merupakan salah satu prediktor
terjadinya penyakit kardiovaskuler Sjostrom et al., 2001. Lingkar leher ≥37 cm untuk laki-laki dan ≥34 cm untuk wanita merupakan
cutt of point yang paling tepat untuk mengidentifika si individu dengan IMT ≥25
kgm
2
, lingkar leher ≥39,5 cm untuk laki-laki dan ≥36,5 cm untuk wanita adalah cutt of point paling tepat untuk mengidentifikasi individu dengan obesitas IMT
≥30 kgm
2
. Berdasarkan validasi yang dilakukan pada kelompok yang berbeda, sebagai salah satu metode skrining obesitas lingkar leher memiliki sensitivitas
98, spesifitas 89, akurasi 94 untuk laki-laki dan 99 untuk perempuan Liubov et al., 2001.
2.1.5. Komplikasi Obesitas. Komplikasi obesitas menurut World Health Organization 2015, yaitu:
1.Penyakit kardiovaskuler terutama penyakit jantung dan stroke yang merupakan penyebab utama kematian pada tahun 2012.
2. Diabetes. 3. Gangguan muskuloskeletal terutama osteoartritis.
4. Beberapa jenis kanker endometrium, payudara, dan usus besar.
Anak obesitas dikaitkan dengan kesempatan yang lebih tinggi untuk terkena obesitas, kematian dini dan kecacatan di masa dewasa. Di samping
peningkatan risiko di masa depan, anak-anak obesitas juga mengalami kesulitan bernapas, peningkatan resiko patah tulang, hipertensi, tanda awal penyakit
kardiovaskular, resistensi insulin dan efek psikologis WHO, 2015. Obesitas juga dapat mengganggu psikologis seorang anak yang dapat
menimbulkan: 1. Dikucilkan dari teman-teman sekolahnya.
2. Menjadi bahan ejekan teman-temannya. 3.Gangguan suasana hati seperti kecemasan terus-menerus, depresi, mudah
tersinggung, marah dan dapat menyakiti diri sendiri. 4.Perilaku berisiko misalnya, aktivitas seksual, alkohol, penggunaan narkoba,
dan kenakalan Rojas dan Storch, 2010.
2.2. Menstruasi
2.2.1. Definisi menstruasi Menstruasi adalah suatu keadaan fisiologis atau normal, yaitu peristiwa
pengeluaran darah, lendir dan sisa-sisa sel secara berkala yang berasal dari mukosa uterus dan terjadi relatif teratur mulai dari awitan menstruasi sampai
menopause, kecuali pada masa hamil dan laktasi. Lama perdarahan pada menstruasi bervariasi, pada umumnya 4-6 hari, tapi 2-9 hari masih dianggap
fisiologis Ganong, 2003.
2.2.2. Siklus menstruasi Siklus menstruasi dibagi menjadi siklus ovarium dan siklus endometrium.
Di ovarium terdapat tiga fase, yaitu fase folikuler, fase ovulasi dan fase luteal. Di endometrium juga dibagi menjadi tiga fase yang terdiri dari fase menstruasi, fase
proliferasi dan fase ekskresi Ganong, 2003. Ovarium secara terus-menerus mengalami dua fase secara bergantian: fase
folikular yang didominasi oleh keberadaan folikel matang; dan fase luteal, yang ditandai oleh adanya korpus luteum. Siklus ovarium rata-rata berlangsung 28 hari,
tetapi hal ini bervariasi di antara wanita dan di antara siklus pada wanita yang sama. Folikel bekerja pada paruh pertama siklus untuk menghasilkan telur matang
yang siap untuk berovulasi pada pertengahan siklus. Korpus luteum mengambil alih selama paruh terakhir siklus untuk mempersiapkan saluran reproduksi wanita
untuk kehamilan jika terjadi pembuahan telur yang dibebaskan tersebut Sherwood, 2011.
Siklus menstruasi dipengaruhi oleh mekanisme neuroendokrin yang kompleks. Suatu hormon pelepas, gonadotropin-releasing hormone GnRH,
sudah dikenali berperan terhadap pelepasan gonadotropin, follicle-stimulating hormone FSH dan luteinizing hormone LH. GnRH dihasilkan di hipotalamus
dan dihantarkan ke hipofisis anterior melalui sistem vaskular periportal. Benson Pernoll, 2008
Siklus menstruasi normal diatur secara cermat oleh sekresi gonadotropin dari hipofisis anterior ke sirkulasi sistemik. Dengan onset setiap siklus, folikel
yang siap untuk pematangan dirangsang berkembang oleh FSH. Satu folikel jarang lebih melampaui yang lainnya untuk membentuk folikel de graaf.
Kemudian folikel yang tersisa akan mengalami regresi. Sementara itu estrogen dihasilkan oleh sel lutein teka pada folikel. Estrogen ovarium yang utama adalah
estron E1, estradiol E2, dan sejumlah kecil estriol E3 Benson Pernoll, 2008.
Pada siklus hari ke-8 dan ke-9, kadar estrogen berhenti meningkat kadar LH yang tinggi dan mendadak LH surge memicu pecahnya folikel dan ovulasi
lepasnya ovum. Terjadinya sedikit perdarahan dan folikel yang kosong segera terisi oleh darah yang menggumpal folikel hemoragis. LH dan mungkin
prolaktin merangsang luteinasi sel granulosa sehingga terbentuk korpus luteum. Sel lutein granulosa menghasilkan progesteron, yang mencapai puncaknya pada
kira-kira hari ke-23 atau ke-24. Jika pada saat itu tidak terjadi fertilisasi dan nidasi ovum kehamilan, korpus luteum mengalami regresi. Kemudian kadar
progesteron dan estrogen turun mencapai kadar kritis pada sekitar hari ke-28 ketika terjadi perdarahan endometrium menstruasi Benson Pernoll, 2008.
Gambar 2.3 Siklus mestruasi Sumber: Benson dan Pernoll, 2008
Benson dan Pernoll 2008 mengemukakan siklus endometrium terdiri dari 4 fase , yaitu :
1. Fase Proliferatif Fase proliferatif estrogenik mempunyai durasi yang sangat bervariasi tetapi
biasanya konsisten untuk setiap individu. Biasanya sekitar 14 hari pada siklus 28 hari.
Gambar 2.4 siklus menstruasi Sumber: Benson dan Pernoll, 2008
Fase proliferatif dini dimulai pada kira-kira hari keempat atau kelima siklus, tepat sebelum akhir menstruasi dan berlangsung selama 2-3 hari. Akhir
fase ini bertepatan dengan kira-kira hari ketujuh siklus klasik. Epitel permukaan diperbaiki tetapi tipis atau mudah rusak. Ketebalannya tergantung pada hilangnya
jaringan selama perdarahan menstruasi. Kelenjar- kelenjarnya lurus. Inti sel-sel epitel berlapis-lapis palsu pseudostratifikasi, dan sering terjadi mitosis. Sel-sel
stroma menunjukkan inti yang relatif besar dengan sedikit sitoplasma. Terdapat beberapa sel fagosit.
Fase midproliferatif bertepatan dengan kira-kira hari ke 10 siklus. Fase ini hanya berbeda derajat dengan fase proliferatif dini. Permukaannya lebih teratur,
kelenjarnya lebih berliku-liku dan sel kelenjar berlapis-lapis palsu. Ketebalan endometrium meningkat.
Gambar 2.5. Suhu Basal Khas dan Konsentrasi Hormon Plasma Selama Siklus Menstruasi Manusia Normal 28 Hari. M, Menstruasi; IRP-hMG, Standar Acuan
Gonadotropin Internasional. Sumber: A.R. midgley, dalam Benson dan Pernoll, 2008
Fase proliferatif lanjut terjadi pada kira-kira hari ke-14 siklus rata-rata. Permukaannya berombak, sel stoma sangat padat, dan berbagai cairan
ekstraseluler hilang. Ketebalan kira-kira seperti sebelum proliferasi, tetapi dengan konsentrasi sel yang lebih besar. Kelenjar semakin berliku-liku dan mengandung
sekresi minimal. Tidak ada glikogen dalam cairan.
2. Fase Ovulasi Fase ovulasi terjadi pada kira-kira hari ke-14 pada siklus 28 hari, dengan
disertai ovulasi. Karena tidak ada perubahan endometrium yang cukup besar dalam 24-36 jam setelah ovulasi, endometrium pada hari ke-14 tidak dapat
dibedakan dengan hari ke-15. Perubahan yang nyata tampak pada sel kelenjar pada hari ke-16 dan kemudian menunjukkan aktivitas korpus luteum dan
tampaknya ovulasi.
3.Fase Sekretoris Fase sekretoris progestasional secara teknis dimulai dengan ovulasi.
Pada hari ke-16, kelenjar semakin berliku-liku, terdapat banyak gambaran mitosis dan muncul vakuola basal penuh berisi glikogen. Pada hari ke-17 terjadi
vakuolisasi sel yang paling jelas. Hampir dua pertiga bagian basal kelenjar ini berisi cairan yang penuh mengandung glikogen. Dapat diamati adanya edema
ringan, dan jarang terjadi mitosis. Pada hari ke-18 sekresi cairan dalam kelenjar menjadi jelas. Pada hari ke-22, kelenjar lebih berliku tetapi aktivitas sekretorisnya
lebih sedikit dan terlihat sekresi mukoid yang cukup banyak dalam lumennya. Edema stoma saat ini mencapai puncaknya. Keadaan ini akan mempermudah
implantasi ovum. Puncak aktivitas sekretoris dan edema stroma yang tinggi bertepatan dengan periode fungsi korpus luteum yang maksimal. Dari hari ke-24
sampai hari ke-27, edema berkurang dan sel desidua. Perubahan pertama terlihat dalam sel di sekeliling arteriola spiralis dengan gambaran mitosis pada stroma
perivaskuler. Kelenjar semakin lama semakin berliku-liku dengan dinding yang bergerigi. Sekresi sel kelenjar berkurang. Terdapat infiltrasi oleh netrofil
polimorfonuklear dan monosit. Akhirnya, terjadi nekrosis dan peluruhan.